Mike Marjinal & Pesantren

2

Click here to load reader

Transcript of Mike Marjinal & Pesantren

Page 1: Mike Marjinal & Pesantren

GATRA 6 JULI 2016

apa&siapa96

Bagi penyanyi Widi Mulia Sunarya, kegiatan sosial tak cukup sekali-dua kali saja. Demi mewujudkan niatan itu, bersama sang suami, Dwi Sasono, penyanyi yang akrab dipanggil Widi B3 ini lantas melakukan aksi-aksi sosial rutin. Pasangan tersebut mengajak seluruh anggota keluarga besar mereka untuk tergabung dalam The Sasonos Family. Selama tiga bulan terakhir, The Sasonos Family mulai konsisten menjalankan charity.

Kegiatan terbaru mereka adalah merangkai tanaman hidroponik di sebuah Rumah Autis di Cinunuk, Cileunyi, Bandung, Jawa Barat, pada akhir pekan, 18-19 Juni lalu. Rombongan The Sasonos Family membawa pipa pralon, tanah, juga puluhan bibit sayuran untuk ditanam pada media bertingkat tersebut. Sayuran hidroponik yang dihasilkan menjadi bahan makanan sehat anak anak autis tersebut. “Jadi mengurangi beban mereka untuk belanja dan membuat mereka lebih sehat,’’ Widi membeberkan kepada Flora Libra Yanti dari Gatra di bilangan Jakarta Selatan, Senin lalu.

Kegiatan-kegiatan The Sasonos Family, termasuk aksi-aksi sosial mereka, ini terekam rapi dalam akun-akun media sosial yang sudah dibuat oleh Widi. Baik di Facebook, Instagram, maupun di YouTube. Ibarat album keluarga. ‘’Jadi kegiatan sosial ini kita lakukan sebagai sebuah keluarga. Dengan prinsip kegiatan sosial yang sustainable,’’ ujarnya.

Ke depannya, Widi berencana bisa membangun musala. Juga, menyediakan fasilitas belajar. Mengingat harga alat-alat pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus cukup mahal, maka Widi terpikir untuk mengumpulkan donasi pula.

Widi B3 & Charity Keluarga

GAT

RA.C

OM

/ED

WAR

D L

UH

UKA

Y

Apasiapa 35 XXII.indd 96 6/25/16 2:48 PM

Page 2: Mike Marjinal & Pesantren

6 JULI 2016 GATRA

97

Tak semua anak punk alergi terhadap pesantren, ataupun dibenci anak pesantren. Buktinya, band Marjinal malah kerap manggung di pesantren, dan cukup digandrungi kalangan santri. Setiap tampil di pesantren, personel band punk ini tampil apa adanya tanpa cang gung: tato beragam jenis di sekujur tubuh, rambut gimbal semi-mohawk, mengenakan jaket dan celana jins lusuh.

Menurut sang vokalis, Mike Israfil atau Mike Marjinal, semua pesan tren yang dikunjungi selalu terbuka menerima Marjinal. Mak lum, mereka memang diundang pengajar di pesantren karena melihat animo dan desakan para santrinya yang nge-fans. “Itu tuntutan santri, yang ternyata hafal lagu Mar ji nal,”

kata Mike sembari tersenyum, kepada Averos Lu bis dari Gatra. Lagu-lagu yang disukai itu, se but lah “Marsinah”, “Negeri Ngeri”, dan “Luka Kita”.

Sejak 2013 hingga kini, band ini kerap manggung di sejumlah pesantren di beberapa daerah di Tanah Air. Bagi Mike, mendapat ke-sempatan manggung di pesantren lagi ada lah

suatu hal yang patut disyukuri. “Se karang tawaran manggung mulai me nyambung

dari satu pesantren ke pe santren lain,” ujarnya.

Bahkan Marjinal per nah di -un dang pula untuk me me riah kan

aca ra syukuran khatam Al-Quran di se buah pesantren di Babakan, Ci rebon, Jawa Barat, Mei silam. Awak band ini pun dengan su-ka cita ber ak si, juga dengan pe nam pil an apa adanya ala

punk. Toh, aksi me reka tetap disambut me riah, tanpa menyoal

pe nam pilan ala punk-nya. “Ja ngan pernah ta kut dan

membatasi pikiran ki ta,” ucap Mike.

Mike Marjinal & Pesantren

ada kebahagiaan tersendiri bagi Acha Septriasa pada Ramadan tahun ini. Selain bisa berbuka puasa bersama ayah dan ibunya, ia juga jadi rajin tarawih. Tahun-tahun sebelumnya, artis berbakat ini sulit menjalin kebersamaan dengan orangtuanya yang berdomisili di Malaysia. Tahun ini, kedua orangtuanya sudah balik ke Tanah Air. Acha pun makin sering tinggal di rumah kedua orangtuanya, di kawasan Tebet Timur, Jakarta Selatan.

Nah, tinggal di rumah ortu membuat Acha bergairah tarawih. Pasalnya, rumah itu dekat banget dengan Masjid Teladan Tebet Timur. “Cuma 30 langkah dari rumah,” ujarnya kepada Hendry Roris Sianturi dari Gatra. Alasan lain, tarawih di masjid itu berlangsung singkat, 11 rakaat. Ditambah lagi, suasana masjidnya sejuk dan menyenangkan.

Tarawih di Masjid Teladan juga mengingatkan Acha pada sosok kakeknya. Maklum, masjid itu dibangun oleh sang kakek. Di masjid itu pula keluarga Acha menggelar tahlilan memperingati wafatnya sang kakek. “Jadi kayak sudah masjid keluarga gitu sih jadinya,” kenangnya.

Hampir setiap hari di bulan puasa ini Acha berjalan kaki sendirian ke masjid untuk tarawih. Di tempat ibadah itu, sehabis salat dara kelahiran 1 September 1989 ini sering bertemu dengan teman dan guru-gurunya semasa SD dan SMP. Acha merupakan alumnus SD Muhammadiyah 06 Tebet Timur dan SMP Negeri 73 Tebet. “Kalau ketemu, mereka (guru) selalu bilang, bangga punya siswa seperti saya,” tuturnya, semringah.

Pemilik nama asli Jelita Septriasa ini meyakini bahwa Ramadan adalah bulan yang penuh berkah. Karena itu Acha yang salat wajibnya masih banyak bolong karena kesibukan kerja, kini menjaga betul salat wajib dan sunah seperti tarawih agar tak bolong. Setiap salat, pemeran film Heart ini banyak memanjatkan doa. Saat ditanya apakah persoalan pernikahan masuk dalam daftar doanya, Acha hanya tersenyum sembari tersipu-sipu.

Acha Septriasa & Kebahagiaan Ramadan

GAT

RA/E

VA A

GRI

ANA

ALI

GAT

RA /

AVER

OS

LUBI

S

Apasiapa 35 XXII.indd 97 6/25/16 2:47 PM