METODE TAZKIYAH AL-NAFS SEBAGAI TERAPI BAGI PSIKOMATIK
Transcript of METODE TAZKIYAH AL-NAFS SEBAGAI TERAPI BAGI PSIKOMATIK
METODE TAZKIYAH AL-NAFS
SEBAGAI TERAPI BAGI PSIKOMATIK
Oleh :
ELIS JAZILAH
Nim : 995 2017 444
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia-Nya bagi penulis serta taufiq dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk gelar sarjana Strata I dengan judul
“Metode Tazkiyah Al-Nafs Sebagai Terapi Psikosomatik”. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw pembawa ajaran
kebenaran yang namanya telah ditulis dan dilukiskan dalam Al-Qur’an.
Skripsi sederhana ini penulis haturkan untuk Ayahanda dan Ibunda
tercinta bapak Zainal Abidien dan Ibunda Ny. Asih Nengsih. Karena hanya atas
doa, cinta kasih dan perjuangannyalah penulis dapat senantiasa belajar dan
meneruskan cita-cita.
Penulis menyadari betapapun kesungguhan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini tidak lepas dari tangan-tangan berjasa tanpa pamrih yang telah
memberikan bimbingan, bantuan dan doanya. Sehingga tak ada yang bisa
penulis berikan sebagai balas jasa selain ucapan rasa terima kasih yang tulus dan
ikhlas dari hati yang paling dalam kepada :
ii
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, M.A., selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, DR. Arief Subchan, MA., selaku Dekan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Dra. Rini Laily Prihatini, MSi selaku Ketua
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, dan Drs. Sugiharto M.A., selaku
Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
2. Drs. Daud Efendi A.M., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membantu berupa kritik dan pemikiran serta limpahan doa dalam
merampungkan penulisan skripsi ini.
3. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah, yang telah membimbing penulis dalam
perkuliahan terutama terimakasih kepada Bapak Drs. M. Chudri, MAg atas
saran dan kerelaannya meminjamkan buku-buku terbaiknya demi
kesempurnaan skripsi ini.
4. Kepada seluruh keluarga yang ada di Krendang Tengah-Tambora-Jakarta
Barat. Drs. H. Edi Suryadi dan Dra. Jumenah, yang dengan kesabaran
membimbing penulis dan memberikan keceriaan pada penulis dengan celoteh
Anneessa Iqlima Pratiwi, Anneessa Nurul Islam dan Muhammad Zihad
Trisakti. Terima kasih telah menjadi tempat bernaung selama penulis
menutut ilmu dan terima kasih atas nasehat-nasehat yang selalu terasa
menyejukkan kehidupan penulis.
iii
5. Teman dan sahabat-sahabat terbaikku di VG Lam Yuzard, Gade, Injung, Fitri
Heru, dan semua yang dengan seluruh pengertiannya telah memberikan
penulis kesan yang mendalam untuk sebuah proses, melebur-bermetamorfosa
bersama dalam kepompong persahabatan.
6. Sahabat-sahabat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang
Ciputat, para kader dan aktivis Komisariat Fakultas Dakwah, yang telah
mengajarkan banyak hal kepada penulis, terutama sahabat Alamsyah M,
Dja’far (Dirut majalah Syir’ah) dan Mbak Novie-nya, sahabat Mansur Al-
Farisi dan Bung Wahyu Indra Jaya, yang telah menanamkan ruh
pergerakannya kepada penulis, dan seluruh sahabat-sahabat anggota
pergerakan yang telah berproses bersama penulis untuk sebuah eksistensi,
terutama para senior dan para alumni yang telah menyediakan ruang kepada
penulis untuk berkreasi, Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, Dra. Rubiyanah, Drs.
Edi (Tjuk) Prasetyo dan Ny. Dra. Halimah, Bapak Mukhlas dan Istri, yang
selalu mendukung laju dan gerak penulis baik dalam dunia perkuliahan
maupun dalam wadah organisasi pergerakan, wejangan-wejangan dan
semangat yang ditanamkan teramat sangat membantu proses pendewasaan
penulis.
iv
Akhirnya kepada Allah jualah penulis bertawakkal atas segala yang telah
penulis lakukan. Semoga petunjuk dan pertolongan-Nya senantiasa tercurah
kepada kita semua. Amiin.
Terselesaikannya skripsi ini bukan merupakan hasil akhir yang sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca menjadi harapan penulis demi sebuah
proses kesempurnaan.
Jakarta, 16 Januari 2003
Penulis
Skripsi ini kupersembahkan teruntuk :
Ayahanda Zainal Abidien dan Ibunda Asih Nengsih
Suamiku tercinta H. Dunih Muthani S. Sos. I dan Anakku tersayang, sumber
inspirasi dan semangatku Abdan Shidqy Anduny.
v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………..
C. Metodologi Penelitian………………………………….
D. Sistematika Penulisan………………………………….
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TAZKIYAH AL-NAFS DAN
PSIKSOMATIK
A. Pengertian Tazkiyah Al-Nafs………………………….
B. Keutamaan Tazkiyah Al-Nafs…………………………
C. Pengertian Psikosomatik……………………………….
D. Ciri-ciri dan Bentuk Psikosomatik…………………….
E. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Penyakit
Psikosomatik…………………………………………..
BAB III METODE TAZKIYATUNNAFS SEBAGAI TERAPI
BAGI PSIKOSOMATIK
A. Tazkiyatunnafs Sebagai Terapi Dalam Islam……….
1. Terapi Preventif……………………………………
vi
2. Terapi Kuratif……………………………………..
B. Bentuk-Bentuk Tazkiyah Al-Nafs……………………
1. Aspek Moralitas…………………………………..
2. Aspek Spiritualitas………………………………..
C. Islam dan Terapi-Terapi Lain………………………..
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………
B. Saran-saran……………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan material yang dikonsumsi manusia dewasa ini ternyata tidak diikuti
dengan perkembangan nilai-nilai ruhiyah, bahkan disana-sini tampak kegersangan
pada jiwa manusia. Sebagai makhluk yang memiliki kesadaran, manusia menyadari
adanya problem yang menganggu kejiwaannya, oleh karena itu sejarah manusia juga
mencatat adanya upaya untuk mengatasi problem tersebut, upaya-upaya tersebut ada
yang bersifat mistik yang irrasional, dan ada juga yang bersifat rasional, konseptual
dan ilmiah.1
Secara alamiah manusia merindukan kehidupan yang tenang baik jasmani
maupun rohani, kesehatan yang bukan hanya menyangkut badan tetapi juga
kesehatan mental. Suatu kenyataan menunjukkan bahwa peradaban manusia yang
semakin maju berakibat pada makin kompleksnya gaya hidup manusia. Bersamaan
dengan pusatnya modernisasi kehidupan, manusia harus menghadapi persaingan yang
sangat ketat, pertarungan yang sangat tajam, suatu kondisi yang menimbulkan
kegalauan dan kegelisahan.
Diantara ciri kehidupan modern adalah berlangsungnya perubahan yang sangat
cepat dan datangnya tuntutan yang terlalu banyak serta segala sesuatu yang
____________ 1 Achmad Mubarok, Jiwa dalam Al-Quran, (Jakarta:Paramadina, 2000), Cet I h.13
2
terkesan serba sementara, tidak terjamin kepastiannya. Semua itu menyebabkan
manusia tidak mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan refleksi tentang
eksistensi diri, hingga manusia cenderung mudah letih jasmani dan letih mental.2
Dalam Islam (baca ; tasawuf) batin manusia, terdiri atas dua domain : Nafsani
(kejiwaan, psikis) dan ruhani (ruhaniah). Dalam domain nafsani (kejiwaan) terdapat
intelektual dan emosi, yang bias bermuatan positif dan juga negatif, itulah yang
diisyaratkan dalam firman Allah : “Demi nafs (jiwa) dan penyempurnaannya, maka
Allah mengilhamkan kepadanya kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya”. (QS. Al-syams / 91 : 7-10).
Wilayah nafsani ini banyak dipengaruhi oleh dunia fisik, karena dekatnya
dengan dunia fisik itu. Namun, dia juga mendapatkan pengaruh dari dunia ruhani,
karena merupakan stadium menuju dunia ruhani itu. Domain ruhani merupakan
bagian terdalam dari diri manusia yang didalamnya tersimpan fitrah dan qalbu. Fitrah
adalah watak kesucian primordial manusia yang cenderung kepada tauhid, kebenaran
dan kebaikan. Dengan demikian, warna dasar watak kemanusiaan adalah cenderung
kepada Agama dan kebaikan.
Bagi Islam, ruhani, kendati senantiasa menyuarakan kebenaran dan
menampilkan kebaikan, hal itu bias saja tertutup oleh suara-suara kebathilan.
Menurut kaum sufi, segenap perbuatan yang kita lakukan akan memberi kesan
____________ 2 Ibid
3
kepada hati. Ketika kita melakukan perbuatan buruk maka akibat perbuatan itu akan
menutupi Qalbu kita.3
Menurut kaum sufi, segenap perbuatan yang kita lakukan member kesan pada
hati. Ketika kita melakukan perbuatan jelek, maka akibat perbuatan itu akan
menutupi kalbu kita. “sebenarnya apa-apa
yang mereka lakukan itu menutup hati mereka”. (QS. Al-Muthaffifin:14).
Hati yang terlalu banyak mendengarkan hingar binger dunia material produk
peradaban modern akan membuatnya terlupa mendengarkan suara nuraninya sendiri.
Akibatnya orang terjerembab pada rasa cemas, ketakutan, kesepian. Dan bukan suatu
yang mustahil jika timbul berbagai kecemasan, kegelisahan dan konflik batin yang
timbul secara besar-besaran sehingga menimbulkan jangkit penyakit yang dinamakan
psikosomatik.4
Kata psikosomatik berasal dari kata psyche – jiwa dan soma – badan.5
Dalam ilmu
kedokteran yang dinamakan dengan istilah tersebut adalah untuk menjelaskan adanya
dua hubungan yang erat antara jiwa dan badan. “Jika jiwa berada dalam kondisi
yang tidak normal seperti susah, cemas, gelisah dan sebagainya, maka badan
turut menderita”. Dalam istilah lain seperti menurut Dadang Hawari, psikosomatik
yakni “penyakit atau keluhan pada satu atau beberapa organ dilatar belakangi oleh
stress.7
__________ 3 Yunasril Ali, “Tazkiyah Al-Nafs”, Jurnal Khas Tasawuf, Nomor 09 Tahun II, 2002, h. 19-20 4 Sardjana, “Korelasi Ilmu Kedokteran, Filsafat dan Agama”, Jawa Pos, 16 November 2002, h.4. 5 M. Noor HS, Himpunan Istilah Psikologi, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet IV, h.143. 6 Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Cet.1 h.138. 7Dadang Hawari, Al-quran : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1996)
cet.1 h.4.
4
Sedangkan menurut Dr. Achmad Mubarok MA.8 Dalam bukunya Psikologi
Qur‟ani menjelaskan bahwa psikosomatik adalah suatu jenis penyakit yang
disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dan sosial seseorang jika emosinya
menumpuk dan memuncak. Maka hal itu dapat menyebabkan kekacauan dan
kegoncangan dalam dirinya. Jika faktor-faktor yang menyebabkan memuncaknya
emosi itu secara berkepanjangan tidak dapat dijauhkan, maka ia dipaksa untuk selalu
menekan perasaannya. Maka perasaan tertekan, cemas, kesepian dan kebosanan yang
berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan fisiknya.
Jadi psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan antara fisik dan
mental, yang dalam bahasa Arab disebut Nafs jasadiyah atau nafs biolojiyah. Yang
sakit sebenarnya jiwanya tetapi kemudian menjelma dalam bentuk sakit fisik.
Penderita psikosomatik biasanya selalu mengeluh merasa tidak enak badan, jantung
berdebar-debar, merasa lemah dan tidak bisa kosentrasi. Wujud psikosomatik bisa
dalam bentuk syndrome, trauma, stress, ketergantungan pada obat
penenang/alkohol/narkotika atau berprilaku menyimpang.
Yahya Jaya pernah menjelaskan tentang gejala-gejala yang dialami penderita
psikosomatik yaitu gejala-gejalanya antara lain dapat dilihat dari segi perasaan,
fikiran, tingkah laku dan kesehatan badan. Dari segi perasaan gejalanya antara lain
menunjukkan rasa gelisah, iri dengki, sedih, risau, kecewa, putus asa, bimbang dan
marah. Dari segi fikiran dan kecerdasan gejala-gejalanya antara lain :
__________ 8 Achmad Mubarok, Psikologi Qur’ani, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), Cet.1 h.34
5
menunjukkan sifat lupa dan tidak mampu mengkonsentrasikan fikiran pada suatu
pekerjaan karena kemampuan menurun. Dari segi tingkah laku antara lain
menunjukkan kelakukan yang menyimpang dan tidak terpuji, seperti suka
mengganggu lingkungan, mengambil hak orang lain, menyakiti dan memfitnah
orang.9
Manusia diciptakan dalam satu sistem yang anggota-anggotanya berhubungan
satu dengan yang lain, dimana jika salah satunya mengalami gangguan maka
keseluruhan sistem juga akan terganggu. Karena itu kondisi kejiwaan seseorang dapat
mempengaruhi tubuhnya, atau dapat dikatakan perubahan emosi seseorang mampu
menambah atau mengurangi rasa sakit yang di deritanya.
Aspek kedua dari kehidupan kita adalah dunia fikiran atau kita sebut saja dunia emosi
dan mental. Fikiran tidak sepenuhnya terpisah dari tubuh, tetapi merupakan bagian
dari dan berhubungan erat dengan fungsi fisik. Suasana hati dan perasaan yang
berasal dari fikiran (emosi, seperti perasaan marah, khawatir dan bahagia)
seringkali berpengaruh terhadap tubuh. Apabila salah satu atau beberapa unsur itu
dialami maka tekanan darah dapat naik atau turun, keringat tubuh, air mata akan
keluar.10
Terutama emosi-emosi yang menyertai insting religiuslah yang memberikan
pengaruh baik atas jiwa tiap orang bahkan akan melenyapkan emosi-emosi yang
memberikan pengaruh buruk. Serta memurnikan emosi-emosi yang menyertai insting
__________ 9 Yahya Jaya, Spiritualisasi Islam dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental, (Jakarta:
Yayasan Pendidikan Islam Ruhama, 1994), Cet 1. H.81 10 Saykh Ghulam Moinuddin, Penyembuhan Cara Sufi, (Jakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2000), Cet ke-3. h.18
6
seperti keberanian, persahabatan, gotong royong dan tolong menolong. Emosi kikir,
misalnya akan lenyap jika emosi pengorbanan atau rela berkorban tumbuh. Sifat tidak
jujur atau korup, emosi malas, emosi mengejar kemaksiatan atau kenikmatan akan
lenyap oleh emosi suci. Emosi marah Bengal, dengki, cemburu akan hilang oleh
emosi sabar, hawa nafsu oleh suci, sombong oleh budi pekerti luhur.
