ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...

146
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN AKAD MUZARA’AH PADA KERJASAMA USAHA TANI DI GAPOKTAN DESA CIBADAK KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Guna Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Oleh : Ulfi Husnul Tazkiyah 11140860000026 JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...

  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN

    AKAD MUZARA’AH PADA KERJASAMA USAHA TANI DI GAPOKTAN

    DESA CIBADAK KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN BOGOR

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Guna Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

    Oleh :

    Ulfi Husnul Tazkiyah

    11140860000026

    JURUSAN EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1441 H/2019 M

  • 1

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN

    AKAD MUZARA’AH PADA KERJASAMA USAHA TANI DI GAPOKTAN

    DESA CIBADAK KECAMATAN TANJUNG SARI KABUPATEN BOGOR

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Guna Memenuhi Syarat-syarat un tuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

    Oleh:

    Ulfi Husnul Tazkiyah

    NIM. 11140860000026

    Di Bawah Bimbingan:

    Pembimbing I

    A.M. Hasan Ali, MA

    NIP. 19751201 200501 1 005

    Pembimbing II

    RR. Tini Anggraini, M. Si

    NIDN.201008001

    JURUSAN EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1441 H/ 2019 M

  • 2

  • 3

  • 4

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Ulfi Husnul Tazkiyah

    NIM : 11140860000026

    Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

    Jurusan : Ekonomi Syariah

    Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

    1. Tidak menggunakan ide orang lain tan pa mampu mengembangkan dan

    mempertanggungjawabkan.

    2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

    3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

    atau tanpa ijin pemilik karya.

    4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.

    5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya

    ini.

    Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain terhadap karya saya, dan telah

    melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan

    bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi

    berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

    Jakarta, 17Oktober 2019

    Ulfi Husnul Tazkiyah

  • 5

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Identitas Pribadi

    Nama Lengkap : Ulfi Husnul Tazkiyah

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang Selatan, 3 Maret 1996

    Kewarganegaraan : Indonesia

    Status : Belum Menikah

    Tinggi/Berat Badan : 153/ 48 kg

    Alamat : Jln. Aria Putra G.g Swadaya rt 09/10 no. 20 Kedaung

    Pamulang, Tangerang Selatan- Banten

    No. HP : 0859-4797-9545

    Email : [email protected]

    / [email protected]

    Pendidikan Formal

    2003-2009 : SD Negeri Ciputat 1 Tangerang Selatan

    2009-2012 : MTs Ummul Quro Al Islami Bogor

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • 6

    2012-2014 : MA Ummul Quro Al Islami Bogor

    2014-Sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Pengalaman Organisasi

    2009-2014 : Anggota Klub Teater Ummul Quro Al Islami Bogor

    2012-2014 : Anggota OCC (Oration Course Club) Ummul Quro

    Al Islami Bogor

    2012 : Anggota Paduan Suara Ummul Quro Al Islami Bogor

    2013-2014 : Sekretaris Divisi Bahasa ISPI Ummul Quro Al Islami

    2015-2016 : Anggota Divisi Kewirausahaan HMJ Ekonomi

    Syariah/ Anggota Divisi Syiar LDK KomDa FEB

    2016-2017 : Staff Sekretaris KSEI LiSEnSi UIN Jakarta

    2017-2018 : Sekretaris Umum KSEI LiSEnSi UIN Jakarta

    Karya Ilmiah : -

    Latar Belakang Keluarga

    Ayah : Mamay Zamaluddin

    Pekerjaan : Guru

    Ibu : Oneng Nurul Bariyah

    Pekerjaan : Dosen

  • 7

    Alamat : Jln. Aria Putra Gg. Swadaya rt 09/rw 10 no. 20 Kedaung Pamulang,

    Tangerang Selatan- Banten

    Anak ke dari : 1 dari 2 bersaudara

  • 8

    ABSTRACT

    This research aims to analyze the suitability between muzara’ah contract application

    and some factors (internal and external factor) which affects those things on

    agricultural sector cooperation in Gapoktan Subur Hasil Tani. SWOT analyzing

    method is used in this research. According to questionnaires and interviews, the

    farmers who use muzara’ah contract has fulfilled its terms and conditions.Profit

    sharing method is used for income sharing. All farming capital comes from land

    owners. The result of SWOT’s internal factor analysis shows that the factor which

    dominantly impact muzara’ah contract is the fulfillment of terms and conditions and

    good work ethics from the farmers who joined Gapoktan Subur Hasil Tani. On the

    contrary, some internal factors which become weak point in this contract are the

    agreements mostly didn’t written or recorded, and the lack of farming equipments and

    infrastructures. On the other side, external factors that have impact on this contract

    the most are the leniency of Gapoktan membership and ease distribution of agricultural

    products. The downside of external factor are land depreciations, pests outbreak, bad

    weather, and lack of government assistances.

    Keywords: Muzara’a Contract, Gapoktan, Internal Factor, External Factor.

  • 9

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian penerapan akad muzara’ah dan

    faktor-faktor baik faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhinya pada

    kerjasama usaha tani di gapoktan Subur Hasil Tani.Metode analisis yang digunakan

    adalah teknik Analisis SWOT.Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan

    wawancara, akad muzara’ah yang diterapkan oleh para petani telah memenuhi syarat

    dan rukun akad tersebut. Adapun skema bagi hasil yang digunakan adalah skema profit

    sharing. Yakni seluruh modal usaha bertani berasal dari pemilik lahan.Hasil analisis

    SWOT terkait evaluasi faktor internal gapoktan menunjukkan bahwa faktor kekuatan

    yang dominan mempengaruhi akad muzara’ah yakni terpenuhinya rukun dan syarat

    akad serta etos kerja yang baik dari para petani anggota gapoktan Subur Hasil Tani.

