Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc
-
Upload
selvi-foni -
Category
Documents
-
view
49 -
download
2
Transcript of Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc
TUGAS GEOLOGI LINGKUNGAN
NAMA : CHAROLLUS BENUSU
NIM : 0806103305
JURUSAN: TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2011
1. A. Tujuan mempelajari geologi lingkungan adalah :
Bidang Ilmu Geologi Lingkungan untuk mengatasi permasalahan akibat
eksploitasi sumber daya geologi dan pembangunan konstruksi oleh manusia, ataupun
sebaliknya, untuk mengatasi dampak fenomena geologi terhadap
kegiatan/kepentingan manusia (American Geological Institute, dikutip dari Bell,
1998). Dengan studi Geologi Lingkungan pemanfaatan berbagai sumber daya
geologi dapat dilakukan tanpa melampaui batas-batas daya dukung lingkungan,
dengan senantiasa mempertimbangkan upaya pencegahan, pengendalian ataupun
upaya untuk meminimalkan dampak negatif dari berbagai kegiatan eksplorasi dan
eskploitasi sumber daya geologi ataupun pembangunan konstruksi, agar terwujud
suatu keseimbangan antara kepentingan pemenuhan kebutuhan manusia dengan
kepentingan dalam menjaga kelestarian dan keselamatan lingkungan. Disamping itu
tujuan dari mempelajari geologi lingkungan yaitu :
Penerapan geologi tata lingkungan dalam pengelolaan lingkungan secara
berkelanjutan dalam interaksi antar unsur geologi dan manusia.
Mengantisipasi bencana alam dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya
alam.
Metodologi penerapan geologi lingkungan dalam pengelolaan lingkungan
(mencegah permasalahan lingkungan).
Contohnya, seperti penentuan lokasi pembangunan hotel. Lokasi pembangunan hotel
seharusnya ditempatkan pada lokasi yang tepat bukan di daerah sekitar pantai. Karena
jika suatu saat terjadi bencana akan menimbulkan resiko yang sangat besar seperti
kerusakan pada fasilitas bangunan gedung dan masyarakat penghuni hotel.
B. Konsep pembangunan berkelanjutan ditinjau dari aspek geologi lingkungan .
Pembangunan berkelanjutan berarti suatu proses pembangunan (lahan, kota,
bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Ini berarti,
pembangunan yang dilakukan harus memperhatikan lingkungan maupun tetangga
disekitar lokasi. Hal yang menjadi perhatian utama dalam merencanakan suatu
pembangunan yaitu dengan memperhatikan kondisi geologi setempat (geologi
lingkungan). Dengan memperhatikan geologi lingkungan, maka akan membantu
dalam perencanaan tersebut. Sesumber geologi merupakan faktor utama dalam
perencanaan pembangunan. Karena dengan mempelajari sesumber geologi yang
terdiri dari morfologi (landai, datar, curam), Tanah (pelapukan, lempung), Batuan
(Gamping, Sedimen, Beku, Metamorf), Air (sumur, mata air, sungai)
Sebagai contoh, pembangunan kota kabupaten Ende yang berlokasi di bawah
kaki gunung berapi dan beberapa diantaranya masih dalam keadaan aktif sangat
beresiko terjadinya bencana geologi dan kepanikan masal masyarakat setempat.
Apalagi ditambah dengan kondisi topografi pulau Flores yang berliku dan dipenuhi
dengan sungai, sangat menyulitkan dalam proses evakuasi. Sebagian besar daratan
kabupaten Ende berupa endapan lumpur yang sangat tebal.
Yang menjadi indikator dalam proses pembangunan berkelanjutan yang
ditinjau dari aspek geologi lingkungan adalah : aspek ekonomi, ekologi/lingkungan,
sosial/budaya, politik, dan hankam), maka persoalan-persoalan yang akan terjadi
dapat diprediksi dan dilakukan mitigasi.
Dari aspek ekonomi dilihat apakah pembangunan dapat mendatangkan
devisa/penghasilan tersendiri bagi daerah. Keberlanjutan ekonomi dari perspektif
pembangunan memiliki dua hal utama keduanya mempunyai keterkaitan yang erat
dengan tujuan aspek keberlanjutan lainya. Keberlanjutan ekonomi makro
menjamin kemajuan ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong efisiensi
ekonomi melalui reformasi struktural dan nasional. Tiga elemen utama untuk
keberlanjutan ekonomi makro yaitu efisiensi ekonomi, kesejahteraan ekonomi
yang berkesinambungan, dan meningkatkan pemerataan dan distribusi
kemakmuran. Hal tersebut diatas dapat dicapai melalui kebijaksanaan makro
ekonomi mencakup reformasi fiskal, meningkatkan efisiensi sektor publik,
mobilisasi tabungan domestik, pengelolaan nilai tukar, reformasi kelembagaan,
kekuatan pasar yang tepat guna, ukuran sosial untuk pengembangan sumberdaya
manusia dan peningkatan distribusi pendapatan dan aset. Dalam konteks ini dapat
dikatakan pembangunanberkelanjutan menjamin adanya pemerataan dan keadilan
sosial yang ditandai dengan meratanya sumber daya lahan dan faktor produksi
yang lain, lebih meratanya akses peran dan kesempatan kepada setiap warga
masyarakat, serta lebih adilnya distribusi kesejahteraan melalui pemerataan
ekonomi.
