Microsoft Word - Bab 2

download Microsoft Word - Bab 2

of 141

Transcript of Microsoft Word - Bab 2

BAB 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR 2.1. KONDISI FISIK DAN LINGKUNGAN HIDUP 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Kutai Timur merupakan salah satu kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kutai berdasarkan UU. No.47 tahun 1999 yang terletak pada 115 56 26 BT11858 19 BT & 117 1 LS-152 39 LU.44 Kabupaten Kutai Timur semula terdiri dari 5 kecamatan, kemudian berdasarkan Peraturan Daerah No.16 Tahun 1999, dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Pada Tahun 2005,

berdasarkan Perda No. 12 Tahun 2005, Kabupaten Kutai Timur dimekarkan lagi menjadi 18 kecamatan. Wilayah Kabupaten Kutai Timur seluas 35.747 km atau 3.429.260 Ha merupakan 17% dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut : -Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Talisayan dan Kecamatan Kelay (Kabupaten Berau) -Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Bontang Utara dan Kecamatan Marang Kayu (Kabupaten

Kutai Kartanegara) -Sebelah Timur : Berbatasan dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi -Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Kembang Janggut dan Kecamatan Tabang (Kabupaten Kutai Kartanegara) 2.1.2. Topografi Topografi Kabupaten Kutai Timur bervariasi dari yang berupa dataran landai, bergelombang hingga berbukit-bukit dan pegunungan, serta pantai dengan ketinggian tanah bervariasi antara 0-7 m hingga lebih dari 1000 meter dari permukaan laut. Kawasan yang relatif datar dan landai hanya terdapat

di Kecamatan Sangatta, Muara Bengkal, Muara Ancalong dan sebagian Muara Wahau dan Sangkulirang. Daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Berau pada Kecamatan Sangkulirang, Muara Wahau dan Muara Ancalong merupakan daerah pegunungan kapur. Wilayah dengan daerah pegunungan dan perbukitan mempunyai areal paling luas yaitu 1.608.915 ha dan 1.429.9222,5 ha sedangkan dataran/landai 536.212,5 ha yang terdiri dari daratan, rawa dan perairan berupa sungai dan danau. Jaringan sungai terdapat di seluruh

kecamatan sedangkan danau hanya di Kecamatan Muara Bengkal yaitu Danau Ngayau dan Danau Karang. 2-1 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

Wilayah pantai yang berada di sebelah timur kabupaten mempunyai ketinggian antara 0-7 m diatas permukaan laut di mana wilayah ini mempunyai sifat kelerengan yang datar, mudah tergenang rawa dan merupakan daerah endapan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kutai Timur mempunyai kelerengan di atas 15%, wilayah dengan kelerengan di atas 40% mempunyai areal cukup luas, yang tersebar di seluruh wilayah, khususnya terkonsentrasi di bagian barat laut, di mana wilayahnya mempunyai ketinggian diatas 500 meter diatas

permukaan laut. Wilayah dengan ketinggian 500 m diatas permukaan laut mempunyai sifat berbukit sampai bergunung dengan kelerengan lebih dari 40% dan sangat potensi erosi. 2.1.3. Iklim Kabupaten Kutai Timur beriklim hutan tropika humida dengan suhu udara ratarata 26 C, di mana perbedaan suhu terendah dengan suhu tertinggi mencapai 5C -7C, jumlah curah hujan antara 2000-4000 mm/tahun, dengan jumlah hari hujan rata-rata adalah 130-150 hari/tahun.

2.1.4. Hidrologi Potensi hidrologi di Kabupaten Kutai Timur cukup besar, terutama adanya aliran beberapa sungai antara lain Sungai Sangatta, Sungai Marah dan Sungai Wahau. Peranan sungai di daerah ini sangat penting yaitu sebagai sarana transportasi air antara daerah pantai dan daerah pedalaman, selain itu juga dimanfaatkan sebagai sumber air minum penduduk di sepanjang wilayah yang dilaluinya. 2.1.5. Lingkungan Hidup Seiring dengan perkembangan Kabupaten Kutai Timur dalam pengembangan kegiatan daerah yang ramah

lingkungan, maka Pemerintah Kabupaten Kutai Timur telah menetapkan kegiatan-kegiatan yang wajib melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Dengan potensi sumberdaya alam yang dimiliki, juga membawa dampak negatif terhadap keberlangsungan lingkungan hidup. Kegiatan pengelolaan sumberdaya yang kurang bijak akan mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup. Kegiatan pertambangan dan konversi hutan menjadi lahan pertanian merupakan kegiatan rang rawan mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup. 2.1.6. Wilayah Administratif

Wilayah administrasi Kabupaten Kutai Timur terbagi atas 11 Kecamatan lama dengan tambahan 7 kecamatan pemekaran, yaitu : 1. Kecamatan Batu Ampar Kecamatan indukMuara Bengkal 2. Kecamatan Long Mesangat 2-2 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

3. Kecamatan Sangatta Utara 4. Kecamatan Teluk Pandan Kecamatan induk Sangatta 5. Kecamatan Rantau Pulung 6. Kecamatan Kaubun Kecamatan induk Kaliorang 7. Kecamatan Karangan Kecamatan induk Sandaran 2.2. KEPENDUDUKAN 2.2.1. Kondisi, Jumlah, Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Sebagaimana kabupaten lain pada umumnya yang memiliki sumberdaya alam melimpah dan wilayahnya sangat luas, maka tidak mengherankan jika beragam etnis

mendiami Kutai Timur. Kedatangan etnis lain (di luar Kutai dan Dayak) terutama sekali didorong oleh dua faktor. Pertama, terbukanya daerah ini sebagai tempat yang baik untuk mencari kerja atau mengembangkan usaha yang didorong oleh sektor industri batubara, maupun pengelolaan kayu yang keduanya mendatangkan banyak tenaga kerja dari luar daerah. Kedua, karena ikut program transmigrasi yang dilaksanakan pemerintah. Kuatnya asumsi tersebut terutama sekali bisa dilihat dari daerah asal pendatang yang mendiami Kabupaten Kutai Timur

berdasarkan sensus penduduk tahun 2000. Sebagian besar pendatang yang kini bermukim di Kutai Timur berasal dari Pulau Jawa dan Sulawesi. Dengan tambahan penduduk berdasarkan etnis tersebut, pada tahun 2000 etnis Jawa yang tinggal di Kutai Timur menjadi yang terbesar yaitu 25,63% atau sebanyak 37.503 jiwa, disusul etnis Kutai 25,24%, etnis Bugis 16,53% etnis Banjar 7,78% etnis Dayak Kenyah 4,73% dan etnis lainnya 20,10%, dari seluruh jumlah

penduduk Kutai Timur yang sebesar 146.510 jiwa. Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Kabupaten Kutai Timur terus mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2004 berjumlah 168.529 jiwa dengan kepadatan ratarata 4,71 jiwa/km, laju pertumbuhan rata-rata 3,56% (dari tahun 2000-2004) atau lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk nasional yaitu sebesar 1,5%. 2-3 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

Tabel 2.1. Perkembangan Jumlah Penduduk tiap Kecamatan Tahun 2000-2004 No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Tahun/Jiwa) % Pertumbuhan 2000 2001 2002 2003 2004 1 Muara Ancalong 44843 15509 15043 13059 13033 (1.34) 2 Busang 4548 6689 6481 4027 3961 0.30 3 Muara Wahau 18230 11454 11214 10676 10694 (1.85) 4 Telen 16599 4332 4249 4178 4194 (0.98) 5 Kombeng

11210 11975 11802 13128 13199 3.51 6 Muara Bengkal* 6029 17615 15891 14041 14097 (6.23) 7 Sangatta** 13755 46676 54850 61384 63782 9.21 8 Bengalon 3914 8667 8860 10792 10911 15.99 9 Kaliorang*** 11523 12152 12027 11809 12446 2.65 10 Sangkulirang 4362 17464 17023 16805 16575 (0.04) 11 Sandaran**** 11497 4630 4506 5571 5639 5.52 Jumlah 146510 157163 161946 165470

