Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

50
TUGAS GEOLOGI LINGKUNGAN NAMA : CHAROLLUS BENUSU NIM : 0806103305 JURUSAN: TEKNIK PERTAMBANGAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Transcript of Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

Page 1: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

TUGAS GEOLOGI LINGKUNGAN

NAMA : CHAROLLUS BENUSU

NIM : 0806103305

JURUSAN: TEKNIK PERTAMBANGAN

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2011

Page 2: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

1. A. Tujuan mempelajari geologi lingkungan adalah :

Bidang Ilmu Geologi Lingkungan untuk mengatasi permasalahan akibat

eksploitasi sumber daya geologi dan pembangunan konstruksi oleh manusia, ataupun

sebaliknya, untuk mengatasi dampak fenomena geologi terhadap

kegiatan/kepentingan manusia (American Geological Institute, dikutip dari Bell,

1998). Dengan studi Geologi Lingkungan pemanfaatan berbagai sumber daya

geologi dapat dilakukan tanpa melampaui batas-batas daya dukung lingkungan,

dengan senantiasa mempertimbangkan upaya pencegahan, pengendalian ataupun

upaya untuk meminimalkan dampak negatif dari berbagai kegiatan eksplorasi dan

eskploitasi sumber daya geologi ataupun pembangunan konstruksi, agar terwujud

suatu keseimbangan antara kepentingan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

kepentingan dalam menjaga kelestarian dan keselamatan lingkungan. Disamping itu

tujuan dari mempelajari geologi lingkungan yaitu :

Penerapan geologi tata lingkungan dalam pengelolaan lingkungan secara

berkelanjutan dalam interaksi antar unsur geologi dan manusia.

Mengantisipasi bencana alam dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya

alam.

Metodologi penerapan geologi lingkungan dalam pengelolaan lingkungan

(mencegah permasalahan lingkungan).

Contohnya, seperti penentuan lokasi pembangunan hotel. Lokasi pembangunan hotel

seharusnya ditempatkan pada lokasi yang tepat bukan di daerah sekitar pantai. Karena

jika suatu saat terjadi bencana akan menimbulkan resiko yang sangat besar seperti

kerusakan pada fasilitas bangunan gedung dan masyarakat penghuni hotel.

B. Konsep pembangunan berkelanjutan ditinjau dari aspek geologi lingkungan .

Pembangunan berkelanjutan berarti suatu proses pembangunan (lahan, kota,

bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa

mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Ini berarti,

pembangunan yang dilakukan harus memperhatikan lingkungan maupun tetangga

disekitar lokasi. Hal yang menjadi perhatian utama dalam merencanakan suatu

pembangunan yaitu dengan memperhatikan kondisi geologi setempat (geologi

Page 3: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

lingkungan). Dengan memperhatikan geologi lingkungan, maka akan membantu

dalam perencanaan tersebut. Sesumber geologi merupakan faktor utama dalam

perencanaan pembangunan. Karena dengan mempelajari sesumber geologi yang

terdiri dari morfologi (landai, datar, curam), Tanah (pelapukan, lempung), Batuan

(Gamping, Sedimen, Beku, Metamorf), Air (sumur, mata air, sungai)

Sebagai contoh, pembangunan kota kabupaten Ende yang berlokasi di bawah

kaki gunung berapi dan beberapa diantaranya masih dalam keadaan aktif sangat

beresiko terjadinya bencana geologi dan kepanikan masal masyarakat setempat.

Apalagi ditambah dengan kondisi topografi pulau Flores yang berliku dan dipenuhi

dengan sungai, sangat menyulitkan dalam proses evakuasi. Sebagian besar daratan

kabupaten Ende berupa endapan lumpur yang sangat tebal.

Yang menjadi indikator dalam proses pembangunan berkelanjutan yang

ditinjau dari aspek geologi lingkungan adalah : aspek ekonomi, ekologi/lingkungan,

sosial/budaya, politik, dan hankam), maka persoalan-persoalan yang akan terjadi

dapat diprediksi dan dilakukan mitigasi.

Dari aspek ekonomi dilihat apakah pembangunan dapat mendatangkan

devisa/penghasilan tersendiri bagi daerah. Keberlanjutan ekonomi dari perspektif

pembangunan memiliki dua hal utama keduanya mempunyai keterkaitan yang erat

dengan tujuan aspek keberlanjutan lainya. Keberlanjutan ekonomi makro

menjamin kemajuan ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong efisiensi

ekonomi melalui reformasi struktural dan nasional. Tiga elemen utama untuk

keberlanjutan ekonomi makro yaitu efisiensi ekonomi, kesejahteraan ekonomi

yang berkesinambungan, dan meningkatkan pemerataan dan distribusi

kemakmuran. Hal tersebut diatas dapat dicapai melalui kebijaksanaan makro

ekonomi mencakup reformasi fiskal, meningkatkan efisiensi sektor publik,

mobilisasi tabungan domestik, pengelolaan nilai tukar, reformasi kelembagaan,

kekuatan pasar yang tepat guna, ukuran sosial untuk pengembangan sumberdaya

manusia dan peningkatan distribusi pendapatan dan aset. Dalam konteks ini dapat

dikatakan pembangunanberkelanjutan menjamin adanya pemerataan dan keadilan

sosial yang ditandai dengan meratanya sumber daya lahan dan faktor produksi

yang lain, lebih meratanya akses peran dan kesempatan kepada setiap warga

Page 4: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

masyarakat, serta lebih adilnya distribusi kesejahteraan melalui pemerataan

ekonomi.