    Adapun faktor internal yang menjadi kelemahan adalah perjanjian yang dilakukan

    tanpa tertulis, alat bertani dan sarana irigasi masih kurang memadai. Sedangkan faktor

    eksternal yang menjadi peluang yakni bergabungnya para petani kedalam gapoktan dan

    kemudahan distribusi hasil tani. Adapun faktor yang menjadi tantangannya adalah

    penyusutan lahan, sulitnya mengatasi serangan hama dan cuaca buruk serta

    keterlambatan bantuan dari pemerintah.

    Kata Kunci :Akad Muzara’ah, Gapoktan, Faktor Internal, Faktor Eksternal

  • 10

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirramanirrahim walhamdulillahi robbil ’alamin, Segala pujian hanya

    milik Allah SWT atas segala nikmat yang tiada hentinya Ia berikan kepada seluruh

    makhluk Nya. Juga berkat rasa kasih dan sayang Nya penulis mampu menyelesaikan

    skripsi ini berserta segala kekurangannya. Shalawat diiringi salam selalu tercurah

    limpahkan kepada sang uswatun hasanah umat Islam yakni baginda Muhammad SAW,

    keluarga dan para sahabatNya yang telah berkorban demi tegaknya peradaban Islam

    yang rahmatan lil ‘alamin. Semoga kita termasuk kedalam golongan beliau bersama

    para pengikut Nya di hari akhirat nanti.Aamiin.

    Terselesainya penulisan skripsi ini takkan terwujud tanpa bantuan dari segenap

    keluarga, guru, kerabat dan sahabat dalam berbagai bentuk, baik dukungan yang

    bersifat moril maupun materil.Dorongan hangat penuh ketulusan membuat diri ini

    terisi oleh semangat dan sikap optimis menghadapi rasa malas, lalai dan putus asa.

    Mereka adalah support system yang Allah kirim untuk selalu me-recharge iman dan

    Islam sehingga penulis mampu mencapai garis finish. Tanpa mengurangi rasa hormat,

    penulis mengucapkan a million thanks kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA, QIA, BKP., CRMP selaku Dekan

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    2. Ibu Dr. Erika Amelia, S.E., M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Syariah

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, MM selaku

    Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Bapak A.M Hasan Ali, M.A selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis, beliau

    yang membimbing serta memberikan arahan terbaik dan semangat besar

    kepada penulis dengan penuh kesabaran di tengah kesibukan beliau hingga

    skripsi ini dapat terselesaikan secara baik. Terimakasih bapak. Semoga Allah

  • 11

    balas dengan rahmat, ridho dan keberkahan atas segala kesibukan bapak dan

    menjadikannya sebagai amal ibadah, aamiin.

    4. Ibu RR. Tini Anggraini, M. Si, selaku Dosen Pembimbing dan Dosen

    Pembimbing Akademik yang selalu memberikan waktu luangnya kepada

    penulis untuk berkonsultasi, bimbingan serta senantiasa memberikan arahan,

    saran terbaik, dan semangat besar untuk meyelesaikan skripsi ini. Semoga

    Allah balas segala kebaikan ibu berupa rahmat, ridho dan keberkahan atas

    segala aktifitas ibu dan bernilai amal ibadah disisi Nya, aamiin.

    5. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang menyediakan

    berbagai bahan dan sumber-sumber referensi serta fasilitas bagi para

    mahasiswa.

    6. Seluruh dosen prodi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

    menyalurkan berbagai bidang dan disiplin ilmu dengan penuh kesabaran

    selama menempuh pendidikan sebagai mahasiswi.

    7. Seluruh karyawan bagian akademik dan umum Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, memberikan

    pelayanan dalam memenuhi segala keperluan kepada penulisselama menempuh

    pendidikan sebagai mahasiswi.

    8. Kedua orangtuaku tersayang, Bapak Mamay dan Ibu Oneng, atas segala kerja

    keras, dukungan, semangat yang selalu menguatkan penulis untuk mampu

    menyelesaikan tugas akhir dan pendidikan sarjana. Untaian doa yang selalu

    dilangitkan di waktu sepertiga malam. Dengan penuh kesabaran menghadapi

    sikap penulis yang terkadang malas dan acuh. Adikku tersayang, Rifki, dan

    keluarga besar Usrah Al barri, berkat doa dan harapan terbaik mereka sehingga

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh rasa percaya diri dan

  • 12

    optimis. Semoga Allah senantiasa limpahkan kasih sayang Nya kepada mereka,

    aamiin.

    9. Keluarga besar mahasiswa prodi Ekonomi Syariah angkatan 2014, teman,

    kerabat, sahabat seperjuangan rasa keluarga, terima kasih sudah maubersabar

    menerima kekurangan dan selalu membantu penulis ketika kesulitan dalam

    memahami dan mengerjakan tugas kuliahselama menempuh pendidikan

    sebagai mahasiswi. Semoga ilmu yang diperoleh menaikkan derajat kemuliaan

    dan semakin mendekatkan teman-teman dengan Allah, aamiin .

    10. Keluarga Ashdiqouddaraini, Santi, Wulan Desi Maulani, Widad Ali, Azkia

    Nurul Rahmah, Siti Romlah, Aisyah Al Fitri, Safitri Riskyana, Rutbatul Aliyah,

    Elin, Siti Aida Nur Sa’adah, Nur Linda, Arni Nur Azizah. Dan juga Soulmate,

    Aan Nurhasanah, Alif Indri Lestari, Ziyaadaturrahmah, Rahmaniyah Ayu

    Azizah, sahabat rasa keluarga sejak masa menempuh ilmu di PM. Ummul Quro

    hingga saat ini, untaian doa indah dan dukungan yang tulus selelu penulis

    terima. Semoga Allah perkenankan untuk bersua di syurga Nya, aamiin.