Dari aspek ekologi/lingkungan pembangunan diharapkan memperhatikan situasi
ramah lingkungan dalam arti Keberlanjutan ekologis adalah prasyarat untuk
pembangunan dankeberlanjutan kehidupan. Keberlanjutan ekologis akan
menjamin keberlanjutan ekosistem bumi. Untuk menjamin keberlanjutan ekologis
harus diupayakan hal-hal sebagai berikut:
a. Memelihara integritas tatanan lingkungan agar sistem penunjang kehidupan
dibumi tetap terjamin dan sistem produktivitas, adaptabilitas, dan pemulihan
tanah, air, udara dan seluruh kehidupan berkelanjutan.
b. Tiga aspek yang harus diperhatikan untuk memelihara integritas tatanan
lingkungan yaitu ; daya dukung, daya asimilatif dan keberlanjutan pemanfaatan
sumberdaya terpulihkan. ketiga untuk melaksanakan kegiatan yang tidak
mengganggu integritas tatanan lingkungan yaitu hindarkan konversi alam dan
modifikasi ekosistem, kurangi konversi lahan subur dan kelola dengan buku
mutu ekologis yang tinggi, dan limbah yang dibuang tidak melampaui daya
asimilatifnya lingkungan.
c. Memelihara keanekaragaman hayati pada keanekaragaman kehidupan yang
menentukan keberlanjutan proses ekologis. Proses yang menjadikan rangkaian
jasa pada manusia masa kini dan masa mendatang. Terdapat tiga aspek
keanekaragaman hayati yaitu keanekaragaman genetika, spesies, dan tatanan
lingkungan. Untuk mengkonversikan keanekaragaman hayati tersebut perlu
hal-hal berikut yaitu “menjaga ekosistem alam dan area yang representatif
tentang kekhasan sumberdaya hayati agar tidak dimodifikasikan, memelihara
seluas mungkin area ekosistem yang dimodifikasikan untuk keanekaragaman
dan keberlanjutan keanekaragaman spesies, konservatif terhadap konversi
lahan pertanian”.
Dari aspek sosial budaya
Dari aspek sosial dan budaya pembangunan yang berkelanjutan dinyatakan dalam
keadilan sosial, harga diri manusia dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Pembangunan yang berkelanjutan dalam aspek ini diharapkan mencapai empat
sasaran yaitu:
a. Stabilitas penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen politik
yang kuat, kesadaran dan partisipasi masyarakat, memperkuat peranan dan
status wanita, meningkatkan kualitas, efektivitas dan lingkungan keluarga.
b. Memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi kemiskinan dan
mengurangi kemiskinan absolut. Keberlanjutan pembangunan tidak mungkin
tercapai bila terjadi kesenjangan pada distribusi kemakmuran atau adanya
kelas sosial. Halangan terhadap keberlajutan sosial harus dihilangkan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kelas sosial yang dihilangkan
dimungkinkannya untuk mendapat akses pendidikan yang merata, pemerataan
pemulihan lahan dan peningkatan peran wanita.
c. Mempertahankan keanekaragaman budaya, dengan mengakui dan
menghargai sistem sosial dan kebudayaan seluruh bangsa, dan dengan
memahami dan menggunakan pengetahuan tradisional demi manfaat
masyarakat dan pembangunan ekonomi.
d. Mendorong pertisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan.
Beberapa persyaratan dibawah ini penting untuk keberlanjutan sosial yaitu :
prioritas harus diberikan pada pengeluaran sosial dan program diarahkan
untuk manfaat bersama, investasi pada perkembangan sumberdaya misalnya
meningkatkan status wanita, akses pendidikan dan kesehatan, kemajuan
ekonomi harus berkelanjutan melalui investasi dan perubahan teknologi dan
harus selaras dengan distribusi aset produksi yang adil dan efektif,
kesenjangan antar regional dan desa, kota, perlu dihindari melalui keputusan
lokal tentang prioritas dan alokasi sumber daya.
Dari aspek politik
Keberlanjutan politik diarahkan pada respek pada human right, kebebasan
individu dan sosial untuk berpartisipasi di politik,demokrasi yang dilaksanakan
perlu memperhatikan proses demokrasi yang transparan dan bertanggungjawab.
Pembangunan yang berkelanjutan dari aspek politik ,mempunyai peran besar
dalam melahirkan politik bersih, jujur, adil, dan transparan dengan tokoh
masyarakat yang bisa diandakan dan diharapkan masyarakat.
Dari aspek pertahanan dan keamanan
Keberlanjutan keamanan seperti menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman
dan gangguan baik dari dalam dan luar yang langsung dan tidak langsung yang
dapat membahayakan integritas, identitas, kelangsungan negara dan bangsa perlu
diperhatikan.
Contoh: sebelum dilakukan pembangunan, suatu daerah harus dilakukan analisis
pengamatan dan peninjauan daerah sekitar terlebih dahulu.
2. Menurut Pendapat Saya
a. Daya dukung dan daya tampung kota kupang ditinjau dari sesumber geologi
Di tinjau dari sesumber geologi, daya tampung dan daya dukung terhadap
pembangunan di kota Kupang saat ini tidak lagi memperhatikan aspek-aspek
geologi, seperti pembangunan hotel berbintang di daerah pantai teluk kupang
yang tidak lagi mempertimbangkan resiko-resiko yang akan timbul ketika terjadi
bencana. Sumber daya manusia dan kepadatan penduduk juga merupakan salah
satu daya dukung terhadap pembangunan di kota ini. Sumber daya alam juga
merupakan hal penting yang harus di perhatikan, keadaan geologi, struktur
batuan, struktur tanah dan lain sebagainya juga harus di perhatikan agar
pembangunan yang dilaksanakan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
kota kupang. Pencemaran air akibat pembuangan sampah dan limbah
sembarangan di area sekitar pantai merupakan salah satu hal yang harus
diperhatikan juga sebagai upaya untuk menjaga dan melestarikan sumber daya air.
b. Pembangunan hotel dan bangunan lainnya di sepanjang pantai teluk kupang
ditinjau dari sesumber geologi
Menurut saya, pembangunan hotel dan bangunan lainnya sepanjang Teluk
Kupang adalah satu kebijakan dan tindakan yang kurang baik karena Pemerintah
yang lebih mengutamakan kepentingan politik daripada mempertimbangkan
aspek-aspek geologi lingkungan, yang jika sewaktu waktu terjadi bencana, maka
akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar.
Perilaku manusia yang terus merusak lingkungan pantai, baik dengan cara
membangun bangunan di pantai dan bibir pantai bahkan hingga menjorok ke laut,
pengambilan batu karang dan pasir serta tambang batu karang dalam laut
merupakan perilaku yang secara langsung maupun tidak langsung merusak
lingkungan laut.
