Microsoft Word - Jurnal Tesis Dudy Bagus Prasetyo PSDAL E2F206006 Edit

10
0 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR TAMBANG PT ARUTMIN INDONESIA SATUI MINE DALAM PELAKSANAAN PROGRAM AKU HIMUNG PETANI BANUA * The Factors that Correlated within Participation of Local Society around PT Arutmin Indonesia Satui Mine area in Aku Himung Petani Banua Programme Dudy Bagus Prasetyo 1 , Athaillah Mursyid. 2 , Eka Radiah 3 , Daniel Itta 4 Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Jalan A. Yani Km.36 Banjarbaru (70714) – Kalimantan Selatan [email protected] Abstract The purposes of this research aimed to analyze correlation between social economy factor (income rank and education rank), and culture factor (work ethos) within the participation of local society around PT Arutmin Indonesia Satui Mine area in Aku Himung Petani Banua Programme. This research was conducted in Bukit Baru village Satui district Tanah Bumbu regency and Sei Cuka village Kintap district in Tanah Laut regency – South of Kalimantan province from August to October 2008. The respondents for this research consisted of 33 respondents from 104 persons selected by proportional random sampling on the strength of ethnic group representation which they were joined in Aku Himung Petani Banua Programme. The local society participation rank was analyzed using 3 item activity indicators of participation in Aku Himung Petani Banua Programme, and there are illumination activity, training activity and the local society respons for demploting assistance. Second, the correlation between social economy factors (income rank and education rank), and culture factor (work ethos) within the participation of local society around PT Arutmin Indonesia Satui Mine area in that program were analyzed using spearman rank as applied. The results showed that the participation of local society was in hight rank category at 84,85%. The spearman rank correlation analisys showed that the social economy factors (income rank and education rank), and culture factor (work ethos) were not correlated with the local society participation rank in Aku Himung Petani Banua Programme. Result of this observation estimated that demploting assistance as economy motive was correlated with the participation of local society around PT Arutmin Indonesia Satui Mine area in Aku Himung Petani Banua Programme. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan antara faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan) dan faktor budaya (etos kerja) terhadap tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Penelitian dilaksanakan di Desa Bukit Baru Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu dan Desa Sei Cuka Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan yang dimulai sejak bulan Agustus sampai dengan Oktober 2008. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 33 orang responden dari 104 orang yang terpilih secara proporsional acak berdasarkan keterwakilan kelompok etnis, yaitu masyarakat yang tergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua. Tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang dalam Program Aku Himung Petani Banua diukur melalui 3 indikator partisipasi dalam Program Aku Himung Petani Banua, yaitu kegiatan pelatihan, kegiatan penyuluhan dan respon masyarakat terhadap bantuan demplot. Tujuan kedua, yaitu untuk mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan) dan faktor budaya (etos kerja) dengan tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam program tersebut dengan menggunakan spearman rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat termasuk dalam kategori tinggi. Analisa data dengan menggunakan spearman rank menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor sosial ekonomi dan faktor budaya dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Hasil observasi menduga bahwa bantuan demplot sebagai motif ekonomi yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Kata Kunci : Partisipasi, Masyarakat Sekitar Tambang, Sosial Ekonomi, Budaya (Etos Kerja). * Tesis Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat. 1 Alumni Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Program Universitas Lambung Mangkurat. 2 Ketua Pengelola dan Pengajar pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat. 3 Pengajar pada Fakultas Pertanian dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat. 4 Pengajar pada Fakultas Kehutanan dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat.

Transcript of Microsoft Word - Jurnal Tesis Dudy Bagus Prasetyo PSDAL E2F206006 Edit

Page 1: Microsoft Word - Jurnal Tesis Dudy Bagus Prasetyo PSDAL E2F206006 Edit

0

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR TAMBANG PT ARUTMIN INDONESIA SATUI MINE

DALAM PELAKSANAAN PROGRAM AKU HIMUNG PETANI BANUA*

The Factors that Correlated within Participation of Local Society

around PT Arutmin Indonesia Satui Mine area in Aku Himung Petani Banua Programme

Dudy Bagus Prasetyo1, Athaillah Mursyid.2, Eka Radiah3, Daniel Itta4

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Program Pascasarjana

Universitas Lambung Mangkurat

Jalan A. Yani Km.36 Banjarbaru (70714) – Kalimantan Selatan

[email protected]

Abstract

The purposes of this research aimed to analyze correlation between social economy factor (income rank and education

rank), and culture factor (work ethos) within the participation of local society around PT Arutmin Indonesia Satui Mine

area in Aku Himung Petani Banua Programme. This research was conducted in Bukit Baru village Satui district

Tanah Bumbu regency and Sei Cuka village Kintap district in Tanah Laut regency – South of Kalimantan province from

August to October 2008. The respondents for this research consisted of 33 respondents from 104 persons selected

by proportional random sampling on the strength of ethnic group representation which they were joined in

Aku Himung Petani Banua Programme. The local society participation rank was analyzed using 3 item activity

indicators of participation in Aku Himung Petani Banua Programme, and there are illumination activity, training activity

and the local society respons for demploting assistance. Second, the correlation between social economy factors

(income rank and education rank), and culture factor (work ethos) within the participation of local society around

PT Arutmin Indonesia Satui Mine area in that program were analyzed using spearman rank as applied. The results

showed that the participation of local society was in hight rank category at 84,85%. The spearman rank correlation

analisys showed that the social economy factors (income rank and education rank), and culture factor (work ethos)

were not correlated with the local society participation rank in Aku Himung Petani Banua Programme. Result of this

observation estimated that demploting assistance as economy motive was correlated with the participation of local

society around PT Arutmin Indonesia Satui Mine area in Aku Himung Petani Banua Programme.

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan antara faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan dan tingkat

pendapatan) dan faktor budaya (etos kerja) terhadap tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin

Indonesia dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Penelitian dilaksanakan di Desa Bukit Baru

Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu dan Desa Sei Cuka Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut

Propinsi Kalimantan Selatan yang dimulai sejak bulan Agustus sampai dengan Oktober 2008. Responden dalam

penelitian ini terdiri dari 33 orang responden dari 104 orang yang terpilih secara proporsional acak berdasarkan

keterwakilan kelompok etnis, yaitu masyarakat yang tergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua. Tingkat

partisipasi masyarakat sekitar tambang dalam Program Aku Himung Petani Banua diukur melalui 3 indikator

partisipasi dalam Program Aku Himung Petani Banua, yaitu kegiatan pelatihan, kegiatan penyuluhan dan respon

masyarakat terhadap bantuan demplot. Tujuan kedua, yaitu untuk mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi

(tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan) dan faktor budaya (etos kerja) dengan tingkat partisipasi masyarakat

sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam program tersebut dengan menggunakan spearman rank. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat termasuk dalam kategori tinggi. Analisa data dengan

menggunakan spearman rank menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor sosial ekonomi dan faktor

budaya dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Hasil observasi

menduga bahwa bantuan demplot sebagai motif ekonomi yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat

dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua.

Kata Kunci : Partisipasi, Masyarakat Sekitar Tambang, Sosial Ekonomi, Budaya (Etos Kerja).

* Tesis Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat. 1 Alumni Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Program Universitas Lambung Mangkurat.

2 Ketua Pengelola dan Pengajar pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas

Lambung Mangkurat. 3 Pengajar pada Fakultas Pertanian dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas

Lambung Mangkurat. 4 Pengajar pada Fakultas Kehutanan dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas

Lambung Mangkurat.

Page 2: Microsoft Word - Jurnal Tesis Dudy Bagus Prasetyo PSDAL E2F206006 Edit

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan masyarakat lokal sekitar tambang

mungkin sebuah istilah yang baru bagi kita. Makna-makna

pengembangan masyarakat lokal terkait dengan pelaksanaan

program community development sering dikaitkan dengan

konteks pembangunan yang bertujuan untuk mewujudkan

masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan sosial. Salah-satu

bentuk implementasi pembangunan kesadaran akan pentingnya

kesejahteraan sosial adalah dengan dikenalnya tak lama ini

dengan istilah “community development” atau lazim kita kenal

dengan istilah “Pengembangan Masyarakat”.

Terkait dengan mekanisme pengelolaan sumber daya

alam dan lingkungan, sering kita dengar bahwa masyarakat

dipandang hanyalah sebagai obyek yang menerima resiko

(dampak) dari eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan

manusia. Eksploitasi terhadap sumberdaya alam yang

berlebihan sering menimbulkan dampak-dampak yang

merugikan, di sisi lainnya eksploitasi sumberdaya ini dilakukan

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Contoh riilnya

adalah eksploitasi Batubara yang saat ini sedang marak

dilakukan hampir di seluruh kawasan Indonesia. Kenyataan

menunjukkan bahwa kegiatan ekploitasi tambang batu bara ini

sering menimbulkan banyak konflik kepentingan. Di satu sisi,

sumber daya alam dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan

peningkatan pendapatan daerah (PAD) guna penyelenggaraan

pembangunan (Pusat dan Daerah). Di sisi lainnya, akibat

eksploitasi sumber daya alam mengakibatkan kerusakan pada

alam dan bencana akibat degradasi lingkungan, dan tentunya

masyarakat yang lebih banyak menerima resiko tersebut.

Keadaan ini secara langsung atau tidak langsung akan

mengakibatkan terjadinya eksploitasi kekayaan sumber daya

alam dan ekosistemnya, sehingga pada gilirannya akan memacu

keadaan lingkungan menjadi berada pada taraf membahayakan

kehidupan masyarakat (Hasan, 2001).

Kegiatan pertambangan umumnya beroperasi di daerah

terpencil dan berhimpitan dengan kegiatan masyarakat sehari-

hari. Masalah muncul ketika masyarakat menganggap bahwa

perusahaan telah merebut lahannya, dan kegiatan tambang

menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Keadaan tersebut

seringkali menimbulkan konflik dalam kehidupan masyarakat

lokal. Kedatangan perusahaan pertambangan bahkan sejak

tahap eksplorasi seringkali menimbulkan harapan yang tinggi,

khususnya berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat di

sekitar operasional tambang, baik dalam bentuk penyerapan

tenaga kerja, ketersediaan fasilitas infrastruktur yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar bahkan hingga masalah

peningkatan perekonomian daerah serta kesejahteraan

masyarakat sekitar tambang.

Asumsi yang berkembang selama ini adalah dengan

kekayaan sumber daya alam yang tereksploitasi, maka

semestinya masyarakat akan merasakan manfaat langsung dari

keberadaan perusahaan tambang batu bara beroperasi di

kawasan tersebut. Namun kenyataan menunjukkan hal lain,

yaitu bahwa pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar.

Ternyata di kawasan yang tereksploitasi sumberdaya alamnya

masih banyak ditemui masyarakat yang hidup di bawah garis

kemiskinan. Kemiskinan masyarakat sekitar tambang sering

menjadi issue sosial yang sering menjadi pemicu terjadinya

konflik sosial antara perusahaan dan masyarakat.

