MILIARIA
-
Upload
nicole-lopez -
Category
Documents
-
view
88 -
download
10
Transcript of MILIARIA
MILIARIA
1. Definisi
Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya
vesikel milier.
Sinonim : Biang keringat, Keringat buntet, liken tropis, prickle heat.
2. Epidemiologi
Miliaria dapat terjadi pada semua ras, meskipun ada pendapat bahwa orang
Asia yang memproduksi keringat lebih sedikit dari orang kulit putih lebih
sedikit menderita Miliaria rubra.Sebetulnya semua bayi dapat mengalami
Miliaria pada kondisi yang ada. Anak-anak lebih banyak mengalami Miliaria
dibanding orang dewasa dan tidak ada perbedaan angka kejadian antara laki-
laki dan perempuan.
Miliaria crystallina adalah kondisi umum yang terjadi pada neonatus,
dengan puncaknya pada mereka yang berusia 1 minggu, dan pada individu
yang demam atau mereka yang baru saja pindah ke tempat dengan kondisi
suhu yang panas, dan beriklim lembab. Miliaria rubra juga umum terjadi pada
bayi dan orang dewasa yang pindah ke sebuah lingkungan tropis, bentuk ini
terjadi pada sebanyak 30% dari orang-orang yang terkena kondisi seperti
pada lingkungan tropis. Miliaria profunda merupakan suatu kondisi yang
jarang yang terjadi pada hanya sebagian kecil dari mereka yang telah
mengalami serangan berulang dari Miliaria rubra.
3. Etiologi
Kelenjar keringat yang belum berkembang sempurna .
Bayi baru lahir belum memiliki kelenjar keringat yang berkembang
sempurna sehingga mudah pecah bila berkeringat dan menyebabkan
miliria.
1
Perubahan iklim.
Miliria sering terjadi pada orang berpindah dari iklim dingin ke iklim
tropis.
Aktivitas
Aktivitas yang menyebabkan keluarnya keringat dapat menjadi faktor
pencetus.
Obat-obatan
Bethanecol, obat yang menyebabkan timbulnya keringat dan Isotretionis
obat yang menyebabkan folikular diferensiasi dilaporkan dapat
menyebabkan Miliaria.
Bakteri
Staphylococcus diyakini berhubungan dengan timbulnya Miliaria.
4. Anatomi dan Patofisiologi
Kulit terdiri dari 2 lapisan :
Epidermis : Lapisan dari dalam ke luar terdiri dari : Stratum basalis /
germinativum , Stratum malphigi / spinosum, Stratum granulosum ,
Stratum lusidum, Stratum corneum (tanduk).
2
Stratum korneum (lapisan tanduk) : lapisan kulit terluar, terdiri
beberapa lapis sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya
telah berubah mejadi keratin Stratum lusidum : merupakan lapisan sel-sel
gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang
disebut eleidin. Stratum granulosum : lapisan keratohialin merupakan 2-3
lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar. Stratum spinosum :
disebut juga stratum malphigi atau di sebut dengan prickle cell layer,
terdiri atas sel-sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda
karena mengalami mitosis. Inti terletak di tengah Stratum basale : terdiri
atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada
perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade)
Dermis
Pars Papilare : yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah
Pars Retikulare : yaitu bagian dibawahnya yang menonjol ke arah
subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya
kolagen, elastin, dan retikulin
J aringan subkutis
Kelanjutan dari dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel
lemak di dalamnya
Lapisan lemak disebut dengan panikulus adiposa,berfungsi sebagai
cadangan makanan
Aneksa Kulit
Unit kelenjar peluh ekrin
Kelenjar apokrin
Unit pilosebaseous
3
Faktor utama yang berperan bagi perkembangan miliaria adalah
kondisi panas tinggi dan kelembaban yang menyebabkan berkeringat
berlebihan. Occlusion kulit karena pakaian, perban, atau lembaran plastik
(dalam pengaturan percobaan) selanjutnya dapat berkontribusi untuk
pengumpulan keringat pada permukaan kulit dan pengeluaran cairan atau
keringat berlebih (overhydration) dari lapisan corneum. Pada orang yang
rentan, termasuk bayi, yang relatif belum matang kelenjar ekrinnya,
pengeluaran cairan atau keringat (overhydration) dari stratum corneum
dianggap cukup untuk menyebabkan penyumbatan sementara dari
acrosyringium.