Di Kota Kupang, bahkan hampir di semua wilayah NTT, pengambilan pasir
pantai, batu karang dan material lainnya masih terus berlangsung. Di pantai Pasir
Panjang, Kota Kupang, masih bisa kita temukan penambangan batu karang. Batu
karang yang akan dibuat kapur menjadi pilihan usaha bagi warga. Aksi mereka ini
tidak bisa disalahkan, sebab dapur mereka harus tetap menyala meskipun apa
yang mereka lakukan adalah bentuk lain dari pengrusakan lingkungan.
Tetapi penambangan pasir dan batu ini bukan satu-satunya penyebab rusaknya
ekosistem laut. Membangun di kawasan pantai juga turut membeli andil bagi
rusaknya pantai.
Membangun di tepi pantai dengan konsep yang salah selain bisa dianggap
melanggar hukum, juga bisa berakibat buruk bila ada bencana alam. Sebab,
pembangunan di tepi pantai memilki standar-standar atau teknik-teknik untuk
mengantisipasi gelombang pasang, gempa bumi dan tsunami.
Pembangunan gedung dan pengambilan pasir, serta batu karang sepintas tidak
memberi dampak yang serius pada pantai. Sebab, alam memiliki cara tersendiri
untuk memperbaiki kerusakan tersebut, namun bila proses pengambilan tersebut
dilakukan terus menerus, maka alam akan sulit memperbaiki kerusakan yang ada.
Bahkan ancaman kerusakan dan bencana akan dihadapi oleh masyarakat sekitar
pantai.
Pembangunan di bibir pantai juga memiliki mekanisme teknis dan aturan. Sebab,
berbagai hal harus dipertimbangkan, mulai dari arus laut, ancaman gelombang
pasang dan tsunami. Ada aturan teknis pembangunan pantai sehingga bisa
meminimalisir dampak bencana seperti stunami.
Membangun di bibir pantai juga ada aturannya, misalnya posisi bangunan itu
tidak bisa berhadapan langsung dengan laut, tetapi menyamping. Ini agar bila
terjadi tsunami, bisa diantisipasi agar bangunan itu tidak roboh atau menjadi
penyebab terjadi kerusakan lainnya.
Dengan demikian pembangunan di bibir pantai ini mendapat perhatian yang
serius. Berbagai studi perlu dilakukan untuk merekomendasikan apakah suatu
wilayah itu bisa dibangun atau tidak. Sebab, banyak aspek yang terpengaruh
terhadap bangunan tersebut.
Dijelaskannya, pengelolaan kawasan pantai juga sudah diatur oleh pemerintah
melalui UU No 24 Tahun 2007 tentang Mitigasi dan Bencana. Dalam UU ini
diatur mengenai pemanfaatan kawasan pantai agar tidak menimbulkan bencana.
Selain itu, pemerintah juga ada UU No 27 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir.
Berbagai UU tersebut mengatur tentang penggunaan kawasan pantai, termasuk
pembangunan di wilayah tersebut. Pengaturan pemanfaatan kawasan pantai ini
sangat penting, apalagi bencana tsunami bisa terjadi di berbagai wilayah pantai di
Indonesia. Pembangunan ini harus diatur sehingga bisa memimalisir korban bila
terjadi bencana tsunami.
Foto Pemandangan area Pesisir Kota Kupang
c. Saran pengembangan tata ruang kota kupang ditinjau dari sesumber geologi: saran
saya:
1. Perlu dilakukan Pengembangan kawasan pesisir Kota Kupang untuk
penanganan permasalahan pemanfaatan lahan pembangunan di kawasan
pesisir yang ada saat ini, karena pemanfaatannya selama ini sangat kurang
baik. Pengembangannya dapat dilakukan dengan cara, antara lain
pembaharuan rehabilitasi, dan reklamasi.
2. Menurut saya, semua pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun pihak yang
menggunakan kawasan pantai harus peduli terhadap lingkungan pantai.
3. Saran saya untuk Pemerintah adalah Menegakan aturan yang telah ditetapkan
oleh undang-undang mengenai Pengelolaan Kawasan Pantai dan Pengelolaan
Wilayah Pesisir bukan karena kepentingan politik yang lebih diutamakan demi
meraup keuntungan.
3. a. Jenis- jenis geology hazard dan upaya mitigasinya.
1. GEMPA BUMI
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan
bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan
gelombang seismik. Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi
yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak.
Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan
dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan.
Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi. Daerah permukaan atau patahan
bawah tanah yang mengalami gempa bumi disebut sebagai zona sesar gempa.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan
tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan
lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam
kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam
mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa
bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi.
Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung
berapi. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini
dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang
dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini
dinamakan juga seismisitas terinduksi.
Gambar: Peta Penyebaran Wilayah Rawan Gempa Bumi Indonesia
Gempa bumi dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu
1. Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api ) ; Gempa bumi ini terjadi akibat
adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus.
Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya
ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi
tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
2. Gempa bumi tektonik ; Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas
tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang
mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar.
Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di
bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian
bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang
terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang
karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh
tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari
tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari
beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan
hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak
perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.
3. Gempa Runtuhan, adalah gempa local yang terjadi apabila suatu gua di
daerah topografi karst atau di daerah pertambangan runtuh. Sifat gempa
bumi runtuhan: melalui runtuhan dari lubang-lubang interior bumi.
Akibat kerusakan akibat Gempa Bumi
Gempa yang terjadi dengan kekuatan tinggi akan menimbulkan beberapa
hal akibat gempa atau biasa disebut dampak gempa, seperti:
1. Hancurnya bangunan infrastruktur karena goncangan tanah.
2. Korban jiwa yang terjadi karena tertimpa reruntuhan bangunan, terkena
longsor, dan kebakaran.
3. Jika sumber gempa bumi berada di dasar lautan maka bisa membangkitkan
gelombang tsunami yang tidak saja menghantam pesisir pantai di sekitar
sumber gempa tetapi juga mencapai beberapa km ke daratan.
