METPEN

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri budaya adalah Budaya yang menjadi industri dan taat pada peraturan yang sama dengan produksi komoditas. Produksi budaya menjadi komponen yang terintegrasi dengan ekonomi kapitalis secara keseluruhan. Kebudayaan tidak lagi menjadi tindakan reflektif masa kini demi keberlangsungan di masa depan (Bernstein, 2001). Dengan kata lain budaya komoditas atau budaya industri yang menghasilkan budaya massa menstrukturkan kejiwaan manusia menjadi bersifat kompromis. Manusia menjadi pasif. Dengan diciptakan kesenangan yang mudah diraih melalui konsumsi budaya popular, orang menjadi nyaman dan senang tidak peduli betapapun keadaan ekonomi mereka sedang sulit. Dengan demikian prinsip sesuatu yang diangkakan dan ditukaran dalam budaya komoditas memasuki ranah pikiran manusia. Dalam budaya industri, periklanan dan industri media massa yang mempengaruhi keputusan konsumen akan kegunaan (nilai guna) suatu barang. Ini berbeda dengan kapitalisme awal di mana orang membeli suatu barang karena ia menemukan ada kegunaan dalam barang tersebut. Artinya subjektivitas konsumen masih mungkin saat ia memutuskan nilai kegunaan suatu barang. Pada kapitalisme lanjut pilihan konsumen dibentuk oleh produsen. Dengan demikian komoditas diadakan bukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen tetapi hanya untuk dipertukarkan dengan tujuan memberi keuntungan bagi produsen. Menurut Adorno keadaan itu terjadi secara menyeluruh dalam

description

metpen

Transcript of METPEN

Page 1: METPEN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Industri budaya adalah Budaya yang menjadi industri dan taat pada peraturan yang

sama dengan produksi komoditas. Produksi budaya menjadi komponen yang terintegrasi

dengan ekonomi kapitalis secara keseluruhan. Kebudayaan tidak lagi menjadi tindakan

reflektif masa kini demi keberlangsungan di masa depan (Bernstein, 2001). Dengan kata lain

budaya komoditas atau budaya industri yang menghasilkan budaya massa menstrukturkan

kejiwaan manusia menjadi bersifat kompromis. Manusia menjadi pasif. Dengan diciptakan

kesenangan yang mudah diraih melalui konsumsi budaya popular, orang menjadi nyaman dan

senang tidak peduli betapapun keadaan ekonomi mereka sedang sulit. Dengan demikian

prinsip sesuatu yang diangkakan dan ditukaran dalam budaya komoditas memasuki ranah

pikiran manusia. Dalam budaya industri, periklanan dan industri media massa yang

mempengaruhi keputusan konsumen akan kegunaan (nilai guna) suatu barang. Ini berbeda

dengan kapitalisme awal di mana orang membeli suatu barang karena ia menemukan ada

kegunaan dalam barang tersebut. Artinya subjektivitas konsumen masih mungkin saat ia

memutuskan nilai kegunaan suatu barang. Pada kapitalisme lanjut pilihan konsumen dibentuk

oleh produsen. Dengan demikian komoditas diadakan bukan untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen tetapi hanya untuk dipertukarkan dengan tujuan memberi keuntungan

bagi produsen. Menurut Adorno keadaan itu terjadi secara menyeluruh dalam masyarakat.

Maka situasi yang ada hanya mempertahankan kelangsungan kapitalisme. Dikarenakan

semuanya telah terintegrasi ke dalam masyarakat yang teradministrasi dalam sistem

kapitalisme termasuk pula kesadaran masyarakat maka menjadi tidak mungkin hadirnya

kesadaran kritis. Bahkan, menurut Adorno, filsafat dan ilmu pengetahuan yang ada hanya

akan mempertahankan sistem yang ada.

Itupun yang dilakukan oleh AKB48 dalam langkah melakukan dan menyebar luaskan

budaya populer dalam halnya AKB48 sebagai industri budaya. Semua yang dilakukan oleh

para industri budaya pada umumnya dalam rangka untuk menyebarkan budaya populer yang

dibawahnya dan secara tidak sengaja pula menggeser dan menggerus budaya lokal yang ada

dijepang.

