Metodelogi Ilmu

28
MAKALAH METODOLOGI ILMU MATA KULIAH FILSAFAT Oleh : Danar Lesmana 15915007 Riski Maulina 15915011 Ulin Nuha Rahmawati 15915044 Hanny Rufaidah D. 15915055 PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI (S2) FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

description

Filsafat

Transcript of Metodelogi Ilmu

Page 1: Metodelogi Ilmu

MAKALAH METODOLOGI ILMUMATA KULIAH FILSAFAT

Oleh :Danar Lesmana 15915007Riski Maulina 15915011Ulin Nuha Rahmawati 15915044Hanny Rufaidah D. 15915055

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI (S2)FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA

2015

Page 2: Metodelogi Ilmu

A. PENGERTIAN METODOLOGI

Metodelogi berasal dari kata metode dan logos. Metodelogi bisa diartikan

sebagai ilmu yang membicarakan tentang metode-metode. Kata metode berasal

dari bahasa Yunani yaitu methodos artinya sambungan kata depan meta

(menuju, melalui, mengikuti, sesudah) dan kata benda hodos (jalan, perjalanan,

cara, arah). Kata methodos sendiri berarti penelitian, metode ilmu, hipotesis

ilmiah, uraian ilmiah. Metode ialah cara bertindak menurut sistem aturan

tertentu. Tujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah,

agar mencapa hasil yang maksimal. (Baker, 1984)

Pengertian metode berbeda dengan metodologi. Metode adalah suatu jalan

petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis sehingga memiliki sifat yang praktis.

Metode bisa dirumuskan suatu proses atau prosedur yang sistematik

berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang dipakai oleh disiplin bidang studi

tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan metodologi disebut juga

science of methodos, yaitu ilmu yang membicarakan cara, jalan atau petunjuk

praktis dalam penelitian, sehingga metodologi penelitian membahas konsep

teoritis berbagai metode (Surajiyo, 2008). Bagi ilmu-ilmu seperti sosiologi,

antropologi, politik, komunikasi, ekonomi, hukum, serta ilmu-ilmu kealaman,

metodologi adalah merupakan dasar-dasar filsafat ilmu dari suatu metode, atau

dasar dari langkah praktis penelitian.

Menurut Supartono (2005) mengatakan metodologi adalah pengkajian

mengenai model atau bentuk metode, aturan yang harus dipakai dalam kegiatan

ilmu pengetahuan. Jika dibandingkan antara metode dan metodologi, maka

metodologi lebih bersifat umum dan metode lebih bersifat khusus. Dengan kata

lain dapat dipahami bahwa metodologi bersangkutan dengan jenis, sifat dan

bentuk umum mengenai cara-cara, aturan dan patokan prosedur jalannya

penyelidikan, yang mengambarkan bagaimana ilmu pengetahuan harus bekerja.

Adapun metode adalah cara kerja dan langkah-langkah khusus penyelidikan

Page 3: Metodelogi Ilmu

secara sistematik menurut metodologi itu, agar tercapai suatu tujuan, yaitu

kebenaran ilmiah.

B. BEBERAPA PANDANGAN TENTANG PRINSIP METODOLOGI

1. Rene DescartesRene Descartes mengusulkan suatu metode umum yang memiliki

kebenaran yang pasti. Dalam karyanya termasyhur Discourse on Method,

risalah tentang metode, diajukan enam bagian penting (Dalam Rizal

Mustansyir, dkk., 2001) sebagai berikut:

a. Membicarakan masalah ilmu-ilmu yang diawali dengan menyebutkan

akal sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki semua orang.

Menurut Descartes, akal sehat ada yang kurang, ada pula yang lebih

banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya

dalam aktivitas ilmiah. Metode yang ia coba temukan merupakan upaya

untuk mengarahkan nalarnya sendiri secara optimal.

b. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan

dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Descartes mengajukan empat

langkah atau aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud

sebagai berikut (dalam Rizal Mustansyir,dkk.,2001).

1. Janganlah pernah menerima baik apa saja sebagai benar, jika

Anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai

kebenarannya.

2. Pecahkanlah tiap kesulitan Anda menjadi sebanyak mungkin

bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan untuk mempermudah

penyelesaiannya secara lebih baik.

3. Arahkan pemikiran Anda secar tertib, mulai dari objek yang paling

sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi

sedikit.

4. Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap

mungkin, dan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga Anda

dapat merasa pasti tidak sesuatupun yang ketinggalan.