4. Dampak secara nonfisik atau Psikologis adalah banyak orang yang
mederita gangguan mental akibat trauma akan kejadian ini.
Upaya Mitigasi dari Bencana Gempa Bumi
Adapun strategi mitigasi dan upaya pengurangan dampak dari
bencana gempa bumi adalah sebagai berikut:
1. Bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa
khususnya di daerah rawan gempa.
2. Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.
3. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
4. Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
5. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan
hunian di daerah rawan gempa bumi.
6. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan.
7. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi
dan cara-cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
8. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan
masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan
pertolongan pertama.
9. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan
perlindungan masyarakat lainnya.
10. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam
menghadapi gempa bumi.
11. Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan
pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama.
12. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan
perlindungan masyarakat lainnya.
13. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam
menghadapi gempa bumi.
2. TSUNAMI
Tsunami (bahasa Jepang: 津 波 ; tsu = pelabuhan, nami = gelombang,
secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan
air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-
tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang
berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut,
atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke
segala arah.
Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap
fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat
merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan
pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter.
Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di
tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun
hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga
mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga
puluhan kilometer dari bibir pantai.
Gambar. 10 Peta wilayah tsunami Indonesia
Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan
karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang
tsunami. Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja
yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa
manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian,
tanah, dan air bersih.
Upaya Mitigasi dari Bencana Tsunami
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat
diperlukan ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan
menerapkan teknik peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang
terancam untuk mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut. Ketiga
langkah penting tersebut:
1) penilaian bahaya (hazard assessment),
2) peringatan (warning), dan
3) persiapan (preparedness) adalah unsur utama model mitigasi.
Unsur kunci lainnya yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat
mendukung adalah penelitian yang terkait (tsunami-related research).
1. Penilaian Bahaya (Hazard Assessment)
Unsur pertama untuk mitigasi yang efektif adalah penilaian bahaya.
Untuk setiap komunitas pesisir, penilaian bahaya tsunami diperlukan untuk
mengidentifikasi populasi dan aset yang terancam, dan tingkat ancaman (level
of risk). Penilaian ini membutuhkan pengetahuan tentang karakteristik
sumber tsunami, probabilitas kejadian, karakteristik tsunami dan karakteristik
morfologi dasar laut dan garis pantai. Untuk beberapa komunitas, data dari
tsunami yang pernah terjadi dapat membantu kuantifikasi faktor-faktor
tersebut. Untuk komunitas yang tidak atau hanya sedikit memiliki data dari
masa lalu, model numerik tsunami dapat memberikan perkiraan. Tahapan ini
umumnya menghasilkan peta potensi bahaya tsunami, yang sangat penting
untuk memotivasi dan merancang kedua unsur mitigasi lainnya, peringatan
dan persiapan. Penilaian Bahaya meliputi:
a. Data rekaman tsunami (Historical tsunami data).
b. Data paleotsunami
c. Penyelidikan pasca tsunami
d. Pemodelan numerik
2. Peringatan (warning)
Unsur kunci kedua untuk mitigasi tsunami yang efektif adalah suatu sistem
peringatan untuk memberi peringatan kepada komunitas pesisir tentang
bahaya tsunami yang tengah mengancam. Sistem peringatan didasarkan
kepada data gempa bumi sebagai peringatan dini, dan data perubahan muka
air laut untuk konfirmasi dan pengawasan tsunami. Sistem peringatan juga
mengandalkan berbagai saluran komunikasi untuk menerima data seismik
dan perubahan muka air laut, dan untuk memberikan pesan kepada pihak
yang berwenang.
a. Data
Sistem peringatan membutuhkan data seismik dan muka air laut setiap saat
secara cepat (real atau near-real time). Sistem ini juga membutuhkan
rekaman data gempa bumi dan tsunami yang pernah terjadi. Kedua jenis
data tersebut dipergunakan untuk dapat secara cepat mendeteksi dan
melokalisasi gempa bumi tsunamigenik potensial, untuk mengkonfirmasi
apakah tsunami telah terbentuk, dan untuk memperkirakan dampak
potensial terhadap daerah pesisir yang menjadi tanggungjawabnya.
b. Komunikasi
Sistem peringatan tsunami membutuhkan komunikasi yang unik dan
ekstensif. Data seismik dan perubahan muka air laut harus dikirim dari
lokasi secara cepat dan dapat dipercaya oleh penerima. Komunikasi
meliputi Akses data real time, yaitu data seismik dan perubahan muka air
laut supaya berguna haruslah dapat diterima secara cepat real atau very
near real time. Banyak teknik komunikasi yang bisa dipergunakan, seperti
radio VHF, gelombang mikro, transmisi satelit. Selain itu komunikasi juga
bisa melalui penyebaran pesan yaitu penyampaian pesan kepada para
pengguna juga sama pentingnya sebagaimana mendapatkan data secara
real time. Penyampaian pesan dapat secara cepat dilakukan melalui Global
Telecommunications System (GTS) atau Aeronautical Fixed
Telecommunications Network (AFTN). Pesan dapat pula disampaikan
secara konvensional melalui e-mail, telpon atau fax.
3. Persiapan
Kegiatan kategori ini tergantung pada penilaian bahaya dan peringatan.
Persiapan yang layak terhadap peringatan bahaya tsunami membutuhkan
pengetahuan tentang daerah yang kemungkina terkena bahaya (peta inundasi
tsunami) dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan
harus mengevakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman.
Tanpa kedua pengetahuan akan muncul kemungkinan kegagalan mitigasi
bahaya tsunami. Tingkat kepedulian publik dan pemahamannya terhadap
tsunami juga sangat penting. Jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata
ruang yang menempatkan lokasi fasilitas vital masyarakat seperti sekolah,
kantor polisi dan pemadam kebakaran, rumah sakit berada diluar zona
bahaya. Usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang tahan
terhadap tsunami, melindungi bangunan yang telah ada dan menciptakan
breakwater penghalang tsunami juga termasuk bagian dari persiapan.