Banyak penyakit yang karena emosi-emosi buruk itu yang tidak mungkin
dapat disembuhkan oleh obat. Penyakit inilah yang disebut dengan penyakit
psikosomatik. Krisis Ahlak pun mempunyai sebab-sebab dalam emosi tercela yang
sedang merajalela. Karena emosi itu merupakan kenyataan yang dapat disaksikan
dalam tubuh manusia dan dapat dibagi dalam emosi yang negatif dan positif dan
emosi yang positif dapat membantu melenyapkan atau menetralkan yang negatif dan
menjadi peserta dalam insting religious, dan akan menjadi bukti nyata bahwa Agama
itu Anasir yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jadi, Agama bukan obat bius
atau racun. Bahkan, sebaliknya Agama menjadi obat mujarab bagi penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh emosi negatif.11
Sebuah penelitian membuktikan bahwa ketenangan jiwa dapat meningkatkan
ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko serangan penyakit jantung dan
meningkatkan usia harapan. Sebaliknya jiwa yang merintih, meronta, gellisah dan
penuh kemunafikan, bukan damai tetapi gersang. Jika terus menerus dibiarkan dapat
terserang infeksi dan kanker.12
__________ 11 Sardjana, “Korelasi Ilmu Kedokteran, Filsafat dan Agama”, Jawa Pos, 16 November 2002. 12Moh. Sholeh, Tahajjud: Manfaat Praktis Ditinjau dari Ilmu Kedokteran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan FS
Himanda, 2001) Cet ke-1.
7
M. Utsman Najati dalam bukunya Al-Quran dan ilmu jiwa , untuk
menekankan pentingnya peranan Agama, mengutip pendapat William James, seorang
ahli psikologi dari Amerika dengan uraian sebagai berikut :
Tidak ragu lagi bahwa terapi yang terbaik bagi kesehatan jiwa adalah
keimanan kepada Tuhan. Keimanan kepada Tuhan adalah salah satu kekuatan
yang tidak boleh tidak terus dipenuhi oleh manusia untuk membimbing hidup
ini. Di antara Tuhan dan manusia terdapat ikatan yang tidak terputus, apabila
manusia menundukkan diri dibawah bimbingan-Nya, cita-cita dan
keinginannya akan tercapai. Manusia yang beriman kepada Allah akan
senantiasa terlindung dari keresahan, selalu terjaga keseimbangan dan selalu
siap untuk menghadapi segala malapetaka yang terjadi.13
Karena begitu penting peranan agama ini bagi diri seseorang, maka tak heran
bila seorang sejarawan Inggris, Arnold Toynbee menyatakan bahwa krisis yang
dialami oleh orang-orang Eropa pada zaman modern ini disebabkan oleh karena
kemiskinan spiritual, yang jalan untuk menyembuhkannya tidak lain kecuali pada
agama.14
Bahkan A.A. Brill, seorang psikoanalis berkata sebagai berikut : “Individu
yang benar-benar religious tidak akan pernah menderita sakit jiwa”.15
Agama yang sejak masa kesombongan ilmu pengetahuan, menjelma sebagai
positivism akibat diperolehnya hasil-hasil yang menyilaukan, mula-mula diejek,
kemudian diingkari, tapi sekarang diakui oleh ilmu psikosomatik sebagai anasir yang
sangat penting didalam kehidupan orang-orang yang ingin memperoleh
kebahagiaan.16
__________ 13 M. Utsman Najati, Al-quran dan Ilmu Jiwa, (Jakarta: Penerbit Pustaka, 1405 H-1985 M), Cet 1. H.287 14 Imam Musbikin, Rahasia Shalat: Bagi Penyembuhan Fisik dan Psikis, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003) Cet.1.
h.41-42. 15 M. Utsman Najati, Al-quran dan Ilmu Jiwa, op. cit. h.288 16 Sardjana, Korelasi Ilmu Kedokteran dan Agama, Op. Cit. h.5
8
Karena dengan agama dimungkinkan bagi seseorang untuk mengadakan perubahan
jiwanya, perbaikan dan pembaharuan. Adapun ilmu jiwa (psikologi) sekalipun dapat
memberikan pada jiwa, akan tetapi perubahan tersebut tidak secara mendasar
(substansi).
Terapi melalui pendekatan agama (tasawuf) sangat memungkinkan untuk
memberikan perubahan yang mendasar terhadap kejiwaan si penderita, dengan cara
mengeluarkan si penderita dari kegelapan menuju kea lam cahaya ke-Ilahian. Dan hal
ini hanya dapat dicapai melalui berbagai upaya pelatihan dan perjuangan
Tazkiyatunnafs.17
Belajar dari itu semua, dirasakan bahwa ajaran-ajaran esoterik Agama tentu
akan bermanfaat dalam memberikan terapi terhadap penyakit yang banyak menimpan
manusia modern ini. Dengan pendekatan metode penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs),
mengisi hati dan jiwa dengan emosi positif. Maka hati yang telah hampir saja sekarat
akan dapat disembuhkan.18
Untuk itu penulis tertarik membahasnya dalam bentuk
skripsi ini, yang berjudul “Metode Tazkiyah Al-Nafs Sebagai Terapi Bagi
Psikosomatik”. Pemilihan judul tersebut berlandaskan pada beberapa pertimbangan :
1. Terjadinya perubahan pola hidup masyarakat dari yang semula social religious
cenderung kearah pola kehidupan masyarakat materialistis dan konsumtif.
17 Amir An-najar, Ilmu Jiwa dalam Tasawuf, (Jakarta: Pustaka Azam, 2001), Cet.1 h.284
9
2. Kemajuan iptek yang diperoleh tidak menutup kemungkinan dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif dalam kehidupan manusia yang berlatar belakang stress,
seperti timbulnya berbagai penyakit modern yakni psikosomatik.
3. Jiwa yang tenang dan tentram merupakan impian setiap manusia yang
menginginkan kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat.
4. Gangguan-gangguan kejiwaan yang sering dan selalu mewarnai bahkan
menghantui kejiwaan manusia modern yang disebabkan oleh pengaruh-
pengaruh-pengaruh global, seperti : kecemasan, kesepian, kebosanan, perilaku
menyimpang dan psikosomatik, perlu diartikan solusi yang dapat mengatasi
kejiwaan-kejiwaan tersebut.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Karena sangat umumnya pembahasan dalam masalah ini, yang menyebabkan
ketidakjelasan dan besar kemungkinan ada hal-hal yang sebenarnya memerlukan
penjelasan secara mendetail terlewatkan, maka penulis membatasi permasalahan
tersebut hanya pada aspek-aspek terapi pada metode Tazkiyah Al-Nafs (penyucian
jiwa) sebagai upaya penyembuhan bagi psikosomatik.
Sejalan dengan pembahasan masalah di atas, maka penulis mengangkat
perumusan masalah dalam skripsi ini sebagai berikut : Bagaimanakah ajaran Islam
dalam metode Tazkiyah Al-Nafs (penyucian jiwa) sebagai suatu syifa dapat
mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan penyakit jiwa ?
10
Rumusan judul tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Bagaimanakah gambaran umum tentang psikosomatik ?
2. Bagaimanakah metode dan fungsi Tazkiyah Al-Nafs sebagai terapi dalam
penyembuhan psikosomatik ?
C. Metodologi Penelitian dan Pembahasan
Dalam skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan, metode
penelitiannya adalah bersifat deskriptif analitis yaitu memberi gambaran tentang
persoalan-persoalan dan cara menganalisanya. Sedangkan metode berfikir yang
penulis gunakan adalah sebagai berikut :
1. Deduktif, yaitu cara berfikir untuk memberi alasan yang bertitik tolak dari suatu
pernyataan yang bersifat umum kemudian menarik kesimpulan yang bersifat
khusus atau spesifik.
2. Komparatif, yaitu membandingkan hasil penelitian yang satu dengan yang lain
untuk mengambil suatu kesimpulan.
3. Pengambilan data, dalam proses pengambilan data ini yang dilakukan penulis
adalah dengan cara mempelajari atau mengkaji serta meneliti buku-buku yang
berkenaan dengan masalah yang akan dibahas, kemudian dilakukan penelaahan
serta pengkajian untuk mengungkapkan isi yang berasal pada data tersebut
sebagai bahan data pedoman penulisan ini.
11
D. Metode Penelitian
Dalam skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan,
metode penelitiannya adalah bersifat deskriptif analitis yaitu memberi gambaran
tentang persoalan dan cara menganalisanya. Sedangkan metode berfikir yang
penulis gunakan adalah metode deduktif, yaitu cara berfikir untuk memberi alasan
yang bertitik tolak dari suatu pernyataan yang bersifat umum kemudian menarik
kesimpulan yang bersifat spesifik.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengamilan data ini yang penulis lakukan adalah mempelajari atau
mengkaji serta meneliti buk-buku yang berkenaan dengan masalah yang akan di
bahas, kemudian dilakukan penelaahan serta pengkajian untuk mengungkapkan isi
yang berasal pada data tersebut sebagai bahan data pedoman pada penulisan ini.
F. Teknik dan Sistematika Penulisan
1. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk kepada teknik yang ada pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
diterbitkan atas kerjasama oleh CEQDA UIN Jakarta pada tahun 2007.
2. Sistematika Penyusunan
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyusun dengan sistematika sebagai
berikut :
12
BAB I Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan secara singkat tentang latar
belakang masalah, alasan pemilihan judul, pembatasan dan
perumusan masalah, metodologi penelitian dan sistematika
penelitian.
BAB II Tinjauan Umum tentang Tazkiyah Al-Nafs dan Psikosomatik, yang
terdiri dari pengertian, konsep-konsep dan tujuan tazkiyah al-nafs,
dan dibahas pula penjelasan mengenai tingkatan kualitas nafs.
pengertian psikosomatik, ciri-ciri dan bentuk psikosomatik, serta
factor-faktor yang menjadi penyebab psikosomatik.
BAB III Konsep Tazkiyah AL-Nafs sebagai terapi psikosomatik, dalam bab ini
penulis membahas mengenai metode-metode penyucian jiwa untuk
penyembuhan psikosomatik, dengan terlebih dahulu menjelaskan
tentang metode tazkiyatunnafs sebagai terapi dalam Islam yang
mempunyai dua sifat, yaitu preventif dan kuratif. Kemudian
menjelaskan bentuk-bentuk tazkiyah al-nafs yang dibagi dalam dua
aspek. Yaitu aspek etika/moral dan aspek ibadah spiritual. Dan yang
terakhir dijelaskan mengenai terapi-terapi lain untuk penyembuhan
psikosomatik, dengan mengemukakan pendapat para filosof muslim
mengenai usaha penyucian jiwa.
BAB IV Penutup, saran-saran dan daftar pustaka.
13
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG TAZKIYATUNNAFS DAN PSIKOSOMATIK
A. Pengertian Tazkiyatunnafs
Di dalam al-Quran term zakiyah disebut sebanyak 25 kali dalam berbagai
bentuk, 2 kali dalam bentuk isian sebagai sifat dan
(lihat surat Al-Kahf/18:74 dan Maryam/19:19), empat kali dalam bentuk af‟al tafdhil
(QS Al-Baqarah/232, annur/20-30, dan al-Kahf/190, dua belas kali dalam
bentuk kata kerja (as-Syams/9, an-Najm/32), satu kali dalam bentuk
kata kerja empat kali dalam bentuk kata kerja dua kali
dalam bentuk kata disamping 32 kali dalam bentuk kata .1
14
Menurut Isfahani, kalimat pada dasarnya mengandung arti tumbuh
karena berkah dari tuhan, seperti yang terkandung dalam arti zakat, jika dihubungkan
dengan makanan mengandung halal, tetapi jika dihubungkan dengan nafs maka
didalamnya terkandung sifat-sifat terpuji.2 Dan dalam kalimat tazkiyah berasal dari
kalimat yang berarti berkembangan, tumbuh dan bertambah, tetapi
yang bermakna yang suci tidak berdosa berasal dari kalimat .3 sedangkan term
nafs dalam Bahasa Arab, selain bermakna jiwa juga mempunyai banyak makna yang
lain, seperti ruh, darah, jasad, semangat, manusia, hasrat, kehendak, kebesaran,
kebanggaan serta tingkahlaku.4
1Achmad Mubarok, Jiwa Dalam Al-Quran, (Jakarta : Paramadina, 2000) Cet. 1 h.62 2Al-Raghib al-Isfahani, Mu’jam Mufrsdat Al-Fazh Al-Qur’an (Beirut : Daruul-Fikr,tth) h.218 3Munawwir, al-Munawwir : Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1997), Cet.IV.,h.578. 4Ibid., h.1444
Nafs secara lateral/harfiah, berarti “esensi”, dan “esensi sesuatu” disebut
“jiwa” sesuatu, atau “realitas” (haqiqahnya). Dalam terminology Aristotelian, nafs
berarti jiwa, entah jiwa itu bersifat material, misalnya saja jiwa nabati dan jiwa
hewani, atau bersifat abstrak, misalnya saja jiwa benda-benda samawi dan jiwa-jiwa
rasional manusia. Dalam terminology etika, nafs berarti khayalan dan angan-angan
palsu dari ego manusia yang terpisah dan independen, kata ini juga berate jiwa
jasmani dan hawa nafsu berbagai hasrat dan keinginan.5
Dalam filsafat, pengertian nafs (jiwa) diklasifikasikan dengan bermacam teori,
antara lain :
13
15
1. Teori yang memandang bahwa jiwa itu merupakan substansi yang berjenis
khusus, yang dilawankan dengan substansi materi, sehingga manusia dipandang
memiliki jiwa dan raga.
2. Teori yang memandang bahwa jiwa itu merupakan suatu jenis kemampuan, yakni
semacam pelaku atau pengaruh dalam kegiatan-kegiatan.
3. Teori yang memandang jiwa semata-mata sebagai jenis proses yang tampak pada
organisme-organisme hidup.
4. Teori yang menyamakan pengertian jiwa dengan pengertian tingkah laku.6
____________________ 5Mill Valiudin, Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf, (Bandung:Pustaka Hidayah, 1996) Cet.1,h.46 6Louis O Katsoff, Elemen of Psilosofy, alih bahasa Soeyono Soemargono dengan judul pengantar filsafat
(Yogyakarta : Tiara Wicana, 1986), Cet.1.h.301.
Sementara itu, Dr.M. Quraish Shihab M.A.,7 menyatakan bahwa kata nafs
dalam al-Quran mempunyai beberapa makna, sekali diartikan sebagai totalitas
manusia, seperti antara lain maksud surat Al-Maidah ayat 32, pada kesempatan lain
beliau merujuk pada apa yang terdapat dalam diri manusia yang menghasilkan
tingkah laku, seperti maksud kandungan firman Allah :
“Sesungguhnya tidak akan mengubah keadaan suatu masyarakat, sehingga mereka
merubah apa yang terdapat dalam diri mereka”.8 (QS. Ar-Ra‟d : 11)
16
Dalam pandangan al-quran, nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna
untuk berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan
keburukan dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh al-Quran dianjurkan
untuk diberi perhatian lebih besar.
“Demi nafs serta penyempurnaan ciptaan Allah mengilhamkan kepadanya kefasikan
dan ketaqwaan”9 (Qs. Al-Syams : 7-8).