    11. Keluarga besar Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta seluruh angkatan. Khususnya Fitria Rahmah Alkhonsa,

    S.E, Bella Firmansyah, S.E, Dwi Ratna Sari, S.E, Halimatussa’adiyah, S.E,

    Marsela Rahmawati, S.E, Syania Nurullita, S.E, Riska Nur Anggraeni, S.E, Irna

    Atriani, S.E, Khoirunnisa Anggraini, S.E, Devy Ayu Aji Fatmala, S.Ak,

    Terryna Lady Desi, Effa Safirah, S.E, Ilham Irsyad Risyadi, S.E, Firman Fajri,

    S.E, Abyan Naufal Asyhar, S.E, Sidik Anshori, S.E, Rizky Yulian Maulana,

    S.E, Bahrul, Fajar Dwi Alfian, S.E, Ikhsan Maulana, S.H dan Aminul Wahid,

    S.E. Dan juga adik-adik sholihah Rizkika Azizah, S.E, Rizka Yunita, S.H,

    Nining Latifah Rahman, Dede Yati, S.E, Indri Dwi Lestari, S.E,Arika Hayyu,

    S.E, Rahmi Hayyu, Nuriah Kultsum, S.H,Aisyah Raisa Medina, S.E, Ummi

    Kultsum, S.H, Putri Yandriani, Azizah, Indah Indria Wardani, Rahmi Sri Intan

    Mardatillah, Ninda Aulia Faradila, Fitri Lia Ningsih dan Tri Ningrum

  • 13

    Riskyana. Bagi penulis mereka adalah guru, kakak, adik yang selalu

    menginspirasi penulis untuk menjadi insan terbaik nan prestatif, bermanfaat

    bagi lingkungan sekitar serta menebarkan benih-benih kebaikan menuju

    kejayaan ekonomi Islam di bumi pertiwi. Semoga Allah lindungi mereka selalu

    dalam kebaikan, aamiin.

    12. Keluarga besar Lembaga Dakwah Kampus (LDK) angkatan An Namldan As-

    shaff Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya

    Ramadhian Wijayanti dan adik-adik tersayang Anisa Nur Fitriyani, Putri Puspa

    Al Qodriyah, Ain Malihah, Chyntia Chusnul Chotimah, Hadi Aufa, Fauzan

    Hardianto, Ahmad Fahri dan Hanathul Murohhami. Mereka yang

    membersamai penulis untuk berubah menjadi pribadi yang lebih dekat dengan

    Allah dan rasul Nya. Serta saling memberikan energi positif dan mengingatkan

    dalam kebaikan. Semoga Allah kuatkan pundak teman-teman dalam menebar

    kebaikan dan menjadi golongan orang-orang yang dicintai Nya, aamiin.

    13. Keluarga besar guru-guru TPQ Masjid Raya Bintaro Jaya (MRBJ), khususnya

    kepala TPQ Bpk. Herman Felany, S.E, Vera Febriyani, S.H, Putri Ilam Sari,

    S.Pd, Asri Rahmawati, Karina Mahdalia, Nila Nurmawaddah, S.Pd, Esa

    Muslimah, Qurrota’ain Nurul Ulfah, S.Kom, Siti Fatimah, Lu’luil Maknum,

    Rini Eka R., Savira Faradina, Ayu Lestari P, Syafi’atul Ummah, S.Pd, mereka

    adalah guru-guru hebat yang menginspirasi penulis dalam berproses menjadi

    pengajar Al qur’an. Semoga Allah jadikan mereka golongan para Ahlu qur’an,

    aamiin.

    14. Keluarga besar Rumah Qur’an Daaruttarbiyah (RQ DATA) cabang Ciputat,

    khususnya kak Ulfah Tsabitah, S.Hum, Sri Lestari Wahyono, S.Pd, Sri

    Wahyuni, S.Ag, Nurlaela Royna Efendi, Yulinda Ashari, Hanifah, S.Pd, Siti

    Uswatun Hasanah, Yuli Yuningsih, Nurhida Rahmawati, Nurul Fauziyah

    Rahmawati, Sita Rosidah, Siti Muttoharoh, Mas Intan Syuryani, Annisa

    Sholihah, Espira Ariyani Citra dan Ardella Bayu Merdekawati, para pejuang

  • 14

    dan pecinta Al qur’an, yang selalu menjadi alarm pengingat penulis untuk

    selalu membersamai Al qur’an dimanapun dan kapanpun penulis berada.

    Semoga Allah muliakan mereka dengan Al qur’an dan menjadikan mereka para

    Ahlullah dan Ahlul qur’an, aamiin.

    15. Keluarga besar lingkaran cinta, Ummi, Qurrotul’ain Nurul Ulfah, S.Kom, Farah

    Fathiaty Mardiyah, S.Pd, Melpi Nuryanti, S.Ip, Ratu Karima, S.Ip, Ana

    Maemunah, Cahayatunnisa, S.Hum Ika, S.T Zenna, S.T, Yumna Fadhilah dan

    Shoffaunnida, selalu rindu untuk bersua dengan mereka setiap minggunya.

    Semoga Allah wujudkan cita-cita untuk bersua di syurga Nya, aamiin.