Persiapan meliputi:
a. Evakuasi
Rencana evakuasi dan prosedurnya umumnya dikembangkan untuk
tingkat lokal, karena rencana ini membutuhkan pengetahuan detil tentang
populasi dan fasilitas yang terancam bahaya, dan potensi lokal yang dapat
diterapkan untuk mengatasi masalah. Tsunami lokal hampir tidak
menyediakan waktu yang cukup untuk peringatan formal dan disertai
gempa bumi, sementara tsunami distan mungkin memberi waktu beberapa
jam untuk persiapan sebelum gelombang yang pertama tiba. Sehingga
persiapan evakuasi dan prosedurnya harus disiapkan untuk kedua skenario
tersebut.
b. Pendidikan
Mitigasi tsunami harus mengandung rencana untuk meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan oleh masyarakat luas, pemerintah lokal, dan
para pembuat kebijakan tentang sifat-sifat tsunami, kerusakan dan bahaya
yang disebabkan dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi
bahaya.
c. Tata guna lahan
Sebagai konsekuensi pertumbuhan penduduk global, daerah pesisir yang
rawan tsunami berkembang dengan cepat. Karena tidak mungkin untuk
menghentikan pembangunan, sebaiknya dilakukan pencegahan
pembangunan fasilitas umum pada zona rawan bencana tsunami, seperti
sekolah, polisi, pemadam kebakaran dan rumah sakit yang memiliki arti
penting bagi populasi ketika bahaya sewaktu-waktu terjadi. Sebagai
tambahan, hotel dan penginapan juga perlu ditempatkan pada lokasi yang
sesuai dengan prosedur evakuasi untuk memberikan keamanan kepada
para tamunya.
d. Keteknikan
Keteknikan dapat membantu mitigasi tsunami. Bangunan dapat diperkuat
sehingga tahan terhadap tekanan gelombang dan arus yang kuat. Fondasi
struktur dapat dikonstruksikan menahan erosi dan penggerusan oleh arus.
Lantai dasar suatu bangunan dapat dibuat terbuka sehingga mampu
membiarkan air laut melintas, hal ini menolong mengurangi sifat
penggerusan arus pada fondasi. Bagian penting dari suatu bangunan
seperti generator cadangan, motor elevator dapat ditempatkan pada lantai
yang tidak terkena banjir. Benda-benda berat berbahaya seperti tanki yang
dapat hanyut terbawa banjir sebaiknya ditanamkan ke tanah. Sistem
transportasi dikonstruksikan atau dimodifikasi sehingga mampu
memfasilitasi evakuasi massal secara cepat keluar dari daerah bahaya.
Beberapa struktur penahan gelombang laut seperti seawall, sea dikes,
breakwaters, river gates, juga mampu menahan atau mengurangi tekanan
tsunami.
4. Penelitian
Meskipun tidak terkait langsung dengan aktivitas mitigasi, penelitian yang
terkait dengan tsunami sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas
mitigasi. Riset yang menyelidiki bukti-bukti paleotsunami, mengembangkan
database, kuantifikasi dampak bahaya tsunami, atau pemodelan numerik
dapat meningkatkan tingkat akurasu penilaian bahaya. Teknik sistem
peringatan untuk penilaian cepat dan akurat bahaya gempa bumi
tsunamigenik potensial dari data seismik dan instrumen pengukur muka air
laut dikembangkan melalui riset. Penelitian juga mampu meningkatkan cara
pendidikan publik sehingga tingkat kepedulian masyarakat akan bahya
tsunami meningkat. Menciptakan prosedur evakuasi yang efektif juga
membutuhkan riset tersendiri tentang bahaya susulan, terutama pada kasus
tsunami lokal. Penelitian juga memberikan panduan perencanaan tata ruang
dalam zona inundasi potensial. Demikian juga halnya riset mengenai sifat
keteknikan untuk meningkatkan daya tahan struktur dan infrastruktur
terhadap tekanan tsunami.
3. GERAKAN TANAH
Gerakan tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah
atau keluar lereng. Gerakan tanah akan terjadi pada suatu lereng, jika ada
keadaan ketidakseimbangan yang menyebabkan terjadinya suatu proses
mekanis, mengakibatkan sebagian dari lereng tersebut bergerak mengikuti gaya
gravitasi, dan selanjutnya setelah terjadi longsor, lereng akan seimbang atau
stabil kembali.
Jenis-jenis gerakan tanah yaitu:
a. Translasi
Gerakan tanah translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai
b. Rotasi
Gerakan tanah rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
c. Pergerakan Blok
Pergerakan Blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
d. Runtuhan Batuan
Runtuhan batu adalah terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak kebawah dengan cara jatuh bebas.
e. Rayapan Tanah
Rayapan batuan adalah jenis gerakan tanah yang bergerak lambat.
f. Aliran Bahan Rombakan
Aliran bahan rombakan terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.
Faktor-faktor Penyebab terjadinya Gerakan Tanah
Faktor-faktor penyebab terjadinya gerakantanah dapat dibedakan menjadi 2
(dua) faktor, yaitu gangguan dari dalam dan gangguan dari luar.
a. Gangguan dari dalam (internal), meliputi :
Naiknya bobot massa tanah/batuan karena masuknya air ke dalam tubuh
tanah/batuan yang menyebabkan tersisinya rongga antarbutir sehingga
bobot massa tanah/batuan akan bertambah.
Pelindihan (”leaching” ) bahan perekat, kehadiran air di dalam tubuh
tanah/batuan dapat melarutkan bahan-bahan pengikat butiran-butiran
yang membentuk tubuh batuan sedimen maupun tanah pelapukan
sehingga daya rekat antar butir/materialnya menghilang.
Gangguan dari dalam ini umumnya merupakan faktor yang dapat
mengakibatkan menurunnya kuat geser dalam tanah/batuan, disamping
faktor internal yang lain seperti komposisi mineral batuan/tanah, struktur
geologi serta geometri morfologinya.
b. Gangguan dari luar (eksternal), meliputi :
Getaran dan beban yang disebabkan oleh lalu lintas jalan raya yang
frekuensinya cukup tinggi.
