[Mini] Kajian Masalah Tentang Delivery System Pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013
-
Upload
tria-umbara -
Category
Documents
-
view
66 -
download
0
description
Transcript of [Mini] Kajian Masalah Tentang Delivery System Pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013
-
Kajian Masalah Tentang Delivery System dalam Proses Pembelajaran
Kurikulum 2013
Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problem Kurikulum dan
Pembelajaran Sains yang diampu oleh Prof. Dr. Sukardjo
Disusun Oleh:
M. Randy Fananta (13708251068)
Tria Umbara (13708251078)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
-
I. Pendahuluan
Pendidikan di Indonesia telah mengalami
perubahan Kurikulum dari KTSP 2006 menjadi
kurikulum 2013. Elemen perubahan Kurikulum
2013 terletak pada Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Proses, Standar Isi, dan Standar Penilaian.
Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang SD,
SMP, SMA, dan SMK perubahannya adalah
adanya peningkatan dan keseimbangan soft skill
dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adanya
perubahan standar kompetensi lulusan dan standar
isi, maka terdapat konsekuensi terhadap sistem
penyampaian materi (delivery system) dalam
proses pembelajaran.
Proses Pembelajaran diubah dari
pendekatan kontekstual menjadi pendekatan
proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan
ilmiah. Oleh karena itu saat ini setiap guru
diwajibkan menggunakan scientific approach
dalam pembelajaran. Scientific approach
memiliki lima tahapan pembelajaran yang terdiri
dari kegiatan menanya, mengamati,
mengeksperimenkan/mencoba, mengasosiasi,
mengkomunikasikan. Pada proses sistem
penyampaian dengan scientific approach
seharusnya disertai dengan kegiatan laboratorium
dan/atau kegiatan proyek yang membutuhkan
sarana dan prasarana yang memadai.
Namun perubahan sistem penyampaian
kurikulum 2013 ini masih belum ditunjang oleh
perubahan standar sarana dan prasarana sekolah.
Pemerintah terkesan memaksakan untuk
mengimplementasikan scientific approach.
Tentunya implementasi delivery system pada
kurikulum 2013 yang masih tidak ditunjang oleh
sarana dan prasarana dengan lengkap ini akan
menimbulkan permasalahan bagi guru. Selain itu
perubahan yang signifikan ini menuntut guru
untuk lebih kreatif dan lebih memahami tentang
model-model pembelajaran inovatif untuk
diterapkan. Oleh karena itu dibutuhkan kajian
yang lebih mendalam tentang permasalahan-
permasalahan yang mungkin terjadi pada delivery
system pembelajaran kurikulum 2013.
II. Pembahasan
A. Sistem Penyampaian materi dalam
kurikulum 2013
Definisi pembelajaran pada kurikulum 2013
seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri
No. 81A tentang implementasi kurikulum
merupakan proses pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi mereka menjadi
kemampuan yang semakin lama semakin
meningkat dalam sikap, pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup
dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta
berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat
manusia. Berdasarkan definisi tersebut, proses
penyampaian materi atau strategi pembelajaran
harus mampu memfasilitasi pencapaian
kompetensi yang telah dirancang dalam standar
kompetensi lulusan. Dalam Peraturan Menteri No.
65 tahun 2013 tentang standar proses
menyebutkan bahwa proses pembelajaran harus
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dengan diubahnya standar kompetensi
lulusan dan standar isi, maka terdapat
konsekuensi terhadap sistem penyampaian materi
dalam pembelajaran berupa:
1) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta
didik mencari tahu
2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar
menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar
3) Dari pendekatan kontekstual menuju proses
sebagai penguatan penggunaan pendekatan
ilmiah
4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju
pembelajaran berbasis kompetensi
5) Dari pembelajaran parsial menuju
pembelajaran terpadu
6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban
tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban
yang kebenarannya multi dimensi
-
7) Dari pembelajaran verbalisme menuju
keterampilan aplikatif
8) Peningkatan dan keseimbangan antara
keterampilan fisikal (hard skills) dan
keterampilan mental (soft skill)
9) pembelajaran yang mengutamakan
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sebagai pembelajar sepanjang hayat
10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai
dengan memberikan keteladanan (ing ngarso
sing tulodo), membangun kemampuan (ing
madya mangun karso) dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani)
11) pembelajaran yang berlangsung di rumah,
sekolah dan di masyarakat
12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa
siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa
dan di mana saja adalah kelas
13) pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran
14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar
belakang budaya peserta didik.
