[Mini] Kajian Masalah Tentang Delivery System Pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013

download [Mini] Kajian Masalah Tentang Delivery System Pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013

of 10

description

kajian masalah sistem penyampaian di kurikulum 2013

Transcript of [Mini] Kajian Masalah Tentang Delivery System Pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013

  • Kajian Masalah Tentang Delivery System dalam Proses Pembelajaran

    Kurikulum 2013

    Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problem Kurikulum dan

    Pembelajaran Sains yang diampu oleh Prof. Dr. Sukardjo

    Disusun Oleh:

    M. Randy Fananta (13708251068)

    Tria Umbara (13708251078)

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS

    PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

    2014

  • I. Pendahuluan

    Pendidikan di Indonesia telah mengalami

    perubahan Kurikulum dari KTSP 2006 menjadi

    kurikulum 2013. Elemen perubahan Kurikulum

    2013 terletak pada Standar Kompetensi Lulusan,

    Standar Proses, Standar Isi, dan Standar Penilaian.

    Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang SD,

    SMP, SMA, dan SMK perubahannya adalah

    adanya peningkatan dan keseimbangan soft skill

    dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi

    sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adanya

    perubahan standar kompetensi lulusan dan standar

    isi, maka terdapat konsekuensi terhadap sistem

    penyampaian materi (delivery system) dalam

    proses pembelajaran.

    Proses Pembelajaran diubah dari

    pendekatan kontekstual menjadi pendekatan

    proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan

    ilmiah. Oleh karena itu saat ini setiap guru

    diwajibkan menggunakan scientific approach

    dalam pembelajaran. Scientific approach

    memiliki lima tahapan pembelajaran yang terdiri

    dari kegiatan menanya, mengamati,

    mengeksperimenkan/mencoba, mengasosiasi,

    mengkomunikasikan. Pada proses sistem

    penyampaian dengan scientific approach

    seharusnya disertai dengan kegiatan laboratorium

    dan/atau kegiatan proyek yang membutuhkan

    sarana dan prasarana yang memadai.

    Namun perubahan sistem penyampaian

    kurikulum 2013 ini masih belum ditunjang oleh

    perubahan standar sarana dan prasarana sekolah.

    Pemerintah terkesan memaksakan untuk

    mengimplementasikan scientific approach.

    Tentunya implementasi delivery system pada

    kurikulum 2013 yang masih tidak ditunjang oleh

    sarana dan prasarana dengan lengkap ini akan

    menimbulkan permasalahan bagi guru. Selain itu

    perubahan yang signifikan ini menuntut guru

    untuk lebih kreatif dan lebih memahami tentang

    model-model pembelajaran inovatif untuk

    diterapkan. Oleh karena itu dibutuhkan kajian

    yang lebih mendalam tentang permasalahan-

    permasalahan yang mungkin terjadi pada delivery

    system pembelajaran kurikulum 2013.

    II. Pembahasan

    A. Sistem Penyampaian materi dalam

    kurikulum 2013

    Definisi pembelajaran pada kurikulum 2013

    seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri

    No. 81A tentang implementasi kurikulum

    merupakan proses pendidikan yang memberikan

    kesempatan kepada peserta didik untuk

    mengembangkan potensi mereka menjadi

    kemampuan yang semakin lama semakin

    meningkat dalam sikap, pengetahuan dan

    keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup

    dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta

    berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat

    manusia. Berdasarkan definisi tersebut, proses

    penyampaian materi atau strategi pembelajaran

    harus mampu memfasilitasi pencapaian

    kompetensi yang telah dirancang dalam standar

    kompetensi lulusan. Dalam Peraturan Menteri No.

    65 tahun 2013 tentang standar proses

    menyebutkan bahwa proses pembelajaran harus

    diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

    menyenangkan, menantang, memotivasi peserta

    didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan

    ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

    kemandirian sesuai bakat, minat dan

    perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

    Dengan diubahnya standar kompetensi

    lulusan dan standar isi, maka terdapat

    konsekuensi terhadap sistem penyampaian materi

    dalam pembelajaran berupa:

    1) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta

    didik mencari tahu

    2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar

    menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar

    3) Dari pendekatan kontekstual menuju proses

    sebagai penguatan penggunaan pendekatan

    ilmiah

    4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju

    pembelajaran berbasis kompetensi

    5) Dari pembelajaran parsial menuju

    pembelajaran terpadu

    6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban

    tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban

    yang kebenarannya multi dimensi

  • 7) Dari pembelajaran verbalisme menuju

    keterampilan aplikatif

    8) Peningkatan dan keseimbangan antara

    keterampilan fisikal (hard skills) dan

    keterampilan mental (soft skill)

    9) pembelajaran yang mengutamakan

    pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik

    sebagai pembelajar sepanjang hayat

    10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai

    dengan memberikan keteladanan (ing ngarso

    sing tulodo), membangun kemampuan (ing

    madya mangun karso) dan mengembangkan

    kreativitas peserta didik dalam proses

    pembelajaran (tut wuri handayani)

    11) pembelajaran yang berlangsung di rumah,

    sekolah dan di masyarakat

    12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa

    siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa

    dan di mana saja adalah kelas

    13) pemanfaatan teknologi informasi dan

    komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan

    efektivitas pembelajaran

    14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar

    belakang budaya peserta didik.

    Pada praktiknya, konsekuensi di atas

    dapat dicapai jika dalam pembelajaran

    menggunakan metode/pendekatan yang dapat

    mengantarkan peserta didik dalam

    mengembangkan potensi dan membangun

    kompetensi pada sikap, pengetahuan dan

    keterampilan melalui kegiatan pembelajaran

    langsung maupun tidak langsung. Pembelajaran

    langsung adalah pembelajaran yang berkaitan

    dengan interaksi secara langsung antara peserta

    didik dan sumber belajar yang telah dirancang

    dalam silabus dan RPP, pembelajaran langsung

    berkaitan dengan pengembangan pengetahuan,

    kemampuan berpikir dan keterampilan

    psikomotor . Sementara pembelajaran tidak

    langsung adalah pendidikan yang dibangun

    selama pembelajaran langsung namun tidak

    dirancang dalam kegiatan khusus, pembelajaran

    tidak langsung berkaitan dengan pengembangan

    nilai dan sikap.

    Untuk meningkatkan kemampuan pada

    ranah sikap, strategi atau pendekatan

    pembelajaran dapat menggunakan proses afeksi

    mulai dari menerima, menjalankan, menghargai,

    menghayati, hingga mengamalkan. Untuk ranah

    pengetahuan, strategi pembelajaran yang dapat

    dilakukan disesuaikan dengan karakter materi.

    Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas

    mengetahui, memahami, menerapkan,

    menganalisis, mengevaluasi hingga mencipta.

    Metode/pendekatan yang disarankan adalah

    menerapkan belajar berbasis penelitian (inquiry)

    atau scientific. Untuk mendorong peserta didik

    menghasilkan karya kreatif dan kontekstual

    disarankan menggunakan pendekatan berbasis

    proyek (project based learning). Untuk ranah

    keterampilan, diperoleh melalui kegiatan

    mengamati, menanya, mencoba, menalar,

    menyaji, dan mencipta. Pendekatan pembelajaran

    yang disarankan adalah inquiry, discovery

    learning, dan project based learning.

    Pada makalah ini akan ditekankan pada

    pendekatan scientific sebagai bahan bahasan.

    Pendekatan scientific merupakan pendekatan

    yang dapat mengantarkan peserta didik untuk

    mengembangkan potensi dan kemampuannya.

    Pendekatan scientific adalah proses pembelajaran

    yang terdiri atas lima pengelaman belajar pokok,

    yaitu: (1) Mengamati; (2) Menanya; (3)

    Mengumpulkan informasi; (4) Mengasosiasi; (5)

    Mengkomunikasikan. Adapun rincian kegiatan

    pembelajaran tersebut dijelaskan pada tabel 1.

