!!!metodologi-rtrk

76
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 PRINSIP DASAR PENYUSUNAN RTRK 3.1.1 Prinsip-prinsip Perencanaan Prinsip dasar dalam penyusunan tata ruang, yaitu bagaimana mendapatkan manfaat dari sumberdaya yang tersedia seoptimal mungkin dengan tidak mengabaikan kelestarian lingkungan serta aspek pertahanan keamanan. Berdasarkan hal tersebut, maka penyusunan tata ruang mengacu kepada tersedianya sumberdaya, persediaan tanah serta peruntukan dan penggunaan tanah. a. Kelestarian Sumberdaya Fungsi lindung dan konservasi yang melekat pada ekosistem kawasan senantiasa menjadi penyeimbang fungsi yang dialokasikan pada suatu ruang. Mengacu kepada kenyataan tersebut, maka yang pertama harus dilakukan dalam mengalokasikan pemanfaatan ruang kawasan adalah penentuan kawasan dengan fungsi lindung dan konservasi, kawasan yang tersisa barulah dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya. Kegiatan pemanfaatan yang terpilih merupakan hasil kajian proses aktivitas yang akan berjalan beserta kemungkinan terjadinya dampak lingkungan seminimal mungkin. Agar kelestarian dapat tercapai maka perlu diadakan pernilaian tentang kemampuan lahan kawasan. b. Kesesuaian Lahan

Transcript of !!!metodologi-rtrk

Page 1: !!!metodologi-rtrk

BAB III

METODOLOGI PERENCANAAN

3.1 PRINSIP DASAR PENYUSUNAN RTRK

3.1.1 Prinsip-prinsip Perencanaan

Prinsip dasar dalam penyusunan tata ruang, yaitu bagaimana

mendapatkan manfaat dari sumberdaya yang tersedia seoptimal

mungkin dengan tidak mengabaikan kelestarian lingkungan serta

aspek pertahanan keamanan. Berdasarkan hal tersebut, maka

penyusunan tata ruang mengacu kepada tersedianya sumberdaya,

persediaan tanah serta peruntukan dan penggunaan tanah.

a. Kelestarian Sumberdaya

Fungsi lindung dan konservasi yang melekat pada ekosistem

kawasan senantiasa menjadi penyeimbang fungsi yang dialokasikan

pada suatu ruang. Mengacu kepada kenyataan tersebut, maka yang

pertama harus dilakukan dalam mengalokasikan pemanfaatan ruang

kawasan adalah penentuan kawasan dengan fungsi lindung dan

konservasi, kawasan yang tersisa barulah dimanfaatkan untuk kegiatan

budidaya. Kegiatan pemanfaatan yang terpilih merupakan hasil kajian

proses aktivitas yang akan berjalan beserta kemungkinan terjadinya

dampak lingkungan seminimal mungkin. Agar kelestarian dapat

tercapai maka perlu diadakan pernilaian tentang kemampuan lahan

kawasan.

b. Kesesuaian Lahan

Aktivitas yang akan ditempatkan pada suatu ruang harus

memperhatikan kesesuaian antara kebutuhan (demand) dengan

kemampuan lingkungan menyediakan sumberdaya (supply).

Selanjutnya ketersediaan sumberdaya merupakan daya dukung

(carrying capacity) kawasan untuk menopang seluruh aktivitas yang

dialokasikan. Dengan mengacu kepada keseimbangan antara ‘demand’

dan ‘supply’, maka akan dicapai suatu optimasi pemanfaatan ruang

Page 2: !!!metodologi-rtrk

antara kepentingan masa kini, masa datang serta menghindari

terjadinya konflik pemanfaatan ruang. Kesesuaian lahan tidak saja

mengacu kepada kriteria biofisik semata, tetapi juga meliputi

kesesuaian secara sosial ekonomi. Secara ekonomi aktivitas yang akan

dibangun seyogyanya mampu mencapai keuntungan seefisien dan

secara sosial mampu memberdayakan masyarakat setempat dalam

memanfaatkan sumberdaya.

Page 3: !!!metodologi-rtrk

c. Keterkaitan Kawasan dan Hubungan Fungsional

Interaksi antar beberapa aktivitas pada suatu kawasan dengan

kawasan lainnya akan tercipta dan memungkinkan terjadinya

perkembangan yang optimal antar unit-unit kawasan maupun dengan

kawasan sekitarnya. Untuk itu penyusunan pemanfaatan kawasan

perlu dibuat sedemikian rupa sehingga kegiatan-kegiatan antar

kawasan dapat saling menunjang dan memiliki keterkaitan dengan

kawasan yang berbatasan. Perencanaan tata ruang wilayah seyogyanya

saling berhubungan secara fungsional (compatible use principle).

Dengan demikian peruntukan satu kegiatan seharusnya tidak

merugikan kegiatan lainnya.

d. Pertumbuhan Ekonomi

Pemanfaatan potensi ruang di wilayah dilakukan dengan

mengoptimalkan pemanfaatan ruang terutama dalam rangka

pengembangan kegiatan ekonomi. Pemanfaatan ruang yang dilakukan

diarahkan untuk memberikan nilai tambah terhadap peningkatan

pendapatan masyarakat setempat.

e. Berorientasi pada Kesejahteraan Masyarakat

Pengembangan wilayah ditujukan untuk memberikan hasil yang

sebesar-besarnya dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.

Pendekatan yang dilakukan melalui pengaturan ruang yang adil dan

mengembangkan kemitraan kerja yang saling mendukung.

f. Penataan Ruang yang Partisipatif

Penyusunan tata ruang sedapat mungkin melibatkan pemangku

kepentingan dan menempatkan masyarakat sebagai pelaku yang

sangat menentukan dalam proses pemanfaatan ruang. Penataan ruang

kawasan diarahkan untuk menumbuh-kembangkan kesadaran atas hak

dan kewajiban masyarakat dan stakeholder lainnya dalam

memanfaatkan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah

ditetapkan. Meningkatkan kesadaran kepada pelaku pembangunan

lainnya bahwa masyarakat bukanlah obyek pemanfaatan ruang, tetapi

justru merekalah pelaku dan pemanfaat utama yang seharusnya

Page 4: !!!metodologi-rtrk

terlibat dari proses awal sampai akhir dalam memanfaatkan ruang.

Mendorong masyarakat dan civil society organization atau lembaga

swadaya masyarakat untuk lebih berperan dan terlibat dalam

memanfaatkan ruang.

3.1.2 Dasar-dasar Perencanaan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007,

penyusunan RTRK akan didasarkan pada azas-azas sebagai berikut:

1. Keterpaduan, yakni memperhatikan kesatuan kegiatan

pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh pemerintah (Pusat,

Propinsi dan Kabupaten), sektor swasta dan masyarakat

berdasarkan pertimbangan menyeluruh.

2. Daya Guna dan Hasil Guna, yakni memperhatikan

potensi dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya

manusia agar dapat menghasilkan manfaat dan kualitas ruang

yang optimal.

3. Keserasian, Keseimbangan dan Keselarasan, yakni

memperhatikan persebaran penduduk antara kawasan,

pertumbuhan dan keterkaitan antar sektor dan antar kawasan,

agar tercapai keserasian keselarasan dan keseimbangan struktur

dan pola pemanfaatan ruang wilayah.

4. Keberlanjutan, yakni memperhatikan kemampuan daya

dukung sumber daya alam dan kepentingan generasi berikutnya

agar tercapai kelestarian daya dukung wilayah secara

berkelanjutan.

5. Keterbukaan, yakni memperhatikan hak yang ada pada

setiap masyarakat untuk mengetahui rencana-rencana tata

ruang wilayah yang disusun secara terbuka, antara lain melalui

lokakarya, sarasehan, papan pengumuman, atau media cetak,

media elektronik atau forum pertemuan.

6. Persamaan dan Keadilan, yakni memperhatikan adanya hak

yang sama pada setiap masyarakat untuk menikmati manfaat

ruang dan atau nilai tambah ruang, serta untuk mendapatkan

Page 5: !!!metodologi-rtrk

penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya

sebagai akibat kegiatan pembangunan yang sesuai dengan

rencana tata ruang secara adil.

7. Perlindungan Hukum, yakni memperhatikan perlunya jaminan

perlindungan hukum untuk memberikan kepastian dan rasa

aman dalam berusaha terhadap setiap hak atas pemanfaatan

ruang yang diberikan kepada masyarakat.

3.1.3 PENDEKATAN UMUM

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan

ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan

berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:

a. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan

lingkungan buatan;

b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam

dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya

manusia; dan

c. Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak

negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Page 6: !!!metodologi-rtrk

Atas dasar tersebut, maka penyusunan Rencana Tata Ruang

Kawasan Perkotaan, yaitu bertujuan untuk:

1. Menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan

program pembangunan perkotaan;

2. Menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian

perkembangan kawasan perkotaan dengan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota/Kabupaten;

3. Menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan

efisien;

4. Menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan perkotaan

melalui pengendalian program-program pembangunan

perkotaan.

Sebagaimana dasar penyusunan diatas, maka output RTRK UD

Bulak-Kali Kedinding adalah sebagai pedoman untuk:

1. Pemberian advis planning;

2. Pengaturan bangunan setempat;

3. Penyusunan rencana teknik ruang kawasan perkotaan atau

rencana tata bangunan dan lingkungan;

4. Pelaksanaan program pembangunan.

3.1.4 PENDEKATAN PERENCANAAN

Landasan hukum penyusunan RTRK ini adalah :

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat

Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah.

Permendagri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman

Perencanaan Kawasan Perkotaan.

Permendagri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang di Daerah.

Page 7: !!!metodologi-rtrk

Permendagri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peranserta

Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah.

Keputusan Presiden No.57 Tahun 1989 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Tata Ruang Daerah.

Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor

327 Tahun 2002 tentang Penetapan 6 (enam) Pedoman Bidang

Penataan Ruang.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 2004

tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

Kepmendagri Nomor 59 Tahun 1987 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Permendagri Nomor 2 Tahun 1987 tentang

Penyusunan Rencana Kota.

Kepmen Pemukiman & Prasarana No.327/KPTS/M/2002 tentang

Penetapan Enam Pedoman Penataan Ruang.

Perda 3 tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya

RDTRK Unit Pengembangan Kota Surabaya tekait,

Peraturan Perundangan lain yang terkait, antara lain :

a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian

b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya

c. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang

Kepariwisataan.

d. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan

dan Permukiman

e. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar

Budaya

f. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Angkutan Jalan

g. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran

h. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup

Page 8: !!!metodologi-rtrk

i. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi

j. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan

Negara

k. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya

Air

l. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan

m. Ueraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang

Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah

n. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan

Tol

o. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001

tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau

p. Kegiatan yang wajib di lengkapi dengan analisis mengenai

dampak lingkungan hidup

q. Dan lain-lain

Page 9: !!!metodologi-rtrk

3.2 KERANGKA METODOLOGI

Penyusunan Rencana Tata Ruang UD Bulak akan memperhatikan

latar belakang penyusunan, formulasi tujuan dan output-output

perencanaan sesuai dengan tuntutan kebutuhan di wilayah studi saat

ini maupun 20 tahun kedepan.