Kedatangan perusahaan tambang pada suatu kawasan

memicu terjadinya perubahan sosial dalam kehidupan

masyarakat lokal. Kebiasaan (pola hidup) masyarakat sekitar

tambang yang senantiasa menggantungkan hidup pada alam

dengan bekerja sebagai Petani atau Peladang berubah drastis

seiring dengan perubahan sosial yang terjadi di kawasan yang

menjadi pusat operasional tambang. Perubahan yang sangat

mencolok dan dapat dilihat adalah perubahan pergeseran pola

hidup (kebiasaan) masyarakat. Semula pola hidup masyarakat

bersifat tradisional dan banyak bergantung dengan alam

berubah drastis menjadi masyarakat yang terkontaminasi

modernitas perusahaan. Akibatnya, mereka banyak

terpinggirkan karena tidak mampu bersaing dengan masyarakat

pendatang untuk memperoleh pekerjaan. Kehidupan mereka

semakin terpinggirkan tatkala sebagian lahan tempat mereka

menggantungkan hidup telah beralih fungsi menjadi areal

pertambangan. Fenomena ini sering tidak terpikirkan atau

dipandang hanya sebelah mata oleh pihak-pihak terkait. Ketika

semua masalah terakumulasi maka keadaan ini berubah

menjadi sebuah issue pemicu terjadinya konflik (baik vertikal

dan horizontal) dari berbagai pihak yang berkepentingan

dengan kelancaran operasional tambang di kawasan tersebut.

Untuk menjembatani berbagai kepentingan berbagai

pihak, seperti Pemerintah, Pengusaha (Pihak Swasta) dan

masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam di daerah

maka dikumandangkanlah issue tanggungjawab sosial dan

lingkungan, atau lazim dikenal dengan istilah CSR (Corporate

Social Responbility) di lingkungan perusaahaan operasional

pertambangan. Salah-satu bentuk konsep pelaksanaannya

adalah Program Aku Himung Petani Banua yang dilaksanakan

oleh PT Arutmin Indonesia Satui Mine. Dilaksanakannya

Program Aku Himung Petani Banua ini mengandung harapan,

yaitu dapat membuka akses peluang (kesempatan) kepada

masyarakat untuk menggeluti kembali pekerjaan mereka yang

sebelumnya pernah mereka tinggalkan, yaitu sebagai Petani

(Peladang) di sektor pertanian dan di sektor lainnya, seperti :

perikanan dan peternakan.

Keberhasilan pelaksanaan Program Aku Himung Petani

Banua akan tercapai apabila masyarakat berpartisipasi aktif

dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam program

tersebut. Keberagaman tingkat partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan program tersebut merupakan suatu permasalahan

yang perlu diteliti lebih mendalam. Untuk itu, perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut yang diharapkan dapat memberikan

gambaran yang jelas tentang tingkat partisipasi masyarakat

sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam

pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Sehingga

tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Aku Himung

Petani Banua diduga memiliki hubungan dengan faktor sosial

ekonomi dan faktor budaya (etos kerja) masyarakat sekitar

tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine.

Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan, sebagai

berikut :

1. Sejauhmana tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang

PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan

Program Aku Himung Petani Banua.

2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat

partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin

Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku

Himung Petani Banua.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dirumuskan, sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat sekitar

tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine dalam

pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua.

2. Untuk mengetahui apakah faktor sosial ekonomi yang

meliputi variabel pendapatan dan pendidikan, serta faktor

budaya (Etos Kerja) yang berhubungan dengan tingkat

partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku

Himung Petani Banua.

Hipotesis

1. Diduga tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang

dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

PT Arutmin Indonesia Satui Mine masih rendah.

2. Diduga :

a. Terdapat hubungan antara faktor sosial ekonomi

masyarakat (tingkat pendidikan, tingkat pendapatan

masyarakat sekitar tambang dengan tingkat partisipasi

masyarakat.

Page 3: Microsoft Word - Jurnal Tesis Dudy Bagus Prasetyo PSDAL E2F206006 Edit

2

b. Terdapat hubungan faktor budaya (Etos Kerja)

masyarakat sekitar tambang dengan tingkat partisipasi

masyarakat.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Bukit Baru Kecamatan Satui

Kabupaten Tanah Bumbu dan Desa Sei Cuka Kecamatan Kintap

Kabupaten Tanah Laut yang merupakan wilayah tambang

PT Arutmin Indonesia Satui Mine yang menjadi kawasan

pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Penelitian

dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu pada bulan Agustus s.d

Oktober 2008.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa

data sekunder dan primer. Data primer adalah data yang

bersumber langsung dari masyarakat sekitar tambang batubara

PT Arutmin Indonesia Satui Mine yang kawasan tempat

tinggalnya menjadi basis pelaksanaan Program Aku Himung

Petani Banua yang didapatkan melalui teknik wawancara

terstruktur (menggunakan kuesioner), sedangkan data

sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber,

seperti hasil-hasil penelitian, studi pustaka dan informasi dari

lembaga terkait.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan metode survei. Jenis data

yang dikumpulkan terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data yang bersumber

langsung dari masyarakat sekitar tambang batubara PT Arutmin

Indonesia Satui Mine yang kawasan tempat tinggalnya menjadi

basis pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua yang

didapatkan melalui teknik wawancara terstruktur

(menggunakan kuesioner), sedangkan data sekunder adalah

data yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti hasil-hasil

penelitian, studi pustaka dan informasi dari lembaga terkait.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

survei. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar

tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine yang terdaftar

sebagai peserta binaan dalam Program Aku Himung Petani

Banua sebanyak 104 orang yang berdomisili di 2 (dua) lokasi

yang menjadi obyek penelitian.

Sampel

Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah

Proporsional Random Sampling terhadap sampel berdasarkan

kelompok etnis (suku) dengan menerapkan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Menghitung jumlah populasi masyarakat sekitar tambang

PT Arutmin Indonesia Satui Mine yang selama ini menjadi

anggota binaan (peserta) Program Aku Himung Petani

Banua.

b. Menentukan besarnya sampel secara acak berimbang

(proportional random sampling) dengan tujuan untuk

menentukan keterwakilan dari masing-masing kelompok

yang akan diteliti.

c. Penentuan anggota sampel sebesar 30% disesuaikan

dengan jumlah sampel pada tiap kelompok sampel. Hal ini

sesuai dengan pendapat Arikunto (2003) yang

menjelaskan bahwa jika peneliti mempunyai beberapa ratus

subyek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang

lebih 25% – 30% dari jumlah subyek tersebut.

Definisi Operasional

Untuk memperoleh batasan yang jelas serta memudahkan

dalam pengukuran variabel penelitian yang akan dilaksanakan

secara rinci pada uraian berikut :

1. Tingkat partisipasi masyarakat adalah tingkat keikutsertaan

masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia dalam

pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua dengan

indikator :

1) Tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan

pelatihan.

2) Tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan

penyuluhan.

3) Respon masyarakat terhadap bantuan Tehnis Demplot

yang diberikan dalam pelaksanaan Program Aku

Himung Petani Banua.

2. Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat meliputi :

1) Tingkat pendapatan masyarakat, yaitu pendapatan rata-

rata rumah tangga per bulan.

• Dikategorikan Tinggi, apabila pendapatan rata-rata

per bulan yang diperoleh responden ≥ Rp.500.000,-

per bulan.

• Dikategorikan Rendah, apabila pendapatan rata-rata

per bulan yang diperoleh responden < Rp.500.000,-

per bulan.

2) Tingkat pendidikan masyarakat, yaitu jenjang pendidikan

formal yang pernah ditempuh oleh masyarakat.

• Dikategorikan Tinggi, apabila responden pernah

menempuh pendidikan formal yaitu pernah masuk

SLTP/ Tamat SLTP, atau pernah mengikuti pendidikan

Paket B, dan/ atau pernah masuk SLTA/ Tamat SLTA

atau pernah mengikuti pendidikan Paket C.

• Dikategorikan Rendah, apabila responden pernah

menempuh pendidikan formal yaitu masuk SD/ Tamat

SD, atau pernah mengikuti pendidikan Paket A.

3. Faktor Budaya, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan nilai-

nilai etos kerja masyarakat. Dari 37 sifat yang

mencerminkan etos kerja yang baik (Sinamo, 2005) hanya

dipilih 6 (enam) sifat etos kerja, yaitu :

1) Motivasi, yaitu motif (tujuan) atau latar belakang minat

masyarakat bergabung dalam Program Aku Himung

Petani Banua.

2) Keaktifan, yaitu berkaitan keaktifan masyarakat dalam

pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua.

3) Konsistensi, yaitu kesanggupan responden untuk

mematuhi ketentuan dan mekanisme yang berlaku

dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua.

4) Kerjasama, yaitu kemauan untuk bekerjasama selama

mengikuti pelaksanaan Program Aku Himung Petani

Banua.

5) Semangat, yaitu antusiasme masyarakat terhadap

berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam Program

Aku Himung Petani Banua.

6) Tepat Waktu, yaitu ketepatan waktu untuk menghadiri

seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan

Program Aku Himung Petani Banua.

Untuk pengukuran variabel faktor budaya (Etos Kerja)

dilakukan dengan menghitung total skor jawaban

responden pada beberapa pertanyaan yang terkait dengan

etos kerja masyarakat sebagaimana dilakukan sama untuk

tingkat partisipasi masyarakat, dan diklasifikasikan

ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu :

• Dikategorikan Tinggi, apabila persentase rata-rata

responden ternyata lebih dari > 70%.

• Dikategorikan Tinggi, apabila persentase rata-rata

responden ternyata lebih dari ≤ 70%.

Pengolahan dan Analisa Data

1. Tujuan Pertama, yaitu untuk mengetahui tingkat partisipasi

masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui

Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani

Banua mengunakan rumus (Hadi, 2004) :

TPM = ∑ Nilai Rata-Rata Skor Yang Didapat x 100% ∑ Nilai Rata-Rata Skor Ideal

Untuk penarikan kesimpulan, maka hasil analisis tersebut

dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori dengan kriteria

(Hartono, 2006) :

Page 4: Microsoft Word - Jurnal Tesis Dudy Bagus Prasetyo PSDAL E2F206006 Edit

3

1) Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

Program Aku Himung Petani Banua tergolong Tinggi,

jika tingkat partisipasinya > 70%.

2) Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

Program Aku Himung Petani Banua tergolong Rendah,

jika tingkat partisipasi yang diperoleh ≤ 70%.

2. Untuk menjawab tujuan kedua, yaitu mengetahui hubungan

antara faktor sosial ekonomi yang meliputi variabel

pendapatan dan pendidikan, serta faktor budaya (etos

kerja) yang berhubungan dengan tingkat partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung

Petani Banua dilakukan dengan menggunakan uji korelasi

tata jenjang (Rank Spearman) berdasarkan nomor urut atau

peringkat distribusi masing-masing faktor.

Langkah-langkah perhitungan yang harus

dilaksanakan adalah pertama-tama mengurutkan atau

meranking nilai-nilai dari hasil pengamatan. Misalnya dari

penelitian didapat pasangan data (X1, Y1), (X2,Y2),...(Xn,Yn).

Nilai-nilai variabel X1 kemudian disusun menurut besarnya

nilai dari sikap variabel yang terbesar dari rank 1, terbesar

kedua diberi rank 2, tebesar ketiga diberi rank 3, dan

seterusnya sampai pada nilai terkecil yang diberi rank n,

demikian juga untuk variabel Y.

Apabila dari data hasil pengamatan setelah diranking

ternyata banyak yang bernilai sama, artinya ada rank yang

sama baik pada rank X, maupun rank Y, maka perhitungan

koefisien rank Spearman dilaksanakan melalui perhitungan

(Hadi, 2004), sebagai berikut :

rs =

∑ ∑

∑ ∑ ∑++

22

222

X2

di Y X

Y

Keterangan :

∑ ∑= TX - 12

n - n X

32

∑ ∑= TY - 12

n - n Y

32

T = 12

t-t 3

Di mana :

t = banyaknya observasi yang berangka sama/seri pada

suatu ranking tertentu.

T = Faktor koreksi yang berangka sama pada suatu ranking

Tertentu.

