Mingguan Red Ant (I/Juni 2012)

11
June 16, 2012 red ant • mingguan • sman 1 tambun selatan • ra.96006.cantigi • Juni 2012 setiap anggota menyimpan makna sendiri-sendiri atas semua langkah perjalanan yang beberapa di antaranya tidak lagi berjejak. Semua layak dapat tempat, karenanya semua perlu dicatat. Hadirnya mingguan ini semacam jadi jalan keluar yang saya tawarkan untuk bahan yang sekiranya menginspirasi kawan- kawan. REDANT m i n g g u a n Isi pada Edisi Ini cukup sederhana saja tulisan yang mengisi Mingguan Red Ant edisi ini. Hanya dua saja. Berharap Berlanjut Tentu saja semua ingin menjadi lebih baik. Lalu apa yang bisa dilakukan? Masih bertanya? Disusun Saat Ini Ketika gula dan kopi raib dari tempatnya. Maka air putih sejernih visi kita. Perlu Didukung? Siapa yang bisa menampik bahwa kerjasama menjadi kunci untuk keluar dari kebodohan masal? MENDAKI LEBIH TINGGI DARI PUNCAK GUNUNG Betul bahwa tak ada salahnya melakukan petualangan hanya untuk petualangan itu sendiri seperti istilah l’art pour l’art, seni hanya untuk seni atau berlindung di balik ucapan Mallory, “Because it is there.” Namun itu bukan batas akhir kita sebagai petualang yang merupakan bagian dari umat manusia. For every mountain there is a miracle. Robert Schuller Setelah pendakian yang cukup melelahkan dari bibir kawah menuju puncak salju pada akhirnya pada 22 Februari 2009, pukul 10.30 waktu setempat, bendera merah putih dan bendera `Kilimanjaro for Lupus` berkibar di puncak tertinggi, Uhuru Peak. Untuk memperingati Hari Lupus Dunia (World Lupus Day) yang jatuh pada bulan Mei 2009, Yayasan Lupus Indonesia melakukan rangkaian

description

Bacaan untuk anggota yang selalu memerlukan alternatif penyaluran dan dimulai dengan bacaan.

Transcript of Mingguan Red Ant (I/Juni 2012)

Page 1: Mingguan Red Ant (I/Juni 2012)

J u n e 1 6 , 2 0 1 2

r e d a n t • m i n g g u a n • s m a n 1 t a m b u n s e l a t a n • r a . 9 6 0 0 6 . c a n t i g i • J u n i 2 0 1 2

setiap anggota menyimpan makna sendiri-sendiri atas semua langkah perjalanan yang beberapa di antaranya tidak lagi berjejak. Semua layak dapat tempat, karenanya semua perlu dicatat. Hadirnya mingguan ini semacam jadi jalan keluar yang saya tawarkan untuk bahan yang sekiranya menginspirasi kawan-kawan.

REDANTm i n g g u a n

Isi pada Edisi Ini

cukup sederhana saja tulisan

yang mengisi Mingguan Red

Ant edisi ini. Hanya dua saja.

Berharap Berlanjut

Tentu saja semua ingin menjadi

lebih baik. Lalu apa yang bisa

dilakukan? Masih bertanya?

Disusun Saat Ini

Ketika gula dan kopi raib dari

tempatnya. Maka air putih

sejernih visi kita.

Perlu Didukung?

Siapa yang bisa menampik

bahwa kerjasama menjadi

kunci untuk keluar dari

kebodohan masal?

MENDAKI LEBIH TINGGI DARI PUNCAK GUNUNGBetul bahwa tak ada salahnya melakukan petualangan

hanya untuk petualangan itu sendiri seperti istilah l’art pour l’art, seni hanya untuk seni atau berlindung di

balik ucapan Mallory, “Because it is there.” Namun itu

bukan batas akhir kita sebagai petualang yang merupakan bagian dari umat manusia.

For every mountain there is a miracle.  Robert Schuller 

Setelah pendakian yang cukup melelahkan dari bibir kawah menuju puncak salju pada akhirnya pada 22 Februari 2009, pukul 10.30 waktu setempat, bendera merah putih dan bendera `Kilimanjaro for Lupus` berkibar di puncak tertinggi, Uhuru Peak.