Mengilhamkan berarti member potensi agar manusia melalui nafs dapat
menangkap baik dan buruk, serta dapat mendorongnya untuk melakukan kebaikan
dan keburukan. Di sisi lain ditemukan pula isyarat bahwa nafs merupakan wadah,
Firman Allah dalam surat al-Ra‟ad (13) : 11 yang dikutip diatas, mengisyaratkan
______________________________ 7Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung : Mizan, 1970), Cet.VI, h.285. 8Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), h.370. 9Ibid., h.975
bahwa nafs menampung paling tidak gagasan dan kemaun. Suatu kaum tidak dapat
berubah keadaan lahiriahnya, sebelum mereka mengubah lebih dulu apa yang ada
dalam wadah nafsnya.10
Kata jiwa (nafs) tertulis di dalam al-Quran mulia pada 295 ayat. Berdasarkan
hasil studi Dr. Adnan terhadap al-Quran, yang kemudian beliau jelaskan dalam
bukunya yang berjudul Psikologi Qurani, ayat-ayat tersebut tampak menjelaskan
kepada kita bahwa kata nafs, dalam persfektif al-Quran, memiliki banyak
pengertian.11
17
Pertama kata nafs yang tertulis dalam beberapa ayat saja, yang berarti Zat
Allah atau sifat-Nya, sebagaimana firman-Nya berikut ini :
“Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku (nafsi) dan aku tidak mengetahui apa
yang ada pada diri engkau / (nafsika). Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui
perkara yang gaib-gaib”. (Qs. Al-Maidah : 116).
Kedua, diantara pengertian nafs menurut al-Quran adalah ruh, pengertian nafs
semacam ini telah tertulis di dalam satu ayat al-Quran berikut ini :
______________________ 10Ibid, h.288 11Adnan, Syarif, Psikologi Qurani, (Jakarta : Pustaka Hidayah, 2002), Cet.1, h.68
“Hai jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhoi-Nya. Maka kedalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam
surga-Ku” (Qs Al-Fajr : 27-30)
Ketiga, nafs sebagai makhluk yang memiliki eksistensi, sifat, dan karakteristik
khusus. Oleh karena itu, nafs dalam pengertian ini dapat mengalami kebinasaan
sebagaimana mahluk-mahluk yang lainnya. Allah SWT berfirman :
18
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”. (Qs Ali-Imran : 185)
“Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar”. (Qs al-Isra : 33)
Kemudian berdasarkan pada hadits Rasulullah Saw :
“Sesuatu yang tidak memiliki darah (annafs as-sailah) itu tidak akan mengotori air
jika ia mati di dalamnya. Sebaliknya, segala sesuatu yang memiliki darah (annafs
sailah), jika mati didalam bejana, akan mengotorinya”. (HR an-Nakhi)
Dalam hadits diatas Rasulullah Saw telah mengartikan an-nafs as-sailah itu
dengan darah. Kemudian di dalam berbagai kamus bahasa ditemukan bahwa salah
satu makna kata nafs adalah darah.12
Dan seorang filosof Yunani, Carel, semakin
menguatkan pengertian ini dengan mengatakan bahwa jiwa adalah darah, dengan satu
keyakinan, bahwa sifat yang paling khusus dari jiwa adalah perasaan, dan perasaan
tempat kembalinya itu adalah darah.13
_____________________________ 12Ibid., h. 89 13Amir an-Najar, Ilmu Jiwa Dalam Tasawuf, (Jakarta : Pustaka Azam, 2001), Cet.1 h.24.
Tentang makna tazkiyah al-nafs para mufassir mempunyai pandangan yang
berbeda-beda :
1. Tazkiyah dalam arti para Rasul mengajarkan kepada manusia, Sesuatu yang jika
dipatuhi, akan menyebabkan jiwa mereka tersucikan dengannya.
2. Tazkiyah dalam arti mensucikan manusia dari syirik, karena syirik itu dipandang
oleh al-Quran sebagai sesuatu yang bersifat najis.
3. Tazkiyah dalam arti mensucikan manusia dari syirik dan sifat tercela lainnya.
4. Tazkiyah dalam arti mensucikan manusia jiwa dari dosa.
19
5. Tazkiyah dalam arti mengangkat manusia dari martabat orang munafik ke
martabat orang mukhlisin.14
Menurut Said Hawwa kata tazkiyah secara harfiah memiliki dua makna, yaitu
tathir dan al-nami atau al-ishlah. Tazkiyah al-nafs dalam pengertian tathir berarti
menumbuhkan dan memperbaiki jiwa dengan sifat-sifat terpuji. Tazkiyah al-nafs
tidak akan diperoleh kecuali melalui tathir al-nafs sebelumnya. Kebalikan
tazkiyatunnafs ialah tadsiyah al-nafs, jika tazkiyah al-nafs mengangkat jiwa manusia
ke tingkat yang tinggi, sebaliknya Tadzkiyatunnafs menjatuhkan jiwa dan
merendahkannya.15
Pengertian kata Tazkiyah al-nafs dapat difahami dari ayat al-
Quran surat al-Syam ayat 7-10.
_________________________________ 14Imam Fakhr al-Razi, al-Tafsir al-Kabir, (Beirut : Dar Ihya‟ al-Turats al‟arabi, tth) Cet.III, Jilid IX, h.80. 15Sa‟id Hawwa, al-Mustakhlash Fi Tazkiyat al-Anfus, (Mesir : Dar al-Salam, 1984), h. 5.
“Dan jiwa serta penyempurnaannya/ciptaannya, maka Allah mengilhamkan kepada
jiwa itu jalan kefasihan dan ketakwaannya sesungguhnya beruntunglah orang yang
menyucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
Gagasan nafs zakiyyah dalam al-Quran adalah sebagai berikut :
1. Bahwa ada nafs yang suci secara fitri yakni suci secara mula kejadiannya, yaitu
nafs dari anak-anak yang belum mukallaf dan belum pernah melakukan perbuatan
dosa seperti yang disebut dalam surat al-kahfi ayat 74 dan surat maryam 19.
20
2. Bahwa nafs yang suci jika tidak diperiksa kesuciannya bias berubah menjadi kotor
seperti yang tersebut pada surat as-Syams 10.
3. Bahwa manusia bias melakukan usaha penyucian jiwa seperti yang tersebut dalam
surat an-Naziat 18, al-Fatir : 18 dan surat al-A‟la : 14.
4. Proses penyucian jiwa itu bias melalui usaha, yakni dengan mengeluarkan zakat
seperti yang tersebut dalam surat at-Taubah : 103, dan menjalankan pergaulan
hidup secara terhormat seperti yang diisyaratkan dalam surat an-Nur : 28 dan 30.
5. Penyucian nafs juga bisa dilakukan dengan proses pendidikan seperti yang
dilakukan para Nabi kepada umatnya. Hal ini ditegaskan al-Quran dalam surat al-
baqarah : 129, 151, surat Ali Imran 164 dan surat jum‟ah : 2.
6. Disamping melalui usaha dan pendidikan, penyucian jiwa juga bias karena
karunia-karunia dan rahmat Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki
oleh-Nya, seperti yang disebutkan dalam surat an-Nur 21 dan surat an-Nisa 49.
7. Perbuatan mensucikan jiwa (tazkiyat an nafs) merupakan perbuatan terpuji dan
dihargai Tuhan seperti yang disebutkan dalam surat Thaha 75-76, Q/91: 9,
Q/87:14 dan Q/92:18)
8. Bahwa perbuatan mengaku jiwanya telah suci itu merupakan hal yang tercela,
seperti yang tersurat dalam surat an-Najm/53:32 dan Q/4:49).16
9. Kemudian, al-Ghazali dalam kitabnya ihya‟ulumuddin, 17
mengartikan tazkiyah
al-nafs dengan tahkloyatunnafs atau mengosongkan diri dari akhak tercela, yang
terdapat dalam ruh muhlikat, sedangkan tahliyatunnafs (mengisinya dengan ahlak
21
terpuji) yang terdapat dalam ruh munjiyat dan dengan bebasnya jiwa ahlak tercela
dan penuh dengan akhlak terpuji, orang mudah mendekatkan diri kepada Allah.
B. Keutamaan Tazkiyatunnafs
Dalam Q.S. al-syams /91:9 dan Q.S. Al-a‟la/87:14, orang yang melakukan
tazkiyah al-nafs disebut sebagai orang yang beruntung atau bahagia, dan dalam surat
thaha/ 20_ 6 kepadanya diberikan pahala berupa derajat yang tinggi dan keabadian
sorgawi. 29
Seperti yang tersirat dalam surat as-Syams di atas, bahwa nafs itu
diciptakan oleh Tuhan secara sempurna, tetapi is harus tetap dijaga kesuciannya,
sebab ia bias rusak dikotori dengan perbuatan maksiat.
Salah satu tujuan diutusnya para Rasul dan Nabi adalah untuk menyucikan
jiwa umatnya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Jumuah ayat 2:
“Dialah yang mengutus kepda kaum yang buta huruf seorang rasul diantara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka
dan mengajarkan kepada kitab dan hikmat (sunnah)…”30
(QS. Al-Jumu’ah: 2)
Allah juga telah menjadikan kebahagiaan seorang hamba tergantung
kepada tazkiyah an-nafs, hal ini disebabkan di dalam al-Quran, suatu
keistimewaan yang tidak dimiliki hal lain
22
__________ 28 Rahmat Sarman, Pembangunan Rohani Solusi Tolak Krisis, dalam www.Google.com
29 Mubarok, Jiwa dalam al_quran, Lok. Cit., h.74
30 Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit. h.732
“Demi matahari dan cahayanya dipagi hari, dan bulan apabila mengiringinya,
dan siang apabila menampakannya dan malam apabila menutupinya dan langit
serta pembinanya dan bumi serta penghamparannya dan jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhami kepada jiwa itu (jalan)
kefasihan dan ketakwaan, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan
jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”31
(QS. As-
Syams: 1-10)
Para Rasul‟alaihimush shalatu wassalam diutus untuk mengingatkan kita kepada
ayat-ayat Allah, mengajarkan hidayah-Nya dan mensucikan jiwa dengan ajaran-
Nya. Ta‟lim, tadzkir dan tazkiyah termasuk misi terpenting para rasul.
Perhatikanlah kebenaran hal ini dalam do‟a Nabi Ibrahim untuk anak cucunya:
“Wahai Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka
yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat engkau dan mengajarkan
kepada mereka al-Kitab dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya
engkaulah yang Maha Perkasa lagi maha Bijaksana.”32
(al-Baqarah 129)
23
_________ 31 Ibid., h.697 32 Ibid., h.279
Perhatikanlah jawaban terhadap do‟a dan karunia atas umat ini dalam firman Allah :
“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan
ayat-ayat Kami kepadamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu apa yang
belum kamu ketahui.” 33
(al-Baqarah: 151)
Nabi Musa AS berkata kepada fir‟aun :
“Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri. Dan kamu akan kupimpin kejalan
tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya.”34
(annazi’at : 18-19)
Jelaslah bahwa tazkiyatunnafs termasuk misa para Rasul, sasaran orang-orang
yang bertaqwa dan menentukan keselamatan atau kecelakaan di sisi Allah Firman itu
berbunyi:
“Daud, kamu hendaknya mengkhawatirkan dan menakut-nakutkan sahabat-sahabatnya
dengan mengatakan bahwa hawa nafsu itu akan menelan dirinya karena hawa nafsu itu
selalu mengajak kalbumu, supaya tersesat dalam keduniawian, sehingga kalbumu
ditutupi olehnya dan tidak dapat ingat kepada-Ku.”35
24
____________ 33 Ibid., h.721 34 Ibid., h.634 35 Muhammad Syarif Sukandi, Terjamah Bulughul Marom, (Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1991), Cet.9, h.191
Nabi Isa pernah mengucapkan sabda berikut :
“Sangat berbahagia orang-orang yang dapat meninggalkan ajakan hawa
nafsunya, supaya kita gemar akan barang-barang yang kelihatan; karena mereka
mempunyai harapan akan turunya janji yang belum terwujud dan tidak dapat
disaksikan oleh mata.”36
Ayat Al-Quran berbunyi:
“Dan katakanlah (kepada Fir‟aim): “Adakah keinginan bagimu unruk
membersihkan diri (dari kesesatan)” Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuahnmu
agar supaya kamu takut kepada-Nya?” Dan adakah orang-orang yang takut
kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya” 37
(an-naziat: 40)
Nabi Muhammad SAW ketika menyambut sahabat-sahabatnya yang baru datang
dari peperangan bersabda :
“Kamu sekalian berbahagia benar-benar karena baru dating dari peperangan kecil,
kemudian maju ke peperangan besar, dengan demikian kamu menekan hawa
nafsumu sendiri. Tidak ada kemenangan yang lebih besar selain dari kemenangan
atas nafsu sendiri.” 38
Manusia adalah makhluk jasmani dan rohani dan karena itu wujud kepribadiannya
bukanlah kualitas-kualitas yang bersifat kejasmanian, melainkan lebih berbentuk kualitas
moral yang hidup dan dinamis. Hakekat proses penyucian jiwa adalah rentetan dan
25
____________
36 Ibid., h.972
37 Departemen Agama Republik Indonesia
38 Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Shahih Bukhari, (Beirut: Daarul Fikr), Jus.2. h.487
susunan dari tindakan-tindakan dan pengalaman-penglaman yang tidak pernah berhenti.
Maka yang ada dan terjadi hanyalah proses penyempurnaan diri, tempat manusia
mencoba dan berusaha membuat dirinya semakin sempurna. Ini keutamaan dari sebuah
metode tazkiyah al-nafs yang paling utama menurut penulis.
26
B. Pengertian Psikosomatik
Kata psikosomatik berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan soma yang
berarti tubuh. Ada pemikiran, manusia diciptakan oleh suatu sistem yang anggota-
anggotanya berhubungan satu dengan yang lain, dimana jika salah satunya mengalami
gangguan maka keseluruhan sistem juga akan terganggu pula. Karena itu kondisi
kejiwaan seseorang dapat mempengaruhi fungsi tubuhnya. Atau dapat dikatakan bahwa
perubahan emosi seseorang mampu menambah atau mengurangi rasa sakit yang
dideritanya.1
Penyakit psikosomatik ini merupakan kasus yang sering ditemui dalam kehidupan
sehari-hari dan merupakan tanda bahwa penderita tersebut memerlukan penanganan
seorang ahli (psikiater atau psikolog). Tetapi yang dapat dilakukan terhadap penderita
psikosomatik ini sangat bermacam-macam, tergantung dari beratnya gejala. Pada
umumnya, penderita diberikan obat-obatan yang tertentu dan menjalani terapi
psikoanalisis dan terapi tingkah laku.