Hipotesis pengujian disusun sebagai berikut :

H0 : rs = 0

H1 : rs ≠ 0

Kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

1. H0 ditolak, apabila |rshitung| > rtabel (5%)

2. H1 : diterima, apabila |rshitung| ≤ rtabel (5%)

Untuk pengujian koefisien korelasi Spearman jika sampel

yang digunakan ≥ 10 dapat digunakan tabel t, dimana nilai t

sampel dapat dihitung dengan rumus (Hadi, 2004) :

t = rs

2r - 1

2 - N

Di mana : rs = Koefisien korelasi rank Spearman

N = Jumlah pasangan (rank)

Kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

1. H0 = ditolak, apabila |thitung| > ttabel (5%)

2. H1 = diterima, apabila |thitung| ≤ ttabel (5%)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 104 orang,

yang diambil secara purposive random sampling terdiri

dari 33 orang anggota masyarakat peserta binaan dalam

Program Aku Himung Petani Banua. Dari hasil wawancara

menunjukkan bahwa masing-masing responden memiliki

karakteristik yang cukup beragam. Identitas responden dapat

diuraikan, sebagai berikut :

1. Jenis Kelamin

Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Responden Persentase

� Laki-Laki 27 81,81

� Perempuan 6 18,19

Jumlah 33 100

Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Dari data pada Tabel 1 diatas terdapat sebanyak

27 orang atau 18,18 % responden berjenis kelamin

perempuan dan sebanyak 6 orang atau 81,82 % responden

berjenis kelamin laki-laki. Data di atas mengindikasikan

bahwa ternyata Program Aku Himung Petani Banua lebih

banyak melibakan masyarakat berjenis kelamin laki-laki

dibandingkan perempuan. Tingginya persentase laki-laki

daripada perempuan dalam pelaksanaan Program Aku

Himung Petani Banua karenakan lebih banyak masyarakat

berjenis kelamin laki-laki yang terlibat aktif dalam program

tersebut bila dibandingkan yang berjenis perempuan. Hal ini

terjadi karena kaum laki-laki memposisikan diri mereka

sebagai kepala rumah tangga yang harus bekerja dan

mencari penghidupan yang layak untuk memenuhi

kebutuhan rumah tangganya, dan karena itulah mereka

terdorong bergabung dalam Program Aku Himung Petani

Banua untuk merubah kehidupannya.

2. Umur

Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur

Umur Responden Persentase

11 – 20 1 3,03

21 – 30 10 30,30

31 – 40 11 33,33

41 – 50 5 15,15

51 – 60 3 9,09

61 – 70 3 9,09

Jumlah 33 100

Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Secara umum Tabel 2 menunjukkan dari

33 responden yang diteliti masih termasuk ke dalam

kelompok berusia produktif (usia kerja), yaitu diantara

umur 17 s/d 50 tahun, dan sebagian kecil responden

berusia lanjut.

3. Tingkat Pendidikan

Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Jenjang Pendidikan Formal Responden Persentase

� Tidak Pernah Sekolah 1 3,03

� SD / Tidak Tamat SD, atau

Kejar Paket A

24 72,73

� SLTP / Tidak Tamat SLTP,

atau Kejar Paket B

5 15,15

� SLTA / Tidak Tamat SLTA,

atau Kejar Paket C

3 9,09

Jumlah 33 100

Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak

8 (delapan) orang atau 24,25% masyarakat pernah

menempuh pendidikan SLTP / Tidak Tamat SLTP, atau

Kejar Paket B dan SLTA / Tidak Tamat SLTA, atau Kejar

Paket C. Sedangkan lainnya sebanyak 25 orang atau 75,75%

hanya pernah menempuh pendidikan SD / Tidak Tamat SD,

atau Kejar Paket A dan termasuk mereka yang tidak pernah

menempuh pendidikan formal sama sekali.

Page 5: Microsoft Word - Jurnal Tesis Dudy Bagus Prasetyo PSDAL E2F206006 Edit

4

4. Tingkat Pendapatan

Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Tingkat

Pendapatan

Pendapatan per Bulan Responden Persentase

� ≥ Rp.500.000,- per bulan 24 72,7

� < Rp.500.000,- per bulan 9 27,3

Jumlah 33 100

Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Pada Tabel 4 menunjukkan terdapat sebanyak

24 orang (72,7%) masyarakat memiliki pendapatan rata-

rata ≥ Rp.500.000,- per bulan, sedangkan lainnya sebanyak

9 orang (27,3%) masyarakat memiliki pendapatan rata-rata

≥ Rp.500.000,- per bulan. Data diatas mengindikasikan

tingkat pendapatan rata-rata masyarakat termasuk dalam

kategori tinggi. Karena tingkat pendapatan masyarakat

rata-rata per bulan di atas Rp.500.000,-.

Tingginya pendapatan rata-rata per bulan

masyarakat karena banyaknya masyarakat yang bekerja

tidak pada satu jenis pekerjaan saja. Misalnya, mereka yang

bekerja sebagai petani juga memiliki pekerjaan sampingan

sebagai pedagang sayur-mayur di pasar Sungai Danau, atau

ada juga yang merangkap bekerja sebagai buruh bangunan

atau tenaga harian lepas pada perusahaan-perusahaan

di sekitar desanya, dan sebagainya. Hal ini mengindikasikan

bahwa ternyata masyarakat sekitar tambang PT Arutmin

Indonesia Satui Mine tidak saja bekerja pada satu bidang

pekerjaan saja namun mereka juga memiliki pekerjaan

sampingan lain sehingga dengan pekerjaannya itu mereka

dapat memperoleh pendapatan rata-rata lebih dari

Rp.500.000,- pada tiap bulannya.

5. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden, yaitu jenis mata

pencaharian yang digeluti masyarakat setiap hari dan

menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya

sehari-hari. Distribusi responden menurut jenis pekerjaan

dapat dilihat pada Tabel 5, sebagai berikut :

Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

� Petani / Peternak / Nelayan 25 75,7

� Pekerja Kayu Sibitan /

Buruh 2 6,1

� Lain-Lain 6 18,2

Jumlah 33 100

Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Pada Tabel 4 terlihat bahwa sebanyak 25 orang atau

75,7% memiliki pekerjaan sebagai petani, peternak dan

pembudidaya ikan (Nelayan), sebanyak 2 (dua) orang atau

6,1% bekerja sebagai pengumpul sibitan kayu ulin dan

sebanyak 6 (enam) orang atau 18,2% bekerja tidak tetap

atau tidak jelas apa pekerjaannya.

6. Kelompok Etnis (Suku)

Tabel 6 Distribusi Responden Menurut Kelompok Etnis

(Suku)

Etnis Bukit Baru Sei Cuka Jumlah Persentase

Jawa 2 15 17 51,52

Banjar 7 4 11 33,33

Sunda - 2 2 6,06

Bugis - 1 1 3,03

Batak - 1 1 3,03

Flores 1 - 1 3,03

Jumlah 9 24 33 100

Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Pada Tabel 6 terlihat bahwa masyarakat peserta

Program Aku Himung Petani Banua terdiri dari beberapa

kelompok etnis (suku) yang beragam. Dapat dilihat pada

Tabel 8 bahwa terdapat kelompok etnis (suku) Jawa

sebanyak 17 orang atau 51,52%, suku Banjar sebanyak

11 orang atau 33,33%, suku Sunda sebanyak 2 orang atau

6,06%, dan untuk suku Bugis, Batak serta Flores masing-

masing sebanyak 1 orang atau 3,03%.

Data di atas menunjukkan bahwa masyarakat dari

kelompok etnis (suku) Jawa lebih banyak daripada

kelompok etnis Banjar, Sunda, Batak dan Flores. Tingginya

populasi kelompok etnis Jawa dibandingkan kelompok etnis

(suku) lainnya karena pada 2 (dua) lokasi penelitian

tersebut adalah merupakan kawasan transmigrasi yang

umumnya didatangkan dari pulau Jawa sehingga mayoritas

penduduknya lebih banyak yang beretnis (suku) Jawa dan

telah lama menetap di kawasan tersebut hingga sekarang.

Partisipasi Masyarakat

dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

Program Aku Himung Petani Banua adalah derajat keterlibatan

aktif atau keikutsertaan seorang atau sekelompok masyarakat

sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satu Mine dalam

pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Tingkat

partisipasi dihitung berdasarkan skor partisipasi masyarakat

dalam kegiatan pelatihan, kegiatan penyuluhan dan tanggapan

masyarakat terhadap bantuan demplot. Nilai skor kriteria

tingkat partisipasi digolongkan menjadi tingkat partisipasi

rendah dan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data,

sebagai berikut :

Tabel 7 Tingkat Partisipasi Masyarakat

Tingkat Partisipasi Nilai

Yang

Didapat

Nilai

Ideal Persentase Kategori

- Pelatihan 5,61 7 80,09 Tinggi

- Penyuluhan 7,09 9 78,79 Tinggi

- Bantuan Demplot 7,67 8 95,83 Tinggi

�� 6,79 8 84,85 Tinggi

Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Berdasarkan hasil penelitian, skor yang didapat pada

3 (tiga) komponen kegiatan partisipasi masyarakat dalam

Program Aku Himung Petani Banua adalah didapat rata-rata

sebesar 6,79 dengan skor ideal 8, sehingga diperoleh persentase

skor sebesar 84,85%. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan

maka nilai persentase di atas termasuk kategori tinggi.

Tingginya tingkat partisipasi masyarakat tersebut ditunjukkan

dengan data pada Tabel 7 di atas bahwa lebih dari 50%

masyarakat terlibat langsung dan berperan aktif dalam seluruh

kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani

Banua.

Hipotesis sebelumnya dinyatakan bahwa tingkat

partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung

Petani Banua masih rendah. Namun hasil penelitian justru

menunjukkan hal yang berbeda. Hasil penelitian justru

menunjukkan bahwa menolak hipotesis awal, yakni tingkat

partisipasi masyarakat termasuk kategori rendah. Partisipasi

masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine

dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua diukur

dari tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan penyuluhan,

pelatihan, dan penerimaan bantuan demplot5.

Hasil penghitungan skor tingkat partisipasi masyarakat

diperoleh nilai skor masing-masing sebesar 80,09% dan 78,79%

pada indikator tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan

pelatihan dan penyuluhan, sedangkan pada indikator tanggapan

masyarakat terhadap bantuan demplot diperoleh skor sebesar

95,83%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kehadiran

masyarakat dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan serta

respon yang diberikan masyarakat terhadap bantuan demplot

termasuk dalam kategori tinggi. Tingginya persentase yang

diperoleh dari ketiga indikator terebut menjadi indikasi bahwa

tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku

Himung Petani Banua termasuk dalam kategori tinggi.

Tingginya tingkat kehadiran masyarakat dalam

pelaksanaan kegiatan pelatihan didorong oleh inisiatif dari diri

petani itu sendiri untuk menambah pengetahuan yang

berhubungan dengan usaha budidaya yang dilakukannya. Selain

itu, karena adanya keinginan (kemauan) mereka untuk

5 Demplot adalah demontration plot atau kegiatan demontrasi percontohan

petak lahan.

Page 6: Microsoft Word - Jurnal Tesis Dudy Bagus Prasetyo PSDAL E2F206006 Edit

memperbaiki usaha tani yang telah mereka tekuni selama ini.