 

Untuk memperingati Hari Lupus Dunia (World Lupus Day) yang jatuh pada bulan Mei 2009, Yayasan Lupus Indonesia melakukan rangkaian

Page 2: Mingguan Red Ant (I/Juni 2012)

J u n e 1 6 , 2 0 1 2

r e d a n t • m i n g g u a n • s m a n 1 t a m b u n s e l a t a n • r a . 9 6 0 0 6 . c a n t i g i • J u n i 2 0 1 2

REDANT

kegiatan yang salah satunya adalah mendaki ke Uhuru Peak. Yaitu puncak tertinggi Gunung Kilimanjaro di Tanzania (5.895 meter dpl) yang merupakan puncak gunung tertinggi di benua Afrika. Keberhasilan ini merupakan yang kedua kalinya setelah pencapaian puncak Kalla Patthar di pegunungan Himalaya pada 2006.

 

Pendakian old crackRute pendakian ke puncak Uhuru Peak dimulai dari Marangu Gate, pintu masuk Taman Nasional Kilimanjaro, pada 18 Februari. Untuk menuju puncak gunung tertinggi di Benua Afrika tersebut harus mencapai "Gillman’s Point" (5.703 meter dpl). Perjalanan terberat dari seluruh pendakian ini ditempuh tim selama delapan jam dengan melewati bibir kawah Gunung Kilimanjaro.

 

Ami KMD Saragih (45) dan Sri Rejeki (47) merupakan  anggota Palawa Unpad yang ambil

bagian dalam Tim ‘Kilimanjaro for Lupus’. Mereka bersama anggota tim lain yaitu Veronica (46) anggota Wanadri, Miranda Wiemar (42) anggota Mapala Universitas Indonesia (UI), Tejasari (41) anggota Aranyacala Universitas Trisakti, dan Jeannie (39) praktisi perbankan, Widjajono (57) dosen di Bandung, Dodi Johanjaya (42) anggota Mapala UI yang juga produser Jejak Petualang Trans-7, Amalia Yunita (42) anggota Aranyacala Trisakti, dan Diah Bisono (44) anggota Mapala UI. Hebatnya, tim ekspedisi ‘Kilimanjaro for Lupus’ sudah berusia di atas 40 tahun.

 

Namun bagi yang mencintai petualangan usia hanyalah paparan angka, tak menjadi batas seseorang bisa melakukan sesuatu atau tidak. Age is only a number. Takao Arayama, pendaki dari Jepang, mencapai puncak Everest pada usia 70 tahun pada tahun 2006. Rekor ini kemudian pada tahun 2008 dipecahkan oleh Min Bahadur asal Nepal, yang mencapai

puncak tertinggi di dunia itu pada usia 77 tahun. Di Indonesia sendiri, Himawan Tedjomulyono dari Bandung berusia 71 tahun ketika mencapai puncak Gunung Rinjani untuk pertamakalinya.

 

Mendaki lebih tinggi Kita dapat melakukan petualangan seperti mendaki sebuah gunung hanya untuk pendakian itu sendiri, namun

Bayu Baruna (sahabat Red Ant, tinggal di Bandung) Saat pendakian Gunung Fansipan Vietnam.

Page 3: Mingguan Red Ant (I/Juni 2012)

J u n e 1 6 , 2 0 1 2

r e d a n t • m i n g g u a n • s m a n 1 t a m b u n s e l a t a n • r a . 9 6 0 0 6 . c a n t i g i • J u n i 2 0 1 2

REDANTmelakukannya dengan dibarengi sebuah idealisme kemanusiaan merupakan sebuah tahap yang lebih tinggi. Betul bahwa tak ada salahnya melakukan petualangan hanya untuk petualangan itu sendiri seperti istilah l’art pour l’art, seni hanya untuk seni atau berlindung di balik ucapan Mallory, “Because it is there.” Namun itu bukan batas akhir kita sebagai petualang yang merupakan bagian dari umat manusia. Andai ada kesempatan melakukannya itulah kesempatan untuk “mendaki lebih tinggi” dari sebuah puncak gunung. Kita bisa menunggu kesempatan itu datang entah kapan atau menciptakan sendiri kesempatan untuk berbuat sesuatu bagi kemanusiaan.

