Minitab Ta Zamroni

97
PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULANAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 DENGAN METODE ANALISIS RUNTUN WAKTU BERBANTUAN SOFTWARE MINITAB 14 Tugas Akhir disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Program Studi Statistika Terapan dan Komputasi oleh Muhammad Zamroni 4151306527 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009

Transcript of Minitab Ta Zamroni

  • PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULANAN DI KABUPATEN BREBES

    TAHUN 2008 DENGAN METODE ANALISIS RUNTUN WAKTU

    BERBANTUAN SOFTWARE MINITAB 14

    Tugas Akhir

    disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

    Program Studi Statistika Terapan dan Komputasi

    oleh

    Muhammad Zamroni

    4151306527

    JURUSAN MATEMATIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2009

  • ii

    PENGESAHAN

    Tugas Akhir yang berjudul Prakiraan Curah Hujan Bulanan di Kabupaten

    Brebes dengan Metode Analisis Runtun Waktu Berbantuan Software MINITAB

    14 telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Akhir FMIPA UNNES

    pada tanggal 19 Agustus 2009.

    Panitia

    Ketua Sekretaris

    Dr. Kasmadi Imam S, M.S Drs. Edy Soedjoko, M.Pd

    NIP. 130781011 NIP. 131693657

    Pembimbing I Penguji I

    Dr. Iwan Junaedi, S.Si, M.Pd Drs. Arief Agoestanto,M.Si

    NIP. 132 231 406 NIP. 132 046 855

    Pembimbing II Penguji II

    Drs. Arief Agoestanto,M.Si Dr. Iwan Junaedi, S.Si, M.Pd

    NIP. 132 046 855 NIP. 132 231 406

  • iii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam tugas akhir ini

    benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain.

    Pendapat atau temuan orang lain dalam Tugas Akhir ini dikutip atau dirujuk

    berdasarkan kode etik ilmiah.

    Semarang, Agustus 2009

    Muhammad Zamroni

    NIM.4151306527

  • iv

    ABSTRAK

    Muhammad Zamroni,2009. Prakiraan Curah Hujan Bulanan di Kabupaten

    Brebes Tahun 2008 dengan Metode Analisis Runtun Waktu Berbantuan Software

    MINITAB 14. Tugas Akhir, Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Negeri

    Semarang. Pembimbing I: Dr.Iwan Junaedi, S.Si, M.Pd Pembimbing II: Drs.Arief

    Agoestanto, M.Si.

    Prakiraan curah hujan dengan segala bentuk analisis dan informasi yang

    dihasilkan besar dampaknya guna membantu dan menunjang kegiatan sosial

    ekonomi di Indonesia. Peramalan merupakan cabang ilmu statistik yang

    merupakan salah satu unsur penting dalam pengambilan keputusan. Salah satu

    ilmu statistik yang digunakan untuk meramal adalah analisis runtun waktu,

    dimana dalam Tugas Akhir ini salah satu penerapan dari analisis runtun waktu

    adalah prakiraan curah hujan. Software Minitab 14 adalah salah satu program

    pengolahan data statistik yang dapat mempermudah perhitungan peramalan

    analisis runtun waktu (time series).

    Tujuan Kegiatan ini adalah untuk mengetahui model runtun waktu yang

    tepat untuk data curah hujan di Kabupaten Brebes Tahun 2008 dan untuk

    mengetahui prakiraan curah hujan di Kabupaten Brebes untuk dua tahun ke depan

    Tahun 2009 dan Tahun 2010.

    Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah Metode

    Literatur penulis mengumpulkan, memilih dan menganalisis bacaan yang

    berkaitan dengan permasalahan yang diteliti tentang peramalan, analisis runtun

    waktu serta software Minitab 14. Metode Dokumentasi penulis mengumpulkan

    data curah hujan Kabupaten Brebes di Badan Meteorologi dan Geofisika

    Semarang bulan Januari 2004 sampai Desember 2008. Data dianalisis dengan

    analisis runtun waktu dan dalam pengolahan datanya dilakukan dengan bantuan

    program software Minitab 14.

    Hasil dari kegiatan ini adalah terpilihnya model ARIMA (1,1,1)(1,1,1)12

    sebagai model yang tepat untuk peramalan data curah hujan di Kabupaten Brebes.

    Nilai peramalan curah hujan di Kabupaten Brebes tahun 2009 adalah bulan

    Januari 327.530, bulan Februari 327.525, bulan Maret 358.629, bulan April

    273.110, bulan Mei 118.099, bulan Juni 63.363, bulan Juli 69.62, bulan Agustus

    22.886, bulan September 34.716, bulan Oktober 68.897, bulan November

    159.234 dan bulan Desember 369.757. Sedangkan nilai peramalan curah hujan di

    Kabupaten Brebes tahun 2010 adalah bulan Januari 326.647, bulan Februari

    342.020, bulan Maret 370.397, bulan April 295.114, bulan Mei 128.857, bulan

    Juni 85.839, bulan Juli 82.767, bulan Agustus 55.714, bulan September 71.136,

    bulan Oktober 157.168, bulan November 222.506 dan bulan Desember 402.005.

    . Saran yang dapat penulis berikan kepada pihak Badan Meteorologi dan

    Geofisika Semarang adalah perlu menggunakan ilmu peramalan agar dapat

    membantu dalam hal memprediksi curah hujan serta mengantisipasi perubahan

    cuaca pada masa-masa sekarang sehingga segala hal yang mungkin terjadi bisa

    diperhitungkan dan dipersiapkan.

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Motto:

    Ketahuilah bahwa sabar jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah

    ibarat kepala dari suatu tubuh, Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh

    itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh

    permasalahan akan rusak (Khalifah Ali).

    Hal yang benar-benar kau yakini akan terjadi, karena dengan keyakinan

    membuatnya terjadi (Penulis).

    Tugas Akhir (TA) ini penulis persembahkan kepada:

    Allah SWT

    Ayah dan Ibuku tercinta yang selalu mendoakan

    serta mendukung setiap gerak dan langkah

    penulis.

    Buat Eskopral, Iftah, Ary, Firman, Iwan, Tiwi,

    Tyo, Naim, Rizal.

    Teman-teman Staterkom 2006 yang telah

    memberikan motivasi dan semangat kepada

    penulis.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan karena dengan rahmat

    dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Semua

    hambatan dan tantangan dalam penyusunan Tugas Akhir ini merupakan suatu

    pengalaman tersendiri bagi penulis.

    Dalam mengerjakan dan menyusun Tugas Akhir ini, penulis telah banyak

    mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan yang sangat bermanfaat dari

    berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

    terimakasih kepada:

    1. Prof. Dr. Soedijono Sastroatmojo, M.Si Rektor Universitas Negeri Semarang.

    2. Dr. Kasmadi Imam S, M.S Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

    3. Drs. Edy Soedjoko, M.Pd Ketua Jurusan Matematika FMIPA Universitas

    Negeri Semarang.

    4. Drs. Arief Agoestanto,M.Si, Kaprodi Statistik Terapan dan Komputasi

    Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang.

    5. Dr. Iwan Junaedi, S.Si, M.Pd, Dosen Pembimbing pertama yang telah

    memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Tugas Akhir.

    6. Drs. Arief Agoestanto,M.Si, Dosen Pembimbing kedua yang telah

    memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Tugas Akhir.

    7. Pimpinan Badan Meteorologi dan Geofisika Semarang yang telah membantu

    selama observasi dan pengambilan data untuk menyelesaikan Tugas Akhir.

  • vii

    8. Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberikan dukungan, doa, kasih sayang

    dan perhatian yang sangat besar bagi penulis.

    9. Teman-teman seperjuanganku Staterkom06 yang selalu memberi motivasi

    dan dukungan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

    10. Teman-teman Entahlah Kost, EDW Kost dan Meteor Camp.

    11. Pihak lain yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung

    sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

    Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat berguna dan

    bermanfaat bagi pembaca.

    Semarang, Agustus 2009

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

    PENGESAHAN ...................................................................................... ii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................. iii

    ABSTRAK .............................................................................................. iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... v

    KATA PENGANTAR ............................................................................ vi

    DAFTAR ISI ........................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL ................................................................................... xi

    DAFAR GAMBAR ................................................................................ xii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah ............................. 4

    C. Tujuan ......................................................................................... 4

    D. Manfaat ....................................................................................... 5

    E. Sistematika Penulisan ................................................................. 6

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Curah Hujan .................................................................................. 8

    B. Prakiraan Curah Hujan ................................................................ 10

    C. Analisis Runtun Waktu ............................................................... 14

  • ix

    D. Metode ARIMA .......................................................................... 15

    E. Peramalan .................................................................................... 26

    F. Software Minitab 14 .................................................................... 28

    BAB III METODE KEGIATAN

    A. Ruang Lingkup ............................................................................ 37

    B. Variabel ....................................................................................... 37

    C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 37

    1. Metode Dokumentasi ............................................................ 38

    2. Metode Kepustakaan ............................................................. 38

    D. Analisis Data ............................................................................... 38

    1. Kestasioneran Data ............................................................... 39

    2. Identifikasi Model ................................................................. 39

    3. Estimasi Parameter Model .................................................... 40

    4. Verifikasi .............................................................................. 40

    5. Peramalan .............................................................................. 40

    BAB IV HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Kegiatan ............................................................................. 42

    1. Identifikasi Model ................................................................ 42

    2. Estimasi Parameter Model ................................................... 62

    3. Verifikasi .............................................................................. 68

    4. Peramalan ............................................................................ 69

    B. Pembahasan ................................................................................. 72

  • x

    BAB V PENUTUP

    A. Simpulan ..................................................................................... 77

    B. Saran ........................................................................................... 78

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 79

    LAMPIRAN

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Cara Kerja Metode Pembeda ................................................ 19

    Tabel 2. Data Variabel X Berbagai Lag .............................................. 24

    Tabel 3. Nilai Mean Square Error Dari Model ................................... 69

    Tabel 4. Hasil Ramalan Curah Hujan Tahun 2009 dan 2010 ............. 73

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Kotak dialog awal proses penggambaran plot ................... 42

    Gambar 2. Proses pemberian label pada plot ....................................... 43

    Gambar 3. Plot Data Asli Curah Hujan ............................................... 43

    Gambar 4. Kotak dialog awal proses penggambaran trend ................. 44

    Gambar 5. Proses input variabel data asli curah hujan ........................ 44

    Gambar 6. Proses pemberian label pada trend ..................................... 45

    Gambar 7. Trend Data Asli Curah Hujan ............................................ 45

    Gambar 8. Kotak dialog awal proses grafik FAK ................................ 46

    Gambar 9. Proses input variabel grafik FAK ....................................... 46

    Gambar 10. FAK Data Asli Curah Hujan ............................................ 47

    Gambar 11. Kotak dialog awal proses grafik FAKP ........................... 48

    Gambar 12. Proses input variabel grafik FAKP .................................. 48

    Gambar 13. FAKP Data Asli Curah Hujan .......................................... 49

    Gambar 14. Kotak dialog awal proses pembeda (difference) .............. 51

    Gambar 15. Proses input variabel data pembeda ................................. 51

    Gambar 16. Plot Data Selisih Satu Curah Hujan ................................. 52

    Gambar 17. Trend Data Selisih Satu Curah Hujan .............................. 52

    Gambar 18. FAK Data Selisih Satu Curah Hujan ................................ 53

    Gambar 19. FAKP Data Selisih Satu Curah Hujan ............................. 54

    Gambar 20. Plot Data Selisih Kedua Curah Hujan .............................. 57

    Gambar 21. Trend Data Selisih Kedua Curah Hujan ........................... 57

  • xiii

    Gambar 22. FAK Data Selisih Kedua Curah Hujan ............................ 58

    Gambar 23. FAKP Data Selisih Kedua Curah Hujan .......................... 59

    Gambar 24. Proses estimasi parameter dari model pertama ................ 62

    Gambar 25. Proses estimasi parameter dari model kedua ................... 65

    Gambar 26. Proses peramalan dengan model terpilih.......................... 69

    Gambar 27. Proses input banyaknya data yang akan diramal.............. 70

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Data Asli Curah Hujan Kabupaten Brebes .................... 80

    Lampiran 2. Data Selisih Satu Curah Hujan Kabupaten Brebes ........ 81

    Lampiran 3. Data Selisih Kedua Curah Hujan Kabupaten Brebes .... 82

    Lampiran 4. Usulan Pembimbing ....................................................... 83

    Lampiran 5. Izin Observasi ................................................................ 84

    Lampiran 6. Laporan Berkala Proses Bimbingan .............................. 85

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Angin yang mengandung uap air dan naik ke atas karena suhu yang

    makin rendah kemudian mengembun dan berkumpul. Kumpulan embun

    tersebut membentuk awan. Kumpulan embun ini bergabung menjadi titik-

    titik air dan kemudian jatuh ke tanah. Jatuhnya titik-titik air ini disebut

    hujan (Arismunandar, 1988:9).