Dengan mengikuti kegiatan pelatihan dan penyuluhan tersebut

mereka dapat memperoleh tambahan pengetahuan yang

dirasakan bermanfaat bagi usaha budidaya pertanian yang

dilakukannya. Materi-materi pelatihan yang diberikan dalam

kegiatan tersebut, meliputi :

� Tehnis Budidaya Pertanian Tanaman Pangan dan Tanaman

Tahunan

� Tehnis Budidaya Perikanan Keramba dan Jala Apung

� Tehnis Budidaya Peternakan Sapi Potong, Ayam Broiller

dan Ayam Petelur

� Tehnis Pengolahan Limbah Kotoran Sapi Untuk Tehnologi

Biogas, dan ;

� Tehnis Manajemen Usaha Ekonomi Produksi Pertanian

Terpadu.

Pada kegiatan pelatihan terungkap bahwa tingkat

kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan termasuk

tinggi, yaitu 69,7%, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 1. Dalam setiap pertemuan yang dilaksanakan mereka

selalu aktif mengajukan berbagai pertanyaan mengenai materi

yang disampaikan dalam kegiatan pelatihan tersebut. Mereka

juga aktif menyampaikan setiap masalah yang mereka hadapi di

lapangan. Dengan dilaksanakannya kegiatan pelatihan tersebut

mereka mengharapkan adanya pemecahan terhadap masal

masalah yang terkait dengan usaha budidaya yang ditekuninya.

Hal positif lainnya adalah mereka dapat saling bertukar

informasi dan pengalaman dengan anggota masyarakat dari

wilayah lainnya terhadap beberapa permasalahan usaha

budidaya yang pernah mereka alami sebelumnya. Kondisi inilah

yang mendorong mereka ingin bergabung dalam

Himung Petani Banua dan selalu menghadiri kegiatan

pelatihan yang dilaksanakan dalam program tersebut.

Gambar 1 Tingkat Kehadiran Masyarakat Dalam

Gambar 1 menunjukkan bahwa tingkat kehadiran

masyarakat dalam kegiatan pelatihan tergolong tinggi, dimana

terdapat 23 orang atau 69,7% menunjukkan tingkat kehadiran

yang tinggi dalam kegiatan pelatihan.

Tingginya tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan

pelatihan dikarenakan umumnya masyarakat sekitar tambang

PT Arutmin Indonesia Satui Mine

terstimulasi untuk mengikuti kegiatan pelatihan, karena mereka

ingin belajar dan ingin mengetahui materi

diberikan dalam kegiatan pelatihan tersebut. Alasannya adalah

mereka ingin mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru

sesuai sektor kegiatan yang diikutinya. Harapannya adalah

dengan materi pelatihan yang diperolehnya maka mereka

pengetahuan dan pengalaman mereka akan bertambah sehingga

produkvitas lahannya akan lebih meningkat di masa yang akan

datang. Kondisi inilah yang mendorong keinginan kuat mereka

untuk bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua

selalu menghadiri kegiatan-kegiatan pelati

dilaksanakan dalam program tersebut. Hal ini sesuai pendapat

Djatmiko, et.al. (2003) yang mengatakan

masyarakat dipengaruhi kemampuan dan

untuk berpartisipasi dalam program.

Terungkap bahwa sebelum mereka bergabung dalam

Program Aku Himung Petani Banua, ternyata banyak di antara

mereka atau para petani sekitar tambang sering mengalami

gagal panen. Hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan

tentang tehnis budidaya mereka selam

mendapatkan hasil panenan ternyata usaha budidaya pertanian

yang mereka tekuni semakin terpuruk karena terjerat hutang

Saprodi (sarana produksi pertanian) dengan para tengkulak.

Akibatnya, harga panen yang mereka peroleh sering

dipermainkan oleh para tengkulak kare

69,7%

30,3% Kategori Tinggi, sebanyak

23 OrangKategori Rendah, Sebanyak

10 Orang

memperbaiki usaha tani yang telah mereka tekuni selama ini.

Dengan mengikuti kegiatan pelatihan dan penyuluhan tersebut

an pengetahuan yang

dirasakan bermanfaat bagi usaha budidaya pertanian yang

materi pelatihan yang diberikan dalam

Tehnis Budidaya Pertanian Tanaman Pangan dan Tanaman

Keramba dan Jala Apung

Tehnis Budidaya Peternakan Sapi Potong, Ayam Broiller

Tehnis Pengolahan Limbah Kotoran Sapi Untuk Tehnologi

Tehnis Manajemen Usaha Ekonomi Produksi Pertanian

Pada kegiatan pelatihan terungkap bahwa tingkat

kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan termasuk

tinggi, yaitu 69,7%, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 1. Dalam setiap pertemuan yang dilaksanakan mereka

tanyaan mengenai materi

yang disampaikan dalam kegiatan pelatihan tersebut. Mereka

juga aktif menyampaikan setiap masalah yang mereka hadapi di

lapangan. Dengan dilaksanakannya kegiatan pelatihan tersebut

mereka mengharapkan adanya pemecahan terhadap masalah-

masalah yang terkait dengan usaha budidaya yang ditekuninya.

Hal positif lainnya adalah mereka dapat saling bertukar

informasi dan pengalaman dengan anggota masyarakat dari

wilayah lainnya terhadap beberapa permasalahan usaha

alami sebelumnya. Kondisi inilah

yang mendorong mereka ingin bergabung dalam Program Aku

dan selalu menghadiri kegiatan-kegiatan

pelatihan yang dilaksanakan dalam program tersebut.

Kehadiran Masyarakat Dalam Kegiatan Pelatihan

Gambar 1 menunjukkan bahwa tingkat kehadiran

masyarakat dalam kegiatan pelatihan tergolong tinggi, dimana

terdapat 23 orang atau 69,7% menunjukkan tingkat kehadiran

syarakat dalam kegiatan

pelatihan dikarenakan umumnya masyarakat sekitar tambang

merasa tertarik dan

terstimulasi untuk mengikuti kegiatan pelatihan, karena mereka

ingin belajar dan ingin mengetahui materi-materi apa saja yang

diberikan dalam kegiatan pelatihan tersebut. Alasannya adalah

mereka ingin mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru

sesuai sektor kegiatan yang diikutinya. Harapannya adalah

dengan materi pelatihan yang diperolehnya maka mereka

aman mereka akan bertambah sehingga

produkvitas lahannya akan lebih meningkat di masa yang akan

datang. Kondisi inilah yang mendorong keinginan kuat mereka

Program Aku Himung Petani Banua dan

kegiatan pelatihan yang

dilaksanakan dalam program tersebut. Hal ini sesuai pendapat

yang mengatakan bahwa partisipasi

dan kemauan mereka

Terungkap bahwa sebelum mereka bergabung dalam

, ternyata banyak di antara

mereka atau para petani sekitar tambang sering mengalami

gagal panen. Hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan

tentang tehnis budidaya mereka selama ini. Selain tidak

mendapatkan hasil panenan ternyata usaha budidaya pertanian

yang mereka tekuni semakin terpuruk karena terjerat hutang

Saprodi (sarana produksi pertanian) dengan para tengkulak.

Akibatnya, harga panen yang mereka peroleh sering

lak karena mereka harus

membayar modal usaha pertanian yang telah diinvestasikan

oleh para tengkulak tersebut. Permasalahan inilah yang menjadi

perhatian PT Arutmin Indonesia Satui Mine untuk memecahkan

kesulitan masyarakat sekitar tam

bekerja di sektor pertanian. Salah

dilakukan adalah dengan melaksanakan sebuah program

pengembangan masyarakat

Program Aku Himung Petani Banua.

kegiatannya untuk membantu dan memberikan pendampingan

tehnis kepada masyarakat sekitar tambang terutama untuk

mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para

petani.

Komponen lain yang digunakan indikator untuk

mengukur tingkat partisipasi masyarakat adalah

kehadiran masyarakat dalam kegiatan penyuluhan. Terungkap

bahwa tingkat kehadiran yang masyarakat dalam kegiatan

pelatihan termasuk tinggi, yaitu 67,7%, dan lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 2, sebagai berikut :

Gambar 2 Tingkat Kehadiran Masyarakat Dalam Kegiatan

Gambar 2 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak

22 orang atau 66,7% masyarakat menyatakan bahwa mereka

sering menghadiri kegiatan penyuluhan pada tiap minggunya.

Data di atas menjadi indikasi bah

masyarakat dalam kegiatan penyuluhan masih termasuk dalam

kategori tinggi.

Informasi yang didapatkan bahwa kegiatan penyuluhan

rutin dilaksanakan 2 (dua) kali dalam sebulan, dan kegiatan

tersebut dilaksanakan terjadwal pada k

oleh tim pendamping tehnis yang disediakan oleh PT Arutmin

Indonesia Satui Mine. Hal ini dilakukan karena ternyata

masyarakat sekitar tambang yang umumnya bekerja sebagai

petani tidak pernah menerima kunjungan dari petugas PPL

(Penyuluh Pertanian Lapangan) dari instansi pemerintah

setempat. Untuk mengatasi masalah tersebut maka PT Arutmin

Indonesia Satui Mine melakukan kerjasama dengan Fakultas

Pertanian dan Fakultas Perikanan Universitas Lambung

Mangkurat untuk mengatasi permasalahan te

pendamping tehnis ini memiliki tugas dan tanggungjawab

memberikan saran dan bantuan tehnis pembinaan kepada

masyarakat terkait dengan sektor kegiatan dalam

Himung Petani.

Tingginya tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan

penyuluhan karena mereka merasa tertarik perlu

menyampaikan segala permasalahan yang dihadapi dalam

kegiatan penyuluhan terutama yang terkait dengan usaha

budidaya yang dilakukannya. Alasannya, karena i

mempelajari materi dan pengetahuan dari para pendamping

tehnis dan sekaligus menerapkannya di lahan yang mereka

miliki. Ada indikasi bahwa mereka berkeinginan hadir dalam

kegiatan penyuluhan karena mereka tidak ingin gagal panen lagi

seperti saat mereka belum tergabung dalam program tersebut.

Tingginya kehadiran masyarakat pada kegiatan

penyuluhan tersebut memicu peningkatan pengetahuan

terhadap materi penyuluhan yang diberikan, dan pada

gilirannya dapat meningkatkan partisipasi terhadap

pelaksanaan program. Hal tersebut menunjukkan indikasi

bahwa intensitas komunikasi masyarakat dalam kegiatan

penyuluhan dengan para Tenaga Pendamping Tehnis

Aku Himung Petani

diri masyarakat untuk semakin meningkatkan peng

Faktor sosial yang juga penting agar terjadi partisipasi adalah

komunikasi (Dwiyanti, 2005)

bahwa kehidupan manusia di masyarakat ditandai oleh

dinamika komunikasi, kita bertukar informasi, gagasan dan

pikiran melalui komu

Kategori Tinggi, sebanyak

23 OrangKategori Rendah, Sebanyak

10 Orang

33,3%

5

membayar modal usaha pertanian yang telah diinvestasikan

oleh para tengkulak tersebut. Permasalahan inilah yang menjadi

perhatian PT Arutmin Indonesia Satui Mine untuk memecahkan

kesulitan masyarakat sekitar tambang yang sebagian besar

bekerja di sektor pertanian. Salah-satu upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan melaksanakan sebuah program

pengembangan masyarakat (community development), yaitu

Program Aku Himung Petani Banua. Program ini memfokuskan

a untuk membantu dan memberikan pendampingan

tehnis kepada masyarakat sekitar tambang terutama untuk

mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para

Komponen lain yang digunakan indikator untuk

mengukur tingkat partisipasi masyarakat adalah tingkat

kehadiran masyarakat dalam kegiatan penyuluhan. Terungkap

bahwa tingkat kehadiran yang masyarakat dalam kegiatan

pelatihan termasuk tinggi, yaitu 67,7%, dan lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 2, sebagai berikut :

Kehadiran Masyarakat Dalam Kegiatan Penyuluhan

Gambar 2 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak

22 orang atau 66,7% masyarakat menyatakan bahwa mereka

sering menghadiri kegiatan penyuluhan pada tiap minggunya.