Dari tinjauan latar belakang potensi dan permasalahan, tujuan

dan output tersebut nantinya akan di kaji dan disesuaikan dengan

pendekatan perencanaan serta kebijakan-kebijakan terkait dengan

kegiatan pembangunan di Kota Surabaya khususnya yang berkaitan

dengan ruang lingkup UD Bulak-Kali Kedinding. Dari langkah-langkah

tersebut dan menggunakan metode analisa sesuai dengan output yang

diharapkan maka akan diperoleh arahan-arahan “Rencana Tata Ruang

Kecamatan” yang meliputi berbagai aspek (fisik, rencana guna lahan,

sosial, ekonomi, transportasi, pariwisata, utilitas, fasilitas, konservasi

dsb).

Page 10: !!!metodologi-rtrk

Analisis Deskriptif

Analisis Evaluatif

1. Analisis Kesesuaian Lahan2. Analisis Sarana dan Utilitas3. Tata Bangunan dan Lingkungan4. Sistem Mitigasi Bencana5. Kegiatan Pelanggaran Zonasi

Kerangka PemikiranPENDAHULUAN

MERUMUSKAN

Tinjauan pustaka/studi literatur, penelitian terdahulu, artikel, internet, dan koran

SURVEY PRIMER1. Teknik observasi lapangan :

Untuk mengetahuai kondisi dan karakteristik wilayah perencanaan

2. Teknik komunikasi langsung/ wawancara :Dilakukan kepada pihak instansi, akademisi, dan masyarakat setempat

3. Pengisian kuisioner :Untuk mengetahui aspirasi dan harapan dari warga masyarakat dan stakeholder yang terlibat

SURVEY SEKUNDER1. Survei pustaka :

▪ Tinjauan pustaka mengenai pariwisata sesuai dengan penelitian.

▪ Penelitian terdahulu.2. Survei instansi :

( Bapekkab, , BPN, BPS, Dinas terkait lainnya ) ▪ RTRW Surabaya▪ RIPP Surabaya▪ RDTRK UD Bulak – Kali kedinding▪ Kebijakan terkait

PENGUMPULAN DATA

RTRK UD Bulak – Kali Kedinding

KOMPILASI DAN ANALISIS DATA

Output

Analisis

Pengumpulan Data

Pendahuluan

Isu Pokok/ Masalah

Analisis Karakeristik Wilayah Studi1. Fisiografi2. Kependudukan3. Struktur ruang kawasan

Analisa Potensi Masalah1. Aktifitas kawasan2. Prospek pengembangan3. Aspirasi masyarakat

Analisis Development1.

Rencana Kawasan1. Rencana Penataan

Fisik, Sosial, Ekonomi Kawasan

2. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis

Arahan Pemanfaatan Ruang1. Prioritas

Pengembangan2. Indikasi Program

Arahan Pengendalian Ruang1. Peraturan Zonasi2. Perijinan3. Insentif dan Disinsentif

Page 11: !!!metodologi-rtrk

3.3 METODE PENDEKATAN

Untuk mencapai maksud dan tujuan penyusunan RTRK UD

Bulak-Kali Kedinding maka metode pendekatan yang akan digunakan

adalah :

a. Review tehadap Kebijakan Pembangunan Makro

Dimaksudkan untuk mengetahui strategi dan kebijakan pembangunan

wilayah makro yang terkait dengan prospek pengembangan di wilayah

perencanaan (yang mempunyai pengaruh pada wilayah perencanaan),

antara lain :

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ( RPJPD )

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD )

Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi maupun Kabupaten.

Dokumen Perencanaan Pembangunan lingkup lokal dan regional.

Berbagai Perencanaan Sektoral yang terkait dengan

wilayah perencanaan.

b. Keterpaduan perencanaan dan atas ke bawah ( Top Down ) dan dari

bawah ke atas ( Bottom Up )

Yaitu dengan merangkum dua arah pendekatan perencanaan dari atas

ke bawah sebagai penurunan kebijakan pembangunan baik dari tingkat

Pusat (Nasional) maupun Regional yang dipadukan dengan kebijakan

pembangunan dan bawah atau lokal dengan mengakomodasikan

sumber daya lokal yang tersedia setelah dianalisis kekuatan,

kelemahan, peluang dan tantangannya.

c. Perencanaan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan

Yaitu perencanaan ini hams bertumpu pada kekuatan sendiri dan

bermuara pada terciptanya kemandirian dalam mewujudkan ketahanan

dalam menghadapi semua tantangan, menkonsolidasikan semua hasil

pembangunan yang telah dicapai serta mengembangkannya dimasa

mendatang secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

d. Pendekatan Masyarakat ( Community Approach )

Page 12: !!!metodologi-rtrk

Yaitu melalui penyerapan aspirasi masyarakat baik yang dilakukan

dengan cara dialog dengan masyarakat, juga dengan cara penyebaran

daftar isian / questioner.

e. Kesesuaian Spatial Antar Wilayah

Yaitu kesesuaian perencanaan fisik dengan wilayah sekitarnya, serta

wilayah dengan skala lebih luas secara regional atau nasional sehingga

terjadi sinergi antar wilayah yang saling menunjang.

f. Perencanaan Komprehensif

Beberapa karakteristik dari format comprehensive plan adalah :

Bersifat Comprehensive, produk rencana meliputi seluruh unsur

geografis dari komunitas dan seluruh elemen lainnya yang bertumpu

pada pengembangan fisik lahan.

Produk rencana berisi rumusan-rumusan kebijakan-kebijakan dan

usulan-usulan pembangunan seperti peruntukan lahan, penetapan

fasilitas yang melayani kominitas kota/desa, pola dan jaringan sirkulasi

3.4 METODE PENGAMBILAN DATA

3.4.1 Survey Sekunder (Survey Instansional)

Survey sekunder yang dilakukan ke beberapa instansi beserta

data yang diperlukan disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Kebutuhan Jenis Data Untuk Survey Sekunder

NO DINAS DATA

1. BAPPEDA

Surabaya

RTRW Surabaya

Renstra Surabaya

Data PAD, PDRB dan APBD

Properda

Polda

RPJMD

Peta Surabaya

Peta garis wilayah studi

Peta topografi, guna lahan, jenis tanah,

hidrologi dan iklim

Peta SDA

Organisasi aparatur pelaksana pembangunan

Page 13: !!!metodologi-rtrk

NO DINAS DATA

kota, tata kerja, dan personalia

Dasar hukum, Peraturan Daerah, dan Peraturan

Perundang – undangan Pemerintah Tentang

Pelaksanaan Pembangunan

Pembiayaan Pelaksanaan Rencana/

Pembangunan

2. PU Data jalan dan Peta Jalan

Data tentang panjang dan lokasi sungai

Panjang, lebar dan lokasi jaringan jalan

arteri

Panjang, lebar dan lokasi jaringan jalan

kolektor

Panjang, lebar dan lokasi jaringan jalan

lokal

Progam Rencana PU yang

berhubungan dalam pengembangan jalan dan

sungai

Data tentang sistem drainase primer,

sekunder, tersier beserta peta

3. BPS Surabaya Dalam Angka (timr series 5 tahun)

Kecamatan Dalam Angka (time series 5 tahun)

4. TELKOM Jumlah dan lokasi stasiun telepon otomatis

Jumlah dan lokasi rumah kabel dan kotak

pembagi

Panjang dan lokasi jaringan kabel sekunder

Panjang dan lokasi jaringan telepon seluler

Lokasi telepon umum

Jumlah Pelanggan

Kebijakan dan Rencana Pengembangan Jaringan

Telekomunikasi

5. PLN Jumlah dan lokasi bangunan pembangkit

Jumlah dan lokasi gardu induk tegangan ekstra

tinggi

Jumlah dan lokasi gardu induk dan kapasitas

daerah yang terlayani

Jumlah dan lokasi gardu distribusi

Kapasitas terpasang

Jumlah pelanggan

Page 14: !!!metodologi-rtrk

NO DINAS DATA

Panjang Jaringan Transmisi dan Distribusi

Kondisi Jaringan Listrik meliputi:

Penerangan jalan

Daya

Titik sambungan

Kebijakan dan Rencana Pengembangan Jaringan

Listrik

6. DINAS

PERTANIAN

Jenis, luas dan lokasi pertanian

Jenis dan Hasil pertanian tiap tahun

Kebijakan dan rencana Pengembangan Sektor

Pertanian

Data Kelas Lahan Pertanian

7. DINAS

PERHUBUNG

AN

Jumlah dan lokasi terminal penumpang

Jumlah dan lokasi terminal barang

Jenis lokasi trayek angkutan penumpang dan

lokasinya

Jaringan lintas angkutan barang dan lokasinya

Data Kelas Jalan

8. PDAM Jumlah dan lokasi bangunan pengambil air baku

Jumlah dan lokasi bak penampung

Panjang, diameter dan lokasi pipa transmisi air

baku intalasi produksi

Panjang, diameter dan lokasi pipa transmisi air

bersih

Panjang, diameter dan lokasi pipa distribusi

sekunder/distribusi hingga blok peruntukkan

Lokasi hidran

Lokasi kran umum

Sumber – sumber air bersih

Sistem pelayanan dan distribusi air bersih

Jumlah Pelanggan

Kondisi jaringan

Kebijakan Pengembangan Jaringan Air bersih

9. DINAS

LINGKUNGAN

Luas dan Lokasi Taman di UD Kali Kedinding

Luas dan lokasi MCK di UD Bulak-Kali

Kedinding

Jalur truk sampah

Luas dan lokasi (tempat pembuangan

Page 15: !!!metodologi-rtrk

NO DINAS DATA

sementara) TPS dan TPA (Tempat Pembuangan

Akhir)

Kebijakan Penanganan Sampah

Manajemen Persampahan

Sistem Pengangkutan Sampah

10. KANTOR

KELURAHAN

Monografi Kelurahan/ Desa

Profil Kelurahan/ Desa

Peta Desa/ Kelurahan

3.4.2 Survey Primer (Survey Lapangan)

Sedangkan kebutuhan data yang dilakukan dalam survey primer

atau survey lapangan dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 16: !!!metodologi-rtrk

Tabel 3.2 Kebutuhan Jenis Data Untuk Survey Primer

N

O

JENIS

SURVEY

KETERANGAN

1. Penggunaan

Lahan

Lahan peumahan dan permukiman

Lahan perdagangan

Lahan industri

Lahan pendidikan

Lahan kesehatan

Lahan peribadatan

Lahan rekresi

Lahan lapangan olah raga

Fasilitas sosial lainnya

Lahan perkantoran pemerintah dan

niaga

Lahan terminal angkutan, stasiun dan

pelabuhan

Lahan kawasan pertanian

Lahan pemakaman

Lahan tempat pembuangan akhir (TPA)

Kawasan resapan air

Kawasan sempadan sungai, pantai serta

terbuka hijau,

kawasan lindung bukit/gunung

2. Intensitas

Bangunan

KDB

KLB

Tinggi lantai bangunan

GSB

GMB

3. Sarana

Jenis

Jumlah

Daya

tam

pun

g

Radius

pencapaian

Luas persil

Kondisi

Perdagangan

Pendidikan

Kesehatan

Peribadatan

Rekreasi

Fasum

Fasilitas sosial)