Pada praktiknya, konsekuensi di atas
dapat dicapai jika dalam pembelajaran
menggunakan metode/pendekatan yang dapat
mengantarkan peserta didik dalam
mengembangkan potensi dan membangun
kompetensi pada sikap, pengetahuan dan
keterampilan melalui kegiatan pembelajaran
langsung maupun tidak langsung. Pembelajaran
langsung adalah pembelajaran yang berkaitan
dengan interaksi secara langsung antara peserta
didik dan sumber belajar yang telah dirancang
dalam silabus dan RPP, pembelajaran langsung
berkaitan dengan pengembangan pengetahuan,
kemampuan berpikir dan keterampilan
psikomotor . Sementara pembelajaran tidak
langsung adalah pendidikan yang dibangun
selama pembelajaran langsung namun tidak
dirancang dalam kegiatan khusus, pembelajaran
tidak langsung berkaitan dengan pengembangan
nilai dan sikap.
Untuk meningkatkan kemampuan pada
ranah sikap, strategi atau pendekatan
pembelajaran dapat menggunakan proses afeksi
mulai dari menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, hingga mengamalkan. Untuk ranah
pengetahuan, strategi pembelajaran yang dapat
dilakukan disesuaikan dengan karakter materi.
Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas
mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi hingga mencipta.
Metode/pendekatan yang disarankan adalah
menerapkan belajar berbasis penelitian (inquiry)
atau scientific. Untuk mendorong peserta didik
menghasilkan karya kreatif dan kontekstual
disarankan menggunakan pendekatan berbasis
proyek (project based learning). Untuk ranah
keterampilan, diperoleh melalui kegiatan
mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, dan mencipta. Pendekatan pembelajaran
yang disarankan adalah inquiry, discovery
learning, dan project based learning.
Pada makalah ini akan ditekankan pada
pendekatan scientific sebagai bahan bahasan.
Pendekatan scientific merupakan pendekatan
yang dapat mengantarkan peserta didik untuk
mengembangkan potensi dan kemampuannya.
Pendekatan scientific adalah proses pembelajaran
yang terdiri atas lima pengelaman belajar pokok,
yaitu: (1) Mengamati; (2) Menanya; (3)
Mengumpulkan informasi; (4) Mengasosiasi; (5)
Mengkomunikasikan. Adapun rincian kegiatan
pembelajaran tersebut dijelaskan pada tabel 1.
B. Permasalahan dalam Proses Pembelajaran
Kurikulum 2013
Berbagai permasalahan terkait delivery
system mencakup pada penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan
proses pembelajaran di kelas yang dapat dilihat
pada lampiran 2. Dari analisis tersebut
permasalahan yang terjadi dapta disederhanakan
yaitu tentang sarana dan prasarana dan juga
kesiapan dan/atau pemahaman guru tentang
implementasi pendekatan scientific. Problem
-
Tabel 1. Keterkaitan antara langkah pembelajaran dengan kegiatan pembelajaran dan maknanya
Langkah
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Kompetensi yang Dikembangkan
Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa
atau dengan alat)
Melatih kesungguhan, ketelitian,
mencari informasi
Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang
tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik)
Mengembangkan kreativitas, rasa ingin
tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran
kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan
belajar sepanjang hayat
Mengumpulkan
informasi/eksperi-
men
- melakukan eksperimen
- membaca sumber lain selain buku teks
- mengamati objek/kejadian
- aktivitas
- wawancara dengan nara sumber
Mengembangkan sikap teliti, jujur,
sopan, menghargai pendapat orang lain,
kemampuan berkomunikasi
menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui
berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang hayat
Mengasosiasi /
mengolah informasi
- mengolah informasi yang sudah dikumpulkan
baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan
/eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengumpulkan informasi
- pengolahan informasi yang dikumpulkan dari
yang bersifat menambah keluasan dan
kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada yang bertentangan
Mengembangkan sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif dalam
menyimpulkan.
Mengkomunikasi-
kan
Menyampaikan hasil pengamatan , kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya
Mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat
dengan singkat dan jelas dan
mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.
Sumber: Permen No. 81A tahun 2013
Permasalahan pertama kami tinjau dari
kesiapan sarana dan prasarana sekolah yang tidak
didukung untuk mengimbangi implementasi
kurikulum 2013. Dari hasil analisis kami setidaknya
terdapat 137 permintaan pemenuhan kebutuhan
laboratorium periode Juli 2013 - Maret 2014 di
sekolah melalui laman resmi Kemdikbud
(http://bantusekolahku.kemdikbud.go.id), Data 137
ini merupakan data kasar, dikarenakan situs yang
disediakan oleh Kemdikbud belum tentu dapat
diakses oleh sekolah di seluruh Indonesia. Dari data
tersebut terlihat bahwa masih tingginya permintaan
pengadaan alat dan bahan laboratorium untuk
menunjang proses pembelajaran dengan pendekatan
scientific.