Secara etimologis istilah psikosomatik berasal dari perkataan Yunani sama
artinya tubuh, sedangkan kata Somatic merupakan sifat yang artinya bersifat
jasmaniah dan psyche berarti jiwa. Jadi penyakit psikosomatik adalah penyakit
jasmani yang berasal dari kejiwaan.2
Banyak ragam pendapat mengenai pengertian psikosomatik secara
terminologis, dan masing-masing memiliki gaya khusus dalam mengartikannya
sesuai dengan kapasitas dan kadar keilmuan mereka. Pendapat tokoh-tokoh tersebut
antara lain CP Chaplin yang mengartikan psikosomatik dengan “satu penyakit yang
31
27
disebabkan oleh satu kombinasi dari faktor organis dan psikologis.3 Dalam hal ini
Frank J. Bruno mendefinisikan bahwa psikosomatik adalah penyakit yang diakibatkan
secara langsung atau tidak langsung oleh faktor-faktor psikologis seperti stress, masa
peralihan, variabel kepribadian dan konflik emosional.4
Definisi lainnya adalah “gangguan kesehatan jasmani yang ditimbulkan atau
diperburuk oleh gangguan emosional”.5 Arti lain psikosomatik yakni “gangguan fisik
akibat sebab-sebab emosional”, “hubungan fenomena psikologis, normal, abnormal
atau patologis dengan kondisi-kondisi dan variasi-variasi tubuh maupun somatis”.7
Zakiah Daradjat, seorang tokoh dalam ilmu Jiwa Agama mengartikan kata
psikosomatik dengan “penyakit pada badan yang disebabkan oleh mental”.8
Sedangkan dalam buku Patologi Sosial 3, psikosomatik diartikan dengan
“kondisi dimana konflik-konflik psikis atau psikologis dan kecemasan-kecemasan
menjadi sebab timbulnya bermacam-macam penyakit jasmaniah atau justru membuat
semakin parahnya suatu penyakit jasmaniah yang sudah ada”.9 Sebagaimana tokoh
yang lain, Jalaludin dan Ramayulis misalnya mengartikan psikosomatik itu
merupakan istilah kedokteran yang artinya “kejiwabadanan”, yang dimaksudkan
untuk menjelaskan adanya hubungan yang erat antara jiwa dan badan.10
Tokoh lain
yakni R.H. Su‟dan mengartikan psikosomatik dengan menggambarkan suatu
pengejawantahan gangguan jasmani dengan sebab rohani. Artinya ada gangguan fisik
ini karena adanya ketegangan emosional.11
Definisi lain juga dikemukakan oleh KH.
S.S. Djam‟an bahwa psikosomatik merupakan penyakit badan yang timbul dari
keluhan jiwa.12
Ahmad Syauqi Al Fanjari juga berpendapat bahwa psikosomatik
28
diartikan sebagai psychosomatic disease yakni penyakit organis (badan) yang
disebabkan pengaruh kejiwaan.13
Psikosomatik juga dapat diartikan “gangguan-
gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor psikologis”.14
Sedangkan dalam
Kamus besar Bahasa Indonesia psikosomatik adalah berhubungan dengan berbagai
gejala yang timbul karena fakta psikologis.15
Disamping istilah psikosomatik ada juga
yang menyebutnya dengan nafsiosomatik yaitu “gangguan nafsiah yang
mempengaruhi soma (tubuh)”.16
D.Ciri-Ciri dan Bentuk-Bentuk Psikosomatik
Psikosomatik sebagai suatu penyakit memiliki beberapa ciri yang
dapat dijadikan untuk mengidentifikasi penyakit tersebut. Diantara ciri-ciri
psikomatik sebagaimana diutarakan oleh A. Supratiknya adalah sebagai berikut :
1. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was dan keresahan yang bersifat
tak menentu.
_____________________
13Ahamd syauqi Al fanjari, Nilai Kesehatan Syariat Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), Cet. 1. H. 93
14 A. Supratiknya, Mengenal perilaku Abnormal, (Yogyakarta; Kanisius, 1995), Cet. 1. H.49
15 Tim penyusunan Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet.III, h.704)
16 Sukamto dan A. dardiri hasyim, Nafsiologi: Refleksi Analis tentang diri dan Tingkah Laku Manusia,
(Surabaya: Risalah Gusti, 1995), Cet.1, h.129
29
2. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan dan sering merasa tidak
mampu, minder, depresi, serba salah.
3. Sulit berkonsentrasi dalam mengambil keputusan, serba takut salah.
4. Rasa Tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap tegang-
lamban, bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang
secara tiba-tiba atau yang tak diharapkan dan selalu melakukan gerakan-
gerakan neurotic tertentu seperti mematahkan kuku jari, mendehem dan
sebagainya.
5. Sering mengeluh bahwa otonya tegang, khususnya pada leher dan sekitar
bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering buang air
kecil dan menderita gangguan tidur berupa imsonia dan mimpi buruk.
6. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah.
7. Sering berdebar-debar dan tekanan darahnya tinggi.
8. Sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar-debar tanpa sebab
yang jelas.
9. Sering mengalami anxiety attacks atau tiba-tiba lemas tanpa ada sebab
pemicunya yang jelas. Gejala-gejalanya dapat berupa berdebar-debar, sulit
bernafas, berkeringat, pingsan badan terasa dingin, terkencing-kencing atau
sakit perut.
Sementara itu menurut Yahya Jaya gejala-gejala atau ciri-ciri penderita
psikomatik adalah sebagai berikut :
30
Gejala-gejalanya antara lain dapat dilihat dari segi perasaan, fikiran, tingkah laku
dan kesehatan badan. Dari segi perasaan gejalanya antara lain menunjukan rasa
gelisah, iri, dengki, sedih, risau, kecewa, putus asa, bimbang dan rasa marah. Dari
segi fikiran dan kecerdasan menunjukan sifat lupa dan tidak mampu
mengkonsentrasikan fikiran kepada suatu pekerjaan karena kemampuan berpikir
menurun. Dari segi tingkah laku menunjukan kelakuan yang menyimpang dan
tidak terpuji seperti suka mengganggu lingkungan, mengambil milik orang lain
menyakiti dan memfitnah.18
Peranan faktor-faktor psikologis terhadap kesehatan fisik, sangat signifikan. Banyak
hal yang menandakan kaitan yang erat antara emosi dan kesehatan. Sebagai contoh,
bahwa stress yang ditimbulkan oleh berbagai sebab dapat berakibat negatif terhadap
kesehatan dengan cara menimbulkan penyakit tertentu atau memperburuk penyakit yang
sudah ada. Stress yang semula pertama ditampung oleh panca indera akan diteruskan ke
pusat emosi yang letaknya dalam tata syaraf pusat. Dari tata syaraf pusat ini stress akan
dialirkan ke organ tubuh lewat jalur tata syaraf otonom. Untuk itu maka susunan syaraf
mengadakan reaksi yang merupakan respon tubuh. Dalam keadaan menghadapi stress
atau tegangan jiwa ini. Sistem syaraf otonomi bereaksi. Jikalau yang bereaksi syaraf
simpatik maka yang terganggu jantung, tekanan darah semakin tinggi.
_______________ 18 Yahya Jaya, Spiritualisasi Islam dalam Menumbuhkembangkan kepribadian dan Kesehatan Mental,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1970), Cet.II, h. 23
Kalau syaraf para simpatik maka yang terangsang pencernaan. Dalam hal ini jelas
bahwa stress merupakan sesuatu yang dapat mengguncangkan keseimbangan antara
fungsi organ tubuh dengan fungsi mental. Bilamana stres berkepanjangan gangguan yang
semuka bersifat fungsional secara berangsur akan berubah menjadi kelainan organik.
31
Seiring dengan ciri-ciri tersebut maka ketika itu pula ia disebut penderita psikomatik.
Adapun bentuk-bentuk gangguan dari psikomatik amatlah banyak bentuknya, yang
masing-masing ahli mempunyai pendapat sendiri sesuai dengan
Pengalaman yang pernah mereka lakukan. Dalam hal ini Kartini Kartono mengemukan
pendapatnya bahwa “diantara gangguan psikosomatik yang paling penting ialah
hypertension (tekanan darah tinggi) dan Peptic Ulcer (penyakit lambung)” 19
Sebagai uraian adalah sebagai berikut :
1. Hypertension dan Effort Syndrom
Hypertention disebabkan oleh emosi-emosi yang sangat kuat yang
kemudian menjelma menjadi reaksi somatisme dalam langsung mengenai sistem
peredaran darah sehingga mempengaruhi kecepatan detak jantung dan tekanan
darah. Eksperimen-eksperimen yang ada menunjukkan bahwa ketakutan-
ketakutan dan kemarahan-kemarahan selalu cenderung untuk meninggikan
tekanan darah dan mempercepat detak jantung yang normal. Jika kejadian
ketegangan emosional disebabkan oleh ketakutan-ketakutan dan kemarahan ini
berlangsung dalam waktu lama, kronis sifatnya dan tidak bias diredusir,
__________________ 19 Kartini Kartono, Patologi Sosial I, (Jakarta: CV. Rajawali, 1981), Cet. V, h.332
pastilah akan menyebabkan penyakit hypertension. Hypertension merupakan
symptom fisiologis hasil dari ketakutan-ketakutan dan gangguan psikologis yang
tidak bias diformulasikan dengan jelas, juga tidak bisa dikompensasikan dan
diredusir kekuatannya.
32
Effort syndrome adalah rekasi somatisasi berupa sekelompok symptom, penyakit,
luka-luka atau kerusakan. Jelasnya merupakan gejala sebab pengeluaran sedikit
tenaga fisik saja sudah menyebabkan bertambah cepatnya detak jantung,
Disertai dengan berbagai kesulitan-kesulitan bernafas dan perasaan hendak
jatuh pingsan.
Symptom effort syndrome pada dasarnya disebabkan oleh perasaan-perasaan
ketakutan berbuat (melakukan aktifitas jasmani yang sering disertai dengan
perasaan-perasaan bersalah, berdosa dan penyesalan atau juga disertai rasa
ketakutan-ketakutan serta kecemasan yang dikombinasikan dengan agresifitas.
2. Peptic Ulcer (Penyakit Lambung)
Peptic Ulcer adalah borok bernanah atau etterenek zweer pada alat pencernaan
dan disebut pula sebagai maag zweer. Asal mulanya berupa peradangan yang
disebabkan termapau banyaknya asam lambung dalam usus 12 jari, sehingga terjadi
pengasaman dan penggerogotan terhadap usus-usus.
Terjadi Peptic Ulcer sebagaimana bekerjanya perut yang normal itu selalu
dibantu oleh sekresi-sekresi lender yang bisa menetralisir atau melawan
bekerjanya asam lambung. Jika bekerjanya lender itu terganggu disebabkan oleh
gangguan-gangguan emosi dan konflik-konflik batin, asam lambung menjadi
banyak dan konsentrasinya jadi terlalu kuat, sehingga merusak serta menimbulkan
luka-luka pada usus dan lambung yang kemudian menjadi borok-borok.
33
Diantara sebab-sebab Peptic Ulcer yakni :
a. Cara hidup atau cara makan yang tidak atau kurang teratur, biasanya
disertai dengan konflik-konflik internal.
b. Kostitusi organis yang lemah berupa lambung yang lemah terjadi infeksi,
pernah menderita suatu penyakit pada alat pencernaan dan lain-lain.
Sehingga usus dan lambung peka untuk menjadi sakit. Bagian-bagian yang
lemah ini kalah terhadap tekanan-tekanan dan ekses-ekses, serta
ketegangan emosional dan konflik batin.
c. Konflik-konflik batin serius yang berlangsung sangat lama dan terus
menerus diiringi oleh reaksi-reaksi emosional yang kuat tanpa memiliki
adjustmen yang positif. Akibatnya orang tidak mampu meredusire emosi-
emosi dan ketegangan-ketegangan batinnya sehingga perut lambung usus
12 jari dan perut besar menjadi teramat peka mendapatkan luka-luka oleh
terlalu banyaknya asam lambung.20
_______________ 20 Kartini Kartono, ibid, h.335
Diantara penderita penyakit Peptic Ulcer biasanya adalah pribadi yang sukses
dalam hidupnya, orang yang memiliki ambisi besar, orang yang bersifat agresif dan
orang yang suka bersikap bermusuhan, mereka itu lebih banyak dihinggapi konflik-
konflik emosional dan ketegangan-ketegangan yang serius daripada orang biasa. Hal
34
ini disebabkan oleh ambisinya yang meluap-luap, usaha aktifitasnya yang lebih besar,
kemauan dan keinginannya yang sangat keras sehingga berkonflik dengan orang-
orang yang ada disekelilingnya. Disamping itu orang-orang yang terlalu banyak
bergantung dan individu yang selalu berusaha menekan kebutuhan-kebutuhan
biologisnya secara tidak wajar sering mendapatkan penyakit peptic ulcer.
Sementara itu lebih lanjut A. Supratik menyatakan bahwa “ada beberapa
bentuk pola simpton psikosomatik klasik yaitu tukak lambung, anorexia nervosa,
Migraine, hypertensi, serangan jantung dan sebagainya.21
Untuk keterangan
lebih lanjut adalah sebagai berikut :
a. Tukak lambung, adalah luka dilambung. Symptom ini disebabkan oleh
keluarnya cairan asam secara berlebihan, sehingga menimbulkan luka pada
dinding lambung. Meningkatnya produksi asam lambung secara berlebihan
ini disebabkan dan kebencian. Akibatnya lambung melakukan pencernaan
terhadap dirinya sendiri dan timbulah luka.
________________ 21 A. Supratiknya, Op. Cit., h.50
b. Anorexia nervosa, adalah gangguan makan berupa tidak mau makan dan
selalu muntah setiap kali makan. Akibatnya badan penderita menjadi
sangat kurus dan dalam kasus ekstrem dapat mengakibatkan kematian
35
karena kelaparan atau karena kegagalan fungsi organ-organ vital tubuh
seperti jantung.
c. Migraine dan pusing karena tegang (tention headache) migraine adalah
gejala pusing kepala sangat nyeri yang menyerang penderita berulang-lang
secara periodik. Penyebabnya adalah pembesaran pembuluh darah dalam
otak akibat ketegangan emosi.22
“migraine disebut pula nyeri kepala
vaskuler, karena terjadi kelainan atau gangguan pada pembuluh uranoal
(kelainan sirkulasi)”.23
Faktor-faktor psikologis yang merupakan predisposisi terjadinya migraine,
antara lain kepribadian perfeksionistik dan kemarahan yang terpendam. Dalam hal
migraine tampaknya tidak hanya faktor psikologis sewperti konflik emosional yang
non-spesifik atau stress tetapi juga faktor familian atau genetic merupakan factor
predisposisi pula. Sedangkan pusing karena ketegangan, yakni stress atau ketegangan
emosi menyebabkan kontradiksi otot-otot di sekeliling tengkorak. Dampak dari
kontraksi otot ini menyebabkan kontraksi pembuluh darah leher dan kepala yang
berakibat ke semua.24
________________ 22 ibid 23 Dadang Hawari, Al-quran : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa,
1996), Cet.1, h.305 24 Ibid, h.306
1. Hipertensi
Penyakit ini dapat pula bermula dari perasaan stress yang melanda. Ketika
seseorang mengalami stress maka terjadilah penyempitan pembuluh darah,
36
akibatnya dalam jumlah yang besar darah dialirkan ke otot-otot tubuh, tangan dan
kaki sehingga bagian-bagian itu terasa tegang. Namun yang lain sering terjadi,
penyempitan pembuluh darah dan organ dalam tersebut mengakibatkan jantung
bekerja lebih cepat/keras, berdetak lebih cepat sehingga tekanan darah meningkat.