Page 4: Metodelogi Ilmu

c. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi

penerapan metode sebagai berikut:

1. Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil

berpegang pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak;

2. Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling

meyakinkan maupun yang paling meragukan;

3. Berusaha lebih mengubah diri sendiri daripada merombak tatanan

dunia.

d. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acapkali terkecoh oleh

indra.

e. Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia, yang terdiri atas dua

substansi, yaitu res cogitans (jiwa bernalar), dan res extensa (jasmani

yang meluas).

f. Dua jenis pegetahuan, yaitu pengetahuan spekulatif dan pengetahuan

praktis.

2. Alfred Jules AyerAjaran terpenting dari Alfred Jules Ayer yang terkait dengan masalah

metodologi dalam prinsip verifikasi. Ayer termasuk salah satu penganut

Positivisme Logika yang muncul setelah Moritz Schlik. Positivisme logic

berprinsip sesuatu yang tidak dapat diukur itu tidak mempunyai makna.

Dengan demikian makna sebuah proposisi tergantung apakah kita dapat

melakukan verifikasi terhadap proposisi yang bersangkutan’. (Rizal

Mustansyir, dkk.,2001). Walaupun tokoh Positivisme Logik secara umum

menerima prinsip verifikasi sebagai tolak ukur untuk menentukan konsep

tentang makna, namun mereka membuat rincian yang cukup berbeda

mengenai prinsip verifikasi itu sendiri. Prinsip verifikasi itu merupakan

pengandaian untuk melengkapi suatu kriteria, sehingga melalui kriteria

tersebut dapat ditentukan apakah suatu kalimat mengandung makna atau

tidak.

3. Karl Raimund Popper

Page 5: Metodelogi Ilmu

Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip

verifikasi berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang telah

ada. Popper mengajukan beberapa prinsip sebagai berikut:

1. Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan

dapat dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi oleh kaum

posititivistik.

2. Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari

pengamatan (obeservasi) secara teliti gejala yang sedang diselidiki.

3. Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip falsi-

fiabilitas, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan

kesalahannya.

Bagi Popper, ilmu pengetahuan dapat berkembang maju manakala suatu

hipotesis telah dibuktikan salah, sehingga dapat digantikan dengan hipotesis

baru.

4. Michael PolanyiMenurut Michael Polanyi pengembangan ilmu pengetahuan menuntut

kehidupan kreatif masyarakat ilmiah yang pada gilirannya didasarkan pada

kepercayaan akan kemungkinan terungkapnya kebenaran-kebenaran yang

hingga kini masih tersembunyi. Tugas filsafat terutama adalah membedah

penyakit-penyakit pikiran yang hanya dapat dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan mendasar terhadap setiap pandangan yang mendasari

masyarakat. Tujuan dari metode maieutika tekhne yaitu untuk menemukan

alternative-alternatif baru bagi hidup manusia sebagai manusia dan sebagai

masyarakat. (M. Mukhtasar, 1997, hlm. 24). Kekeliruan tesis Positivisme

tidak hanya pada sikapnya yang menolak cita rasa estetis, dan nilai moral

serta ikatan social, karena menggangapnya sebagai realitas subjectif,

melainkan juga pada pandanganya bahwa sesuatu masyarakat tidak dapat

dibangun atas dasar yang berakar pada prinsip moral abstrak, tetapi berakar

pada tradisi masyarakat.

Page 6: Metodelogi Ilmu

Secara structural, segi ilmu pengetahuan tidak terungkap melibatkan

dua hal atau dapat disebut dua term ilmu pengetahuan tidak terungkap.

Polanyi menyebut term pertama dengan term proksimal, yaitu term yang

lebih dekat, dan term kedua adalah term distai, yaitu term yang lebih jauh.

Hubungan kedua term tersebut disebut sebagai hubungan fungsional yaitu,

kita mengetahui term pertama hanya dengan mengandalkan diri pada

kesadaran kita tentangnya agar memberikan perhatian pada term kedua.

Jadi, Polanyi telah merintis suatu model perkembangan baru ilmu-ilmu

dengan memadukan secara jernih antara nilai dan fakta, sehingga ilmu-ilmu

dikembangkan dapat sejalan dengan perkembangan masyarakat.