Dari aspek ekologi/lingkungan pembangunan diharapkan memperhatikan situasi

ramah lingkungan dalam arti Keberlanjutan ekologis adalah prasyarat untuk

pembangunan dankeberlanjutan kehidupan. Keberlanjutan ekologis akan

menjamin keberlanjutan ekosistem bumi. Untuk menjamin keberlanjutan ekologis

harus diupayakan hal-hal sebagai berikut:

a. Memelihara integritas tatanan lingkungan agar sistem penunjang kehidupan

dibumi tetap terjamin dan sistem produktivitas, adaptabilitas, dan pemulihan

tanah, air, udara dan seluruh kehidupan berkelanjutan.

b. Tiga aspek yang harus diperhatikan untuk memelihara integritas tatanan

lingkungan yaitu ; daya dukung, daya asimilatif dan keberlanjutan pemanfaatan

sumberdaya terpulihkan. ketiga untuk melaksanakan kegiatan yang tidak

mengganggu integritas tatanan lingkungan yaitu hindarkan konversi alam dan

modifikasi ekosistem, kurangi konversi lahan subur dan kelola dengan buku

mutu ekologis yang tinggi, dan limbah yang dibuang tidak melampaui daya

asimilatifnya lingkungan.

c. Memelihara keanekaragaman hayati pada keanekaragaman kehidupan yang

menentukan keberlanjutan proses ekologis. Proses yang menjadikan rangkaian

jasa pada manusia masa kini dan masa mendatang. Terdapat tiga aspek

keanekaragaman hayati yaitu keanekaragaman genetika, spesies, dan tatanan

lingkungan. Untuk mengkonversikan keanekaragaman hayati tersebut perlu

hal-hal berikut yaitu “menjaga ekosistem alam dan area yang representatif

tentang kekhasan sumberdaya hayati agar tidak dimodifikasikan, memelihara

seluas mungkin area ekosistem yang dimodifikasikan untuk keanekaragaman

dan keberlanjutan keanekaragaman spesies, konservatif terhadap konversi

lahan pertanian”.

Dari aspek sosial budaya

Dari aspek sosial dan budaya pembangunan yang berkelanjutan dinyatakan dalam

keadilan sosial, harga diri manusia dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Page 5: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

Pembangunan yang berkelanjutan dalam aspek ini diharapkan mencapai empat

sasaran yaitu:

a. Stabilitas penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen politik

yang kuat, kesadaran dan partisipasi masyarakat, memperkuat peranan dan

status wanita, meningkatkan kualitas, efektivitas dan lingkungan keluarga.

b. Memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi kemiskinan dan

mengurangi kemiskinan absolut. Keberlanjutan pembangunan tidak mungkin

tercapai bila terjadi kesenjangan pada distribusi kemakmuran atau adanya

kelas sosial. Halangan terhadap keberlajutan sosial harus dihilangkan dengan

pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kelas sosial yang dihilangkan

dimungkinkannya untuk mendapat akses pendidikan yang merata, pemerataan

pemulihan lahan dan peningkatan peran wanita.

c. Mempertahankan keanekaragaman budaya, dengan mengakui dan

menghargai sistem sosial dan kebudayaan seluruh bangsa, dan dengan

memahami dan menggunakan pengetahuan tradisional demi manfaat

masyarakat dan pembangunan ekonomi.

d. Mendorong pertisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan.

Beberapa persyaratan dibawah ini penting untuk keberlanjutan sosial yaitu :

prioritas harus diberikan pada pengeluaran sosial dan program diarahkan

untuk manfaat bersama, investasi pada perkembangan sumberdaya misalnya

meningkatkan status wanita, akses pendidikan dan kesehatan, kemajuan

ekonomi harus berkelanjutan melalui investasi dan perubahan teknologi dan

harus selaras dengan distribusi aset produksi yang adil dan efektif,

kesenjangan antar regional dan desa, kota, perlu dihindari melalui keputusan

lokal tentang prioritas dan alokasi sumber daya.

Dari aspek politik

Keberlanjutan politik diarahkan pada respek pada human right, kebebasan

individu dan sosial untuk berpartisipasi di politik,demokrasi yang dilaksanakan

perlu memperhatikan proses demokrasi yang transparan dan bertanggungjawab.

Pembangunan yang berkelanjutan dari aspek politik ,mempunyai peran besar

Page 6: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

dalam melahirkan politik bersih, jujur, adil, dan transparan dengan tokoh

masyarakat yang bisa diandakan dan diharapkan masyarakat.

Dari aspek pertahanan dan keamanan

Keberlanjutan keamanan seperti menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman

dan gangguan baik dari dalam dan luar yang langsung dan tidak langsung yang

dapat membahayakan integritas, identitas, kelangsungan negara dan bangsa perlu

diperhatikan.

Contoh: sebelum dilakukan pembangunan, suatu daerah harus dilakukan analisis

pengamatan dan peninjauan daerah sekitar terlebih dahulu.

2. Menurut Pendapat Saya

a. Daya dukung dan daya tampung kota kupang ditinjau dari sesumber geologi

Di tinjau dari sesumber geologi, daya tampung dan daya dukung terhadap

pembangunan di kota Kupang saat ini tidak lagi memperhatikan aspek-aspek

geologi, seperti pembangunan hotel berbintang di daerah pantai teluk kupang

yang tidak lagi mempertimbangkan resiko-resiko yang akan timbul ketika terjadi

bencana. Sumber daya manusia dan kepadatan penduduk juga merupakan salah

satu daya dukung terhadap pembangunan di kota ini. Sumber daya alam juga

merupakan hal penting yang harus di perhatikan, keadaan geologi, struktur

batuan, struktur tanah dan lain sebagainya juga harus di perhatikan agar

pembangunan yang dilaksanakan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung

kota kupang. Pencemaran air akibat pembuangan sampah dan limbah

sembarangan di area sekitar pantai merupakan salah satu hal yang harus

diperhatikan juga sebagai upaya untuk menjaga dan melestarikan sumber daya air.

b. Pembangunan hotel dan bangunan lainnya di sepanjang pantai teluk kupang

ditinjau dari sesumber geologi

Menurut saya, pembangunan hotel dan bangunan lainnya sepanjang Teluk

Kupang adalah satu kebijakan dan tindakan yang kurang baik karena Pemerintah

yang lebih mengutamakan kepentingan politik daripada mempertimbangkan

aspek-aspek geologi lingkungan, yang jika sewaktu waktu terjadi bencana, maka

akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar.

Page 7: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

Perilaku manusia yang terus merusak lingkungan pantai, baik dengan cara

membangun bangunan di pantai dan bibir pantai bahkan hingga menjorok ke laut,

pengambilan batu karang dan pasir serta tambang batu karang dalam laut

merupakan perilaku yang secara langsung maupun tidak langsung merusak

lingkungan laut.

