Microbial Fuel Cell
description
Transcript of Microbial Fuel Cell
MICROBIAL FUEL CELL (MFC)
Sebagai Tugas Mata Kuliah Teknik Tenaga Listrik Semester Genap Tahun Ajaran 2010 / 2011
Disusun oleh:
Ari Handayani (4409216094)
Caecilia Eka Apriliana Wulan Sari (4409216097)
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas bimbingan dan
penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul
MICROBIAL FUEL CELL (MFC) disusun dalam rangka melengkapi nilai tugas mata kuliah
Teknik Tenaga Listrik pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011.
Kami sadar bahwa selama kami menyusun makalah ini banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan tarima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Gunady Haryanto selaku Dosen Mata Kuliah Teknik Tenaga Listrik Universitas
Pancasila yang telah banyak memberi bimbingan dalam menyusun makalah ini.
2. Teman-teman yang telah banyak memberi masukan serta saran-saran yang membangun.
3. Keluarga tercinta yang telah banyak memberi bantuan dan dorongan baik moril maupun
material.
4. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penyusunan makalah ini.
Tiada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu kami mohon maaf yang setulus-tulusnya dalam menyusun makalah ini
masih banyak kekurangannya. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini berguna bagi semua pihak dalam memberi
informasi tentang betapa pentingnya kesadaran bela negara bagi kita sebagai warga negara
Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta menjaga keutuhan bangsa dari segala
ancaman, gangguan dan hambatan baik dari dalam maupun dari luar negeri, khususnya bagi
generasi muda para penerus bangsa.
i
ii
Bogor, April 2011 Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................................1
B. LANDASAN TEORI............................................................................................................................2
BAB II. PENGENALAN MICROBIAL FUEL CELL (MFC)....................................................4
A. FUEL CELL..........................................................................................................................................4
B. BIOFUEL CELL..................................................................................................................................5
C. MICROBIAL FUEL CELL (MFC).................................................................................................6
D.MIKROBA MFC..................................................................................................................................7
BAB III. PROSES KERJA MICROBIAL FUEL CELL...........................................................13
BAB IV. PEMBAHASAN..........................................................................................................16
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN...........................................................................................20
A. SIMPULAN.........................................................................................................................................20
B. SARAN..................................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22
iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan akan energi alternatif khususnya energi listrik pada saat ini semakin
meningkat. Semakin berkurangnya jumlah bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui
seperti minyak bumi dan gas alam mendorong para ilmuwan untuk melakukan penelitian
dalam menemukan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.
Pesawat luar angkasa dalam perjalanan ke Planet Mars, diperkirakan memiliki kru
yang terdiri atas enam orang. Keenam astronot ini akan menghasilkan lebih dari enam ton
limbah yang sebagian besar adalah limbah padat yaitu tinja. Jumlah yang sangat besar
tentunya. Lalu, apa yang dapat dilakukan terhadap limbah ini?
Sekarang, feses astronot dapat dikirim kembali ke Bumi. Tapi, ke depannya
ilmuwan di NASA akan berpikir untuk mendaur ulang, sebab limbah ini adalah sumber
daya yang diperlukan astornot.
Menciptakan kondisi alami, memicu peneliti menemukan suatu jenis bahan bakar
baru, yaitu sel bahan bakar mikroba (microbial fuel cell). Jenis bahan bakar baru ini
sekarang sedang dikembangkan tim riset NASA yang dipimpin Dr. Bruce Rittmann,
seorang profesor pada Northwestern University.
Semua jenis sel bahan bakar menghasilkan listrik, dengan memproduksi dan
mengendalikan suatu arus elektron. Sel-sel konvensional, termasuk menggunakan pintalan
dan dalam beberapa mobil prototipe, memperoleh elektron dengan melepaskan atom
hidrogen. Dalam melakukan itu, sel-sel bahan bakar ini harus diberi persediaan hidrogen
secara tetap.
1
2
Sel bahan bakar mikroba memperoleh elektron dari limbah organik. Bakteri hidup
dengan limbah sebagai bagian dari proses pencernaan mereka. Geobacter, menurut peneliti
NASA ini dapat `dibujuk` untuk menyampaikan elektron secara langsung kepada elektroda
sel bahan bakar ke dalam suatu sirkuit. Ketika elektron dialirkan sepanjang sirkuit, mereka
menghasilkan listrik. Sel bahan-bakar mikroba ini telah dicoba di Pennsylvania University,
untuk menghasilkan listrik pada saat proses memurnikan limbah cair domestik.