D. PENELITIAN DENGAN METODE FILSAFAT

Uraian metode-metode filsafat harus bersifat metodis. Maka perlu

ditetapkan metode manakah yang harus dipergunakan. Metode – metode

yang tidak bisa dipisahkan dalam filsafat Aristoteles telah termuat banyak

penelitian empiris, dan metode induktif telah mendapat tempat dalam karya-

karya logikanya (Organon). Pada zaman Albertus Agung (1205-1280) dan

Roger Bacon (1210-1292) metode-metode yang sebenarnya bukan filosofis

itu sudah jauh lebih maju, namun metode yang bermacam-ragam baru

bener-bener mulai dibedakan sejak munculnya ilmu-ilmu empiris. Pemula itu

lazimnya diletakan pada Galileo Galilei(1564-1642) dan Francis Bacon(1561-

1626) (Edwards (ed.), The Encyclopedia of Philosophy, 7-339).

Meskipun demikian makin lama kaburlah perbedaan tepat antara

metode-metode bukan filosofis yang metode filsafat Francis Bacon ingin

menggantikan saja logika tradisional dengan logika induktif seperti diuraikan

dalam karyanya Novium Organum. Decatres (1596-1650) masihmencari

metode dasar bagi semua ilmu, termasuk filsafat di dalam ilmu pasti. Dan

Newton (1662-1727) mengusul memakai metode ilmu alamsaja sebagai “

Aturan-aturan berpikir dalam filsafat”. Bahkan zaman sekarang pun ada

Page 7: Metodelogi Ilmu

banyak perbedaan pendapat mengenai metode-metode dan kaidah-kaidah

pembagianya.

Uraian mengenai metode-metode ilmiah pada umumnya dan metode

filsafat pada khusunya terjadi dalam yang disebut “metodologi”. Isi

metodologi ini ialah : analisa dan penyusunan asas-asas dan jalan-jalan yang

mengatur penelitian ilmiah pada umumnya, serta pelaksanaannya dalam ilmu

khusus. Namun metodologi ini dapat dipaham menurut tiga cara :

1. Metodologi empirisMetodologi, sejauh dibedakan dari logika dan filsafat ilmu

pengetahuan, meneliti metode-metode ilmiahsecara induktif (C. Hilis Kaiser,

The Method of Methodology; dalam P. Hentle dan kawan-kawan (ed.)

Stucture, method and meaning, essay in horror of H.M. Sheffer; New York,

The Liberal Arrts Press, 1951, bermacam-macam metode seperti lazim

dipergunakan dengan menguraikan dan membandingkan metode-metode itu

disaring, sehingga tercapai jumlah corak-corak umum yang termuat dalam

semua metode (metodologi umum).

Dengan demikian dari satu pihak, metodologi ini dapat menentukan

hubungan antara ilmu-ilmu dapat menguji dan membersihkan metode

khusus, dan mungkin juga menggolongkan ilmu-ilmu menurut beberapa

metode pokok.

Kelemahan metodologi semacam ini adalah bahwa tidak mampu

memberikan kaidah yang tegas dan mutlak. Justru dalam hal menguraikan

metode filsafat, kebanyakan filsuf akan menolak kompentensi metodologi ini.

2. Logika Penelitian metode-metode dapat juga dipandang sebagai bagian

dalam rangka logika. (D.D. Runes(ed.), The Dictionary of Philosophy, New

York, Philosophical Libarry, 1942,hlm.196). dalam hal ini logika umumnya

merupakan teori dasariyah mengenai asas dan jalan-jalan pemikiran;

metodologi sendiri menjadi cabang logika yang menerapkan logika umum itu

pada ilmu-ilmu khusus. Memamg logika tidak lain merupakan metode

Page 8: Metodelogi Ilmu

berpikir. Namun, meskipun praktis dan berguna logika itu buka denfinitif.

Sebetulnya masing-masing ilmu pengetahuan mempunyai “logika”-nya

sendiri, dan itu justru metodenya. “Metode” itu ditemukan dan dikembangkan

bersama dengan mengadakan refleksi atas obyeknya. Terutama filsafat

mengembangkan dan mempertanggungjawabkan logikanya (dan

metodenya). Macam –macam metode : logika “aristoteles” sangat berkaitan

pada filsafat yang bersifat “skolastik” dan tidak begitu sesuai dengan filsafat

Hegel atau dengan fenomologi.

3. Filsafat Ilmu PengetahuanMetodologi memahami sebagai filsafat ilmu pengetahuan. Bukan

dimaksudkan filsafat bukan tak lain hanya merupakan Filsafat ilmu

pengetahuan yang dimaksudkan ini menguraikan metode ilmiah sesuai

dengan hakekat pengertian manusia. Dapat ditemukan kategori-kategori

umum yang hakiki bagi segala pengertiannya. Jadi berlaku pula bagi semua

ilmu. Kemudian diberikan tempat sendiri kepada masing-masing ilmu

pengetahuan di dalam jenjang bidang-bidang pengetahuan manusia. Filsafat

ilmu mampu memberikan penjelasan mutlak, dan menentukan kaidah-

kaidah definitive bagi metode ilmiah pada umumnya, bagi metode-metode

khusus. Maka metodologi (filosofi) ini dapat menyatakan salah satu metode

atau segi metodis “salah” atau “benar” yang disebut metodologi empiris, dan

logika dapat memberikan bantuan praktis bagai penentuan ini.

