Metpen Bab 1

download Metpen Bab 1

of 11

description

metodologi penelitian

Transcript of Metpen Bab 1

11

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang PenelitianPerkembangan zaman diiringi dengan perkembangan teknologi yang menjamur menuntut pemerintah untuk dapat meingkatkan laju pembangunan di segala aspek. Seiring dengan peningkatan kebutuhan pembangunan itu sendiri, dana yang dibutuhkan juga semakin meningkat (Christina dan Kepramareni, 2012). Sumber pendanaan negara sebisa mungkin terlepas dari peranan pihak asing yang dapat menimbulkan utang dan memberatkan pemerintah dikemudian hari, sehingga pemerintah perlu meningkatkan penerimaan dalam negeri. Terdapat dua jenis penerimaan yang diperoleh negara yaitu Penerimaan dari perpajakan dan Penerimaan bukan pajak. Pajak merupakan sumber pendanaan terbesar yang dimiliki negara ini. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Pajak, penerimaan pajak dalam negeri dari tahun 2009 hingga 2012 mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan yang terjadi belum bisa menjadi indikator keberhasilan dalam pemungutan pajak. Pasalnya dalam penerapan masih banyak usaha-usaha diluar sana yang masih belum sadar akan pentingnya pembayaran pajak.Tingkat pertumbuhan usaha di Indonesia setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Berbagai usaha dirintis oleh masyarakat dan pemerintah yang diharapkan dapat memajukan baerbagai aspek seperti ekonomi, sosial dan budaya di Indonesia. Masyarakat dewasa ini mampu menciptakan lapangan usahanya sendiri walaupun usahanya masih tergolong kecil sehingga terbentuklah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Berdasarkan UU No.9/1995, usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dan milik warga negara Indonesia. Sedangkan berdasarkan klasifikasi Badan Pusat Statistik industri kecil menengah dapat digolongkan menjadi industri rumah tangga, kecil dan menengah. Industri rumah tangga adalah suatu kegiatan usaha industri yang memiliki tenaga kerja 1 sampai dengan 4 orang. Industri kecil adalah suatu kegiatan usaha industri yang memiliki tenaga kerja 5 sampai 19 orang. Sedangkan industri menengah adalah suatu kegiatan usaha industri yang memiliki tenag kerja 20 sampai dengan 99 orang. Damanik (1998) menjelaskan secara sederhana usaha mikro memiliki karakteristik sebagai berikut: Assets tanpa tanah dan bangunan kurang dari RP.10.000.000,-; Kegiatan usaha masih tercampur dengan kegiatan rumah tangga; dan Dikelola secara tradisional, tidak atau belum menggunakan manajemen tertentu.Menurut Marzuki Usman (1998) pengembangan industri kecil menengah dilakukan karena peranan usaha kecil dalam perekonomian bisa dilihat dari tiga hal yaitu: pembentukan pendapatan nasional/daerah, peranannya dalam penyerapan tenaga kerja, serta peran sebagai penyangga. Usaha ini sangat membantu dalam menambah pendapatan daerah maupun pendapatan nasional, selain itu juga menyerap banyak tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran yang ada di Indonesia, serta usaha mikro, kecil dan menengah ini mampu menjadi penyangga perekonomian.Industri kecil menengah juga memiliki manfaat sosial, yaitu: dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan murah, turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan domestik, Industri kecil menengah mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar karena industri kecil menengah menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana, yang biasanya tidak dihasilkan industri besar, Lokasi industri kecil menengah yang tersebar pada gilirannya telah menyebabkan biaya transportasi menjadi minim sehingga memungkinkan produk dapat sampai ke tangan konsumen dengan cepat, mudah dan murah. Pengembangan industri kecil