Secara ideal implementasi pendekatan
scientific membutuhkan fasilitas pembelajaran yang
lebih dari pada pembelajaran konvensional.
Pendekatan ini pada dasarnya diadopsi dari
pendekatan pembelajaran negara-negara maju yang
memiliki fasilitas pembelajaran yang lengkap.
Salah satu negara maju yang menjadi acuan
perubahan kurikulum 2013 adalah Finlandia. Dari
paparan wakil menteri pendidikan dan kebudayaan
di Jakarta pada bulan Januari 2014, kurikulum ini
telah berkembang di Finlandia sejak tahun 1990an.
-
Tentunya implementasi pembelajaran ini dapat
dikatakan sukses di Finlandia dan hasilnya dapat
kita lihat selama satu dekade terakhir, Finlandia
selalu menduduki peringkat atas PISA dan TIMMS.
Keberhasilan implementasi proses pembelajaran di
Finlandia salah satunya dikarenakan sarana dan
prasaran yang sangat menunjang seperti
ketersediaan laboratorium dan sumber/alat belajar.
Jika kita bandingkan keadaan sekolah-sekolah yang
ada di Indonesia, tentunya Indonesia jauh tertinggal
dari segi sarana dan prasarana. Oleh arena itu masih
banyak hal yang harus dibenahi dari segi sarana dan
prasana untuk lebih menunjang implementasi pada
proses pembelajaran.
Permasalahan kedua yang kami soroti
adalah kesiapan guru dalam mengimplementasikan
Pendekatan scientific. Dari analis kami dari data
yang dipaparkan oleh Kemdikbud tentang hasil
pelatihan TOT implementasi kurikulum 2013 dan
sensus kurikulum. Sensus kurikulum 2013
melibatkan lebih dari 76 ribu responden dari
komponen siswa, guru, kepala sekolah, orang tua,
komite sekolah, hingga pengawas. (Kemdikbud:
2014). Untuk pelatihan guru yang telah
dilaksanakan, belum terdapat jumlah pasti guru
yang mengikuti pelatihan. Data yang diperoleh
hanya rerata nilai pre test dan post test. Adapun hasil
pelatihan pada guru sasaran yang mencakup
rasional kurikulum, analisis materi ajar, RPP, Sikap
dan keterampilan (lampiran 1) menunjukkan nilai
akhir yang rendah. Hasil rerata post test
menunjukkan nilai 52,62 dengan kenaikan 12,61
poin menunjukkan hasil tidak baik. Selain itu,
komponen yang menjadi sorotan utama adalah
tentang komponen rancangan pembelajaran dan
praktisi yang menunjukkan nilai post test sebesar
48,06 dengan kenaikan 6,78 poin. Dapat
disimpulkan bahwa hasil pelatihan tersebut gagal
memahamkan guru untuk melaksanakan
pembelajaran dengan pendekatan scientific.
Disamping itu, guru yang telah dilatih pun belum
dapat mengimplementasikan dengan benar.
Sehingga hal ini akan menjadi kendala besar dalam
pengimplementasian kurikulum 2013.
Data sensus pelaksanaan kurikulum 2013
dengan melibatkan responden guru, kepala sekolah
dan pengawas (lampiran 1), yaitu pada pertanyaan
apakah kurikulum 2013 mendorong guru menjadi
individu pembelajar? menunjukkan hasil yang
kurang memuaskan terutama pada kemudahan
penyusunan RPP. Responden guru SD, SMP dan
SMA (sekitar 60%) menyatakan kesulitan dalam
penyusunan RPP. Namun demikian, guru sepakat
bahwa pendekatan scientific dapat meningkatkan
keterampilan dan karakter peserta didik. Selain itu,
salah tafsir terhadap definisi langkah pembelajaran
dengan pendekatan scientific sangat mungkin
terjadi. Terdapat contoh kasus bahwa mengamati
adalah dengan melihat power point saja dan peserta
didik diminta untuk menuliskan apa yang mereka
lihat dalam buku catatan. Salah tafsir dari langkah
mengumpulkan informasi, guru meminta peserta
didik untuk menyelesaikan soal-soal latihan yang
ada di buku kemudian guru akan menjelaskan jika
ada peserta didik yang bertanya dan tidak paham.