    16. Keluarga KKN 111 Qalbu dan masyarakat desa Sipak, Syahrina Rahmaniah,

    S.Pd, Rahmi Fathani, S.E, Nurvaika Safitri, Wilda Hayatun Nufus, S.Kom,

    Khulaimah Musyfiqah, S.Ag, Dian Nur Rizkiani, S.H, Novia Jackxander, S.T,

    Linda Novianti, Mulhayat, M. Iqbal Islami, Ariffan Rahman Hakim, S.H,

    Singgih Egananto, S.Kom, Dani Mardiansyah dan Syahrul Ramadhan, S.E,

    yang telah mengisi dan mewarnai keseharian penulis dengan penuh kesan baik

    dan hangat. Semoga Allah jaga dan lindungi mereka dari segala hal buruk,

    aamiin.

    17. Keluarga gapoktan Subur Hasil Tani, khususnya bpk. Nawapi dan istri, bpk. H.

    Komery, Ibu Hj. Asiyah, bpk. Hendrik, bpk. Akbar, beserta seluruh petani

    anggota gapoktan Subur Hasil Tani, yang membantu penulis mengumpulkan

    data penelitian selama di desa Cibadak, semoga Allah bukakan pintu rezeki

    seluas-luasnya, dan mudahkan segala urusan, aamiin.

    Jakarta, 17 Oktober 2019

    Ulfi Husnul Tazkiyah

    DAFTAR ISI

  • 15

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ ii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iii

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH ..................................... iv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v

    ABSTRACT ..................................................................................................... viii

    ABSTRAK ...................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR .................................................................................... x

    DAFTAR ISI ................................................................................................... xv

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xix

    DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xxi

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xxii

    DAFTAR DIAGRAM………………………………………………………. xxiii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxi

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    A. Latar Belakang Penelitian .................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 14

    C. Pembatasan Masalah……………..…………………………………... 14

    D. Rumusan Masalah …………………………………………………… 15

    E. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 15

    F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 16

  • 16

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 15

    A. Muzara’ah ............................................................................................ 15

    1. Pengertian ...................................................................................... 18

    2. Rukun dan Syarat………………………………………………… 20

    3. Dasar Hukum Akad Muzara’ah……………………………………… 23

    4. Bentuk-Bentuk Akad Muzara’ah……………………………………. 25

    5. Hukum Perjanjian Akad Muzara’ah .............................................. 26

    B. Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Akad

    Muzara’ah ............................................................................................ 27

    1. Terpenuhinya Rukun dan Syarat Akad…………………………... 27

    2. Peningkatan Etos Kerja dan Spiritual …………………………… 28

    3. Pendapatan dan Skema Bagi Hasil ……………………………… 28

    4. Kemandirian dan Kreatifitas Usaha……………………………… 29

    C. Tinjauan Penelitian Terdahulu……………………………………….. 30

    D. Kerangka Berfikir ................................................................................ 34

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 35

    A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 35

    B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .......................................... 36

    C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 36

  • 17

    D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ................................................... 37

    E. Teknik Analisis Data………………………………………………… 40

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 48

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 48

    1. Letak Geografis Desa Cibadak ...................................................... 48

    2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Cibadak ..................... 50

    3. Profil Gapoktan Subur Hasil Tani……………………………….. 52

    4. Perkembangan Gapoktan Subur Hasil Tani ................................... 55

    B. Analisis Penerapan Akad Muzara’ah di Gapoktan Subur Hasil .......... 58

    1. Terpenuhinya Syarat dan Rukun Akad .......................................... 58

    2. Peningkatan Etos Kerja dan Spiritual ............................................ 61

    3. Pendapatan dan Skema Bagi Hasil ................................................ 63

    4. Kemandirian dan Kreatifitas Usaha……………………………… 66

    C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Akad Muzara’ah di Gapoktan

    Subur Hasil Tani .................................................................................. 67

    1. Matriks IFAS ................................................................................. 68

    2. Matriks EFAS ................................................................................ 72

    3. Matriks SWOT ............................................................................... 75

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 80

  • 18

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 80

    B. Saran .................................................................................................... 81

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83

    LAMPIRAN .................................................................................................... 88

  • 19

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Jumlah Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani

    (GAPOKTAN) di Pulau Jawa Tahun 2016 – 2017 ....................... 5

    Tabel 1.2 Luas Tanam, Panen dan Produksi Padi Kabupaten Bogor

    Tahun 2017 (Ribuan)……………………………………………. 10

    Tabel 1.3 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah dan Padi Gogo Menurut

    Kecamatan di Kabupaten Bogor……………………..................... 11

    Tabel 3.1 Variabel Penelitian ........................................................................... 39

    Tabel 3.2 IFAS ................................................................................................. 43

    Tabel 3.3 EFAS ................................................................................................ 45

    Tabel 4.1 Batas Wilayah Desa Cibadak……………………………………… 49

    Tabel 4.2 Jarak Antar Wilayah Administratif Desa Cibadak ........................... 49

    Tabel 4.3 Luas Tanah Menurut Penggunaannya di Kecamatan Tanjungsari

    tahun 2017 (Ha)………………………………………………... 50

    Tabel 4.4 Luas Panen, Hasil Perhektar dan Produksi Padi Ladang di Kecamatan

    Tanjungsari Tahun 2017…………………………………….......... 50

    Tabel 4.5 Jumlah Masyarakat Berdasarkan Kelompok Umur……………….. 51

    Tabel 4.6 Jumlah Masyarakat Berdasarkan Jenis Pekerjaan…………………. 52

  • 20

    Tabel 4.7 Jumlah Pelaku Usaha Tani di Gapoktan Subur Hasil Tani………. 54

    Tabel 4.8 Data Kelompok Tani Gapoktan Subur Hasil Tani…………………55

    Tabel 4.9 Penerimaan Program dan Kegiatan Gapoktan Subur Hasil Tani dan

    Perkembangan Hasil Penerapan Inovasi Teknologi Usaha Tani…..56

    Tabel 4.10 Hasil Pencapaian Gapoktan Subur Hasil Tani……………………57

    Tabel 4.11 Penghargaan Gapoktan Subur Hasil Tani………………………...58

    Tabel 4.12 Hubungan antar Pihak yang Bekerjasama dan Usia Petani

    Penggarap…………………………………………………… 59

    Tabel 4.13 Pembagian Upah Berdasarkan Waktu. .......................................... 61