Data di atas menjadi indikasi bahwa ternyata tingkat kehadiran

masyarakat dalam kegiatan penyuluhan masih termasuk dalam

Informasi yang didapatkan bahwa kegiatan penyuluhan

rutin dilaksanakan 2 (dua) kali dalam sebulan, dan kegiatan

tersebut dilaksanakan terjadwal pada kelompok tani binaan

oleh tim pendamping tehnis yang disediakan oleh PT Arutmin

Indonesia Satui Mine. Hal ini dilakukan karena ternyata

masyarakat sekitar tambang yang umumnya bekerja sebagai

petani tidak pernah menerima kunjungan dari petugas PPL

Pertanian Lapangan) dari instansi pemerintah

setempat. Untuk mengatasi masalah tersebut maka PT Arutmin

Indonesia Satui Mine melakukan kerjasama dengan Fakultas

Pertanian dan Fakultas Perikanan Universitas Lambung

Mangkurat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tim

pendamping tehnis ini memiliki tugas dan tanggungjawab

memberikan saran dan bantuan tehnis pembinaan kepada

masyarakat terkait dengan sektor kegiatan dalam Program Aku

Tingginya tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan

penyuluhan karena mereka merasa tertarik perlu

menyampaikan segala permasalahan yang dihadapi dalam

kegiatan penyuluhan terutama yang terkait dengan usaha

budidaya yang dilakukannya. Alasannya, karena ingin

mempelajari materi dan pengetahuan dari para pendamping

tehnis dan sekaligus menerapkannya di lahan yang mereka

miliki. Ada indikasi bahwa mereka berkeinginan hadir dalam

kegiatan penyuluhan karena mereka tidak ingin gagal panen lagi

ka belum tergabung dalam program tersebut.

Tingginya kehadiran masyarakat pada kegiatan

penyuluhan tersebut memicu peningkatan pengetahuan

terhadap materi penyuluhan yang diberikan, dan pada

gilirannya dapat meningkatkan partisipasi terhadap

rogram. Hal tersebut menunjukkan indikasi

bahwa intensitas komunikasi masyarakat dalam kegiatan

penyuluhan dengan para Tenaga Pendamping Tehnis Program

Aku Himung Petani dapat memicu timbulnya perubahan dalam

diri masyarakat untuk semakin meningkatkan pengetahuannya.

Faktor sosial yang juga penting agar terjadi partisipasi adalah

(Dwiyanti, 2005). Liliweri (2002) mengemukakan

bahwa kehidupan manusia di masyarakat ditandai oleh

dinamika komunikasi, kita bertukar informasi, gagasan dan

lui komunikasi. Melalui akses informasi maka akan

67,7%

Kategori Tinggi, sebanyak

22 Orang

Kategori Rendah, Sebanyak

11 Orang

5

membayar modal usaha pertanian yang telah diinvestasikan

oleh para tengkulak tersebut. Permasalahan inilah yang menjadi

perhatian PT Arutmin Indonesia Satui Mine untuk memecahkan

bang yang sebagian besar

satu upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan melaksanakan sebuah program

yaitu

Program ini memfokuskan

a untuk membantu dan memberikan pendampingan

tehnis kepada masyarakat sekitar tambang terutama untuk

mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para

Komponen lain yang digunakan indikator untuk

tingkat

kehadiran masyarakat dalam kegiatan penyuluhan. Terungkap

bahwa tingkat kehadiran yang masyarakat dalam kegiatan

pelatihan termasuk tinggi, yaitu 67,7%, dan lebih jelasnya dapat

Gambar 2 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak

22 orang atau 66,7% masyarakat menyatakan bahwa mereka

sering menghadiri kegiatan penyuluhan pada tiap minggunya.

wa ternyata tingkat kehadiran

masyarakat dalam kegiatan penyuluhan masih termasuk dalam

Informasi yang didapatkan bahwa kegiatan penyuluhan

rutin dilaksanakan 2 (dua) kali dalam sebulan, dan kegiatan

elompok tani binaan

oleh tim pendamping tehnis yang disediakan oleh PT Arutmin

Indonesia Satui Mine. Hal ini dilakukan karena ternyata

masyarakat sekitar tambang yang umumnya bekerja sebagai

petani tidak pernah menerima kunjungan dari petugas PPL

Pertanian Lapangan) dari instansi pemerintah

setempat. Untuk mengatasi masalah tersebut maka PT Arutmin

Indonesia Satui Mine melakukan kerjasama dengan Fakultas

Pertanian dan Fakultas Perikanan Universitas Lambung

rsebut. Tim

pendamping tehnis ini memiliki tugas dan tanggungjawab

memberikan saran dan bantuan tehnis pembinaan kepada

Program Aku

Tingginya tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan

penyuluhan karena mereka merasa tertarik perlu

menyampaikan segala permasalahan yang dihadapi dalam

kegiatan penyuluhan terutama yang terkait dengan usaha

ngin

mempelajari materi dan pengetahuan dari para pendamping

tehnis dan sekaligus menerapkannya di lahan yang mereka

miliki. Ada indikasi bahwa mereka berkeinginan hadir dalam

kegiatan penyuluhan karena mereka tidak ingin gagal panen lagi

Tingginya kehadiran masyarakat pada kegiatan

penyuluhan tersebut memicu peningkatan pengetahuan

terhadap materi penyuluhan yang diberikan, dan pada

gilirannya dapat meningkatkan partisipasi terhadap

rogram. Hal tersebut menunjukkan indikasi

bahwa intensitas komunikasi masyarakat dalam kegiatan

Program

dapat memicu timbulnya perubahan dalam

etahuannya.

Faktor sosial yang juga penting agar terjadi partisipasi adalah

mengemukakan

bahwa kehidupan manusia di masyarakat ditandai oleh

dinamika komunikasi, kita bertukar informasi, gagasan dan

ka akan

Page 7: Microsoft Word - Jurnal Tesis Dudy Bagus Prasetyo PSDAL E2F206006 Edit

meningkatkan partisipasi. Syamsi (1994

2005) berpendapat bahwa faktor komunikasi sebagai salah

cara untuk menyampaikan informasi merupakan sarana untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat. Karena, hasil dari proses

komunikasi dapat merubah sikap dan perubahan sosial

masyarakat yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi

masyarakat terhadap pembangunan.

Komponen kegiatan terakhir yang digunakan untuk

mengukur tingkat partisipasi masyaraka

Program Aku Himung Petani Banua yang digunakan adalah

tanggapan (respon) masyarakat terhadap bantuan demplot yang

diberikan. Tanggapan masyarakat terhadap bantuan demplot

dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

dilihat pada Gambar 3, sebagai berikut :

Gambar 3 Tanggapan Masyarakat Terhadap Bantuan

Gambar 3 di atas mengungkapkan bahwa terdapat

sebanyak 28 orang atau 84,9% masyarakat menunjukkan

tanggapan (respon) yang termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini

mengindikasikan bahwa bantuan demplot yang diberikan dalam

pelaksanaan Program Aku Himung Peta

direspon atau ditanggapi secara baik oleh masyarakat. Sebagian

besar masyarakat yang tergabung sebagai peserta binaan dalam

Program Aku Himung Petani Banua menyatakan bahwa bantuan

demplot yang diberikan PT Arutmin Indonesia Satui Mine sangat

bermanfaat bagi usaha budidaya pertanian yang mereka tekuni

saat ini. Bantuan saprodi tersebut membuat mereka bergairah

kembali untuk menekuni usaha budidaya pertanian,

dapat dikatakan bahwa melalui bantuan demplot yang diberikan

akan memicu dan memacu masyarakat akan lebih meningkatkan

partisipasinya dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani

Banua.

Tingginya tanggapan masyarakat tersebut juga

mendukung tingginya partisipasi terhadap pelaksanaan

Program Aku Himung Petani Banua. Hal ini sesuai dengan

Poston dalam Mardikanto (1994) yang berpendapat bahwa

perbaikan kondisi hidup masyarakat dan upaya memenuhi

kebutuhan untuk dapat menggerakkan partisipasi usaha ya

dilakukan adalah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat

yang nyata, yaitu dijadikan stimulasi terhadap masyarakat yang

berfungsi mendorong timbulnya jawaban atau respon yang

dikehendaki. Hal ini juga menguatkan pendapat

dalam Soemarwoto, 2001) yang mengatakan bahwa

sebagai suatu proses aktif yang memperlihatkan bagaimana

pihak-pihak yang mendapat manfaat ikut mempengaruhi arah

dan pelaksanaan proyek, bukan hanya sekedar mendapat

keuntungan dari proyek.

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan

Tingkat Partisipasi Masyarakat

Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

Pendidikan formal adalah jenjang terakhir yang pernah

diikuti oleh masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pendidikan formal yang pernah diikuti oleh masyarakat dari

tidak tamat SD sampai dengan SMU/ Sederajat. Secara umum,

pendidikan masyarakat tergolong rendah diperoleh oleh 24

responden dan sisanya 9 orang tergolong berpendidikan tinggi.

Gambar 4 Tingkat Pendidikan Masyarakat

84,9%

15,1%

Kategori Tinggi, sebanyak

28 Orang

Kategori Rendah, Sebanyak

5 Orang

72,73%

27,27% Kategori Tinggi, sebanyak

24 OrangKategori Rendah, Sebanyak

9 Orang

Syamsi (1994 dalam Dwiyanti,

berpendapat bahwa faktor komunikasi sebagai salah-satu

cara untuk menyampaikan informasi merupakan sarana untuk

at. Karena, hasil dari proses

komunikasi dapat merubah sikap dan perubahan sosial

masyarakat yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi

Komponen kegiatan terakhir yang digunakan untuk

mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

yang digunakan adalah

tanggapan (respon) masyarakat terhadap bantuan demplot yang

diberikan. Tanggapan masyarakat terhadap bantuan demplot

Program Aku Himung Petani Banua dapat

Tanggapan Masyarakat Terhadap Bantuan Demplot

Gambar 3 di atas mengungkapkan bahwa terdapat

sebanyak 28 orang atau 84,9% masyarakat menunjukkan

tanggapan (respon) yang termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini

mengindikasikan bahwa bantuan demplot yang diberikan dalam

Program Aku Himung Petani Banua umumnya

direspon atau ditanggapi secara baik oleh masyarakat. Sebagian

besar masyarakat yang tergabung sebagai peserta binaan dalam

menyatakan bahwa bantuan

demplot yang diberikan PT Arutmin Indonesia Satui Mine sangat

bermanfaat bagi usaha budidaya pertanian yang mereka tekuni

saat ini. Bantuan saprodi tersebut membuat mereka bergairah

kembali untuk menekuni usaha budidaya pertanian, sehingga

dapat dikatakan bahwa melalui bantuan demplot yang diberikan

akan memicu dan memacu masyarakat akan lebih meningkatkan

Program Aku Himung Petani

Tingginya tanggapan masyarakat tersebut juga

nya partisipasi terhadap pelaksanaan

Hal ini sesuai dengan

yang berpendapat bahwa

perbaikan kondisi hidup masyarakat dan upaya memenuhi

kebutuhan untuk dapat menggerakkan partisipasi usaha yang

dilakukan adalah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat

yang nyata, yaitu dijadikan stimulasi terhadap masyarakat yang

berfungsi mendorong timbulnya jawaban atau respon yang

dikehendaki. Hal ini juga menguatkan pendapat Paul (1987,

yang mengatakan bahwa partisipasi

sebagai suatu proses aktif yang memperlihatkan bagaimana

pihak yang mendapat manfaat ikut mempengaruhi arah

dan pelaksanaan proyek, bukan hanya sekedar mendapat

Antara Tingkat Pendidikan Dengan

Masyarakat

Program Aku Himung Petani Banua

Pendidikan formal adalah jenjang terakhir yang pernah

diikuti oleh masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pendidikan formal yang pernah diikuti oleh masyarakat dari

tidak tamat SD sampai dengan SMU/ Sederajat. Secara umum,

rgolong rendah diperoleh oleh 24

responden dan sisanya 9 orang tergolong berpendidikan tinggi.