Jika kondisi lembab dan panas bertahan, individu terus memproduksi
keringat berlebihan, tetapi dia tidak dapat mengeluarkan keringat ke
permukaan kulit karena penyumbatan duktus. Sumbatan ini menyebabkan
4
kebocoran keringat dalam perjalanannya ke permukaan kulit, baik di dalam
dermis atau epidermis, dengan anhidrosis relatif.
Ketika titik kebocoran di lapisan corneum atau hanya di bawahnya,
seperti dalam Miliaria crystallina, akan ada sedikit peradangan yang
menyertai, dan lesi tidak menunjukkan gejala. Sebaliknya, pada Miliaria
rubra, kebocoran keringat ke lapisan subcorneal menghasilkan vesikula
spongiotic dan sel inflamasi kronis periductal yang menginfiltrasi di papiler
dermis dan epidermis bawah. Pada Miliaria profunda, keluarnya keringat ke
dermis papiler menghasilkan suatu substansial, menginfiltrasi limfositik
periductal dan spongiosis dari duktus intra-epidermis.
Bakteri seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus
aureus, diperkirakan memainkan peran dalam patogenesis miliaria. Pasien
dengan Miliaria memiliki 3 kali lebih banyak bakteri per satuan luas kulit
dibandingkan subyek kontrol sehat. Agen antimikroba efektif dalam menekan
Miliaria akibat eksperimental. Periodic Acid-Schiff positif bahan tahan
diastase telah ditemukan di sumbatan intraductal yang konsisten dengan
substansi polisakarida ekstraselular stafilokokal (EPS). Dalam pengaturan
percobaan, hanya Staphylococcus epidermidis yang menghasilkan EPS yang
dapat menginduksi miliaria.
Pada akhir tahap Miliaria, hyperkeratosis dan parakeratosis dari
acrosyringium (bagian paling atas dari saluran/duktus kelenjar keringat) dapat
diamati. Sebuah sumbatan hyperkeratotic mungkin muncul untuk
menghalangi saluran ekrin, tetapi sekarang ini diyakini menjadi perubahan
5
akhir dan bukan penyebab yang mempercepat terjadinya penyumbatan
keringat.
5. Klasifikasi
Miliaria dibagi dalam 3 bentuk, yaitu :
Miliaria Kristanina
Bentuk ini biasanya menyerang bayi baru lahir (neonatus) yang
berusia kurang dari 2 minggu dan orang dewasa yang menderita demam
atau mereka yang baru saja pindah ke iklim tropis. Lesi muncul dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu dari terpaparnya cuaca panas dan
menghilang dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Lesi umumnya
asimtomatik.
Miliaria Rubra
Bentuk ini biasanya menyerang neonatus usia 1-3 minggu dan
orang dewasa yang tinggal di tempat yang panas, dan lingkungan yang
lembab. Lesi dapat terjadi dalam beberapa hari setelah pajanan terhadap
kondisi panas, tetapi lebih cenderung muncul setelah berbulan-bulan
setelah terpapar panas dan lembab. Lesi sembuh dalam beberapa hari
setelah pasien dipindahkan dari kondisi panas dan lingkungan lembab.
Lesi menyebabkan gatal atau pruritus intensif dan menyengat yang
diperburuk oleh demam, panas, atau pengerahan tenaga (exertion). Pada
pasien dapat muncul kelelahan dan intoleransi panas, dan mereka
mungkin akan melihat penurunan atau tidak ada keringat di tempat yang
terkena.
Miliaria Profinda
Bentuk ini terjadi pada individu yang biasanya tinggal di iklim
tropis dan memiliki episode berulang dari Miliaria rubra. Lesi
berkembang dalam beberapa menit atau jam setelah stimulasi
berkeringat. Lesi ini sembuh dengan cepat, biasanya dalam waktu kurang
dari satu jam setelah stimulus yang menyebabkan berkeringat
6
dihilangkan atau dihindari. Lesi tidak menunjukkan gejala. Pasien dapat
melaporkan peningkatan produksi keringat di kulit yang tidak terserang,
pembengkakan kelenjar getah bening, hyperpyrexia dan gejala kelelahan
akibat panas, yang mencakup pusing, mual, dyspnea, dan palpitasi.