Page 9: Metodelogi Ilmu

E. METODOLOGI FILSAFAT UMUM

Dalam uraian ini bukan dimaksudkan menguraikan semua metode

ilmiah khusus. Tugas pokok hanyalah membicarakan metode-metode pada

bidang filsafat sendiri. Maka cukuplah sekedar menyebut beberapa garis

umum yang juga berlaku bagi metode filsafat.

a. Metode dan obyekIlmu-ilmu diberikan menurut obyek formal pribadi. Masing-masing

ilmu mempunyai obyek formal khas, dan Aritoteles telah berpendapat bahwa

masing-masing objek formal diteliti menurut metode berbeda pula. Maka

objek (formal) dan metode berhubungan erat.

Seperti obyek dan metode, begitu pula hubungan antara teori dan

logika. Teori ialah seluruh uraian sistematis metodis, mengenai bidang ilmiah

tertentu. Logika ialah seluruh jalan pikiran terperinci yang menghasilkan teori

tersebut, dimana teori dan logika saling mengandalkan, maka setiap bidang

ilmiah memiliki logika sendiri.

Hubungan obyek-metode(dari teori-logika) itu berdasarkan hubungan

seperti ada dalam pengetahuan manusia pada umumnya antara subyek dan

obyek(menurut filsafat ilmu pengetahuan). Metode dan obyek berkembang

bersama-sama. Setiap ilmu mewujudkan metodenya sendiri, sambil

berjalan ; setiap metode membukakan obyek penelitian sambil berjalan. Oleh

karena itu, penentuan metode pertama termasuk kompentensi masing-

masing ilmu pengetahuan, sebab menuntut adanya pengetahuan mendalam

mengenai obyek formal pribadi. Masing- masing ilmu memikirkandan

membicarakan metodenya sendiri. Namum untuk memerincikan metode itu

ilmu mendapatkan bantuan dan sumbangan dari metodologi empiris,

darilogika, dan dari filsafat ilmu pengetahuan.

Page 10: Metodelogi Ilmu

b. Metode – Metode Ilmiah UmumSistematisasi metode-metode ilmiah kerap mengacaukan metode-

metode umum yang berlaku bagi semua ilmu dan bagi segala pengetahuan,

dan metode-metode yang hanya berlaku bagi ilmu khusus. Metode-metode

umumkerap dikaitkan dengan ilmu pengetahuan tertentu. Misalnya : metode

rasional dibatasi pada filsafat, metode sistetis menunjukan metode filsafat

tertentu, metode induktif dibatasi pada ilmu eksperimental,metode deduktif

dibatasi ilmu pasti, metode introspeksi dibatasi pada ilmu psikologi.

Tetapi sebenarnya dapat disebut sejumlah unsur-unsur dan ‘metode-

metode’ umum yang berlaku bagi jalan pengetahuan manusia pada

umumnya. Jadi berlaku pula bagi semua ilmu pengetahuan tanpa

pengecualian.

a. Unsur umum dalam subyek :

Bertanya, bersikap, ragu-ragu, pada umumnya sikap kritis, tidak apa-

apa diterima begitu saja, atau dengan bebas dari penelitian

Penerapan dan pemahaman (rasional)

Intuisi (konkrit) dan abstraksi (konseptual)

Refleksi (intropeksi, lebih subjektif), dan observasi pengamatan,

deskripsi, eksperimen (ekstrospeksi, lebih objektif)

b. Unsur metodis secara umum :

Titik pangkal (aksioma)

Definisi

Pembagian

Hipotesa

Contoh analogi

Perbandingan

Pembuktian

Verifikasi

c. Dua situasi ilmiah yang berbeda :

Page 11: Metodelogi Ilmu

Metode penelitian (inventif) : jalan tertentu untuk lebih mendasari

atauuntuk memperluas pengethauan ilmiah

Metode pembicaraan (edukatif) : jalan tertentu untuk mempelajari dan

mengajar teori ilmiahyang sudah terbentuk.

d. Dua pendekatan yang fundamental :

Metode historis-elektif-eliminatif : dipelajari aliran-aliran dan teori-teori

pada bidang tertentu yang muncul sepanjang sejarah; dengan

membandingkan dan menganalisanya mereka disaring, sampai

tinggallah teori yang dianggap paling memuaskan.