    Prakiraan curah hujan dengan segala bentuk analisis dan informasi

    yang dihasilkan besar dampaknya guna membantu dan menunjang

    kegiatan sosial ekonomi di Indonesia. Hasil prakiraan curah hujan dapat

    dilihat pada beberapa media. Namun, masih banyak yang belum tahu

    bagaimana memprakirakan curah hujan itu. Pada Tugas Akhir ini penulis

    mengambil data tentang curah hujan di Kabupaten Brebes karena ingin

    mengetahui intensitas terjadinya curah hujan di Kabupaten Brebes.

    Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari 35 daerah otonom di

    Provinsi Jawa Tengah. Terletak di sepanjang pantai utara Laut Jawa,

    memanjang ke selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Banyumas

    dan Kabupaten Tegal, sebelah timur berbatasan dengan Kota Tegal dan

    sebelah barat berbatasan dengan kota Cirebon Jawa Barat. Letaknya antara

    6 44 - 7 21 Lintang Selatan dan antara 108 11 Bujur Timur. Luas

    Wilayah Kabupaten Brebes adalah 1661,17 km2 (Anonim, 2005:1),

    1

  • 2

    tersebar di 17 Kecamatan dengan topografi 5 kecamatan merupakan

    daerah pantai, 9 kecamatan dataran rendah dan 3 kecamatan dataran tinggi.

    Luas tanah menurut penggunaan dibagi menjadi tanah sawah dan tanah

    kering. Luas lahan sawah sebesar 63.343 ha (38,13%) dan luas tanah

    kering sebesar 102.774 ha (61,87%). Luas lahan sawah di Kabupaten

    Brebes sebagian berpengairan tehnis (77,83%) baik irigasi tehnis, irigasi

    sederhana maupun irigasi desa/PU, sedangkan sisanya (22,17%)

    merupakan sawah tadah hujan. Sesuai dengan letak geografis, iklim di

    Kabupaten Brebes merupakan iklim daerah tropis sehingga mayoritas

    masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani. Dalam satu tahun

    hanya ada 2 (dua) musim yaitu musim kemarau antara bulan April sampai

    September dan musim penghujan antara bulan Oktober Maret. Pada

    tahun 2000 ini temperatur udara rata-rata 21,70 C dan maksimum 34 C

    (Anonim, 2005:1), sehingga Kabupaten Brebes secara umum dikatakan

    udara panas. Sedangkan rata-rata hari hujan per bulan pada tahun 2008

    adalah 12,9 hari dengan curah hujan 1595,0 mm (Anonim, 2005:1).

    Perkembangan statistik sebagai metode ilmiah telah mempengaruhi

    tiap aspek kehidupan manusia. Peramalan merupakan cabang ilmu statistik

    yang merupakan salah satu unsur penting dalam pengambilan keputusan.

    Ramalan yang dilakukan umumnya berdasarkan pada data masa lampau

    yang dianalisis dengan menggunakan cara-cara tertentu. Data masa

    lampau dikumpulkan, dipelajari, dan dianalisis dihubungkan dengan

    gerakan waktu. Karena adanya faktor waktu ini, maka hasil analisis

  • 3

    tersebut kita mencoba menyatakan sesuatu yang akan terjadi di masa yang

    akan datang. Jelas dalam hal ini kita berharap ketidakpastian sehingga

    akan ada faktor keseksamaan yang harus diperhitungkan. Yang jelas tidak

    akan selalu didapatkan hasil ramalan dengan ketepatan 100%.

    Untuk keperluan analisis peramalan, ada tiga model yaitu : model

    ekonometrika, model deret berkala, dan model ramalan kualitatif. Model

    ramalan runtun waktu merupakan salah satu model ramalan deret berkala

    yang bertujuan untuk mencari pola data yang paling cocok dari

    sekelompok data. Alasan menggunakan analisis runtun waktu adalah

    selain memanfaatkan sepenuhnya data masa lalu dan data sekarang untuk

    menghasilkan peramalan, analisis runtun waktu juga berlaku untuk semua

    tipe data.

    Data analisis runtun waktu dibedakan menjadi dua yaitu data

    musiman (seasonal) dan data bukan musiman (nonseasonal). Salah satu

    contoh data musiman adalah data curah hujan, hujan terjadi saat musim

    hujan. Tetapi saat-saat sekarang ini terjadinya hujan tidak menentu,

    sehingga perlu adanya prakiraan atau ramalan curah hujan untuk

    mengetahui apakah intensitas curah hujan selalu statis setiap kali musim

    hujan di setiap tahunnya. Karena hujan terjadi pada kurun waktu tertentu

    maka peramalan curah hujan dilakukan dengan menggunakan metode

    analisis runtun waktu.

  • 4

    Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul

    Prakiraan Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Brebes dengan Metode

    Analisis Runtun Waktu Berbantuan Software MINITAB 14.

    1.2 Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah

    1.2.1 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang

    diambil adalah sebagai berikut.

    1. Bagaimanakah model runtun waktu yang tepat untuk data curah

    hujan di Kabupaten Brebes Tahun 2008?

    2. Bagaimana prakiraan curah hujan di Kabupaten Brebes untuk

    dua tahun ke depan yaitu Tahun 2009 dan Tahun 2010?

    1.2.2 Pembatasan Masalah

    Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis hanya mengambil

    data tentang curah hujan di Kabupaten Brebes. Dengan

    diperolehnya data tersebut maka penulis ingin mengetahui model

    runtun waktu yang tepat dan memperkirakan curah hujan di

    Kabupaten Brebes untuk dua tahun ke depan.

    1.3 Tujuan dan Manfaat

    1.3.1 Tujuan

    Tujuan pembuatan Tugas Akhir tentang prakiraan curah hujan

    di Kabupaten Brebes adalah sebagai berikut.

  • 5

    1. Untuk mengetahui model runtun waktu yang tepat untuk data

    curah hujan di Kabupaten Brebes Tahun 2008

    2. Untuk mengetahui prakiraan curah hujan di Kabupaten Brebes

    untuk dua tahun ke depan yaitu Tahun 2009 dan Tahun 2010

    1.3.2 Manfaat

    Manfaat pembuatan Tugas Akhir tentang prakiraan curah hujan

    di Kabupaten Brebes adalah sebagai berikut.

    1. Bagi Penulis

    a. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan

    mengenai analisis time series (runtun waktu) dan peramalan

    b. Dapat memberikan suatu metode alternatif untuk

    melakukan analisis data.

    c. Membantu penulis dalam mengaplikasikan dan menerapkan

    ilmu yang telah didapatkan dari bangku perkuliahan

    sehingga menunjang kesiapan untuk terjun ke dunia kerja.

    2. Bagi Jurusan Matematika

    a. Dapat dijadikan sebagai bahan studi kasus bagi pembaca

    b. Sebagai bahan referensi bagi pihak perpustakaan untuk

    dijadikan sebagai bahan bacaan yang dapat menambah ilmu

    pengetahuan bagi pembaca.

    3. Bagi Badan Meteorologi dan Geofisika

    Hasil peramalan ini diharapkan dapat membantu pihak

    Badan Meteorologi dan Geofisika untuk memprediksi curah

  • 6

    hujan setiap bulannya dengan baik serta bisa dijadikan

    pembanding antara analisis yang dilakukan oleh mahasiswa

    dengan pihak Badan Meteorologi dan Geofisika.

    1.4 Sistematika Penulisan

    Sistem penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini dikelompokkan

    menjadi tiga bagian utama, yaitu: bagian awal laporan, bagian isi laporan,

    dan bagian akhir laporan.

    1. Bagian Awal Tugas Akhir ini berisi sebagai berikut:

    Bagian awal tugas akhir memuat halaman judul, abstrak, halaman

    pengesahan, Motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan

    daftar lampiran, daftar tabel.

    2. Bagian Isi Tugas Akhir ini berisi sebagai berikut :

    BAB I

    BAB II

    PENDAHULUAN

    Dalam bab ini akan dibahas dan diuraikan latar belakang,

    rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat ,

    penegasan istilah dan sistematika penulisan.

    LANDASAN TEORI

    Dalam bab ini akan dibahas dan diuraikan secara teoritis

    mengenai konsep-konsep yang dijadikan landasan teori

    masalah dan berisi deskripsi tentang curah hujan serta

    metode runtun waktu untuk menyelesaikan masalah.

  • 7

    BAB III

    BAB IV

    BAB V

    METODE KEGIATAN

    Dalam bab ini akan dibahas dan diuraikan metode kegiatan

    yang berisi langkah-langkah yang ditempuh untuk

    memecahkan masalah, variabel yang digunakan, cara

    pengumpulan data dan analisis data.

    HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

    Dalam bab ini akan dikemukakan metode kegiatan yang

    berasal dari output Minitab dan kemudian hasil tersebut

    dianalisis serta dibahas.

    PENUTUP

    Bagian penutup memuat simpulan dan saran yang berkaitan

    dengan hasil pembahasan.

    3. Bagian Akhir Tugas Akhir ini berisi sebagai berikut:

    Bagian akhir daftar pustaka untuk memberikan informasi tentang

    buku sumber data literatur lainnya yang digunakan dan lampiran.

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Curah Hujan

    Angin yang mengandung uap air dan naik ke atas karena suhu yang

    makin rendah kemudian mengembun dan berkumpul. Kumpulan embun

    tersebut membentuk awan. Kumpulan embun ini bergabung menjadi titik-

    titik air dan kemudian jatuh ke tanah. Jatuhnya titik-titik air ini disebut

    hujan (Arismunandar, 1988:9).