168531 3.56 Sumber : Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka 2004 Keterangan: (...) berarti pertumbuhan minus * Termasuk Kecamatan Batu Ampar dan Long Mesangat ** Termasuk Kecamatan Sangatta Utara, Teluk Pandan, dan Rantau Pulung *** Termasuk Kecamatan Kaubun ****Termasuk Kecamatan Karangan Tabel 2.2. Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2000-2004 Kecamatan Luas Wilayah Kepadatan

Penduduk Per Km2 Km2 % 2000 2001 2002 2003 2004 1. Muara Ancalong 3241.28 9.07 4.24 4.78 4.64 4.03 4.02 2. Busang 3721.62 10.41 1.05 1.80 1.74 1.08 1.06 3. Muara Wahau 5724.32 16.01 2.01 2.00 1.96 1.87 1.87 4. Telen 3129.61 5.75 1.39 1.38 1.36 1.33 1.34 5. Kombeng 581.27 1.63 19.78 20.60 20.30 22.59 22.71 6. Muara Bengkal*

1562.30 4.37 11.67 11.28 10.17 8.99 9.02 7. Sangatta** 3898.26 10.90 11.50 11.97 14.07 15.75 16.36 8. Bengalon 3396.24 9.50 1.78 2.55 2.61 3.18 3.21 9. Kaliorang*** 699.01 1.96 16.04 17.38 17.21 16.89 17.81 10. Sangkulirang 6020.05 16.84 2.76 2.90 2.83 2.79 2.75 11. Sandaran**** 3773.54 10.56 1.21 1.23 1.19 1.48 1.49 Kepadatan Rata-rata 3.5741.50 100.00 4.10 4.40 4.53 4.63

4.70 Sumber : BPS Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka 2004 * Termasuk Kecamatan Batu Ampar dan Long Mesangat ** Termasuk Kecamatan Sangatta Utara, Teluk Pandan, dan Rantau Pulung *** Termasuk Kecamatan Kaubun ****Termasuk Kecamatan Karangan Rasio ketergantungan penduduk adalah merupakan rasio antara jumlah penduduk non produktif (usia 0-14 tahun dan usia 65 tahun ke atas) terhadap

penduduk usia produktif (15-64 tahun ). Kabupaten Kutai Timur mempunyai rasio ketergantungan penduduk sebesar 63%, artinya setiap 100 jumlah penduduk usia produktif menanggung 2-4 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

beban sejumlah 63 orang usia non produktif. Namun demikian rasio ketergantungan penduduk ini tidak dapat diartikan secara penuh sebagai beban tanggungan, karena banyak penduduk usia produktif terutama yang masih usia sekolah tidak terlibat sama sekali dalam kegiatan ekonomi. Demikian pula sebaliknya masih ditemukan penduduk usia anak-anak yang telah bekerja terutama di daerah pedesaan dalam rangka meringankan beban orang tuanya. 2.2.2. Ketenagakerjaan

Perkembangan angkatan kerja di Kabupaten Kutai Timur mengalami fluktuasi, walaupun jumlah penduduk mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari banyaknya angkatan kerja pada tahun 2000 adalah sebanyak 70.343 jiwa, tetapi pada tahun 2002 jumlah angkatan kerja menurun menjadi 60.463 jiwa. Setelah tahun 2002 sampai tahun 2004 angkatan kerja di Kabupaten Kutai Timur terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 angkatan kerja adalah 66.652 jiwa, pada tahun 2004 angkatan kerja adalah sebesar

111.286 jiwa. Tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami fluktuasi juga. Pada tahun 2000 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 71,75% artinya penduduk usia kerja yang bekerja 71,75%, pada tahun 2002 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 52,17%, tahun 2003 Tingkat Partisipasi angkatan kerja 62,05% dan pada tahun 2004 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja turun menjadi 60,21%. 2.3. PEREKONOMIAN 2.3.1. PDRB Kebijakan desentralisasi pemerintah pusat melalui undang-undang No.32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah ikut memacu pergerakan ekonomi daerah menuju kondisi perekonomian daerah yang semakin baik. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan Perkembangan PDRB mulai tahun 2001 s/d 2004 cenderung mengalami fluktuasi. PDRB Kabupaten Kutai Timur dengan Migas atas dasar harga konstan pada tahun 2000 sebesar Rp 5,493 trilyun, tahun 2001 sebesar Rp 6,53 trilyun , tahun

2002 sebesar Rp. 7,73 trilyun, tahun 2003 sebesar Rp. 7,49 trilyun, pada tahun 2004 kembali meningkat menjadi Rp. 9,22 trilyun. 2.3.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Laju Pertumbuhan Ekonomi periode tahun 2000-2004 menunjukan kenaikan yang signifikan. Pada tahun 2000-2001 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kutai Timur 2-5 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

adalah sebesar 18,91% dan pada tahun 2003-2004 meningkat menjadi 23,02%. 2.3.3. Pendapatan per Kapita Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat adalah nilai pendapatan perkapita. Kabupaten Kutai Timur pada tahun 2004 memiliki jumlah penduduk sebanyak 168.529 jiwa, memiliki pendapatan per kapita sebesar Rp 52.655.104. Sedangkan pendapatan per kapita tanpa migas dan pertambangan adalah sebesar Rp 6.442.589. 2.3.4. Struktur Ekonomi Struktur perekonomian daerah

masih didominasi sektor Pertambangan dan Penggalian dengan kontribusi sektor tersebut adalah berkisar antara 74% sampai dengan 82%, terhadap PDRB Kabupaten Kutai Timur, sehingga pada waktu terjadi penurunan PDRB tahun 2002 dan tahun 2003 dikarenakan penurunan produksi batubara. Dilihat dari kontribusi PDRB Kabupaten Kutai Timur, maka dapat dikatakan bahwa bidang fiskal, daerah Kabupaten Kutai Timur telah pula memberikan kontribusi peningkatan pendapatan baik terhadap propinsi, Kabupaten/Kota, maupun terhadap peningkatan Produk

Domestik Regional Bruto Nasional. 2.3.5. Potensi dan Permasalahan Ekonomi Berdasarkan RTRW Kabupaten Kutai Timur, sektor-sektor ekonomi potensial berbasis masyarakat setiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 2.3. Sub Sektor dan Komoditas Pertanian per Kecamatan di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2004 No. Kecamatan Sektor & Komoditas 1. Muara Ancalong Sub Sektor Tanaman Pangan: komoditas kedelai, jagung, padi sawah.

Sektor Pekerbunan: komoditas coklat, lada, pisang. Sektor Peternakan: komoditas sapi, kambing, ayam dan babi Sektor Perikanan Darat: komoditas ikan betutu, ikan mas, ikan patin. 2. Busang Sektor Pertanian Tanaman Pangan: komoditas padi ladang Sektor Perkebunan: komoditas coklat, jeruk , pisang 3. Muara Wahau Sektor Perkebunan: komoditas kelapa sawit, coklat 4. Telen Sektor Perkebunan: komoditas kelapa sawit, coklat 5. Kongbeng Sektor Tanaman Pangan: komoditas padi Sektor Peternakan: komoditas sapi Sektor Perkebunan:

komoditas kelapa, coklat, lada, karet, kelapa sawit 6. Muara Bengkal (termasuk : -Batu Ampar -Long Mesangat) Sektor Pertanian Tanaman Pangan: komoditas padi ladang Sektor Peternakan: komoditas kambing Sektor Perkebunan: komoditas coklat, jeruk , pisang 2-6 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