Di Kota Kupang, bahkan hampir di semua wilayah NTT, pengambilan pasir

pantai, batu karang dan material lainnya masih terus berlangsung. Di pantai Pasir

Panjang, Kota Kupang, masih bisa kita temukan penambangan batu karang. Batu

karang yang akan dibuat kapur menjadi pilihan usaha bagi warga. Aksi mereka ini

tidak bisa disalahkan, sebab dapur mereka harus tetap menyala meskipun apa

yang mereka lakukan adalah bentuk lain dari pengrusakan lingkungan.

Tetapi penambangan pasir dan batu ini bukan satu-satunya penyebab rusaknya

ekosistem laut. Membangun di kawasan pantai juga turut membeli andil bagi

rusaknya pantai.

Membangun di tepi pantai dengan konsep yang salah selain bisa dianggap

melanggar hukum, juga bisa berakibat buruk bila ada bencana alam. Sebab,

pembangunan di tepi pantai memilki standar-standar atau teknik-teknik untuk

mengantisipasi gelombang pasang, gempa bumi dan tsunami.

Pembangunan gedung dan pengambilan pasir, serta batu karang  sepintas tidak

memberi dampak yang serius pada pantai. Sebab, alam memiliki cara tersendiri

untuk memperbaiki kerusakan tersebut, namun bila proses pengambilan tersebut

dilakukan terus menerus, maka alam akan sulit memperbaiki kerusakan yang ada.

Bahkan ancaman kerusakan dan bencana akan dihadapi oleh masyarakat sekitar

pantai.

Pembangunan di bibir pantai juga memiliki mekanisme teknis dan aturan. Sebab,

berbagai hal harus dipertimbangkan, mulai dari arus laut, ancaman gelombang

pasang dan tsunami. Ada aturan teknis pembangunan pantai sehingga bisa

meminimalisir dampak bencana seperti stunami.

Membangun di bibir pantai juga ada aturannya, misalnya posisi bangunan itu

tidak bisa berhadapan langsung dengan laut, tetapi menyamping. Ini agar bila

Page 8: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

terjadi tsunami, bisa diantisipasi agar bangunan itu tidak roboh atau menjadi

penyebab terjadi kerusakan lainnya.

Dengan demikian pembangunan di bibir pantai ini mendapat perhatian yang

serius. Berbagai studi perlu dilakukan untuk merekomendasikan apakah suatu

wilayah itu bisa dibangun atau tidak. Sebab, banyak aspek yang terpengaruh

terhadap bangunan tersebut.

Dijelaskannya, pengelolaan kawasan pantai juga sudah diatur oleh pemerintah

melalui UU No 24 Tahun 2007 tentang Mitigasi dan Bencana. Dalam UU ini

diatur mengenai pemanfaatan kawasan pantai agar tidak menimbulkan bencana.

Selain itu, pemerintah juga ada UU No 27 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir.

Berbagai UU tersebut mengatur tentang penggunaan kawasan pantai, termasuk

pembangunan di wilayah tersebut. Pengaturan pemanfaatan kawasan pantai ini

sangat penting, apalagi bencana tsunami bisa terjadi di berbagai wilayah pantai di

Indonesia. Pembangunan ini harus diatur sehingga bisa memimalisir korban bila

terjadi bencana tsunami.

Foto Pemandangan area Pesisir Kota Kupang

Page 9: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

c. Saran pengembangan tata ruang kota kupang ditinjau dari sesumber geologi: saran

saya:

1. Perlu dilakukan Pengembangan kawasan pesisir Kota Kupang untuk

penanganan permasalahan pemanfaatan lahan pembangunan di kawasan

pesisir yang ada saat ini, karena pemanfaatannya selama ini sangat kurang

baik. Pengembangannya dapat dilakukan dengan cara, antara lain

pembaharuan rehabilitasi, dan reklamasi.

2. Menurut saya, semua pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun pihak yang

menggunakan kawasan pantai harus peduli terhadap lingkungan pantai.

3. Saran saya untuk Pemerintah adalah Menegakan aturan yang telah ditetapkan

oleh undang-undang mengenai Pengelolaan Kawasan Pantai dan Pengelolaan

Wilayah Pesisir bukan karena kepentingan politik yang lebih diutamakan demi

meraup keuntungan.

3. a. Jenis- jenis geology hazard dan upaya mitigasinya.

1. GEMPA BUMI

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan

bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan

gelombang seismik. Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi

yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak.

Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan

dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan.

Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi. Daerah permukaan atau patahan

bawah tanah yang mengalami gempa bumi disebut sebagai zona sesar gempa.

Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan

tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan

lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam

kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam

mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa

bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi.

Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung

Page 10: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

berapi. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini

dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang

dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini

dinamakan juga seismisitas terinduksi.

Gambar: Peta Penyebaran Wilayah Rawan Gempa Bumi Indonesia

Gempa bumi dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu

1. Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api ) ; Gempa bumi ini terjadi akibat

adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus.

Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya

ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi

tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.

2. Gempa bumi tektonik ; Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas

tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang

mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar.

Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di

bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian

bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang

terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang

Page 11: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh

tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari

tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari

beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan

hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak

perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal

inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.

3. Gempa Runtuhan, adalah gempa local yang terjadi apabila suatu gua di

daerah topografi karst atau di daerah pertambangan runtuh. Sifat gempa

bumi runtuhan: melalui runtuhan dari lubang-lubang interior bumi.

Akibat kerusakan akibat Gempa Bumi

Gempa yang terjadi dengan kekuatan tinggi akan menimbulkan beberapa

hal akibat gempa atau biasa disebut dampak gempa, seperti:

1. Hancurnya bangunan infrastruktur karena goncangan tanah.

2. Korban jiwa yang terjadi karena tertimpa reruntuhan bangunan, terkena

longsor, dan kebakaran.

3. Jika sumber gempa bumi berada di dasar lautan maka bisa membangkitkan

gelombang tsunami yang tidak saja menghantam pesisir pantai di sekitar

sumber gempa tetapi juga mencapai beberapa km ke daratan.