    Banyaknya curah hujan yang mencapai tanah atau permukaan bumi

    selama selang waktu tertentu dinyatakan dengan ketebalan atau ketinggian

    air hujan seandainya menutupi proyeksi horisontal permukaan bumi

    tersebut dan tidak ada yang hilang karena penguapan, limpasan, dan

    infiltrasi atau peresapan (Prawirowardoyo, 1996:197). Oleh karena itu

    banyaknya curah hujan dinyatakan dengan satuan milimeter (mm). Di

    beberapa Negara banyaknya curah hujan masih dinyatakan dengan inci

    (Prawirowardoyo,1996:130).

    Menurut Kartasapoetra (2004:14), Hujan merupakan salah satu bentuk

    presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer.

    Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es. Untuk dapat terjadinya

    hujan diperlukan titik-titik kondensasi ini mempunyai sifat dapat

    mengambil uap air dari udara. Satuan curah hujan diukur dalam mm/inci.

    Curah hujan 1 mm artinya air hujan yang jatuh setelah 1 mm tidak

    8

  • 9

    mengalir, tidak meresap dan tidak menguap. Hari hujan artinya suatu hari

    di mana curah hujan kurang dari 0,5 mm per hari, jumlah ini tidak berarti

    bagi tanaman, karena akan habis menguap apabila ada angin. Hari hujan

    tanaman artinya suatu hari yang curah hujannya kurang dari 2,5 mm dan

    dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Intensifikasi hujan adalah banyaknya

    curah hujan per satuan jangka waktu tertentu. Apabila dikatakan intensitas

    besar berarti hujan lebat dan ini kurang baik bagi tanaman dan peternakan,

    karena dapat menimbulkan erosi dan banjir. Sifat awan yang dapat

    mengakibatkan hujan oleh manusia digunakan untuk membuat hujan

    buatan. Dalam mempercepat hujan, orang memberi zat yang higroskopis

    sebagai inti kondensasi (perak iodide, Kristal es, es kering atau CO2

    padat). Zat-zat tersebut ditaburkan ke udara dengan menggunakan pesawat

    terbang.

    Menurut Kartasapoetra (2004:14), berdasarkan terjadinya proses

    presipitasi, hujan dapat dibagi menjadi :

    1. Hujan Konveksi, yaitu suatu proses hujan yang berdasarkan atas

    pengembangan udara yang dipanaskan, jadi akan terus naik. Pada

    waktu naik temperatur akan turun sampai suatu saat terjadi kondensasi

    maka timbullah hujan.

    2. Hujan Orografis, yaitu suatu proses hujan di mana udara terpaksa naik

    karena adanya penghalang, misalnya gunung. Pada lereng gunung

    yang menghadap angin datang akan mempunyai hujan yang tinggi,

  • 10

    sedangkan pada lereng sebelahnya di mana udara turun akan terjadi

    panas yang sifatnya kering.

    3. Hujan Frontal, banyak terjadi pada daerah lintang pertengahan di mana

    temperatur massa udara tidak sama, akibatnya apabila massa udara

    yang panas naik sampai ke massa udara yang dingin akan terjadi

    kondensasi dan timbullah hujan.

    Menurut Arismunandar (1988:9), pengukuran curah hujan dinyatakan

    dengan tingginya air dalam suatu tabung, biasanya dalam mm. Untuk

    mengukur curah hujan digunakan alat ukur hujan (rain gauge) yang

    dikenal antara lain adalah alat ukur hujan yang dapat mengukur sendiri

    dan alat ukur hujan biasa. Alat pengukur hujan biasa, digunakan untuk

    mengukur curah hujan dalam satu hari dan kurang tepat untuk mengetahui

    intensitasnya dan lamanya hujan itu berlangsung. Alat pengukur hujan

    yang mencatat sendiri sesuai untuk mengukur intensitas dan lamanya

    hujan. Alat ini sangat cocok dan tepat untuk pengukuran hujan dengan

    jangka waktu yang lama di daerah-daerah pegunungan di mana para

    pengamat sulit untuk tinggal lama di daerah itu. Dewasa ini jenis tersebut

    banyak digunakan di waduk-waduk besar di hulu sungai.

    2.2 Prakiraan Curah Hujan

    Saat ini metode prakiraan curah hujan bulanan dan musiman yang

    dilakukan oleh Badan Meteorolgi dan Geofisika (BMG) dapat dibagi

    menjadi dua yaitu sebagai berikut.

  • 11

    1. Metode yang berbasis statistik

    Metode yang berbasis statistik umumnya bersifat objektif dalam

    arti hasil keluaran (output) murni dari perhitungan formula yang

    digunakan. Ada beberapa cara yang digunakan dalam menggunakan

    metode statistik yaitu:

    a. Regresi Linear

    Menurut Supranto (2001:182), model yang paling sederhana

    saat ini adalah regresi linear. Pada dasarnya model ini mencari

    hubungan dua variabel. Satu variabel disebut sebagai variabel

    independent (variabel bebas) dan yang satu disebut variabel

    dependent (variabel terikat). Dalam hal prakiraan curah hujan yang

    menjadi variabel dependent adalah curah hujan dan yang menjadi

    variabel independent adalah unsur-unsur lain, bisa juga curah hujan

    itu sendiri. Persamaan regresi linear adalah

    = a + bX

    Dimana :

    = estimasi dari Y

    X = Variabel independent

    a,b = parameter

    b. Regresi Linear Ganda

    Menurut Supranto (2001:237), regresi linear ganda membahas

    hubungan variabel terikat dengan dua atau lebih variabel bebas.

    Model regresi linear ganda atas X1, X2,....Xn ditaksir oleh

  • 12

    b0 + b1 = b0 + b1X1 + b2X2 + ..+ bnXn

    Dimana :

    = estimasi parameter X1 + b2X2 + ..+ bnXn

    b0, b1, b2,., bn adalah penduga parameter B1, B2,..,B3

    berdasarkan data dari sampel.

    X1, X2,., Xn adalah variabel bebas.

    c. Autoregresi

    Menurut Subagyo (1986:91), Autoregresi pada dasarnya sama

    seperti regresi sederhana biasa, perbedaanya adalah kalau pada

    auto regresi, nilai variabel independentnya merupakan nilai dari

    variabel sebelumnya, sedangkan kalau regresi sederhana, nilai

    variabel independentnya merupakan nilai dari variabel lain.

    Rumus untuk mencari persamaan auto regresi :

    sttXy , dimana :

    2

    st

    2

    st

    tsttst

    XXN

    X XX XN

    Dengan :

    N = banyaknya pasangan data

    s = selisih waktu atau periode antara dependent variable dengan

    independent variable.

    tX -

    stX

  • 13

    d. Autokorelasi

    Menurut Subagyo (1986:92), Autokorelasi juga pada dasarnya

    sama seperti koefisien korelasi biasa, perbedaanya adalah kalau

    pada auto korelasi, nilai variabel independentnya merupakan nilai

    dari sebelumnya sedangkan kalau koefisien korelasi, nilai variabel

    independentnya merupakan nilai dari variabel lain.

    Untuk menghitung koefisien autokorelasi, digunakan rumus

    sebagai berikut.

    r 2

    t

    2

    t

    2

    st

    2

    st

    tsttst

    XXNXXN

    X XX XN

    Atau

    2

    t

    2

    st

    tst

    xx

    xxr

    e. Moving Average

    Menurut Subagyo (1986:7), moving average merupakan salah

    satu metode dari smoothing, ada dua jenis moving average yaitu

    single moving average dan double moving average.

    2. Metode fisis atau dinamis

    Metode fisis atau dinamis adalah melihat perkembangan

    parameter-parameter cuaca baik secara mingguan maupun bulanan.

    Untuk mengetahui perkembangan-perkembangan parameter ini

    digunakan data-data dari internet yang dapat diakses setiap saat.

    Parameter ini sangat berguna untuk mengetahui perkembangan cuaca

  • 14

    dalam skala regional maupun global, terutama untuk memonitor

    sekaligus memprediksi gejala-gejala cuaca ekstrim. Metode yang

    digunakan adalah analogi-analogi serta analisisnya, karena hubungan

    antara teori pada penelitian seperti siklus sehingga metode dinamis

    bersifat subjektif. Namun demikian metode ini sangat berguna untuk

    membuat koreksi-koreksi dari hasil perhitungan metode secara statistik

    (Effendi, 1988 :22).

    2.3 Analisis Runtun Waktu

    Runtun waktu (time series) adalah himpunan observasi terurut dalam

    waktu atau dalam dimensi lain (Soejoeti, 1987:36). Berdasarkan sejarah

    nilai observasinya, runtun waktu dibedakan menjadi dua yaitu runtun

    waktu deterministik dan runtun waktu stokastik. Runtun waktu

    deterministik adalah runtun waktu yang nilai observasi yang akan datang

    dapat diramalkan secara pasti berdasarkan observasi lampau. Runtun

    waktu stokastik adalah runtun waktu dengan nilai observasi yang akan

    datang bersifat probabilistik, berdasarkan observasi yang lampau

    (Soejoeti,1987: 22).

    Asumsi yang penting yang harus dipenuhi dalam memodelkan runtun

    waktu adalah asumsi kestasioneran artinya sifat-sifat yang mendasari

    proses tidak dipengaruhi oleh waktu atau proses dalam keseimbangan.

    Apabila asumsi stasioner belum dipenuhi maka deret belum dapat

  • 15

    dimodelkan. Namun, deret yang nonstasioner dapat ditransformasikan

    menjadi deret yang stasioner.

    2.4 Metode ARIMA

    Metode ARIMA merupakan metode yang dikembangkan oleh George

    Box dan Gwilym Jenkins sehingga nama mereka sering disinonimkan

    dengan proses ARIMA yang diterapkan untuk analisis data dan peramalan

    data runtun waktu (Makridakis, 1998:450).

    Menurut Sugiarto metode ARIMA berbeda dengan metode peramalan

    lain karena metode ini dapat dipakai untuk semua tipe pola data. Metode

    ARIMA akan bekerja dengan baik apabila data runtun waktu yang

    digunakan bersifat dependent atau berhubungan satu sama lain secara

    statistik. Secara umum model ARIMA dirumuskan dengan notasi

    ARIMA(p,d,q)

    Dalam hal ini:

    p = Orde atau derajat (AR)

    d = Orde atau derajat pembeda (I)

    q = Orde atau derajat (MA)

    Model ARIMA secara musiman umumnya dinotasikan:

    ARIMA(p,d,q) (P,D,Q)s

    Dalam hal ini :

    (p,d,q) = Bagian yang tidak musiman dari model

    (P,D,Q) = Bagian musiman dari model

  • 16

    s = Jumlah Periode Musiman

    1. Model AR

    Menurut Sugiarto (2000:177), model AR adalah model yang

    menggambarkan bahwa variabel dependent dipengaruhi oleh variabel

    dependent itu sendiri. Secara umum model AR mempunyai bentuk

    sebagai berikut :

    Yt = + +.+ +

    Dimana:

    Yt = nilai variabel dependent pada waktu t

    = intersep / nilai konstan

    = variabel dependent yang dalam hal ini merupakan beda waktu

    dari variabel dependent pada suatu periode sebelumnya.

    = residual pada waktu t

    Orde dari model AR diberi notasi p yang ditentukan oleh jumlah

    periode variabel dependent yang masuk dalam model.

    2. Model MA

    Menurut Sugiarto (2000:179), secara umum model AR mempunyai

    bentuk sebagai berikut.