7. Sangatta (termasuk : -Sangatta Utara -Teluk Pandan -Rantau Pulung) Sektor Tananam Pangan: komoditas padi Sektor Perikanan: komoditas perikanan laut Sektor Pariwisata 8. Bengalon Sektor Tananam Pangan: komoditas padi Sektor Perikanan: komoditas perikanan laut Sektor Perkebunan: komoditas lada, coklat, sawit 9. Kaliorang (termasuk : -Kaubun) Sektor Perkebunan: komoditas kelapa, coklat, kopi, pisang Sektor Perikanan: komoditas perikanan laut Sektor Peternakan: komoditas sapi 10. Sangkulirang Sektor Perkebunan: komoditas kopi, lada, coklat,karet

dan sawit. Sektor Peternakan: komoditas sapi Sektor Perikanan: komoditas perikanan laut Sektor Kehutanan Sektor Pariwisata: berupa kawasan wisata alam & obyek peninggalan sejarah 11. Sandaran (termasuk : -Karangan) Sektor Perkebunan: komoditas kelapa, pisang, coklat, lada Sektor Perikanan Laut Sektor Tanaman Pangan: komoditas padi Sektor Tanaman Hortikiltura: komoditas sayur mayur Sumber Data: Diolah Berdasarkan RTRW Kecamatan Berbasis Masyarakat A. Peternakan Di sektor peternakan, sampai dengan akhir 2003, ternak

sapi merupakan jenis ternak besar terbanyak dibandingkan dengan ternak lainnya dengan populasi mencapai 76,2%. Meskipun demikian, jumlah ternak yang dipotong belum dapat memenuhi permintaan lokal, sehingga masih ada ketergantungan ternak potong dari daerah luar. Sedangkan untuk jenis unggas pada akhir tahun 2003 adalah sebesar 416.433 ekor. B. Kehutanan Luas kawasan hutan di Kabupaten Kutai Timur seluruhnya terdiri dari kawasan hutan lindung seluas 656.294,687

ha, hutan produksi seluas 1.335.477 ha, kawasan konservasi seluas 1.038.966 ha (Taman Nasional Kutai) dan tercatat sejumlah perusahaan perkayuan yang telah menanamkan modalnya di Kabupaten Kutai Timur terdiri dari 16 perusahaan HPH dan 4 perusahaan HTI. Dengan kawasan hutan yang dimiliki, maka hasil hutannya merupakan salah satu andalan ekspor di Kabupaten Kutai Timur, disamping juga menghasilkan kayu untuk perniagaan misalnya jenis kayu meranti, keruing, bengkirai dan ulin.

2-7 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

Tabel 2.4. Produksi Kayu Olahan Menurut Jenisnya No Jenis Kayu Olahan Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 1. Plywood (m) 5.690.26 --5.515.90 2. SawnTimber (m) 16.794.51 11.888.75 11.888.75 37.552.69 3. Block Board (m) 254.67 --14.93 4. Moulding (m) 2.437.54 2.684.90 2.684.90 793.35 Sumber: Kutai Timur Dalam Angka 2004 C. Pertanian dan

Perkebunan Sektor Pertanian dan Perkebunan merupakan sektor yang mampu diharapkan menggerakkan perekonomian wilayah Kabupaten Kutai Timur. Adapun sifat dan karateristik kemampuan lahan untuk berbagai komoditas adalah sebagai berikut: (1) Lahan perikanan 19.671 ha Lahan yang direkomendasikan untuk perikanan merupakan daerah yang memiliki fisiografi pasang surut. Daerah ini memiliki bentuk wilayah datar dengan lereng berkisar 0-2%. Sebagian besar lahan ini telah dibuka untuk pembuatan tambak, khususnya

di Muara Bengalon, sepanjang pantai Bontang-Sangatta dan Sangkulirang. Lahan ini disusun oleh tanah gleisol (Tropaquents, Hydraquents) yang bertekstur halus/lempung liat berpasir hingga lempung berliat, masam di lapisan atas dan agak masam di lapisan bawahnya sedangkan drainase tanah umumnya jelek. (2) Lahan budi daya padi sawah (110.589 ha) Lahan ini relatif datar dengan lereng sekitar 0-2% tetapi sebagian besar selalu tergenang sepanjang tahun. Jenis tanah yang menyusun lahan

ini sangat bervariasi. Tekstur tanah umumnya halus dengan solum tanah dalam, drainase jelek hingga terhambat dan bersifat masam. (3) Lahan padi dan palawija Lahan ini memiliki topografi landai hingga berombak dengan kelas lereng 2 8%. Sebagian daerah ini disusun oleh batuan kapur dengan bentuk lahan datar dengan teras yang bergelombang sedikit drainase permukaan dan kerapatan dari humus yang bervariasi. Bertekstur lempung berdebu hingga liat berdebu, solum tanah

dangkal hingga dalam, drainase sedang hingga baik, masam hingga agak masam. (4) Lahan perkebunan, hortikultura dan palawija (865.093 ha) Lahan palawija dan hortikultura ini memiliki bentuk wilayah bergelombang hingga berbukit dengan kelas lereng berkisar antara 16-40%, bersolum tanah sedang-dalam, drainase baik dan bersifat masam hingga agak masam. (6) Lahan Perkebunan (194.012 ha) Lahan yang direkomendasikan untuk perkebunan memiliki bentuk wilayah berbukit hingga

berbukit agak curam dengan lereng berkisar 41-60%. Memiliki tekstur lempung berdebu hingga berliat, solum tanah dalam, drainase baik dan bersifat 2-8 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

masam. (6) Lahan yang tidak direkomendasikan (16.498 ha) Lahan ini umumnya memiliki lereng yang sangat curam (Slope> 60%) atau daerah batu kapur yang memiliki ketebalan tanah hanya beberapa sentimeter sehingga sangat sulit untuk dimanfaatkan usaha pertanian. Pengaruh dari rendahnya tingkat penerapan teknologi, maka mengakibatkan hasil produksi sektor pertanian dan perkebunan yang relatif lebih rendah dari produksi propinsi. Kemampuan produksi pertanian dan perkebunan dapat dilihat

pada tabel berikut ini. Tabel 2.5. Hasil-hasil Produksi Sektor Pertanian dan Perkebunan Tahun 2002-2004 No Komoditas Jumlah Produksi (Ton) 2002 2003 2004 1. Padi Sawah 7.992 14.746 14.331 2. Padi Bukan Sawah 22.599 7.7039 25.969 3. Jagung 2.194 3.202 1.876 4. Ubi Kayu 3.323 6.202 4.574 5. Ubi Jalar 879 1.113 1.083 6. Kacang Tanah 188

344 215 7. Kedelai 191 426 614 8. Kacang Hijau 78 205 148 9. Karet 78,54 78,54 25,18 10. Lada 22,40 27,90 42,53 11. Kopi 109,20 128,98 168,45 12 Cengkeh 0,35 0,35 0,35 13. Kelapa 3.047,25 4.185,75 2025,87 14. Kakao 2.807,70 3.262,70 3.410,92 15. Kapuk 16 16 18,72 16. Kemiri 19,25 30,25 27,77 17. Aren 243 288 216,71 18. Jambu

Mete 26 26 26,5 19. Panili 12,20 17,20 100,60 20. Kelapa Sawit 65.940,7 113.933 21. Kenaf -30 Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka 2004 Selama kurun waktu tahun 1999 2004, produksi padi di Kabupaten Kutai Timur mengalami fluktuasi. Pada tahun 1999, terdapat produksi padi sebanyak 26.525 ton dan pada tahun berikutnya mengalami penurunan menjadi 11.561 ton pada tahun 2001. Pada tahun 2002 mengalami

peningkatan yang cukup tajam menjadi 30.591 ton dan mengalami penurunan pada tahun berikutnya menjadi 22.449 ton dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2004 menjadi 40.300 ton. 2-9 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

Program pembangunan kelapa sawit satu juta hektar di Propinsi Kalimantan Timur (yang 350.000 ha luas pengembangannya ada di Kabupaten Kutai Timur), sampai dengan tahun 2004 luas perkebunan kelapa sawit 39.568,08 ha yang terdiri dari perkebunan rakyat 6.379,08 ha; perkebunan besar swasta dan koperasi 33.189,00 ha, sehingga masih terbuka peluang bagi investor untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit baik dilihat dari potensi lokasi maupun program pengembangan satu juta hektar sawit dari propinsi.