 

Sir Ranulph Fiennes tak hanya melakukan petualangan semata namun menggalang dana dari beberapa ekspedisi yang dilakukannya. Ia berhasil

menggalang jutaan poundsterling dari ekspedisi kutub yang kemudian didonasikan untuk membangun pusat riset multiple scierosis di Cambridge dan untuk riset kanker payudara. Ekspedisinya ke North Face Eiger berhasil menggalang USD 3 juta yang didonasikan untuk kepentingan Marie Currie Cancer Care.

 

Ketika tahun 1993  Greg Morteson asal Montana, AS berniat menaklukkan puncak K2 di pegunungan Himalaya ia tak memiliki niat lain selain hanya mendaki. Namun tergerak oleh keramahtamahan dan kemiskinan penduduk di desa Korphe di perbatasan Pakistan-Afganistan itu, Morteson berjanji pada mereka  bahwa ia akan kembali untuk membangun sebuah sekolah. Morteson bukan orang kaya, bahkan berumah di sebuah gudang. Namun belakangan ia tak hanya berhasil

membangun satu melainkan 55 sekolah – terutama diperuntukkan bagi anak perempuan. Ia mendirikan organisasi Central Asia Institute yang membangun sekolah itu satu demi satu.

 

Pegunungan membisikkan petuah kepada setiap orang yang mendatanginya. Petuah itu tak pernah tentang gunung-gunung, tetapi selalu tentang manusia. Namun hanya sedikit yang mendengarkan pesannya, yang lain hanya mendengarnya sebagai desiran angin. Berbekal jaket polar dan gore-tex yang hangat, desiran angin itu segera terabaikan. Dalam sebuah pendakian gunung selalu ada berbagai pilihan ; tak sampai ke puncak, mencapai puncak atau lebih tinggi dari puncak gunung.

 

Bayu Baruna dari buku Middle of Nowhere (2009).

Page 4: Mingguan Red Ant (I/Juni 2012)

J u n e 1 6 , 2 0 1 2

r e d a n t • m i n g g u a n • s m a n 1 t a m b u n s e l a t a n • r a . 9 6 0 0 6 . c a n t i g i • J u n i 2 0 1 2

c a t a t a n h a r i a n

ARJUNA VIA WONOREJO-LAWANGSebuah catatan perjalanan oleh-oleh petualangan

Oleh Herdi (RA.0502.Rasamala).

Januari 21 2012 | 06.00

Saya bersama 2 org rekan kuliah memulai perjalanan menuju gunung

arjuna 3339 mpdl. Perjalanan dimulai dari kos-kosan rekan saya di daerah

Soekarno Hatta kota Malang. Kami bertiga membawa 2 keril dgn kapasitas

60&80 liter serta 1 buah ransel tempur TNI. Hasil survey yg telah kami lakukan pada hari sebelum'a

mendapat info dari Petugas Tahura R.Soeryo bahwa cuaca dalam beberapa

hari terakhir sedang buruk&menyarankan kami untuk berfikir ulang dalam

berniat melakukan pendakian. Karena kami sdh berniat sejak

lama&karena pada saat itu gunung Semeru juga ditutup tanggal 5 Jan

maka kami memastikan untuk tetap melakukan pendakian pada tgl 21

sehabis uas kampus.

Dari kota malang gunung arjuna dapat di tempuh dengan 4 rute resmi yaitu Jalur

Lawang, jalur Tretes via gunung Welirang, jalur Purwosari dan jalur Sumber Brantas.

Page 5: Mingguan Red Ant (I/Juni 2012)

J u n e 1 6 , 2 0 1 2

r e d a n t • m i n g g u a n • s m a n 1 t a m b u n s e l a t a n • r a . 9 6 0 0 6 . c a n t i g i • J u n i 2 0 1 2

REDANTKami memilih jalur Lawang

karena jalur tersebut merupakan

jalur terdekat yg dapat kami

tempuh dari kota malang.

Dari kawasan Soe-Hatt kami

bergerak menuju Terminal

Arjosari dgn menggunakan

angkot ASD dgn ongkos 2500.

Sampai di Arjosari kami

melanjutkan dengan angkot

Arjosari - Lawang dgn ongkos

2500. Kami turun di pasar

Lawang dan berjalan kearah

utara selama 5 menit hingga

tepat di depan markas Polisi

Militer. Dari depan PM kami

berjalan ke arah barat menuju

desa Wonorejo yaitu desa

terakhir dikaki gunung Arjuna

dgn jarak tempuh 6km dan wkt

tempuh 2.5 jam. Sbnr'a ada ojek

dgn harga 5ribu, namun karna

kami tdk tahu jd'a memilih jalan

kaki. Sumpah,,itu jauuuh bgt :

( dan cukup nyesel kenapa kaga

n a e k o j e g k r n c u k u p

menghabiskan energi.