    Yt = W0 + - W1 W2 - Wq

    Dimana:

    Yt = nilai variabel dependent pada waktu t

    W0 = intersep / nilai konstan

    , , = nilai residual sebelumnya

  • 17

    W0, W1, Wq = koefisien model MA yang menunjukkan bobot

    = residual pada waktu t

    Perbedaan model MA dengan model AR terletak pada jenis

    variabel independent. Jika variabel pada model AR adalah nilai

    sebelumnya dari variabel independent maka pada model MA yang

    menjadi variabel independent adalah nilai residual pada periode

    sebelumnya.

    3. Model ARIMA

    Menurut Sugiarto (2000:180), model AR dan MA dikombinasikan

    untuk menghasilkan model ARIMA dengan bentuk umum sebagai

    berikut :

    Yt = + +.+ + W1 W2 - Wq +

    Dengan penggabungan ini diharapkan model ARIMA dapat

    mengakomodasi pola data yang tidak diidentifikasi secara sendiri-

    sendiri oleh model MA atau AR. Orde dari model ARIMA ditentukan

    oleh jumlah periode variabel independent baik dari nilai sebelumnya

    dari variabel independent maupun nilai residual periode sebelumnya.

    Menurut Sugiarto (2000:180), Untuk menyatakan model ARIMA

    (p,d,q) (P,D,Q)s selanjutnya secara aljabar sederhana tetap dapat

    berkepanjangan. Di sini notasi yang sangat bermanfaat adalah operasi

    sift mundur (backward) yang penggunaannya adalah BXt = Xt-1 .Dua

    penerapan B untuk sift Xt akan menggeser data tersebut dua periode ke

    belakang dan seterusnya, dan notasinya adalah B(BXt) = B2Xt = Xt-2.

  • 18

    Untuk data bulanan maka dapat digunakan B12

    dan notasinya adalah

    B12

    Xt = Xt-2, operasi sift mundur tersebut sangat tepat untuk proses

    pembedaan.

    Pembedaan pertama :

    = -

    = (1-B)

    Misal kalau model ARIMA (0,1,1)(1,1,1)12

    (1- B12

    )(1-B)(1-B12

    ) Yt = (1-W1B)(1- B12

    )

    Dimana:

    (1- B12

    ) = AR(1) musiman

    (1-B) = pembedaan tidak musiman

    (1-B12

    ) = pembedaan musiman

    (1-W1B) = MA(1) tidak musiman

    (1- B12

    ) = MA(1) musiman

    Menurut Soejoeti (1987:2.25), secara lengkap tahapan dalam

    model ARIMA adalah sebagai berikut.

    1) Kestasioneran data

    Data stasioner adalah data yang mempunyai rata-rata dan

    varians yang konstan sepanjang waktu (Soejoeti, 1987:2.25).

    Dengan kata lain data stasioner adalah data yang tidak mengalami

    kenaikan atau penurunan. Misalnya data yang bersifat trend adalah

    contoh data yang tidak stasioner karena rata-ratanya berubah

    sepanjang waktu. Apabila data yang menjadi input dari model

  • 19

    ARIMA tidak stasioner, perlu dimodifikasi untuk menghasilkan

    data yang stasioner. Salah satu metode yang umum dipakai adalah

    metode pembedaan (differencing). Metode ini dilakukan dengan

    cara mengurangi nilai data pada suatu periode dengan nilai periode

    sebelumnya.

    Tabel 1 Cara Kerja Metode Pembeda

    Data Asli Pembeda Pertama Data Hasil Transformasi

    10

    15 15 10 5

    20 20 15 5

    25 25 20 5

    30 30 - 25 5

    Seperti yang dapat dilihat pada tabel 1 di atas, data asli yang

    dimiliki jelas menunjukkan pola trend yang tentu saja tidak

    stasioner. Setelah dilakukan pembedaan pertama data hasil

    transformasi ternyata sudah stasioner (nilainya 5 sepanjang waktu).

    Perlu diingat bahwa data yang dimasukkan sebagai input pada

    model ARIMA akan menentukan notasi dalam model ARIMA.

  • 20

    Data Input Notasi ARIMA

    Data Asli ARIMA (p,d,q)

    Data Asli Transformasi Pembeda 1 ARIMA (p,1,q)

    Data Asli Transformasi Pembeda 2 ARIMA (p,2,q)

    2) Identifikasi model yang diselidiki

    Menurut Sugiarto (2000:188), Identifikasi model sementara

    dilakukan dengan membandingkan distribusi koefisien autokorelasi

    dan koefisien autokorelasi parsial actual dengan distribusi teoritis,

    secara umum berlaku prinsip sebagai berikut.

    Jika koefisien korelasi menurun secara eksponensial menuju

    nol pada umumnya terjadi proses autoregresif (AR). Estimasi

    ordo AR dapat dilihat dari jumlah koefisien autokorelasi parsial

    yang berbeda secara signifikan dari nol. Sebagai contoh apabila

    koefisien autokorelasi menurun secara eksponensial menuju nol

    dan hanya koefisien autokorelasi parsial orde satu yang

    signifikan model sementara tersebut adalah AR(1).

    Jika koefisien korelasi parsial menurun secara eksponensial

    menuju nol, pada umumnya terjadi proses MA.

    Jika baik koefisien autokorelasi maupun autokorelasi parsial

    menurun secara eksponensial menuju nol berarti terjadi proses

    ARIMA. Orde dari ARIMA dapat dilihat dari jumlah koefisien

  • 21

    autokorelasi dan koefisien autokorelasi parsial yang signifikan

    berbeda dari nol.

    3) Estimasi parameter dalam model

    Setelah model sementara untuk suatu runtun waktu

    diidentifikasikan, langkah selanjutnya adalah mencari estimasi

    terbaik untuk parameter-parameter dalam model sementara

    tersebut. Untuk melakukan hitungan dengan metode estimasi

    digunakan program komputer dalam perhitungannya, dalam hal ini

    menggunakan program Minitab 14.

    Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah parameter

    yang diperoleh signifikan atau tidak.

    Hipotesis

    H0 : Parameter = 0

    H1 : Parameter 0

    Statistik Hitung

    Thitung =

    Kriteria Uji

    H0 ditolak apabila

    T tabel bisa dilihat pada tabel distribusi student.

    4) Verifikasi model (diagnostic check)

    Langkah selanjutnya adalah verifikasi yaitu memeriksa apakah

    model yang kita estimasi cocok dengan data yang kita jumpai.

    Pengujian kelayakan model dapat dilakukan dengan beberapa cara:

  • 22

    Overfitting

    Overfitting dilakukan apabila kita menyangka bahwa

    mungkin diperlukan model yang lebih luas. Namun, dalam hal

    ini perlu diperhatikan bahwa dalam metode ARIMA berlaku

    prinsip PARSIMONI artinya model yang dipilih adalah model

    yang paling sederhana yaitu yang jenjangnya paling rendah dan

    parameternya paling sedikit.

    Menguji residual (Error term)

    Secara sistematis residual dapat dihitung dengan cara

    mengurangi data hasil ramalan dengan data asli. Setelah nilai

    residual diketahui, dilakukan perhitungan nilai koefisien

    autokorelasi dari nilai residual tersebut. Jika nilai-nilai

    koefisien korelasi dari residual untuk berbagai time lag tidak

    berbeda secara signifikan dari nol model dianggap memadai

    untuk dipakai sebagai model peramalan.

    Uji kekurangan kesesuaian (Lack of fit) dengan box-pierce Q

    Statistik box-pierce Q dihitung dengan model sebagai

    berikut :

    Dimana :

    n = banyaknya data asli

    rk = nilai koefisien autokorelasi time lag k

  • 23

    jika nilai Q lebih kecil dari nilai pada tabel Chi-Square

    dengan derajat kebebasan selisih dari pq. Dimana p dan q

    adalah orde dari AR dan MA maka model dianggap memadai,

    sebaliknya jika nilai Q lebih besar dari nilai pada tabel Chi-

    Square model dianggap memadai dan harus mengulangi

    langkah sebelumnya.

    5) Menggunakan model terpilih untuk peramalan

    Setelah diproses model memadai, peramalan pada satu atau

    lebih periode ke depan dapat dilakukan.

    Pemilihan model dalam metode ARIMA dilakukan dengan

    mengamati distribusi koefisien autokorelasi dan koefisien

    autokorelasi parsial

    Koefisien Autokorelasi

    Koefisien korelasi menunjukkan arah dan keeratan

    hubungan 2 variasi sehingga dapat menggambarkan apa yang

    terjadi pada 1 variabel bila terjadi perubahan pada variabel

    yang lain. Koefisien autokorelasi mirip dengan koefisien

    korelasi, hanya saja koefisien ini menunjukkan keeratan

    hubungan antara nilai variabel yang sama tetapi pada periode

    waktu yang berbeda.

    Untuk memperjelas konsep koefisien autokorelasi,

    diberikan contoh dalam tabel 2 sebagai berikut :

  • 24

    Tabel 2. Data Variabel X Berbagai Lag

    Variabel X Variabel Y Variabel Z

    10 20 30

    20 30 40

    30 40

    40

    Variabel Y adalah sebenarnya variabel X hanya saja

    periode dimundurkan (secara teknis distribusi time lag 1

    periode). Variabel Z juga merupakan variabel X hanya saja

    periodenya dimundurkan 2 periode (secara teknis distribusi

    time lag 2 periode). Apabila dilakukan perhitungan korelasi

    antara variabel X dan variabel Y akan dihasilkan koefisien

    autokorelasi time lag 1 periode (yang diberi lambang r1)

    Suatu koefisien autokorelasi perlu diuji untuk menentukan

    apakah secara statistik nilainya berbeda secara signifikan dari

    nol atau tidak,untuk itu perlu dihitung kesalahan standar

    dengan rumus :

    =

    Di mana:

    n = Banyaknya data

    Suatu koefisien autokorelasi disimpulkan tidak berbeda

    secara signifikan dari 0 apabila nilainya berada diantara :

  • 25

    s/d

    Dengan mengamati distribusi koefisien autokorelasi,

    analisis dapat mengidentifikasikan pola data dengan pedoman

    umum sebagai berikut.

    - Apabila nilai koefisien autokorelasi pada time lag 2

    periode, 3 periode tidak berbeda signifikan dari nol maka

    data tersebut adalah data stasioner.

    - Apabila nilai koefisien autokorelasi pada time lag pertama

    secara berurutan berbeda secara signifikan dari nol, maka

    data tersebut adalah data yang menunjukkan pola trend atau

    data tidak stasioner.

    - Apabila nilai koefisien autokorelasi pada beberapa time lag

    mempunyai jarak sistematis yang berbeda secara signifikan

    dari nol, data tersebut adalah data musiman.

    Autokorelasi Parsial

    Koefisien autokorelasi parsial mengukur tingkat keeratan

    hubungan antara Xt dengan Xt-k . sedangkan pengaruh dari time

    lag 1,2,3dan seterusnya sampai k-1 dianggap konstan.

    Dengan kata lain koefisien autokorelasi parsial mengukur

    derajat hubungan antara nilai sekarang dengan nilai

    sebelumnya (untuk time lag tertentu), sedangkan pengaruh nilai

    variabel time lag yang lain dianggap konstan.