Guna membuat gagasan ini menjadi bentuk yang praktis, Prof. Rittmann berpikir
harus mempunyai suatu bentuk yang efisien dan sangat ringkas. Bahan bakar sel tidak bisa
dibentuk dengan banyak ruang dengan ukuran yang luas. Untuk kebutuhan ini, peneliti
sedang mempertimbangkan suatu sel bahan bakar serabut yang dikemas dengan ketat,
masing-masing akan merupakan suatu sel bahan bakar dalam kemasan all in one.
B. LANDASAN TEORI
Teknologi Microbial Fuel Cell (MFC) dapat menjadi solusi alternatif sebagai
sumber energi listrik. MFC merupakan sistem untuk mendeteksi kemampuan konsorsium
mikroba dalam limbah cair sebagai sumber energi listrik. Microbial Fuel Cells (MFCs)
merupakan suatu alat yang menggunakan bakteri dalam menghasilkan tenaga listrik dari
senyawa organik maupun non organik. Alat MFC sama seperti fuel cell biasa yang tersusun
atas anoda , katoda dan elektrolit. pada Microbial Fuel Cell (MFC) sebagai komponen
anoda digunakan kultur mikroba dalam hal ini aktivitas metabolisme mikroba (misalnya
konsorsium mikroba yang mengoksidasi substrat organik seperti glukosa). Prinsip dalam
MFC adalah aktivitas mikroba dalam medium cair tersebut. Aktivitas mikroba dapat
menghasilkan komponen organik yang mengandung unsur hidrogen seperti etanol,
3
metanol, maupun gas metan yang dapat digunakan untuk menghasilkan elektron dan arus
listrik.
BAB II. PENGENALAN MICROBIAL FUEL CELL (MFC)
A. FUEL CELL
Fuel cell merupakan alat untuk mengkonversi energi elektrokimia. Fuel cell dapat
dibandingkan dengan sel elektrolit maupun baterai yakni suatu zat kimia yang dioksidasi
atau direduksi secara elektrokimia untuk menghasilkan listrik. Fuel cell berbeda dari
baterai yakni didesain untuk menambahkan reaktan yang dikonsumsi (digunakan) secara
berkelanjutan. Jenis reaktan yang digunakan adalah hidrogen sebagai anoda dan oksigen
sebagai katoda (Anonim 16, 2006).
Gambar 1. Fuel Cell
Fuel cell tersusun atas anoda, katoda, dan elektrolit. Anoda berperan sebagai
tempat terjadinya pemecahan hidrogen (H2) menjadi proton dan elektron. Katoda berperan
sebagai tempat terjadinya reaksi penggabungan proton, elektron, dan oksigen untuk
membentuk air. Sedangkan elektrolit adalah media untuk mengalirkan proton. Pada fuel
4
5
cell berbahan bakar hidrogen, ketika molekul hidrogen melakukan kontak dengan anoda,
molekul tersebut terpisah menjadi ion hidrogen dan elektron. Elektron mengalir melalui
sirkuit luar menuju katoda yang dapat menimbulkan aliran listrik. Ion hidrogen ini
melewati membran elektrolit menuju katoda yang selanjutnya bergabung dengan elektron
dan oksigen dari luar membentuk molekul air (Anonim 5, 2006).
Reaksi kimia yang terjadi pada fuel cell adalah
Anoda : 2H2 4H+ + 4e-
Katoda : 4e- + 4H+ + O2 2H2O
Jenis fuel cell ditentukan oleh material yang digunakan sebagai elektrolit yang
mampu menghantar proton. Pada saat ini ada 6 jenis fuel cell yaitu:
1. Alkaline (AFC)
2. Proton exchange membrane, juga disebut Proton Electrolyt Membrane(PEM)
3. Phosphoric Acid(PAFC)
4. Molten carbonate(MCFC)
5. Solid oxide(SOFC)
6. Direct methanol fuel cells (DMFC)
7. Regenerative fuel cells
B. BIOFUEL CELL
Biofuel cell adalah sebuah perlalatan yang mengubah secara langsung energi
biokimia menjadi energi listrik. Energi penggerak biofuel cell adalah reaksi redoks dari
substrat karbohidrat seperti glukosa dan metanol menggunakan mikroorganisme atau
enzim sebagai katalis, yang menggunakan mikroorganisme disebut Microbial Fuel Cell
(MFC), sedangkan yang menggunakan enzim disebut Enzymatic Fuel Cell (EFC). Prinsip
5
6
kerjanya mirip dengan fuel cell. Perbedaan utamanya adalah katalis pada biofuel cell
adalah mikroorganisme atau enzim, oleh karena itu logam mulia tidak diperlukan, dan
kondisi kerja dilakukan pada larutan netral dan temperatur kamar. Sebagai contoh, oksidasi
sempurna satu gram metanol dengan bantuan enzim secara teoritis memberi energi listrik
5000 mAh. Oksidasi sempurna satu mol glukosa akan melepaskan 24 mol elektron.