6. Gejala Klinis
Miliaria Kristanina
Lesi yang jelas, vesikula dangkal yang berdiameter 1-2 mm. Lesi yang
terjadi sering bertemu (confluent), tanpa eritema sekitarnya. Pada bayi, lesi
cenderung terjadi pada kepala, leher, dan bagian atas tubuh. Pada orang
dewasa, lesi terjadi pada tubuh. Lesi pecah dengan mudah dan sembuh
dengan desquamation dangkal.
Miliaria crystallina pada bayi. Perhatikan bahwa lesi adalah konfluen. Courtesy of K.E. Greer, MD.
7
Miliaria crystallina. Tampak gambaran air-drop pada lesi. Courtesy of K.E. Greer, MD.
Miliaria crystallina pada anak yang baru lahir. Courtesy of K.E. Greer, MD.
8
Miliaria Rubra
Lesi seragam, kecil, vesikula eritem dan veskular papula pada latar
belakang atau dasar eritema. Lesi terjadi dalam distribusi nonfollicular dan
tidak menjadi konfluen. Pada bayi, lesi terjadi pada leher dan di pangkal
paha dan ketiak. Pada orang dewasa, lesi terjadi pada kulit tertutup di
mana gesekan terjadi, daerah ini antara lain leher, kulit kepala, bagian atas
tubuh, dan siku atau persendian. Pada tahap akhir, anhidrosis dapat
diamati di kulit yang terkena.
Miliaria rubra pada orang dewasa. Courtesy of K.E. Greer, MD.
9
10
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Department of Dermatology and
Venereology in Al- Kindy Teaching Hospital selama periode April 2010
sampai November 2011. Dari penelitian (113) patients dengan heat rash,
delapan patients (7.7%) menunjukkan classical miliaria rubra dan 105
pasien (92.9%) menunjukkan type yang aneh dari sweat rash yang berbeda
dari classical miliaria. Tipe tersebut menunjukkan lesi dry red sampai red
brown toasted-like patches atau erythematous sun–burn like les ion.
11
Miliaria Profinda
Lesi tegas, berwarna daging, papula nonfollicular yang berdiameter 1-3
mm. Lesi terjadi terutama pada tubuh, tetapi mereka juga dapat muncul
pada ekstremitas. Lesi sementara waktu ada setelah melakukan aktifitas
atau rangsangan lain yang mengakibatkan berkeringat. Kulit yang terkena
menunjukkan penurunan produksi atau tidak ada keringat. Pada kasus
yang parah yang menyebabkan kelelahan panas, hyperpyrexia dan
takikardia dapat diamati.
7. Pemeriksaan
Pemeriksaan Laboratorium
Miliaria secara klinis berbeda, karena itu, beberapa tes laboratorium
diperlukan. Dalam Miliaria crystallina, pemeriksaan sitologi vesikuler gagal
untuk mengungkapkan isi sel atau multinuklear peradangan sel raksasa
12
(seperti yang diharapkan pada vesikula herpes). Dalam Miliaria pustulosa,
pemeriksaan sitologi dari pustula mengungkapkan isi sel-sel inflamasi. Tidak
seperti eritema toxicum neonatorum, eosinofil tidak menonjol. Pewarnaan
Gram dapat mengungkapkan cocci gram positif (misalnya, staphylococci).
Temuan histopatologi
Dalam Miliaria crystallina, subcorneal vesikula atau intracorneal
berkomunikasi dengan kelenjar keringat eccrine, tanpa sel-sel peradangan
sekitarnya. Terhalangnya saluran eccrine dapat diamati di stratum corneum.
Dalam Miliaria rubra, spongiotic vesikula dan spongiosis diamati dalam
lapisan spinosum, bekerjasama dengan keringat eccrine duktus. Peradangan
Periductal juga muncul. Pada awal luka di Miliaria profunda, yang didominasi
infiltrasi limfositik periductal muncul dalam papiler dermis dan epidermis
bawah. Pada lesi profunda selanjutnya, sel-sel peradangan mungkin ada yang
muncul lebih rendah di dalam dermis, dan limfosit dapat memasuki saluran
ekrin. Spongiosis di sekitar epidermis dan parakeratotic hyperkeratosis dari
acrosyringium dapat diamati.