D. Pertambangan 1) Minyak Bumi dan Gas Hasil eksplorasi menunjukkan lapangan minyak bumi ditemukan di wilayah Sangatta seluas 6.000 ha dan wilayah Sangkulirang seluas 12.000 ha dengan cadangan sebesar 3 milyar boe barel. Hasil eksplorasi gas bumi terdapat di wilayah Bengalon seluas 20.000 ha, wilayah Teluk Golok Sangkulirang seluas 11.000 ha dan wilayah Pulau Miang Besar seluas 8.000 ha. 2) Batubara Mulai dieksplorasi sejak tahun

1982, yang sebagian besar diekspor ke beberapa negara seperti Jepang, Taiwan, Amerika dan beberapa negara Eropa. Potensi seluruh batubara di Kabupaten Kutai Timur adalah sebesar 5.352.473.000 ton. 3) Emas Tersebar di 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Muara Wahau (Sungai Pesab, Sungai Telen, dan Sungai Marah), Kecamatan Muara Ancalong (Sungai Kelinjau, Sungai Atan), dan Kecamatan Busang (Eks. Bre.X) 4) Besi Di wilayah Kecamatan Kaliorang, Sangkulirang,

Kongbeng, dan Busang. 5) Batu Gamping Di wilayah Gunung Sekerat (Kecamatan Sangkulirang dan Bengalon) dengan areal 51.000 ha dan cadangan sekitar 18,6 milyar ton. 6) Gipsum Ditemukan di Sungai Sekerat, Sungai Bengalon, dan Kaliorang dengan cadangan 19 juta ton. 7) Pasir Kuarsa Lokasi endapan terdapat di desa Kaliorang, Sangkulirang, Bengalon, Sandaran, Sangatta dan Muara Ancalong dengan cadangan diperkirakan sebanyak 420 juta m3.

8) Lempung Di Kabupaten Kutai Timur terdapat cadangan lempung sebesar 2 milyar ton dengan luas areal 65.300 ha. 2 -10 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

9) Logam Terdapat di Muara Ancalong dan Sangkulirang dengan deposit sebesar 75 juta ton. E. Perikanan Potensi perikanan laut terdapat di kawasan pesisir yaitu Sangatta Sangkulirang Bengalon -Sandaran dengan bentang pantai sepanjang 152 km, untuk potensi perairan umum terdiri dari sungai, danau, rawa, waduk sedangkan perairan budi daya meliputi tambak dan kolam. Produk dan nilai produksi perikanan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.6.

Produksi dan Nilai Produksi Perikanan No. Tahun Produksi (ton) Nilai Produksi (juta rupiah) 1. 2001 6.724.3 67.824.452 2. 2002 5.808.1 320.507.102 3. 2003 5.107.0 19.626.323 Sumber: Kutai Timur Dalam Angka 2004 Sedangkan jumlah Rumah Tangga perikanan pada tahun 2001 sebanyak 3.318 Rumah tangga, tahun 2002 berjumlah 2.799 rumah tangga dan tahun 2003 meningkat menjadi 2.809

rumah tangga. Sedangkan untuk produksi ikan di Kabupaten Kutai Timur, selama kurun waktu tahun 2001 2003 mengalami penurunan. Pada tahun 2001 Kabupaten Kutai Timur memproduksi ikan sebanyak 6.724,3 ton dan pada tahun 2003 mengalami penurunan menjadi 5.197 ton. F. Pariwisata Potensi Pariwisata Kabupaten Kutai Timur berupa obyek wisata alam, wisata budaya, wisata pelayaran sungai, tersebar di 6 wilayah kecamatan. Sebaran obyek wisata Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat

pada tabel berikut ini. Tabel 2.7. Potensi Obyek Wisata Kabupaten Kutai Timur Kecamatan Obyek Wisata Keterangan Sangatta Pantai Sangkimah Akan dikembangkan Taman Nasional Kutai Akan dikembangkan Pantai Teluk lombok Akan dikembangkan Pantai Teluk Perancis Akan dikembangkan Sangkulirang Sumber Air Panas Akan dikembangkan Goa Pengadan (Stalaktit dan Stalakmit) Akan dikembangkan 2 -11 RPJM-D Kab. Kutim

2006-2010

Pulau Birah-birahan (taman laut,ikan hias, jenis pohon langka) Akan dikembangkan Goa Mardua Akan dikembangkan Pantai cepu-cepu Sungai Narut Pulau Miang Besar Pulau Lepok Teluk Nepa Muara Wahau Danau Desa Juk Ayak Kombeng Goa Kombeng (burung walet, patung-patung eks peninggalan kerajaan) Akan dikembangkan Lamin adat dan seni budaya Suku Dayak Kenyah Lepo Kulit Akan dikembangkan Lamin adat dan seni budaya

Suku Dayak Modang Telen Lamin adat dan seni budaya Suku Kayan Muara Ancalong Lamin Adat dan seni budaya Suku Dayak Kenyah Lepo Tau Sumber : Studi Pariwisata Kabupaten Kutai Timur Perkembangan sektor pariwisata perlu dukungan ketersediaan sarana dan prasarana yang memberikan kenyamanan bagi wisatawan, antara lain adalah kemudahan aksesibilitas, tersedianya hotel dan penginapan. Jumlah koperasi di Kabupaten Kutai Timur

pada tahun 2004, mencapai sebanyak 385 buah. Koperasi sebagai usaha ekonomi rakyat masih sering diwarnai dengan persoalan keterbatasan modal, pengelolaan dan manajemen yang kurang profesional dalam melakukan pengembangan usaha ke depan. 2.4. SOSIAL, BUDAYA DAN POLITIK Kondisi sosial budaya masyarakat Kabupaten Kutai Timur dapat diamati dari tingkat apresiasi masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan dan kebudayaan masyarakat yang pada akhirnya merupakan cermin dari tingkat kesejahteraan rakyat Kabupaten Kutai Timur. 2.4.1.

Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Kutai Timur umumnya masih rendah. Menurut data tahun 2004 penduduk dengan jenjang SD masih mendominasi tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Kutai Timur, yakni sebesar 41.397 jiwa atau 33,46% dan tidak tamat SD adalah 31.673 jiwa atau 25,60%. Sementara penduduk yang berpendidikan setingkat sarjana 2.719 jiwa atau 2,2% dari jumlah penduduk usia 10 2 -12 RPJM-D Kab.

Kutim 2006-2010

tahun ke atas. Rendahnya tingkat pendidikan tersebut mengisyaratkan rendahnya kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten Kutai Timur. Perkembangan kondisi pendidikan khususnya jumlah siswa menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Kutai Timur dari tahun 2001 hingga tahun 2004 dapat dicermati pada tabel berikut ini. Tabel 2.8. Banyaknya Siswa dan Tingkat Pendidikan NO. Tingkat Pendidikan 2001 (siswa) 2002 (siswa) 2003

(siswa) 2004 (siswa) 1. Sekolah Dasar (SD) 20.505 24.462 25.370 26.713 2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 3.774 6.159 5.517 6.155 3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 2.284 1.939 1.869 5.974 4. Perguruan Tinggi 250 tad 920 tad Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka 2004 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah siswa di

setiap jenjang pendidikan pada umumnya mengalami peningkatan. Sementara untuk jenjang perguruan tinggi tidak ada data lengkap. Sedangkan untuk jumlah fasilitas pendidikan berupa sekolah dan jumlah guru menuurut jenjang pendidikan dapat dicermati pada tabel berikut ini. Tabel 2.9. Jumlah Sekolah (Swasta dan Negeri) dan Jumlah Guru Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan 2001/2002 2002 /2003 2003 /2004 Sekolah

Guru Sekolah Guru Sekolah Guru 1. Sekolah Dasar (SD) 153 1201 153 1357 153 1498 2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 36 492 37 556 46 692 3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 12 165 11 166 39 615 Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka 2004 2.4.2. Kesehatan Derajat kesehatan atau tingkat kesehatan masyarakat Kutai Timur dapat

dilihat dari beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilannya, yakni lingkungan sehat, pelayanan kesehatan, faktor turunan dan perilaku sehat. Tingkat perkembangan aspekaspek di atas sangat menentukan kesehatan masyarakat. Di antara empat faktor tersebut, pelayanan kesehatan memiliki peranan yang sangat strategis karena melalui pelayanan kesehatan ini tidak saja dapat dilakukan pelayanan kesehatan, tetapi juga upaya kesehatan bersifat preventif, rehabilitasi, edukatif yang sangat luas termasuk informasi 2 -13 RPJM-D Kab.