C6H12O6 + 6H2O 6CO2 + 24H+ + 24 e-
Oleh karena itu muatan 2,32 x 106 C per mol glukosa berpotensi untuk
disambungkan melalui sirkuit elektronik. Besarnya arus yang dihasilkan dari proses
oksidasi ini akan bergantung pada besarnya :
1. Angka metabolisme
2. Efisiensi transer elektron menuju elektroda
C. MICROBIAL FUEL CELL (MFC)
MFC terdiri atas dua ruang yang dipisahkan oleh membran penukar proton/
Proton Exchange Membrane (PEM). Satu ruangan menjadi tempat untuk anoda dan
ruangan lainnya untuk katoda. Prinsip penggunaan MFC ini erat berhubungan dengan
proses biokimia yang terjadi dengan melibatkan mikroba yang disebut glikolisis, siklus
asam sitrat, dan rantai transfer elektron.
Glikolisis adalah suatu proses penguraian molekul glukosa yang memiliki enam
atom karbon, secara enzimatik untuk menghasilkan dua molekul piruvat yang memilki tiga
atom karbon. Selama reaksi-reaksi glikolisis yang berurutan banyak energi bebas yang
diberikan oleh glukosa yang disimpan dalam bentuk ATP.
6
7
Mediator elektron berperan selama proses transportasi elektron, membawa
elektron dari membran plasama bakteri ke anoda. Elektron-elektron ini bergerak melewati
sirkuit elektrik dan setelah itu mereduksi ion ferisianida menjadi ion ferosianida pada
katoda. Proton dipompakan dari bakteri ke lingkungan anoda melewati membran penukar
proton (PEM) ke ruang katoda. Ferosianida dioksidasi kembali menjadi ferisianida.
Sedangkan ion hidrogen beraksi dengan oksigen membentuk air.
4 Fe(CN)63- + 4 e 4 Fe(CN)6
4-
4 Fe(CN)64- + 4 H+ + O2 4 Fe(CN)6
3- + 2 H2O
D. MIKROBA MFC
Menurut para peneliti, terdapat beberapa karakteristik mikroba yang digunakan
pada suatu sel bahan bakar (fuel cell) meliputi : mikroba yang mampu bekerja pada suhu
tinggi, organisme yang mampu menggunakan cahaya untuk menghasilkan energi,
konsorsium mikroba pada limbah cair, mikroba yang mampu mentransfer elektron secara
langsung menuju elektroda. Menurut Bond, et al. (2003), bakteri Shewanella putrefaciens,
Geobacter sulfurreducens, Geobacter metallireducens, dan Rhodoferax ferrireducens telah
menunjukkan kemampuannya dalam menghasilkan listrik dengan mediator berupa sistem
MFC.
GEOBACTER METALLIREDUCENS
Geobacter metallireducens adalah golongan bakteri dari Genus Geobacter
yang unik karena dapat memproduksi fili mirip filamen yang berfungsi sebagai kabel
nano untuk mentransfer elektron dari luar sel kepada akseptor elektron yang tak larut
seperti mineral besi dan yang paling mungkin kepada elektroda.
7
8
Gambar 2. Genus Geobacter
Filamen ini lebarnya hanya 3-5 nanometer dan panjangnya bisa mencapai 20
mikrometer. Selain itu, bakteri ini juga dapat mengeluarkan flagel yang berfungsi
sama sepert fili tersebut. Padahal, biasanya flagel dan fili atau merupakan alat gerak,
tetapi tidak bagi bakteri ini karena bakteri ini bersifat imotil atau tidak bergerak.