Page 17: !!!metodologi-rtrk

N

O

JENIS

SURVEY

KETERANGAN

Lokasi

4. Prasarana

Ukuran

Panjang

Kondisi

Lokasi

Telepon umum

Hidran

Kran umum

TPA

TPS

MCK Umum

Saluran drainase (primer, sekunder,

tersier)

Jaringan jalan (arteri, kolektor, lokal,

lingkungan)

3.5 METODE TEKNIK ANALISIS

Pada prinsipnya, metode-metode analisis dalam penyusunan

suatu rencana dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu metode

analisis kuantitatif dan metode analisis kualitatif. Kedua macam

metode tersebut apabila dibandingkan, masing-masing mempunyai

kelebihan dan kekurangannya, serta keduanya bisa saling melengkapi

satu sama lainnya. Penggunaan metode-metode analisis tersebut

tergantung pada tujuan dan hasil yang dibutuhkan, serta kondisi dan

kelengkapan data yang diperoleh. Dalam melakukan analisis-analisis

tersebut, digunakan beberapa metode seperti yang akan dijelaskan

berikut:

3.5.1 Analisis SWOT

Analisa SWOT digunakan untuk penelaahan terhadap kondisi

fisik, ekonomi dan sosial wilayah perencanaan serta struktur ruang dan

kelembagaan. Dari penelaahan terhadap rona wilayah tersebut

dihasilkan potensi dan masalah pengembangan wilayah tersebut, yang

digunakan untuk menentukan arah pengembangan tata ruang. Analisa

SWOT menggunakan matrik sebagai berikut:

Tabel 3.3 Matrik SWOT

Page 18: !!!metodologi-rtrk

Internal

Audit

External Environment

Strength

(S)

Kekuatan

Weakness

(W)

Kelemahan

Opportunity (O)

KesempatanSO WO

Threat (T)

AncamanST WT

Keterangan:

SO, memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk meraih

peluang.

ST, memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk

mengantisipasi/ menghadapi ancaman (T) dan berusaha secara

maksimal manjadikan ancaman menjadi peluang.

WO, meminimalkan kelemahan (W) untuk meraih peluang (O).

WT, meminimalkan kelemahan (W) untuk menghindari secara lebih

baik dari ancaman (T).

3.5.2 Analisis Kependudukan

Perencanaan yang disusun untuk penduduk tidak dapat lepas

dari perkiraan perkembangan penduduk di masa yang akan datang.

Analisis kependudukan merupakan faktor utama untuk mengetahui ciri

perkembangan suatu daerah atau kota. Data penduduk masa lampau

sampai tahun terakhir sangat diperlukan dalam memproyeksikan atau

memperkirakan keadaan di masa yang akan datang.

Analisis kependudukan meliputi:

1. Analisis Kebijaksanaan Kepadatan Penduduk

Kebijaksanaan mengenai kepadatan penduduk ditetapkan

berdasarkan analisis perbandingan hasil perhitungan jumlah

penduduk eksisiting terhadap luas wilayah yang kemudian

diperbandingkan lagi terhadap standar kepadatan penduduk

sebagai berikut:

Page 19: !!!metodologi-rtrk

Tabel 3.4

Standar Tingkat Kepadatan Penduduk

Jenis

Kepadatan

Jumlah

Penduduk /

Luas Wilayah

(Jiwa/Km2)

Tinggi

Sedang

Rendah

100-150

50-100

10-50

Pendistribusian penduduk dilakukan menurut luas pembagian

kawasan.

Keterangan : KP = kepadatan penduduk

2. Proyeksi Penduduk

Dalam analisis masalah kependudukan terdapat beberapa metode

dan model yang dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam

memproyeksikan jumlah penduduk pada masa yang akan datang.

Beberapa metode analisis kuantitatif yang mungkin dapat

dipergunakan adalah:

a. Metode Bunga Berganda

Dalam metode ini diperkirakan jumlah didasarkan atas adanya

pertambahan penduduk pada tahun sebelumnya yang relatif

berganda dengan sendirinya.

Dimana:

Pt : jumlah penduduk pada tahun t

Po : jumlah penduduk awal

R : laju pertumbuhan rata-rata

N : tahun

b. Metode Kurva Polinomial

KP = Penduduk / Luas

Pt = Po ( 1 + r ) n

Page 20: !!!metodologi-rtrk

Asumsi dalam metode ini adalah kecenderungan dalam laju

pertumbuhan penduduk dianggap tetap atau dengan kata lain

hubungan masa lampau digunakan untuk memperkirakan

perkembangan yang akan datang.

Dimana :

Pt : Jumlah penduduk pada tahun dasar.

Pt – Q : Jumlah penduduk pada tahun (t – Q)

Q : Selang waktu pada tahun dasar ke tahun (t – Q)

b : Rata-rata pertambahan jumlah penduduk tiap tahun

bn : Tambahan penduduk n tahun

c. Metode Regresi Linear

Metode ini merupakan penghalusan metode polinomial karena akan

memberikan penyimpangan minimum atas data masa lampau.

Dimana :

Pt : Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t.

X : Nilai yang diambil dari variabel bebas

a,b : Konstanta

Nilai a dan b dapat dicari dengan metode selisih kuadrat minimum

yaitu:

Keterangan:

N : Jumlah tahun data pengamatan

Sehingga untuk kepentingan proyeksi rumus matematis regresi

linier atau ektrapolasi, menjadi :

3.5.3 Analisis Perekonomian

Pt = a + b X

a = P 2 – P XP N 2 – ( X)2

b = N XP – X P N 2 – ( X)2

Pt + U = a + b Xt

Pt – Q = Pt – b (Q)

Page 21: !!!metodologi-rtrk

Analisis perekonomian meliputi kecenderungan perkembangan

tiap sektor kegiatan ekonomi dalam hal kapasitas investasi,

produktivitas, dan sifat-sifat kegiatan dan perkiraan kebutuhan

investasi di masa kini dan masa mendatang.

Analisis ekonomi yang digunakan adalah Analisis Basis Ekonomi

(Economic Base). Economic Base digunakan untuk mengetahui sektor

basis dari suatu daerah. Dengan Rumus :

c = s . l

keterangan :

Y = total income

x = pendapatan sektor basis

1/ (1-C) = economic multiplier

c = propensity to consume

s = pendapatan yang dibelanjakan untuk sektor non- base

I = pendapatan yang dibelanjakan untuk sektor base

Tabel 3.

Model Penilaian Potensi Pengembangan Usaha Jasa / Perdagangan

No Variabel Penilaian/ketersesiaan Skor

1 Prasarana perhubungan darat

tidak ada sama sekaliada jalan kabupaten/regional, kondisinya

rusakada jalan regional dengan kondisi baikada salah satu dari prasarana perhubungan

darat (terminal, jalan, stasiun kereta api)

1246

2 Prasarana perhubungan laut sungai

tidak adaada

16

3 Prasarana perhubungan udara

tidak adaada

16

4 Sarana transportasi(laut /darat/sungai/udara)

tidak ada sama sekaliada lkotok/sampanada kendaraan umum roda 3 atau roda 2 atau

motor tempelada salah satu atau lebih sarana transportasi

1. kendaraan umum roda 4

024

6

Page 22: !!!metodologi-rtrk

No Variabel Penilaian/ketersesiaan Skor

1. kereta api1. kapal laut1. pesawat udara

5 Prasarana air bersih

tidak ada sama sekalihanya ada penampungan air hujan (PAH)ada sumur gali / mata airada sumur pompa atau perpipaan atau PAM

0135

6 Prasarana listrik tidak adaada listrik desaada PLN

036

7 Sarana telpon tidak adaada telepon umumada wartel/kios telepon/telepon pribadi

036

8 Pasar tidak adaada pasar regional

05

9 Pertokoan kurang dari 2 buah2 - 5 buahlebih dari 5 buah

135

10 Prasarana rekreasi/hiburan

tidak adaada

13

11 Peta tata ruang wilayah/kabupaten

tidak adaada, belum dilaksanakanada, sudah / baru sebagian dilaksanakan

035

12 Orbitasi Waktu tempuh ke ibukota kabupaen/kotalebih dari 10 jam8 - 10 jam5 - 7 jam3 - 4 jamkurang dari 3 jam

12345

13 Persentase pemilik usaha jasa/perdagangan dengan jumlah penduduk seluruhnya

kurang dari 1 %1 - 2 %3 - 4 %lebih dari 4 %

0357

14 Lembaga keuangan

tidak ada1 - 23 atau lebih

035

Jumlah Skor 77Sumber : Dirjen Banngdes

Hal ini menunjukkan bawah semakin tinggi skor dari variabel-varial

semakin potensi untuk dikembangkan kegiatan tertentu.

3.5.4 Analisis Struktur Pelayanan Kegiatan Bagian

Wilayah Kota

Dalam memacu pertumbuhan dan perkembangan secara

menyeluruh diperlukan kebijaksanaan yang merata. Karena tidak

Page 23: !!!metodologi-rtrk

samanya atau tidak meratanya potensi dan kemampuan dari wilayah

yang ada maka perlunya ditetapkan batas-batas wilayah

pengembangan yang dapat dilakukan secara terpadu dan

berkelanjutan sehingga antara satu daerah dengan daerah lainnya

atau satu kawasan dengan kawasan lainnya dapat dikurangi.

Untuk menciptakan struktur yang efisien, maka diperlukan

penataan dan pengalokasian berbagai kegiatan perkotaan dan

perdesaan. Proses tersebut didahului dengan penetapan kawasan-

kawasan, bagian-bagian wilayah kota serta unit lingkungan agar

perkembangan kota nantinya dapat berjalan secara simultan. Adapun

dasar pertimbangan wilayah kota yang ditetapkan adalah

mempertimbangkan metode perencanaan yang mencakup nilai dan

status ruang dengan petunjuk dan alasan perencanaan fisik serta

ketentuan nilai dan status ruang itu sangat tergantung pada faktor-

faktor nilai dan harga tanah serta faktor pemilikkan tanah, demikian

pula halnya dengan keadaan nilai status ruang dibagian wilayah kota

perencanaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai dan harga tanah

adalah prasarana dan sarana pembentuk elemen perkotaan yang

tersedia dimana tanah-tanah tersebut terletak seperti adanya fasilitas

ekonomi, listrik, jalan dan kemudahan fasilitas kota lainnya yang ada.

A. Analisis Struktur Pertumbuhan/Pelayanan

Struktur pertumbuhan dan pelayanan dalam suatu kawasan

ditentukan berdasarkan pusat pertumbuhan dan pelayanannya.

Pertama-tama dipilih suatu kawasan sebagai pusat pertumbuhan BWK.

Kemudian berjalan ke titik berikutnya yang hirarkinya lebih rendah.

Sistem ini dapat dipergunakan sebagai alat untuk mendistribusikan

pelayanan barang dan jasa bagi masyarakat.

Perbedaan potensi setiap calon-calon pusat pertumbuhan

menunjukkan bahwa tidak semua calon pusat dapat dikategorikan

sebagai pusat pertumbuhan. Untuk mengukur tingkat potensi

dilakukan penilaian terhadap setiap calon pusat.