Kutim 2006-2010

kesehatan. Permasalahan yang muncul pada sektor kesehatan secara umum mencakup : (1) dana kesehatan yang terbatas, (2) terbatasnya dan rendahnya profesionalisme tenaga medis dan paramedis, (3) rendahnya mutu layanan medis, (4) sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki sangat terbatas, (5) belum terpenuhinya mutu gizi masyarakat yang layak, dan (6) wilayah yang harus dilayani sangat luas sebarannya. Pembangunan di bidang kesehatan

bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah. Meningkatnya pelayanan kesehatan berarti meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan pada masyarakat adalah dengan menyediakan fasilitas kesehatan yang menjangkau semua lapisan masyarakat di berbagai daerah wilayah Kabupaten Kutai Timur. Tabel 2.10. Jumlah Penduduk, Prasarana Kesehatan dan SDM Kesehatan KecamatanJumlahPendudukRumahSakitPuskesmasPuskesmasPembantuKlinikDokterBidanSwas ta1.Ma.Ancalong13.033-19--22.Busang3.961-13-33.Ma.Wahau4.194-25-374.Telen10.694-14-115.Kongbeng13.199-16-216.Ma.Bengkal*14.09

7-162317.Sangatta**63.7824311-978.Bengalon10.911-12-349.Kaliorang***16.574-114-1 610.Sangkulirang12.446-114-3111.Sandaran****5.639-12-1Jumlah168.5294147622330 Sumber : BPS Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka 2004 * Termasuk Kecamatan Batu Ampar dan Long Mesangat ** Termasuk Kecamatan Sangatta Utara, Teluk Pandan, dan Rantau Pulung *** Termasuk Kecamatan Kaubun ****Termasuk Kecamatan Karangan Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Kutai Timur masih relatif kurang dalam kualitas maupun kuantitas. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang baik

selain dengan menyediakan berbagai fasilitas kesehatan, juga melalui penyuluhan kesehatan agar masyarakat dapat berperilaku hidup sehat. Indikator lain berkaitan dengan derajat kesehatan masyarakat adalah angka harapan hidup yang mengalami peningkatan pada tahun 2002 sebesar 67,1 tahun sedangkan pada tahun 2004 menjadi 67,6 tahun. 2.4.3. Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan 2 -14 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki kemampuan untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumber daya yang dimiliki. Pemberdayaan masyarakat kemungkinan besar akan terhambat oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat yang relatif masih rendah. Kondisi tersebut diperparah lagi dengan kenyataan bahwa mekanisme pemberdayaan masyarakat yang diterapkan selama ini masih belum optimal di semua lini.

Pemberdayaan perempuan terutama ditujukan pada peningkatan peranserta kaum wanita dalam proses pembangunan. Dewasa ini pemberdayaan perempuan di Kabupaten Kutai Timur masih kurang, terutama dalam peran sertanya pada bidang ekonomi dan politik. Salah satu upaya untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan perempuan dilakukan dengan program PKK serta keluarga berencana. Gender merupakan suatu bentukan atau konstruksi sosial atau interpretasi masyarakat atas perbedaan kondisi biologis laki-laki dan perempuan.

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa isu keadilan gender muncul sebagai akibat adanya perbedaan-perbedaan yang diciptakan atau dikontruksikan oleh masyarakat. Gender menjadi masalah yang serius ketika ia menciptakan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh akses dan melakukan kontrol atas sumberdaya dan/atau memiliki akses atau kesempatan untuk berperan dalam pengambilan keputusan. Indikator pro-gender diukur dengan Indeks Pembangunan Gender (IPM) atau Gender-related Development Indeks (GDI) dan

Ukuran Pemberdayaan Gender (UPJ) atau Gender Empowerment Measure (GEM). Indikator yang digunakan dalam perhitungan IPG sama dengan IPM dengan memperhatikan perbedaan antara gender. UPJ memperhitungkan persen perempuan di parlemen, pejabat dan manajer senior dalam bidang profesional dan teknis serta disparitas dalam pendapatan gender. Tabel 2.15. berikut ini merupakan hasil perhitungan GEM Kabupaten Kutai Timur dan kota-kota lain di Provinsi Kalimantan Timur. 2 -15

RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

Tabel 2.11. Ranking GEM Kota-kota di Provinsi Kalimantan Timur Kota Pasir Partisipasi Perempuan di DPRD 3.3 Angkatan kerja Perempuan 29.3 Populasi Perempuan (%) Perbandingan Ratarata penghasilan dari sektor non-pertanian GEM GEM ranking (nasional) Perempuan Lakilaki 48.6 565.8 929.1 39.6 243 Kutai Barat 0 32.9 47.3 543 995.3 36.6 272 Kutai Kertanegara 2.2 30.2 47.1 623.3

1234.1 36.7 271 Kutai Timur 0 24.4 46 704.7 1427.9 20.7 331 Berau 0 32 46.3 551.9 1117.4 36.9 270 Malinau 0 36.8 48 550.3 778 22.2 329 Bulongan 3.3 32.9 47.6 495 776.7 42 203 Nunukan 0 31.9 48.6 362.5 572.2 35.9 276 Balikpapan 10 31 49.8 553 887.8 46.5 127 Samarinda 4.4 32.6 48.4 533.4 1045.7 39.3 245

Tarakan 4 23.6 47 558.9 646.4 40.8 223 Bontang 4 21.7 47.9 519 1421.5 26.4 324 Sumber: National Human Development Report, 2004 Dari tabel di atas terlihat bahwa GEM Kabupaten Kutai Timur berdasarkan data tahun 2001-2002, secara Nasional berada dalam ranking 331. Ditinjau dari disparitas pendapatan sektor non pertanian, penghasilan perempuan dan laki-laki di Kabupaten Kutai Timur mempunyai perbandingan 1:2. Dengan demikian memang ada perbedaan

yang nyata antara pendapatan perempuan dan laki-laki, namun hal itu dapat dimengerti, di mana terdapat lapangan pekerjaan sektor pertambangan di Kabupaten Kutai Timur yang memang lebih memberikan kontribusi yang besar kepada laki-laki. Sedangkan partisipasi pemuda dalam pembangunan diindikasikan semakin membaik seiring dengan budaya, kesenian dan olah raga yang makin luas di kalangan masyarakat. 2.4.4. Keagamaan Kehidupan beragama dalam masyarakat Kabupaten

Kutai Timur berkembang dengan baik. Telah tumbuh kesadaran yang kuat di kalangan pemuka agama untuk membangun harmoni sosial dan hubungan antar umat beragama yang aman damai dan saling menghargai. Penduduk Kabupaten Kutai Timur mayoritas beragama Islam 136.243 jiwa (82,35%), sedangkan untuk Protestan 16.788 jiwa (10,15%), Katolik 10.156 jiwa (6,14%), Hindu 1.911 jiwa (1,16%) dan Budha 40 jiwa (0,02%). Beberapa masyarakat yang tinggal di pedalaman masih menganut

animisme yang kadang-kadang merupakan wujud tradisi dan budaya mereka yang diperlihatkan dari 2 -16 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

tarian maupun produk budaya lainnya. Tabel 2.12. Banyaknya Pemeluk Agama Menurut Golongan Agama dan Kecamatan Tahun 2004 Kecamatan AGAMA Islam Katholik Protestan Hindu Budha Lainny a 1. Ma. Ancalong 10.879 364 1.649 142 -2. Busang 1.144 303 2.576 --3. Ma. Wahau 7.735 2.323 579 10 9 6 4. Telen 2.038 276 1.857 2

-5. Kongbeng 8.055 1.334 3.536 179 5 1 6. Ma. Bengkal* 13.216 594 202 6 5 7. Sangatta** 53.631 2.264 5.163 132 16 98 8. Bengalon 10.042 407 303 22 4 9. Kaliorang*** 11.191 206 384 8 1 1 10. Sangkulirang 13.281 1.990 102 1.410 -11. Sandaran**** 5.031 95 437 --Jumlah 136.243 10.156 16.788 1.911

40 108 Sumber: BPS Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka 2004 * Termasuk Kecamatan Batu Ampar dan Long Mesangat ** Termasuk Kecamatan Sangatta Utara, Teluk Pandan, dan Rantau Pulung *** Termasuk Kecamatan Kaubun ****Termasuk Kecamatan Karangan Tabel 2.13. Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Jenis dan Kecamatan Tahun 2004 Kecamatan Jenis Tempat Ibadah Masjid Gereja Pura Vihara

1. Ma. Ancalong 24 18 2 2. Busang 4 10 -3. Ma. Wahau 17 14 -4. Telen 5 7 -5. Kombeng 21 16 3 6. Ma. Bengkal* 18 8 -7. Sangatta** 52 39 1 8. Bengalon 20 13 1 9. Kaliorang*** 16 11 2 10. Sangkulirang 28 10 -11. Sandaran****