Formasi fili dan flagel ini bisa muncul jika bakteri tumbuh dalam
lingkungan yang kaya akan oksida besi dan mangan, bentuk ini merupakan suatu
bentuk adaptasi kemotaktik. Dengan demikian, bakteri akan mentransfer elektron,
terutama ketika terjadi proses bioremediasi air tanah yang terkontaminasi oksida-
oksida tersebut. Bioremediasi adalah memanfaatkan mikroba dan tanaman untuk
membersihkan kontaminasi. Salah satunya adalah membersihkan kandungan nitrat
dalam air dengan bantuan mikroba.
Para penelitinya mengatakan bahwa sebelumnya bakteri golongan
Geobacter tak pernah berenang atu bergerak dalam larutan, tetapi ketika dia berada
dalam larutan yang mengandung logam tak larut, bakteri ini dengan leluasa bergerak.
8
9
Para peneliti menyebut bakteri ini bergerak melalui rel yang menunjuk ke
arah logam tak larut itu berada. Sehingga, ketika proses bioremediasi itu terjadi,
limbah yang tercemar dapat dimurnikan dari pencemarnya karena pencemarnya bisa
diekstraksi dari sifat ketidaklarutannya itu.
Bakteri golongan Geobacter bersifat anaerob, artinya dia tidak
membutuhkan oksigen bebas dalam berespirasi, itu sebabnya bakteri ini banyak
dijumpai pada sedimen-sedimen yang ada di dasar danau, laut, ataupun sungai.
Kemudian bakteri ini juga bersifat termofilik yang hidup di tempat bersuhu tinggi.
Gambar 3. Geobacter metallireducens (si pengurai uranium)
Spesies Geobacter pertama yang diisolasi didapat dari Sungai Potomac, di
daerah dekat Washington DC Amerika Serikat di tahun 1987. Spesies ini kemudian
disebut sebagai Geobacter metallireducens.
9
10
Spesies ini juga adalah spesies bakteri pertama yang ditemukan yang dapat
mengoksidasi komponen organik seperti beberapa jenis asam lemak rantai pendek,
alkohol, komponen aromatik seperti toluen, dan fenol menjadi karbondioksida
dengan oksida besi sebagai akseptor elektron. Dengan kata lain, Geobacter
metallireducens mendapat energi dengan menggunakan oksida besi (mineral seperti
karat), mangan, uranium atau logam lain, seperti halnya manusia menggunakan
oksigen.
Spesies-spesies bakteri dari genus geobacter mempunyai peran yang sangat
besar di dalam fenomena geologis, terutama di dalam transformasi bumi yang
modern seperti sekarang ini, seperti akumulasi besi dalam pembentukan magnetit.
Spesies ini juga berperan dalam restorasi lingkungan, misalnya dalam
merombak kontaminan minyak bumi yang mencemari air tanah dengan komponen-
komponen yang berbahaya. Kemudian juga mendegradasi air yang tercemar logam
berat ataupun radioaktif yang sangat toksik dan berbahaya menjadi air bersih.
Keunggulannya yang lain, spesies Geobacter juga dapat dipercepat kemampuan
mendegradasi polutannya sehingga lingkungan akan cepat pulih dari kerusakan
tersebut.
Apalagi sekarang ini bakteri Geobacter metallireducens dapat dilibatkan
dalam produksi bahan bakar hidrogen yang ramah lingkungan. Dalam hal ini bakteri
berperan sebagai agen fermentasi air limbah yang mampu mentransfer elektron
dalam MFC (Microbial fuel cell) sehingga selain dihasilkan gas hidrogen didapat
juga produk air bersih.
10
11
Spesies Geobacter juga telah mengalami identifikasi genomik dengan
komputer sehingga bakteri ini dapat dikondisikan sesuai dengan kebutuhan tertentu,
di mana lingkungan dan faktor fisik penunjang hidupnya dapat dioptimasi dan
diaklimatisasi.
SHEWANELLA PUTREFACIENS
Shewanella adalah salah satu genus bakteri pereduksi metal. Bakteri ini
banyak ditemukan di lingkungan laut, air tawar, danau, tanah atau terestrial, sungai,
lautan Artik dan Antartika, pipa minyak yang berkarat atau berkorosi, dan
lingkungan akuifer yang terkontaminasi uranium. Bakteri ini banyak digunakan
untuk bioremidiasi atau pembersihan lingkungan dari polutan seperti senyawa yang
mengalami klorinasi, radionuklida, dan polutan lingkungan lainnya. Shewanella
tergolong ke dalam bakteri gram negatif dan beberapa spesies bakteri ini merupakan
patogen penyebab penyakit pada manusia. Ciri-ciri lain dari Shewanella adalah
berbentuk batang, motil (bergerak) dengan flagela polar, dan memiliki metabolisme
sebagai organisme fakultatif anaerobik. Untuk kebutuhan hidupnya, bakteri ini
mampu menggunakan bermacam-macam akseptor elektron, seperti oksigen, besi,
mangan, uranium, nitrat, nitrit, fumarat, dan lain-lain.
