Bab II Metpen Gene

16
BAB II TINJAUAN LOKASI Desa Sukajadi merupakan desa yang terletak di Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Desa ini terletak pada koordinat 7°28'7"S 108°35'52"E . Desa Sukajadi ini terletak dekat dengan Kota Banjar, Kertayasa, Cijulang, Pangandaran dan Kota Ciamis (Wikimapia, 2015). Desa Sukajadi berada di Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis. Jarak dari pusat Desa Sukajadi ke Ibukota Kecamatan Pamarican sejauh 13 kilometer,dengan ibukota Kabupaten Ciamis berjarak 40 kilometer, dengan Ibukota Provinsi Jawa Barat berjarak 190 kilometer, dan jarak dari ibukota negara berjarak 364 kilometer. Secara administratif, Desa Sukajadi berbatasan langsung dengan Desa Sidaharja di sebelah utara, Desa Sukasari di sebelah

description

DSFDSDSFSDV

Transcript of Bab II Metpen Gene

BAB IITINJAUAN LOKASI

Desa Sukajadi merupakan desa yang terletak di Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Desa ini terletak pada koordinat 728'7"S 10835'52"E. Desa Sukajadi ini terletak dekat dengan Kota Banjar, Kertayasa, Cijulang, Pangandaran dan Kota Ciamis (Wikimapia, 2015).Desa Sukajadi berada di Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis. Jarak dari pusat Desa Sukajadi ke Ibukota Kecamatan Pamarican sejauh 13 kilometer,dengan ibukota Kabupaten Ciamis berjarak 40 kilometer, dengan Ibukota Provinsi Jawa Barat berjarak 190 kilometer, dan jarak dari ibukota negara berjarak 364 kilometer. Secara administratif, Desa Sukajadi berbatasan langsung dengan Desa Sidaharja di sebelah utara, Desa Sukasari di sebelah selatan, Desa Sukamukti di sebelah timur, dan Desa Sindangrasa di sebelah barat. Desa Sukajadi yang merupakan pemekaran dari Desa Kertahayu berdiri pada tahun 1982. Desa Sukajadi ini terdiri dari 3 Dusun besar yaitu, Dusun Sukajaya, Dusun Sukasari dan Dusun Sukajadi (Aqmarina, 2015).Area lahan di Desa Sukajadi didominasi oleh wilayah persawahan yaitu seluas 192 Ha dan wilayah perkebunan seluas 68 Ha. Wilayah persawahan dan perkebunan tersebut dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari dan untuk sumber penghasilan. Selain dari hasil sawah dan kebun, ada beberapa masyarakat yang mempunyai usaha. Industri yang ada di Desa Sukajadi antara lain: sale, tahu, es krim, telur herbal, dan sawo. Usaha yang dimiliki masyarakat tersebut memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadikan Desa Sukajadi lebih dikenal oleh masyarakat luas. Namun, potensi yang ada tersebut belum dijalankan secara maksimal oleh masyarakat (Aqmarina, 2015).Salah satu sumber daya alam yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat adalah pisang. Pisang ini kemudian diolah menjadi sale pisang oleh masyarakat. Meskipun secara umum sale pisang Ciamis sudah terkenal, tetapi industri sale pisang di Desa Sukajadi belum bisa memasuki pasar yang luas (Aqmarina, 2015).Sale pisang yang di produksi masyarakat Desa Sukajadi memiliki 2 jenis, yaitu sale pisang yang digoreng menggunakan tepung dan sale pisang yang tidak menggunakan tepung. Rasa sale pisang tersebut cukup enak, tetapi kerenyahan dari sale pisang tersebut belum konsisten dan tidak memiliki varian rasa. Dari segi pemasaran, apabila pelaku industri di desa ini dapat melakukan inovasi seperti menambah varian rasa dari sale pisang tersebut maka bukan tidak mungkin sale pisang Sukajadi dapat memasuki pasar internasional (Aqmarina, 2015).

Gambar. 2.1 Peta Administratif Kabupaten Ciamis

Gambar 2.2 Peta Potensi Sumber Daya Alam Kabupaten Ciamis

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA3.1. Tanaman PisangPisang merupakan buah tropis yang sudah popular di masyarakat, dan potensial dikembangkan di Indonesia. (Astawan, 2008 dalam Notanubun dan L. Karuwal, 2014). Tanaman ini berdasarkan klasifikasi ilmiahnya tergolong dalam keluarga besar Musaceae. Taksonomi tanaman pisang menurut Tjitrosoepomo (2001) Kingdom : PlantaePhilum : SpermatophytaKelas: MonocotyledonaeOrdo: ZingiberalesFamili: MusaceaeGenus: MusaSpesies: Musa paradisiaca L.