    Tabel 4.14 Hasil Kuesioner…………………………………………………...66

    Tabel 4.15Tingkat Pengalaman……………………………………………… 67

    Tabel 4.16Hasil Penghitungan Bobot Faktor Internal……………………………… 69

    Tabel 4.17Pembobotan Faktor Internal............................................................ 71

    Tabel 4.18Penentuan Bobot Faktor Eksternal……………………………….. 73

    Tabel 4.19Pembobotan Faktor Eksternal……………………………………. 74

  • 21

    DAFTAR BAGAN

    Bagan 2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 34

    Bagan 4.1 Struktur Kepengurusan Gapoktan Subur Hasil Tani ...................... 53

  • 22

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 4.1 Peta SWOT .................................................................................. 79

  • 23

    DAFTAR DIAGRAM

    Diagram 3.1 : Matriks Analisis SWOT ........................................................... 45

    Diagram 3.2 : Analisis SWOT ........................................................................ 43

    Diagram 4.1 : Penghitungan Matriks SWOT………………………………... 76

    Diagram 4.1 : Matriks Analisis SWOT……………………………………... 77

  • 24

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian .................................................................. 88

    Lampiran 2 : Identitas Responden ................................................................... 100

    Lampiran 3 : Hasil Koding Kuesioner ............................................................ 104

    Lampiran 4 : Hasil Kuesioner ......................................................................... 111

    Lampiran 5 : Dokumentasi .............................................................................. 115

    Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian dari FEB Untuk Kepala Dinas Tanaman Pangan,

    Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bogor ...................... 117

    Lampiran 7 : Surat Rekomendasi Ijin Penelitian dari KESBANGPOL Tangerang

    Selatan Untuk KESBANGPOL Bogor .................................... 118

    Lampiran 8 : Surat Rekomendasi Penelitian dari KESBANGPOL Bogor Untuk Kepala

    Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten

    Bogor…………………………………………......................... 119

    Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian ditunjukkan Untuk Kepala Desa Cibadak120

    Lampiran 10 : Surat Tanda Telah Melakukan Penelitian di Gapoktan Subur Hasil Tani

    Desa Cibadak Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor……. 121

  • 25

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Salah satu sumber mata pencaharian manusia yakni bertani ataupun

    bercocok tanam merupakan kegiatan yang dilakukan secara turun temurun dari

    generasi ke generasi. Salah seorang Intelektual Muslim yakni Ibnu Khaldun

    dalam karya fenomenalnya berjudul Al Muqaddimah menyebutkan bahwa

    manusia dapat memperoleh rezeki dan keuntungan dari proses kegiatan

    menjaga dan memelihara tanaman untuk diambil hasil nya yang disebut bertani.

    (Thoha, 2000: 451) Bertani menjadi salah satu pelopor keberlangsungan hidup

    umat manusia sebab bertani mudah dikerjakan dan dapat menyesuaikan kondisi

    alam sekitar. Adapun hadits Rasulullah Shallaahu ‘alaihi wasallam

    menyatakan bahwa:

    )رواه البخارى(أَْو لَِيْمَنْحَها َأَخاُه فَِاْن َأََب فَ ْلُيْمِسْك أَْرَضُه َمْن َكاَنْت َلُه أَْرٌض فَ ْليَ ْزَرُعَها

    “Barangsiapa yang memiliki tanah, maka hendaklah menanaminya dan

    memberikannya kepada saudaranya. Apabila enggan (memberikannya),

    hendaklah dia memelihara tanahnya .“(HR. Bukhari)

    (diambil dari Kitab Muzara’ah karya Imam al-Bukhari Juz III: 108, no. 2341 dan

    kitab Hibah Juz III: 168, no: 2632)

    Uraian hadis diatas berisi tentang anjuran kepada umat manusia agar

    mengelola tanah yang ia miliki untuk ditanam dan dimanfaatkan sebagai

    sumber penghidupan. Apabila ia tidak mampu mengelola lahan tersebut, maka

    bisa diberikan kepada orang lain yang lebih ahli dan ia percayai, kemudian

    hasil keuntungan yang diperoleh dibagi hasilkan secara adil.

    Syariat Islam menganggap pertanian sebagai pekerjaan yang mulia.

    Dengan bertani, manusia dapat menjaga keberlangsungan hidupnya dan juga

    makhluk di sekitarnya. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia harus mampu

  • 26

    memelihara dan melestarikan alam. (Abdurrahman, 2012: 76) Manusia yang

    dianugerahi akal dan ilmu pengetahuan diberi tanggung jawab untuk mampu

    mengeksplorasi keberagaman sumber daya alam yang ada disekitar nya.Di atas

    hamparan tanah yang luas, manusia mampu bercocok tanam agar dapat

    menghasilkan sesuatu seperti tumbuhan, buah-buahan dan sayuran guna

    memenuhi kebutuhannya. Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi,

    (15ْيِه النُُّشْوُر )امللك: ُهَو الَِّذْي َجَعَل َلُكُم اْْلَْرَض َذُلْوًلا فَاْمُشوا ِفْ َمَناِكِبَها وَُكُلْوا ِمْن رِّْزِقِه َواِلَ