11
12
Gambar 4. Shewanella Putrefaciens
RHODOFERAX FERRIREDUCENS
Berbentuk Gram-negatif, motil, batang pendek dengan flagel kutub
tunggal. Strain T118T tumbuh antara pH 6-7 dan 7-1, dengan suhu kisaran 40-30 ° C.
Pertumbuhan optimal suhu 25 ° C. Mereduksi besi (III) dan mineral lainnya dalam
lingkungannya (Langsung Listrik).
Gambar 5. Rhodoferax Ferrireducens
12
BAB III. PROSES KERJA MICROBIAL FUEL CELL
Reaksi yang terjadi dalam sistem MFC adalah reaksi redoks, reduksi dan oksidasi,
contohnya Fe3+ yang merupakan suatu oksidan atau oksidator yang akan menerima elektron dan
mengalami reduksi. Oksidasi materi organik berpasangan dengan reduksi Fe3+. Dalam hal ini
dibutuhkan kerjasama konsorsium mikroba fermentatif dan mikroba pereduksi Fe3+. Mikroba
pereduksi Fe3+ (spesies Geobacter dalam kondisi lingkungan temperata dan Archaea pereduksi
Fe3+ pada lingkungan yang panas) akan memetabolisme produk fermentasi dan senyawa organik
yang tidak dapat dimetabolisme oleh mikroba fermentatif, mengoksidasinya menjadi karbon
dioksida dengan menyediakan oksida Fe3+ sebagai akseptor elektron (Lovley, 2006).
Gambar 6. Reaksi yang terjadi pada MFC
13
14
Gambar 7. Proses munculnya tegangan listrik
Umumnya pada sistem konvensional, MFC terdiri dari dua ruang yang terdiri dari
ruang anoda dan katoda. Kedua ruang tersebut dipisahkan oleh sebuah membran tempat
terjadinya pertukaran proton (proton exchange membrane). Sistem ini belum sepenuhnya bekerja
dengan kerja bakteri karena hanya sisi anoda saja yang mengandung bakteri, sedangkan pada sisi
katoda masih bekerja dengan menggunakan senyawa kimia seperti Polialumunium Chloride
(PAC). Namun baru-baru ini telah dikembangkan MFC dengan menggunakan bakteri pada
katoda, atau lebih dikenal dengan biokatoda. Bakteri pada ruang katoda memiliki fungsi yang
sama sebagai mediator elektron yang sebelumnya dilakukan oleh senyawa kimia.
Dalam banyak penelitian tentang MFC, asetat umum digunakan sebagai substrat untuk
bakteri agar dapat menghasilkan listrik. Senyawa kimia ini lebih mudah diproses oleh bakteri
ketimbang memproses air limbah. Asetat tergolong senyawa kimia sederhana yang berfungsi
14
15
sebagai sumber karbon untuk bakteri. Kelebihan lain dari asetat adalah senyawa ini tidak
menimbulkan reaksi lain terhadap bakteri seperti fermentasi dan methanogenesis pada
temperatur ruang.
15
BAB IV. PEMBAHASAN
Fuel cell menggunakan reaksi kimia, lebih baik daripada mesin pembakaran, untuk
memproduksi energi listrik Istilah fuel cell sering dikhususkan untuk hidrogen-oksigen fuel cell.
Prosesnya merupakan kebalikan dari elektrolisis. Pada elektrolisis, arus listrik digunakan untuk
menguraikan air menjadi hidogen dan oksigen. Dengan membalik proses ini, hidrogen dan
oksigen direaksikan dalam fuel cell untuk memproduksi air dan arus listrik.
Konversi energi fuel cell biasanya lebih effisien daripada jenis pengubah energi lainnya.