Bila stress tersebut berkepanjangan maka tekanan darah yang tinggi menjadi
kronis, sehingga timbulah hypertensi. Hypertensi ini dapat menimbulkan resiko
beberapa penyakit seperti gagal ginjal, kebutaan dan sejumlah penyakit fisik
lainnya.25
2. Asma
Asma adalah gangguan pernafasan (sulit bernafas) karena penyempitan jalan
pernafasan. Salah satu penyebab symptom ini adalah gangguan emosi. RH Su‟dan
dalam hal ini menyaTakan bahwa ketegangan dapat mengakibatkan gangguan faal
pada otot-otot dalam.28
Berbagai penyakit yang termasuk golongan psikomatik
adalah penyakit organ sepert jantung, alat pencernaan, alat pernafasan, tekanan
darah tinggi, kencing manis, eksim, kegemukan dan sebagainya.27
___________
25 A.Supratiknya, op. Cit.,h.51 26 Ibid 27 R.H. Su‟dan, O. Cit, h.96
Berdasarkan uraian diatas menunjukan bahwa penyakit jasmani yang disebabkan
oleh faktor psikis seseorang, memanglah banyak dan bias jadi seseorang dapat
menderita lebih dari satu macam penyakit jasmani lantaran gangguan psikologis
37
kendatipun berupa stress. Dalam hal ini betapa peranan emosi manusia sangat
vital bagi kelangsungan hidupnya.
E. Faktor-faktor yang Menyebabkan Timbulnya Penyakit Psikosomatik
Dalam penjelasan diatas telah dikatakan bahwa penyakit psikomatik adalah
penyakit jasmani yang disebabkan adanya gangguan yang bersifat psikis.
Timbulnya penyakit psikomatik ini tentunya disebabkan oleh beberapa factor,
dapat pula dikatakan bahwa penyebab umum gangguan psikomatik ini adalah
stress dengan urutan proses sebagai berikut : pertama, penderita emosi-emosi
negatif
Atau stress terhadap sebagai reaksi terhadap situasi-situasi yang menekan, kedua,
stress ini selanjutnya menyebabkan gangguan pada fungsi-fungsi tubuh tertentu,
akhirnya, gangguan pada fungsi-fungsi tersebut menimbulkan gangguan psikomatik,
yaitu gangguan fisik tertentu yang berakar dari ketegangan emosi.
Disamping factor yang bersifat umum tersebut, terdapat pula factor penyebab khusus,
sebagaimana yang diungkapkan A.Supratiknya berikut ini :
Beberapa penyebab khusus…adalah faktor genetik atau bawaan, artinya ada orang yang
karena pembawaan mudah terganggu psikomatik bila sedang terkena stress, kepedaan
khusus dari bagian-bagian tubuh tertentu yang disebut “kecenderungan reaksi primer”,
sehingga bila sedang mengalami stress ada orang yang mengeluh sakit perut (stomach
reactors), tekanan darah meningkat (pulse reactors) atau bersin-bersin (nose reactors).28
38
Sementara itu Sukamto dan A. Dardiri Hasyim mengutarakan bahwa timbulnya
penyakit psikomatik disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
a. stressor fisik: temperatur panas dingin (tidak stabil), rasa nyeri dan infeski; b.
stressor nafsanis emosi: rasa takut maupun sedih yang mendalam, rasa tertekan dan
cemas; c. stressor sosio kultural: kehilangan salah satu anggota keluarga (meninggal),
perubahan situasi pekerjaan, gagal sekolah, menghadapi ujian, konflik keluarga atau
kelompok, kesulitan financial dan peristiwa yang tidak diharapkan.29
Mengenai hal ini Tarmizi mengungkapkan bahwa penyakit psikosomatik (psychosomatic
disorder) atau nama yang lebih banyak dipakai dalam kedokteran psucho physiological
autonomic visoeral disorders, ini ditemukan keluhan-keluhan dan kelainan-kelainan
pada alat-alat tubuh misalnya jantung dan alat pernafasan atau mungkin pula kelainan
pada alat-alat perut, misalnya dalam lambung usus, alat kelamin dan lainnya. Kelainan
itu disebabkan oleh faktor-faktor emosional melalui syaraf-syaraf otonom. Hal ini lambat
laun dapat menimbulkan perubahan struktur anatomik yang tidak dapat pulih kembali.30
_______________ 28 A. Supratiknya, Op. Cit., h.53
29 Sukamto dan A. Dardiri Hasyim, loc. Cit 30 Tarmizi, Kesehatan Jiwa, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), Cet. 1,h.21
Disamping factor emosional yang dikemukakan diatas, banyak ditemukan
penyebab maraknya benih-benih psikosomatik yang muncul dari masalah sosial, tepatnya
karena kekosongan nilai. Kekosongan nilai pada manusia modern itu disebabkan karena
39
ia tidak lagi mengenali dirinya dalam konstalasi makhluk-khalik. Ia terpuruk hanya
terkutat dipojok makhluk, oleh karena itu dunianya menjadi sempit, langit menjadi
rendah.31
Beban psikis pada era modern seperti diatas, menyebabkan pola fikir manusia
modern dipengaruhi oleh berbagai beban, terutama beban kebutuhan hidup. Akibatnya
timbullah pembaharuan dalam cara pergaulan hidupnya, sehingga setiap orang terlepas
dari ikatan-ikatan social dan menjadi individualistis dan egoistis, akibatnya masing-
masing mereka tidak segan untuk saling menjatuhkan, menyengsarakan bahkan
memfitnah.
Inilah yang menyebabkan manusia gelisah, menimbulkan permusuhan, hasutan
dan sikap adu domba. Selain itu kondisi yang tidak stabilpun dapat mempengaruhi
ketentraman jiwa. Baik itu kondisi ekonomi, sosial maupun politik. Kondisi yang tidak
menentu seperti inilah yang menyebabkan hilangnya kebutuhan rasa aman dan
menimbulkan kegelisahan yang terus menerus karena membayangkan kemungkinan
yang terjadi akibat kondisi yang tidak stabil tersebut.32
__________________________
31 Acmad Mubarok, psikologi Qur‟ani, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), Cet.1, h.35 32 Yusak Burhanudin, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), Cet.1, h 102-104
40
BAB III
METODE TAZKIYATUNNAFS
SEBAGAI TERAPI BAGI PSIKOSOMATIK
A. Tazkiyatunnafs sebagai Terapi dalam Islam
Pada dasarnya, pengobatan terdiri dari dua bagian, yaitu pencegahan dan
penyembuhan, Islam sangat memperhatikan kedua prinsip ini dengan memadukan
manfaat keduanya dalam jasmani dan rohani, untuk memperoleh kesehatan tubuh dan
keselamatan jiwa.
Dalam hal ini sasaran Islam terutama adalah penyembuhan hati dan jiwa, serta
pencegahan penyakit dan penjagaan dari kerusakannya. Hal itu disebabkan karena
tidak akan bermanfaat memperbaiki badan tanpa memperbaiki hati dan jiwa, sebab
rusaknya bada sekalipun berbahaya akan menjadi ringan apabila hati masih dalam
keadaan baik.
Karena psikosomatik merupakan penyakit fisik yang disebabkan oleh faktor
kejiwaan dan social, maka salah satu terapinya adalah dengan cara berusaha
melepaskan nafs atau jiwa dari segala hal yang membebaninya. Sekiranya ditinjau
dari segi penyembuhan maka pendekatan keagamaan melalui metode Tazkiyatunnafs
memiliki 2 fungsi yang bersifat preventif dan kuratif.
1. Sifat Preventif
Bentuk penyembuhan yang bersifat preventif adalah bentuk pencegahan
dari timbulnya penyakit, termasuk didalamnya penyakit psikosomatik. Upaya
45
41
pencegahan tentunya lebih baik daripada pengobatan. Prevention is better than
cure, ini sudah diterima secara mutlak oleh ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
kedokteran pencegahan.1 Bentuk penyembuhan secara preventif dalam metode
tazkiyatunnafs terseirat dalam surat al-Imran (3) ayat 200:
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertaqwalah
kepada Allah, supaya kamu beruntung”.2
Perintah untuk menjaga bersabar dan bertakwa kepada Allah sebagaimana
terkadung dalam ayat tersebut diatas merupakan langkah preventif dari timbulnya
segala bentuk gangguan psikologis. Kesabaran dalam menghadapi cobaan adalah
kunci terciptanya kesehatan mental.
Aspek moralitas yang terkandung dalam metode tazkiyah al-nafs ini
bersifat preventif, karena sebagaimana telah dikemukakan pada uraian terdahulu,
bahwa emosi dan insting religious dapat memusnahkan benih-benih psikosomatik
yang disebabkan oleh adanya emosi yang berpengaruh buruk, seperti marah, iru,
dengki, kikir dan sombong, yang semaunya itu dapat diterapi dengan emosi
religious yang terdapat dalam aspek moralitas metode tazkiyah al-nafs.
___________ 1 Dadang Hawari, al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1997)
hal 70 2 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang CV. Toha Putra, 1989), h.111
42
3. Sifat Kuratif
Penyembuhan melalui pendekatan agama dengan terapi tazkiyatunnafs adalah
upaya pengobatan dan perawatan terhadap si penderita ketika sedang mengalami
gangguan/penyakit psikosomatik. Sebagaimana tersirat dalam ayat berikut :
“Dan (juga) orang-orang yang apabula melakukan perbuatan keji dan
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap
dosa-dosa, mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain
Allah ? dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji mereka itu, sedang mereka
mengetahuinya”.3 (QS Ali-Imran : 135)
Ungkapan yang tersirat pada ayat diatas adalah suatu petunjuk bagi manusia yang
ingin terbebas dari perasaan tertekan lantaran berbuat dosa. Mereka hendaknya
segera meminta ampun kepada Allah dan bertaubat untuk tidak melakukannya
untuk yang kedua kali. Anjuran untuk segara minta ampun adalah langkah kuratif
dari penyakit psikosomatik lantaran merasa tertekan setelah berbuat dosa.
B. Beberapa Metode Tazkiyatunnafs
Mensucikan jiwa adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan seorang
muslim, jiwa yang bersih akan menghasilkan perilaku yang bersih pula, karena
jiwalah yang menentukan suatu perbuatan itu baik atau buruk.
Tazkiyatunnafs secara singkat berarti membersihkan jiwa dari kemusyrikan
dan cabang-cabangnya, merealisasikan kesuciannya dengan tauhid dan cabang-
43
cabangnya. Dan menjadikan nama-nama Allah yang baik sebagai akhlaknya.
Disamping ubudiyah yang sempurna kepada Allah dengan membebaskan diri dari
pengakuan rububiyah.
Konsep tazkiyah al-nafs secara umum oleh al-ghazali didasarkan atas rub-rub
yang terdapat dalam kitab ihya’ Ulumuddin yaitu rub al-ibadat, al-adat, dan akhlak
yang terdiri dari akhlak al-muhlikal dan almunjiyat. Landasan ibadat, al-adat, dan
akhlak dalam arti terciptanya keserasian atau keharmonisan hubungan manusia
dengan Allah, dengan sesame manusia dan dengan dirinya sendiri. Jadi, konsep
tazkiyah al-nafs al-Ghazali pada garis besarnya tersusun dari dasar ibadat, al-adat dan
akhlak yang baik. Suatu proses tazkiyah hanya bias dicapai melalui berbagai ibadah
dan amal perbuatan tertentu, apabila dilaksanakan secara sempurna dan memadai,
maka pada saat itulah terealisir dalam hati sejumlah makna yang menjadikan jiwa
tersucikan dan memiliki sejumlah dampak dan hasil kepada seluruh anggota badan
seperti lisan, mata, telinga, dan yang lainnya.4
Banyak metode penyucian jiwa yang dapat kita ketahui di antara melalui
metode yang digunakan tarikat-tarikat yang ada di Indonesia seperti terikat
Naqsabandiyah, Qadariyah, Tijaniyah, dan lain sebagainya. Namun dalam
pembahasan ini, penulis membahas konsep penyucian jiwa yang bersumber pada
telaga keasliannya. Yaitu ayat-ayat-Nya yang mulia dan hadits-hadits rasulullah,
ditambah penjelasan dari para ulama spesialis masalah tazkiyah al-nafs, seperti Ibnu
Qayyim, Ibnu Rajab dan Abu Hamid al-Ghazali.
44
Untuk lebih memudahkan penyusunan metode-metode yang terdapat dalam
tazkiyah al-nafs, disini penulis membagi pembahasan ke dalam dua aspek terapi alam
tazkiyah al-nafs, pertama aspek etika dan moralitas, kemudian yang kedua yaitu
aspek spiritual, yaitu terapi melalui ibadah ritual, seperti shalat, zakat, haji, puasa,
tilawah al-Quran.
1. Terapi Melalui Aspek Etika dan Moralitas Dalam Tazkiyah Al-Nafs
a. Niat
Niat adalah yang paling essensial dalam melakukan suatu perbuatan,
khususnya dalam hal ini adalah memberikan bantuan dan pertolongan kepada
individu-individu yang sangat membutuhkannya, hendaknya semata mengarap
ridha, cinta dan perjumpaan wajah-Nya, bukan karena selain itu, karena niat
itu disamping sebagai perbuatan professional juga sebagai ibadah. Dari firman
Allah SWT.5
Niat merupakan hakikat yang mempunyai dua wajah, dimana yang
pertama terkait dengan motivasi seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan suatu perbuatan, kedua adalah terkait dengan tujuan dari amal
perbuatan yang dilakukan, dimana ia melakukannya dengan maksud tertentu.
Motivasi adakalanya datang dari dalam batin manusia itu sendiri dan itu
bersifat dzali, atau yang berasal dari luar yaitu dari urf dan kondisi sosialnya.
45
b. Taubat
Pengakuan seorang mukmin akan dosanya, permohonan ampunannya
kepada Allah, dan taubatnya kepada-Nya otomatis akan menyirnakan fikiran
dosa dari benaknya dan menyirnakan sebab-sebab yang menjadi sumber
penyakit jiwa.6 Indikasi keberhasilan awal dari pertaubatan biasanya adalah
munculnya rasa ketenangan dan kedamaian dalam jiwa; hati merasa terasa
halus dan lembut, sehingga sangat peka, wajah dan kulit tampak mulai cerah
dan bersih, jiwa dan rohani mulai merasakan dahaga dan lapar terhadap
makanan dan minuman rohani. Maka pada kondisi seperti inilah seseorang
dapat mengembangkan tazkiyah nafsiyahnya dengan “tahalli”, yaitu mengisi
diri dengan ketenangan-ketenangan dan akhlak yang terpuji.7 Taubat
merupakan slah satu kunci dalam pengobatan jiwa, bahkan dapat dikatakan
sebagai media pengobatan yang paling penting dalam rangka menyucikan jiwa
dan hati.8
c. Ikhlas
Secara teminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal
semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT.9 Amalan ibadah yang dilakukan
dengan tidak ikhlas akan menjadi bebas dan menimbulkan kecemasan ataupun
kekecewaan. Kekecewaan akan meningkatkan fungsi kortisol diatas ambang
normal akan menyebabkan tidak terbentuknya respon imunitas baik seluler
maupun humoral. Tidak terbentuknya imunitas ini akan menyebabkan individu
46
rentan terkena penyakit infeksi. Demikian persis seperti pesan Al-Qur‟an, agar
segala ibadah harus dijalankan secara ikhlas (QS. Yunus : 22). Sebab dampak
dari ibadah yang tidak ikhlas itu dari segi medis bukan hanya hampa makna,
melainkan juga mendatangkan penyakit.