10.00

kami sampai di tapal desa

wonorejo dan rumah terakhir

dari desa tsb adalah pos ijin

pendakian. Di pos tersebut kami

mendapatkan wejangan dari

Ranger Taman Hutan Raden

Soerjo.

Di pos ini kita akan dilayani

dengan baik oleh petugasnya,

saya merasa nyaman dengan

keramahtamahan rangernya

(Mas Rudi, Ranger Taman

Hutan Raden Soer jo -

081330787722). Maklum orang

Jawa Timur memang ramah gitu

kali yah.

Sebelum naik kita mendapat

wejangan2 yang perlu kita

patuhi, ya sesuai dengan prinsip

SURVIVAL yang huruf A

nya,,adat istiadat setempat

hormatilah !! sebagai berikut

yang masih saya ingat.

1. Jangan beranggota ganjil

kalo naik Arjuna (aneh c,

menurut saya mah kn

Alloh malah suka yg

ganjil).

2. Jangan bawa/pake jaket,

baju dll yang berwarna

MERAH

3. Jangan mesum,

4. . . . l u p a e u y, , b a nya k

soalnya,,di tausiyahin

saya .

Dari uang masuk 2700 - 3ribu

yang kita bayarkan kita dpt

fasilitas MCK, air bersih,

asuransi, tiket masuk Tahura

R.Soerjo , SAR (khusus kalo

kenapa2) dan yang membuat

kaget saya adalah kita dapet peta

topografi serta peta jalur copy-an

nya. Gunung mana coba yang

kaya gini???? :D

11.00

Kami meninggalkan pos

perijinan menuju Pos II (Gunung

Lincing). Selepas pos ijin kami

memasuki kebun teh milik PTPN

12 yaitu kebun teh Wonosari

desa Wonorejo, nah disini kita

Page 6: Mingguan Red Ant (I/Juni 2012)

J u n e 1 6 , 2 0 1 2

r e d a n t • m i n g g u a n • s m a n 1 t a m b u n s e l a t a n • r a . 9 6 0 0 6 . c a n t i g i • J u n i 2 0 1 2

REDANTharus bener2 membaca itu peta

yang dikasih sama ranger. Skill

navigasi darat dasar dan

orienteering diperlukan disini.

Krn kebonnya itu luas banget,

dan sekeliling kita itu sama

semua pemandangannya teh teh

teh dan teh teruss hingga 2 jam

perjalanan buat kebun tehnya

saja. Banyak pendaki yang

nyasar dikebon teh ini dan

malah ilang orientasi karena

kurang konsen dan ragu kq lama

banget (emang lama bgt,,kudu

sabar), naek aja belon udah

nyasar..ckckckck..kebetulan saat

itu sedang ada pemetikan teh, jd

kami berpapasan dengan ibu2

pemetik teh dan setiap

berpapasan mereka selalu bilang

“mas, munggah arjuno kq

ganjil?”. Kami hanya tersenyum,

pdhl dlm hati mah nyut2an

juga,,

Jalur dikebun teh itu batu2 yang

tersusun rapi, sangat monoton

dengan kelandaian yg lumayan

membuat kesal.

Note: tandai simbol2 yg sudah

kita lewati dipeta jalur, biar ga

pusing mikir tadi udah lewat sini

apa belum yah? Karena banyak

p e r s i m p a n g a n y g

penampakannya sama smua.

Oia, bawa kompas dan jgn lupa

pake gaitress di betis, jalanannya

banyak pacet saya kena

beberapa. Pake sepatu yg sol nya

k u a t d a n “ m e n g g i g i t ”

tanah&batu. Krn batu2&tnh nya

selalu basah.

Selepas kebun teh kita akan

masuk hutan semak2/perdu

yang ditumbuhi oleh pohon

kaliandra dan ilalang. Daerah ini

banyak lebah dan ada anjing

hutan (ajag) yg ditandai dari

kotoran, jejak kaki dan

gonggongan yg terdengar sedikit

horror. Jalur nya sangat landai

dan agak terbuka, tanah agak

merah dan kadang tertutup

kabut dengan jarak pandang 10

meter.