Terlihat jelas sebagian besar guru kurang paham
tentang pendekatan scientific. Hal ini dapat
disebabkan oleh tidak meratanya pelatihan bagi
guru, pelatihan yang sifatnya ceramah saja tanpa
ada workshop intensif, dan pendampingan yang
tidak berjalan maksimal di sekolah sasaran.
C. Solusi Permasalahan dalam Proses
Pembelajaran Kurikulum 2013
Pendekatan scientific baik secara teori
maupun sensus terhadap pelaksana kurikulum-
merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat
meningkatkan kompetensi peserta didik pada sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Namun demikian
seperti yang telah dipaparkan di atas, terdapat
beberapa permasalahan dalam penerapannya di
kelas, yaitu sarana dan prasarana, dan kesiapan
guru.
Untuk sarana dan prasarana yang kurang
memadai, guru dapat menyiasatinya dengan cara
mencari alternatif media pembelajaran yang ada di
sekitar atau dengan kata lain guru harus memiliki
kreativitas. Kreativitas itu sendiri diperlukan bukan
semata-mata karena keterbatasan fasilitas dan dana
dari pemerintah, akan tetapi merupakan kewajiban
yang harus melekat pada setiap guru untuk
berkreasi, berimprovisasi, berinisiatif dan inovatif
(Mulyasa, 2013: 49). Guru seharusnya mampu
membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga
-
dengan mendayagunakan lingkungan sekitar
sekolah sebagai sumber belajar yang konkret,
seperti pada saat belajar materi gaya berat, guru
dapat mengajak siswa untuk berkunjung ke pasar,
siswa dapat melakukan percobaan dengan
menggunakan berbagai jenis timbangan yang ada di
pasar tradisional. Selain itu, di pasar siswa juga
dapat mengeksplorasi berbagai jenis sayur, ikan,
daging dan lain-lain terkait dengan pelajaran biologi
serta interaksi sosial yang terjadi.
Mulyasa (2013: 41) menyebutkan bahwa
kunci sukses keberhasilan implementasi kurikulum
2013 selain kesiapan guru juga berkaitan dengan
kreativitas guru. Delivery system pada kurikulum
2013 harus sebanyak mungkin melibatkan peserta
didik agar mereka mampu bereksplorasi untuk
membentuk kompetensi dan menggali berbagai
potensi. Oleh karena itu, kreativitas guru sangat
diperlukan terkait peran guru sebagai fasilitator dan
mitra belajar peserta didik.
Kurikulum 2013 menuntut guru menjadi
individu pembelajar sepanjang hayat, guru dituntut
untuk senantiasa kreatif dalam pembelajaran,
memperbaharui pengetahuannya dan mampu
menanamkan nilai luhur kepada peserta didik.
Sarana dan prasarana memang penunjang
pembelajaran. Namun, jangan sampai ketiadaan
sarana dan prasarana ini menjadikan peserta didik
tidak mempunyai pengalaman belajar guna
meningkatkan potensi serta kompetensinya. Untuk
itu, dibutuhkan kesiapan dari guru untuk
melaksanakan pendekatan scientific ini. Pemerintah
seharusnya sudah mempunyai langkah strategis
dalam peningkatan kompetensi guru dengan cara
memberikan pelatihan yang berkelanjutan.
Pelatihan guru seharusnya dilakukan menyeluruh
dan berkesinambungan untuk semua guru di
Indonesia dan memperhatikan potensi daerah
masing-masing.
III. KESIMPULAN
Delivery system yang dimaksud pada
kurikulum 2013 adalah pendekatan scientific yang
merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran
yang meliputi : 1) Mengamati; 2) Menanya; 3)
Mengumpulkan informasi/eksperimen; 4)
Mengasosiasi; 5) Mengkomonikasikan.
Implementasi pendekatan scientific masih
menimbulkan permasalahan dilapangan terutama
terkait dengan kesiapan guru dan sarana dan
prasana. Oleh karena itu diperlukan langkah-
langkah strategis untuk mengatasi permasalahan
tersebut diantaranya dengan mengadakan pelatihan
yang berkesinambungan untuk meningkatkan
kreativitas guru dalam melakukan proses
pembelajaran.
IV. Daftar Pustaka
Mulyasa. 2013. Penegembangan dan Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Kemdikbud. 2014. Hasil Sensus Kurikulum 2013
Positif, Kemdikbud Siap Terapkan 100
Persen. [online]
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/1
995 (10 maret 2014).