Ibadah yang tidak ikhlas bisa diperumpamakan dengan suatu hubungan
komunikasi yang tidak efektif. Beberapa waktu yang lalu American
Psychological Association mengumumkan hasil penelitian tentang hubungan
(komunikasi) pada beberapa pasangan hidup. Dari penelitian itu ditemukan
bahwa hubungan yang buruk dengan pasangan hidupnya, terutama dalam hal
komunikasi verbal, dapat mengurangi performa system kekebalan tubuh dan
meningkatkan resiko terkena penyakit jantung. Selain itu, komunikasi verbal
yang buruk sebagaimana shalat yang dilakukan dengan tidak iklahs akan
menyebabkan produksi hormone stress yang bernama kortisol meningkat.10
d. Sabar
Sabar merupakan sisi yang penting dalam memperbaiki kendala
kejiwaan, dan sabar pada hakikatnya merupakan sikap berani dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan, kesulitan ini adakalanya merupakan hal yang
bersifat akal maupun mental.11
Dalam usaha problem solving menyangkut
berbagai urusan kehidupan, sabar merupakan kekuatan yang sangat besar dan
efektif.12
47
Salah satu tujuan dari terapi jiwa adalah membantu penderita untuk
mengendalikan dirinya. Pengendalian diri berarti mengendalikan keinginan,
dorongan, perasaan, dan emosi, baik yang bersifat fisik maupun biologis,
sosial ekonomi, dan psikis. Pribadi yang tidak terkendali menimbulkan
kepincangan, ketidak adilan serta kesengsaraan diri dan orang lain. Penyakit
sempit hati kadang-kadang membawa efek kepada tubuh lahir, sehingga terus
tidak enak badan, sakit kepala, kencing manis, dan penyakit-penyakit lainnya
yang berasal dari jiwa yang gelisah (penyakit psychosomatik), dewasa ini tidak
sedikit orang yang ditimpa penyakit psychosomatik ini, dikarenakan banyak
masalah yang difikirkan, sejak dari masalah yang sekecil-kecilnya sampai
kepada masalah besar. Dan jika tidak dihadapi dengan sabar, tentu dirinya
akan terus terhanyut dalam emosi-emosi negatif tersebut dan akan menganggu
kesehatan jiwanya, sehingga psikosomatik akan terus berkembang dalam
dirinya.13
e. Tawakkal
Tawakkal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah
SWT. Untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah kemudlaratan,
menyangkut urusan dunia maupun akhirat.14
Perisai tawakal adalah senjata
yang paling tangguh dalam menghadapi serangan putus asa. Semakin maju
dunia maka semakin banyak orang yang ditimpa penyakit putus asa, patah
48
hati, pencemasan, gelisah dan berbagai penyakit jiwa lainnya. Penyakit ini
biasanya menimpa orang-orang yang hatinya tidak terisi nilai-nilai agama.15
Prof. Dr. Aulia (almarhum) mantan guru besar ilmu penyakit dalam
psikosomatik pada fakultas kedokteran UI, dalam bukunya yang berjudul
“Agama dan Kesehatan Badan/Jiwa”, pernah menceritakan pengalaman
beliau:
“Ada seorang laki-laki bangsa Indonesia, beragama Islam
berusia kira-kira 50 tahun, dan mempunyai tanggung jawab seorang
istri dan tiga orang anak yang masih bersekolah. Sedangkan keadaan
ekonominya boleh dikatakan lumayan walaupun tidak mewah. Pasien
tersebut sudah kurang lebih selama satu bulan menderita berbagai
macam penyakit, diantaranya : sering sakit kepala berdenyut-denyut,
ketakutan, jantung berdebar-debar, ketekunan berkurang, tidur tak enak
dan selalu merasa letih. Setelah diadakan pemeriksaan ketubuhan
dengan lengkap dan teliti, ternyata tidak ditemukan kelainan-kelainan/
penyakit, maka dilanjutkanlah dengan pemeriksaan psikis. Akhirnya
didapatilah data, bahwa si sakit mulai menderita sakitnya pada saat
datang kepadanya suatu berita, bahwa perusahaan tempatnya bekerja
akan mengurangi jumlah pegawai secara besar-besaran. Karena hal itu
maka pasien itu sangat khawatir, dan sangat panik menghadapi
kemungkinan akan dipecat yang dibayangkannya akan merupakan
malapetaka, karena ia tidak akan sanggup lagi membiayai kehidupan
rumah tangganya dan pendidikan anak-anaknya. Gejala inilah yang
membuat ia sakit-sakitan ditambah lagi dengan pengalaman masa
kecilnya yang penuh dengan tantangan hidup. Pasien tadi tidak
sedikitpun menggantungkan dirinya kepada Tuhan dalam menghadapi
desas-desus yang belum pasti itu, maka akibatnya dia menderita
berbagai penyakit yang disebut dengan penyakit psikosomatik.
Seandainya ia bertawakal kepada Tuhan dalam menghadapi kabar angin
ini, niscaya akan berkurang jumlah beban batinnya. Bahkan jika kabar
yang tersiar inipun akhirnya terjadi nantinya, dengan bertawakal kepada
Tuhan dia tidak akan mengalami kekurangan asalkan dia mau
berusaha.16
49
Firman Allah SWT :
“Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan
mencukupkannya”.17
(Ath-Thalaq : 3)
f. Wara’
Ibrahim Bin Adham berkata : Wara‟ itu adalah meninggalkan segala
yang syubhat, dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat
bagimu, dan itu adalah meninggalkan al-fudhul (kelebihan harta atau segala
yang berlebih-lebihan). Yaitu meninggalkan urusan yang bukan kepentingan
agama, meninggalkan sesuatu yang haram, makruh dan termasuk syubhat.
Orang yang wara‟ tidak akan sama sekali mempunyai penyakit jiwa, karena
sikap wara‟ merupakan hasil dari seluruh taubat hati dan seluruh anggota
jasmani, sikap inilah yang mendatangkan ketenangan jiwa.19
g. Mujahadah
Al-Qusyairi mengatakan : sesungguhnya berjuang melawan jiwa (hawa
nafsu) dan mengendalikannya, adalah dengan memotong apa yang menjadi
kebiasaannya, serta mengarahkan jiwa untuk senantiasa menentang hawa
nafsunya setiap waktu.
Sesungguhnya kehidupan jiwa yang hakiki harus melalui mujahadah
dan dzikir, sebab barang siapa yang mengikuti hawa nafsunya, dan jika
mengikuti kehendaknya berarti ia mati karena tenggelam didalam maksiat dan
50
jauh dari ketaatan. Yang dimaksud dengan “ijtihad” menurut para sufi adalah
mujahadah jasmani dan jiwa secara bersamaan, karena tidak akan bersih jiwa
seseorang kecuali dengan menghilangkan syahwat badani. Sesungguhnya
syahwat makan dan kawin, akan menelorkan kerakusan pada harta, gila
hormat seperti takabbur, riya, hasud dan kebencian. Sebetulnya antara jiwa
dan raga bukanlah suatu yang terpisah, akan tetapi merupakan sisi saling
terkait. Dari itu mujahadah jasmani yaitu dengan lapar dan bangun malam.20
h. Muhasabah
Perawatan kejiwaan menghendaki agar manusia dapat mengadakan
control dan kritik yang sehat terhadap dirinya karena hal itu merupakan prinsip
dari kesehatan mental. Seseorang yang tidak mampu melakukan kontrol
terhadap tingkah laku dan kritik terhadap kekurangan dirinya diantaranya
merupakan gejala dari gangguan kejiwaan. Orang yang tidak memiliki
pengawasan dan perhitungan diri dalam hidupnya akan mengalami penyesalan
dan penderitaan batin karena ia tidak memikirkan dan tidak memperhitungkan
diri dan tingkah laku yang diwujudkannya. Dengan muhasabah seseorang
dapat berusaha mengontrol kondisi kejiwaannya sehingga proses
tazkiyatunnafs dapat terlaksana dengan sempurna.
Dalam proses tazkiyatunnafs, jiwa harus benar-benar dapat ditaklukan,
oleh karena itu seseorang yang ingin menyembuhkan penyakitnya melalui
51
terapi tazkiyatunnafs harus mampu menjaga nafs-nya dengan bermuhasabah
(cara mengetahui aib dirinya).
Muhasabah harus dilakukan secara sungguh-sungguh, karena jika ia
mengabaikannya maka ia akan mudah terjangkit emosi-emosi negatif dari
pengaruh maksiat yang ia lakukan, dan seperti yang banyak dibahas pada
uraian terdahulu, tentunya hal-hal seperti inilah yang menyuburkan benih-
benih psikosomatik dalam diri manusia. 21
2. Aspek Ibadah Spiritual
a. Shalat
Shalat adalah sarana terbesar dalam tazkiyatunnafs dan pada waktu
yang sama merupakan bukti dan ukuran dalam tazkiyah, ia adalah sarana
sekaligus tujuan. Ia mempertajam makna-makna ubudiyah, tauhid dan syukur.
Ia adalah dzikir, gerakan ruku‟, sujud dan duduk. Ia menegakkan ibadah dalam
berbagai bentuk utama bagi kondisi fisik. Penegakannya dapat memusnahkan
bibit-bibit kesombongan dan pembangkangan kepada Allah, disamping
merupakan pengakuan terhadap rububiyah dan hak pengaturan. Penegakannya
secara sempurna juga akan dapat memusnahkan bibit-bibit uzub dan dhurur
bahkan semua bentuk kemungkaran dan kekejian. “Sesungguhnya shalat dapat
mencegah kekejian dan kemungkaran”. Shalat akan berfungsi sedemikian rupa
apabila ditegakan dengan semua rukun, sunnah dan adzab dzhir dan batin yang
harus direalisasikan oleh orang yang shalat. Diantara adab dzahir adalah
52
menunaikannya secara sempurna dengan anggota badan, dan diantara adab
batin adalah khusyu‟ dalam melaksanakannya. Khusyu‟ inilah yang
menjadikan shalat memiliki peran yang lebih besar dalam tathir (penyucian),
peran lebih besar dalam tahaqquq dan takhaluq (merealisasikan nilai-nilai dan
sifat-sifat yang mulia).22
Salah satu hikmah shalat adalah kesehatan jasmani, menurut Prof. Dr.
H. Ali Saboe, seorang Profesor dibidang medis, apabila ditinjau dari segi
kesehatan, setiap gerakan sikap serta setiap perubahan dalam gerak dan sikap
tubuh pada saat seseorang melakukan shalat adalah suatu rangkaian dari butir-
butir ritmis yang mengandung nilai kesehatan yang tiada terhingga, oleh
karena itu setiap penyimpangan dari gerak shalat akan berubah pula fungsi dan
manfaat yang diperoleh, dan secara ubudiyah hal itu tidak pula dibenarkan.23
Bagi kesehatan rohani lebih besar artinya shalat, peredaran darah otak
dengan sikap sujud menjadi baik sekali. Karena waktu sujud kepada
merupakan bagian terendah sehingga darah yang banyak mengalir ke otak, ini
menghindarkan berbagai penyakit rohani, juga dengan sujud, naik otak dilatih
menerima darah banyak, apoplexy atau pitam karena pecahnya nadi otak dapat
terhindar. Terutama juga karena ketenangan jiwa dan berat badan waktu shalat
memobilisir lemak dan mencegah sclerosis.24
53
b. Zakat dan Infak
Salah satu penghambat hubungan manusia dengan Tuhannya adalah
cinta harta atau hub al dunya, cinta harta merupakan salah satu daki yang
mengotori jiwanya itu, salah satu bentuk orang yang cinta harta adalah kikir.
Berbagai zakat dan infak fi sabilillah merupakan sarana terpenting kedua
dalam tazkiyatunnafs. Karena jiwa yang bertabi‟at kikir, yang notabene buruk
dan harus dibersihkan dari jiwa. Allah berfirman dalam surat annisa ayat 128 :
“Dan jiwa manusia itu menurut tabiatnya kikir”, infaq fisabilillah merupakan
hal yang akan membersihkan jiwa dari kekikiran sehingga dengan demikian
jiwa menjadi bersih.25
Perlawanan terus menerus terhadap sifat kikir ini
tersebut merupakan tazkiyah.
Pemantapan hubungan vertical dengan Allah melalui penunaian zakat
merupakan suatu kewajiban bidang harta. Dalam hal ini dituntut suatu
kepatuhan dan kerelaan untuk mengurbankan/mengeluarkan sebagian rizki
yang diberikan oleh Allah, kepatuhan ini akan member pengaruh yang
mendalam bagi peningkatan keimanan dan ketakwaan seseorang kepada Allah,
jiwa dan ketakwaan seseorang kepada Allah, jiwanya semakin bersih dari
sifat-sifat tercela seperti bakhil, sombong dan egoistik. Hartanya menjadi
bersih dan ia betul-betul telah menyakini bahwa kepunyaan mutlak atas
hartanya adalah Allah SWT.26
Dimensi kesehatan jiwa dari zakat adalah mereka yang sehat jiwanya
adalah mereka yang mau saling tolong menolong dan menyumbangkan
54
sebagian hartanya bagi amal kebajikan sesama manusia, khususnya bagi
mereka yang masih hidup dibawah garis kemiskinan. Orang yang sehat
jiwanya adalah orang yang peka terhadap sekitarnya, tidak kikir, tidak egois
dan berjiwa sosial.27
c. Puasa
Puasa adalah bentuk pengobatan alamiah yang paling lama dikenal.
Metode digunakan berkisar dari penghentian suatu makanan tertentu selama
jangka waktu singkat, sampai pematangan total terhadap semua makanan dan
minuman selama jangka waktu yang agak lama.28
Penyakit seringkali dihubungkan dengan pencernaan nutrient yang tidak
sempurna pada satu atau beberapa tahap pencernaan. Selama puasa, pekerjaan
yang berlangsung dalam pencernaan dikurangi, sehingga memungkinkan
tubuh untuk mengeluarkan bahan-bahan yang tak berguna serta memperbaiki
kerusakan akibat kesalahan pola makan yang berlangsung lama.29
Puasa dapat memunculkan sifat fitrah manusia yang azali, karena ia
membersihkan jiwa dari segala macam penyakitnya. Dengan puasa, jiwa yang
sehat dan kuat akan terbentuk, yang juga akan membentuk badan yang sehat
pula.
Banyak kisah tentang kesembuhan orang-orang yang menjalankan
ibadah puasa dengan ikhlas. “Ada seorang penderita maagh menahun (akut),
tanpa di sangka-sangka sembuh setelah menjalankan ibadah puasa”. Padahal
55
secara medis, orang sakit maagh tidak boleh telat makan walau barang
sedikitpun. Bagaimana ini bias terjadi ?
Jika puasa dijalankan dengan sungguh-sungguh sesuai aturan, maka
akan membuat jiwa menjadi tenang, damai dan bebas dari stress. Jiwa yang
tenang menyebabkan sistem kerja organ tubuh menjadi berjalan normal dan
sempurna. Keadaan ini membuka kemungkinan sel-sel mengadakan perbaikan
untuk menyembuhkan penyakit.
Di samping itu, pengendalian nafsu juga mampu menciptakan suasana
tertentu sehingga mendorong organ tubuh menghasilkan zat-zat antibody
khusus. Dengan begitu daya tahan atau kekebalan tubuh meningkat, karena
memiliki pasukan pemberantas virus epidemis lainnya. Jika keadaan ini
berlangsung lama, stamina tubuh terjaga dengan baik, sehingga siap
menangkal segala macam infeksi, dan lambat laun segala penyakit tentu akan
terkikis habis.30
Ibnu sina sering menganjurkan kepada pasiennya untuk berpuasa 3
minggu untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit dan dikatakan bahwa ia
menganggap puasa itu sebagai penyembuh terutama bagi cacar dan penyakit
kotor.