Page 24: !!!metodologi-rtrk

Kriteria penilaian yang dilakukan sedapat mungkin mencerminkan

besarnya potensi tiap calon pusat pertumbuhan itu. Kriteria yang

dimaksud adalah :

Kelengkapan fasilitas pusat.

Kelengkapan fasilitas sosial ekonomi dapat dipakai sebagai alat

indikasi pengukuran tingkat perkembangan pusat karena dapat

memperlihatkan besar kecilnya suatu daerah (dengan melihat

jumlah fasilitas yang dimilimi oleh suatu daerah).

Jarak antar sub pusat dengan pusat.

Salah satu cara untuk menentukan suatu wilayah sebagai pusat

pertumbuhan adalah dengan menghitung jarak atau

aksesibilitas.

Jumlah penduduk tiap kawasan

B. Analisis Kebutuhan Sarana Perkotaan

Ada beberapa metode pendekatan untuk memenuhi masyarakat

dalam hal pelayanan terhadap pemenuhan kebutuhan sarana

perkotaan. Pendekatan lokasi dapat didekati melalui sistem

perwilayahan yaitu mengenai jenis pemenuhan kebutuhan pelayanan

sesuai dengan tingkat kewilayahannya.

Kemampuan berkembangnya suatu wilayah kota dapat

ditunjukkan dengan adanya sistem penyebaran maupun kelengkapan

dan kapasitas pelayanan dari fasilitas sosial, antara lain berupa

fasilitas–fasilitas pendidikan, peribadatan, perbelanjaan, perkantoran,

rekreasi, ruang terbuka (jalur hijau) serta fasilitas perkotaan lainnya.

Perkembangan penduduk tanpa diimbangi dengan pengadaan dan

penyebaran fasilitas yang memadai akan menimbulkan aspek-aspek

negatif pada kehidupan penduduknya.

Secara ringkas skala pelayanan, standar kebutuhan luas lantai

dapat dilihat pada tabel berikut :

1. Standar Kebutuhan Sarana Perkotaan

Page 25: !!!metodologi-rtrk

Standar kebutuhan sarana perkotaan sesuai dengan Petunjuk

Perencanaan Kawasan Perumahan Kota Departemen Pekerjaan

Umum tahun 1987 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.5

Standar Kebutuhan Sarana Perkotaan

Jenis Fasilitas

Jumlah Penduduk

yang dilayani

Kebutuhan

KETERANGANLuas lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

Pendidikan1. Taman

Kanak-kanak

Min. 1000 252 atau 15m2 /murid

1200 - 2Rg Kelas @35-40- Radius max 500m

2. Sekolah Dasar

Min 1600 400-60 3600 - 6 Rg kelas@ 30murid- Radius max 500mm

3. SLTP Min 4800 Umum : 2700Khusus: 2551

Umum : 2700Khusus : 5000

- 3 Rg kelas @30murid- KDB umum 60- KDB khusus 50%

4. SLTA Min 4800 Umum : 1514Khusus : 2551

Umum : 2700Khusus : 5000

- 3 Rg kelas @ 30 murid - KDB umum : 60%- KDB khusus : 50%

Peribadatan1. Masjid 2500 - 15002. Musholla 500 - 10003. Gereja - 1,2m2/orang 1000Kesehatan1. Puskesmas 30000 - 12002. Puskesmas

pembantu15000 150 300

3. BKIA/ R.bersalin

10000 - 1000 Radius 2000m

4. Apotik 10000 - 3005. Praktek

dokter5000 - 100 Bersatu dg. Rumah

tanggaPerdagangan1. Warung 250 - 1002. Pusat

Pertokoan Kecil

2500 - 1500

Rekreasi1. Taman

Bermain250 - 250 Anak umur 5-14 th

2. Taman & olah raga

2500 - 2500 Remaja umur 10-17 th

3. Jalur hijau - - - 6% luas terbangunKebudayaan1. Balai

pertemuan2500 - 400

2. Gedung 5000 - 1000

Page 26: !!!metodologi-rtrk

Jenis Fasilitas

Jumlah Penduduk

yang dilayani

Kebutuhan

KETERANGANLuas lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

serba guna3. Bioskop 30000 - 2000Umum1. Pos

keamanan250 - 10

2. Pengumpul sampah

2500 - - 10 m3

3. Halte 2500 - 400Sumber : Standard Perencanaan Permukiman Perkotaan Dep. PU

2. Model Perhitungan Tingkat Pelayanan Fasilitas

Tingkat pelayanan fasilitas umum adalah kemampuan suatu jenis

fasilitas di dalam melayani kebutuhan penduduknya. Dalam hal ini,

fasilitas umum yang memiliki tingkat pelayanan 100% mengandung

arti bahwa fasilitas tersebut memiliki kemampuan pelayanan yang

sama dengan kebutuhan penduduknya. Untuk mengetahui

kelengkapan fasilitas umum suatu kota, dihitung tingkat pelayanan

dengan rumus:

Keterangan :

T.Pij = Tingkat Pelayanan Fasilitas i di kota j

aij = Jumlah Fasilitas i di kota j

bj = Jumlah Penduduk di kota j

cis = Jumlah fasilitas i per satuan penduduk menurut standar kota

yang dipergunakan

Melalui perhitungan diatas, dapat diketahui tingkat pelayanan

setiap fasilitas kecuali untuk fasilitas peribadatan. Khusus untuk

menghitung tingkat pelayanan fasilitas peribadatan, jumlah

penduduk kota j (bj) diganti oleh jumlah penduduk menurut agama

di kota tersebut.

3. Standar Perumahan Menurut KIP ( Kampung Improvement

Program)

x100%c

/baT.P

is

jijij

Page 27: !!!metodologi-rtrk

Standar Perumahan untuk 1 ha adalah terdiri dari 50 unit rumah

Rendah : 50 Unit/ha

Sedang : 100-150 unit/ha

Tinggi : > 300 unit/ha

Pengembangan perumahan dilakukan dengan kriteria perbandingan

antara perumahan kavling besar terhadap kavling sedang dan

terhadap kavling kecil, yaitu 1:3 :6. Dengan luas masing-masing

kavling:

Kavling kecil ≤ 200 m2

Kavling sedang 201-300 m2

Kavling besar 300 - ≥500 m2

Analisis Kebutuhan Sarana

C. Analisis Skala Pelayanan Fasilitas

Untuk skala pelayanan fasilitas dapat di tentukan dengan

struktur kegiatan yang ada dan kecenderungan penyebarannya. Untuk

itu struktur kegiatan kota dibagai menjadi 3, yaitu

1. Kegiatan fungsi primer

Kegiatan ini penekannya lebih banyak ditujukan untuk memberikan

pelayanan pada skala regional antara lain :

Perdagangan

Pasar regional (wilayah)

Industri dan pergudangan

Terminal penumpang

Terminal Barang

2. Kegiatan fungsi sekunder

Kegiatan ini penekannya lebih diarahkan untuk memberikan

pelayanan yang berskala kota. Kegiatannya meliputi :

Pendidikan

Peribadatan

Perdagangan lokal

Kesehatan

Page 28: !!!metodologi-rtrk

Rekreasi dan olah raga

Jasa dan lainnya

Pemerintahan dan pelayanan umum

3. Kegiatan fungsi lokal

Pendidikan dasar dan TK

Peribadatan dan musholla

Pos kesehatan

Warung dan toko

Ruang terbuka dan taman

D. Analisis Sistem Jaringan Pergerakan Kota

Sistem transportasi yang ada didarat dalam kelancarannya adalah

menggunakan prasarana yang ada, dimana definisi dari jalan itu sendiri

adalah kesatuan sistem jaringan yang mengikat dan menghubungkan pusat-

pusat pengembangan dengan wilayah yang ada pengaruhnya dalam suatu

hubungan hierarki. Adapun perencanaan ataupun penataan yang dilakukan

terhadap jalan tersebut didasarkan atas komponen berikut ini :

a. Aksesibilitas

Jarak pencapaian suatu daerah ke daerah lainnya dimana semakin tinggi

aksebilitas suatu daerah dengan daerah lainnya maka akan semakin cepat

pula proses perkembangannya begitu pula sebaliknya. Adapun indikator

yang menunjang diantaranya adalah arah perkembangan atau pergerakan

penduduk. Untuk mengukur nilai aksebilitas digunakan rumus matematis

sebagai berikut :

Keterangan :

Ai : Nilai aksebilitas

K : Kondisi jalan aspal (aspal, perkerasan dan tanah)

F : Fungsi jalan (arteri, kolektor dan lokal)

T : Fungsi dari jenis pergerakan (regional, lokal) dan trayek

pergerakan yang melayaninya.

: Jarak

Nilai F, K dan T diberi bobot

Page 29: !!!metodologi-rtrk

Sedangkan untuk mengukur indeks aksebilitas menggunakan rumus

matematis sebagai berikut :

Keterangan :

Ai : Nilai aksebilitas

Ej : Ukuran aktivitas (dapat menggunakan ukuran antara lain jumlah

penduduk usia kerja

dij : Jarak tempuh (waktu/uang)

b : Parameter

Perhitungan parameter b menggunakan grafik regresi linier, yang

diperoleh berdasarkan perhitungan :

Ketarangan :

K : Kondisi jalan

T : Total individu trip

P : Jumlah penduduk suatu daerah

Keterangan :

Tij : Hipotheticaltrip volume

Pipj : Jumlah penduduk didaerah i dan j

: Jumlah penduduk diseluruh daerah

b. Hierarkhi jalan

Tingkat fungsi jalan dalam melayani pergerakan lalu lintas yang ada pada

suatu kawasan dengan pusat kawasan atau dengan daerah lainnya yang

ada disekitar kawasan.

Page 30: !!!metodologi-rtrk

Interaksi Transportasi Dalam Tata Ruang

c. Analisa Jaringan Jalan

Pengembangan sistem transportasi berupa transportasi jalan raya

digunakan :

Untuk mempertegas fungsi jalan eksisting yang tidak sesuai dengan

fungsi jalan.

Untuk merangsang perkembangan daerah baru dengan

direncanakannya jalan baru.

Untuk menghindari adanya jalan-jalan baru yang tidak terencana maka

diperlukan penegasan hirarkhi jalan sampai jalan lokal.

Bagi kawasan yang rawan macet, maka diperlukan pengaturan

sirkulasi lalu lintas dan pelebaran sesuai dengan kebijaksanaan

masing-masing.

Untuk memberi rasa aman, nyaman bagi pengguna jalan baik

pengemudi kendaraan maupun pejalan kaki.

Adapun konsep pengembangan transportasi menurut UU No. 38 tahun 2004

adalah sebagi berikut:

Klasifikasi jalan raya, menurut undang-undang N0. 38 tahun 2004:

Jalan Arteri

Jalan Kolektor

Jalan Lokal

Page 31: !!!metodologi-rtrk

Sistem jaringan jalan membentuk satu kesatuan dan terdiri dari sistem

jaringan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam

hubungan hirarki.

Sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 03-6967-2003 tentang

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan maka

telah ditentukan persyaratan klasifikasi jalan menurut peranan jalan yaitu :

a) Jalan arteri primer

Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60

km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter;

Mempunyai kapasitas lebih besar daripada volume lalu-lintas

rata-rata;

Lalu-lintas jalan arteri primer tidak boleh diganggu oleh lalu-

lintas ulang alik, lalu-lintas lokal dan kegiatan lokal, untuk itu

persimpangan pada jalan ini perlu diatur;

Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi;

Jalan arteri primer tidak terputus walaupun memasuki kota

dan desa;

RUWASJA tidak kurang dari 20 meter.

b) Jalan kolektor primer

Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40

km/jam dan lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter;

Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari

volume lalu-lintas rata-rata;

Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki

desa;

RUWASJA tidak kurang dari 15 meter.

c) Jalan lokal primer

Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20

km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter;

Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki desa;

Page 32: !!!metodologi-rtrk

RUWASJA tidak kurang dari 10 meter.

d) Jalan arteri sekunder

Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30

km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter;

Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari

volume lalu-lintas rata-rata;

Pada jalan arteri sekunder lalu-lintas cepat tidak boleh

terganggu oleh lalu-lintas lambat; untuk itu persimpangan pada jalan

ini perlu diatur.

e) Jalan kolektor sekunder

didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20

km/jam dan dengan lebar jalan tidak kurang dari 7 meter;

RUWASJA tidak kurang dari 7 meter.

f) jalan lokal sekunder

didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah

10km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter;

persyaratan teknis seperti di atas diperuntukkan bagi

kendaraan beroda tiga atau lebih;

jalan lokal sekunder yang tidak diperuntukkan bagi

kendaraan beroda tiga atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan

tidak kurang dari 3,5 meter;

RUWASJA tidak kurang dari 4 meter.

Page 33: !!!metodologi-rtrk

Gambar :

Sistem jaringan jalan primer

Keterangan:

hirarki kota-kota dihubungkan oleh masing-masing fungsi jalan, dalam gambar diwakili oleh garis yang menghubungkan masing-masing hirarki kota berikut dengan fungsi jalan yang menghubungkannya

Page 34: !!!metodologi-rtrk

Gambar :

Sistem jaringan jalan sekunder

Keterangan:

Hirarki kawasan dihubungkan oleh masing-masing fungsi jalan, dalam gambar diwakili oleh garis yang menghubungkan masing-masing hirarki kawasan berikut dengan fungsi jalan yang menghubungkannya.

Selain itu sebagai penunjang sistim transportasi, penanganan parkir sangat

erat kaitannya pemanfaatan ruang jalan yang optimal untuk pelayanan arus

lalulintas. Untuk ruas-ruas jalan dengan "movement function" secara

bertahap harus dibebaskan dari beban parkir. Tahapan pembebasan parkir

Page 35: !!!metodologi-rtrk

untuk jalan kota dengan "movement function" didasarkan pada bentuk

geometrik jalan (tampang jalan) dan besar volume lalu lintas yang lewat.

Page 36: !!!metodologi-rtrk

d. Analisis Pola Jaringan Jalan

Dalam pengembangan jaringan jalan baru terdapat beberapa sistem

jaringan jalan yang dapat digunakan. Sistem sirkulasi/jaringan jalan tersebut

dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori, sistem grid, radial, linier,

kurva – linier, serta beberapa kombinasi diantaranya.

Sistem Grid

Sistem grid biasanya terjadi

karena adanya

perpotongan jalan yang sama

tegak lurus satu sama lain

dengan lebar jalan yang rata-

rata sama. Biasanya

digunakan pada lahan yang

datar atau sedikit

bergelombang, dan tidak jarang

penerapannya kurang baik, serta menghasilkan pemandangan yang

monoton atau penanganan topografi yang kurang simpatik. Mengingat

bahwa sistem grid mudah diikuti karena orientasinya mudah, maka sistem

grid bisa digunakan untuk mendistribusikan arus lalu lintas yang kompleks

apabila tingkatan keras (hierarki) jalan telah ditetapkan. Karena hierarki

ini sering diabaikan maka sering pula mengakibatkan terjadinya kepadatan

atau kekacauan lalu lintas dibeberapa jalan arteri. Dengan jalan

membengkokkan, “mempluntir” berbagai ukuran blok untuk meyesuaikan

sebagian dari Grid tersebut sedemikian sehingga cocok dengan

topografinya dan dengan menetapkan hierarki arus lalu lintas pada jalan-

Page 37: !!!metodologi-rtrk

jalan tersebut, maka pola sirkulasi yang lebih menarik dan berfungsi

dengan baik bisa dicapai .

Sistem Radial

Suatu sistem radial

mengarahkan arus lalu lintas

menuju suatu pusat umum yang padat

dengan berbagai aktivitas,

namun, pusat tersebut dapat

tumbuh sedemikian sehingga sukar

diatur. Karena pusat itu bersifat tetap

dan kaku sehingga sukar diubah, maka

sistem ini tidak seluwes sistem grid.

Untuk mengatasi hal tersebut dibeberapa tempat di bagian luar daerah

pusat sering ditambah dengan sistem ring. Sistem ring dapat memberi

kesempatan jalan keluar bagi arus lalu lintas yang bermaksud melewati

daerah pusat tersebut.

Sistem Linier

Pada dasarnya sistem linier merupakan pola garis lurus yang

menghubungkan dua titik penting, misalnya jalur rel kereta api, kanal

atau terusan, jalan raya antar kota, dan sebaginya. Mengingat sifatnya,

sistem ini cenderung mudah mengalami kepadatan atau kemacetan lalu

lintas. Untuk mengatasinya diadakan suatu penyaluran yang dikenal

dengan sistem loop, suatu jalan “melambung” yang keluar dari jalur

utama disuatu titik untuk kemudian kembali lagi masuk kejalur utama tadi

di titik yang lain.

Sistem Kurvalinier

Sistem

Kurvalinier

merupakan

gabungan dari pola garis

Page 38: !!!metodologi-rtrk

lurus dan garis lengkung, yang memanfaatkan topografi, dengan cara

mengikuti bentuk lahan sedekat mungkin. Sistem ini sangat erat

hubugannya dengan lalu lintas pada tingkat lokal dan mempunyai variasi

jalur-jalur jalan yang mudah disesuaikan dengan topografi. Pada sistem

kurvalinier jalan-jalan tembusnya lebih sedikit dibanding dengan sistem

grid. Cul - de - sac, atau jalan buntu yang mempunyai panjang maksimum

150 meter, sering digunakan. Hal-hal tersebut cenderung dapat

memperlambat laju lalu lintas. Dengan sistem kurvalinier, suasana jalan

menjadi lebih menari karena bervariasinya pemandangan, jenis seta

panjang jalan, dan mudahnya penyesuaian terhadap perubahan topografi.

Ternyata pembangunan unit perumahan yang direncanakan dengan

menggunakan sistem kurvalinier makin banyak.

Modifikasi Grid

Pola ini pada dasarnya dari pola grid yang dimodifikasi dengan

sistem loop ditengahnya atau pada kedua sisi. Pada bagian loop selain

memungkinkan untuk kawasan terbangun dan juga dapat digunakan

sebagai ruang terbuka hijau.

Cul De Sac

Pola ini dibuat dengan membuat pengelompokan pada satu pola

jaringan jalan secara tertutup. Pola ini akan efisien bila jaraknya

kurang dari 150 meter.

Page 39: !!!metodologi-rtrk

Loop

Pola ini dibuat dengan membuat sistem melingkar pada satu

ruas jalan. Seperti halnya dengan pola grid yang dimodifikasi, maka

sistem loop ini pada bagian tengahnya selain dapat digunakan sebagai

kawasan terbangun juga dapat digunakan untuk ruang terbuka hijau

Page 40: !!!metodologi-rtrk

e. Keterkaitan Antara Transport Dan Pola Penggunaan Tanah

Perlunya dikemukakan mengenai teori/konsep keterkaitan antara

transport dan pola penggunaan tanah ini dimaksudkan untuk dijadikan dasar

dalam mengidentifikasi dan menata pemanfaatan ruang di sepanjang koridor

jalan.

Tabel 6

Panduan Teknis Untuk Bidang Tata Ruang

Fungsi Jalan

Daerah JalanDiukur dari as Jalan

Garis Sempadan

Rumaja Rumija Ruwasja Pagar(dari as jalan)

Bangunan(dari pagar -

teritis)Arteri Primer dan Sekunder          a. Perumahan (Rumah tinggal) 6.0 8.5 20.0 8.50 11.50b. Kegiatan usaha (industri, 6.0 8.5 23.9 8.50 15.40 perkantoran, kesehatan,           perdagangan, gudang, dsb)          c. Pendidikan 6.0 8.5 24.0 8.50 15.50Kolektor Primer dan Sekunder          a. Perumahan (Rumah tinggal) 5.5 7.5 15.0 7.50 7.50b. Kegiatan usaha 5.5 7.5 18.9 7.50 11.40c. Pendidikan 5.5 7.5 18.0 7.50 10.50Lokal Primer dan Sekunder          a. Perumahan (Rumah tinggal) 4.5 6.0 10.0 6.00 4.00b. Kegiatan usaha 4.5 6.0 13.9 6.00 7.90c. Pendidikan 4.5 6.0 12.0 6.00 6.00Lingkungan I          a. Perumahan (Rumah tinggal) 2.75 3.25 5.0 3.25 1.75b. Kegiatan usaha 2.75 3.25 8.9 3.25 5.65c. Pendidikan 2.75 3.25 5.8 3.25 2.55Lingkungan II          a. Perumahan (Rumah tinggal) 2 2.5 3,75 2.50 1.25b. Kegiatan usaha 2 2.5 7,65 2.50 5.15c. Pendidikan 2 2.5 4,55 2.50 2.05

GambarPanduan Teknis Perkerasan Jalan

1. Teori Pola Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan merupakan istilah dari pemanfaatan lahan pada suatu

kawasan atau daerah tertentu yang pemanfaatannya dilihat dari variabel

berikut:

- Letak

- Fisik tanah

Page 41: !!!metodologi-rtrk

- Jumlah prasarana

- Status tanah

- Iklim

2. Teori Penilaian Lahan

Penilaian lahan sangat dibutuhkan dalam menentukan prospek terhadap

tanah yang ada, dimana penilaian lahan adalah suatu metode yang

sistematis untuk menafsir nilai atau harga tanah. Dalam hal ini nilai tanah

dapat didefinisikan sebagai suatu pengukuran nilai tanah yang didasarkan

pada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubungannya dengan

produktifitas dan strategi ekonomis.

Nilai tanah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok (menurut

Chappin), yakni:

Nilai keuntungan, yang dihubungkan dengan tujuan ekonomi (nominal)

dan yang dapat dicapai dengan jual beli tanah pasaran bebas.

Nilai kepentingan umum, yang menghubungkan untuk kepentingan

umum dalam perbaikan kehidupan masyarakat.

Nilai sosial, yang merupakan hal mendasar bagi kehidupan dan

dinyatakan penduduk dengan perilaku yang berkaitan dengan

pelestarian, tradisi kepercayaan dan sebagainya.

Adapun faktor-faktor yang dapat menentukan nilai tanah pada satu

kawasan adalah:

Faktor fisik dasar (topografi, iklim, kondisi tanah),

Faktor fisik geografis (lokasi),

Faktor prasarana dan sarana yang ada.