15.00

Cuaca memburuk dikawasan

hutan kaliandra-ilalang, kabut

turun disertai dengan hujan

rintik2 dan tanah pun mulai

terasa lebih gembur. Benar kata

ranger kalo cuacanya memang

lagi buruk. 2 teman saya udah

sedikit panik dan buru2 pake

raincoat. Saya tetap dgn kaos

oblong dan celana gunung saja.

Hanya saya melapis keril saya

dgn rain cover yg waterproofnya

baru.

16.00

Kami sampai di Pos 2 Gunung

Lincing. Agak telat memang,

kata rangernya pos ijin – pos

lincing itu 3 jam. Kami buka

tenda disini. Menurut peta,

daerah ini punya sumber air

disebelah kiri dari shelter. Dipeta

sih keliatannya deket. TAPI

sebenernya jauh bgt. Saya dgn 1

org teman saya membawa 10

botol @ 1,5 liter untuk ambil air.

Mata airnya itu ada di lembah

Page 7: Mingguan Red Ant (I/Juni 2012)

J u n e 1 6 , 2 0 1 2

r e d a n t • m i n g g u a n • s m a n 1 t a m b u n s e l a t a n • r a . 9 6 0 0 6 . c a n t i g i • J u n i 2 0 1 2

REDANTsetelah 2 bukit padang sabana

. Di ruyuk2 bambu gtu dan

agak “hiyeum” bahasa sundanya

mah. Udh gitu pake kepeleset

dan sendal putus pula (oia, ada

fotonya). Haduuh. Kami

berkemah dsni semalam

Januari 22 2012 | 06.00

Kami melanjutkan perjalanan

menuju pos 3 Mahapena. Ada 2

jalur yang dapat dipilih : a. Jalur

Sabana b. Jalur Gunung Lincing.

Kami memilih jalur Sabana,

berdasarkan saran dari ranger.

Selepas pos 2 kita langsung

masuk ke padang sabana yg

sangat sangat luas, berasa jadi

Teletubbies :D dengan keril

warna warni gtu. Oia, katanya

dsna msh ada habitatnya

harimau jawa. Dan kebetulan

saya liat kotoran serta jejaknya

(ga tau itu punya nya macan,

ajag atau manusia,,tapi jejaknya

jelas bgt,,aah lupa saya poto).

Membuat catatan yang paling dasar dalam petualangan adalam menulis Diary atau Catatan Harian seperti yang dicontohkan melalui catatan ini.

Page 8: Mingguan Red Ant (I/Juni 2012)

J u n e 1 6 , 2 0 1 2

r e d a n t • m i n g g u a n • s m a n 1 t a m b u n s e l a t a n • r a . 9 6 0 0 6 . c a n t i g i • J u n i 2 0 1 2

REDANT08.00

Alhamdulillah kami sampai di

pos 3 Mahapena, disini juga ada

air tapi genangan di cerukan

batu yang jumlahnya memang

sangat banyak (saran saya c jgn

lgs diminum, sumpah pahit bgt !)

kalo buat cuci muka dan masak c

oke lah. Oia disini konon “jalan

raya” nya makhluk ghoib dan

sering terdengar suara kereta

kencana dan ringkikan kuda,

katanya ranger. Krn dulu itu

jalan utama penghubung

kerajaan Majapahit di Mojokerto

dengan Singosari di Malang.

Selepas Mahapena, kami masuk

ke hutan cemara menuju Pos 4

Alas Gombes (Lali jiwo). Jalur

mulai terasa menyiksa karena

kemiringan 45 derajat. Dengan

lantai hutan berupa batu2 keras.

Hutan disini terasa memiliki

hawa yg sedikit “aneh”. Ga tau

anehnya kenapa, tapi terasa

sekali seperti sedang ada yg

mengawasi. Ditumbuhi oleh

pepohonan cemara, mawar

hutan, murbei duri, lavender

semak dan pinus dengan kulit

pohon yg dilumuti “jenggot

besi”. Perjalanan diareal ini

menguras fisik karena cukup

lama dan jalur yg monoton.

12.00

Sampai di pos Alas Gombes.

Ambil nafas sejenak, baru duduk

dan melepas keril krn ini

waktunya zhuhur dan makan

siang. Dibelakang kami ada 3 tim

lain yg menyusul : Impala

UniBraw, SMA dari Gresik, dan

Alumni SMK Grafika Malang.