Selain untuk perawatan penyakit tertentu, puasa juga digunakan untuk
perawatan berbagai penyakit, seperti DR. Allen, yang memanfaatkan puasa
sebagai terapi penyakit gula (diabetes). Dan Dr. Carlson memanfaatkannya
untuk menjaga kemudaan.31
56
Pembuktian-pembuktian oleh penelitian modern tentang manfaat puasa
bukanlah hal yang baru dan spektakuler bagi umat Islam. Karena 14 abad yang
lalu Rasulullah telah menyatakan manfaat puasa bagi kita (manusia). Diantara
sabdanya ialah :
“Berpuasalah kamu, karena puasa dapat melunakkan
ketegangan urat syaraf dan menghilangkan kesulitan”.
“Puasa dapat melancarkan peredaran darah, menghilangkan
lema dan menjauhkan diri dari panasnya api neraka”.32
Pada tahun 1994 dilakukan penelitian di Casablanca dengan tema
“Health and Ramadhan” yang membahas tentang puasa dan hubungannya
dengan kesehatan. Banyak hal yang mengemuka dari penelitian tersebut.
Diantaranya terbukti bahwa puasa dapat memberikan pengaruh menurunkan
tekanan darah bagi penderita hipertensi ringan dan sedang, puasa juga dapat
menurunkan berat badan disamping juga dapat menurunkan kadar kolesterol.
Banyak kajian lain yang menyatakan bahwa puasa amat baik dilakukan oleh
penderita kencing manis yang tidak tergantung dengan insulin, bahkan bagi
penderita hipertensi yang belum diketahui penyebabnya (hipertensi esensial).
Dan manfaat puasa bagi kesehatan tubuh lainnya ialah :
1) Puasa terbukti mempercepat penyembuhan beberapa penyakit organ
kandungan seperti kista indung telur dan displasi leher rahim.
2) Dengan menjalankan puasa secara teratur juga dapat menghilangkan nyeri
pada punggung dan leher.
57
3) Menurunnya kadar kolesterol dan LDL, darah serta meningkatnya kadar
HDL, akibat puasa mencegah terjadinya kerusakan pada jantung dan
pembuluh darah.
4) Radang tenggorokan, radang lambung, radang usus besar dapat
disembuhkan secara total dengan puasa.
5) Diabetes Mellitus yang tidak tergantung insulin akan membaik ketika
penderita mengerjakan puasa.33
d. Haji
Haji adalah pembiasaan jiwa untuk melakukan sejumlah nilai, seperti
istislam, taslim, mengerahkan jerih payah dan harta di jalan Allah, ta‟awun,
ta‟aruf, dan melaksanakan syi‟ar-syi‟ar ubudiyah kepada Allah. Semua itu
memiliki pengaruh terhadap tazkiyatunnafs, sebagaimana merupakan bukti
telah merealisasikan kesucian jiwa.34
Untuk kepentingan kesehatan rohani ibadah haji merupakan hal yang
jelas, selama melaksanakan ibadah haji kita selalu mengingat Allah dengan
sepenuh hati. Ibadah haji memperkuat jiwa, karena ibadah haji merupakan
suatu ibadah yang sempurna. Ruhani kita diuji dengan segala macam cobaan,
hingga menjadi kuat, penyakit ruhani dapat disembuhkan dengan ibadah haji,
yang menimbulkan kebahagiaan, selama menunaikan ibadah haji, orang
mempunyai kesempatan untuk merenung, mereka merenungkan segala
kesalahan yang telah diperbuatnya dan bertaubat. Dengan demikian
58
sekembalinya dari haji terjadi perbaikan mental, terjadi perbaikan budi pekerti
dan dengan ibadah haji dihasilkan ketenangan jiwa.35
Diriwayatkan dari Hasan Ibn Ali ra, bahwa ada seseorang yang dating
kepada Rasulullah SAW dan ucapanya : “Aku ini penakut dan lemah”, jawab
Rasulullah SAW : “Ikutlah berjihad yang tanpa bertempur yaitu haji”.36
e. Tilawah Al-Qur’an
Tilawah al-quran dapat menghaluskan jiwa dari beberapa segi. Ia
mengenalkan manusia kepada tuntutan yang harus dilakukannya.
Membangkitkan berbagai nilai yang dimaksudkan dalam tazkiyatunnafs,
menerangi hati, mengingatkannya, menyempurnakan fungsi shalat, zakat,
puasa dan haji.37
Di dalam Al-Quran terdapat resep-resep mujarab yang dapat
menyembuhkan jiwa manusia. Tingkat kemujarabannya sangat tergantung
seberapa jauh tingkat keimanan seseorang. Sugesti tersebut dapat diraih
dengan membaca, mendengar, memahami, dan merenungkan serta
mengamalkan isinya. Setiap perlakuan kita kepada Al-Quran akan dapat
menghantarkan seseorang kealam yang menenangkan dan menyejukkan jiwa,
sebagaimana firman Allah : (Q.S. Al-Isra : 82).
Al-Thabathaba‟I mengemukakan bahwa makna syifa dalam al-quran
memiliki makna terapi ruhani, yang dapat menyembuhkan penyakit batin.
Dengan membaca Al-Quran seseorang dapat mempertahankan keteguhan jiwa
59
dan penyakit batin seperti keraguan dan kegoncangan jiwa, mengikuti hawa
nafsu dan perobatan jiwa yang rendah.
f. Dzikir
Dalam al-quran, dzikrullah biasanya secara kohensif berkaitan dengan
peningkatan kualitas keimanan seseorang atau amal shalehnya, disamping
sejumlah manfaat yang dijanjikan oleh Allah SWT. Dzikrullah
mengembalikan kesadaran dan eksistensi manusia, juga menimbulkan
beberapa efek, seperti ketenangan jiwa, pencerahan ilmu pengetahuan dan efek
psikologis yang positif. Efek inilah yang membentuk etika/akhlak kehambaan
kita dihadapan-Nya. Harapan-harapan akan anugerah, implementasi
ketakwaan, sejumlah tindakan yang preventif terhadap kemunkaran dan lain
sebagainya.38
Melakukan dzikir sama nilainya dengan terapi refleksi, yaitu bentuk
terapi dalam melakukan terapi refleksi, yaitu bentuk terapi dengan
menekankan supaya mengantarkan klien, bagaimana cara ia harus beristirahat
melalui pengurangan ketegangan-ketegangan/tekanan psikologis.
Dzikir merupakan cara olah batin yang paling efektif untuk
menyembuhkan stress dan penyakit psikosomatik.39
Dzikir melibatkan dua
dimensi sekaligus, yaitu dimensi duniawi dan dimensi ukhrawi. Apalagi jika
disertai dengan rasa ikhlas, khusyu‟, tawakal dan tawadhu‟. Dimensi duniawi
akan membawa kebaikan dalam bentuk kesehatan dan kekuatan jasmani.
60
Sedangkan dimensi ukhrawi akan membawa peningkatan iman dan takwa,
kesucian jiwa, kesadaran akan hakikat kejadian diri serta tujuan hidup yang
sebenarnya.40
Ada beberapa pengaruh yang di petik dari zikir yang dipanjatkan oleh
seseorang kepada Allah SWT, baik zikir itu berupa istighfar, kesabaran atau
tasbih. Diantara pengaruh yang ditimbulkan oleh dzikir ialah menimbulkan
ketenangan hati, dan jika hati seseorang telah tenang, maka akan tenang
pulalah jiwanya dan sembuhlah semua penyakitnya.
Alasan mengapa dzikir itu efektif sebagai terapi psikosomatik adalah
karena bunyi-bunyi vocal panjang kalimat La ilaha illallahu terutama bergema
di dalam hati, menyebabkan terjadinya penyebaran sifat-sifat Tuhan yang
hebat sekali dalam tempo yang sangat singkat. Selain itu, nafas dikempa dan
dipadatkan dengan cara menghasilkan panas tinggi. Dan panas tinggi itu
membakar habis segala kotoran fisik dalam tubuh.41
Dzikir itu sendiri sudah mengandung obat bagi usaha penyucian jiwa,
karena di waktu orang mengingat tuhannya dengan jujur dan ikhlas, maka
jiwanya akan thuma‟ninah dan tenang. Dzikir itu akan membersihkan hati dari
penyakitnya dan akan menimbulkan rasa aman dan ketenangan serta akan
membuat hidup penuh dengan cita dan harapan. Dzikir yang ikhlas sungguh
merupakan salah satu pengobat penyakit jiwa, karena dapat mencerminkan
hati, dapat mengubah rasa takut menjadi aman dan merubah rasa gelisah
menjadi tenang.42
61
g. Doa
Doa adalah salah satu bentuk hubungan hamba dengan Tuhannya. Di
dalam doa itu seseorang dapat dengan bebas mengemukakan masalah yang
dihadapinya, sehingga masalah itu dapat ia salurkan dan diadukan kepada
Tuhan melalui doa itu, dengan demikian beban dalam jiwanya tidak
mengganggu dan menimbulkan psikosomatik.
Para ahli psikosomatik, psikiater dan psikolog banyak sekali yang
menggunakan doa dalam menyembuhkan pasien-pasiennya. Dr. Carel
pemegang hadiah nabel tahun 19112 untuk ilmu kedokteran pernah
mengatakan bahwa bila doa itu dilaksanakan dengan penuh khusyu, maka
kesannya amat nyata dalam menyembuhkan penyakit kejiwaan dan
kebadanan. Ketentraman akan timbul sebagai buah dari doa.
Apa yang dianjurkan oleh Dr. Carel itu memang sesuai dengan apa
yang anjurkan dalam al-quran, agar orang meminta tolong kepada Allah
dengan jalan berdoa kepada Allah, seperti yang tersirat dalam firman Allah
berikut ini :
“Mohonlah pertolongan melalui sabar dan shalat, sesungguhnya hal
ini betul-betul berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu”. (Al-Baqarah :
45).
62
“Berdoalah kepada-Ku niscaya kuperkenankan do’amu itu”.45
(Almukmin : 60)
Dr. Carel mengatakan : Doa itu sering tidak berhasil, karena orang yang
memanjatkan doa itu termasuk golongan orang-orang yang egois, pembohong,
penyombong, orang-orang hipokrit, tidak beriman dan tidak mengasihi.46
C. Islam dan Terapi-Terapi Lain
Semua peraturan Islam mempunyai hikmah kesehatan rohani disamping sosial
dan jasmani. Semua perintah Allah mempunyai hikmah kesehatan rohani, jasmani
dan sosial. Semua larangan Allah berbahaya bagi kesehatan rohani, jasmani dan
sosial. Shalat, puasa dan haji tidak hanya mempunyai hikmah bagi kesehatan rohani.
Tetapi juga mempunyai hikmah kesehatan jasmani dan sosial. Alkohol misalnya
diharamkan oleh agama karena mengandung bahaya bagi kesehatan rohani, jasmani
dan social. Perubahan rohani jelas sekali pada peminum alkohol berupa mutu kerja
terganggu. Dan amalan ibadah yang diwajibkan dalam agama sangat besar arti dan
kepentingannya bagi kesehatan sosial dan jasmani.
Amal shaleh merupakan isyarat dan formulasi yang menyatukan dimensi
kehidupan spiritual yang mengarah pada realita transcendental dan aktivitas konkret.
Amal shaleh selalu mengasumsikan tiga hal secara terpadu dan serentak. Pertama,
63
amal shaleh mengharuskan adanya kesadaran spiritual suatu perjuangan dan pendaki
spiritual yang berorientasi pada penyucian diri. Kedua, amal shaleh adalah juga
beramal buat peningkatan dan perbaikan kualitas diri. Tidak ada amal dalam Islam
yang jika dilakukan akan merusak pelaku, melainkan justru menyehatkannya. Ketiga,
amal shaleh mengasumsikan munculnya dampak riil dan positif bagi perbaikan
sosial.47
Dalam hal terapi pada gangguan psikosomatik yang dilatar belakangi stress
dapat diberikan terapi yang meliputi : a. psikoterapi psikiatrik, b. farmakoterapi, c.
terapi somatic, d. terapi relaksasi, e. terapi perilaku.48 yang idealnya adalah terapi
diatas dijalankan secara bersamaan dengan terapi yang ditawarkan oleh penulis, yaitu
terapi keagamaan melalui metode tazkiyatunnafs. Tentunya dilaksanakan dengan
secara keseluruhan dan tidak terpenggal-penggal dalam artian tidak menggunakan
salah satu atau dua macam terapi saja.
1. Psikoterapi Psikiatrik
Bentuk terapi ini adalah menganut asas-asas psikiatri yang lazim. Tujuan utama
jenis terapi ini adalah untuk memulihkan kepercayaan diri dan memperkuat fungsi
ego. Dalam wawancara tatap muka ini pasien dapat mengemukakan secara bebas
dengan jaminan kerahasiaan segala permasalahan, konflik dan uneg-uneg yang
dideritanya. Psikoterapi ini memerlukan banyak waktu dan relatif mahal.
64
2. Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka (farmakoterapi) dengan obat anti depresan. Efek terapeutik
obat anti depresan memerlukan waktu antar dua hingga tiga minggu dan
perubahan yang dirasakan pada pasien tidak segera tampak tapi bertahap. Hal ini
perlu dikemukakan pada pasien agar pasien tidak merasa takut akan ketagihan
manakala terapi obat anti depresan ini memerlukan waktu relatif lama. Bahkan
kalau jenis obat yang diberikan tidak membawa hasil yang memuaskan, dapat
dicarikan jenis anti depresan yang lain.
3. Terapi Somatik
Yang dimaksudkan dengan terapi somatik disini adalah memberikan jenis obat-
obatan yang ditujukan kepada keluhan atau kelainan fisik/organik pasien.
Berbagai keluhan atau kelainan organ tubuh yang terutama dipersyarati oleh
sistem syaraf otonom dapat muncul sebagai manifestasi kecemasan atau depresi
pada mereka yang menderita panik atau phobik.
4. Terapi Rileksasi
Jenis terapi ini diberikan kepada pasien yang mudah disugesti. Metode ini
lazimnya dilakukan oleh teurapis yang menggunakan hipnosis. Dengan terapi
sugesti ini pasien dilatih untuk melakukan rileksasi dengan maksud untuk
menghilangkan ketegangan jiwa.
65
5. Terapi Perilaku
Dengan terapi ini dimaksudkan agar pasien berubah baik sikap maupun
perilakunya terhadap obyek atau situasi yang menakutkan. Jadi secara bertahap
pasien dibimbing atau dilatih dalam menghadapi berbagai obyek atau situasi yang
menimbulkan panik atau phobik. Latihan ini dilakukan berulang-ulang, tahap
demi tahap sampai akhirnya pasien dapat menghadapinya sendiri tanpa bantuan
orang lain.