    “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di

    segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-

    Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.“ (QS. Al Mulk: 15)

    Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menjadikan bumi

    tempat manusia untuk mencari rezeki sebagai karunia Allah. Selanjutnya pada

    surat ‘Abasa ayat 23-24 Allah SWT berfirman:

    ْنَساُن ِاََل َطَعاِمهِ َنا اْلَماَء َصبًّا -فَ ْليَ ْنظُِر اًْلِ َها َحبًّا -َنا اْْلَْرَض َشقًّاُُثَّ َشَققْ -أَنَّا َصَبب ْ َنا ِفي ْ -فَأَنْ َبت َْقْضباا -َوَزيْ تُ ْوناا وَََّنْلا -َوِعَنباا وَّ

    “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya

    Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit). Kemudian Kami belah

    bumi dengan sebaik-baiknya.Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi.Anggur

    dan sayur-sayuran.Zaitun dan pohon kurma.Kebun-kebun yang lebat.Dan

    buah-buahan serta rumput-rumputan. Untuk kesenanganmu dan untuk

    binatang-binatang ternakmu.“(QS.‘Abasa: 24-32)

    Ayat diatas menjelaskan karunia Allah berupa tanaman dan tumbuhan yang

    beraneka ragam sebagai makanan bagi manusia.Semua itu merupakan

    kehendak Allah bagi manusia dan makhluk lainnya di muka bumi.

    Indonesia memiliki keunggulan yang berbeda dengan negara lain dari

    beberapa sisi. Diantara nya letak geografis yang strategis dan iklim yang tropis

    sehingga menghasilkan kekayaan alam yang melimpah.Sektor pertanian

  • 27

    menjadi salah satu roda penggerak perekonomian nasional. Di dalam buku

    pedoman Rencana Strategis Kementerian Pertanian (RENSTRA) tahun 2015-

    2019 dijelaskan beberapa peran strategis sektor pertanian diantaranya

    penyedia bahan pangan dan baku industri, penyumbang PDB nasional,

    penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja, sumber pendapatan

    masyarakat pedesaan, penyedia bahan pangan dan bioenergi serta penurun

    emisi gas rumah kaca. Kontribusi lapangan usaha terhadap PDB Indonesia atas

    dasar harga berlaku 2016 s/d Triwulan IV- 2017 (tahun dasar 2010),

    berdasarkan jenis lapangan usahanya, bidang pertanian, kehutanan dan

    perikanan menempati posisi kedua yakni 13,47% setelah bidang industri

    pengolahan 20,51%. (www. Pertanian.go.id tentang Pedoman Rencana Strategis

    Kementerian Pertanian (RENSTRA) 2015-2019 h. 5)

    Mayoritas penduduk Indonesia menggantungkan hidup mereka sebagai

    petani sehingga Indonesia disebut sebagai Negara Agraris. Berdasarkan data

    dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa jumlah angkatan kerja Indonesia pada

    bidang pertanian per bulan Februari 2018 mencapai 29,23% dari keseluruhan

    angkatan kerja Indonesia setara dengan 36,91 juta orang. Namun angka ini

    menunjukkan terjadinya penurunan dibandingkan tahun 2017 lalu sebanyak

    36,96 juta orang. Sektor pertanian dibagi ke dalam beberapa sub sektor, yakni

    tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Hasil data dari

    Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menyebutkan sumber penghasilan

    utama RTP (Rumah Tangga Pertanian) didominasi oleh sub sektor tanaman

    pangan. Namun besar pendapatan sub sektor tanaman pangan mengalami

    penurunan sejak tahun 2012. Tiap tahun, besar angka penurunan pendapatan

    tanaman pangan sebesar 2,42%.

    Akses terhadap permodalan yang sulit menjadi kendala para petani

    Indonesia dalam menjalankan usaha taninya.Umumnya para petani

    mengandalkan pinjaman modal usaha taninya kepada keluarga dan kerabat

  • 28

    dekat.Tengkulak juga menjadi salah satu akses pinjaman modal dan penjualan

    hasil panen usaha para petani.Pemerintah menyusun program pembiayaan bagi

    para petani sebagai solusi masalah permodalan di sektor pertanian. Namun

    masih diliputi oleh beberapa kendala yaitu proses administrasi yang panjang,

    agunan dan tingkat pengembalian pinjaman yang relatif tinggi. Pengadaan alat-

    alat pertanian dan sarana produksi sangat dibutuhkan di era teknologi pertanian

    seperti saat ini.Beragam komoditas dan pola tanam, perkembangan teknologi

    budidaya tani mekanisme penanganan pasca panen dan pengolahan hasil

    mendorong petani untuk mendapatkan akses permodalan yang luas.(Larasati

    dkk, 2017: 142)

    Beberapa penghambat utama berkembangnya usaha tani di Indonesia

    yakni sulitnya akses permodalan, pasar, teknologi dan organisasi tani yang

    masih lemah.Menyadari besarnya potensi sektor pertanian bagi pembangunan

    ekonomi nasional dan guna meningkatkan taraf hidup para petani, Pemerintah

    merancang berbagai program sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi

    sekaligus mendorong perkembangan pertanian khususnya di wilayah

    perdesaan, salah satunya yakni Program Pengembangan Usaha Agribisnis

    Perdesaan (PUAP). Program ini telah diselenggarakan sejak diterbitkannya

    surat oleh Kementerian Pertanian RI tentang peraturan Menteri Pertanian No.