4. Dampak secara nonfisik atau Psikologis adalah banyak orang yang

mederita gangguan mental akibat trauma akan kejadian ini.

Upaya Mitigasi dari Bencana Gempa Bumi

Adapun strategi mitigasi dan upaya pengurangan dampak dari

bencana gempa bumi adalah sebagai berikut:

1. Bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa

khususnya di daerah rawan gempa.

2. Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.

3. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.

4. Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.

Page 12: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

5. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan

hunian di daerah rawan gempa bumi.

6. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan.

7. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi

dan cara-cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.

8. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan

masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan

pertolongan pertama.

9. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan

perlindungan masyarakat lainnya.

10. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam

menghadapi gempa bumi.

11. Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan

pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama.

12. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan

perlindungan masyarakat lainnya.

13. Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam

menghadapi gempa bumi.

2. TSUNAMI

Tsunami (bahasa Jepang: 津 波 ; tsu = pelabuhan, nami = gelombang,

secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan

air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-

tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang

berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut,

atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke

segala arah.

Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap

fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat

merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan

pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter.

Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di

Page 13: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun

hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga

mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga

puluhan kilometer dari bibir pantai.

Gambar. 10 Peta wilayah tsunami Indonesia

Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan

karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang

tsunami. Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja

yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa

manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian,

tanah, dan air bersih.

Upaya Mitigasi dari Bencana Tsunami

Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat

diperlukan ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan

menerapkan teknik peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang

Page 14: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

terancam untuk mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut. Ketiga

langkah penting tersebut:

1) penilaian bahaya (hazard assessment),

2) peringatan (warning), dan

3) persiapan (preparedness) adalah unsur utama model mitigasi.

Unsur kunci lainnya yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat

mendukung adalah penelitian yang terkait (tsunami-related research).

1. Penilaian Bahaya (Hazard Assessment)

Unsur pertama untuk mitigasi yang efektif adalah penilaian bahaya.

Untuk setiap komunitas pesisir, penilaian bahaya tsunami diperlukan untuk

mengidentifikasi populasi dan aset yang terancam, dan tingkat ancaman (level

of risk). Penilaian ini membutuhkan pengetahuan tentang karakteristik

sumber tsunami, probabilitas kejadian, karakteristik tsunami dan karakteristik

morfologi dasar laut dan garis pantai. Untuk beberapa komunitas, data dari

tsunami yang pernah terjadi dapat membantu kuantifikasi faktor-faktor

tersebut. Untuk komunitas yang tidak atau hanya sedikit memiliki data dari

masa lalu, model numerik tsunami dapat memberikan perkiraan. Tahapan ini

umumnya menghasilkan peta potensi bahaya tsunami, yang sangat penting

untuk memotivasi dan merancang kedua unsur mitigasi lainnya, peringatan

dan persiapan. Penilaian Bahaya meliputi:

a. Data rekaman tsunami (Historical tsunami data).

b. Data paleotsunami

c. Penyelidikan pasca tsunami

d. Pemodelan numerik

2. Peringatan (warning)

Unsur kunci kedua untuk mitigasi tsunami yang efektif adalah suatu sistem

peringatan untuk memberi peringatan kepada komunitas pesisir tentang

bahaya tsunami yang tengah mengancam. Sistem peringatan didasarkan

kepada data gempa bumi sebagai peringatan dini, dan data perubahan muka

Page 15: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

air laut untuk konfirmasi dan pengawasan tsunami. Sistem peringatan juga

mengandalkan  berbagai saluran komunikasi untuk menerima data seismik

dan perubahan muka air laut, dan untuk memberikan pesan kepada pihak

yang berwenang.

a. Data

Sistem peringatan membutuhkan data seismik dan muka air laut setiap saat

secara cepat (real atau near-real time). Sistem ini juga membutuhkan

rekaman data gempa bumi dan tsunami yang pernah terjadi. Kedua jenis

data tersebut dipergunakan untuk dapat secara cepat mendeteksi dan

melokalisasi gempa bumi tsunamigenik potensial, untuk mengkonfirmasi

apakah tsunami telah terbentuk, dan untuk memperkirakan dampak

potensial terhadap daerah pesisir yang menjadi tanggungjawabnya.

b. Komunikasi

Sistem peringatan tsunami membutuhkan komunikasi yang unik dan

ekstensif. Data seismik dan perubahan muka air laut harus dikirim dari

lokasi secara cepat dan dapat dipercaya oleh penerima. Komunikasi

meliputi Akses data real time, yaitu data seismik dan perubahan muka air

laut supaya berguna haruslah dapat diterima secara cepat real atau very

near real time. Banyak teknik komunikasi yang bisa dipergunakan, seperti

radio VHF, gelombang mikro, transmisi satelit. Selain itu komunikasi juga

bisa melalui penyebaran pesan yaitu penyampaian pesan kepada para

pengguna juga sama pentingnya sebagaimana mendapatkan data secara

real time. Penyampaian pesan dapat secara cepat dilakukan melalui Global

Telecommunications System (GTS) atau Aeronautical Fixed

Telecommunications Network (AFTN). Pesan dapat pula disampaikan

secara konvensional melalui e-mail, telpon atau fax.

3. Persiapan

Kegiatan kategori ini tergantung pada penilaian bahaya dan peringatan.

Persiapan yang layak terhadap peringatan bahaya tsunami membutuhkan

pengetahuan tentang daerah yang kemungkina terkena bahaya (peta inundasi

Page 16: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

tsunami) dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan

harus mengevakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman.

Tanpa kedua pengetahuan akan muncul kemungkinan kegagalan mitigasi

bahaya tsunami. Tingkat kepedulian publik dan pemahamannya terhadap

tsunami juga sangat penting. Jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata

ruang yang menempatkan lokasi fasilitas vital masyarakat seperti sekolah,

kantor polisi dan pemadam kebakaran, rumah sakit berada diluar zona

bahaya. Usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang tahan

terhadap tsunami, melindungi bangunan yang telah ada dan menciptakan

breakwater penghalang tsunami juga termasuk bagian dari persiapan.