menengah sebaiknya didasari pemahaman yang tepat mengenai karakteristik industri kecil menengah itu sendiri. Industri kecil menengah tumbuh dari industri rumah tangga, dan biasanya berawal dari akivitas masyarakat yang tidak selalu berorientasi profit. Hampir seluruh wilayah di Indonesia menggali potensi pendapatan daerahnya melalui pajak daerah (Romandana, 2010). Hal ini menunjukan bahwa pajak merupakan penunjang utaman pendapatan suatu daerah dibandingkan pendapatan lainnya, sehingga pemerintah berusaha untuk dapat memungut pajak sebanyak mungkin untuk memaksimalkan pendapatan daerah. Dalam penerapannya, penerimaan pajak tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Jumlah usaha yang aktif membayar pajak cenderung lebih sedikit dari jumlah usaha yang terdaftar. Hal ini dipercaya berkaitan dengan motivasi para pelaku pajak dalam menjalankan kewajibannya. Kiswanto dan Wahyuddin (2007) meneliti tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan Wajib Pajak, menyimpulkan bahwa dimensi service quality yaitu reliability, assurance, responsiveness, dan tangible berpengaruh positif terhadap kepuasan wajib pajak, sedangkan emphaty berpengaruh positif namun tidak signifikan.Saat ini berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk dapat meningkatkan penerimaan pajak terutaman dari sektor UMKM. Langkah-langkan yang dilakukan adalah dengan mendata usaha-usaha yang ada, kemudian usaha tersebut didaftarkan agar memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Hal ini mempermudah wajib pajak dalam membayarkan pajaknya dan mempermudah petugas pajak dalam mengawasi usaha tersebut. Kurangnya pengetahuan dan motivasi menjadi salah satu alasan mengapa wajib pajak tidak melaksanakan kewajibannya. Dengan pemahaman yang kurang membuat para pengusaha UMKM tidak mengerti bagaimana untuk melaporkan ke kantor pajak. Kurangnya sosialisasi membuat sebagian besar masyarakat buta akan pelaporan pajak. Hal lainnya yang dapat mempengaruhi pembayaran pajak adalah motivasi, Yenni dan Arja (2013) menyebutkan bahwa kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh utilitas yang akan diperoleh dengan adanya insentif keuangan. Insentif keuangan dibentuk oleh sanksi dan denda perpajakan, pemeriksaan pajak dan tarif pajak. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak, maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan (Muliari dan Ery, 2009). Untuk memotivasi para pelaku pajak maka pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2013 yang terbit 12 juni 2013 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah. Wajib pajak yang memenuhi kriteria akan dikenakan PPh final dengan tarif 1% dan dasar pengenaan pajak adalah peredaran bruto setiap bulannya. Faktor lainnya yang juga mempengaruhi mengapa UMKM sulit untuk membayar pajak adalah karena tidak adanya laporan keuangan yang dapat dijadikan acuan. Tidak tersedianya laporan keuangan dalam UMKM dikarenakan oleh pendidikan dan ketrampilan akuntansi pemilik yang kurang. Proses pencatatan yang dilakukan di UMKM tidak sesuai dengan standart akuntansi. Akuntansi sendiri Menurut Soemarso (1990), merupakan proses pencatatan, pengidentifikasian, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunkan informasi tersebut. Pencatatan yang dilakukan UMKM kebnyakan adalah pencatatan yang hanya menulis penerimaan dan penjualan tanpa disertakan biaya bahan baku, dan biaya lainnya. Dalam ruang lingkup usaha kecil, biasanya pemilik masih menggabungkan antara biaya produksi usaha dan biaya rumah tangga pemilik usaha sehingga pencatatan yang dilakukan tidak lengkap. Penyajian laporan keuangan yang baik berguna juga untuk menghitung besarnya pajak usaha. Mengingat sekarang ini pemerintah semakin ketat dalam memberikan sanksi