Demikianlah beberapa pengobatan dan terapi yang ada, yang dapat membantu
dalam menghindari gangguan psikosomatik. Dari uraian diatas dapat difahami betapa
mendalamnya peran instink/emosi religious dan ibadah terhadap nafs seseorang,
seperti yang tercermin dalam sebuah kitab etis dari Abu Bakar Al-Razi, seorang ahli
klinis terbesar, yang diberi judul “al-Thibb al-Ruhaniyah” yang secara harfiyah
berarti “Kedokteran Ruhani”.49
Filosof muslim yang terkemuka seperti Ibnu Miskawaih, Thusi, al-Dawani, al-
Ghazali dan Ibnu Hazm, seperti halnya al-Razi, sangat mengutamakan kesehatan jiwa
sebagai pangkal utama kesehatan badan. Al-Razi dalam kitabnya al-Thibb al-Ruhani
ini mengatakan bahwa tugas seorang dokter disamping mengetahui kesehatan jasmani
(Al-Thibb al-Jasmani) adalah juga wajib mengetahui kesehatan jiwa (al-Thibb al-
Ruhani).
Demikian pula yang dikatakan oleh Ibnu Miskawaih pada bagian terakhir
karyanya yang terkenal “Tahdzib al-Akhlaq” (The Refinement of Character) berkata :
66
“Seperti halnya perawatan tubuh yang dibagi kepada dua bagian fungsi, yaitu fungsi
yang bersifat preventif dan kuratif. Begitu pula kesehatan jiwa harus menjaga
kesehatan jiwa selagi sehat dan mengobatinya ketika sakit”. Karena itu dalam rangka
menjaga kesucian jiwa, Ibnu Miskawih menggunakan terapi melalui akhlaq al-
karimah.50
Terapi mental ini juga dilakukan oleh al-Razi dalam karyanya yang telah
disinggung diatas, yaitu al-Thibb al-Ruhaniyah, dan karya al-Kindi (filosof muslim
pertama) yang berjudul al-Hilah li Daf al-Ahzan (seni menepis kesedihan) dan juga
karya Ibnu Hazm (seorang sarjana andalus) yang berjudul kitab “Akhlaq Wa al-
Siyar”. Al-Razi dalam karyanya itu mencoba memberikan terapi terhadap penyakit
jiwa yang berasal dari nafsu syahwat, sementara al-Kindi secara khusus membahas
tentang kesedihan, sebagai salah satu penyakit jiwa, dengan mengemukakan
bagaimana terjadinya kesedihan tersebut dalam diri kita dan bagaimana
mengobatinya. Sedangkan Ibnu Hazm punya pendapat yang menarik tentang apa
yang disebut kecemasan “al-Hamm”. Menurut beliau menghindarkan kecemasan
“tard al-hamm” merupakan motif yang umum bagi manusia untuk berbuat dan cara
terbaik untuk menghilangkan kecemasan ini adalah dengan jalan mendekatkan diri
kepada Tuhan, menyucikan jiwa melalui ibadah-ibadah yang bersifat esoteris.
Hasil yang paling nyata dari jiwa yang tersucikan ialah adab dan muamalah
yang baik kepada Allah dan manusia. Tazkiyah merupakan jenis ilmu yang terpuji
yang wajib dipelajari dan diamalkan oleh setiap muslim. Tazkiyah juga dikenal
67
dengan ilmu kebahagiaan dan kesempurnaan jiwa di dunia yang merupakan modal
bagi kehidupan akhirat.51
Metode tazkiyah al-nafs banyak dianjurkan oleh para ilmuwan, untuk
digunakan sebagai terapi bagi penyakit-penyakit kejiwaan, para ilmuwan itu
diantaranya Dr. Achmad Mubarok, MA dalam bukunya ilmu jiwa dalam al-quran dan
psikologi Qurani, menjadikan metode tazkiyah al-nafs sebagai terapi penyakit
kejiwaan termasuk psikosomatik. Lalu M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky dalam
bukunya Psikoterapi dan Konseling Islam, menjadikan Metode Tazkiyah al-nafs
sebagai bagian dari metode Psikoterapi. Kemudian Yunasril Ali dalam beberapa
bukunya terutama pada tulisannya yang berjudul “Tazkiyah al-Nafs” yang ditulis
pada Jurnal Khas Tasawuf, menyatakan bahwa “Metode Tazkiyah al-Nafs dapat
dilaksanakan melalui pengamalan ibadah-ibadah yang bersifat esoterik, yang
tentunya akan bermanfaat sebagai terapi bagi penyakit manusia modern”.
68
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melewati bagian pembahasan dalam bab-bab tersebut diatas, maka
oleh penulis disini akan memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam memahami penyakit-penyakit psikosomatik perlu dipahami bahwa setiap
keadaan emosi psikologis dapat menyebabkan penyakit fisik dan dengan demikian
pula sebaliknya. Hal ini terjadi karena secara anatomis dan fisiologis, berbagai
organ tubuh manusia terhubung dengan system syaraf pust melalui jalur syaraf
autonom yang memungkinkan adanya interaksi antara keduanya.
2. Perwujudan tingkah laku “berakhlak” adalah sisi lain ajaran Islam yang sudah
terimplementasi. Dengan itu, ketertautan antara tauhid dan akhlak merupakan
unsure holistik dari dinamika ruhani dan jasmani, yang dalam metode tazkiyah al-
nafs merupakan sebuah alternative terapi bagi psikosomatik.
3. Ajaran agama tanpa kandungan dimensi ruhiyah adalah percuma karena manusia
hidup dalam kesatuan jasmani dan ruhani, maka ibadah yang dijalankan tidak
hanya menjamah segi-segi lahir (eksoteris) tapi juga menekankan dimensi batin
(eksoteris). Dimensi batin inilah yang banyak mempengaruhi kondisi badani,
sehingga dapat dijadikan sebuah metode terapi psikosomatik.
4. Suatu usaha penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs) bertitik tolak/berorientasi pada
aspek-aspek ibadah Islam, dengan mempersyaratkan aspek batin akan menjadi
73
69
suatu terapi yang efektif jika seseorang penderita psikosomatik itu menyadari
pentingnya peranan agama dalam kehidupannya.
5. Benih-benih psikosomatik akan dengan sangat mudah dinetralkan dengan emosi-
emosi positif yang terdapat dalam insting religious dan dengan ibadah-ibadah
esoterik yang ditawarkan dalam metode tazkiyah al-nafs.
B. Saran-Saran
Dengan melihat dan mempertimbangkan kesimpulan di atas tersebut, maka
penulis disini merasa perlu untuk memberikan saran-saran kepara para pembaca.
1. Untuk para pembaca yang bergelut dalam dunia kedokteran hendaknya tidak
mengesampingkan aspek emosi dan ruhani dalam memberikan pengobatan kepada
para pasiennya. Selain itu diharapkan agar dalam memberikan pengobatan tidak
terpaku kepada hal-hal yang bersifat jasmaniyah, selain memberikan pengobatan
yang bersifat medis hendaknya jangan melupakan aspek keberagamaan pasien.
2. Psikosomatik terutama disebabkan oleh adanya emosi-emosi yang berpengaruh
buruk pada diri seseorang. Seperti kebencian, keserakahan, iri, dengki dan
takabur. Oleh karena itu hendaknya emosi seperti ini dijauhi dan sebagai terapinya
emosi ini digantikan dengan emosi-emosi religious yang ditawarkan oleh metode
tazkiyah al-nafs.
3. Untuk sebuah proses penyucian jiwa, disarankan kepada para pembaca untuk
menjaga hubungan kepada dua titik kehidupan, yaitu habluminallah dan
habluminannas. Karena dua titik ini yang banyak mempengaruhi kesucian jiwa.
70
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Yunasril, Pelita Hidup Masyarakat Ridha Ilahi, Jakarta: Kalam Mulia, 1991, Cet.
Ke-1.
Ancok, Djamaluddin dan Suroso Fuad Nashori, Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1995, Cet. Ke-2.
Aziz Abdul Syeikh bin Abdullah bin Baaz, Shahih Bukhari, Beirut: Daarul Fikr, Juz.2.
Azwirman, Aids dan Kanker – Teori Biofisika Dalam Islam, Yogyakarta: Titian Ilahi
Press, 1996, Cet. Ke-1.
Aulia, Agama dan Kesehatan Badan dan Jiwa, Jakarta: Bulan Bintang, 1970, Cet. Ke-2.
Bruno, Frank, J., Kamus Istilah Kunci Psikologi, Yogyakarta: Kanisius, 1989, Cet. Ke-5.
Burhanudin, Yusak, Kesehatan Mental, Bandung: Pustaka Setia, 1999, Cet. Ke-1.
Burt, Cryll, Ilm al-Nafs al-Dini, terj. Oleh Samir „Abduh, Damaskus Dar Dimasy qli al-
Thiba‟ah wa al-Nasyr,t.th.
Chaplin, C/P., Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Kartini Kartono, Jakarta: Raja
Grafindo Pers, 1993, Cet. Ke-1.
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan Terjemahannya, Semarang: CV.
Toha Putra, 1989.
Dzakky-Adz, Hamdani Bakran, Psikoterapi dan Konseling Islam, Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2001, Cet. Ke-1.
Dadang Hawari, Al-quran : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Jakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa, 1996, Cet. 1.
Daradjat, Zakiah, Prof. Dr., Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Haji Masagung, 1990, Cet.
Ke-12.
-----, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Haji Masagung.
Djami‟an, K.H.S.S., Islam Psikosomatik (Penyakit Jiwa), Jakarta: Bulan Bintang, 1975,
Cet. Ke-1.
71
Drever, James, Kamus Psikologi, Terjemahan Nanoy Simadjuntak, Jakarta: PT. Bina
Aksara, 1986. Cet. Ke-1.
Ghazali-Al, Abu Hamid, Muhamad, Ibn Muhamad, Ihya Ulum al-din, Kairo: Darihya al-
Kutub, t.th.
-----, Tahdzib al-ahlaq wa mualajat al-qulub, Terjemahan Mohamad al-Baqir, Mengobati
Penyakit Hati, Bandung: Kharisma.
Gayatri, Arum, Kamus Kesehatan, ed. Liwan Yuwono, Jakarta : Arcan, 1990, Cet. Ke-1.
Hamka, Dr., Prof. Tasawuf Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.
Hawwa, Sa‟id, Mensucikan Jiwa, Konsep Tazkiyatunnafs Terpadu, Jakarta: Rabbani
Perss, 2001.
-----, al-Mustakhlash Fi Tazkiyat al-Anfus, Mesir : Dar al-Salam, 1984.
H. Alkaf, Idruss, Cara Perawatan Diri dan Pengobatan, Kuala Lumpur: Darul Nu‟mat,
1995, Cet.1
HS M. Noor, Himpunan Istilah Psikologi, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997, Cet
Ke-4.
Isfahani-al Raghib-al, Mu‟jam Mufrsdat Al-Fazh Al-Quran, Beirut: Daruul-Fikr, tth
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam,
2001, Cet. Ke-4
Jalaludin, Psikologi Agama Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, Cet. Ke-1
Jauziah-al Ibnu Qayyim, Ibnu Rajab al-Hambali, Iman Ghazali, Tazkiyah al-Nafs, Solo:
Pustaka Arah, 2002, Cet. Ke-1
Jaya, Yahya, Spritualisasi Islam dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan
Kesehatan Mental, Jakarta: YPI rumaha, 1994, Cet. Ke-1.
Katsoff, O Louis, Elements of Psilosofy, alih bahasa Soeyono Soemargono dengan judul
Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wicana, 1986, Cet ke-1.
Kartaono, Kartini, Dr.,Patologi Sosial 3, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, Cet
ke-1.
72
_______, dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, Bandung: Pionir Jaya, 1987, Cet. Ke-1.
_____, Patologi Sosial, Jakarta: CV Rajawali, 1981, Cet ke-5.
Kusuma, Wijaya, Hembing, Hikmah Shalat untuk Pengobatan dan Kesehatan, Jakarta:
Pustaka Kartini, 1996, Cet 2.
K.D, Sukardi, Puasa Bersama Sufi, Jakarta: Pustaka Hidayah Press, 2000, Cet ke-1.
Mubarok, Achmad Dr., Jiwa dalam al-Quran, Jakarta: Paramadina, 2000, Cet ke-1.
______, Psikilogi Qur’ani, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001, Cet ke-1.
Muhammad, Hasyim, Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002, cet ke-1.
Munawwir, al-Munnawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997, Cet ke-4.
Miskawaih, Ibnu, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Bandung: Mizan, 1999, Cet ke-5.
Moinuddin, Ghulam. Syaikh, Penyembuhan Cara Sufi, Jakarta: Yayasan Bentang
Budaya, 2000, Cet ke-3.
Najati, Utsman Muhammad, Dr., Al-quran dan Ilmu Jiwa, Bandung: Pustaka, 1983, Cet
ke-1.
Partanto and Al-barry, Muhamad Dahlan, Kamus Ilmiah Populer Plus A, Surabaya,
Arcola.
Qadir, Abdurachman, Zakat dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1998, Cet ke-1.
Rani-al, Abu Bakr, al-Thibb al-Ruhaniy, Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah,
1978.
Razi-al Imam Fakhr, al-Tafsir al-Kabir, Beirut: dar Ihya‟ al-Turats al‟arabi, tth. Cet ke-3
jilid IX.
Ramayulis dan Jalaludin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 1993, Cet
ke-2.
Sarman, Rahmat, Pembangunan Rohani Solusi Total Krisis, dalam www.Google.com
73
Shihab, Quraish, Wawasan al_quran, Bandung: Mizan, 1970, Cet ke-6.
Sholeh, Moh, Tahajjud, Manfaat Praktis Ditinjau dari Ilmu Kedokteran, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar dan FS Himanda, 2001, Cet ke-1.
Suadi, Putro, Drs, MA., Muhamad Arkoun Tentang Islam dan Modernitas, Jakarta:
Paramadina, 1998, Cet ke-1.
Sudarsono, Drs, S.H., Kamus Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, Cet ke-1.
Supratiknya, A., Mengenal Perilaku Abnormal, Yogyakarta: Kanisius, 1995, Cet ke-1.
Sukandi Syarif Muhammad, Tarjamah Bulughul Marom, Bandung: PT Al-Ma‟arif, 1991,
Cet ke-9.
Sukanto dan A. Dardiri hasyim, Nasiologi: Refleksi Analisis tentang diri dan Tingkah
Laku manusia, Surabaya: Risalah Gusti, 1995, Cet ke-1.
Su‟dan R.H. Alqur’an dan Panduan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: dana Bhakti Prima
Yasa, 1997.
Syarif Adnan, Psikologi Qurani, Jakarta: Pustaka Hidayah, 2002, Cet ke-1.
SF, Qomarudin, Zikir Sufi – menghampiri ilahi lewat tasawuf, Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2000, Cet ke-1.
Tarmizi, Kesehatan Jiwa, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, Cet ke-1.
Tim Penyusun Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, Cet ke-3.
Tim Penyusun Kamus, Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2002, Cet ke-2.
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Umar, Abdullah, Ibnu Mahali, Menguak Kedalaman Nilai Tasawuf “Sucikan Hati
Teguhkan Jiwa”, Yogyakarta: Media Insani Press, 2001, Cet ke-1.
Valiudin, Mill, Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf, Bandung: Pustaka Hidayah, 1996,
Cet ke-1.
74
Yusuf, Ali Abdullah, The Meaning of Glorious Quran, Beirut: Dar al-kutub al-lubnani,
tth.
Dari Koran, Majalah dan Internet.
Jurnal Khas Tasawuf, Ed II 2002.
Jurnal Ulumul Quran
Jawa Pos, 16 November 2002
Republika
Swara Quran
http://Google.com, 30 Februari 2003.