Persiapan meliputi:

a. Evakuasi

Rencana evakuasi dan prosedurnya umumnya dikembangkan untuk

tingkat lokal, karena rencana ini membutuhkan pengetahuan detil tentang

populasi dan fasilitas yang terancam bahaya, dan potensi lokal yang dapat

diterapkan untuk mengatasi masalah. Tsunami lokal hampir tidak

menyediakan waktu yang cukup untuk peringatan formal dan disertai

gempa bumi, sementara tsunami distan mungkin memberi waktu beberapa

jam untuk persiapan sebelum gelombang yang pertama tiba. Sehingga

persiapan evakuasi dan prosedurnya harus disiapkan untuk kedua skenario

tersebut.

b. Pendidikan

Mitigasi tsunami harus mengandung rencana untuk meningkatkan

pemahaman dan pengetahuan oleh masyarakat luas, pemerintah lokal, dan

para pembuat kebijakan tentang sifat-sifat tsunami, kerusakan dan bahaya

yang disebabkan dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi

bahaya.

c. Tata guna lahan

Sebagai konsekuensi pertumbuhan penduduk global, daerah pesisir yang

rawan tsunami berkembang dengan cepat. Karena tidak mungkin untuk

menghentikan pembangunan, sebaiknya dilakukan pencegahan

Page 17: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

pembangunan fasilitas umum pada zona rawan bencana tsunami, seperti

sekolah, polisi, pemadam kebakaran dan rumah sakit yang memiliki arti

penting bagi populasi ketika bahaya sewaktu-waktu terjadi. Sebagai

tambahan, hotel dan penginapan juga perlu ditempatkan pada lokasi yang

sesuai dengan prosedur evakuasi untuk memberikan keamanan kepada

para tamunya.

d. Keteknikan

Keteknikan dapat membantu mitigasi tsunami. Bangunan dapat diperkuat

sehingga tahan terhadap tekanan gelombang dan arus yang kuat. Fondasi

struktur dapat dikonstruksikan menahan erosi dan penggerusan oleh arus.

Lantai dasar suatu bangunan dapat dibuat terbuka sehingga mampu

membiarkan air laut melintas, hal ini menolong mengurangi sifat

penggerusan arus pada fondasi. Bagian penting dari suatu bangunan

seperti generator cadangan, motor elevator dapat ditempatkan pada lantai

yang tidak terkena banjir. Benda-benda berat berbahaya seperti tanki yang

dapat hanyut terbawa banjir sebaiknya ditanamkan ke tanah. Sistem

transportasi dikonstruksikan atau dimodifikasi sehingga mampu

memfasilitasi evakuasi massal secara cepat keluar dari daerah bahaya.

Beberapa struktur penahan gelombang laut seperti seawall, sea dikes,

breakwaters, river gates, juga mampu menahan atau mengurangi tekanan

tsunami.

4. Penelitian

Meskipun tidak terkait langsung dengan aktivitas mitigasi, penelitian yang

terkait dengan tsunami sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas

mitigasi. Riset yang menyelidiki bukti-bukti paleotsunami, mengembangkan

database, kuantifikasi dampak bahaya tsunami, atau pemodelan numerik

dapat meningkatkan tingkat akurasu penilaian bahaya. Teknik sistem

peringatan untuk penilaian cepat dan akurat bahaya gempa bumi

tsunamigenik potensial dari data seismik dan instrumen pengukur muka air

laut dikembangkan melalui riset. Penelitian juga mampu meningkatkan cara

Page 18: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

pendidikan publik sehingga tingkat kepedulian masyarakat akan bahya

tsunami meningkat. Menciptakan prosedur evakuasi yang efektif juga

membutuhkan riset tersendiri tentang bahaya susulan, terutama pada kasus

tsunami lokal. Penelitian juga memberikan panduan perencanaan tata ruang

dalam zona inundasi potensial. Demikian juga halnya riset mengenai sifat

keteknikan untuk meningkatkan daya tahan struktur dan infrastruktur

terhadap tekanan tsunami.

3. GERAKAN TANAH

Gerakan tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,

bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah

atau keluar lereng. Gerakan tanah akan terjadi pada suatu lereng, jika ada

keadaan ketidakseimbangan yang menyebabkan terjadinya suatu proses

mekanis, mengakibatkan sebagian dari lereng tersebut bergerak mengikuti gaya

gravitasi, dan selanjutnya setelah terjadi longsor, lereng akan seimbang atau

stabil kembali.

Jenis-jenis gerakan tanah yaitu:

a. Translasi

Gerakan tanah translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai

b. Rotasi

Gerakan tanah rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.

c. Pergerakan Blok

Pergerakan Blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.

d. Runtuhan Batuan

Runtuhan batu adalah terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak kebawah dengan cara jatuh bebas.

e. Rayapan Tanah

Rayapan batuan adalah jenis gerakan tanah yang bergerak lambat.

f. Aliran Bahan Rombakan

Page 19: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

Aliran bahan rombakan terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.

Faktor-faktor Penyebab terjadinya Gerakan Tanah

Faktor-faktor penyebab terjadinya gerakantanah dapat dibedakan menjadi 2

(dua) faktor, yaitu gangguan dari dalam dan gangguan dari luar.

a. Gangguan dari dalam (internal), meliputi :

Naiknya bobot massa tanah/batuan karena masuknya air ke dalam tubuh

tanah/batuan yang menyebabkan tersisinya rongga antarbutir sehingga

bobot massa tanah/batuan akan bertambah.

Pelindihan (”leaching” ) bahan perekat, kehadiran air di dalam tubuh

tanah/batuan dapat melarutkan bahan-bahan pengikat butiran-butiran

yang membentuk tubuh batuan sedimen maupun tanah pelapukan

sehingga daya rekat antar butir/materialnya menghilang.

Gangguan dari dalam ini umumnya merupakan faktor yang dapat

mengakibatkan menurunnya kuat geser dalam tanah/batuan, disamping

faktor internal yang lain seperti komposisi mineral batuan/tanah, struktur

geologi serta geometri morfologinya.

b. Gangguan dari luar (eksternal), meliputi :

Getaran dan beban yang disebabkan oleh lalu lintas jalan raya yang

frekuensinya cukup tinggi.

Hilangnya penahan lateral yang disebabkan oleh aktifitas manusia berupa

penggalian dan pemotongan tebing.