Hilangnya penahan lateral yang disebabkan oleh aktifitas manusia berupa
penggalian dan pemotongan tebing.
Hilangnya vegetasi penutup menyebabkan terjadinya erosi yang
menyebabkan tibulnya alur-alur dimana pada kondisi tertentu akan
diikuti dengan terjadinya gerakan tanah.
Tingginya curah hujan
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong
Jenis tanah yang kurang padat dan batuan yang kurang kuat
Upaya Mitigasi Bencana Gerakan Tanah
a. Penanggulangan Darurat
Penanggulangan Darurat, adalah suatu tindakan penanggulangan yang
sifatnya sementara dan umumnya dilakukan sebelum penanggulangan
permanen dilakukan.
Beberapa tindakan penanggulangan yang dapat dilakukan dengan cara
sederhana, adalah :
Mencegah masuknya air permukaan ke dalam tubuh tanah/batuan yang
mengalami gerakantanah, dengan menutup rekahan-rekahan
tanah/batuan menggunakan tanah liat ataupun terpal.
Mengeringkan/mengalirkan genangan air yang ada di atas lokasi yang
mengalami gerakantanah.
Membuat bronjong pada bagian kaki lereng lokasi yang mengalami
gerakantanah.
Penimbunan kembali bagian yang rusak akibat gerakantanah
b. Penanggulangan Permanen
Penanggulangan Permanen tindakan penanggulangan gerakantanah
permanen ini membutuhkan waktu untuk penyelidikan, analisis dan
perencanaan yang matang.
Penanggulangan gerakantanah secara permanen dibedakan dalam 3 (tiga)
kategori, yaitu :
a. Mengurangi gaya-gaya yang menimbulkan gerakan-gerakan, dengan
metode:
b. Mengendalikan air permukaan
c. Mengubah geometri lereng :
Menambah gaya-gaya yang menahan gerkan, dengan metode :
Mengendalikan air rembesan
Pembuatan bangunan penambat (tembok penahan, bronjong)
Memberi timbunan pada kaki lereng (membuat beban kontra)
Jika ke dua metoda tersebut di atas tidak dapat mengatasi
gerakantanah yang terjadi, maka dilakukan penanggulangan dengan
tindakan lain, seperti relokasi bangunan.
4. LETUSAN GUNUNG API
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair
atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material
yang dikeluarkan pada saat meletus.
a. Stratovolcano
b. Perisai
c. Cinder Cone
d. Kaldera
Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi ke dalam tiga
tipe berdasarkan catatan sejarah letusan/erupsinya.
Gunung api Tipe A : tercatat pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-
kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
Gunung api Tipe B : sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan
erupsi magmatik namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik
seperti kegiatan solfatara.
Gunung api Tipe C : sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia,
namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan
solfatara/fumarola pada tingkah lemah.
Letusan gunung berapi merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma
di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu
yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang
keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai
700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat
menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa
membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Akibat-kibat dari letusan gunung api diantaranya:
Aliran lava.
Lava adalah cairan larutan magma pijar yang mengalir keluar dari dalam
bumi melalui kawah gunung berapi atau melalui celah (patahan) yang
kemudian membeku menjadi batuan yang bentuknya bermacam-macam. Bila
cairan tersebut encer akan meleleh jauh dari sumbernya membentuk aliran
seperti sungai melalui lembah dan membeku menjadi batuan seperti lava ropi
atau lava blok (umumnya di Indonesia membentuk lava blok).
Aliran lahar
Dua jenis lahar yaitu; lahar dingin dan lahar panas. Lahar dingin adalah
material yang dari puncak gunung api yang terbawa curahan air hujan
kemudian mengalir ke daerah dengan topografi yang lebih rendah. Lahar
panas adalah material gunung api, yang terlempar keluar saat terjadi letusan
gunung. Material tersebut bersuhu sangat panas, sehingga dapat menimbulkan
kerusakan gedung, fasilitas umum dan infrastruktur lainnya.
Abu vulknanik
Merupakan material gunung api berukuran sangat halus, yang terlempar
keluar pada saat terjadi letusan. Karena berukuran halus, dan berat material
yang kecil, maka hal ini akan menyebabkan penyebaran abu yang luas. Hal
ini di perparah lagi ketika terjadi angin yang besar. Pada saat seperti ini,
penyebaraanya akan sangat meluas, dan akan lebih banyak daerah yang
terkena abu vulkanik.
Kebakaran hutan.
Kebakaran hujan terjadi akibat dari api yang terlempar dari gunung api, dan
di dekat gunung api tersebut terdapat gunung api. Bila terdapat keadaan
seperti ini, maka besar kemungkinan terjadi kebakaran hutan.
Gas beracun.
Salah satu gas beracun yaitu dari senyawa sulfur. Bila intensitasnya sangat
banyak diudara, maka akan menjadi salah satu bencana yang serius.
Gelombang tsunami.
Bencana ini diakibatkan bila letak gunung berapi berada di lautan. Letusan
dan getarannya serta jatuhnya material dalam skala besar mengakibatkan
gelombang besar.
Gempa bumi .
Gempa bumi diakibatkan oleh gerakan magma dalam gunung dan jatuhnya
material dalam skala besar.
Upaya Mitigasi Bencana Letusan Gunung Berapi
Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan
gunung berapi, tindakan yang perlu dilakukan :
1. Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan
alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan
ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG)
di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos
pengamatan Gunung berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda
setempat.
2. Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadi
peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan
data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi,
melakukan pemeriksaan secara terpadu.
3. Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan
jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah
penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.
4. Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan
Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan
dokumen lainya.
5. Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta
masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk
sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda dan
penyuluhan langsung kepada masyarakat.
5. BANJIR
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam
daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman
sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air. Dalam arti
"air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir
diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang
meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.
Jenis-jenis banjir antara lain:
Banjir air
Penyebabnya ialah meluapnya air sungai, danau, got, sehingga air meluber ke
daratan.