Gambar 1 : (A) batang semu pisang (B) tandan buah pisang (C) Daun pisang (D) bunga pisang dan (E) sisir buah individual (Robinson, 1999)

Pisang merupakan tanaman semak yang berbatang semu (pseudostem), tingginya bervariasi antara 1- 4 meter, tergantung varietasnya. Daunnya melebar, panjang, tulang daunnya besar, dan tepi daunnya tidak mempunyai ikatan yang kompak sehingga mudah robek bila terkena tiupan angin kencang. Batangnya mempunyai bonggol (umbi) yang besar sekali dan terdapat banyak mata yang dapat tumbuh menjadi tunas anakan. Bunganya tunggal, keluar pada ujung batang dan hanya sekali berbunga selama hidupnya (monokarpik) (Sunarjono, 2000). Tanaman pisang yang ada sekarang diduga merupakan keturunan dari Musa acuminata dan Musa balbisiana yang mempunyai jumlah kromosom 2n =2x=22. Persilangan keduanya menghasilkan keturunan yang mempunyai tingkat ploidi yang beragam. Pisang budidaya yang diturunkan secara murni dari spesies Musa acuminate diberi symbol AA, yang triploid bersimbol AAA dan tetraploid AAAA. Adapun hasil persilangan Musa acuminate dan Musa balbisiana yang triploid diberi symbol AAB atau ABB (Simmonds and Shepherd, 1955).Menurut Nakasone dan Paull (1998), untuk memperoleh pertumbuhan yang baik dan produktivitas yang tinggi, pisang sebaiknya ditanam pada tanah dengan kandungan bahan organik dan kesuburan yang tinggi. Pisang dapat ditanam pada tanah dengan pH 4.5 7.5, dengan rekomendasi 5.8 6.5. Tekstur tanah dapat berupa pasir hingga liat berat. Sebagian besar pisang yang diekspor ditanam di tanah lempung aluvial. Tanah yang kaya akan humus akan baik untuk pertumbuhan dan produksi pisang.3.2. KromosomMenurut Crowder (1997), kromosom adalah benda-benda halus berbentuk panjang atau pendek dan lurus atau bengkok. Bagian-bagian dari kromosom (Gambar 1) terdiri dari kromatid, sentromer, lengan pendek, dan lengan panjang. Kromosom mempunyai jalinan benang-benang halus yang berpilin-pilin longgar dan diselimuti protein (disebut kromonema) dalam inti sel yang mudah mengikat zat warna (Yatim, 1986).

Gambar 2 : Kromosom dan bagian-bagiannya (Fendi, 2010).