Gambar 4 Tingkat Pendidikan Masyarakat

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi

Spearman rank antara tingkat pendidikan dengan partisipasi

masyarakat diperoleh r

ttabel = 2,040 pada taraf kepercayaan 95%

menunjukkan bahwa t

nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H

tidak terdapat hubungan yang

dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan

Himung Petani Banua

pendidikan yang rendah tidak menjadi halangan untuk mereka

berpartisipasi dalam

Petani Banua yang dilaksanakan. Sebab keinginan kuat

masyarakat bergabung dan meningkatkan kesejahteraan

keluarga lebih besar dan terpatri kuat dalam diri masyarakat.

Berbeda dengan pendapat

bahwa ada hubungan yang erat antara tingkat pendidikan

dengan tingkat partisipasi. Hal senada dikemukakan

et.al. (1987) yang berpendapat bahwa tingkat pendidikan dan

kemiskinan adalah merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi partisipasi masyarakat

pendapat Inkeles

tinggi tingkat pendidikan individu, semakin luas

pengetahuannya dan kesadarannya pada masalah

kemasyarakatan.

Keinginan yang kuat masyarakat sekitar tambang untuk

menambah wawasan dan pengetahuan tersebut, ditunjukkan

dengan tingkat kehadiran mereka yang termasuk kategori tinggi,

baik dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan. Disamping itu,

stimulus yang diberikan oleh PT Arutmin Indonesia Satui Mine

yang memberikan dukungan

pertanian, perikanan dan peternakan, serta pendampingan

teknis kepada masyarakat sekitar tambang. Hal ini mendorong

mereka untuk selalu menghadiri seluruh kegiatan dan pada

gilirannya meningkatkan partisipasi masyarakat dal

Aku Himung Petani Banua

metode yang sangat sederhana dan jauh dari hal

bersifat tehnis dalam pelaksanaannya di lapangan. Selain

mendapatkan bantuan demplot dalam bentuk saprodi (sarana

produksi) dari PT Arutmin Indonesia Satui Mine, terny

masyarakat yang tergabung dalam program tersebut juga

diberikan bantuan pendampingan tehnis agar usaha budidaya

yang ditekuni dapat memperoleh keberhasilan dan

mendatangkan keuntungan.

Program Aku Himung Petani Banua

proses pembelajaran yang bersifat terapan dan praktek

langsung di lahan yang dimiliki oleh masyarakat, atau lebih

dikenal dengan isitilah

budidaya yang diberikan lebih efektif dapat diserap dan dicerna

dengan mudah. Selain itu, merek

mempraktekannya secara langsung. Kondisi ini mendorong

masyarakat untuk bersungguh

budidaya yang dilakukan. Tentunya metode pembelajaran dan

pendampingan tehnis yang dilakukan tidak memerlukan

batasan tingkatan pendidikan formal masyarakat.

Merujuk pada uraian di atas, tentunya tingkat pendidikan

formal bukan menjadi hambatan dan kendala bagi masyarakat

untuk selalu terlibat dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan

dalam Program Aku Himung Petani

dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan formal masyarakat

sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine bukan

menjadi faktor penentu terhadap tingginya tingkat partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan

Banua.

Hubungan

Dalam Pelaksanaan

Pendapatan rata

pendapatan per bulan yang diperoleh responden sesuai jenis

pekerjaan yang digeluti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat 24 orang masyarakat termasuk ke dalam kategori

tinggi, dan sisanya sebanyak 9 ora

rendah.

Kategori Tinggi, sebanyak

28 Orang

Kategori Rendah, Sebanyak

5 Orang

Kategori Tinggi, sebanyak

24 OrangKategori Rendah, Sebanyak

9 Orang

6

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi

Spearman rank antara tingkat pendidikan dengan partisipasi

diperoleh rhitung 0,304, thitung 1,465 dengan

= 2,040 pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa thitung = 1,465 < ttabel = 2,040 maka hipotesis

) diterima dan hipotesis alternatif (H1) ditolak. Berarti

tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan

dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Program Aku

Himung Petani Banua. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan yang rendah tidak menjadi halangan untuk mereka

berpartisipasi dalam kegiatan program Program Aku Himung

yang dilaksanakan. Sebab keinginan kuat

masyarakat bergabung dan meningkatkan kesejahteraan

keluarga lebih besar dan terpatri kuat dalam diri masyarakat.

dengan pendapat Tjokroamidjojo (1985)

bahwa ada hubungan yang erat antara tingkat pendidikan

dengan tingkat partisipasi. Hal senada dikemukakan Suryani,

yang berpendapat bahwa tingkat pendidikan dan

kemiskinan adalah merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi partisipasi masyarakat. Berbeda pula dengan

Inkeles (1969) yang mengatakan bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan individu, semakin luas

pengetahuannya dan kesadarannya pada masalah-masalah

Keinginan yang kuat masyarakat sekitar tambang untuk

wawasan dan pengetahuan tersebut, ditunjukkan

dengan tingkat kehadiran mereka yang termasuk kategori tinggi,

baik dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan. Disamping itu,

stimulus yang diberikan oleh PT Arutmin Indonesia Satui Mine

yang memberikan dukungan berupa sarana produksi budidaya

pertanian, perikanan dan peternakan, serta pendampingan

teknis kepada masyarakat sekitar tambang. Hal ini mendorong

mereka untuk selalu menghadiri seluruh kegiatan dan pada

gilirannya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Program

Aku Himung Petani Banua. Kegiatan ini dilaksanakan dengan

metode yang sangat sederhana dan jauh dari hal-hal yang

bersifat tehnis dalam pelaksanaannya di lapangan. Selain

mendapatkan bantuan demplot dalam bentuk saprodi (sarana

produksi) dari PT Arutmin Indonesia Satui Mine, ternyata

masyarakat yang tergabung dalam program tersebut juga

diberikan bantuan pendampingan tehnis agar usaha budidaya

yang ditekuni dapat memperoleh keberhasilan dan

mendatangkan keuntungan.

Program Aku Himung Petani Banua dilaksanakan dengan

jaran yang bersifat terapan dan praktek

langsung di lahan yang dimiliki oleh masyarakat, atau lebih

dikenal dengan isitilah “learning by doing”. Sehingga materi

budidaya yang diberikan lebih efektif dapat diserap dan dicerna

dengan mudah. Selain itu, mereka juga diberikan peluang untuk

mempraktekannya secara langsung. Kondisi ini mendorong

masyarakat untuk bersungguh-sungguh dalam menekuni usaha

budidaya yang dilakukan. Tentunya metode pembelajaran dan

pendampingan tehnis yang dilakukan tidak memerlukan

asan tingkatan pendidikan formal masyarakat.

Merujuk pada uraian di atas, tentunya tingkat pendidikan

formal bukan menjadi hambatan dan kendala bagi masyarakat

untuk selalu terlibat dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan

Program Aku Himung Petani Banua. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan formal masyarakat

sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine bukan

menjadi faktor penentu terhadap tingginya tingkat partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani

Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Dengan

Tingkat Partisipasi Masyarakat

Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

Pendapatan rata-rata perbulan responden adalah

pendapatan per bulan yang diperoleh responden sesuai jenis

pekerjaan yang digeluti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat 24 orang masyarakat termasuk ke dalam kategori

tinggi, dan sisanya sebanyak 9 orang termasuk dalam kategori

6

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi

Spearman rank antara tingkat pendidikan dengan partisipasi

dengan

Hasil penelitian

= 2,040 maka hipotesis

ti

antara tingkat pendidikan

Program Aku

. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan yang rendah tidak menjadi halangan untuk mereka

Program Aku Himung

yang dilaksanakan. Sebab keinginan kuat

masyarakat bergabung dan meningkatkan kesejahteraan

Tjokroamidjojo (1985)

bahwa ada hubungan yang erat antara tingkat pendidikan

Suryani,

yang berpendapat bahwa tingkat pendidikan dan

kemiskinan adalah merupakan faktor yang dapat

Berbeda pula dengan

mengatakan bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan individu, semakin luas

masalah

Keinginan yang kuat masyarakat sekitar tambang untuk

wawasan dan pengetahuan tersebut, ditunjukkan

dengan tingkat kehadiran mereka yang termasuk kategori tinggi,

baik dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan. Disamping itu,

stimulus yang diberikan oleh PT Arutmin Indonesia Satui Mine

berupa sarana produksi budidaya

pertanian, perikanan dan peternakan, serta pendampingan

teknis kepada masyarakat sekitar tambang. Hal ini mendorong

mereka untuk selalu menghadiri seluruh kegiatan dan pada

Program

Kegiatan ini dilaksanakan dengan

hal yang

bersifat tehnis dalam pelaksanaannya di lapangan. Selain

mendapatkan bantuan demplot dalam bentuk saprodi (sarana

ata

masyarakat yang tergabung dalam program tersebut juga

diberikan bantuan pendampingan tehnis agar usaha budidaya

yang ditekuni dapat memperoleh keberhasilan dan

dilaksanakan dengan

jaran yang bersifat terapan dan praktek

langsung di lahan yang dimiliki oleh masyarakat, atau lebih

. Sehingga materi

budidaya yang diberikan lebih efektif dapat diserap dan dicerna

a juga diberikan peluang untuk

mempraktekannya secara langsung. Kondisi ini mendorong

sungguh dalam menekuni usaha

budidaya yang dilakukan. Tentunya metode pembelajaran dan

pendampingan tehnis yang dilakukan tidak memerlukan

Merujuk pada uraian di atas, tentunya tingkat pendidikan

formal bukan menjadi hambatan dan kendala bagi masyarakat

untuk selalu terlibat dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan

Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan formal masyarakat

sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine bukan

menjadi faktor penentu terhadap tingginya tingkat partisipasi

Program Aku Himung Petani

rata perbulan responden adalah

pendapatan per bulan yang diperoleh responden sesuai jenis

pekerjaan yang digeluti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat 24 orang masyarakat termasuk ke dalam kategori

ng termasuk dalam kategori

Page 8: Microsoft Word - Jurnal Tesis Dudy Bagus Prasetyo PSDAL E2F206006 Edit

Gambar 5 Tingkat Pendapatan Masyarakat

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi

menggunakan rank Spearman antara tingkat pendapatan

dengan partisipasi masyarakat diperoleh r

thitung 1,648 dengan ttabel = 2,040 pada taraf kepercayaan 95%

Hasil tersebut menunjukkan bahwa thitung

maka hipotesis nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H

ditolak. Berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara

tingkat pendapatan dengan partisipasi masyarakat dalam

kegiatan Program Aku Himung Petani Banua

Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa orang yang mempunyai tingkat sosial

ekonomi yang baik mempunyai kecenderungan untuk

berpartisipasi dibandingkan dengan orang yang tingkat

ekonominya masih kurang (King, 1983 ; Isbal 1989

Dwiyanti, 2005). Hasil penelitian ini berbeda pula dengan

pendapat Gaffar ; Akbar (1989 dalam Dwiyanti, 2005

menyatakan bahwa dari berbagai macam studi yang dilakukan

ada hubungan yang erat antara tingkat pendapatan dengan

meningkatnya partisipasi.