Dengan adanya penilaian lahan ini, maka dapat diketahui nilai ekonomis

lahan pada kawasan-kawasan di sekitar akses jalan yang selanjutnya akan

mempengaruhi kecenderungan pemanfaatan ruang disekitarnya.

3. Teori Antara Transportasi Dengan Harga Tanah

Hubungan antara harga tanah dengan transportasi yaitu suatu

pemahaman mengenai hubungan antara transportasi dengan harga tanah

yang saling mempengaruhi baik positif maupun negatif. Adanya akses

transportasi pada satu kawasan akan menjadikan tanah di kawasan

tersebut menjadi menarik untuk digunakan karena memiliki nilai

ekonomis lebih tinggi. Akhirnya tanah tersebut menjadi berkembang dan

Page 42: !!!metodologi-rtrk

pada tahap perkembangan selanjutnya akan dibutuhkan penambahan

transportasi lagi.

E. Analisis Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Analisis ruang terbuka hijau merupakan penilaian terhadap

seluruh bidang tanah yang tidak ditempati bangunan, dimana ruang

tersebut meliputi : lapangan parkir, tempat bermain, taman pribadi

dan memberikan fasilitas visual yang disediakan oleh tanah,

rerumputan, bunga-bungaan, pepohonan maupun elemen-elemen

kawasan lahan (landscape). Dimana ruang terbuka hijau berdasarkan

fungsinya terbagi atas :

RTH Berdasarkan Fungsi Estetika

RTH Berdasarkan Fungsi Fasilitas

RTH Berdasarkan Fungsi Penyangga

RTH Berdasarkan Fungsi Kawasan Khusus

RTH Berdasarkan Fungsi Konservasi

Penyediaan ruang terbuka dan tata hijau kawasan ditujukan untuk

menciptakan kualitas kehidupan masyarakat yang aman, sehat, indah

serta berwawasan ekologis melalui penciptaan berbagai jenis ruang

terbuka dan tata hijau. Keberadaan ruang terbuka di kawasan ini

cukup luas dengan perbandingan antara ruang terbangun sebesar 30%

: 70%. Penyediaan ruang terbuka hijau dapat dilakukan melalui

penyediaan ruang terbuka hijau di dalam tapak dan penyediaan ruang

terbuka hijau di luar tapak. Adapun konsep penyediaan ruang terbuka

hijau pada wilayah perencanaan adalah :

I. Ruang Terbuka di dalam Tapak

1. Bangunan rumah, bangunan tiap-tiap rumah yang terdapat di

kawasan perencanaan baik Kota Tobelo memiliki ruang

terbuka yang cukup luas. Maka ruang terbuka yang ada

minimal ditanami dengan tanaman buah – buahan dan

tanaman apotek hidup.

Page 43: !!!metodologi-rtrk

2. Bangunan perdagangan dan jasa, menyediakan elemen

penghijauan berupa tanaman hias yang ditanam dalam media

pot.

3. Untuk bangunan perkantoran, diarahkan untuk menyediakan

elemen penghijauan berupa tanaman peneduh, tanaman hias

dan tanaman apotek hidup.

Penyediaan ruang terbuka di dalam tapak dapat dilakukan dengan :

a) Meliputi ruang terbuka di kawasan perencanaan Kota

Tobelo yang diperoleh dengan memanfaatkan bagian tapak

yang tidak bolah dibangun (misalnya dengan KDB

maksimum 45% berarti tersedia 65% bagian tapak yang

tersedia untuk ruang terbuka). Ruang terbuka ini bisa

dimanfaatkan untuk pelataran parkir, taman, pencahayaan

dan penghawaan alami dan lain-lainnya.

b) Berdasarkan analisa bahwa wilayah perencanaan Kota

Tobelo merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Tobelo

yang akan berkembang dengan pesat perlu diadakan

pengetatan peraturan terhadap ketersediaan ruang

terbuka di dalam tapak ini melalui ketetapan KDB atau

rasio luasan lantai bangunan terhadap luasan tapak/persil.

c) Untuk bangunan rumah, ruang terbuka yang ada minimal

ditanami dengan tanaman buah–buahan dan tanaman

apotek hidup

d) Untuk bangunan perdagangan dan jasa, menyediakan

elemen penghijauan berupa tanaman hias yang ditanam

dalam media pot. Untuk bangunan perkantoran, diarahkan

untuk menyediakan elemen penghijauan berupa tanaman

peneduh, tanaman hias dan tanaman apotek hidup.

II. Ruang Terbuka di luar Tapak

Konsep ruang terbuka hijau di luar tapak meliputi jalur hijau, dan

taman. Adapun konsep rencana ruang terbuka di luar tapak adalah :

Page 44: !!!metodologi-rtrk

1. Jalur Hijau

Konsep jalur hijau lebih memperhatikan penataan dan pemeliharaan

tanaman yang ada. Ada 2 konsep penataan jalur hijau, yaitu:

Tanaman peneduh

Tanaman peneduh yang terdapat di kawasan perencanaan harus tetap

dipertahankan dan ditingkatkan upaya pemeliharaannya. Pada lokasi–

lokasi tertentu diupayakan dilakukan penambahan tanaman peneduh.

Lokasi yang perlu ditambah tanaman peneduh diutamakan pada ruas–

ruas jalan utama di Kota Tobelo yang memiliki kepadatan bangunan

yang tinggi.

Tanaman Pembatas

Tanaman pembatas ini adalah tanaman yang ditanam dalam media pot

yang diletakkan di pinggir trotoar. Tanaman pembatas ini bertujuan

untuk membatasi trotoar dengan sirkulasi jalan sehingga diharapkan

dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi peJalan kaki.

Penempatan tanaman pembatas ini diupayakan ditempatkan pada

lokasi yang memiliki aktivitas peJalan kaki yang tinggi.

2. Taman

Konsep ruang terbuka berupa taman adalah menyediakan taman yang

dapat berperan sebagai tempat rekreasi dan berfungsi sebagai

landmark. Dimana dengan adanya taman dapat memberikan citra

kawasan yang baik di kawasan perencanaan.

Berikut secara lengkap elemen vegetasi pemilihan jenis pohon untuk

penghijauan disesuaikan dengan kondisi tanaman/pohon yang dapat

memenuhi persyaratan dan tuntutan dari kondisi serta sifat-sifat tanah.

1. Peneduh

a. Ditempatkan pada jalur tanaman

b. Percabangan 2 m di atas tanah ( minimal 1,5 m)

c. Bentuk percabangan batang tidak merunduk.

d. Bermassa daun padat.

e. Ditanam secara berbaris

Page 45: !!!metodologi-rtrk

f. Contoh Tanaman Peneduh : Kiara Payung (Filicium

decipiens), Tanjung (Mimusops elengi), Angsana

(Ptherocarphus indicus).

Gambar 5. 1

Konsep Tanaman Peneduh

2. Penyerap Polusi Udara

a. Terdiri dari pohon, perdu/semak.

b. Memiliki ketahanan tinggi terhadap pengaruh udara.

c. Jarak tanam rapat.

d. Bermassa daun padat.

e. Contoh Tanaman : Angsana (Ptherocarphus indicus),

Akasia daun besar (Accasia mangium), Oleander (Nerium

oleander), Bugenvil (Bougainvillea sp.), Teh-tehan pangkas

(Acalypha sp.).

Page 46: !!!metodologi-rtrk

Gambar 5. 2

Konsep Tanaman Penyerap polusi udara

3. Penyerap Kebisingan

a. Terdiri dari pohon, perdu /semak.

b. Membentuk massa.

c. Bermassa daun rapat.

d. Berbagai bentuk tajuk.

e. Contoh tanaman penyerap kebisingan : Tanjung

(Mimusops elengi), Kiara payung (Filicium decipiens), Teh-

tehan pangkas (Acalypha sp.), Kembang Sepatu (Hibiscus

rosa-sinensis), Bugenvil (Bougainvillea sp.), Oleander

(Nerium oleander).

Page 47: !!!metodologi-rtrk

Gambar 5. 3

Konsep Tanaman Penyerap kebisingan

4. Pemecah Angin

a. Tanaman tinggi, Perdu / semak.

b. Bermassa daun padat

c. Ditanam berbaris atau membentuk massa.

d. Jarak tanam rapat <3m.

e. Contoh tanaman pemecah angin : Cemara (Cassuarina

equisetifolia), Angsana (Ptherocarphus indicus), Tanjung

(Mimusops elengi), Kiara Payung (Filicium decipiens),

Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis).

Page 48: !!!metodologi-rtrk

Gambar 5. 4

Konsep Tanaman Pemecah Angin

5. Pembatas Pandang

a. Tanaman tinggi, perdu/semak

b. Bermassa daun padat

c. Ditanam berbaris atau membentuk massa

d. Jarak tanam rapat.

e. Contoh tanaman pembatas pandang : Bambu (Bambusa

sp.), Cemara (Cassuarina equisetifolia), Kembang sepatu

(Hibiscus rosa-sinensis), Oleander (Nerium oleander).

Page 49: !!!metodologi-rtrk

Gambar 5. 5

Konsep Tanaman Pembatas Pandang

6. Pengarah Pandang

a. Tanaman perdu atau pohon ketinggian > 2 m.

b. Ditanam secara massal atau berbaris.

c. Jarak tanam rapat.

d. Untuk tanaman perdu/semak digunakan tanaman yang

memiliki warna daun hijau muda agar dapat dilihat pada

malam hari.

e. Contoh tanaman pengarah pandang : Cemara (Cassuarina

equisetifolia), Mahoni (Swietenia mahagoni), Hujan Mas

(Cassia glauca), Kembang Merak (Caesalphinia

pulcherima), Kol Banda (Pisonia alba), Akalipa Hijau

Kuning (Acalypha wilkesiana macafeana), Pangkas Kuning

(Duranta sp.).

Page 50: !!!metodologi-rtrk

Gambar 5. 6

Konsep Tanaman Pengarah Pandang

F. Analisis Sistem Jaringan Utilitas Kota

I. Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air bersih di perkotaan didasarkan pada

beberapa hal terutama kepentingan kesehatan, sosial, dan ekonomi.

Untuk mencapai hal ini diperlukan perhitungan yang tepat efektif dan

efisien, dengan memperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan

kepentingan masyarakat.

Jaringan air bersih kota dianalisis dengan memperhitungkan

tingkat pelayanan kebutuhannya. Perhitungan tersebut dilakukan

berdasarkan standar-standar pelayanan air bersih sebagai berikut :

Kebutuhan domestik : penduduk x kebutuhan rata-rata rumah

tangga

Kebutuhan non domestik: 20-30 % x kebutuhan domestik

Sarana perkotaan : 10-20% x kebutuhandomestik+kebutuhan non

domestik)

Hidran : 20-30% x (kebutuhan domestik +

kebutuhan non domestik)

Page 51: !!!metodologi-rtrk

Jumlah yang didapat dari perhitungan di atas merupakan

kebutuhan air bersih keseluruhan yang masih harus dianalisis lebih

lanjut. Analisis ini meliputi identifikasi daerah pelayanan PDAM dan

identifikasi sarana pemenuhan kebutuhan air bersih selain PDAM

(sungai, sumur, dll). Hasil akhir dari analisis di atas adalah titik-titik

mana yang rawan kekurangan air, atau memiliki kualitas air yang

kurang baik, dan kondisi-kondisi lain yang memerlukan penanganan.