    B. Permasalahan dalam Proses Pembelajaran

    Kurikulum 2013

    Berbagai permasalahan terkait delivery

    system mencakup pada penyusunan rencana

    pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan

    proses pembelajaran di kelas yang dapat dilihat

    pada lampiran 2. Dari analisis tersebut

    permasalahan yang terjadi dapta disederhanakan

    yaitu tentang sarana dan prasarana dan juga

    kesiapan dan/atau pemahaman guru tentang

    implementasi pendekatan scientific. Problem

  • Tabel 1. Keterkaitan antara langkah pembelajaran dengan kegiatan pembelajaran dan maknanya

    Langkah

    Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Kompetensi yang Dikembangkan

    Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa

    atau dengan alat)

    Melatih kesungguhan, ketelitian,

    mencari informasi

    Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang

    tidak dipahami dari apa yang diamati atau

    pertanyaan untuk mendapatkan informasi

    tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari

    pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang

    bersifat hipotetik)

    Mengembangkan kreativitas, rasa ingin

    tahu, kemampuan merumuskan

    pertanyaan untuk membentuk pikiran

    kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan

    belajar sepanjang hayat

    Mengumpulkan

    informasi/eksperi-

    men

    - melakukan eksperimen

    - membaca sumber lain selain buku teks

    - mengamati objek/kejadian

    - aktivitas

    - wawancara dengan nara sumber

    Mengembangkan sikap teliti, jujur,

    sopan, menghargai pendapat orang lain,

    kemampuan berkomunikasi

    menerapkan kemampuan

    mengumpulkan informasi melalui

    berbagai cara yang dipelajari,

    mengembangkan kebiasaan belajar dan

    belajar sepanjang hayat

    Mengasosiasi /

    mengolah informasi

    - mengolah informasi yang sudah dikumpulkan

    baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan

    /eksperimen maupun hasil dari kegiatan

    mengumpulkan informasi

    - pengolahan informasi yang dikumpulkan dari

    yang bersifat menambah keluasan dan

    kedalaman sampai kepada pengolahan

    informasi yang bersifat mencari solusi dari

    berbagai sumber yang memiliki pendapat yang

    berbeda sampai kepada yang bertentangan

    Mengembangkan sikap jujur, teliti,

    disiplin, taat aturan, kerja keras,

    kemampuan menerapkan prosedur dan

    kemampuan berpikir induktif dalam

    menyimpulkan.

    Mengkomunikasi-

    kan

    Menyampaikan hasil pengamatan , kesimpulan

    berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau

    media lainnya

    Mengembangkan sikap jujur, teliti,

    toleransi, kemampuan berpikir

    sistematis, mengungkapkan pendapat

    dengan singkat dan jelas dan

    mengembangkan kemampuan

    berbahasa yang baik dan benar.

    Sumber: Permen No. 81A tahun 2013

    Permasalahan pertama kami tinjau dari

    kesiapan sarana dan prasarana sekolah yang tidak

    didukung untuk mengimbangi implementasi

    kurikulum 2013. Dari hasil analisis kami setidaknya

    terdapat 137 permintaan pemenuhan kebutuhan

    laboratorium periode Juli 2013 - Maret 2014 di

    sekolah melalui laman resmi Kemdikbud

    (http://bantusekolahku.kemdikbud.go.id), Data 137

    ini merupakan data kasar, dikarenakan situs yang

    disediakan oleh Kemdikbud belum tentu dapat

    diakses oleh sekolah di seluruh Indonesia. Dari data

    tersebut terlihat bahwa masih tingginya permintaan

    pengadaan alat dan bahan laboratorium untuk

    menunjang proses pembelajaran dengan pendekatan

    scientific.

    Secara ideal implementasi pendekatan

    scientific membutuhkan fasilitas pembelajaran yang

    lebih dari pada pembelajaran konvensional.

    Pendekatan ini pada dasarnya diadopsi dari

    pendekatan pembelajaran negara-negara maju yang

    memiliki fasilitas pembelajaran yang lengkap.

    Salah satu negara maju yang menjadi acuan

    perubahan kurikulum 2013 adalah Finlandia. Dari

    paparan wakil menteri pendidikan dan kebudayaan

    di Jakarta pada bulan Januari 2014, kurikulum ini

    telah berkembang di Finlandia sejak tahun 1990an.

  • Tentunya implementasi pembelajaran ini dapat

    dikatakan sukses di Finlandia dan hasilnya dapat

    kita lihat selama satu dekade terakhir, Finlandia

    selalu menduduki peringkat atas PISA dan TIMMS.

    Keberhasilan implementasi proses pembelajaran di

    Finlandia salah satunya dikarenakan sarana dan

    prasaran yang sangat menunjang seperti

    ketersediaan laboratorium dan sumber/alat belajar.