Metode sistematis : dalam dialog dengan aliran dan teori lain, secara

sistematis-metodis dibangun teori yang meliputi semua segi dan soal

pada bidang penelitian.

e. Dua pengarahan penelitian yang fundamental :

Metode aposteriori (kerap disebut ‘kritis’); hal yang menjadi titik-tolak

itu tergantung ‘adanya’ dari hal yang dicari :

1.1. Analisa / reduksi struktural :

- Dari keseluruhan kompleks ke bagian yang sederhana;

- Dari fakta-fakta atau gejala ke hakekat atau syarat-syarat; ini

kerap sama dengan :

1.2. Induksi :

- Dari yang singular ke universal;

- Dari yang khusus atau berdetail ke yang umum;

1.3. Regresi : dari akibat ke sebab;

- Entah retrospektif : dari ‘sekarang’ ke ‘dahulu’;

- Entah dari penglihatan masa depan ke ‘sekarang’;

Metode apriori (kerap disebut “spekulatif”) : hal yang menjadi titik-

tolak, menurut ‘adanya’ mendahului hal yang dicari :

1.4. Sintesa / produksi struktural :

- Dari bagian yang sederhana ke keseluruhan kompleks;

- Dari hakekat atau syarat-syarat ke fakta-fakta atau gejala; ini

kerap sama dengan :

Page 12: Metodelogi Ilmu

1.5. Deduksi :

- Dari yang universal ke yang singular;

- Dari yang umum ke yang khusus atau mendetail;

1.6. Progresi : dari sebab ke akibat

- Entah evolutif : dari ‘dahulu’ ke ‘sekarang’;

- Entah prospektif : dari ‘sekarang’ ke ‘masa depan’.

Segala unsur tersebut dalam nomor 04.2 ini tidak dapat lepas satu sama

lain. Mereka merupakan satu keutuhan yang kait-mengait dan saling

menentukan sebagai bagian-bagian dalam satu struktur. Unsur-unsur tersebut

semua bersana ditemukan dalam segala gaya berpikir dan pada segala taraf

pengetahuan. Mereka merupakan unsur-unsur hakiki, dan satu pun tidak dapat

ditinggalkan. Maka tidak mengherankan bahwa unsur-unsur itu juga diuraikan

dalam metodologi impiris dan dalam logika. Tetapi akhirnya justru filsafat (ilmu)

pengetahuan harus memberikan penilaian definitif, dan menentukan kedudukan

tepat bagi unsur-unsur itu dalam struktur pengertian manusia (Bdk. Klaus-Bühr,

Philosophisches Wörterbuch, hlm. 352).

F. METODE_METODE IMIAH KHUSUS

Masing-masing ilmu pengetahuan mempunyai merode (dan logika)

tersendiri. Sebaiknya metode demikian langsung disebut : metode ilmu pasti,

metode ilmu alam, metode sosiologi, metode filsafat, dan sebagainya.

Dengan demikian dicegah banyak dalah paham.

Di dalam semua metode ilmiah khusus ini diterapkan semua unsur

metodis umum yang tersebut nomor 04.2. Namun sesuai dengan sifat ilmu

tertentu (menurut obyek formal), unsur-unsur itu semua bersama mendapat

arti dan sifat lain dan lain. Dan dalam rangka metode ilmiah khusus juga

menjadi mungin unsur-unsur tertentu mendapat tekanan dan kedudukan

yang berbeda. Misalnya induksi mempunyai arti dan fungsi lain dalam ilmu

Page 13: Metodelogi Ilmu

pasti, dalam ilmu alam, ilmu mendidik, atau dalam filsafat. Begitu juga halnya

dengan analogi, contoh, dan sebagainya.

Dalam rangka mata kuliah ini tidak akan diuraikan metode-metode

ilmiah khusus semua. Pemahaman itu harus dicari pada sumber lain. Hanya

akan dihadapi pertanyaan mengenai metode khusus yang berlaku bagi

filsafat.

1. Metode Filsafat

Filsafat juga memiliki metodenya sendiri. Namun, pada bidang filsafat

paling sulit bicara mengenai satu metode filosofis; sebab nyatanya ada

aneka-ragam metode, seperti pula ada banyak macam filsafat. Namun

metode filsafat tetap mengikuti hakekat umum, seperti telah disebut

beberapa unsurnya.