Hilangnya vegetasi penutup menyebabkan terjadinya erosi yang

menyebabkan tibulnya alur-alur dimana pada kondisi tertentu akan

diikuti dengan terjadinya gerakan tanah.

Tingginya curah hujan

Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong

Jenis tanah yang kurang padat dan batuan yang kurang kuat

Upaya Mitigasi Bencana Gerakan Tanah

a. Penanggulangan Darurat

Page 20: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

Penanggulangan Darurat, adalah suatu tindakan penanggulangan yang

sifatnya sementara dan umumnya dilakukan sebelum penanggulangan

permanen dilakukan.

Beberapa tindakan penanggulangan yang dapat dilakukan dengan cara

sederhana, adalah :

Mencegah masuknya air permukaan ke dalam tubuh tanah/batuan yang

mengalami gerakantanah, dengan menutup rekahan-rekahan

tanah/batuan menggunakan tanah liat ataupun terpal.

Mengeringkan/mengalirkan genangan air yang ada di atas lokasi yang

mengalami gerakantanah.

Membuat bronjong pada bagian kaki lereng lokasi yang mengalami

gerakantanah.

Penimbunan kembali bagian yang rusak akibat gerakantanah

b. Penanggulangan Permanen

Penanggulangan Permanen tindakan penanggulangan gerakantanah

permanen ini membutuhkan waktu untuk penyelidikan, analisis dan

perencanaan yang matang.

Penanggulangan gerakantanah secara permanen dibedakan dalam 3 (tiga)

kategori, yaitu :

a. Mengurangi gaya-gaya yang menimbulkan gerakan-gerakan, dengan

metode:

b. Mengendalikan air permukaan

c. Mengubah geometri lereng :

Menambah gaya-gaya yang menahan gerkan, dengan metode :

Mengendalikan air rembesan

Pembuatan bangunan penambat (tembok penahan, bronjong)

Memberi timbunan pada kaki lereng (membuat beban kontra)

Jika ke dua metoda tersebut di atas tidak dapat mengatasi

gerakantanah yang terjadi, maka dilakukan penanggulangan dengan

tindakan lain, seperti relokasi bangunan.

Page 21: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

4. LETUSAN GUNUNG API

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat

didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair

atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan

bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material

yang dikeluarkan pada saat meletus.

a. Stratovolcano

b. Perisai

c. Cinder Cone

d. Kaldera

Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi ke dalam tiga

tipe berdasarkan catatan sejarah letusan/erupsinya.

Gunung api Tipe A : tercatat pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-

kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.

Gunung api Tipe B : sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan

erupsi magmatik namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik

seperti kegiatan solfatara.

Gunung api Tipe C : sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia,

namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan

solfatara/fumarola pada tingkah lemah.

Letusan gunung berapi merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma

di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi.

Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu

yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang

keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai

700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat

menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa

membanjiri sampai sejauh radius 90 km.

Akibat-kibat dari letusan gunung api diantaranya:

Aliran lava.

Page 22: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

Lava adalah cairan larutan magma pijar yang mengalir keluar dari dalam

bumi melalui kawah gunung berapi atau melalui celah (patahan) yang

kemudian membeku menjadi batuan yang bentuknya bermacam-macam. Bila

cairan tersebut encer akan meleleh jauh dari sumbernya membentuk aliran

seperti sungai melalui lembah dan membeku menjadi batuan seperti lava ropi

atau lava blok (umumnya di Indonesia membentuk lava blok).

Aliran lahar

Dua jenis lahar yaitu; lahar dingin dan lahar panas. Lahar dingin adalah

material yang dari puncak gunung api yang terbawa curahan air hujan

kemudian mengalir ke daerah dengan topografi yang lebih rendah. Lahar

panas adalah material gunung api, yang terlempar keluar saat terjadi letusan

gunung. Material tersebut bersuhu sangat panas, sehingga dapat menimbulkan

kerusakan gedung, fasilitas umum dan infrastruktur lainnya.

Abu vulknanik

Merupakan material gunung api berukuran sangat halus, yang terlempar

keluar pada saat terjadi letusan. Karena berukuran halus, dan berat material

yang kecil, maka hal ini akan menyebabkan penyebaran abu yang luas. Hal

ini di perparah lagi ketika terjadi angin yang besar. Pada saat seperti ini,

penyebaraanya akan sangat meluas, dan akan lebih banyak daerah yang

terkena abu vulkanik.

Kebakaran hutan.

Kebakaran hujan terjadi akibat dari api yang terlempar dari gunung api, dan

di dekat gunung api tersebut terdapat gunung api. Bila terdapat keadaan

seperti ini, maka besar kemungkinan terjadi kebakaran hutan.

Gas beracun.

Salah satu gas beracun yaitu dari senyawa sulfur. Bila intensitasnya sangat

banyak diudara, maka akan menjadi salah satu bencana yang serius.

Gelombang tsunami.

Bencana ini diakibatkan bila letak gunung berapi berada di lautan. Letusan

dan getarannya serta jatuhnya material dalam skala besar mengakibatkan

gelombang besar.

Page 23: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

Gempa bumi .

Gempa bumi diakibatkan oleh gerakan magma dalam gunung dan jatuhnya

material dalam skala besar.

Upaya Mitigasi Bencana Letusan Gunung Berapi

Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan

gunung berapi, tindakan yang perlu dilakukan :

1. Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan

alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan

ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG)

di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB. Petugas pos

pengamatan Gunung berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda

setempat.

2. Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadi

peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan

data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim ke lokasi,

melakukan pemeriksaan secara terpadu.

3. Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan

jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah

penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.

4. Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan

Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan

dokumen lainya.

5. Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta

masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk

sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda dan

penyuluhan langsung kepada masyarakat.

5. BANJIR

Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam

daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman

Page 24: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air. Dalam arti

"air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir

diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang

meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.

Jenis-jenis banjir antara lain:

Banjir air

Penyebabnya ialah meluapnya air sungai, danau, got, sehingga air meluber ke

daratan.

Banjir Cileuncang

Jenis banjir ini mirip dengan banjir air, namun dikarenakan hujan yang lebat

dengan debit air yang cukup tinggi.