Apabila dilihat dari tingkat kehadiran masyarakat

terhadap kegiatan Program Aku Himung Petani

besar tingkat kehadirannya termasuk dalam kategori tinggi

Selain itu, ada juga masyarakat yang menunjukkan tingkat

kehadiran dalam kategori rendah dalam setiap kegiatan yang

dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan.

Ketidakhadiran sebagian masyarakat tersebut disebabkan

mereka harus mencari nafkah untuk keperluan hidup sehari

hari. Namun demikian, orang yang mempunyai tingkat

pendapatan atau tingkat ekonomi yang rendah maupun tingkat

pendapatannya tinggi, sebagian besar dari mereka masih bisa

meluangkan waktunya untuk mengikuti semua kegiatan

Program Aku Himung Petani Banua. Hal ini didukung dengan

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kehadiran

masyarakat dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan masih

termasuk kategori tinggi.

Tidak terdapatnya hubungan antara tingkat pendapatan

terhadap tingkat partisipasi masyarakat disinyalir disebabkan

faktor lain. Sebagian anggota masyarakat berpendapat bahwa

mereka tertarik bergabung dalam Program Aku Himung Petani

Banua karena program tersebut sangat membantu dan

mempermudah upaya mereka untuk meningkat

kesejahteraan hidupnya. Hal ini ditandai dengan adanya upaya

mereka untuk meningkatkan produktivitas lahan dimiliki yang

mendorong mereka untuk selalui kegiatan pelatihan dan

penyuluhan agar pengetahuan mereka terhadap usaha budidaya

pertanian dapat semakin bertambah. Selain itu, bantuan

demplot yang diberikan menjadi perangsang usaha bagi mereka

untuk lebih meningkatka produktivitas pada lahan yang diolah

dan dikelolanya.

Keinginan yang kuat untuk lebih meningkatkan

kesejahteraan hidup telah mendorong mereka untuk

mengembangkan usaha budidaya yang ditekuninya. Kebutuhan

hidup yang terus meningkat sebagai akibat terjadinya

perubahan sosial di kawasan tersebut mendorong masyarakat

sekitar tambang harus beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya dengan bekerja di sektor lain. Kondisi ini mendorong

masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine

menekuni kembali usaha budidaya pertanian yang selama ini

sempat mereka tinggalkan. Sehingga dapat dilihat pada terlihat

Gambar 4.5 bahwa ternyata tingkat pendapatan masyarakat

sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine termasuk

kategori tinggi. Dalam kondisi seperti ini, mereka masih

menyediakan waktu untuk selalu hadir dalam setiap kegiatan

yang dilaksanakan dalam program t

mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan

72,73%

27,27% Kategori Tinggi, sebanyak

24 OrangKategori

Rendah, Sebanyak 9 Orang

Gambar 5 Tingkat Pendapatan Masyarakat

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi

rank Spearman antara tingkat pendapatan

dengan partisipasi masyarakat diperoleh rhitung = 0,338,

,040 pada taraf kepercayaan 95%.

hitung = 1,648 < ttabel = 2,040

) diterima dan hipotesis alternatif (H1)

Berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara

gkat pendapatan dengan partisipasi masyarakat dalam

Program Aku Himung Petani Banua.

Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang

bahwa orang yang mempunyai tingkat sosial

yang baik mempunyai kecenderungan untuk

berpartisipasi dibandingkan dengan orang yang tingkat sosial

1983 ; Isbal 1989 dalam

. Hasil penelitian ini berbeda pula dengan

Dwiyanti, 2005) yang

menyatakan bahwa dari berbagai macam studi yang dilakukan

ada hubungan yang erat antara tingkat pendapatan dengan

Apabila dilihat dari tingkat kehadiran masyarakat

Program Aku Himung Petani Banua, sebagian

tingkat kehadirannya termasuk dalam kategori tinggi.

Selain itu, ada juga masyarakat yang menunjukkan tingkat

kehadiran dalam kategori rendah dalam setiap kegiatan yang

dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan.

Ketidakhadiran sebagian masyarakat tersebut disebabkan

uk keperluan hidup sehari-

hari. Namun demikian, orang yang mempunyai tingkat

pendapatan atau tingkat ekonomi yang rendah maupun tingkat

pendapatannya tinggi, sebagian besar dari mereka masih bisa

meluangkan waktunya untuk mengikuti semua kegiatan

. Hal ini didukung dengan

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat kehadiran

masyarakat dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan masih

Tidak terdapatnya hubungan antara tingkat pendapatan

kat partisipasi masyarakat disinyalir disebabkan

faktor lain. Sebagian anggota masyarakat berpendapat bahwa

Program Aku Himung Petani

karena program tersebut sangat membantu dan

mempermudah upaya mereka untuk meningkatkan taraf

kesejahteraan hidupnya. Hal ini ditandai dengan adanya upaya

mereka untuk meningkatkan produktivitas lahan dimiliki yang

mendorong mereka untuk selalui kegiatan pelatihan dan

penyuluhan agar pengetahuan mereka terhadap usaha budidaya

pat semakin bertambah. Selain itu, bantuan

demplot yang diberikan menjadi perangsang usaha bagi mereka

untuk lebih meningkatka produktivitas pada lahan yang diolah

Keinginan yang kuat untuk lebih meningkatkan

dorong mereka untuk

mengembangkan usaha budidaya yang ditekuninya. Kebutuhan

hidup yang terus meningkat sebagai akibat terjadinya

perubahan sosial di kawasan tersebut mendorong masyarakat

sekitar tambang harus beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan

dengan bekerja di sektor lain. Kondisi ini mendorong

masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine

menekuni kembali usaha budidaya pertanian yang selama ini

sempat mereka tinggalkan. Sehingga dapat dilihat pada terlihat

ta tingkat pendapatan masyarakat

sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine termasuk

kategori tinggi. Dalam kondisi seperti ini, mereka masih

menyediakan waktu untuk selalu hadir dalam setiap kegiatan

ogram tersebut. Hal ini

endapatan masyarakat tidak

memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan

Banua. Artinya, dengan tingkat pendapatan apapun baik dalam

kategori tinggi atau rendah

masyarakat dalam

termasuk dalam kategori tinggi.

Hal di atas mengindikasikan bahwa masyarakat sekitar

tambang PT Arutmin Indonesia tergerak untuk bergabung

dalam Program Aku Himung Petani B

motif ekonomi masyarakat untuk semakin meningkat hasil

usaha budidaya yang ditekuninya. Motif inilah yang mendorong

mereka selalu hadir dan berpartisipasi aktif dalam setiap

kegiatan yang dilaksanakan pada

Banua.

Merujuk pada uraian di atas, tentunya tingginya tingkat

partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia

Satui Mine dalam pelaksanaan

Banua bukan ditentukan oleh tingkat pendapatan masyarakat.

Karena dengan harapan dan keinginan yang kuat untuk

merubah taraf kesejahteraan hidup mendorong mereka untuk

berpikir ekonomis (motif ekonomi) yang lebih berorientasi

untuk mendorong terjadinya peningkat

produksi lahan yang dikelolanya. Salah

memenuhi harapannya tersebut adalah dengan bergabung

dalam Program Aku Himung Petani Banua

mendapatkan bantuan demplot dan selain itu, ternyata terdapat

keuntungan lainnya

yang bertujuan untuk memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada mereka untuk mampu mencapai keberhasilannya secara

mandiri. Dengan berkembangnya usaha budidaya tersebut tentu

akan semakin menambah pemasukan te

pendapatan. Sehingga keadaan ini akan berimplikasi positif

terhadap pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari

inilah yang dapat menjelaskan bahwa motif ekonomi

mendorong masyarakat lebih mengembangkan usaha

yang berimplikasi pad

dalam pelaksanaan

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tingginya

tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin

Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan

Petani Banua bukan ditentukan oleh tingkat pendapatan. Karena

ada faktor lain, yaitu adanya motif ekonomi masyarakat

terhadap bantuan demplot dan pola pendampingan tehnis yang

diberikan dalam Program Aku Himung Petani Banua

mereka akan mampu member

terhadap upaya peningkatan kesejahateraan hidupnya.

Hubungan

Tingkat Partisipasi

Dalam Pelaksanaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa etos kerja

penelitian terhadap etos kerja masyarakat diperoleh skor rata

rata sebesar 18,9 dengan skor rata

diperoleh persentase etos kerja sebesar 85,95%.

kriteria yang diteta

termasuk kategori tinggi.

masyarakat dalam kegiatan

dapat dilihat pada Tabel 8 Etos Kerja Masyarakat Dalam Pelaksanaan

Program Aku Himung Petani Banua

Faktor Budaya

- Etos Kerja

Rata-rata

Sumber : Pengolahan Data

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi

menggunakan rank Spearman antara tingkat etos kerja dengan

partisipasi masyarakat diperoleh

dengan ttabel = 2

penelitian menunjukkan bahwa t

maka hipotesis nihil (

Kategori Tinggi, sebanyak

24 OrangKategori

Rendah, Sebanyak 9 Orang

7

memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani

Artinya, dengan tingkat pendapatan apapun baik dalam

kategori tinggi atau rendah ternyata tingkat partisipasi

masyarakat dalam Program Aku Himung Petani Banua masih

termasuk dalam kategori tinggi.

Hal di atas mengindikasikan bahwa masyarakat sekitar

tambang PT Arutmin Indonesia tergerak untuk bergabung

Program Aku Himung Petani Banua dilatarbelakangi oleh

motif ekonomi masyarakat untuk semakin meningkat hasil

usaha budidaya yang ditekuninya. Motif inilah yang mendorong

mereka selalu hadir dan berpartisipasi aktif dalam setiap

kegiatan yang dilaksanakan pada Program Aku Himung Petani

Merujuk pada uraian di atas, tentunya tingginya tingkat

partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia

Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani

bukan ditentukan oleh tingkat pendapatan masyarakat.

Karena dengan harapan dan keinginan yang kuat untuk

merubah taraf kesejahteraan hidup mendorong mereka untuk

berpikir ekonomis (motif ekonomi) yang lebih berorientasi

untuk mendorong terjadinya peningkatan produktivitas

produksi lahan yang dikelolanya. Salah-satu alternatif untuk

memenuhi harapannya tersebut adalah dengan bergabung

Program Aku Himung Petani Banua karena selain

mendapatkan bantuan demplot dan selain itu, ternyata terdapat

nya, yaitu adanya pola pendampingan tehnis

yang bertujuan untuk memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada mereka untuk mampu mencapai keberhasilannya secara

mandiri. Dengan berkembangnya usaha budidaya tersebut tentu

akan semakin menambah pemasukan terhadap tingkat

pendapatan. Sehingga keadaan ini akan berimplikasi positif

terhadap pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hal

inilah yang dapat menjelaskan bahwa motif ekonomi

mendorong masyarakat lebih mengembangkan usaha budidaya

yang berimplikasi pada meningkatnya partisipasi masyarakat

dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tingginya

tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin

Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung

bukan ditentukan oleh tingkat pendapatan. Karena

ada faktor lain, yaitu adanya motif ekonomi masyarakat

terhadap bantuan demplot dan pola pendampingan tehnis yang

Program Aku Himung Petani Banua diyakini

mereka akan mampu memberikan perubahan yang berarti

terhadap upaya peningkatan kesejahateraan hidupnya.