    16 pada tanggal 11 Februari tahun 2008 dibawah koordinasi Program Nasional

    Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri). Peraturan tersebut juga

    berisi pedoman umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

    Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan bentuk

    fasilitas bantuan modal usaha bagi seluruh kalangan petani baik petani pemilik

    tanah, petani penggarap, buruh tani, dan rumah tangga tani dan

    dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan adalah

    kelembagaan tani pelaksana program PUAP untuk penyaluran modal usaha

    bagi anggotanya.Program ini dilaksanakan di beberapa Kabupaten di seluruh

  • 29

    Indonesia.Dalam pelaksanaannya, gapoktan didampingi oleh Tenaga

    Pendamping PUAP yang disebut Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani

    (PMT).Hampir ditiap desa telah dibentuk gapoktan yang terdiri dari banyak

    kelompok tani.

    Tabel 1.1

    Jumlah Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani

    (GAPOKTAN) di Pulau Jawa Tahun 2016 – 2017

    No. Provinsi

    Jumlah Kelompok Tani

    (Poktan)

    Jumlah Gabungan Kelompok

    Tani (Gapoktan)

    2016 2017 2016 2017

    1. DKI Jakarta 498 489 74 74

    `2. Jawa Barat 43.289 45.998 5.404 5.435

    3. Jawa Tengah 49.258 50.852 8.179 8.175

    4. DI. Yogyakarta 8.300 8.396 436 435

    5. Jawa Timur 42.805 44.436 7.785 8.030

    6. Banten 8.100 8.229 1.328 1.329

    Total 152.250 158.400 23.179 23.478

    Sumber: Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian

    Keterangan: Data sampai Oktober 2017

    Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2017 jumlah Gabungan

    Kelompok Tani (gapoktan) terbanyak pertama berada di provinsi Jawa Tengah

    sebanyak 8.175 yang terdiri dari 50.852 kelompok tani. Provinsi Jawa Barat

    menempati posisi kedua sebanyak 45.998 Gapoktan dengan 5.435 kelompok

    tani.

    Rangkaian acara program PUAP terdiri dari pendampingan/pembinaan

    berupa pertemuan koordinasi, konsultasi, sosialisasi kepada seluruh petani di

    desa yang terpilih. Kunjungan lapangan, monitoring dan evaluasi kinerja

    Gapoktan penerima dana BLM-PUAP dilakukan secara rutin. Dari sekian

    banyaknya gapoktan yang dibentuk, beberapa diantaranya sudah berkembang

    menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) dimana anggotanya

    merupakan penerima modal dari program PUAP. Gapoktan dengan jumlah

  • 30

    terbanyak berada di Provinsi Jawa Tengah, diikuti provinsi Jawa Timur dan

    Jawa Barat.

    Mayoritas masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani memiliki

    latar belakang pendidikan yang rendah.Program pendidikan dan penyuluhan

    sangat diperlukan guna menciptakan sumber daya tani yang produktif dan

    kompetitif. Penyuluhan merupakan salah satunya cara agar para petani lebih

    mudah menyerap pengetahuan teknologi yang baru di bidang pertanian

    sehingga mendorong peningkatan kualitas usaha para petani. Nugraha dan Putri

    (2016) pada penelitiannya menyebutkan bahwa intensitas penyuluhan yang

    tinggi akan dapat meningkatkan penyerapan teknologi baru bagi petani dan

    mampu mendorong para petani agar selalu memperbaiki lingkungan usaha

    taninya.

    Atas dasar Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25 Tahun 2009 tentang

    Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian dan Peraturan Menteri

    Pertanian Nomor 82 tahun 2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani

    dan Gabungan Kelompok Tani, program penyuluhan diadakan secara rutin

    dibawah koordinasi Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pertanian untuk

    meningkatkan kapabilitas para petani dan kelembagaan penyuluhan. Beberapa

    fungsi yang djalankan oleh UPT Pertanian, diantaranya:

    1. Penyelenggaraan ketatausahaan UPT ;

    2. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data tanaman pangan, hortikultura,

    perkebunan dan kehutanan ;

    3. Pemberian rekomendasi teknis usaha tani tanaman pangan, hortikultura,

    perkebunan dan kehutanan dalam lingkup budidaya, pupuk dan pemupukan,

    pestisida, pengendalian hama dan penyakit, alat mesin, panen dan pasca

    panen, pengolahan, pemasaran dan peredaran hasil.

  • 31

    4. Pelaksanaan pengamatan, peramalan dan pengendalian Organisme

    Pengganggu Tanaman (OPT) tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan

    kehutanan

    5. Pembinaan, pengembangan usaha, pengelolaan, pengolahan dan pemasaran

    hasil pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan ;

    6. Pembinaan, pelaksanaan, bimbingan, pengelolaan dan pelayanan alat mesin

    pertanian, sarana dan prasarana tanaman pangan, hortikultura, perkebunan

    dan kehutanan ;

    7. Pembinaan, pelaksanaan, bimbingan, pengelolaan dan pelayanan peredaran

    hasil pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan ;

    8. Pelaksanaan koordinasi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan

    kehutanan di tingkat desa dan kecamatan dalam rangka pencapaian tujuan

    dan sasaran program pembangunan pertanian dan kehutanan ;

    9. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala Dinas.

    Dengan adanya program penyuluhan ini, pemerintah berharap kualitas

    sumber daya tani Indonesia terus berkembang menjadi lebih baik. (Programa

    Penyuluhan Pertanian UPT Pertanian XII Wilayah Cariu Kabupaten Bogor,

    2019 h. 3-4)

    Penyaluran dana PUAP berhasil meningkatkan hasil produksi para petani.

    Yunia (2014) menyebutkan adanya peningkatan produktivitas para petani yang

    memperoleh dana PUAP. Akan tetapi perputaran dana tidak berjalan dengan

    lancar. Siska dkk (2017) dalam penelitiannya menerangkan terjadinya

    penunggakan dana PUAP yang disalurkan kepada para anggota gapoktan.