Banjir Cileuncang
Jenis banjir ini mirip dengan banjir air, namun dikarenakan hujan yang lebat
dengan debit air yang cukup tinggi.
Banjir Bandang
Jenis banjir ini membawa material seperti lumpur, batuan, kayu dan hancuran
dari gedung-gedung yang telah dilewatinya.
Banjir Rob (laut pasang)
Banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut.
Banjir Lahar Dingin
Banjir jenis ini membawa material dari gunung berapi pasca letusan.
Banjir Lumpur
Banjir ini membawa material lumpur, seperti kejadian di Lapindo, Jawa
Timur.
Penyebab banjir:
a. Pembalakan hutan dan lahan kritis
b. Pengalihan fungsi lahan
c. Iklim yang ekstrim
d. Pendangkalan Sungai
e. Topografi daerah
Upaya Mitigasi Bencana Banjir
a. Sebelum Banjir
Mitigasi Banjir dengan Bantuan Masyarakat Banjir tidak dapat
sepenuhnya dihindari, namun masyarakat dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya banjir dan mengurangi dampaknya dengan melakukan tindakan-
tindakan seperti:
Membersihkan selokan, got dan sungai dari sampah dan pasir,
sehingga dapat mengalirkan air keluar dari daerah perumahan dengan
maksimal.
Membuat sistem dan tempat pembuangan sampah yang efektif untuk
mencegah dibuangnya sampah ke sungai atau selokan.
Menambahkan katup pengaturan, drain, atau saluran by-pass untuk
mengalirkan air keluar dari perumahan. Memperkokoh bantaran sungai
dengan menanam pohon dan semak belukar, dan membuat bidang
resapan di halaman rumah yang terhubung dengan saluran drainase.
Memindahkan rumah, bangunan dan konstruksi lainnya dari dataran
banjir sehingga daerah tersebut dapat dimanfaatkan oleh sungai untuk
mengalirkan air yang tidak dapat ditampung dalam badan sungai saat
hujan.
Penghutanan kembali daerah tangkapan hujan sehingga air hujan dapat
diserap oleh pepohonan dan semak belukar.
Membuat daerah hijau untuk menyerap air ke dalam tanah.
Melakukan koordinasi dengan wilayah-wilayah lain dalam
merencanakan dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk
menghindari banjir yang dapat juga berguna bagi masyarakat di daerah
lain.
b. Ketika Banjir:
Penanganan dan Pengungsian Penanganan ketika banjir adalah semua
tindakan yang harus segera dilakukan untuk menyelamatkan nyawa dan
melindungi harta benda ketika banjir terjadi. Dalam tindakan darurat,
waktu adalah faktor yang sangat penting karena waktu dapat menentukan
berapa nyawa manusia atau harta benda yang dapat diselamatkan.
Perencanaan yang hati-hati sebelum banjir terjadi adalah tindakan awal
yang sangat penting untuk penanganan banjir pada waktu yang tepat dan
efektif. Penanganan terhadap banjir dan tindakan pengungsian terdiri dari:
Badan koordinasi yang baik
Pencarian dan penyelamatan Anggota tim pencarian dan penyelamatan
meninggalkan rumah dan keluarga mereka etika banjir dan mampu
mengambil risiko bahwa mereka akan meninggalkan keluarga mereka
ang terkena dampak banjir. Oleh karena itu, anggota keluarga dari tim
tersebut harus terlatih. Selain itu, sebaiknya ada seseorang yang
bertanggung jawab atas keselamatan mereka ketika banjir, misalnya
tetangga mereka. Agar tidak membahayakan hidupnya sendiri, anggota
tim harus terlatih dengan baik (renang, berperahu, kesehatan, dan lain-
lain) dan melakukan simulasi secara terus menerus sebelum atau pada
awal musim hujan agar mereka dapat melakukan tindakan yang tepat
di saat yang tepat ketika banjir.
Pendataan dan tersedianya makanan darurat, tempat pengungsian,
tenaga medis, dan lain – lain. Pada banjir besar yang memakan waktu
yang cukup lama, kebutuhan dari setiap keluarga harus didata dan
dipenuhi secara realistis. Bahan-bahan yang disediakan oleh
pemerintah dan sumbangan LSM atau institusi yang menawarkan
bantuan lainnya sebaiknya dibagi secara adil berdasarkan kebutuhan
masyarakat. Pembagian sebaiknya didasarkan pada kepentingan dan
tingkat ekonomi dari anggota masyarakat. Pembagian ini sebaiknya
diawasi secara terus menerus oleh lembaga pemerintahan lokal.
Masyarakat yang bersikeras untuk tinggal di rumahnya harus mencari
alternatif sendiri untuk memperoleh makanan. Hal ini harus terlebih
dahulu disepakati bersama. Selama banjir dan bencana lainnya, di
mana orang-orang meninggalkan rumah dan harta benda mereka, ada
risiko terjadinya penghancuran dan perampokan. Oleh karena itu
sangat penting untuk membangun sebuah kelompok sukarelawan yang
berasal dari anggota masyarakat untuk menjaga daerah permukiman
setelah masyarakat mengungsi.
Melindungi daerah pemukiman. Selama banjir dan bencana lainnya, di
mana orang-orang meninggalkan rumah dan harta benda mereka, ada
risiko terjadinya penghancuran dan perampokan. Oleh karena itu
sangat penting untuk membangun sebuah kelompok sukarelawan yang
berasal dari anggota masyarakat untuk menjaga daerah permukiman
setelah masyarakat mengungsi.
Mengungsi. Prioritas utama harus diberi kepada kelompok rentan (ibu
hamil, anak-anak dan manula). Peta kerentanan dan kemampuan
sangat membantu untuk menandai lokasi kelompok ini ini. Peta
tersebut juga membantu untuk mengetahui rute pengungsian paling
dekat dan paling aman.
c. Setelah Banjir
Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Pemulihan). Tujuan dari tindakan
pemulihan ini adalah untuk mendukung masyarakat untuk kembali hidup
normal dan membangun kembali lingkungan dan kehidupan sosial
mereka. Terdapat dua tindakan yang harus dilakukan, yaitu:
• Tindakan jangka pendek dilakukan untuk mengembalikan layanan
utama kepada masyarakat dan mencukupi kebutuhan pokok
masyarakat;
• Tindakan jangka panjang dilakukan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat kepada kondisi normal atau bahkan lebih baik.