9 4 -Jumlah 214 150 9 Sumber: BPS Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka 2004 * Termasuk Kecamatan Batu Ampar dan Long Mesangat ** Termasuk Kecamatan Sangatta Utara, Teluk Pandan, dan Rantau Pulung *** Termasuk Kecamatan Kaubun ****Termasuk Kecamatan Karangan 2 -17 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

2.5. PRASARANA DAN SARANA Penyediaan (jumlah dan kondisi) sarana dan prasarana di Kabupaten Kutai Timur masih jauh dari mencukupi untuk mendukung ekonomi wilayah, yaitu meliputi prasarana air bersih dan telekomunikasi yang merupakan fasilitas dasar untuk kehidupan masyarakat. 2.5.1. Prasarana Perhubungan A. Transportasi Darat 1. Jalan Prasarana jalan sebagai penghubung di bidang transportasi darat merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam memperlancar kegiatan perekonomian masyarakat. Prasarana

jalan pada hakekatnya menyangkut berbagai aspek kehidupan, baik aspek sosial ekonomi, budaya maupun ketahanan dan keamanan. Memperhatikan luas wilayah Kabupaten Kutai Timur dan jumlah penduduk yang tersebar tidak merata, maka sangat dibutuhkan adanya prasarana jalan yang berperan sebagai pendorong pengembangan dan pembangunan diberbagai sektor. Untuk mewujudkan maksud tersebut sangat perlu pembangunan dan pemeliharaan jalan, baik jalan negara, jalan provinsi maupun jalan kabupaten.

Panjang jalan di Kabupaten Kutai Timur, saat ini baik yang pembangunannya jadi wewenang Pemerintah Pusat, Provinsi maupun Kabupaten Kutai Timur sendiri adalah sebagai berikut: -Panjang Jalan Negara : 439 Km -Panjang Jalan Provinsi : 245 Km -Panjang Jalan Kabupaten : 820 Km Ratio panjang jalan terhadap luas wilayah di Kabupaten Kutai Timur adalah 42Km/1000 Km, Propinsi Kalimantan Timur 52,53

Km/1000 Km, Nasional adalah 115 Km/1000 Km. Tabel 2.14. Panjang Jalan Negara, Provinsi dan Kabupaten Menurut Jenis Permukaan Tahun 2004 Status Jalan Jenis Permukaan Jalan (Km) Aspal Kerikil Tanah Lainnya Negara 286 153 -Propinsi -142 103 Kabupaten 55 364,5 400,5 Jumlah 341 659,5 503,5 Sumber: Kutai Timur Dalam Angka 2004

2 -18 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

Tabel 2.15. Perkembangan Panjang Jalan dan Jenis Permukaan di Wilayah Kabupaten Kutai Tmur Status Jalan Panjang Jalan (Km) 2001 2002 2003 2004 Aspal 55.04 209,60 341 Kerikil 345,80 587,30 659,5 Tanah 221,00 696,12 503,5 Jumlah 621,84 1.493,02 1.504,00 Sumber: Kutai Timur Dalam Angka 2004 2. Terminal dan Angkutan Darat Hubungan angkutan

umum jalan antar kota di Kabupaten Kutai Timur disediakan 10 terminal. Untuk terminal utama terletak di Kecamatan Sangatta yang sifatnya masih sementara. Sedangkan terminal lainnya yang ada di kabupaten ini merupakan sub terminal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.16. Data Terminal dan Sub Terminal di Kabupaten Kutai Timur No Nama Terminal Lokasi Keterangan 1 Sub Terminal Muara Ancalong

Muara Ancalong Pemb. Sub Terminal TA 2002 2 Sub Terminal Telen Telen Pemb. Sub Terminal TA 2002 3 Sub Terminal Kombeng Kombeng Pemb. Sub Terminal TA 2002 4 Sub Terminal Muara Bengkal Muara Bengkal Pemb. Sub Terminal TA 2002 5 Terminal sementara Sangatta Sangatta Pembangunan Th. 2002 6 Sub Terminal Sangatta Lama Sangatta Pembangunan Tahap II 7 Sub Terminal Bengalon

Bengalon Pemb. Sub Terminal TA 2002 8 Sub Terminal Kaliorang Kaliorang Pemb. Sub Terminal TA 2002 9 Sub Terminal Ronggang Sangkulirang Pemb. Sub Terminal TA 2002 10 Sub Terminal Maloy Maloy Pemb. Sub Terminal TA 2002 Sumber: Dinas Perhubungan Kutim 2005 Sementara mengenai jenis moda transportasi/angkutan yang ada di Kabupaten Kutai Timur yang terdata terdapat 5 (lima) jenis

pelayanan, yaitu angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), angkutan kota, angkutan pegawai, angkutan pelajar serta angkutan barang. Jenis-jenis pelayanan yang ada serta jumlahnya dapat dicermati dalam tabel berikut. 2 -19 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

Tabel 2.17. Jumlah Angkutan yang Melayani Kabupaten Kutai Timur Jenis Pelayanan Jumlah Kendaraan AKDP 33 Kendaraan Angkutan Dalam Kota (angkot) 80 Kendaraan 2 trayek Angkutan Pegawai 2 Kendaraan Angkutan Pelajar 1 Kendaraan Angkutan Barang 336 Kendaraan Sumber: Dinas Perhubungan Kutim 2005 B. Transportasi Udara Di Kabupaten Kutai Timur tersedia prasarana dan sarana transportasi udara.

Hal ini bisa ditunjukkan dengan terdapatnya beberapa pelabuhan udara yang terdapat di kabupaten tersebut. Sampai saat ini tercatat ada 9 pelabuhan udara yang tersebar di beberapa kecamatan, meskipun berupa pelabuhan udara yang bersifat khusus bukan pelabuhan udara komersial. Untuk pelabuhan udara yang dapat digunakan yaitu pelabuhan udara KPC di Tanjung Bara dan Pelabuhan Udara Pertamina di Sangkimah. Jarak tempuh selama

1 jam dari Pelabuhan Udara Sepinggan Balikpapan dengan menggunakan pesawat ukuran kecil jenis Cassa. Data mengenai lokasi pelabuhan udara serta kondisinya dapat dicermati pada tabel berikut. Tabel 2.18. Pelabuhan Udara di Kabupaten Kutai Timur No Kecamatan Pelabuhan Udara Keadaan Permukaan 1 Muara Ancalong Sautara Diperkeras 2 Busang Long Lees Diperkeras 3 Muara Wahau Jahdan Diperkeras 4 Telen Long Segar

Diperkeras 5 Kombeng Miau Baru Diperkeras 6 Muara Bengkal Batu Ampar Biasa 7 Sangatta Khusus KPC Diperkeras 8 Sangatta Khusus Pertamina Diperkeras 9 Sangkulirang Pengadaan Biasa Sumber: Dinas Perhubungan Kutim 2005 C. Transportasi Laut dan Sungai Selain transportasi darat dan udara, jenis transportasi lain yang ada di Kabupaten Kutai Timur dan merupakan alat transportasi yang sangat penting di kabupaten tersebut dalam mencapai wilayah

yang sulit ditempuh melalui jalan darat adalah transportasi laut dan transportasi sungai. Pelabuhan laut dan sungai yang ada baik pelabuhan khusus maupun pelabuhan 2 -20 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

umum di Kecamatan Kutai Timur dari data yang tercatat sampai saat ini sebanyak 5 pelabuhan yang terdapat di Kecamatan Sangatta dan Kecamatan Sangkulirang. Untuk pelabuhan laut/dermaga sebagai sarana pendaratan penumpang dan barang, berada di Muara Sungai Sangatta dan di Kecamatan Sangkulirang. Khusus untuk barang produksi dan pengangkutan batubara digunakan pelabuhan khusus yang berada di lingkungan PT. Kaltim Prima Coal. Data mengenai lokasi pelabuhan laut dan sungai di Kabupaten Kutai Timur

dapat dicermati pada tabel berikut. Tabel 2.19. Pelabuhan di Kabupaten Kutai Timur No Nama Pelabuhan Lokasi Pelabuhan Keterangan 1 Pelabuhan Sangatta Sangatta Seberang Pelabuhan Sungai 2 Pelabuhan Kenyamukan Sangatta Pelabuhan Laut 3 Pelabuhan Khusus KPC Sangatta Pelabuhan Khusus (Batubara) 4 Pelabuhan Sangkulirang Sangkulirang Pelabuhan Laut 5 Pelabuhan Maloy Sangkulirang Pelabuhan Laut Sumber: Dinas Perhubungan Kutim 2005