Kami berpapasan & kenalan di

pos ini. Makan siang, solat dan

bersiap untuk melanjutkan

(sebenarnya kami ga tau waktu

tempuh dari Pos 4 ke puncak itu

berapa jam). Cuma dari Ranger

katanya 14 jam tanpa camping,

dan kami menghitung sudah

sekitar 11 jam kami mendaki, jd

kami berasumsi 3 jam lagi kami

sampai puncak. Dgn itungan

sebagai berikut:

Pos 1 – pos 2 = 5 jam

Pos 2 – pos 3 = 2 jam

Pos 3 – pos 4 = 4 jam

Pos 4 – puncak = 3 jam

Total = 14 jam (aktualnya

lebih lama)

Impala UB, membuka camp

disini & tinggal 3 tim yang

berniat ke puncak siang ini.

Kami akhirnya bergabung dgn

Alumni SMK yg beranggotakan

4 org, jdi total kami skr ada 7.

SMA Gresik ke puncak, tapi yg

saya aneh kan mereka ternyata

hanya mw summit attack saja

dgn tdk ngecamp diatas & ga

mikir klo klo nti kena badai atau

apa krn mrka msg2 anggotanya

hanya pake jaket&headlamp

tanpa keril yg mrka tinggal smw

di pos 4. Mereka jalan duluan.

Kami jalan dengan irama sedang

karena skr cara berjalan kami hrs

menyesuaikan satu dengan

lainnya. 10 menit kemudian

kami memasuki hutan yg

dikeramatkan masyarakat jawa

Page 9: Mingguan Red Ant (I/Juni 2012)

J u n e 1 6 , 2 0 1 2

r e d a n t • m i n g g u a n • s m a n 1 t a m b u n s e l a t a n • r a . 9 6 0 0 6 . c a n t i g i • J u n i 2 0 1 2

REDANT

timur, hutan alas gombes/lali

jiwo. Rekan kami alumni smk

berhenti sejenak untuk briefing.

Msh ingat benar saya

briefingnya :

“mari kita berdoa menurut

agama masing2 semoga diberi

keselamatan.......aamiin”: alumni

SMK

“kita jalannya barengan terus

yah, ga usah ngebut2 sing

penting selamat semua, jangan

banyak bicara, jgn bicara

macam2, selalu lihat teman

dibelakang” : alumni SMK

Saya nanya : “emangnya knp si

mas hrs gitu?”

“iya disini banyak yg hilang,

karena tersesat. Liat aja mas

sendiri hutannya datar gini,

tumbuhan semaknya 2 meter

rapet2, mas klo sampe

ketinggalan sendirian ga akan

bisa ngejar tmn mas didepan krn

ga tau beloknya dimana, hilang

dsni banyak ga bisa ketemu sama

SAR mas” : balas dia

Saya terhenyak, lho lho lho ini

bahaya toh sebenernya? Hutan

semak pun kami masuki dan

benar saja yg dibriefingkan

barusan, hutannya ditumbuhi

semak sangat rapat setinggi 2

meter, lantai hutan semuanya

homogen, ga terlihat mana jalur

yg jelas, mana yg ga dilalui, keril

dengan kapasitas 80 ltr keatas

menjadi masalah krn hrs diadu

dengan semak2 duri arbei hutan

dan mawar hutan. Selepas 30

menit kami akhirnya keluar dari

hutan semak dan masuk kedalam

hutan pinus kembali.

Nah disini uniknya alas gombes

lali jiwo, hutan yang kami

masuki ini sama persis dengan

hutan selepas pos 3 Mahapena.

Banyak pendaki yg ngedrop,

dihutan ini (kata ranger dan

obrolan dgn pendaki lain) dan

agak sedikit bingung memang,

ini alas gombes apa mahapena

yah? Banyak cerita klenik ttg

hutan ini. Rangernya jujur

Pos 1 – pos 2 = 5 jam

Pos 2 – pos 3 = 2 jam

Pos 3 – pos 4 = 4 jam

Pos 4 – puncak = 3 jam

T o t a l = 1 4 j a m

(aktualnya lebih lama)

Page 10: Mingguan Red Ant (I/Juni 2012)

J u n e 1 6 , 2 0 1 2

r e d a n t • m i n g g u a n • s m a n 1 t a m b u n s e l a t a n • r a . 9 6 0 0 6 . c a n t i g i • J u n i 2 0 1 2

REDANTbanget c cerita segala macem,

semakin kita banyak tanya2 di

pos maka semakin jujur dia akan

membongkar semua ceritanya,.