Banjir Bandang

Jenis banjir ini membawa material seperti lumpur, batuan, kayu dan hancuran

dari gedung-gedung yang telah dilewatinya.

Banjir Rob (laut pasang)

Banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut.

Banjir Lahar Dingin

Banjir jenis ini membawa material dari gunung berapi pasca letusan.

Banjir Lumpur

Banjir ini membawa material lumpur, seperti kejadian di Lapindo, Jawa

Timur.

Penyebab banjir:

a. Pembalakan hutan dan lahan kritis

b. Pengalihan fungsi lahan

c. Iklim yang ekstrim

d. Pendangkalan Sungai

e. Topografi daerah

Upaya Mitigasi Bencana Banjir

a. Sebelum Banjir

Page 25: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

Mitigasi Banjir dengan Bantuan Masyarakat Banjir tidak dapat

sepenuhnya dihindari, namun masyarakat dapat mengurangi kemungkinan

terjadinya banjir dan mengurangi dampaknya dengan melakukan tindakan-

tindakan seperti:

Membersihkan selokan, got dan sungai dari sampah dan pasir,

sehingga dapat mengalirkan air keluar dari daerah perumahan dengan

maksimal.

Membuat sistem dan tempat pembuangan sampah yang efektif untuk

mencegah dibuangnya sampah ke sungai atau selokan.

Menambahkan katup pengaturan, drain, atau saluran by-pass untuk

mengalirkan air keluar dari perumahan. Memperkokoh bantaran sungai

dengan menanam pohon dan semak belukar, dan membuat bidang

resapan di halaman rumah yang terhubung dengan saluran drainase.

Memindahkan rumah, bangunan dan konstruksi lainnya dari dataran

banjir sehingga daerah tersebut dapat dimanfaatkan oleh sungai untuk

mengalirkan air yang tidak dapat ditampung dalam badan sungai saat

hujan.

Penghutanan kembali daerah tangkapan hujan sehingga air hujan dapat

diserap oleh pepohonan dan semak belukar.

Membuat daerah hijau untuk menyerap air ke dalam tanah.

Melakukan koordinasi dengan wilayah-wilayah lain dalam

merencanakan dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk

menghindari banjir yang dapat juga berguna bagi masyarakat di daerah

lain.

b. Ketika Banjir:

Penanganan dan Pengungsian Penanganan ketika banjir adalah semua

tindakan yang harus segera dilakukan untuk menyelamatkan nyawa dan

melindungi harta benda ketika banjir terjadi. Dalam tindakan darurat,

waktu adalah faktor yang sangat penting karena waktu dapat menentukan

berapa nyawa manusia atau harta benda yang dapat diselamatkan.

Perencanaan yang hati-hati sebelum banjir terjadi adalah tindakan awal

Page 26: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

yang sangat penting untuk penanganan banjir pada waktu yang tepat dan

efektif. Penanganan terhadap banjir dan tindakan pengungsian terdiri dari:

Badan koordinasi yang baik

Pencarian dan penyelamatan Anggota tim pencarian dan penyelamatan

meninggalkan rumah dan keluarga mereka etika banjir dan mampu

mengambil risiko bahwa mereka akan meninggalkan keluarga mereka

ang terkena dampak banjir. Oleh karena itu, anggota keluarga dari tim

tersebut harus terlatih. Selain itu, sebaiknya ada seseorang yang

bertanggung jawab atas keselamatan mereka ketika banjir, misalnya

tetangga mereka. Agar tidak membahayakan hidupnya sendiri, anggota

tim harus terlatih dengan baik (renang, berperahu, kesehatan, dan lain-

lain) dan melakukan simulasi secara terus menerus sebelum atau pada

awal musim hujan agar mereka dapat melakukan tindakan yang tepat

di saat yang tepat ketika banjir.

Pendataan dan tersedianya makanan darurat, tempat pengungsian,

tenaga medis, dan lain – lain. Pada banjir besar yang memakan waktu

yang cukup lama, kebutuhan dari setiap keluarga harus didata dan

dipenuhi secara realistis. Bahan-bahan yang disediakan oleh

pemerintah dan sumbangan LSM atau institusi yang menawarkan

bantuan lainnya sebaiknya dibagi secara adil berdasarkan kebutuhan

masyarakat. Pembagian sebaiknya didasarkan pada kepentingan dan

tingkat ekonomi dari anggota masyarakat. Pembagian ini sebaiknya

diawasi secara terus menerus oleh lembaga pemerintahan lokal.

Masyarakat yang bersikeras untuk tinggal di rumahnya harus mencari

alternatif sendiri untuk memperoleh makanan. Hal ini harus terlebih

dahulu disepakati bersama. Selama banjir dan bencana lainnya, di

mana orang-orang meninggalkan rumah dan harta benda mereka, ada

risiko terjadinya penghancuran dan perampokan. Oleh karena itu

sangat penting untuk membangun sebuah kelompok sukarelawan yang

berasal dari anggota masyarakat untuk menjaga daerah permukiman

setelah masyarakat mengungsi.

Page 27: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

Melindungi daerah pemukiman. Selama banjir dan bencana lainnya, di

mana orang-orang meninggalkan rumah dan harta benda mereka, ada

risiko terjadinya penghancuran dan perampokan. Oleh karena itu

sangat penting untuk membangun sebuah kelompok sukarelawan yang

berasal dari anggota masyarakat untuk menjaga daerah permukiman

setelah masyarakat mengungsi.

Mengungsi. Prioritas utama harus diberi kepada kelompok rentan (ibu

hamil, anak-anak dan manula). Peta kerentanan dan kemampuan

sangat membantu untuk menandai lokasi kelompok ini ini. Peta

tersebut juga membantu untuk mengetahui rute pengungsian paling

dekat dan paling aman.

c. Setelah Banjir

Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Pemulihan). Tujuan dari tindakan

pemulihan ini adalah untuk mendukung masyarakat untuk kembali hidup

normal dan membangun kembali lingkungan dan kehidupan sosial

mereka. Terdapat dua tindakan yang harus dilakukan, yaitu:

• Tindakan jangka pendek dilakukan untuk mengembalikan layanan

utama kepada masyarakat dan mencukupi kebutuhan pokok

masyarakat;

• Tindakan jangka panjang dilakukan untuk mengembalikan kondisi

masyarakat kepada kondisi normal atau bahkan lebih baik.