Sedangkan dalam sistem penyediaan air minum dalam

penyalurannya pada konsumen menggunakan 2 sistem distribusi :

Sambungan langsung

Merupakan sambungan langsung dari PDAM langsung kepada

konsumen. Umumnya menggunakan saluran tertutup/bercabang.

Kran-kran umum

Pendistribusian air bersih melalui tempat yang telah ditentukan,

karena keadaan topografi yang menyulitkan untuk menggunakan

sambungan langsung.

II. Drainase

Sistem drainase perkotaan berfungsi mengendalikan kelebihan

air permukaan sehingga tidak menganggu masyarakat dan memberi

manfaat bagi kegiatan manusia. Sistem drainase terdiri dari saluran-

saluran yang mengalirkan kelebihan air permukaan tersebut. Saluran

drainase memiliki hirarki tersendiri dalam sistemnya, yaitu saluran

primer (dalam hal ini berupa sungai sebagai pembuangan akhir),

saluran sekunder, dan saluran tersier, di mana masing-masing hirarki

memiliki kapasitas debit air yang berbeda.

Pada prakteknya jaringan drainase selalu memiliki pola yang

terintegrasi dengan pola jaringan jalan. Dan bila disesuaikan dengan

pola jalan yang terhirarki, maka perkiraan penampang saluran

drainase dapat ditetapkan sebagai berikut :

Jalan arteri lebar > 1,5m; dalam 1,0 - 1,5m.

Jalan kolektor lebar 0,8 – 1,5m; dalam 1,0 – 1,5m

Page 52: !!!metodologi-rtrk

Jalan lokal primer lebar 0,5 – 0,8m; dalam 0,5 – 1,0m

Jalan lokal sekunder lebar 0,3 – 0,5m; 0,3 – 0,5m.

Sedangkan potongan melintang saluran, terbuka atau

tertutup disesuaikan dengan kondisi setempat, sehingga

dikategorikan sebagai berikut : Tipe saluran I, berupa pasangan

batu kali dengan kemiringan talud 4:1

Tipe saluran II, berupa pasangan batu kali dengan

dinding vertikal dilengkapi trikel

Tipe saluran III, berupa saluran tertutup dengan tutup

plat beton bertulang

Tipe saluran IV, berupa gorong-gorong plat beton

Tipe saluran V, berupa gorong-gorong box beton

bertulang.

Sistem saluran drainase ada 2 macam :

1. Sistem Saluran Terpisah, saluran antara air hujan dan air buangan

terpisah

2. Sistem Saluran Tercampur, saluran antara air buangan dan air

hujan menjadi satu.

Sedangkan jenis saluran penyalurannya ada 2 macam :

1. Saluran Primer, biasanya berupa sungai. Saluran ini merupakan

penampungan air buangan dari saluran-saluran sekunder.

2. Saluran Sekunder, merupakan saluran untuk mengalirkan air

buangan dari rumah tangga. Bisanya berupa got.

Beberapa pengertian yang berkenaan dengan

drainase

Drainase permukaan adalah sistem drainase yang berkaitan

dengan pengendalian air permukaan.

Intensitas hujan adalah besarnya curah hujan maksimum yang

akan diperhitungkan dalam desain drainase

Page 53: !!!metodologi-rtrk

Waktu Konsentrasi ( T.C ) adalah waktu yang diperlukan oleh

butiran air untuk bergerak dari titik terjauh pada daerah

pcngaliran sampai ke titik pembuangan

Debit (Q) adalah volume air yang mcngalir mclcwali sualu

pcnampang melintang saluran alau jalur air pcrsatuan waklu

Koefisien pengaliran ( C ) adalah sualu koefisien yang

menunjukkan perbandingan antara besarnya jumlah air yang

dialirkan oleh suatu jenis permukaan terhadap jumlah air yang

ada

Gorong-gorong adalah saluran tertutup yang berfungsi

mengalirkan air, dan biasanya melintang jalan

Selokan Samping Jalan adalah selokan yang dibuat di sisi kiri

dan kanan badan jalan.

Syarat-syarat

Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi

fasililas drainase sebagai penampung, pembagi, dan pembuang

air dapat sepenuhnya berdaya guna dan berhasil guna

Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus

mempertimbangkan faktor ekonomi dan faktor keamanan

Perencanaan drainase harus dipertimbangkan pula segi

kemudahan dan nilai ekonomis terhadap pemeliharaan sistem

drainase tersebut

Sebagai bagian sistem drainase yang lebih besar atau sungai-

sungai pengumpul drainase

Perencanaan drainase ini tidak termasuk untuk sistem drainase

areal, tetapi harus diperhatikan dalam perencanaan terutama

untuk tempat air keluar.

Ketentuan-Ketentuan

Page 54: !!!metodologi-rtrk

Sislem drainase pcrmukaan jalan lerdiri dari kemiringan melintang

perkerasan dan bahu jalan, selokan samping, gorong-gorong dan

saluran penangkap ( lihat gambar )

Kemiringan Melintang Perkerasan dan Bahu

Jalan

Kemiringan melintang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

Daerah jalan yang datar dan lurus

Kemiringan perkerasan dan bahu jalan mulai dari

tengah perkerasan menurun / melandai ke arah selokan

samping

Besarnya kemiringan bahu jalan diambil 2 % lebih besar

dari pada kemiringan permukaan jalan

Besarnya kemiringan melintang normal pada perkerasan

jalan, dapat dilihat seperti tercantum dalam tabel

Bahujalan

Perkerasan jalan Bahujalan

Saluran penangkapan

i = kemiringan perkerasan jalani b = kemiringan bahu jalan

i % i %i b % i b %

Gorong-gorong

saluran

Page 55: !!!metodologi-rtrk

Kemiringan Melintang Perkerasan Dan Bahu Jaian

No.

Jenis Lapis Permukaan tanah

Kemiringan Melintang Normali ( % )

1 Beraspal, beton

2 % - 3 %

2 Japat 4 % - 6 %

3 Kerikil 3 % - 6 %

4 Tanah 4 % - 6 %

Daerah jalan yang lurus pada tanjakan / turunan:

Perlu mempertimbangkan besarnya kemiringan

alinyemen vertikal jalan yang berupa tanjakan dan turunan,

agar aliran air secepatnya bisa mengalir keselokan

samping

Untuk menentukan kemiringan jalan gunakan nilai-

nilai maksimurn dari Tabel.

Pada daerah likungan:

Harus mempertimbangkan kebutuhan kemiringan jalan

menurut persyaratan alinyemen horizontal jalan

( menurut ketentuan berlaku )

Bahujalan

Perkerasan jalan Bahujalan

Gambar : 2Kemiringan Melintang NormalPada Daerah Datar dan Lurus

selokan (i.2)%i % i %

(i.2)%

Page 56: !!!metodologi-rtrk

Kemiringan perkerasan jalan harus dimulai dari sisi

luar tikungan menurun/ melandai ke sisi dalam tikungan

Besarnya kemiringan daerah ini ditentukan oleh

nilai maksimum kebutuhan kemiringan menurut keperluan

drainase

Besarnya kemiringan bahu jalan ditentukan dengan

kaidah-kaidah seperti pada gambar.

Tabel 3

Angka Koefisien Pengaliran Daerah Aliran Sungai

Kondisi DAS C

Pegunungan curam 0.75 – 0.90

Pegunungan tersier 0.70 – 0.80

Tanah berelief berat dan berhutan kayu 0.50 – 0.75

Dataran pertanian 0.45 – 0.60

Dataran sawah irigasi 0.70 – 0.80

Sungai di pegunungan 0.75 – 0.85

Sungai didataran rendah 0.45 – 0.75

Sungai besar yang sebagian alirannya

berada di dataran rendah0.50 – 0.75

Sumber : Hidrolika Saluran Terbuka, van Te Chow

III. Listrik

Kebutuhan listrik PLN di wilayah perencanaan diperkirakan akan

semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan perkembangan wilayah

perencanaan pada saat ini dan masa yang akan datang. Untuk

memprediksi kebutuhan listrik , dipakai standart sebagai berikut :

Rumah tangga : 90 watt/jiwa

Industri dan Perdagangan : 70% kebutuhan rumah tangga

Fasilitas Sosial dan Ekonomi : 15% kebutuhan rumah tangga

Fasilitas Perkantoran : 10% kebutuhan rumah tangga

Penerangan jalan : 1% kebutuhan rumah tangga

Cadangan : 5% kebutuhan rumah tangga

Page 57: !!!metodologi-rtrk

Dengan daya rata-rata :

Rumah tangga 0,450 KVA – 0,900 KVA

Fasum/Fasos 0,900 KVA

Industri 0,2200 KVA

Berdasarkan standar perhitungan di atas dan asumsi bahwa

seluruh rumah/KK yang ada dapat terlayani, maka dapat dihitung

prediksi kebutuhan listrik tiap jenis penggunaan lahan pada masing-

masing unit pengembangan lingkungan.

Sistem pelayanan listrik di perkotaan secara garis besar dibagi

atas 3 jenis jaringan, yaitu

Jaringan listrik tegangan tinggi (SUTT 70/150 KV)

Pembangunan SUTT ini harus memperhatikan banyak hal antara

lain keselamatan dan keamanan. Untuk itu dalam radius 25 meter

sekitar jalur tegangan tinggi harus merupakan kawasan bebas

bangunan. Pada kondisi tertentu bila sekitar jalur tegangan tinggi

ini akan digunakan sebagai kawasan terbangun, maka diarahkan

agar pada kanan-kiri jalur tegangan tinggi tersebut digunakan

untuk jalan sejajar, sehingga tidak langsung berhubungan dengan

kawasan terbangun.

Jaringan listrik tegangan menengah (SUTM 6/20 KV)

Jaringan tegangan menengah ini harus dilengkapi dengan gardu

penurun tegangan dan transformator sebelum masuk tegangan

rendah dan distribusi yang akan digunakan konsumen.

Jaringan listrik tegangan rendah (SUTR 110/220 KV)

Jaringan listrik tegangan rendah ini harus dilengkapi dengan gardu

distribusi yang akan digunakan untuk menurunkan tegangan

sekaligus mendistribusikannya melalui jaringan tegangan rendah ke

konsumen-konsumen.

Penyaluran listrik hingga ke kapling-kapling akan selalu

mengikuti pola ruang dan jaringan jalan, selain harus menyesuaikan

pula dengan rencana dari PLN. Dalam pendistribusian jaringan listrik

terdapat klasifikasinya antara lain :

Page 58: !!!metodologi-rtrk

Jaringan sekunder

Jaringan distribusi tegangan rendah dengan sistem tegangan

220/380 V. Pada umumnya berbentuk hantaran udara, khususnya di

daerah interior seperti kompleks perumahan.

Jaringan primer

Jaringan distribusi tegangan menengah yang diarahkan pada sistem

tegangan 20 KV. Umumnya berada di sepanjang jaringan jalan

berbentuk hantaran udara dengan tiang beton setinggi 14 meter.