Hubungan Antara Etos Kerja Masyarakat Terhadap

Tingkat Partisipasi Masyarakat

Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa etos kerja Hasil

terhadap etos kerja masyarakat diperoleh skor rata

rata sebesar 18,9 dengan skor rata-rata ideal sebesar 22 maka

diperoleh persentase etos kerja sebesar 85,95%. Berdasarkan

kriteria yang ditetapkan maka nilai persentase tersebut

termasuk kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya, etos kerja

masyarakat dalam kegiatan Program Aku Himung Petani Banua

dapat dilihat pada Tabel 4.8. Etos Kerja Masyarakat Dalam Pelaksanaan

Program Aku Himung Petani Banua

Nilai

Yang

Didapat

Nilai

Ideal Persentase Kategori

624 726 85,95 Tinggi

18,9 22 85,95 Tinggi

Sumber : Pengolahan Data Tahun 2008.

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi

menggunakan rank Spearman antara tingkat etos kerja dengan

partisipasi masyarakat diperoleh rhitung 0,093, thitung 0,427

= 2,040 pada taraf kepercayaan 95%. Hasil

menunjukkan bahwa thitung = 0,427 < ttabel = 2,040

esis nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H1

7

memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat partisipasi

Program Aku Himung Petani

Artinya, dengan tingkat pendapatan apapun baik dalam

ternyata tingkat partisipasi

masih

Hal di atas mengindikasikan bahwa masyarakat sekitar

tambang PT Arutmin Indonesia tergerak untuk bergabung

dilatarbelakangi oleh

motif ekonomi masyarakat untuk semakin meningkat hasil

usaha budidaya yang ditekuninya. Motif inilah yang mendorong

mereka selalu hadir dan berpartisipasi aktif dalam setiap

ni

Merujuk pada uraian di atas, tentunya tingginya tingkat

partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia

Program Aku Himung Petani

bukan ditentukan oleh tingkat pendapatan masyarakat.

Karena dengan harapan dan keinginan yang kuat untuk

merubah taraf kesejahteraan hidup mendorong mereka untuk

berpikir ekonomis (motif ekonomi) yang lebih berorientasi

an produktivitas

satu alternatif untuk

memenuhi harapannya tersebut adalah dengan bergabung

karena selain

mendapatkan bantuan demplot dan selain itu, ternyata terdapat

, yaitu adanya pola pendampingan tehnis

yang bertujuan untuk memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada mereka untuk mampu mencapai keberhasilannya secara

mandiri. Dengan berkembangnya usaha budidaya tersebut tentu

rhadap tingkat

pendapatan. Sehingga keadaan ini akan berimplikasi positif

hari. Hal

inilah yang dapat menjelaskan bahwa motif ekonomi

budidaya

a meningkatnya partisipasi masyarakat

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tingginya

tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT Arutmin

Program Aku Himung

bukan ditentukan oleh tingkat pendapatan. Karena

ada faktor lain, yaitu adanya motif ekonomi masyarakat

terhadap bantuan demplot dan pola pendampingan tehnis yang

diyakini

ikan perubahan yang berarti

Hasil

terhadap etos kerja masyarakat diperoleh skor rata-

maka

Berdasarkan

pkan maka nilai persentase tersebut

Untuk lebih jelasnya, etos kerja

Program Aku Himung Petani Banua

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi

menggunakan rank Spearman antara tingkat etos kerja dengan

0,427

Hasil

= 2,040

1)

Page 9: Microsoft Word - Jurnal Tesis Dudy Bagus Prasetyo PSDAL E2F206006 Edit

8

ditolak. Berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara etos

kerja dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Program

Aku Himung Petani Banua. Hal ini menunjukkan bahwa etos

kerja masyarakat yang tinggi tidak memiliki hubungan yang

nyata terhadap tingkat partisipasi masyarakat.

Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat

Hikmat (2001) yang mengatakan bahwa perbedaan latar

belakang kultur (budaya) memang dapat menimbulkan

penafsiran yang berbeda terhadap suatu objek yang ditafsirkan.

Seperti halnya yang terjadi pada pelaksanaan Program Aku

Himung Petani Banua, dimana beberapa kelompok etnis (suku)

yang bergabung dalam program tersebut memberikan tingkat

partisipasi yang tidak berbeda. Berbeda pula dengan pendapat

Sukriyanto (2000) bahwa ada keterkaitan yang erat antara

etos kerja dengan survivalitas (daya tahan hidup) manusia di

bidang ekonomi. Artinya, semakin progresif etos kerja suatu

masyarakat maka akan semakin baik hasil-hasil yang dicapai,

baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Terungkap dalam penelitian ini bahwa masyarakat

sekitar tambang yang berdomisili di sekitar kawasan

operasional tambang batubara PT Arutmin Indonesia Satui Mine

dan hidup turun menurun hingga saat ini ternyata

kehidupannya sangat memprihatinkan. Posisi mereka yang

sering termarjinalkan dan kalah bersaing dengan masyarakat

pendatang membuat kondisi semakin terkucilkan. Terungkap

dalam penelitian bahwa kondisi mereka yang terisolir membuat

mereka kurang mendapatkan perhatian instansi terkait

terutama dengan hal-hal yang terkait dengan program-program

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di wilayah

terpencil dan perdesaan. Hal ini didukung hasil penelitian yang

mengungkapkan bahwa Pemerintahan desa belum sepenuhnya

berjalan menurut prinsip otonomi daerah. Pembangunan dan

pengembangan desa mandiri selama dua tahun terakhir (2004

dan 2005) masih belum menunjukkan perkembangan yang

dapat dinilai manfaatnya bagi masyarakat sekitar tambang.

Kondisi ini membuat mereka bergantung dengan berbagai

bantuan dari perusahaan-perusahaan tambang yang banyak

beroperasi di kawasan tersebut. Tapi selama ini bantuan yang

diberikan oleh perusahaan tersebut lebih bersifat donasi

ataupun charity perusahaan yang berlangsung temporer bukan

bantuan dalam bentuk program pengembangan masyarakat

(community development) yang lebih mengedepankan aspek

pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencapai

keberhasilannya sendiri secara mandiri dan berkelanjutan.

Dengan adanya bantuan demplot dan pendampingan

tehnis yang diberikan dalam Program Aku Himung Petani Banua

membuat hidup mereka bergairah kembali. Karena bantuan

dalam bentuk apapun dan dari pihak manapun sangat mereka

harapkan untuk merubah taraf kesejahteraan hidupnya. Hal ini

dapat dilihat pada indikator tanggapan (respon) masyarakat

terhadap penerimaan bantuan demplot dalam Program Aku

Himung Petani Banua, yaitu sebesar 95,83 %. Hal ini

mengindikasikan bahwa ternyata tanggapan (respon)

masyarakat sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine

terhadap bantuan demplot diberikan dalam program tersebut

termasuk dalam kategori tinggi, dan lebih jelasnya dapat dilihat

pada Tabel 7. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ternyata

bantuan demplot tersebut membuat masyarakat tertarik untuk

berpartisipasi aktif dalam Program Aku Himung Petani Banua.

Program Aku Himung Petani Banua telah memberikan

kesempatan akses peluang dan harapan kepada masyarakat

sekitar tambang PT Arutmin Indonesia Satui Mine untuk lebih

mengembangkan hidupnya. Hal inilah yang membuat

masyarakat sekitar tambang, baik masyarakat lokal maupun

pendatang dengan ciri khas budaya (etos kerja) masing-masing

tertarik untuk bergabung dalam pelaksanaan Program Aku

Himung Petani Banua. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

faktor budaya (etos kerja) masyarakat sekitar tambang bukan

menjadi faktor penentu terhadap tinggi atau rendahnya tingkat

partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung

Petani Banua.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin

Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku

Himung Petani Banua dikategorikan tinggi dengan

persentase partisipasi masyarakat sebesar 84,85%.

2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor sosial

ekonomi yang meliputi tingkat pendidikan dan tingkat

pendapatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Hal yang

sama pada faktor budaya (etos kerja) bahwa hasil peneilitian

menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan dengan

tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program

Aku Himung Petani Banua.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan

beberapa hal, sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua perlu terus

dipertahankan dan dikembangkan lagi dalam rangka

peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar tambang

PT Arutmin Indonesia terutama dengan konsep

kesederhanaan dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan

pelatihan dan pemberian bantuan demplot, serta

memberikan kompensasi sosial atau penghargaan sosial

(social award) guna mendorong masyarakat sekitar tambang

lebih berprestasi dalam meningkatkan taraf kesejahteraan

hidupnya melalui Program Aku Himung Petani Banua.

2. Perlu ada penelitian lebih lanjut yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara bantuan demplot sebagai motif

ekonomi masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat

di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Djatmiko, A.B., Agus, S., Lif, 2003. Identifikasi Hubungan Faktor-

Faktor Kemampuan dan Kemauan Masyarakat Dengan

Tingkat Partisipasinya Dalam Program Penataan Kawasan

Kumuh Perkotaan (P2K2P) - Studi Kasus : Kelurahan

Sukapura, Cigondewah Kidul, Cibangkong, dan Kebon

Jeruk. Jurnal Infomatek Volume 5 Nomor 2,Juni 2003,

Jurusan Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas

Pasundan, Bandung.

Dwiyanti, L., 2005. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Ruang Terbuka Hijau di Kota Banjarmasin. Tesis Program

Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan,

Program Pasca Sarjana Universitas Lambung Mangkurat,

Banjar Baru.

Hadi, S., 2004. Metodologi Research (Jilid – 3). ANDI Yogyakarta,

Yogyakarta.

Hasan, A. M., 2002. Pelestarian Sumber Daya Alam Menyosong

Pelaksanaan Otonomi Daerah. Prosiding Seminar Nasional

Biologi I Di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Jember

tanggal 28 April 2001, Jember.

Hartono, R., 2006. Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Kelompok

Tani Di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.

Skripsi Fakultas Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian

Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Hikmat, R.H., 2001 Strategi Pemberdayaan Masyarakat.

Humaniora Utama Press, Bandung.

Inkeles, A., 1969. Making Man Modern : On the Causes and

Consequenses of Individual Change in Six Developing

Countries. American Journal of Sociology.

Liliweri, ALO., 2003. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar

Budaya. LKIS, Yogyakarta.

Page 10: Microsoft Word - Jurnal Tesis Dudy Bagus Prasetyo PSDAL E2F206006 Edit

9

Mardikanto, T., 2003. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan

Pembangunan, dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia

Pembangunan (Ed. Ida Yustina dan Adjat Sudradjat), IPB

Press – Bogor.

------------, 1994. Bungai Rampai Pembangunan Pertanian.

Sebelas Maret University Press, Surakarta.

Paul, S., 1987. Community Partisipation in development Project.

The World Bank Experience. The World Bank, Washington,

D.C.

Sinamo, J., 2005. 8 Etos Kerja Profesional: Navigator Anda Menuju

Sukses. Institut Darma Mahardika, Jakarta.

Soemarwoto, O., 2001. Atur Diri Sendiri, Paradigma Baru

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.

------------, 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.

Djambatan, Jakarta.

Sukriyanto. 2000. Etos Kerja Salah Satu Faktor Survivalitas

Peternak Sapi Perah. Studi Kasus Di Desa Sidomulyo,

Kecamatan Batu Kota Batu Kabupaten Malang. Thesis,

Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah

Malang.

Suryani, M, Ahmad, R.R. dan Munir, R., 1987. Lingkungan :

Sumber Daya Alam dan Kependudukan Dalam

Pembangunan. LIPI Press, Jakarta.

Tjokroamidjojo, B., 1977. Perencanaan Kelembagaan. Gunung

Agung, Jakarta.