  • 26

    2.5 Peramalan

    2.5.1 Definisi dan Tujuan Peramalan

    Pada dasarnya definisi peramalan menurut istilah adalah hasil

    meramal. Meramal mengandung pengertian menduga sesuatu yang

    akan terjadi. Jadi peramalan adalah proses menduga sesuatu yang

    akan terjadi di masa yang akan datang. Menurut teori peramalan

    (forecasting) adalah perkiraan mengenai sesuatu yang belum terjadi

    (Pangestu Subagyo, 1986:1). Peramalan bertujuan mendapatkan

    ramalan yang bisa meminimumkan kesalahan meramal yang

    biasanya diukur dengan metode Mean Squared Error (MSE), Mean

    Absolute Error (MAE), dan sebagainya (Subagyo, 1986:1).

    2.5.2 Prinsip dalam peramalan

    Metode peramalan dilakukan dengan cara mengekstrapolasi

    kondisi masa lalu untuk kondisi yang akan datang. Hal ini akan

    didasarkan pada asumsi bahwa kondisi masa lalu sama dengan

    kondisi masa mendatang. Atas dasar logika ini, langkah dalam

    metode peramalan secara umum adalah mengumpulkan data,

    menyeleksi dan memilih data, memilih model peramalan,

    menggunakan model terpilih untuk melakukan peramalan, evaluasi

    hasil akhir. Hal terpenting dalam peramalan adalah dapat

    meminimumkan kesalahan peramalan (Subagyo, 1986:6).

  • 27

    2.5.3 Hubungan Peramalan dengan Rencana

    Ramalan adalah peramalan apa yang akan terjadi pada waktu

    yang akan datang melalui studi masa lalu, sedangkan rencana adalah

    penentuan apa yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang

    (Pangestu Subagyo, 1986: 3). Peramalan pada umumnya digunakan

    untuk memprediksi sesuatu yang kemungkinan besar akan terjadi

    misalnya kondisi permintaan, banyaknya curah hujan, kondisi

    ekonomi, dan lain-lain. Sedangkan rencana menggunakan ramalan-

    ramalan yang ada untuk menetapkan target termasuk di dalamnya

    penetapan strategi untuk mencapai target itu. Dengan demikian

    peramalan dalah perkiraan mengenai sesuatu yang belum terjadi

    (Pangestu Subagyo, 1986:1). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

    ramalan adalah peramalan yang akan terjadi, tetapi Belum tentu

    dapat dilaksanakan. Pengambilan keputusan mempengaruhi hasil

    akhir seperti yang diharapkan. Misalnya dari ramalan diramalkan

    curah hujan bulan agustus 2007 sebesar 132 mm. Maka belum tentu

    pada waktu tersebut banyaknya curah hujan sebesar itu. Namun

    setidaknya dengan adanya ramalan tersebut akan dapat dibuat

    rencana di berbagai bidang kehidupan manusia yang disesuaikan

    dengan kondisi banyaknya curah hujan tersebut.

  • 28

    2.6 Software Minitab 14

    Minitab merupakan salah satu paket program pengolahan data statistik

    yang sangat baik dan digemari oleh statistisi maupun ahli teknik.

    Kemampuan dan ketangguhan paket program ini meliputi hampir semua

    alat analisis statistik yaitu statistik dasar yang meliputi: descriptive, 1

    sample dan paired parametric test dan analisis runtun waktu yang

    meliputi: trend, dekomposition, moving average, smoothing, winters dan

    metode ARIMA.

    Pada dasarnya Minitab hampir sama fungsinya dengan SPSS,

    perbedaannya hanya pada output, entry data dan interpretasi dari output.

    Minitab memberikan kemudahan dalam memecahkan data dengan model

    time series , salah satunya adalah model data curah hujan.

    Menurut Iriawan (2006:349), Langkah-langkah melakukan peramalan

    dengan menggunakan Software Minitab 14 adalah sebagai berikut.

    1. Pemasukan Data ke Program Minitab

    a. Membuka program minitab, yaitu dengan cara klik Start All

    Programs Minitab 14 Minitab

    b. Setelah itu kemudian akan muncul kotak dialog pertama kali dari

    program Minitab, dengan munculnya kotak dialog tersebut, maka

    menu-menu yang terdapat pada program Minitab harus kita ketahui

    fungsi dan tujuan penggunaannya masing-masing. Seperti kolom

    untuk mengisi data, bagian output dari hasil analisis, dan

    sebagainya. Kotak dialog tersebut adalah seperti di bawah ini

  • 29

    Keterangan :

    1 = Menu bar

    2 = Toolbar

    3 = Session windows

    4 = Cell

    5 = Data windows

    c. Data runtun waktu dimasukkan mulai cell baris 1 kolom C1,

    kemudian ketik data pertama dan seterusnya secara menurun dalam

    kolom yang sama. Format kolom tersebut harus dalam numeric

    atau angka.

    2. Menggambar Plot Data Runtun Waktu

    Langkah-langkah menggambar plot data adalah sebagai berikut.

    a. Untuk memulai, pilih menu Stat Time Series Time Series

    Plots sehingga muncul tampilan seperti berikut :

    1

    2

    3

    4

    5

  • 30

    b. Pada kotak dialog di atas, pilih Simple, selanjutnya klik OK

    Layar monitor akan memperlihatkan kotak dialog Time Series

    Plot, seperti gambar di bawah ini :

    c. Pada kotak dialog di atas, data tersebut dimasukkan pada kotak

    Series

    d. Icon-icon yang lain diatur sesuai dengan keinginan

    e. Kemudian klik OK

    f. Maka akan didapatkan output plot dari data.

  • 31

    3. Menggambar Grafik Trend Analisis

    Untuk menentukan garis trend dari data-data tersebut, maka akan

    digunakan trend analisis, adapun cara untuk menggambarkan grafik

    trend adalah sebagai berikut.

    a. Untuk memulai, pilih menu Stat Time Series Trend Analysis

    sehingga muncul tampilan seperti berikut :

    b. Klik dua kali data pada kolom 1 yang akan di gambar grafik

    trendnya

    c. Data yang telah di klik dua kali akan masuk pada kolom 2

    d. Kemudian pilih icon Optionsbertujuan untuk memberikan judul

    pada trend analisis yang dibuat.

    4. Menggambar Fungsi Auto Korelasi (FAK) dan Fungsi Auto Korelasi

    Parsial (FAKP)

    Untuk menentukan apakah data runtun waktu stasioner atau tidak

    dan untuk menentukan model yang tepat dari data tersebut, maka

    1 2

  • 32

    digunakan Fungsi Auto Korelasi (FAK) dan Fungsi Auto Korelasi

    Parsial (FAKP). Adapun untuk membuat grafik FAK dan FAKP

    langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

    a. Untuk menggambar grafik FAK

    Pilih menu StatTime Series Autocorrelations , maka akan

    muncul tampilan sebagai berikut.

    Pilih data pada kolom 1 yang akan digambar grafik FAK dan

    klik dua kali pada data tersebut

    Data yang dimaksud akan masuk ke dalam kolom 2

    Pilih options Number of Lags dan isi berapa banyaknya lag

    atau langkah pada kolom 3

    Ketikkan judul FAK tersebut pada kolom 4

    Klik OK

    1 3 2

    4

  • 33

    b. Untuk menggambar grafik FAKP

    Pilih menu StatTime Series Partial Autocorrelations ,

    maka akan muncul tampilan sebagai berikut.

    Pilih data pada kolom 1 yang akan digambar grafik FAKP dan

    klik dua kali pada data tersebut

    Data yang dimaksud akan masuk ke dalam kolom 2

    Pilih options Number of Lags dan isi berapa banyaknya lag

    atau langkah pada kolom 3

    Ketikkan judul FAKP tersebut pada kolom 4

    Klik OK

    5. Untuk Menghitung Data Selisih

    Jika data tidak stasioner, maka untuk menentukan kestasioneran

    data runtun waktu digunakan data selisih. Langkah-langkah

    pembuatannya adalah sebagai berikut.

    1 3

    2

    4

  • 34

    a. Pilih menu StatTime Series Differences , maka akan muncul

    tampilan sebagai berikut.

    b. Pilih data pada kolom 1 yang akan dicari selisihnya dengan klik

    dua kali pada data tersebut

    c. Kemudian data yang dimaksud akan berpindah pada kolom 2

    d. Kotak Store Differences in atau pada kolom 3 digunakan untuk

    menuliskan di kolom mana hasil dari perhitungan selisih

    diletakkan, kotak lag selalu isi dengan 1.

    e. Klik OK

    6. Menaksir Parameter Model

    Untuk menentukan model mana yang cocok dan tepat untuk bisa

    dilakukan forecast atau peramalan, maka langkah-langkahnya adalah

    sebagai berikut.

    1 2

    3

  • 35

    a. Pilih menu StatTime Series ARIMA.. , maka akan muncul

    tampilan sebagai berikut.

    b. Pilih data pada kolom 1 yang akan dicari nilai output untuk

    mengetahui apakah modelnya tepat atau tidak, caranya klik dua

    kali pada data tersebut

    c. Data yang dimaksud akan berpindah pada kolom 2

    d. Isikan besarnya ordo sesuai dengan model pada kolom

    Autoregressive, Difference dan Moving Average yang

    ditunjukkan pada nomor 3

    e. Klik OK

    7. Peramalan

    Setelah langkah-langkah seperti di atas selesai, maka tinggal

    melakukan peramalan. Langkah-langkah melakukan peramalan adalah

    1 2 3

  • 36

    sama seperti proses Pembandingan model yang paling baik, hanya saja

    model mana yang sudah tepat untuk forecast yang sudah dihasilkan

    pada langkah ke 6, kemudian klik Forecast, kemudian akan muncul

    tampilan sebagai berikut.

    a. Lead diisi dengan jumlah periode peramalan ke depan yang akan

    diramalkan, misalnya jika periode waktu yang digunakan adalah

    bulanan dan kita ingin meramalkan 5 tahun ke depan maka kita isi

    dengan 60, kemudian kotak Forecasts diisi data yang modelnya

    sudah tepat untuk memforecast, Lower Limits diisi data asli dan

    Upper limits diisi data selisih kedua.

    b. Klik OK

    3 2 1

  • BAB III

    METODE KEGIATAN

    3.1 Ruang Lingkup

    Ruang lingkup kegiatan dalam tugas akhir ini adalah data curah hujan di

    Kabupaten Brebes bulan Januari 2004 sampai Desember 2008. Data curah

    hujan tersebut akan dibuat nilai peramalan Tahun 2009 dan 2010. Dalam

    penulisan tugas akhir ini, penulis memperoleh data dari Badan Meteorologi

    dan Geofisika (BMG) Wilayah II Stasiun Klimatologi Semarang.

    Stasiun Klimatologi Semarang adalah unit pelaksana teknis yang

    mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengamatan, pengumpulan,

    atau penyebaran data, penganalisaan dan evaluasi, prakiraan dan pelayanan

    jasa di wilayahnya termasuk percobaan dan penyelidikan.

    3.2 Variabel

    Variabel yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah data

    curah hujan bulanan Kabupaten Brebes dari bulan Januari 2004 sampai

    Desember 2008

    3.3 Metode Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam kegiatan ini, penulis

    menggunakan metode sebagai berikut.

    37

  • 38

    1. Metode Dokumentasi

    Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

    variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, agenda, dan sebagainya.

    Dalam metode dokumentasi penulis mengumpulkan data dari catatan

    harian curah hujan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 di Badan

    Meteorologi dan Geofisika (BMG) Wilayah II Stasiun Klimatologi

    Semarang.