_________. 2014. Paparan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan R.I pada Press Workshop
Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Kemdikbud
_________. 2014. Paparan Wakil Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan R.I Bidang
Pendidikan konsep dan Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud
_________, Peraturan Menteri No. 65 Tahun 2013
Tentang Standar Proses. Jakarta:
Kemdikbud.
_________. Peraturan Menteri No. 81A Tahun 2013
Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Kemdikbud.
-
Lampiran 1
-
Lampiran 2
Tabel Analis Permasalahan Delivery System Kurikulum 2013
No. Komponen Keadaan Ideal Realita Problem Alternatif
Pemecahan Alternatif yang dipilih
1. Penyusunan
RPP
Guru mampu menyusun secara benar
meliputi:
1) Identitas
2) Menjabarkan KD ke indikator
3) Menyusun tujuan pembelajaran
berdasarkan indikator dengan
menggunakan KKO yang tetap
4) Memilih atau menetapkan
pengalaman belajar siswa
5) Mengsinkronkan KD-KD dari
KI 1, KI 2, KI 3 dan KI 4.
6) Pembelajaran langsung dan
tidak langsung
7) Menguraikan materi
berdasarkan materi pokok yang
meliputi (fakta, prinsip, konsep,
prosedur)
8) Menetapkan langkah
pembelajaran meliputi
pendahuluan, ini dan penutup
9) Menetapkan pendekatan
scientific pada inti
pembelajaran
Kemampuan guru belum
merata dalam menyusun
RPP secara benar meliputi:
1) Guru kebingungan
dalam menjabarkan KD
menjadi indikator yang
terukur
2) Guru belum memahami
penyusunan tujuan
pembelajaran dari
rasiona kurikulum 2013
3) Belum mampu
menguraikan materi
berdasarkan materi
pokok yang meliputi
fakta, prinsip, konsep
dan prosedur)
4) Menetapkan langkah-
langkah yang kurang
berpusat pada siswa
5) Salah penafsiran dalam
pemahaman pendekatan
scientific
- Ketidaksiapan
guru dalam
melaksanakan
kurikulum 2013
- Menyusun
bersama melalui
MGMP tingkat
sekolah dan kota
didampingi guru
inti/guru yang
telah mengikuti
pelatihan
- Melakukan
workshop secara
intensif untuk
seluruh guru tanpa
terkecuali
-Melakukan pelatihan yang
berkesinambungan dan
dilakukan pendampingan
pembuatan RPP
2. Pelaksanaan
pembelajaran
- Guru melaksanakan
pembelajaran sesuai RPP yang
dibuat
- Pada kegiatan inti,
belum semua guru
melaksanakan
pendekatan scientific
secara benar terutama
- Sarana dan
prasaran
yang belum
memadai
seperti
- meningkatkan
pemahaman guru
mengenai
pendekatan
scientific melalui
Mengadakan pelatihan
yang lebih praktis dengan
praktek langsung
dilapangan dan dilakukan
pendampingan oleh para
-
No. Komponen Keadaan Ideal Realita Problem Alternatif
Pemecahan Alternatif yang dipilih
- Guru melaksanakan pendekatan
scientific dalam kegiatan inti
berupa
1) Mengamati
2) Menanya
3) Mengumpulkan informasi
4) Mengasosiasi
5) Mengkomunikasikan
terkait dengan menanya,
mengumpulkan
informasi dan mengolah
informasi
- Belum memaksimalkan
sumber atau alat belajar
di sekitar guru dan siswa
berada karena
kurangnya kreatifitas
guru.
- Menjadikan internet
satu-satunya sumber
belajar.
- Belum semua guru
melaksanakan penilaian
proses (observasi sikap
dan keterampilan)
- Manajemen waktu
belum maksimal
- Pada kegiatan penutup,
guru belum melakukan
secara benar terutama
refleksi
- Jumlah siswa di kelas
terlalu banyak sehingga
guru kesulitan
mengkondisikan kelas
keberadaan
laboratorium
dan
kelengkapan
kelas
- Guru belum
bisa
mengimple-
mentasikan
scientific
approach
dengan
benar
workshop dengan
mikro teaching
- meningkatkan
kreativitas guru
dalam membuat
sumber atau alat
belajar.
- Meningkatkan
kemampuan guru
dalam
manajemen kelas
- Menggunakan
team teaching
dengan 1 guru
initi dan 2 asisten
ahli dengan sistem lesson
study