8. Diferensial Diagnosis
Prurigo : Gambaran klinis seringkali mirip Miliaria, lesinya berupa
papula-papula. Miliaria tidak berwarna, berbentuk kubah, lebih mudah
diraba dari pada dilihat dan disertai rasa gatal.
Gigitan serangga : Biasanya jelas karena gigitan serangga, gejala lokal
meliputi rasa terbakar dan sakit setelah sengatan diikuti oedem setempat,
urtikaria eritem yang jelas dan pruritus.
Folikulitis : Terlihat pustula folikuler kecil berbentuk kubah, biasanya lesi
banyak meskipun lesi tunggal dapat terjadi, masing-masing lesi saling
terpisah diantara kulit normal tanpa adanya kecendrungan untuk
bergabung, biasanya disertai nyeri, suhu tubuh meningkat.
Kandidiasis Kutaneus
13
Pityrosporum folikulitis
Chickenpox
Pseudomonas Folliculitis
Erythema Toxicum Neonatorum
Herpes Simplex
Infantile acne
Viral exanthem
9. Terapi
Umum
Kunci pengobatan Miliaria adalah menempatkan penderita didalam
lingkungan yang dingin, sehingga keringat bisa berkurang.
Karena aktifitas yang berlebihan bisa menyebabkan keringat yang dapat
menimbulkan kembali Miliaria, maka pasien dianjurkan untuk
mengurangi aktivitasnya.
Memakai pakaian yang menyerap keringat.
Khusus
Untuk miliaria crystallina karena kondisi ini asimtomatik dan merupakan self-
limited disease (sembuh sendiri tanpa pengobatan). Miliaria rubra dapat
menyebabkan rasa yang sangat tidak nyaman, dan Miliaria profunda dapat
menyebabkan kelelahan akibat panas. Pengobatan kondisi ini dibenarkan.
Topikal
Lanolin anhidros diberikan untuk mencegah atau menghilangkan sumbatan
sehingga keringat dapat keluar kepermukaan kulit. Selain itu juga diberikan
salep hidrofilik, talk untuk bayi dan losio yang berisi 1 % mentol dan gliserin
dan 4% asam salisilat dalam alkohol 95 %. Pemberian colamin lotion dapat
14
memberikan rasa sejuk juga dapat diberikan anti biotic topikal seperti krim
kloramfenikol 2 %.
Lotio Faberi dapat pula digunakan, komposisi sebagai berikut :
R/ Asid. Salicylic. 1 %
Talc. Venet. 10 %
Oxyd. Zinc. 10 %
Amyl. Oryzae 10 %
Spiritus ad. 200 cc
Sistemik
Dapat diberikan antibiotik bila terjadi infeksi sekunder dan anti histamin
sebagai anti pruritus, pemberian vitamin C dosis tinggi dapat diberikan untuk
mencegah atau mengurangi timbulnya Miliaria.
10. Prognosis
Kebanyakan pasien sembuh dalam hitungan minggu, setelah mereka pindah
ke lingkungan yang lebih dingin.
Daftar Pustaka
Djuanda, A. 2000. Ilmu Penyakit Kulitdan Kelamin.Halaman 258-259.
Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sastrodiprodjo. S. 2000. Ilmu Penyakit Kulit Miliaria. hal 245-247. Jakarta :
Penerbit Hipokrates.
Siregar RS. 1996. Atlas Berwarna Saripati penyakit Kulit. hal 275 – 277.
Jakarta : Penerbit EGC
15
Habif P. Thomas, MD ; Clinical Dermatology ; 3rd ed., pp 186 – 187.
Maytham, Syakir. 2012. Atypical Presentation of Miliaria in Iraqi Patients
Attending Al-Kindy Teaching Hospital in Baghdad: A Clinical
Descriptive Study. American Journal of Dermatology and Venereology.
Dixit, Sudhir., Jain, Ashish., Khurana. 2012. Congenital Miliaria Crystallina-
A disgnostic dilemma. Medical Journal Armed Forces India.
16