2. Metode dan Obyek Filsafat

Pada bidang filsafat pun metode dan obyek formal tidak dapat

dipisahka. Seperti masing-masing filsafat menentukan obyek formal filsafat

menurut pemahamannya sendiri-sendiri, begitu juga mereka masing-masing

mempunyai metodenya dan logikanya sendiri, sesuai dengan obyek formal

itu dan uraian teorinya. Teranglahperbedaan misalnya antara realisme

Aristoteles, idealisme, positivisme,materialisme, eksistensialisme.

Metode ini dikembangkan bersama dengan meulasnya pemahaman

akan kenyataan (obyek), sambil jalan. Filsafat tidak menerima kewibawaan di

luar filsafat yang mau membahasnya. Begitu juga ia tidak menerima

kompetensi lahiriah untuk menilai metodenya. Filsafat sendiri bicara

mengenai metodenya sendiri, menurut metodenya sendiri. Metode itu

dijelaskan, dipertanggungjawabkan, dibelanya; dan kemudian diperkuatnya

justru oleh pandangannya megenai manusia dan dunia. itu terutama terjadi

dalam filsafat (ilmu) pengetahuan. Metode itu seusai pula dengan

pemahamannya mengenai filsafat, dan mengenai relasi filsafat dengan ilmu-

Page 14: Metodelogi Ilmu

ilmu khusus lainnya. Masing-masing filsafat mengajukan “claims of discovery

of the correct method” (Edwards (ed.), The Encyclopedia of Philosophy, 6-

218). Mereka berpandangan bahwa hanya ada satu cara tepat untuk

berfilsafat itu.

Dari lain pihak kerap ada perbedaan menyolok antara apa yang benar-

benar dikerjakan seorang filsuf, dan tuntunan metodologinya (Edwards (ed.),

The Encyclopedia of Philosophy, 6-218). Misalnya : keragu-raguan

Descrates itu bukan universal, argumentasi Hume bukan bersifat

eksperimental; Tractus karya Wittgenstein sebagian besar tidak berupa

uncovering of nonsense.

3. Pemakaian Metode-metode ilmiah UmumMasing-masing metode filsafat juga dengan sendirinya memakai dan

menghayati unsur-unsur metodis umum seperti berlaku bagi semua

pengertian manusiawi (04.2): penerapan, rasio, induksi, deduksi, dan

sebagainya : Namun setiap filsafat menerapkannya menurut gayanya sendiri.

Kadang-kadang cara dan tekanan khusus itu nampak dalam nama aliran

filsafat (segi subyektif); rasionalisme, pragmatisme, fenomenologi,

positivisme, empirisme. Namun, lebih kerap nama aliran menekankan

pengarahan obyekformal (segi obyektif) : realisme, idealisme, materialisme,

monisme, essensialisme, vitalisme. Tetapi bagaimanapun mereka pula harus

mmeberi arti dan fungsi kepada semnua unsur metodis umum itu.

4. Metode Filsafat yang KhasSoal paling pokok yang harus dihadapi akhirnya ialah : kekhasan

metode filsafat. Tetapi itu pula soal yang paling sulit dijawab. Rupanya tidak

ada metode filsafat umum. Masing-masing filsafat memajukan haknya bahwa

dialah mempunyai metode umum yang dimaksudkan itu, dan menolak metode

filsafat lain.

Maka dalam usahanya untuk menggambarkan metode filsafat umum,

banyak ahli metodologi lari kembali ke unsur-unsur metodis umum saja,

Page 15: Metodelogi Ilmu

dengan berkata misalnya bahwa bagi filsafat berlakulah metode induktif-

deduktif. Namun itu belum cukup. Kemudian, untuk menjelaskan kekhususan

filsafat dibandingkan dengan ilmu-ilmu khusus lainnya, mereka terpaksa pula

menyinggung soal apakah filsafat itu, dan apakah obyek formalnya. Memang,

mengenai arti filsafat dan obyek formalnya ada pula beberapa hal umum yang

dapat dikatakan; dicari hakekat kenyataan yang sedalam-dalamnya. Tetapi

setiap spesifikasi membaharui perselisihan.

Metode filsafat umum tidak dapat ditemukan dengan menyaring semua

metode filsafat saja, dan menyuling darinya sesuatu yang murni. Penentuan

metode filsafat ialah usaha filosofis, yang melibatkan pula pemahaman tentang

filsafat dan tentang obyek formalnya. Menyangkut filsafat (ilmu) pengetahuan,

dan filsafat sistematik seluruhnya. Maka selalu berupa pilihan filosofis.