    Jika kita bandingkan keadaan sekolah-sekolah yang

    ada di Indonesia, tentunya Indonesia jauh tertinggal

    dari segi sarana dan prasarana. Oleh arena itu masih

    banyak hal yang harus dibenahi dari segi sarana dan

    prasana untuk lebih menunjang implementasi pada

    proses pembelajaran.

    Permasalahan kedua yang kami soroti

    adalah kesiapan guru dalam mengimplementasikan

    Pendekatan scientific. Dari analis kami dari data

    yang dipaparkan oleh Kemdikbud tentang hasil

    pelatihan TOT implementasi kurikulum 2013 dan

    sensus kurikulum. Sensus kurikulum 2013

    melibatkan lebih dari 76 ribu responden dari

    komponen siswa, guru, kepala sekolah, orang tua,

    komite sekolah, hingga pengawas. (Kemdikbud:

    2014). Untuk pelatihan guru yang telah

    dilaksanakan, belum terdapat jumlah pasti guru

    yang mengikuti pelatihan. Data yang diperoleh

    hanya rerata nilai pre test dan post test. Adapun hasil

    pelatihan pada guru sasaran yang mencakup

    rasional kurikulum, analisis materi ajar, RPP, Sikap

    dan keterampilan (lampiran 1) menunjukkan nilai

    akhir yang rendah. Hasil rerata post test

    menunjukkan nilai 52,62 dengan kenaikan 12,61

    poin menunjukkan hasil tidak baik. Selain itu,

    komponen yang menjadi sorotan utama adalah

    tentang komponen rancangan pembelajaran dan

    praktisi yang menunjukkan nilai post test sebesar

    48,06 dengan kenaikan 6,78 poin. Dapat

    disimpulkan bahwa hasil pelatihan tersebut gagal

    memahamkan guru untuk melaksanakan

    pembelajaran dengan pendekatan scientific.

    Disamping itu, guru yang telah dilatih pun belum

    dapat mengimplementasikan dengan benar.

    Sehingga hal ini akan menjadi kendala besar dalam

    pengimplementasian kurikulum 2013.

    Data sensus pelaksanaan kurikulum 2013

    dengan melibatkan responden guru, kepala sekolah

    dan pengawas (lampiran 1), yaitu pada pertanyaan

    apakah kurikulum 2013 mendorong guru menjadi

    individu pembelajar? menunjukkan hasil yang

    kurang memuaskan terutama pada kemudahan

    penyusunan RPP. Responden guru SD, SMP dan

    SMA (sekitar 60%) menyatakan kesulitan dalam

    penyusunan RPP. Namun demikian, guru sepakat

    bahwa pendekatan scientific dapat meningkatkan

    keterampilan dan karakter peserta didik. Selain itu,

    salah tafsir terhadap definisi langkah pembelajaran

    dengan pendekatan scientific sangat mungkin

    terjadi. Terdapat contoh kasus bahwa mengamati

    adalah dengan melihat power point saja dan peserta

    didik diminta untuk menuliskan apa yang mereka

    lihat dalam buku catatan. Salah tafsir dari langkah

    mengumpulkan informasi, guru meminta peserta

    didik untuk menyelesaikan soal-soal latihan yang

    ada di buku kemudian guru akan menjelaskan jika

    ada peserta didik yang bertanya dan tidak paham.

    Terlihat jelas sebagian besar guru kurang paham

    tentang pendekatan scientific. Hal ini dapat

    disebabkan oleh tidak meratanya pelatihan bagi

    guru, pelatihan yang sifatnya ceramah saja tanpa

    ada workshop intensif, dan pendampingan yang

    tidak berjalan maksimal di sekolah sasaran.

    C. Solusi Permasalahan dalam Proses

    Pembelajaran Kurikulum 2013

    Pendekatan scientific baik secara teori

    maupun sensus terhadap pelaksana kurikulum-

    merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat

    meningkatkan kompetensi peserta didik pada sikap,

    pengetahuan dan keterampilan. Namun demikian

    seperti yang telah dipaparkan di atas, terdapat

    beberapa permasalahan dalam penerapannya di

    kelas, yaitu sarana dan prasarana, dan kesiapan

    guru.