pajak, maka penting bagi UMKM untuk memulai mencatat laporan keuangan yang sesuai dengan standar pajak dan membuat laporan peneyetoran pajak yang tepat demi kelancaran usaha dan menghindari sanksi dari pemerintah.Terdapat pula faktor lainnya yaitu masyarakat menganggap pembayaran pajak dilakukan semata-mata hanya untuk kepentingan pejabat negara. Untuk itu maka dibutuhkan Teori Pembenaran Pajak. Menurut Brotodihardjo (2000), terdapat 5 teori pembenaran pajak. Yang pertama Teori asuransi. Teori asuransi adalah ketika pajak yang dibayar oleh masyarakat dianalogikan sebagai pembayaran premi asuransi. Kedua, Teori kepentingan. Teori kepentingan ini melihat bahwa pajak yang dibayar oleh masyarakat merupakan kewajiban yang harus dibayarkan kepada negara, karena negara telah mengeluarkan biaya-biaya untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat. Yang ketiga Teori gaya pikul. Teori gaya pikul adalah teori yang menyatakan bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak dalam jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada warganya, yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya. Yang ke empat Teori kewajiban. Teori ini menjelaskan pajak mutlak yang mendasarkan pemungutan pajak pada hubungan antara negara dengan rakyat yang dinaunginya. Dan yang terakhir adalah Teori azas daya beli. Teori ini melihat bahwa pemungutan pajak disamakan dengan kerja sebuah pompa, yaitu mengambil daya beli dari rumah tangga-rumah tangga dalam masyarakat untuk rumah tangga negara dan kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat dengan maksud untuk memelihara hidup masyarakat. Meskipun negara mempunyai dasar untuk melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan gambaran teori di atas, tetapi hal ini tidak serta merta membuat setiap orang senang membayar pajak. Oleh karena itu teori pemungutan pajak di atas menjadi sebuah landasan bagi negara untuk melakukan pemungutan pajak. Dengan teori pembenaran pajak tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan retribusi yang dibayarkan kepada pemerintah yang bersifat wajib dan bersifat win win solution. Dalam hal ini pajak dibayarkan oleh masyarakat dan dikelola sedemikian rupa oleh pemerintah yang bertujuan untuk memfasilitasi dan mensejahterahkan masyarakyat.Dalam penyebarannya UMKM tumbuh dan berkembang di berbagai daerah di pelosok negeri ini. Teguh (2005) menjelaskan bahwa pada tahun 1996 66% UKM di Indonesia berada di Pulau Jawa. Sejak krisis ekonomi, UMKM justru semakin memusat di pulau Jawa, yakni menjadi 68% dari total keseluruhan UMKM yang ada di Indonesia. Dengan banyaknya UMKM yang tersebar di pulau Jawa maka dapat dikatakan bahwa masyarakat di Pulau Jawa lebih bisa memanfaatkan keadaan dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang baru. Mariana (2012) menyebutkan UMKM juga memanfatkan berbagai Sumber Daya Alam yang berpotensial di suatu daerah yang belum diolah secara komersial. Dengan memanfaatkan sumber daya alam maka masyarakat dapat menciptakan ide yang inovatif untuk membuka lapangan kerja baru. Di Indonesia sendiri, masing-masing daerahnya memiliki keunikan masing-masing. Mulai dari hasil tambang, hasil pertanian dan juga obyek wisatanya. Contohnya Kota Malang yang menjadi terkenal karena hasil pekebunan apelnya. Apel yang diasilkan di Kota Malang sangat diminati banyak orang. Namun para pengusaha UMKM di Kota Malang tidak berbondong-bondong merambah usaha apel, tetapi mereka melakukan inovasi-inovasi dari hasil perkebunan apel. Dengan kreatifitasnya banyak UMKM yang membuat berbagai olahan keripik apel. Seiring dengan berjalannya waktu, mereka juga menciptakan aneka keripik dari berbagai buah-buahan, sayur dan yang sedang diminati adalah keripik tempe. Tidak hanya