Masa pemulihan khususnya dalam memberikan kesempatan bagi
masyarakat untuk tindakan mitigasi banjir seperti memastikan bahwa
rumah-rumah baru terhubung dengan sistem saluran drainase atau
tidak membangun apapun pada daerah dataran banjir. Kebutuhan
masyarakat dapat terpenuhi apabila masyarakat tersebut mau berperan
aktif dalam pemulihan karena hanya masyarakat itu sendirilah yang
paling mengetahui apa yang mereka butuhkan dan apa yang tidak
dibutuhkan. Anggota masyarakat terlibat langsung dalam rehabilitasi
dan rekonstruksi dapat juga membantu mengurangi stress, trauma, dan
depresi, karena mereka tetap aktif dan bekerja untuk mencapai kondisi
yang lebih baik.
Tindakan rehabilitasi dan rekonstruksi meliputi:
1. Analisis kerusakan dan kebutuhan. Peran serta masyarakat sangat
penting dalam mendata kerusakan dan kebutuhan untuk
menghindari terlupakannya hal-hal penting, data kerusakan
dannkebutuhan tersebut harus lengkap dan jelas agar dapat
disampaikan kepada organisasi, lembaga, dan institusi pemerintah
yang mau memberikan bantuan.
2. Pembangunan gedung dan infrastruktur. Pembangunan kembali
gedung, sarana-prasarana umum harus mengacu kepada tindakan
kesiapsiagaan dan mitigasi banjir, agar dampak banjir berikutnya
dapat ditekan sekecil mungkin. Sebagai contoh, pembangunan
kembali rumah-rumah sebaiknya dibangun di lokasi yang lebih
aman dan bukan di bantaran sungai. Pembangunan selokan yang
tertutup dan pembuatan tempat sampah di lokasi yang strategis
adalah salah satu tindakan mitigasi untuk memastikan sampah
tidak dibuang lagi ke selokan atau sungai.
3. Melakukan pendekatan terhadap lembaga donor dan organisasi lain
yang mau membantu
4. Kerjasama dengan media massa. Media massa dapat membantu
masyarakat yang terkena banjir untuk menyebarkan informasi
tentang pengalaman, kondisi dan kebutuhan mereka kepada
khalayak ramai dan meminta bantuan untuk pembangunan
kembali. Kesempatan ini sebaiknya dimanfaatkan oleh masyarakat
dengan menjelaskan sebaik-baiknya tentang situasi dan kebutuhan
mereka. Masyarakat sebaiknya menunjuk seorang juru bicara
untuk mewakili masyarakat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh wartawan.
6. TANAH LONGSOR
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah
atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai
berikut. Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air
tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang
gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak
mengikuti lereng dan keluar lereng.
Upaya Mitigasi Bencana Tanah Longsor
1. Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi
di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah
kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan
pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana..
2. Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga
dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.
3. Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara
ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna
dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
4. Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau
Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang
ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain,
mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung
kepada masyarakat dan aparat pemerintah
5. Pemeriksaan bencana longsor
6. Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata
cara penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah
longsor.
3.b. Geology Hazard Assesment (Penilaian Bencana Alam)
Penilaian Bencana Alam adalah evaluasi terhadap semua unsur yang berhubungan
dengan pengenalan bahaya serta dampaknya.
Bencana, secara istilah dibedakan berdasarkan karakteristik fisik utama:
Penyebab : Alam atau ulah manusia.
Frekuensi : Berapa sering terjadinya.
Durasi : Beberapa durasinya terbatas, seperti pada ledakan, sedang lainnya
mungkin lebih lama seperti banjir dan epidemi.
Kecepatan onset : Bisa muncul mendadak hingga sedikit atau tidak ada
pemberitahuan yang bisa diberikan, atau bertahap seperti pada
banjir (keculi banjir bandang), memungkinkan cukup waktu untuk
pemberitahuan dan mungkin tindakan pencegahan atau peringanan.
Ini mungkin berulang dalam periode waktu tertentu, seperti pada
gempa bumi.
Luasnya dampak : Bisa terbatas dan mengenai hanya area tertentu atau kelompok
masyarakat tertentu, atau menyeluruh mengenai masyarakat luas
mengakibatkan kerusakan merata pelayanan dan fasilitas.
Potensi merusak : Kemampuan penyebab bencana untuk menimbulkan tingkat
kerusakan tertentu (berat, sedang atau ringan) serta jenis (cedera
manusia atau kerusakan harta benda) dari kerusakan.
Terdapat beberapa unsure penilaian, dalam menilai bencana alam, yaitu:
a. Analisa Resiko (Risk)
Besarnya kerugian atau kemungkinanhilangnya (jiwa, korban, kerusakan dankerugian
ekonomi) yang disebabkan olehbahaya tertentu di suatu daerah pada suatuwaktu
tertentu.
Risiko = Bahaya x KerentananKemampuan
b. Analisa Ancaman atau Bahaya (Hazard)
Suatu kondisi, secara alamiah maupunkarena ulah manusia, yang
berpotensimenimbulkan kerusakan atau kerugiandan kehilangan jiwa manusia.
Bahaya berpotensi menimbulkanbencana, tetapi tidak semua bahayaselalu menjadi
bencana.
c. Kerentanan (Vurnelability)
Sekumpulan kondisi dan atau suatuakibat keadaan (faktor fisik, sosial,ekonomi dan
lingkungan) yangberpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan bencana.
d. Kemampuan (Capability)
Kekuatan dan potensi yang dimiliki olehperorangan, keluarga dan masyarakatyang
membuat mereka mampumencegah, mengurangi, siap-siaga,menanggapi dengan cepat atau
segerapulih dari suatu kedaruratan danbencana.