    Untuk sarana dan prasarana yang kurang

    memadai, guru dapat menyiasatinya dengan cara

    mencari alternatif media pembelajaran yang ada di

    sekitar atau dengan kata lain guru harus memiliki

    kreativitas. Kreativitas itu sendiri diperlukan bukan

    semata-mata karena keterbatasan fasilitas dan dana

    dari pemerintah, akan tetapi merupakan kewajiban

    yang harus melekat pada setiap guru untuk

    berkreasi, berimprovisasi, berinisiatif dan inovatif

    (Mulyasa, 2013: 49). Guru seharusnya mampu

    membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga

  • dengan mendayagunakan lingkungan sekitar

    sekolah sebagai sumber belajar yang konkret,

    seperti pada saat belajar materi gaya berat, guru

    dapat mengajak siswa untuk berkunjung ke pasar,

    siswa dapat melakukan percobaan dengan

    menggunakan berbagai jenis timbangan yang ada di

    pasar tradisional. Selain itu, di pasar siswa juga

    dapat mengeksplorasi berbagai jenis sayur, ikan,

    daging dan lain-lain terkait dengan pelajaran biologi

    serta interaksi sosial yang terjadi.

    Mulyasa (2013: 41) menyebutkan bahwa

    kunci sukses keberhasilan implementasi kurikulum

    2013 selain kesiapan guru juga berkaitan dengan

    kreativitas guru. Delivery system pada kurikulum

    2013 harus sebanyak mungkin melibatkan peserta

    didik agar mereka mampu bereksplorasi untuk

    membentuk kompetensi dan menggali berbagai

    potensi. Oleh karena itu, kreativitas guru sangat

    diperlukan terkait peran guru sebagai fasilitator dan

    mitra belajar peserta didik.

    Kurikulum 2013 menuntut guru menjadi

    individu pembelajar sepanjang hayat, guru dituntut

    untuk senantiasa kreatif dalam pembelajaran,

    memperbaharui pengetahuannya dan mampu

    menanamkan nilai luhur kepada peserta didik.

    Sarana dan prasarana memang penunjang

    pembelajaran. Namun, jangan sampai ketiadaan

    sarana dan prasarana ini menjadikan peserta didik

    tidak mempunyai pengalaman belajar guna

    meningkatkan potensi serta kompetensinya. Untuk

    itu, dibutuhkan kesiapan dari guru untuk

    melaksanakan pendekatan scientific ini. Pemerintah

    seharusnya sudah mempunyai langkah strategis

    dalam peningkatan kompetensi guru dengan cara

    memberikan pelatihan yang berkelanjutan.

    Pelatihan guru seharusnya dilakukan menyeluruh

    dan berkesinambungan untuk semua guru di

    Indonesia dan memperhatikan potensi daerah

    masing-masing.

    III. KESIMPULAN

    Delivery system yang dimaksud pada

    kurikulum 2013 adalah pendekatan scientific yang

    merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran

    yang meliputi : 1) Mengamati; 2) Menanya; 3)

    Mengumpulkan informasi/eksperimen; 4)

    Mengasosiasi; 5) Mengkomonikasikan.

    Implementasi pendekatan scientific masih

    menimbulkan permasalahan dilapangan terutama

    terkait dengan kesiapan guru dan sarana dan

    prasana. Oleh karena itu diperlukan langkah-

    langkah strategis untuk mengatasi permasalahan

    tersebut diantaranya dengan mengadakan pelatihan

    yang berkesinambungan untuk meningkatkan

    kreativitas guru dalam melakukan proses

    pembelajaran.

    IV. Daftar Pustaka

    Mulyasa. 2013. Penegembangan dan Implementasi

    Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja

    Rosda Karya.

    Kemdikbud. 2014. Hasil Sensus Kurikulum 2013

    Positif, Kemdikbud Siap Terapkan 100

    Persen. [online]

    http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/1

    995 (10 maret 2014).

    _________. 2014. Paparan Menteri Pendidikan dan

    Kebudayaan R.I pada Press Workshop

    Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:

    Kemdikbud

    _________. 2014. Paparan Wakil Menteri

    Pendidikan dan Kebudayaan R.I Bidang

    Pendidikan konsep dan Implementasi

    Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud

    _________, Peraturan Menteri No. 65 Tahun 2013

    Tentang Standar Proses. Jakarta:

    Kemdikbud.

    _________. Peraturan Menteri No. 81A Tahun 2013

    Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta:

    Kemdikbud.