    2. Metode Kepustakaan

    Metode Kepustakaan digunakan untuk melancarkan kegiatan penulis

    dalam perolehan data, Dengan metode kepustakaan ini penulis

    mengumpulkan, memilih dan menganalisis beberapa sumber bacaan

    yang berkaitan dengan masalah peramalan dan curah hujan.

    Dari metode kepustakaan ini, penulis mencoba melakukan analisis

    data sesuai dengan penerapan pada buku yang penulis pelajari, metode

    ini juga sangat membantu penulis dalam mengembangkan ilmu yang

    didapat selama perkuliahan.

    3.4 Analisis Data

    Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis runtun

    waktu. Dalam perhitungan digunakan program Minitab versi 14.00. Adapun

    langkah dalam analisis runtun waktu sebagai berikut.

  • 39

    1. Kestasioneran Data

    Hal yang pertama dilakukan dalam melakukan peramalan analisis

    runtun waktu adalah menghasilkan data yang stasioner artinya data

    mempunyai rata-rata dan varians yang sama sepanjang waktu. Apabila

    data yang menjadi input dari model ARIMA tidak stasioner, perlu

    dimodifikasi untuk menghasilkan data yang stasioner. Metode yang

    digunakan adalah metode pembedaan (differencing). Metode ini

    dilakukan dengan cara mengurangi nilai data pada suatu periode dengan

    nilai periode sebelumnya.

    2. Identifikasi Model

    Tahap kedua dalam melakukan peramalan dengan metode ini adalah

    menentukan model analisis runtun waktu berdasarkan fungsi

    autokorelasi (fak) dan fungsi autokerelasi parsial (fakp). Salah satu

    fungsi autokorelasi (fak) digunakan untuk menentukan kestasioneran

    data runtun waktu, jika dari fak data asli ternyata dalam belum stasioner,

    maka dilakukan pemulusan data, yaitu dengan cara mencari derajat

    selisih dari data asli, bisa menggunakan derajat selisih satu atau dua. Di

    samping itu fungsi autokorelasi (fak) dapat digunakan untuk

    mengidentifikasi model analisis runtun waktu, selain fungsi autokorelasi

    (fak) juga terdapat fungsi autokorelasi parsial (fakp) yang berguna untuk

    menentukan model dari data terkait. Apabila fungsi autokorelasi (fak)

    turun lambat maka yang berperan dalam penetuan model adalah fungsi

    autokorelasi parsial (fakp), artinya jika fungsi autokorelasi parsial (fakp)

  • 40

    terputus pada lag ke-1 berarti modelnya AR (1), jika terputus pada lag

    ke-2 berarti modelnya AR (2). Sebaliknya fungsi autokorelasi parsial

    (fakp) turun lambat, maka jika fungsi autokorelasi (fak) terputus pada

    lag ke-1 maka modelnya adalah MA(1) dan jika terputus pada lag ke-2

    berarti modelnya MA(2).

    3. Estimasi

    Tahapan selanjutnya setelah diketahui model yang tepat dari data

    tersebut yaitu mencari nilai estimasi dari model tersebut. Nilai estimasi

    tersebut kemudian akan digunakan untuk menentukan model final

    dalam melakukan peramalan.

    4. Verifikasi

    Dari pengamatan terhadap estimasi fak dan fakp yang diperoleh

    dari data runtun waktu dengan metode Box-Jenkins diharapkan dapat

    dikenali pola runtun waktu itu dapat dituangkan dalam model umum

    seperti di atas. Estimasi awal yang diperoleh dalam langkah identifikasi

    dapat digunakan sebagai nilai awal dalam metode estimasi secara

    iteratif. Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk verifikasi apakah model

    yang telah diestimasi itu cukup cocok haruslah uji itu akan

    menunjukkan bagaimana model harus diubah kembali sampai akhirnya

    diperoleh model yang cukup cocok dan dapat digunakan.

    5. Peramalan

    Peramalan diperlukan untuk menetapkan kapan suatu peristiwa akan

    terjadi atau timbul, sehingga tindakan yang tepat dapat diambil. Untuk

  • 41

    menentukan peramalan (forecasting) curah hujan bulanan tahun 2009

    dan 2010 dengan metode runtun waktu di stasiun klimatologi Semarang,

    maka langkah selanjutnya yaitu dengan memasukan data curah hujan

    dari tahun 2004 sampai tahun 2008 dalam program Minitab.

  • BAB IV

    HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Kegiatan

    Data yang digunakan adalah data curah hujan bulanan di Kabupaten

    Brebes sebanyak 60 data runtun waktu dari bulan Januari 2004 sampai

    dengan bulan Desember 2008.

    Dengan menggunakan bantuan software Minitab Sesuai dengan langkah-

    langkah pada bab II maka penulis terapkan langkah-langkah tersebut

    terhadap data curah hujan bulanan Kabupaten Brebes, yaitu :

    4.1.1 Mengidentifikasi Model Runtun Waktu Data Curah Hujan

    4.1.1.1 Memproses data asli curah hujan Kabupaten Brebes

    1. Plot data asli curah hujan Kabupaten Brebes

    Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

    Stat Time Series Time Series Plot

    Gambar 1. Kotak dialog awal proses penggambaran plot

    42

  • 43

    Klik Labelskemudian ketik kotak Title dengan PLOT

    DATA CURAH HUJAN ASLI, setelah itu klik OK

    Gambar 2. Proses pemberian label pada data yang akan

    dilakukan penggambaran plot

    Maka akan didapatkan plot data seperti di bawah ini

    Index

    DA

    TA

    CU

    RA

    H H

    UJ

    AN

    60544842363024181261

    500

    400

    300

    200

    100

    0

    PLO T DATA CUR AH HUJAN AS LI

    Gambar 3. Plot data asli curah hujan di Kabupaten

    Brebes dari Tahun 2004 sampai dengan

    Tahun 2008

  • 44

    2. Trend analisis data asli curah hujan Kabupaten Brebes

    Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

    Stat Time Series Trend Analysis

    Gambar 4. Kotak dialog awal proses penggambaran trend

    Pindahkan variabel curah hujan ke dalam kotak Variable

    Gambar 5. Proses input variabel data asli curah hujan

  • 45

    Klik Options..kemudian ketik kotak Title dengan TREND

    ANALISIS DATA CURAH HUJAN ASLI

    Gambar 6. Proses pemberian label pada data yang akan

    dilakukan penggambaran trend

    Kemudian klik OK, maka didapatkan trend analisis data

    seperti di bawah ini

    Index

    DA

    TA

    CU

    RA

    H H

    UJ

    AN

    60544842363024181261

    500

    400

    300

    200

    100

    0

    M A P E 246.5

    M A D 133.0

    M S D 21503.3

    A ccu racy M easu res

    A c tu al

    F its

    Var iab le

    TR EN D AN ALIS IS DATA CUR AH HUJAN AS LI

    Linear T rend Mode l

    Yt = 230.747 - 1.62667* t

    Gambar 7. Grafik trend data asli curah hujan di Kabupaten

    Brebes

  • 46

    3. Fungsi autokorelasi data asli curah hujan Kabupaten Brebes

    Langkah-langkah untuk mendapatkan Fungsi autokorelasi

    data asli curah hujan Kabupaten Brebes adalah

    StatTime Series Autocorrelations

    Gambar 8. Kotak dialog awal proses penggambaran grafik

    fungsi autokorelasi

    Pindahkan data asli curah hujan pada kolom Series

    kemudian pilih option Number of lags dan isi dengan 20,

    pilih option Graphical ACF dan select semua check box

    seperti Store ACF, Store t statistics, Store Ljung-Box Q

    Statistics.

    Gambar 9. Proses input variabel grafik fungsi autokorelasi

  • 47

    Dan setelah itu klik OK maka didapat hasil fungsi autokorelasi

    data curah hujan asli sebagai berikut.

    Gambar 10. Fungsi autokorelasi data asli curah hujan bulanan

    di Kabupaten Brebes

    Lag ACF T Lag ACF T

    1 0.660891 5.11924 11 0.547678 1.90370

    2 0.340084 1.92455 12 0.653380 2.14524

    3 0.264616 -0.02464 13 0.498581 1.52424

    4 -0.334420 -1.78546 14 0.233455 0.68758

    5 -0.614153 -3.11750 15 -0.026617 -0.07778

    6 -0.650016 -2.86758 16 -0.289249 -0.84519

    7 -0.560630 -2.19112 17 -0.445148 -1.28552

    8 -0.278471 -1.01050 18 -0.506150 -1.42301

    9 0.067927 0.24240 19 -0.416419 -1.13312

    10 0.350031 1.24787 20 -0.218062 -0.58106

  • 48

    4. Fungsi korelasi parsial data asli curah hujan Kabupaten Brebes

    Langkah-langkah untuk mendapatkan Fungsi autokorelasi

    parsial data asli curah hujan Kabupaten Brebes adalah

    StatTime Series Partial Autocorrelations

    Gambar 11. Kotak dialog awal proses penggambaran grafik

    fungsi autokorelasi parsial.

    Pindahkan data asli curah hujan pada kolom Series

    kemudian pilih option Number of lags dan isi dengan 20,

    pilih option Graphical PACF dan select semua check box

    seperti Store PACF, Store t statistics lalu beri judul pada

    kolom Title

    Gambar 12. Proses input variabel grafik fungsi autokorelasi

    parsial

  • 49

    Setelah itu klik OK maka didapat hasil fungsi autokorelasi

    parsial data curah hujan asli seperti di bawah ini.

    Lag

    Pa

    rtia

    l A

    uto

    co

    rre

    latio

    n

    2018161412108642

    1.0

    0.8

    0.6

    0.4

    0.2

    0.0

    -0.2

    -0.4

    -0.6

    -0.8

    -1.0

    FAKP DATA CUR AH HUJAN AS LI

    Gambar 13. FAKP data asli curah hujan di Kabupaten Brebes

    Lag PACF T Lag PACF T

    1 0.660891 5.11924 11 0.104451 0.80908

    2 -0.171678 -1.32982 12 0.193546 1.49920

    3 -0.282644 -2.18935 13 -0.033155 -0.25682

    4 -0.318757 -2.46908 14 -0.000597 -0.00462

    5 -0.383225 -2.96845 15 0.102399 0.79318

    6 -0.108093 -0.83728 16 0.036320 0.28133

    7 -0.157921 -1.22325 17 0.127092 0.98445

    8 0.078072 0.60475 18 -0.068571 -0.53115

    9 0.118947 0.92136 19 0.003997 0.03096

    10 0.015425 0.11948 20 -0.008600 -0.06661

  • 50

    Untuk memberikan model sementara pada data curah hujan asli di

    atas serta untuk mengetahui apakah data di atas stasioner atau tidak,

    maka dicari dulu nilai kesalahan standarnya SErk = , karena

    banyaknya data di atas adalah 60 data berarti n = 60, sehingga nilai

    standar error autokorelasi adalah SErk = = 0.129

    Batas koefisien autokorelasi dikatakan tidak berbeda secara

    signifikan dari nol atau tidak signifikan adalah

    s/d

    s/d

    (-1.96) s/d (1.96)

    -0.253 s/d 0.253

    Suatu data terutama data musiman dapat dikatakan stasioner

    jika nilai koefisien autokorelasi pada lag 2 atau lag 3 tidak berbeda

    signifikan dari nol atau berada di antara rentang batas koefisien

    autokorelasi, pada fungsi autokorelasi di atas, diperoleh nilai

    koefisien autokorelasi pada lag 2 adalah 0.340084 dan nilai

    koefisien autokorelasi lag 3 adalah 0.264616, karena nilai koefisien

    autokorelasi pada lag 2 dan lag 3 berada di luar batas atau melebihi

    batas koefisien autokorelasi yaitu 0.340084 > 0.253 dan karena

    0.264616 > 0.253 maka nilai koefisien autokorelasi pada lag 2 atau

    lag 3 berbeda signifikan dari nol atau signifikan, artinya data curah

    hujan asli di atas belum stasioner. Dari grafik FAK dan FAKP di

  • 51

    atas juga terlihat bahwa data asli belum stasioner. Data

    memperlihatkan nilai musiman dilihat dari nilai FAK yang

    membentuk gelombang sinusoida, pola data berulang-ulang dalam

    waktu yang tetap. Karena pola datanya berulang-ulang maka data

    tersebut mempunyai perbedaan rata-rata yang cukup besar.