Masa pemulihan khususnya dalam memberikan kesempatan bagi

masyarakat untuk tindakan mitigasi banjir seperti memastikan bahwa

rumah-rumah baru terhubung dengan sistem saluran drainase atau

tidak membangun apapun pada daerah dataran banjir. Kebutuhan

masyarakat dapat terpenuhi apabila masyarakat tersebut mau berperan

aktif dalam pemulihan karena hanya masyarakat itu sendirilah yang

paling mengetahui apa yang mereka butuhkan dan apa yang tidak

dibutuhkan. Anggota masyarakat terlibat langsung dalam rehabilitasi

dan rekonstruksi dapat juga membantu mengurangi stress, trauma, dan

depresi, karena mereka tetap aktif dan bekerja untuk mencapai kondisi

Page 28: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

yang lebih baik.

Tindakan rehabilitasi dan rekonstruksi meliputi:

1. Analisis kerusakan dan kebutuhan. Peran serta masyarakat sangat

penting dalam mendata kerusakan dan kebutuhan untuk

menghindari terlupakannya hal-hal penting, data kerusakan

dannkebutuhan tersebut harus lengkap dan jelas agar dapat

disampaikan kepada organisasi, lembaga, dan institusi pemerintah

yang mau memberikan bantuan.

2. Pembangunan gedung dan infrastruktur. Pembangunan kembali

gedung, sarana-prasarana umum harus mengacu kepada tindakan

kesiapsiagaan dan mitigasi banjir, agar dampak banjir berikutnya

dapat ditekan sekecil mungkin. Sebagai contoh, pembangunan

kembali rumah-rumah sebaiknya dibangun di lokasi yang lebih

aman dan bukan di bantaran sungai. Pembangunan selokan yang

tertutup dan pembuatan tempat sampah di lokasi yang strategis

adalah salah satu tindakan mitigasi untuk memastikan sampah

tidak dibuang lagi ke selokan atau sungai.

3. Melakukan pendekatan terhadap lembaga donor dan organisasi lain

yang mau membantu

4. Kerjasama dengan media massa. Media massa dapat membantu

masyarakat yang terkena banjir untuk menyebarkan informasi

tentang pengalaman, kondisi dan kebutuhan mereka kepada

khalayak ramai dan meminta bantuan untuk pembangunan

kembali. Kesempatan ini sebaiknya dimanfaatkan oleh masyarakat

dengan menjelaskan sebaik-baiknya tentang situasi dan kebutuhan

mereka. Masyarakat sebaiknya menunjuk seorang juru bicara

untuk mewakili masyarakat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan oleh wartawan.

6. TANAH LONGSOR

Page 29: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,

bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah

atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai

berikut. Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air

tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang

gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak

mengikuti lereng dan keluar lereng.

Upaya Mitigasi Bencana Tanah Longsor

1. Pemetaan

Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi

di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah

kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan

pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana..

2. Pemeriksaan

Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga

dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.

3. Pemantauan

Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara

ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna

dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.

4. Sosialisasi

Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau

Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang

ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain,

mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung

kepada masyarakat dan aparat pemerintah

5. Pemeriksaan bencana longsor

6. Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata

cara penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah

longsor.

Page 30: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

3.b. Geology Hazard Assesment (Penilaian Bencana Alam)

Penilaian Bencana Alam adalah evaluasi terhadap semua unsur yang berhubungan

dengan pengenalan bahaya serta dampaknya.

Bencana, secara istilah dibedakan berdasarkan karakteristik fisik utama:

Penyebab : Alam atau ulah manusia.

Frekuensi : Berapa sering terjadinya.

Durasi : Beberapa durasinya terbatas, seperti pada ledakan, sedang lainnya

mungkin lebih lama seperti banjir dan epidemi.

Kecepatan onset : Bisa muncul mendadak hingga sedikit atau tidak ada

pemberitahuan yang bisa diberikan, atau bertahap seperti pada

banjir (keculi banjir bandang), memungkinkan cukup waktu untuk

pemberitahuan dan mungkin tindakan pencegahan atau peringanan.

Ini mungkin berulang dalam periode waktu tertentu, seperti pada

gempa bumi.

Luasnya dampak : Bisa terbatas dan mengenai hanya area tertentu atau kelompok

masyarakat tertentu, atau menyeluruh mengenai masyarakat luas

mengakibatkan kerusakan merata pelayanan dan fasilitas.

Potensi merusak : Kemampuan penyebab bencana untuk menimbulkan tingkat

kerusakan tertentu (berat, sedang atau ringan) serta jenis (cedera

manusia atau kerusakan harta benda) dari kerusakan.

Terdapat beberapa unsure penilaian, dalam menilai bencana alam, yaitu:

a. Analisa Resiko (Risk)

Besarnya kerugian atau kemungkinanhilangnya (jiwa, korban, kerusakan dankerugian

ekonomi) yang disebabkan olehbahaya tertentu di  suatu daerah pada suatuwaktu

tertentu.

Risiko = Bahaya x KerentananKemampuan

b. Analisa Ancaman atau Bahaya (Hazard)

Page 31: Mid Geo Ling_Charollus Benusu_103305.doc

Suatu kondisi, secara alamiah maupunkarena ulah manusia, yang

berpotensimenimbulkan kerusakan atau kerugiandan kehilangan jiwa manusia.

Bahaya berpotensi menimbulkanbencana, tetapi tidak semua bahayaselalu menjadi

bencana.

c. Kerentanan (Vurnelability)

Sekumpulan kondisi dan atau suatuakibat keadaan (faktor fisik, sosial,ekonomi dan

lingkungan) yangberpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan

penanggulangan bencana.

d. Kemampuan (Capability)

Kekuatan dan potensi yang dimiliki olehperorangan, keluarga dan  masyarakatyang

membuat mereka mampumencegah, mengurangi, siap-siaga,menanggapi dengan cepat atau

segerapulih dari suatu kedaruratan danbencana.