Gardu-gardu yang diperlukan dalam pendistribusian jaringan

listrik adalah sebagai berikut:

Gardu distribusi

Diperlukan untuk menurunkan tegangan dari 20 KV menjadi

220/380 V dan mendistribusikannya melalui jaringan tegangan

rendah.

Gardu induk

Untuk melayani akan kebutuhan listrik, gardu induk berfungsi

sebagai pengumpul dan penyebar listrik kepada gardu yang lain

yang mempunyai klasifikasinya lebih rendah. Kawasan sekitar gardu

ini harus dibebaskan dari bangunan dan diberi pembatas khusus

(dipagar), sehingga tidak digunakan untuk kawasan publik.

Gardu (Penurun Tegangan)

Gardu ini merupakan turunan dari gardu induk. Gardu ini tersebar

pada setiap kebutuhan dalam jumlah yang besar sehingga lokasinya

menyesuaikan dengan arah pengembangan kota.

IV. Telepon

Dalam pengembangan jaringan telepon perlu memperhatikan hal-hal

berikut ini:

Pelayanan telepon diprioritaskan pada kawasan komersial, industri,

fasilitas umum dan rumah tangga.

Page 59: !!!metodologi-rtrk

Pada pusat lingkungan, pusat pelayanan umum, kawasan

perkantoran, pendidikan, kesehatan, terminal dan sekitar kawasan

permukiman diusahakan harus terdapat fasilitas telepon umum

Pada kawasan yang cukup strategis, maka pengembangan wartel

(untuk telepon lokal, interlokal, internasional dan telegram)

diperlukan untuk menunjang kemudahan dalam melakukan

komunikasi jarak jauh.

Fasilitas STO dikembangkan pada setiap pusat BWK.

Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan sambungan telepon,

terdapat sistem distribusi pemenuhannya. Sistem tersebut berupa

distribusi jaringan kabel dari Sentra Telepon Otomat (STO) ke

pelanggan.

a. Jaringan distribusi utama/primer

Jaringan kabel tanah yang menghubungkan STO dengan terminal

utama/pembagi/MDT/Main Distribution Frame dan RK, dan antar

RK)

b. Jaringan distribusi sekunder

Jaringan kabel tanah dan atau udara yang menghubungkan RK

dengan DP)

c. Jaringan distribusi tersier

Jaringan kabel udara yang menghubungkan DP dengan masing-

masing pelanggan.

V. Persampahan Dan Sanitasi

Penanganan masalah sampah terbagi dalam penentuan TPS,

TPA, serta sistem pembuangan dan pemusnahan sebagai berikut :

Page 60: !!!metodologi-rtrk

Tempat pembuangan sampah sementara (TPS).

Tempat pembuangan sampah akhir (TPA).

Sistem, pembuangan dilakukan melalui pengumpulan dari sumber

sampah (rumah tangga, fasilitas umum, pasar dan sebagainya)

melalui gerobak diangkut ke container di lokasi TPS, dan dari

container diangkut dengan truk sampah ke lokasi TPA.

Sistem pemusnahan, dilakukan dengan pembakaran atau dengan

sistem open dumping.

Volume sampah perkotaan dihitung pertahun sebagai standar

kebutuhan transfer depo/TPS, serta Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Perhitungan tersebut adalah sebagai berikut :

Volume sampah kota pertahun (Qk)

Qk = q . P

Volume sampah masuk TPA (Qtpa)

Qtpa = Kp . Qk + sampah jalan + sampah pasar

K = faktor kompaksi

Sampah jalan = 5% . Qk

Sampah pasar = 10% . Qk

Volume sampah tahun ke-n (Qn)

Qn = 365 . 10 . Qtpa

Volume sampah terpadatkan (Vp)

Vp = Km . Qm

Beban TPA

Vtpa = Vp + Vtp

Luas tumpukan sampah

A = Vtpa / Hs

Hs = tinggi sampah, maks 10m

q = standar kuantitas timbunan sampah

Ekonomi rendah q = 1,686 l/org/hari

Ekonomi menengah q = 1,803 l/org/hari

Ekonomi tinggi q = 1,873 l/org/hari

P = jumlah penduduk

Page 61: !!!metodologi-rtrk

Volume sampah rata-rata yang diproduksi pada wilayah

perencanaan dihitung berdasarkan standar JICA tahun 1992 berikut :

Golongan Rumah Tangga

Tinggi : Unit berat sebesar 0,83Kg/Kapita/hari

Unit volume sebesar 4,35 liter/kapita/hari

Sedang : Unit berat sebesar 0,77 kg/kapita/hari

Unit volume sebesar 2,6 kg/kapita/hari

Rendah : Unit berat sebesar 0,48 kg/kapita/hari

Unit volume sebesar 1,43 liter/kapita/hari

Pasar : Unit berat sebesar 0,93 kg/m2/hari

Unit volume sebesar 2,64 liter/m2/hari

Komersial : Unit berat sebesar 3,2 Kg/toko/hari

Unit volume sebesar 18,78 liter/toko/hari

TPS ditentukan untuk setiap penduduk penduduk sebesar 2500

jiwa dan daya tampung 10m2. TPS berupa kontainer-kontainer atau

bak dalam ukuran tertentu.

Definisi dari sanitasi itu adalah bagian dari sistem pembuangan

air limbah yang menyangkut pembuangan air kotor dari rumah tangga,

kantor, hotel, pertokoan, (air buangan dari WC, air cucian dan

sebagainya).

Ukuran ideal sebuah septictank dapat diukur dengan cara :

1. Besarnya tangki pencerna = banyaknya limbah selama dua hari

= 2 x banyaknya pemakai x 100 liter

2. Besarnya ruang lumpur = 30 liter x banyaknya pemakai x 5

tahun

3. Besarnya septictank = besarnya tanki pencerna + ruang

lumpur

Untuk menciptakan lingkungan yang sehat, maka sistem

pembuangan air kotor dan limbah rumah tangga dilakukan melalui

pengumpulan pada satu wilayah dan kemudian secara keseluruhan

dibuang ke tempat tertentu. Adapun mekanisme pembuangannya

adalah sebagai berikut :

Page 62: !!!metodologi-rtrk

Untuk permukiman padat, sistem septictank dilakukan secara

kolektif pada beberapa lokasi (misalnya 1 unit septic tank untuk

setiap 10 rumah).

Pada permukiman dengan kepadatan sedang dan rendah,

mekanisme pembuangannya dapat dilakukan secara kolektif dalam

satu ruang tertentu.

Untuk fasilitas umum yang mengelompok, umumnya jumlah air

kotor dan limbah ini relatif sedikit, oleh karena itu mekanisme

pembuangannya dapat dilakukan secara individual.

Sistem pembuangan secara keseluruhan dilakukan dengan

pengolahan limbah dan resapan ke dalam tanah dimana lokasinya

yang sudah terencana.

Untuk lebih jelasnya mengenai standar peraturan persampahan yang

diatur oleh undang-undang dapat dilihat di dalam tabel berikut

Tabel 3.

Standar Kebutuhan Sarana Dan Prasarana Persampahan (Dpu)

N

o.Komponen Peralatan Kapasitas

Cakupan

Pelayanan

Umur

Teknis

Keterang

an

1 Pewadahan

Kantong

Bin

Bin pejalan kaki

Bak Permanen

Bak Kayu

Container Arm Roll

10 – 40 lt

40 lt

70 lt

1 m3

0,5 m3

6 – 10 m3

1 KK

1 unit/kk

1 unit/100 m

1 unit/50 kk

1 unit/25 kk

1 unit/300 kk

2-3 hari

1 tahun

2 tahun

10 th

3 tahun

3 tahun komunal

2 Pengumpulan

Gerobak 1 m3 1 unit/50 kk 3 tahun

3 Pemindahan

Transfer Depo tipe I

(200m3)

Transfer Depo tipe II

(100m3)

15 – 30m3/hr

8 – 16 m3/hr

10.000 – 30.000

jiwa

5000 – 10.000

jiwa

10 th

10 th

Radius

pelayanan

± 500 m

Page 63: !!!metodologi-rtrk

N

o.Komponen Peralatan Kapasitas

Cakupan

Pelayanan

Umur

Teknis

Keterang

an

4 Pengolahan

Skala Individual

Composter

Vermi Compost

Skala Lingkungan

UDKP

Incenerator

Vermi Compost

Skala Kota

Incenerator

Biobas digester

Composting

Daur Ulang

100 lt

20 lt/hr

15 m3/hr

250 kg/jam

10 m3/hr

100 ton/hr

100 ton/hr

> 50 ton/hr

> 50 ton/hr

1 unit/kk

1 unit/kk

10.000 jiwa

8.000 jiwa

10.000 jiwa

100.000 –

200.000 jiwa

100.000 – 200.000

jiwa

100.000 jiwa

100.000 jiwa

3 tahun

1 tahun

10 th

10 th

5 tahun

10 th

10 th

10 th

10 th

10 jam

operasi

5 Pengangkutan

Dump Truck

Arm Roll Truck

Kompactor Truck

8 m3

6 – 10 m3

12 m3

10.000 jiwa

15.000 jiwa

12.000 jiwa

5 tahun

5 tahun

20 th

6 Stasiun Transfer > 1000

ton/hr

Kota dg.jarak ke

TPA > 30 km

-

7 TPA

Sanitary

Landfill/ControlledLa

nd

fill

Alat Berat (Buldozer,

lanfill compactor)

Ha 20.000 jiwa

Harus ada di

setiap TPA

5 – 10

tahun

7 tahun

Sumber : DPU, Penyehatan Lingkungan Permukiman, 1997.

G. ANALISA SOSIAL BUDAYA

Analisa budaya perlu dilakukan karena perencanaan yang akan

dilakukan juga mengacu pada budaya masyarakat setempat. Hal ini

untuk menghindari terjadinya perencanaan yang bertentangan dengan

adat dan budaya masyarakat setempat.

Page 64: !!!metodologi-rtrk

Proses Analisa Sosial Budaya

Terhadap Perencanaan Tata Ruang

I. ANALISA KAWASAN EFEKTIF (Perumusan Masalah Spesifik)

Analisa Kawasan Efektif adalah model analisa berupa

pendetailan dari elemen-elemen yang telah direncanakan. Analisa ini

Kondisi Sosial Masyarakat eksisting

Adat istiadatKebiasaan

KesenianBudaya

Dasar Pertimbangan Bagi :Arahan struktur ruang Arahan pemanfaatan ruangRencana Land UseRencana Jaringan Jalan & pola

pengembangannyaRencana Distribusi Fasilitas & utilitas Rencana Distribusi pendudukRencana Kegiatan EkonomiRencana Intensitas Bangunan

Pengolahan & Analisa data

Page 65: !!!metodologi-rtrk

akan memberikan gambaran secara detail melalui desain/gambar,

perspektif, peta, dimensi obyek dan aktivitas-aktivitas apasaja yang

ada di dalamnya. Aspek –aspek yang akan didetailkan meliputi :

Desain dan penataan kawasan industri dan fasilitas-fasilitas

pendukungnya

Desain dan penataan fasilitas umum

Desain dan penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Desain dan penataan kawasan konservasi (sungai, mata air,

waduk, pantai dsb)