    4.1.1.2 Memproses data selisih satu

    StatTime Series Differences

    Gambar 14. Kotak dialog awal proses pembeda (difference)

    Pindahkan variabel data curah hujan pada kotak Series dan

    pindahkan variabel data curah hujan selisih satu pada kotak

    Store differences in seperti berikut

    Gambar 15. Proses input variabel data yang akan dilakukan

    pembedaan

  • 52

    Kemudian klik OK maka akan didapatkan data curah hujan

    selisih satu.

    1. Plot data curah hujan selisih satu

    Langkah-langkah untuk menampilkan plot data selisih satu

    langkahnya sama dengan cara menampilkan data asli curah

    hujan di atas

    Index

    DA

    TA

    SELIS

    IH S

    ATU

    60544842363024181261

    300

    200

    100

    0

    -100

    -200

    -300

    PLO T DATA CUR AH HUJAN S ELIS IH S ATU

    Gambar 16. Plot data curah hujan selisih satu

    2. Trend analisis data curah hujan selisih satu.

    Index

    DA

    TA

    SELIS

    IH S

    ATU

    60544842363024181261

    300

    200

    100

    0

    -100

    -200

    -300

    M A P E 125.4

    M A D 84.7

    M S D 13008.8

    A ccu racy M easu res

    A c tu al

    F its

    Var iab le

    TR EN D AN ALIS IS DATA S ELIS IH S ATU

    Linear T rend Mode l

    Yt = -28.7231 + 0.842899* t

    Gambar 17. Trend data curah hujan selisih satu di Kabupaten

    Brebes

  • 53

    3. Fungsi autokorelasi data curah hujan selisih satu.

    Gambar 18. Fungsi autokorelasi data curah hujan selisih satu di

    Kabupaten Brebes

    Nilai-nilai autokorelasi pada masing-masing lag

    Lag ACF T Lag ACF T

    1 0.352472 0.40304 11 0.055086 0.32121

    2 -0.024072 -0.18440 12 0.439375 2.55752

    3 0.123562 0.94595 13 0.271399 1.42924

    4 -0.021429 -0.16162 14 -0.018460 -0.09401

    5 -0.191486 -3.02673 15 0.035384 0.18018

    6 -0.225904 -1.55350 16 -0.079068 -0.40240

    7 -0.227062 -1.88082 17 -0.181986 -0.92364

    8 -0.161127 -0.96400 18 -0.226934 -1.35062

    9 0.090802 0.53490 19 -0.182378 -0.88556

    10 0.096341 0.56479 20 -0.068450 -0.32804

  • 54

    4. Fungsi autokorelasi parsial data curah hujan selisih satu Kabupaten

    Brebes

    Gambar 19. Fungsi autokorelasi parsial data curah hujan selisih

    satu

    Nilai-nilai autokorelasi parsial pada masing-masing lag

    Lag PACF T Lag PACF T

    1 0.352472 0.40304 11 -0.090225 -0.69303

    2 -0.026900 -0.20662 12 0.171536 1.31759

    3 0.126711 0.97329 13 0.093872 0.72105

    4 -0.036683 -0.28177 14 -0.029432 -0.22607

    5 -0.399112 -3.06564 15 -0.001965 -0.01510

    6 -0.255214 -1.96034 16 -0.138867 -1.06666

    7 -0.385173 -2.95857 17 0.075891 0.58293

    8 -0.183226 -1.40738 18 -0.044812 -0.34421

    9 0.107655 0.82692 19 0.015992 0.12283

    10 0.051505 0.39561 20 0.129989 0.99846

  • 55

    Untuk memberikan model sementara pada data curah hujan selisih

    satu di atas serta untuk mengetahui apakah data di atas sudah stasioner

    atau tidak, maka dicari dulu nilai kesalahan standarnya SErk = ,

    karena data di atas adalah data selisih satu maka banyaknya data

    adalah 60-1=59 data berarti n = 59, sehingga SErk = = 0.130

    Batas koefisien autokorelasi dikatakan tidak berbeda secara

    signifikan dari nol atau tidak signifikan adalah

    s/d

    s/d

    (-1.96) s/d (1.96)

    -0.255 s/d 0.255

    Suatu data terutama data musiman dapat dikatakan stasioner jika

    nilai koefisien autokorelasi pada lag 2 atau lag 3 tidak berbeda

    signifikan dari nol atau berada di antara rentang batas koefisien

    autokorelasi, pada fungsi autokorelasi di atas, diperoleh nilai koefisien

    autokorelasi pada lag 2 adalah -0.024072 dan nilai koefisien

    autokorelasi lag 3 adalah 0.123562, karena nilai koefisien autokorelasi

    pada lag 2 dan lag 3 berada di dalam batas koefisien autokorelasi yaitu

    -0.024072 > -0.253 dan 0.123562 < 0.253 maka nilai koefisien

    autokorelasi pada lag 2 atau lag 3 tidak berbeda signifikan dari nol,

    artinya data curah hujan selisih satu di atas sudah stasioner. Dari FAK

    dan FAKP di atas terlihat bahwa data tersebut sudah stasioner karena

  • 56

    dari kedua grafik FAK dan FAKP di atas pengaruh musimannya tidak

    begitu kuat tidak seperti pada FAK data asli.

    Dari grafik FAK di atas, nilai koefisien autokorelasi pada lag

    pertama atau (r1) adalah 0.352472, karena nilai autokorelasi pada lag

    pertama signifikan dan pada lag kedua atau (r2) tidak signifikan maka

    pada grafik FAK terputus pada lag pertama sehingga menunjukkan

    proses MA(1) yang tidak musiman, hal ini menguatkan penetapan q=1,

    sedangkan pada lag selanjutnya ada nilai koefisien autokorelasi yang

    signifikan yaitu pada lag keduabelas yaitu 0.439375 maka hal ini

    menunjukkan proses MA(1) yang musiman, dan menguatkan

    penetapan Q=1.

    Dari grafik FAKP di atas, nilai koefisien autokorelasi pada lag

    pertama atau (r1) adalah 0.352472 karena nilai autokorelasi pada lag

    pertama signifikan dan pada lag kedua atau (r2) tidak signifikan maka

    pada grafik FAK terputus pada lag pertama sehingga menunjukkan

    proses AR(1) yang tidak musiman dan menguatkan p=1, nilai

    autokorelasi pada lag selanjutnya yang signifikan yaitu pada lag kelima

    dan ketujuh maka hal ini menunjukkan proses AR(1) yang musiman,

    sehingga menguatkan penetapan P=1.

    Sehingga dari kedua grafik FAK dan FAKP di atas dapat diperoleh

    p = 1, d=1, q=1 dan P=1, D=1, Q=1.

    Maka dapat disimpulkan model sementara untuk data curah hujan

    selisih satu di Kabupaten Brebes adalah ARIMA (1,1,1)(1,1,1)12

  • 57

    Untuk mendapatkan model sehingga bisa dilakukan verifikasi

    maka akan dicari data selisih kedua sebagai model pembanding dari

    data selisih satu.

    4.1.1.3 Memproses data selisih kedua

    1. Plot data curah hujan selisih kedua

    Index

    DA

    TA

    SELIS

    IH D

    UA

    60544842363024181261

    400

    300

    200

    100

    0

    -100

    -200

    -300

    -400

    -500

    PLO T DATA CUR AH HUJAN S ELIS IH DUA

    Gambar 20. Plot data curah hujan selisih dua

    2. Trend analisis data curah hujan selisih kedua

    Index

    DA

    TA

    SELIS

    IH D

    UA

    60544842363024181261

    400

    300

    200

    100

    0

    -100

    -200

    -300

    -400

    -500

    M A P E 109.2

    M A D 123.3

    M S D 24870.6

    A ccu racy M easu res

    A c tu al

    F its

    Var iab le

    TR EN D AN ALIS IS DATA S ELIS IH DUA

    Linear T rend Mode l

    Yt = 7.51293 - 0.0994801* t

    Gambar 21. Trend data curah hujan selisih dua

  • 58

    3. Fungsi autokorelasi data curah hujan selisih kedua

    Lag

    Au

    to

    co

    rre

    latio

    n

    2018161412108642

    1.0

    0.8

    0.6

    0.4

    0.2

    0.0

    -0.2

    -0.4

    -0.6

    -0.8

    -1.0

    FAK DATA CUR AH HUJAN S EL IS IS H DUA

    Gambar 22. Fungsi autokorelasi data curah hujan selisih dua

    Nilai-nilai autokorelasi pada masing-masing lag

    Lag ACF T Lag ACF T

    1 -0.429807 -3.27332 11 -0.252515 -1.43665

    2 -0.181910 -1.18384 12 0.268969 1.47856

    3 0.182623 1.16077 13 0.091544 0.48527

    4 0.139386 0.86606 14 -0.196403 -1.03692

    5 -0.284094 -1.74279 15 0.071568 0.37103

    6 0.107746 0.62886 16 0.027142 0.14038

    7 -0.081023 -0.46970 17 -0.011158 -0.05769

    8 -0.072788 -0.42037 18 -0.097687 -0.50504

    9 0.139931 0.80568 19 -0.007005 -0.03606

    10 0.039370 0.22418 20 0.048641 0.25037

  • 59

    4. Fungsi autokorelasi parsial data curah hujan selisih kedua

    Lag

    Pa

    rtia

    l A

    uto

    co

    rre

    latio

    n

    2018161412108642

    1.0

    0.8

    0.6

    0.4

    0.2

    0.0

    -0.2

    -0.4

    -0.6

    -0.8

    -1.0

    FAKP DATA CUR AH HUJAN S ELIS IH DUA

    Gambar 23. Fungsi autokorelasi parsial data curah hujan selisih

    dua

    Nilai-nilai autokorelasi parsial pada masing-masing lag

    Lag PACF T Lag PACF T

    1 -0.429807 -3.27332 11 -0.171549 -1.30648

    2 -0.449724 -3.42500 12 -0.002554 -0.01945

    3 -0.190690 -1.45225 13 0.090164 0.68667

    4 0.133162 1.01413 14 0.028494 0.21700

    5 -0.096016 -0.73123 15 0.138105 1.05177

    6 -0.025514 -0.19431 16 -0.050627 -0.38556

    7 -0.281613 -2.14470 17 0.099396 0.75698

    8 -0.398515 -3.03500 18 -0.005208 -0.03966

    9 -0.187530 -1.42818 19 -0.122569 -0.93346

    10 0.018709 0.14248 20 0.090003 0.68545

  • 60

    Untuk memberikan model sementara pada data curah hujan selisih

    kedua di atas serta untuk mengetahui apakah data di atas stasioner atau

    tidak, maka dicari dulu nilai kesalahan standarnya SErk = , karena

    data di atas adalah data selisih kedua maka banyaknya data adalah 60-2

    atau 58 data berarti n = 58, sehingga SErk = = 0.131

    Batas koefisien autokorelasi dikatakan tidak berbeda secara

    signifikan dari nol atau tidak signifikan adalah

    s/d

    s/d

    (-1.96) s/d (1.96)

    -0.257 s/d 0.257

    Suatu data terutama data musiman dapat dikatakan stasioner jika

    nilai koefisien autokorelasi pada lag 2 atau lag 3 tidak berbeda

    signifikan dari nol atau berada di antara rentang batas koefisien

    autokorelasi, pada fungsi autokorelasi di atas, diperoleh nilai koefisien

    autokorelasi pada lag 2 adalah -0.181910 dan nilai koefisien

    autokorelasi lag 3 adalah 0.182623, karena nilai koefisien autokorelasi

    pada lag 2 dan lag 3 berada di dalam batas koefisien autokorelasi yaitu

    -0.181910 > -0.257 dan 0.182623 < 0.257 maka nilai koefisien

    autokorelasi pada lag 2 atau lag 3 tidak berbeda signifikan dari nol atau

    tidak signifikan, artinya data curah hujan selisih kedua di atas sudah

    stasioner.