16.00

Kami mulai resah, sudah 3 jam

lebih berjalan di “kemiringan

alas lali jiwo” tetapi belum

sampai juga.

17.00

Kami akhirnya keluar dari hutan

alas lali jiwo dan bertemu

dengan persimpangan jalur dari

Purwosari. Cuaca memburuk,

kabut jenuh tebal yang melintasi

kami membawa uap air yg

membuat kaos kami basah jika

tersentuhnya. Jalur mulai tidak

nyaman, karena mir ing

menyamping dan beralas

rumput2 seperti oro2 ombo

gn.semeru. beberapa dari kami

mulai merasakan sakit telinga,

termasuk saya,,rasanya seperti

tertusuk.

18.00

Cuaca benar2 buruk. Gelap.

Hujan. Dan angin ribut, hujan

beterbangan terasa menusuk

seperti jarum. Dari kejauhan,

anak SMA Gresik berteriak2,

diatas badai!! Hmmm,,bnr aja

kan lagian itu Sispala aneh mw

summit attack tp ga persiapan.

M e r e k a l a r i t e r b u r u 2

memaksakan diri untuk turun

menuju pos 4,,padahal jaraknya

6 jam lagi. (dgr kabar pas smp

pos ijin, tnyta mereka sempat

tersesat dan berputar2 saat

turun, mereka ga lewat pos

3&2,,lgs hutan kaliandra)

18.30

Kami buka camp dikemiringan,

tenda sdh ga berbentuk jelas yg

penting aman saja dulu,,pasak

kami pasang 12 buah sekeliling

tenda, tebar fly sheet untuk

menahan rembesan di lubang

mesh ventilasi,,dan kami ikat ke

pohon cantigi&cemara angin.

Kami bermalam tanpa bisa

benar2 tidur. Badai belum habis

sampai pukul 03.00 pagi, tenda

digoyang2 angin serasa sdg naik

wahana di dufan. Tenda tetap

saja rembes, dan basah semua

sleeping bag. Untungnya pakaian

yg dipakai mash kering.

Januari 23 2012 | 05.30

Summit attack, kami keluar

tenda dan kaget. Ternyata

puncak 100 meter lagi,

syukurlah. Tim Impala pun

melintas di area kami bermalam.

06.00

Puncak ogal-agil. Langit

mendung, kecepatan angin

40-45km/h (kata anak impala yg

bawa windmeter). Ga ada yg

berdiri lama2, semuanya duduk

dibatu takut tersapu angin. Dari

kejauahn terlihat gunung

welirang yg berkawah kuning

dan berasap kuning. Terlihat

juga gunung semeru, anjasmoro,

panderman dan argopuro. Foto2

setengah jam. Turun.

Page 11: Mingguan Red Ant (I/Juni 2012)

J u n e 1 6 , 2 0 1 2

r e d a n t • m i n g g u a n • s m a n 1 t a m b u n s e l a t a n • r a . 9 6 0 0 6 . c a n t i g i • J u n i 2 0 1 2

REDANT

Catatan Akhirdengan melakukan perjalanan dan pencatatan kita terhindar dari sosok pencinta alam yang gemar mengaku-aku, banyak omong padahal kosong. Dengan melakukan pencatatan setidaknya kita berusaha agar generasi mendatang tidak buta sejarah dan minim contoh yang bisa menggerakkan organisasi.

07.00

Kami turun dengan target

sampai pos ijin sebelum tengah

malam.

19.00

Sampai di pos ijin. Lapor,

curhat, cuci muka, pipis dll.

Salam2an dan pulang.

Waktu tempuh

Berangkat normal 14 jam

(saya 17 jam)

Pulang 12 jam

Ongkos

PP Malang – Wonorejo

Rp.18.000

Angkot malang cm smp jam 9

malam,,jgn turun kemaleman

Tiket Tahura R.Soerjo

Rp.3000

Salam rimba !!

Ayo kita ke puncak lagi !!!

Kita harus bertualang dan menulis catatan harian. Buat apa pengalaman jika tidak bisa menjadi pelajaran buat diri dan orang lain?