Efiensi konversi energi dapat dicapai hingga 60-80%. Keuntungan lain fuel cell adalah mampu
menyuplai energi listrik dalam waktu yang cukup lama. Tidak seperti baterai yang hanya mampu
mengandung material bahan bakar yang terbatas, fuel cell dapat secara kontinu diisi bahan bakar
(hidrogen) dan oksigen dari sumber luar. Fuel cell merupakan sumber energi ramah lingkungan
karena tidak menimbulkan polutan dan sungguh-sungguh dapat digunakan terus-menerus jika
ada suplai hidogen yang berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbarui.
Keuntungan fuel cell yaitu, efisiensi tinggi dapat mencapai 80%, tidak bising dan gas
buang yang bersih bagi lingkungan.
Kendala yang masih membatasi pengguanaan fuel cell adalah :
1) Apabila digunakan bahan bakar hidrogen, maka dibutuhkan tanki pengaman yang
berdinding tebal dan memiliki katup pengaman. Selain itu diperlukan kompresor untuk
memasukan ke dalam tanki.
2) Apabila yang dibawa adalah hidrogen cair, maka akan timbul kesulitan karena harus
dipertahankan pada temperatur -253,15oC pada tekanan 105Pa.
16
3) Apabila digunakan metanol sebagai pengganti hidrogen, maka dibutuhkan reformer. Tetapi
efisiensi menjadi menurun.
4) Temperatur yang cukup tinggi saat pengoperasian antara 60o-120oC
5) Teknologi baru menggunakan prinsip mirip fuel cell untuk menghasilkan energi listrik
menggunakan sumber alami, yaitu biofuel cell. Biofuel cell adalah alat untuk
mengkonversi energi kimia menjadi energi listrik dengan bantuan biokatalis dari enzim
atau mikroorganisme.
Berdasarkan pada pengetahuan pada fungsi biofuel cell usaha-usaha sudah banyak dilakukan untuk memaksimalkan arus dan daya keluaran pada MFC, antara lain:
1. Membandingkan dan menggunakan kombinasi berbeda bakteri dan mediator elektron.
2. Menggunakan kultur bakteri campuran.
3. Menggunakan lingkungan anaerobik di anoda.
4. Meningkatkan angka suplai bahan bakar.
5. Modifikasi elektroda
6. Memompakan oksigen melewati ruangan katoda.
Microbial Fuel Cell didasari coupling oksidasi glukosa menjadi molekul oksigen dan
air. Bakteri Escherichia Coli (E. Coli) dapat digunakan untuk eksperimen ini, suatu
mikroorganisme yang sering ditemukan pada usus manusia. Bakteri seperti E. Coli menguraikan
glukosa menghasilkan ATP yang dimanfaatkan sel untuk sumber energi. Methylene blue (MB)
digunakan sebagai mediator elektron atau electronophore untuk sarana efisiensi transfer elektron
dari mikroorganisme ke elektroda.
Mediator elektron yang ideal seharusnya :
1. Dapat membentuk pasangan redoks reversibel pada katoda
17
2. Terhubung dengan NADH dan memiliki angka potensial reduksi standar yang sangat
negatif dalam rangka untuk memaksimalkan produksi energi listrik.
3. Stabil pada bentuk oksidasi maupun bentuk reduksi.
4. Tidak terdekomposisi selama reaksi redoks yang berulang-ulang dalam jangka waktu lama.
5. Memiliki polaritas sehingga mediator dapat larut dalam air dan dapat diserap oleh
membran mikroba.
Methylene blue dan neutral red adalah dua jenis mediator elektron yang biasa
digunakan dalam MFC karena toksisitas yang rendah.
Mediator elektron membuka jalan ke dalam rantai transfer elektron, secara kimiawi
mereduksi NAD+ menjadi NADH. Mekanisme nyata transfer elektron melalui mediator elektron
masih belum jelas. Bagaimanapun juga, ini diketahui bahwa elektron memasukan diri ke dalam
membran bakteri dan pada dasarnya “membajak” proses transportasi elektron metabolisme
glukosa.