5. Metode-metode Filsafat KonkritSepanjang sejarah filsafat telah dikembangkan sejumlah metode-

metode filsafat yang berbeda dengan cukup jelas. Yang paling penting dapat

disusun menurut garis historis sebagai berikut, (bdk. Runes, Dictionary of

Philosophy, hlm. 196-197) :

1) Metode kritis : Sokrates, Plato.Bersifat analisa istilah dan pendapat. Merupakan hermeneutika, yang

menjelaskan kayakinan, dan memperlihatkan pertentangan. Dengan jalan

bertanya (berdialog), membedakan, membersihkan, menyisihkan dan

menolak, akhirnya ditemukan hakekat.

2) Metode intuitif : Plotinos, Bergson.Dengan jalan instrospeksi intuitif, dan dengan pemakaian simbol-simbol

diusahakan pembersihan intelektual (bersama dengan persucian moral),

sehingga tercapai suatu penerangan pikiran. Bergson: dengan jalan

pembauran antara kesadaran dan proses perubahan, tercapai pemahaman

langusng mengenai kenyataan.

3) Metode skolastik : Aristoteles, Tomas Aquinas, filsafat abad pertengahan.

Page 16: Metodelogi Ilmu

Bersifat sintesis-deduktif. Dengan bertitik-tolak dari definisi-definisi atau

prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya, ditarik kesimpulan-kesimpulan.

4) Metode matematis : Descrates dan pengikutnya.

Melalui analisa menggenai hal-hal kompleks, dicapai intuisi akan hakekat-

hakekat ‘sederhana’ (ide terang dan berbeda dari yang lain); dari hakekat-

hakekat itu dideduksikan secara matematis segala pengertian lainnya.

5) Metode empiris : Hobbes, Locke, Berkeley, Hume.Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar; maka semua

pengertian (ide-ide) dalam introspeksi dibandingkan dengan cerapan-

cerapan (impressi) dan kemudian disusun bersama secara geometris.

6) Metode transendental : Kant, neo-skolastik.Bertitik-tolak dari tepatnya pengertian tertentu, dengan jalan analisa diselidiki

syarat-syarat apriori bagi pengertian sedemikian.

7) Metode dialektis : Hegel, Marx.Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri, menurut triade

tesis, antitesis, sintesis dicapai hakekat kenyataan.

8) Metode fenomenologis : Husserl, eksistensialisme.Dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction), refleksi, atas

fenonim dalam kesadaranmencapai penglihatan hakekat-hakekat murni.

9) Metode neo-positivistis.

Kenyataan dipahami menurut hakekatnya dengan jalan mempergunakan

aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).

10) Metode analitika bahasa : Wittgenstein.Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau

tidaknya ucapan-ucapan filosofis.

Page 17: Metodelogi Ilmu

G. UNSUR-UNSUR METODOLOGI

Unsur-unsur metodologi sebagaimana telah dirumuskan oleh Bakker

dan Zubair (dalam Sudarto, 1997) antara lain dijelaskan sebagai berikut :

1. InterpretasiInterpretasi artinya yaitu menafsirkan atau membuat tafsiran, tetapi

yang tidak bersifat subjektif (menurut selera orang yang menafsirkan), tetapi

harus bertumpu pada evidensi objektif, untuk mencapai kebenaran yang

autentik. Penafsirkan dengan tidak secara subjektif bukan berarti kegiatan

interprestasi ini dikerjakan sesuka karangan sang peneliti, akan tetapi tetap

harus bertumpu pada kenyataan yang telah diamati. Kenyataan itu bisa

berupa fakta. Dan fakta ini bisa berupa data (kenyataan-kenyataan yang

sudah tercatat), atau gejala (sesuatu yang nampak sebagai tanda adanya

peristiwa atau kejadian). Namun, dalam filsafat yang si peneliti berhadapan

langsung dengan manusia hidup atau dalam bahasa lain lebih dekat dengan

ilmu sosial dan human. Maka suatu fakta dapat dibedakan menjadi dua yang

pertama secara fisik (kulit, badan, kepala, mata), dan secara ekspresi

manusia (bahasa, tingkah laku, tarian). Hal itulah yang dimaksudkan harus

bertumpu pada evidensi objektif, dan mencapai kebenaran otentik. Dengan

interpretasi ini diharapkan manusia dapat memperoleh pengertian,

pemahaman atau Verstehen. Pada dasarnya interpretasi berarti tercapainya

pemahaman yang benar mengenai ekspresi manusiawi yang dipelajari.