Page 2: METPEN

1.2 RUMUSAN MASALAH1.2.1 Alasan dan strategi khusus dalam AKB48 dalam menyebarkan budaya populer

mengingat posisinya sebagai industri budaya? 1.2.2 Kondisi budaya lokal jepang paska munculnya AKB48?

1.3 TUJUAN PENELITIANTujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi budaya jepang pada saat sekarang

paska munculnya AKB48 dan alasan-alasan khusus AKB48 dalam hal menyebarluaskan budaya populer.

1.4 MANFAAT PENELITIANa.4.1 Secara Teoritis

a. Manfaat penelitian bagi keilmuan sastra jepang agar mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam seni dan sastra khusunya dalam hal musik yang tidak patut untuk ditukar atau di industrikan

a.4.2 Secara Praktis a. Menfaat penelitian adalah agar dapat memberikan informasi terhadap pembaca

tentang kondisi lokal yang terjadi paska munculnya AKB48 dan kondisi masyarakat sekitar dijepang pada saat itu.

b. Dan juga memberikan pandangan luas bagi sulurh insan akadimis khusunya mahasiswa sastra jepang agar dijadikan bahan pembelajaran dalam hal kebudayaan khususnya dalam hal budaya jepang

1.5 SISTEMATIKA PENULISANDalam Bab 1 pendahuluan dijelaskan mengenai definisi dan hal-hal yang berkaitan

dengan industri budaya serta Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan juga Sistematika Penulisan

Dalam Bab 2 Landasan Teori akan menjelaskan tentang teori-teori yang akan digunakan dalam menganalisis, yaitu teori musik pop dan industri budaya dan juga teori kualitatif deskriptif

Dalam Bab 3 Analisis Data dan fenomena atau kondisi masyarakat jepang sekarang paska munculnya AKB48, penulis akan memaparkan data yang kongkrit mengenai hal tersebut.

Dalam Bab 4 Simpulan dan Saran akan menguraikan simpulan dari hasil analisis data dan saran kepada penulis selanjutnya yang tertarik menulis dengan tema yang sama

Dalam Bab 5 Ringkasan Berisi ringkasan keseluran isi mulai dari Pendahuluan sampai dengan Simpulan dan Saran.

Page 3: METPEN

BAB II

LANDASAN TEORI

Landasan teori dalam penelitian ini digunakan sebagai landasan berifikir yang dapat mengarahkan pelaksanaan penelitian. Landasan teori disusun berdasarkan sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian ini berupa buku acuan dan referensi yang dibutuhkan sebagai pendukung. Bahan–bahan pustaka tersebut dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk membantu memecahkan permasalahan penelitian, agar arah penelitian menjadi lebih jelas dan dapat diselesaikan dengan baik.

2.1 MUSIK POP DAN INDUSTRI BUDAYA

Budaya merupakan hal yang hidup dalam masyarakat serta memiliki nilai-nilai yang umumnya tidak dapat diperjual belikan. Nilai-nilai tersebutlah yang menjadi pedoman diri individu dalam masyarakat sebagai filter diri terhadap hal-hal yang dinilai jauh dari tindakan, katakanlah, tidak bermoral dan sejenisnya. Budaya dengan nilai-nilai yang dikandungnya, merupakan proses berfikir yang tidak dapat dipertukarkan dan lebih memiliki asas manfaat ketimbang asas tukar. Pertumbuhan industri dan kapitalisme, memaksa budaya untuk keluar dari pakemnya demi memuaskan beberapa elit modal. Kekuatan nilai-nilai yang hidup dalam budaya di masyarakat sebagai filter terhadap produk-produk industri, membuat kaum kapitalis resah dan mencari celah demi dominasi ekonomi yang berkelanjutan. Pemanfaatan celah melalui jalan packaging memunculkan industri tersendiri dalam budaya yang kemudian akrab disebut dengan industri budaya. Kemunculannya juga menghasilkan fetisisme komoditas demi melancarkan proses industri budaya. Adorno menganalisis fenomena tersebut melalui teori musik pop. Teori musik pop merupakan analisis yang terkenal dari Adorno dalam menjelaskan industri budaya. Menurutnya, teori pop ini terkait dengan teori industri budaya dan fetisisme komoditas.