itu, di Kabupaten Malang, juuga terdapat usaha bordir. Istana Bordir Pakis ini memiliki pangsa pasar hingga ke luar negeri. Usaha yang ada di Malang bermacam-macam bentuk dan bidangnya dan masing-masing punya keunikan tersendiri. Model usaha yang ada bermula dari usaha kecil dan menengah perseorangan kemudian berkembang menjadi besar dan diikuti oleh pengusaha lain sehingga menjadi usaha massal. Tanpa disadari usaha yang dirintis ini pun sering berkumpul di satu kawasan tertentu dan menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Beragamnya kreatifitas usaha dan kesenian yang ada di Kota Malang ini tidak lepas dari peran pemerintah yang selalu mendukung dalam pembangunan Kota Malang dan sekitarnya (Kompas, 8 Juli 2014).Pemerintah Kota Malang mendukung penuh perkembangan dan pembangunan UMKM. Pemerintah membutuhkan UMKM untuk dijadikan sumber penerimaan daerah, sebaliknya pihak UMKM juga membutuhkan pemerintah sebagai pelindung hukumnya. Seperti dikutip dalam Bisnis.com, pada tahun 2013 terdapat 274.606 usaha UMKM yang terdapat di Malang. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 272.091. Dengan semakin bertambahnya usaha yang ada di Malang, dengan sendirinya dapat meningkatkan pendapatan daerah dari segi penerimaan pajak. Dalam mendukung usaha-usaha yang ada pemerintah beberapa kali mengadakan pameran yang bertujuan untuk mempromosikan produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM yang ada. Dari sekian banyak UMKM yang ada tidak semuanya terdaftar dengan memiliki NPWP. Banyak usaha kecil menengah yang menghindari pembayaran pajak dikarenakan pajak yang diberikan terasa berat. UMKM tidak bisa berdiri sendiri. Mereka bernaung dibawah paguyuban atau koperasi. Peran paguyuban dan koperasi membantu dalam mendanai usaha, menampung hasil produk yang kemudian dipasarkan di sentra kerajinan yang ada di Kota Malang.Untuk mengetahui penyebab dari ketidak patuhan pembayaran pajak yang dilakukan oleh banyak usaha saat ini dan motivasi apa yang membuat para pengusaha berusaha untuk menghindar dari pembayaran pajak, maka peneliti menemukan gagasan untuk melakukan penelitian yang dilakukan dengan metode studi kasus yang dilakukan pada salah satu UMKM di Kota Malang yaitu UMKM Sirup Sari Asem Bunda.1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:1. Mengapa perilaku wajib pajak dalam melakukan pembayaran pajak harus diteliti?2. Bagaimana caranya untuk memotivasi wajib pajak dalam melakukan pembayaran pajak?3. Sejauh manakah pengetahuan UMKM tentang pembayaran pajak, khususnya pajak penghasilan?

1.3 Tujuan PenelitianAdapun penelitian ini memiliki tujuan untuk dapat mengetahui sejauh mana sikap wajib pajak dalam melakukan kewajibannya untuk membayar pajak. Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan pada UMKM Sirup Sari Asem BUNDA, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman yang dimiliki oleh pemilik UMKM tentang perpajakan dan hal-hal yang dapat memotivasi pemilik dalam melakukan pembayaran pajak.1.4 Manfaat PenelitianAdapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:1) Bagi UMKMManfaat bagi pihak UMKM diharapkan hasil penelitian ini dapat membuat pihak UMKM lebih mengerti tentang dunia perpajakan dan dapat menyadari pentingnya pembayaran pajak penghasilan (PPh).2) Bagi Petugas PajakManfaat bagi petugas pajak diharapkan peneliltian ini dapat membantu petugas pajak dalam mengevaluasi kinerja para petugas pajak khususnya di Kota Malang agar kedepannya dapat memotivasi wajib pajak dalam melakukan kewajibannya dalam membayar pajak sehingga pendapatan dalam bidang pajak dapat meningkat setiap tahunnya.3) Bagi Pengguna LieraturUntuk pengguna literatur yang sama, diharapkan dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.