2. Induksi dan DeduksiInduksi (dari khusus ke umum) pada dasarnya

disebut generalisasi. Ilmu eksakta mengumpulkan data-data dalam jumlah

tertentu, dan atas dasar itu menyusun suatu ucapan umum. Dalam penelitian

ilmu sosial ilmu ini sering disebut dengan Humanistik atau Humaniora. Kasus

manusia yang konkret dan individual dalam jumlah terbatas, di analisis dan

pemahaman yang di temukan di dalamnya di rumuskan secara umum.

Ucapan umum maksudnya adalah pemahaman yang sudah dirumuskan

yang didapat dari hasil meneliti.

Page 18: Metodelogi Ilmu

Deduksi (dari umum ke mkhusus), setelah pengertian secara umum

telah didapati maka, dibuatlah eksplitasi dan penerapan lebih khusus. Dari

pemahaman yang masih bersifat general tadi (transendental), mungkin dapat

dibuat deduksi mengenai segi sifat-sifatnya yang lebih khusus

3. Koherensi InternKoharensi yaitu usaha untuk memahami secara benar guna

memperoleh hakikat dengan menunjukkan semua unsur struktural dilihat

dalam suatu struktur yang konsisten, sehingga benar-benar merupakan

internal structure atau internal relation. Misalnya mengenai hakikat manusia

baru muncul pemahaman, kalau dilihat hubungan antara kebebasan, nafsu,

dan pengaruh lingkungan khususnya orang lain

4. HolistisHolistis merupakan tinjauan secara lebih dalam untuk mencapai

kebenaran secara utuh, dimana objek dilihat dari interaksi dengan seluruh

kenyataannya. Holistik juga merupakan corak yang khas atau suatu

kelebihan dalam konsepsi filosofis. Identitas objek akan terlihat bila ada

korelasi dan komunikasi dengan lingkungannya. Misalnya, pada penulis

naskah berita, atau pelaku sejarah hidup dalam interaksi dengan zamannya

dan latar belakangnya. Ia selalu melakukan hubungan aksi-reaksi sesuai

dengan tematik zamannya

5. Kesinambungan HistorisJika ditinjau dari perkembangannya, manusia itu adalah makhluk

historis. Artinya mereka berkembang dalam pengalaman dan pikiran

bersama sesuai dengan zamannya. Dalam relasi dengan dunia mereka

berhak membentuk nasib atau nasiblah yang membentuk mereka.

Rangkaian kegiatan atau peristiwa dalam kehidupan manusia merupakan

sebuah proses yang saling berkesinambungan untuk menbentuk diri

manusia, dan itu merupakan mata rantai yang tidak akan terputus. Dengan

itulah harkat manusia yang unik dapat diselami.

Page 19: Metodelogi Ilmu

6. IdealisasiIdealisasi merupakan proses untuk membuat ideal, artinya upaya

dalam penelitian untuk memperoleh hasil yang ideal atau sempurna.

7. KomparasiKomparasi adalah suatu usaha membandingkan sifat hakiki dalam

objek penelitian untuk menentukan secara tegas kesamaan dan perbedaan

sesuatu sehingga hakikat objek bisa dipahami secara murni. Komparasi

dapat diadakan dengan objek lain yang sangat dekat dan serupa dengan

objek utama. Komparasi juga dapat diadakan dengan objek lain yang sangat

berbeda dan jauh dari objek utama. Dalam perbandingan itu dimaksimalkan

perbedaan-perbedaan yang berlaku untuk dua objek, namun sekaligus dapat

ditemukan beberapa persamaan yang mungkin sangat strategis.

8. HeuristikaHeuristika merupakan metode untuk menemukan jalan baru secara

ilmiah untuk memecahkan masalah. Heuristika benar-benar dapat mengatur

terjadinya pembaharuan ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat memberikan

kaidah yang mengacu.

9. AnalogikalAnalogikal merupakan filsafah meneliti arti, nilai dan maksud yang

diekspresikan dalam fakta dan data. Dengan demikian, akan dilihat analogi

antara situasi atau kasus yang lebih terbatas dengan yang lebih luas.

10. DeskripsiSeluruh hasil penelitian harus dapat dideskripsikan. Data yang

dieksplisitkan memungkinkan dapat dipahami secara mantap.

Page 20: Metodelogi Ilmu

DAFTAR PUSTAKA

Bakker, A. (1984). Metode-metode filsafat. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia

Rizal Mustansyir, M. Hum, dkk. (2004). Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sudarto. (1997). Metodologi penelitian filsafat. PT Raja Grafindo : Jakarta

Supartono, S. (2005). Filsafat ilmu pengetahuan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Surajiyo. (2008). Filsafat ilmu dan perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi

Aksara