  • 61

    Dari grafik FAK di atas, nilai koefisien autokorelasi pada lag

    pertama atau (r1) adalah -0.429807 dan pada lag kedua atau (r2) adalah

    -0.181910, karena nilai autokorelasi pada lag kedua tidak signifikan

    maka pada grafik FAK terputus pada lag pertama sehingga

    menunjukkan proses MA(1) yang tidak musiman, hal ini menguatkan

    penetapan q=1, sedangkan pada lag selanjutnya nilai autokorelasi yang

    signifikan yaitu pada lag kelima dan keduabelas maka menunjukkan

    proses MA(1) yang musiman, hal ini menguatkan penetapan Q=1.

    Dari grafik FAKP di atas, nilai koefisien autokorelasi pada lag

    pertama dan lag kedua signifikan karena berada di dalam batas

    kesalahan standar autokorelasi, sedangkan pada lag ketiga tidak

    signifikan maka grafik FAKP terputus pada lag kedua sehingga

    menunjukkan proses AR(2) yang tidak musiman, hal ini menguatkan

    penetapan p=2, nilai autokorelasi pada lag selanjutnya yang signifikan

    adalah pada lag ketujuh dan kedelapan karena nilainya berada di luar

    batas kesalahan standar dari koefisien autokorelasi, sehingga

    menunjukkan proses AR(2) yang musiman, maka hal ini menguatkan

    penetapan P=2.

    Sehingga dari kedua grafik FAK dan FAKP di atas dapat diperoleh

    p = 2, d=2, q=1 dan P=2, D=2, Q=1.

    Maka dapat disimpulkan model sementara untuk data curah hujan

    selisih kedua di Kabupaten Brebes adalah

    ARIMA (p,d,q)(P,D,Q)12

    = (2,2,1)(2,2,1)12

  • 62

    4.1.2 Melakukan Estimasi Parameter Dari Model

    Setelah model sementara telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah

    mencari estimasi dari model sementara yang telah diperoleh. Pada langkah

    identifikasi model sementara di atas, diperoleh dua model sementara yaitu

    ARIMA (1,1,1)(1,1,1)12

    dan ARIMA(2,2,1)(2,2,1)12

    .

    1. Untuk model ARIMA (1,1,1)(1,1,1)12

    Langkah-langkahnya adalah

    a. Stat Time Series ARIMA

    Gambar 24. Proses estimasi parameter dari model pertama

    b. Pada kolom series diisi data curah hujan selisih satu karena model

    yang akan diestimasi diperoleh dari data curah hujan selisih satu.

    c. Karena modelnya ARIMA (1,1,1)(1,1,1)12 maka kolom nonseasonal

    (bukan musiman) Autoregressive diisi 1, Difference diisi 1 dan

    Moving Average diisi 1, kemudian pada checkbox Fit seasonal

    model diselect dan Period diisi 12 karena datanya sampai 12 bulan.

    Setelah itu pada kolom seasonal (musiman) Autoregressive diisi 1,

    Difference diisi 1 dan Moving Average diisi 1.

    d. Klik OK dan hasil outputnya adalah

  • 63

    ARIMA Model ARIMA model for DATA SELISIH SATU

    Estimates at each iteration

    Iteration SSE Parameters

    0 1340754 0.100 0.100 0.100 0.100 -3.317

    1 1001943 -0.012 0.118 0.209 0.250 -2.992

    2 948678 0.098 0.106 0.359 0.249 -2.472

    3 894631 0.200 0.092 0.509 0.246 -1.948

    4 837576 0.293 0.081 0.659 0.245 -1.422

    5 770270 0.368 0.073 0.809 0.252 -0.908

    6 684833 0.377 0.058 0.959 0.274 -0.379

    7 573946 0.227 0.040 0.956 0.313 -0.293

    8 487890 0.077 -0.001 0.953 0.340 -0.226

    9 425959 -0.073 -0.049 0.950 0.371 -0.182

    10 386348 -0.223 -0.107 0.946 0.410 -0.151

    11 366023 -0.373 -0.140 0.943 0.493 -0.132

    12 356618 -0.415 -0.073 0.952 0.610 -0.191

    13 349292 -0.437 -0.009 0.961 0.689 -0.323

    14 336585 -0.464 0.051 1.003 0.737 -0.349

    15 323814 -0.462 0.055 1.040 0.739 -0.403

    16 323320 -0.463 0.056 1.041 0.740 -0.414

    17 322899 -0.463 0.056 1.042 0.742 -0.421

    18 322452 -0.463 0.056 1.044 0.743 -0.425

    19 322024 -0.464 0.056 1.045 0.743 -0.429

    20 321641 -0.464 0.056 1.046 0.744 -0.431

    21 321304 -0.464 0.056 1.047 0.745 -0.433

    22 321006 -0.464 0.056 1.048 0.745 -0.435

    23 320740 -0.464 0.056 1.049 0.745 -0.436

    24 320501 -0.464 0.056 1.049 0.745 -0.437

    25 320283 -0.464 0.056 1.050 0.746 -0.438

    Final Estimates of Parameters

    Type Coef StDev T

    AR 1 -0.4642 0.1724 -2.69

    SAR 12 0.0564 0.2706 0.21

    MA 1 1.0501 0.0139 75.62

    SMA 12 0.7455 0.2752 2.71

    Constant -0.43850 0.01781 -24.63

    Differencing: 1 regular, 1 seasonal of order 12

    Number of observations: Original series 59, after differencing 46

    Residuals: SS = 275239 (backforecasts excluded)

    MS = 6713 DF = 41

    Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic

    Lag 12 24 36 48

    Chi-Square 26.5(DF= 8) 46.4(DF=20) 61.1(DF=32) * (DF= *)

  • 64

    Hasil estimasi parameter perlu diuji apakah signifikan atau tidak.

    Uji signifikansi

    Hipotesis

    H0 : = 0

    H1 : 0

    Kriteria uji

    H0 diterima apabila <

    = 2.69

    = = = 2

    Kesimpulan

    Karena = 2.69 > = 2 maka H0 ditolak, jadi

    signifikan terhadap model.

    Uji signifikasi W1

    Hipotesis

    H0 : W1= 0

    H1 : W1 0

    Kriteria uji

    H0 diterima apabila <

    = 75.62

    = = = 2

  • 65

    Kesimpulan

    Karena = 75.62 > = 2 maka H0 ditolak,

    jadi W signifikan terhadap model.

    2. Untuk model ARIMA(2,2,1)(2,2,1)12

    a. Stat Time Series ARIMA

    Gambar 25. Proses estimasi parameter dari model kedua

    b. Pada kolom series diisi data curah hujan selisih dua karena model

    yang akan diestimasi diperoleh dari data curah hujan selisih dua.

    c. Karena modelnya ARIMA (2,2,1)(2,2,1)12 maka kolom nonseasonal

    (bukan musiman) Autoregressive diisi 2, Difference diisi 2 dan

    Moving Average diisi 1 , kemudian pada checkbox Fit seasonal

    model diselect dan Period diisi 12 karena datanya sampai 12 bulan.

    Setelah itu pada kolom seasonal (musiman) Autoregressive diisi 2,

    Difference diisi 2 dan Moving Average diisi 1.

    d. Klik OK dan hasil outputnya adalah

  • 66

    ARIMA Model ARIMA model for DATA SELISIH DUA

    Estimates at each iteration

    Iteration SSE Parameters

    0 25694324 0.100 0.100 0.100 0.100 0.100

    1 24526464 -0.050 0.070 0.099 0.099 -0.014

    2 23871193 -0.200 0.045 0.099 0.099 -0.143

    3 23312753 -0.350 0.021 0.099 0.099 -0.276

    4 22789160 -0.500 -0.004 0.098 0.099 -0.412

    5 22277382 -0.650 -0.030 0.097 0.100 -0.549

    6 21724539 -0.800 -0.058 0.094 0.100 -0.686

    7 20865744 -0.950 -0.095 0.086 0.099 -0.815

    8 18944780 -1.100 -0.158 0.063 0.093 -0.910

    9 16021636 -1.250 -0.254 0.031 0.086 -0.964

    10 12368995 -1.256 -0.282 -0.073 0.094 -0.893

    11 9926959 -1.275 -0.314 -0.223 0.069 -0.826

    12 8247042 -1.363 -0.387 -0.373 0.007 -0.824

    13 7043477 -1.370 -0.398 -0.523 -0.085 -0.776

    14 5782904 -1.389 -0.416 -0.673 -0.199 -0.732

    15 4407216 -1.396 -0.421 -0.823 -0.341 -0.670

    16 3318376 -1.390 -0.416 -0.961 -0.491 -0.593

    17 2533423 -1.390 -0.419 -1.092 -0.641 -0.501

    18 1697692 -1.385 -0.421 -1.216 -0.791 -0.388

    19 750165 -1.402 -0.442 -1.317 -0.941 -0.276

    20 374031 -1.469 -0.506 -1.208 -1.005 -0.184

    21 261496 -1.505 -0.537 -1.058 -1.000 -0.157

    22 215634 -1.542 -0.571 -0.998 -0.999 -0.007

    23 196096 -1.560 -0.588 -1.002 -0.999 0.143

    24 181175 -1.579 -0.603 -1.003 -0.999 0.293

    25 170470 -1.581 -0.604 -1.001 -0.999 0.443

    Final Estimates of Parameters

    Type Coef StDev T

    AR 1 -0.3677 0.1737 -2.12

    AR 2 -0.6104 0.1495 -4.08

    SAR 12 -0.3566 0.3682 -0.97

    SAR 24 -0.0158 0.4289 -0.04

    MA 1 1.0759 0.0005 2178.04

    SMA 12 0.9033 0.3932