Kromosom adalah pembawa bahan keturunan dan mengandung gen-gen dan merupakan sarana pemindahan gen (bahan keturunan atau materi genetik) yang mengatur penampilan sifat-sifat keturunan dari astu generasi ke generasi berikutnya pada organisme. Menurut Suryo (1995), pengamatan kromosom dapat dilakukan pada saat sel membelah. Berdasarkan fase pembelahan, kromosom dapat dilihat dengan jelas pada tahap metafase yaitu fase dimana kromosom berada di bidang tengah sel atau prometafase (metafase awal) karena pada saat ini ukuran kromosom jauh lebih panjang dan strukturnya tampak lebih jelas dibanding pada metafase (Parjanto dkk., 2003). Perbedaan kromosom secara umum menggambarkan perbedaan kandungan genetik dan protein suatu individu. Variasi utama yang dapat diamati yaitu ukuran atau panjang absolut, morfologi, ukuran relatif dan jumlah kromosom. Individu-individu dalam satu spesies mempunyai jumlah kromosom sama tetapi spesies yang berbeda dalam satu genus mempunyai jumlah kromosom berbeda. Bentuk, ukuran dan jumlah kromosom setiap spesies selalu tetap, sehingga dapat digunakan untuk tujuan taksonomi, mengetahui keanekaragaman, hubungan kekerabatan dan evolusi meskipun dalam keadaan tertentu pula terjadi variasi (Fendi, 2010).3.3. Stomata Stomata berasal dari bahasa Yunani yaitu stoma yang berarti lubang atau porus, jadi stomata adalah lubang - lubang kecil berbentuk lonjong yang dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penutup (Kartasapoetra, 1991). Selanjutnya Campbell, et al. (2000) mengemukakan bahwa stomata adalah pori yang sangat kecil yang diapit oleh sel epidermal yang telah mengalami spesialisasi yang disebut sel penjaga (guard cell). Tiap pori stomata dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel pengawal yang berbeda dengan sel-sel lain yang terdapat pada epidermis yang berisi kloroplas (Loveless, 1987). Hamim (2007) menyatakan bahwa stomata merupakan modifikasi dari sel epidermis daun berupa sepasang sel penjaga yang bisa menimbulkan sula (lubang) sehingga uap air dan gas dapat dipertukarkan antara bagian dalam dari stomata dengan lingkungan. Stomata biasanya ditemukan pada bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara terutama di daun, batang, dan rhizom. Pada daun yang berfotosintesis, stomata mungkin ditemukan di kedua permukaan daun, atau hanya dipermukaan sebelah bawah. Pada daun yang pertulangannya sejajar stomata tersusun dalam barisan yang sejajar (Fahn, 1991). Jumlah stomata per satuan luas daun bervariasi diantara jenis-jenis tumbuhan. Keadaan lingkungan juga mempengaruhi frekuensi stomata. Daun yang tumbuh pada lingkungan kering dan di bawah cahaya dengan intensitas tinggi cenderung mempunyai stomata banyak dan kecil-kecil dibandingkan dengan yang hidup pada lingkungan basah dan terlindung. Frekuensi stomata tidak saja bervariasi antar jenis tetapi juga antar daun tumbuhan yang sama. Variasi juga terjadi dalam penyebaran stomata. Ada yang hanya di permukaan epidermis atas saja atau dipermukaan bawah saja dan ada juga yang ada pada kedua permukaan, permukaan bawah umumnya berjumlah lebih banyak daripada di permukaan atas (Prawiranata dkk., 1995).

DAFTAR PUSTAKA

Aqmarina, D. 2015. Sale Pisang Sukajadi : Potensi Yang Terpendam. http://kknm.unpad.ac.id (diakses 26 Mei 2015 pukul 17.04)Campbell, N. A. jane b. reece and Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi. Edisi 5 Jilid 3. Alih Bahasa: Wasman Manalu. Erlangga. Jakarta Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. YogjakartaFahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. YogjakartaFendi, F. H. 2010. Analisis Kromosom dan Stomata Tanaman Salak Bali (Salacca zalacca var. amboinensis (Becc.) Mogea), Salak Padang Sidempuan (S. sumatrana (Becc.)) dan Salak Jawa (S. zalacca var. zalacca (Becc) Mogea)). SkripsiHamim. 2007. Materi Pokok Fisiologi Tumbuhan. Universitas Terbuka. JakartaHaryanti, Sri. 2010. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Daun Beberapa Spesies Tanaman Dikotil dan Monokotil. Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XVIII, No. 2.Kartasapoetra, A.G. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Rineka Cipta. Jakarta Li, Z., L. Liu, H., and Luo, P. Production and Cytogenetics of Intergeneric hybrids between Brassica napus and Orychophragmus violaceus. Theor Appl Genet (1995) 91 : 131-136Loveless A.R.1987. Prinsip-prinsip Fisiologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Jakarta : GramediaNakasone, H. Y., and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CAB International. London.Parjanto, S. Moeljopawiro, W. T. Artama dan A. Purwanto. 2003. Kariotip Kromosom Salak. Zuriat. 14 (2) : 21-28Prawiranata, Said Harran dan Pin Tjondronegoro.199. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 2. Institut Pertanian bogor. BogorRobinson, J. C. 1999. Bananas and Plantains. CABI Publishing. New York. Simmonds, N. W and K. Shepherd. 1955. Bananas. Longmans: LondonSunarjono, 2000. Prospek Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.Suryo. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press. YogjakartaSuyanti dan Murtiningsih. 1991. Pengaruh Blansir, Asam Sitrat, dan Bisulfit terhadap Tingkat Kesukaan Jam Beberapa Varietas Pisang. http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/abstrak/pisang.pdf (Diakses 16 Maret 2015 pukul 11.54 PM)Tjitrosoepomo, G., 2001. Morfologi Tumbuhan. Cetakan 13. Gadjah Mada University Press, YogjakartaWikimapia. 2015. Kantor Desa Sukajadi Pamarican Ciamis. http://wikimapia.org (diakses 26 Mei 2015 pukul 16.59)Willmer, C. M. 1983. Stomata. Longman Inc., New YorkYatim, Wildan. 1986. Genetika. Tarsito. Bandung