Berikut adalah perbandingan antara Fuel Cell Kimiawi dengan Fuel Cell Biologis:
Tabel 1. Perbandingan antara Fuel Cell Kimiawi dengan Fuel Cell BiologisNo Fuel Cell Kimiawi Fuel Cell Biologis1 Katalis Logam mulia Mikroorganisme / enzim2 pH Larutan asam (pH<1) Larutan netral pH 7.0 - 9.03 Temperatur lebih dari 200 o C Temperatur 22-25 0C4 Elektrolit Asam fosfat Larutan fosfat5 Kapasitas Tinggi Rendah6 Efisiensi 40 – 60 % Lebih dari 40 %7 Tipe Bahan Bakar Gas alam, H2, dll. Karbohidrat dan hidrokarbon
Biokatoda menjadi pilihan yang lebih baik ketimbang dari katoda abiotik karena biaya
pembuatan dan operasinya lebih murah. Selain itu penggunaan katalis, mediator elektron buatan
pada MFC bisa digantikan dengan biokatoda yang lebih murah. Terlebih lagi, beberapa jenis
18
19
mikroorganisme dapat menghasilkan gas oksigen melalui reaksi fotosintesis, mengurangi
pemakaian oksigen dari luar.
Biokatoda dapat memperpanjang umur MFC karena pada MFC dengan biokatoda
masalah kerusakan platinum oleh sulfur pada mediator elektron dapat dihilangkan. Selain itu,
metabolisme mikroba pada biokatoda dapat dipergunakan untuk menghasilkan produk yang
bermanfaat serta menghilangkan senyawa kimia yang tidak diperlukan. Beberapa mikroba yang
dapat dijadikan biokatoda di antaranya adalah Acetobacter acetic cathode.
19
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Peneliti dari Lebone Institute memperkirakan bahwa MFC tiap 1 meter2
menghasilkan 1 volt listrik. Sedangkan peneliti dari Belanda memperkirakan MFC yang
dipasang di lumpur sawah meghasilkan 330 watt/ hektar sawah.
Model pembangkit listrik mikroba itu dalam uji coba di laboratorium, saat ini baru
mampu mengisi baterai telefon seluler dan kalkulator atau menyalakan satu lampu LED.
Daya listrik yang dibangkitkan memang masih terlalu kecil, untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga, namun sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang
paling mendasar di zaman teknologi komunikasi yang semakin maju.
Rittmann dan timnya masih menemukan kendala mekanisme yang tepat
memindahkan elektron ke elektroda oleh mikroba yang masih lambat. Peneliti masih harus
mengetahui bagaimana membuat mekanisme ini lebih cepat dan menghasilkan tenaga yang
lebih kuat. Sampai sejauh ini peneliti memiliki banyak gagasan, termasuk kemungkinan
faktor voltase pada elektroda. Ini adalah salah satu pertanyaan mereka yang sedang
berusaha untuk dijawab.
Walaupun teknologi pembangkit listrik dari mikroba ini belum sepenuhnya
berhasil menggantikan sumber energi lain yang ada, namun penyempurnaan terhadap hasil
penelitian akan terus dilakukan, sehingga diharapkan akan diperoleh hasil yang optimal.
20
B. SARAN
330 watt bukanlah jumlah energy listrik yang banyak. Tapi hal itu sangat
bermanfaat bila digunakan di pedesaan pedesaan yang masih melestarikan sawah sebagai
ladang pekerjaan dan mungkin listrik itu hanya digunakan sebagai penerang. Tapi tidak
menutup kemungkinan juga jika MFC bisa menjadi potensi utama dalam teknologi energy
alternative di negeri kita mengingat Indonesia merupakan Negara agraris yang masih
melestarikan tanah persawahan berhektar hektar.
Masalah lainnya juga timbul ketika musim kemarau melanda persawahan kita,
tanah banyak yang kering sehingga bakteri di tanah tidak beraktivitas secara maksimal.
Juga akan timbul pertanyaan lanjutan tentang ada atau tidaknya dampak pemasangan MFC
di persawahan apakah mengganggu kestabilan tanah atau tidak. Atau masalah lain yang
agak tidak logis, masalah dari masyarakat desa, yang masih cenderung belum memahami
teknologi semcam ini. Memang harus ada penyuluhan lebih lanjut ketika memperkenalkan
MFC di tengah masyarakat kita.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Shewanella. http://id.wikipedia.orgMahasiswanegarawan. 2007. Sel bahan bakar fuel cell sebuah energy alternative
berkelanjutan dan ramah lingkungan. http://mahasiswanegarawan.wordpress.comMfikri. 2011. Microbial Fuel Cell, Energi Listrik Alternatif dari Bakteri. http://www.itb.ac.idZulfindra. 2009. Energi Listrik dari Bakteri, "geobacter metallireducens" Mikroba
Penghasil Listrik. http://zulfindra.blogspot.com
22