Pada umumnya fasilitas alur pelayaran selama ini dimanfaatkan untuk penimbunan kayu (log pond) dan doking kapal. Sementara itu, masih terdapat beberapa masalah pengembangan sistem jaringan transportasi di Kabupaten Kutai Timur antara lain adalah: a) Belum tersedianya acuan/arahan dalam mengembangkan sistem jaringan transportasi, sehingga terkesan pengembangan sistem jaringan yang ada hanya dilakukan tidak terfokus kepada satu tujuan yang terintegrasi, bahkan ada

diantaranya kontraproduktif. b) Belum jelasnya pola hirarki dan keterkaitan antar sistem jaringan transportasi kabupaten baik dengan kabupaten lain dalam satu provinsi maupun dengan sistem jaringan transportasi provinsi. c) Belum terpadunya perencanaan dan penyelenggaraan antara beberapa sistem transportasi dalam kerangka sistem transportasi antar moda dalam wilayah kabupten. 2.5.2. Listrik Kebutuhan Listrik pendududuk Kabupaten Kutai Timur dilayani oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN),

dipasok dari PLTD yang terdapat di setiap kecamatan, dengan kapasitas terpasang 5,4 MW. Selain itu telah terpasang jalur interkoneksi dengan Bontang dan Samarinda. Sampai dengan tahun 2004, jumlah produksi listrik oleh Perusahaan Listrik Negara 2 -21 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

Misip Sangatta sebesar 39.384.001 Kwh, meningkat bila dibandingkan dengan jumlah produksi pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar 38.085.574 Kwh dengan jumlah pelanggan sebesar 9.289 pelanggan. Berikut ini disajikan tabel mengenai banyaknya pelanggan dan tenaga listrik yang diproduksi PLN MISIP Sangatta tahun 2001-2004. Tabel 2.20. Banyaknya Pelanggan dan Tenaga Listrik yang Diproduksi PLN MISIP Sangatta Tahun 2001-2004 Tahun Banyaknya

Produksi (Kwh) Banyaknya Pelanggan 2001 23298316 8208 2002 30263387 8105 2003 38085574 9289 2004 39384001 Sumber: Kutai Timur Dalam Angka, 2004 2.5.3. Air Bersih Pelayan air bersih tersedia PDAM di setiap kecamatan, untuk Kecamatan Sangatta mempunyai debit 40 liter/detik, sedangkan kecamatan lainnya rata-rata 20 liter/detik. Pada tahun 2001 terdapat jumlah pelanggan sebnayak 2.246 orang dengan jumlah produksi sebanyak 745.900

l/dt. Pada tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar 2.438 pelanggan menjadi 4.684 pelanggan. Demikian pula jumlah produksi air minum di Kabupaten Kutai Timur. Pada tahun 2004 produksi air minum mengalami peningkatan sebesar 177.564 l/dt menjadi 923.464 l/dt. Tabel 2.21. Jumlah Pelanggan dan Produksi Perusahaan Air Minum Tahun Jml Pelanggan Jml Produksi 2001 2246 745900 2002 4169 1119008 2003 1684 923464 2004 4684 923464

Sumber: Kabupaten Kutai Timur dalam Angka 2004 2.5.4. Telekomunikasi Di ibukota kabupaten telah terpasang Sentral Telepon Otomat untuk melayani kebutuhan dasar telekomunikasi, bisnis dan aktifitas lainnya, selain itu juga dapat dilakukan komunikasi jarak jauh dengan jaringan komunikasi selular (Telkomsel, Satelindo, Excelcom). Untuk wilayah perdesaan kedua jenis jaringan telekomunikasi tersebut sebagian ada yang sudah operasional dan sebagian wilayah perdesaan lainnya sedang dalam taraf

persiapan. 2 -22 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

Sarana telekomunikasi lainnya yang saat ini sudah ada di Kabupaten Kutai Timur, khususnya Sangatta berupa warung telekomunikasi dan kiospon, fasilitas Telepon Umum Kartu (TUK), fasilitas Telepon Umum Coin (TUC) yang tergabung dalam telpon bayar (Pay Phone). Sementara itu, jumlah pelanggan telepon di Kabupaten Kutai Timur sampai pada bulan Desember tahun 2004 sebanyak 4.196 pelanggan yang dirinci menurut jenis pelanggan yaitu pelanggan rumah tangga terdapat sebanyak 3.393

pelanggan (80,86%), usaha sebanyak 698 pelanggan (16,63%), sosial sebesar 22 pelanggan (0,52%), dan wartel sebesar 83 pelanggan (1,98%). Berikut ini disajikan tabel mengenai banyaknya pelanggan telepon yang dirinci menurut bulan dan jenisnya tahun 2004. Tabel 2.22. Banyaknya Pelanggan Telepon Dirinci Menurut Bulan dan Jenisnya di Kutai Timur Tahun 2004 Bulan Rumah Tangga Usaha Sosial Wartel Jumlah Januari 2672 534 22 73 3301

Februari 2785 584 24 77 3470 Maret 2822 594 24 77 3517 April 2825 607 24 77 3533 Mei 2883 631 23 77 3614 Juni 2886 632 23 77 3618 Juli 2883 629 22 78 3612 Agustus 2871 629 22 80 3602 September 3124 649 22 88 3883 Oktober 3119 647 19 77 3863 November 2365 440 19 60 2884 Desember

3393 698 22 83 4196 Sumber: Kutai Timur Dalam Angka, 2004 2.6. STRUKTUR TATA RUANG WILAYAH 2.6.1. Sistem Pusat Pelayanan Struktur Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Timur mencakup sistem pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan dan pengembangan sistem prasarana wilayah. Sistem Pusat Pelayanan diterjemahkan dalam hirarki kota-kota yang tersaji pada tabel sebagai berikut. 2 -23

RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

Tabel 2.23. Sistem Pusat Pelayanan No Hirarki Ibukota Kecamatan Fungsi Hirarki 1. Hirarki I Sangatta Pusat Pengembangan wilayah 2. Hirarki II Sangkulirang, Muara Wahau dan Muara Bengkal Pusat Pengembangan Antar Sub-Wilayah (PPAS-W) 3. Hirarki III Muara Ancalong dan Bengalon Pusat Pelayanan Lokal (satu atau beberapa kecamatan) 4. Hirarki IV Kaliorang, Sandaran, Busang, Telen dan Kombeng Pusat Pelayanan

Lokal (satu kecamatan) Sumber: RTRW Kecamatan Berbasis Masyarakat. Sistem Pusat Transportasi dibagi menjadi dua yaitu: a) Sistem Pusat Transportasi Darat Dengan pengembangan jaringan jalan yang diutamakan adalah jaringan jalan utara-selatan dan timur barat dan pengembangan simpul pelayanan b) Sistem Pusat Transportasi Air (Sungai) Transportasi Sungai memegang peranan penting untuk menghubungkan wilayah

di bagian barat kabupaten dengan jaringan sungai dan simpul pelayanannya 2.6.2. Pola Pemanfaatan Ruang Pola pemanfaatan ruang dapat dilihat berdasarkan keberadaan kawasan lindung dan kawasan budidaya yang ada di wilayah Kabupaten Kutai Timur. Kawasan lindung merupakan suatu kawasan yang karena mempunyai sifat tertentu sehingga mampu memberikan perlindungan pada kawasan sekitarnya atau bawahannya sebagai pengatur atau pencegahan terhadap kerusakan alam dan dapat mempertahankan

kelestarian alam. Kawasan lindung mempunyai fungsi khusus sebagai kawasan yang harus dapat perhatian serius dari semua pihak terhadap kegiatan budidaya. Perincian kawasan lindung di Kabupaten Kutai Timur dapat dijelaskan sebagai berikut: A. Hutan Lindung Sebaran hutan lindung di wilayah Kabupaten Kutai Timur terutama berada pada bagian barat, yaitu Kecamatan Muara Wahau, Telen dan Kecamatan Busang karena pada kawasan tersebut banyak terdapat daerah dengan kemiringan lebih dari 40%.