  • Lampiran 1

  • Lampiran 2

    Tabel Analis Permasalahan Delivery System Kurikulum 2013

    No. Komponen Keadaan Ideal Realita Problem Alternatif

    Pemecahan Alternatif yang dipilih

    1. Penyusunan

    RPP

    Guru mampu menyusun secara benar

    meliputi:

    1) Identitas

    2) Menjabarkan KD ke indikator

    3) Menyusun tujuan pembelajaran

    berdasarkan indikator dengan

    menggunakan KKO yang tetap

    4) Memilih atau menetapkan

    pengalaman belajar siswa

    5) Mengsinkronkan KD-KD dari

    KI 1, KI 2, KI 3 dan KI 4.

    6) Pembelajaran langsung dan

    tidak langsung

    7) Menguraikan materi

    berdasarkan materi pokok yang

    meliputi (fakta, prinsip, konsep,

    prosedur)

    8) Menetapkan langkah

    pembelajaran meliputi

    pendahuluan, ini dan penutup

    9) Menetapkan pendekatan

    scientific pada inti

    pembelajaran

    Kemampuan guru belum

    merata dalam menyusun

    RPP secara benar meliputi:

    1) Guru kebingungan

    dalam menjabarkan KD

    menjadi indikator yang

    terukur

    2) Guru belum memahami

    penyusunan tujuan

    pembelajaran dari

    rasiona kurikulum 2013

    3) Belum mampu

    menguraikan materi

    berdasarkan materi

    pokok yang meliputi

    fakta, prinsip, konsep

    dan prosedur)

    4) Menetapkan langkah-

    langkah yang kurang

    berpusat pada siswa

    5) Salah penafsiran dalam

    pemahaman pendekatan

    scientific

    - Ketidaksiapan

    guru dalam

    melaksanakan

    kurikulum 2013

    - Menyusun

    bersama melalui

    MGMP tingkat

    sekolah dan kota

    didampingi guru

    inti/guru yang

    telah mengikuti

    pelatihan

    - Melakukan

    workshop secara

    intensif untuk

    seluruh guru tanpa

    terkecuali

    -Melakukan pelatihan yang

    berkesinambungan dan

    dilakukan pendampingan

    pembuatan RPP

    2. Pelaksanaan

    pembelajaran

    - Guru melaksanakan

    pembelajaran sesuai RPP yang

    dibuat

    - Pada kegiatan inti,

    belum semua guru

    melaksanakan

    pendekatan scientific

    secara benar terutama

    - Sarana dan

    prasaran

    yang belum

    memadai

    seperti

    - meningkatkan

    pemahaman guru

    mengenai

    pendekatan

    scientific melalui

    Mengadakan pelatihan

    yang lebih praktis dengan

    praktek langsung

    dilapangan dan dilakukan

    pendampingan oleh para

  • No. Komponen Keadaan Ideal Realita Problem Alternatif

    Pemecahan Alternatif yang dipilih

    - Guru melaksanakan pendekatan

    scientific dalam kegiatan inti

    berupa

    1) Mengamati

    2) Menanya

    3) Mengumpulkan informasi

    4) Mengasosiasi

    5) Mengkomunikasikan

    terkait dengan menanya,

    mengumpulkan

    informasi dan mengolah

    informasi

    - Belum memaksimalkan

    sumber atau alat belajar

    di sekitar guru dan siswa

    berada karena

    kurangnya kreatifitas

    guru.

    - Menjadikan internet

    satu-satunya sumber

    belajar.

    - Belum semua guru

    melaksanakan penilaian

    proses (observasi sikap

    dan keterampilan)

    - Manajemen waktu

    belum maksimal

    - Pada kegiatan penutup,

    guru belum melakukan

    secara benar terutama

    refleksi

    - Jumlah siswa di kelas

    terlalu banyak sehingga

    guru kesulitan

    mengkondisikan kelas

    keberadaan

    laboratorium

    dan

    kelengkapan

    kelas

    - Guru belum

    bisa

    mengimple-

    mentasikan

    scientific

    approach

    dengan

    benar

    workshop dengan

    mikro teaching

    - meningkatkan

    kreativitas guru

    dalam membuat

    sumber atau alat

    belajar.

    - Meningkatkan

    kemampuan guru

    dalam

    manajemen kelas

    - Menggunakan

    team teaching

    dengan 1 guru

    initi dan 2 asisten

    ahli dengan sistem lesson

    study