Menurut Adorno, musik pop dihasilkan melalui dua proses dominasi industri budaya, yakni standardisasi dan individualitas semu. Standarisasi menjelaskan mengenai tantangan dan permasalahan yang dihadapi musik pop dalam hal originalitas, autentisitas ataupun rangsangan intelektual. Standarisasi menyatakan bahwa musik pop mempunyai kemiripan dalam hal nada dan rasa antara satu dengan lainnya hingga dapat dipertukarkan (Strinati, 2007: 73). Dengan kata lain ada kemiripan mendasar pada musik pop dalam berbagai hal yang dikandungnya yang mampu dipertukarkan hingga menjadi komoditas tersendiri. Pengkomodifikasian tersebut yang menghasilkan fetisisme komoditas nantinya. Hal tersebut membuat individu maupun masyarakat salah alamat terhadap pemujaan mereka atas musik pop. Sementara standardisasi berjalan, individualitas semu dijalankan demi membuat kabur individualitas rasa yang seharusnya ada dalam diri individu dalam menikmati musik. Individualitas rasa merupakan hal yang dihasilkan produk budaya dalam memengaruhi suasana individual (Strinati, 2007: 70). Demi mengaburkannya, individualitas semu diciptakan. Individualitas semu mengacu pada perbedaan-perbedaan dalam musik pop yang sifatnya hanya kebetulan, hal ini dapat tercipta melalui pengaburan kemiripan-kemiripan dalam musik pop dengan cara memberi variasi.

Adorno mencoba membandingkan hal ini dengan musik klasik dan titik temunya adalah pembahasan mengenai standardisasi dan non standardisasi. Musik klasik dinilai sebagai musik yang mampu menjelaskan tantangan fetisisme komoditas karena musik

Page 4: METPEN

klasik seperti Beethoven adalah musik serius yang meninggalkan komoditas (Strinati, 2007: 74). Musik klasik dianggap mempunyai detail yang membuatnya berbeda satu sama lain serta dapat membangkitkan rasa individualitas masyarakat. Sementara itu, ketidakhadiran detail dalam musik pop dimaknai sebagai kerangka, yakni standardisasi terhadap musik-musik pop yang ada dan menentang prinsip-prinsip liberalitas karena tidak diperbolehkannya individu memilih musik yang lebih variatif dalam musik pop. Hal tersebut karena sudah terpakemkan, baik dari segi produksi maupun konsumsi. Namun demi memunculkan detail-detail dalam musik pop, kaum industri menciptakan individualitas semu, yakni membuat suatu kebebasan individu dalam memilih musik pop, tetapi kebebasan tersebut pun telah distandardisasi sebelumnya oleh elit-elit industri. Hal ini disebut kebebasan yang ada karena standardisasi itu sendiri

Kemunculan musik pop macam ini, menurut Adorno merupakan kehendak kaum kapitalis yang ingin memanipulasi selera musik masyarakat. Melihat potensi pasar yang besar dalam budaya, membuat kaum kapitalis tergiur untuk kembali menciptakan pasar yang sangat menguntungkan dengan masyarakat sebagai aset hidup sekaligus menekan pesaingnya, yakni budaya yang berperan sebagai filter masyarakat terhadap dominasi kapitalis. Musik tidak lagi dinilai sebagai karya intelektual yang dapat dinikmati dan dipelajari, tetapi menjadi produk industri yang berperan hanya sebatas hiburan dikala lelah dan waktu senggang.

Page 5: METPEN

INDUSTRI BUDAYA PADA VOKAL GRUP IDOL AKB48 DAN PENGARUHNYA TERHADAP BUDAYA LOKAL DIJEPANG

Disusun Oleh:

IBNANI YAZIN ZAINAL M115110200111001

SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Juni 2014