Persentase luas keseluruhan kawasan lindung adalah 39,37 % dari luas seluruh wilayah B. Kawasan Resapan Air Adanya kawasan ini terutama bertujuan untuk meresapkan air hujan yang merupakan tempat penampungan pengisian air bumi (aquifer) yang berguna sebagai sumber air. Sebaran kawasan ini terutama berada pada Kecamatan Sangkulirang (daerah 2 -24 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

pegunungan kapur), selain itu juga pada wilayah pegunungan dekat sungai-sungai yang ada di wilayah Kabupaten Kutai Timur. C. Kawasan Sempadan Sungai Manfaat dari kawasan ini adalah untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kabupaten Kutai Timur yang dialiri banyak sungai perlu memperhatikan keberadaan kawasan sempadan sungai, karena sungai mempunyai banyak fungsi terutama bagi penduduk di wilayah pedalaman. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan sempadan sungai sekurang-kurangnya 100m di kanan kiri sungai besar dan 50m anak sungai.

D. Kawasan Sempadan Pantai Kawasan pantai di Kabupaten Kutai Timur terletak di bagian timur yaitu di Kecamatan Sangatta, Bengalon, Kaliorang, Sangkulirang dan Kecamatan Sandaran. Yang termasuk kawasan sempadan pantai yaitu daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100m dari titik pasang tertinggi wilayah laut. E. Kawasan Sekitar Mata Air Mata air mempunyai manfaat yang sangat penting sebagai sumber air selain sungai. Untuk itu

keberadaannya sangat perlu dijaga. Sumber mata air banyak ditemukan di sekitar pegunungan kapur yang mempunyai sifat peresapan air. Daerah yang harus dilindungi untuk menjaga kelestarian mata air sekurang-kurangnya berjari-jari 200m di sekitar mata air. F. Kawasan Cagar Alam dan Taman Nasioanal Kawasan cagar alam yang ada di Kabupaten Kutai Timur didominasi oleh hutan rawa (84%) yang sebarannya terutama di daerah Muara Bengkal. Taman Nasional Kutai merupakan

aset yang dimiliki kabupaten dan perlu dijaga kelestariannya karena manfaat dari keberadaan taman nasional tersebut sangat besar. Pemanfaatan ruang untuk kawasan budidaya dapat dilihat dari penggunaan lahannya. Penggunaan lahan daerah terbangun meliputi lahan untuk permukiman, pertanian, perkebunan dan pertambangan. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan wilayah: a) Terbatasnya akses transportasi yang menghubungkan wilayah-wilayah tertinggal dengan wilayah yang relatif lebih maju.

b) Kepadatan penduduk wilayah tertinggal relatif rendah dan tersebar. c) Belum optimalnya dukungan sektor terkait untuk pengembangan wilayah tertinggal. d) Masih lemahnya koordinasi, sinergi dan kerja sama diantara pelaku-pelaku pengembangan kawasan, baik pemerintah swasta lembaga non pemerintah dan masyarakat, serta antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota dalam upaya

meningkatkan daya saing produk unggulan. 2 -25 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

e) Belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerja sama antar wilayah untuk mendukung peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan. f) Pembangunan yang dilakukan di suatu wilayah saat ini masih sering dilakukan tanpa mempertimbangkan keberlanjutannya. Keinginan untuk memperoleh keuntungan ekonomi jangka pendek seringkali menimbulkan keinginan untuk mengekploitasi SDA secara berlebihan sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas SDA dan lingkungan hidup. Selain itu, seringkali pula terjadi konflik

pemanfaatan ruang antar sektor. 2.7. POLITIK DAN PEMERINTAHAN Proses penyelenggaraan pemerintahan daerah idealnya dilakukan dengan melibatkan tiga kekuatan stakeholders kabupaten yaitu masyarakat, pemerintah dan swasta. Seiring dengan hadirnya otonomi daerah tahun 1999 yang berlaku efektif sejak tahun 2001, telah meletakkan landasan bagi proses kemandirian Kabupaten Kutai Timur. Kebijakan desentralisasi yang telah mengeluarkan Undang-Undang No.22 Tahun 1999 (diperbarui UU No.

32/2004 tentang Pemerintahan Daerah) dan Undang-Undang No.25 Tahun 1999 (diperbarui dengan UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah), yang memberikan tanggung jawab lebih besar kepada daerah (kabupaten) dalam mengembangkan daerahnya. Gerak pembangunan pemerintahan Kabupaten Kutai Timur dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dibagi menjadi dua kekuasaan yang saling berkoordinasi yaitu kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislatif. Kekuasaan eksekutif salah satu potensi pembangunan

dan mempunyai posisi strategis dalam pemerintahan untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, oleh karena itu pengembangan kapasitas kelembagaan bagi pemerintah daerah untuk memenuhi fungsi mereka dalam kerangka desentralisasi secara transparan, bertanggung jawab dan profesional adalah hal yang mutlak untuk dipenuhi. Begitu juga dengan peningkatan kualitas pelayanan publik yang menjadi tugas utama pemerintah hendaknya terus menerus dilakukan, karena masih banyak aspek-aspek lain yang perlu diperbaiki dalam konteks pelayanan publik, antara lain

seperti kesehatan, pendidikan, telekomunikasi, dan transportasi. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dalam menjalankan roda pemerintahan didukung oleh 15 dinas, 3 Badan yang secara kelembagaan telah diatur Tugas Pokok dan Fungsi masing-masing lembaga tersebut melalui Peraturan Daerah. Beberapa hal yang sudah dilakukan eksekutif dalam sistem perencanaan dan pelaksanaan pembangunan: a) Musyawarah perencanaan pembangunan tingkat kabupaten yang diikuti oleh desa dan kecamatan

dalam upaya mendapatkan kesepakan usulan kegiatan 2 -26 RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010

untuk tahun berikutnya. Selanjutnya hasilnya menjadi pedoman kegiatan pembangunan dan juga menjadi bahan koordinasi ketingkat propinsi maupun pusat. b) Penajaman kegiatan pembangunan untuk menentukan skala prioritas pembangunan. c) Kemudian dalam penentuan plafon anggaran dibentuk panitia anggaran eksekutif. d) Dalam hal pengendalian internal dilakukan monitoring kegiatan dan pengawasan kegiatan yang

bersifat rutin. Dengan berlangsungnya proses desentralisasi maka kekuasaan legislatif dalam hal ini lembaga DPRD akan lebih banyak aktif dalam mengeluarkan peraturan-peraturan daerah yang akan digunakan sebagai salah satu pedoman pelaksanaan kegiatan pembangunan di Kabupaten Kutai Timur. Selanjutnya dalam sistem koodinasi pemerintahan untuk pengawasan eksternal yaitu adanya kekuasaan yudikatif dalam hal ini implementasinya adanya lembaga hukum, yaitu Pengadilan Negeri Kutai Timur. Namun demikian masih

ditemukan kelemahan dalam Manajemen Pemerintahan Kutai Timur yang belum sepenuhnya mampu menjawab kebutuhan terhadap penyediaan pelayanan dasar bagi masayarakat. Fenomena ini dapat terlihat dari rendahnya daya tanggap, keterbukaan, akuntabilitas, profesionalisme dan kompetensi, penegakan hukum efesiensi dan efektivitas dalam penanganan berbagai permasalahan publik. Pemberian pelayanan publik yang bermutu dan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dari unsur-unsur penyalahgunaan kekuasaan masih perlu diupayakan secara insentif. Ketidakefektifan dan rendahnya mutu pelayanan

publik juga berkaitan dengan belum memadainya kapasitas aparatur pemerintah daerah, kelembagaan, mekanisme prosedur kerja, termasuk pendelegasian kewenangan yang belum mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal pelaksanaan otonomi daerah Kabupaten Kutai Timur memang harus berbenah. Model birokrasi yang panjang yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi, terjadinya penyalahgunaan wewenang, praktek KKN dan perlakuan diskriminatif merupakan sebuah tantangan dalam peningkatan pembangunan Kabupaten Kutai Timur di masa mendatang. 2 -27

RPJM-D Kab. Kutim 2006-2010