    Lebih dari lima puluh persen para anggota tidak mampu mengembalikan dana

    pinjaman tersebut. Program dana PUAP berjalan tidak efektif disebabkan para

    petani melakukan penyalahgunaan dana. Dana yang diterima tidak digunakan

    untuk kepentingan usaha taninya secara utuh.Namun digunakan untuk

    memenuhi kebutuhan hidup dan suatu keperluan yang bersifat konsumtif.

  • 32

    Disisi lainSerikat Petani Indonesia (SPI) berpendapat bahwa Indonesia

    mengalami krisis agraria. Masalah utama yang dihadapi para petani Indonesia

    adalah akses yang minim terhadap sumber-sumber agrarian di wilayah

    pedesaan.Hasil program pemerintah mengenai Swasembada Pangan Strategis

    pada tahun 2017 tidak berhasil menyelesaikan problema utama para

    petani.Kebijakan pemerintah dinilai lebih menguntungkan korporasi

    dibandingkan para petani di wilayah pedesaan.Ketahanan pangan yang menjadi

    visi pemerintah tidak berujung pada kedaulatan pangan masyarakat. (Serikat

    Petani Indonesia (SPI) tentang Catatan Akhir Tahun 2017, diakses pada hari

    minggu, 5 Agustus 2018)

    Dalam rangka penyelenggaraan Swasembada Pangan Strategis, pada

    tahun 2017, Kementerian pertanian memiliki fokus pada peningkatan produksi

    pangan seperti padi, jagung dan kedelai.Kemudian pemerintah membentuk

    anggaran yang besar untuk menyalurkan bantuan berupa subsidi benih, pupuk,

    dan Upaya Khusus (Upsus) padi, jagung, kedelai.Akan tetapi, benih yang

    diberikan bukan benih yang dipercaya kualitasnya oleh para petani.Adapun

    pupuk yang disediakan Kementerian Pertanian merupakan hasil hutang kepada

    korporasi.Program penyuluhan yang digencarkan oleh pemerintah demi

    mendorong peningkatan produksi menggunakan produk-produk korporasi.

    Terkait penggunaan obat-obat kimia pada saat penyuluhan diselenggarakan

    tanpa mempedulikan proses dan dampak kerusakan ekosistem alam.

    Reforma agraria yang menjadi rencana pemerintah tidak sesuai dengan urgensi

    utama nya sebagai solusi problematika masyarakat seperti ketimpangan,

    kemiskinan dan konflik di bidang pertanian.Pembagian sertifikat tanah yang

    menjadi fokus pemerintah tidak merubah struktur ketimpangan penguasaan,

    kepemilikan dan pemanfaatan lahan di wilayah pedesaan.Program reforma

    agraria tidak terbingkai secara holistik.Hal ini disebabkan koordinasi antar

    sektoral yang dibentuk oleh pemerintah untuk mengatur pembagian struktur

  • 33

    penguasaan lahan tidak efektif karena ego masing-masing sektor.Dengan

    demikian, program yang dibentuk oleh pemerintah kurang tepat sasaran dalam

    menyelesaikan masalah utama petani saat ini.

    Penyusutan lahan terus terjadi setiap tahun dan berdampak pada penurunan

    tingkat produksi padi. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan

    Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Bogor, Siti Nurianti menyatakan bahwa

    saat ini lahan pertanian banyak di alih fungsikan untuk lahan industri dan

    perumahan. Hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk dan para pendatang

    yang membangun usaha baru.Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten

    Bogor menyusun kembali Rancangan Peraturan daerah (Raperda) tentang

    Lahan Pertanian Berkelanjutan yang bertujuan melindungi lahan pertanian dari

    arus pembangunan.

    Penerbitan peraturan daerah (perda) oleh pemerintah diperkirakan dapat

    melindungi lahan sawah seluas 37 ribu Ha.Namun angka tersebut belum

    mampu mencapai batas minimum luas lahan yang ditulis dalam Perda Nomor

    11 Tahun 2016 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

    Bogor. Dalam peraturan dijelaskan bahwa luas lahan pertanian harus mencapai

    setidaknya 39 ribu Ha setara dengan 13% dari total lahan kawasan Bogor yakni

    seluas 300 ribu Ha. Tiap tahunnya Kabupaten Bogor bisa menghasilkan rata-

    rata 500 ribu hingga 600 ribu gabah kering giling.Bila dikonversi menjadi beras

    jumlahnya mencapai 325.720 kilogram. Jumlah ini mampu memenuhi

    setidaknya 63% beras bagi 5,5 juta penduduk Kabupaten Bogor.

    (m.republika.co.id)

    Tabel 1.2

    Luas Tanam, Panen dan Produksi Padi Kabupaten Bogor

    Tahun 2017 (Ribuan)

  • 34

    Sumber: Data Monografi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan

    Kabupaten Bogor Tahun 2017.

    Berdasarkan tabel 1.2 berisi data dari Distanhorbun Kabupaten Bogor, luas

    lahan sawahyang ditanami padi di Kabupaten Bogor seluas 47.154 Ha.Lahan

    sawah dengan masa dua kali tanam merupakan lahan terbesar yakni 20.863

    Ha.Disamping itu, luas lahan satu kali tanam seluas 3.090 Ha dan tiga kali

    tanam seluas 13.348 Ha.Adapun luas lahan tanaman selain padi yakni 8.214 Ha

    dan yang tidak ditanami apapun seluas 1.640 Ha. Dilihat dari tabel 1.2

    menunjukkan luas lahan tanaman padi yang terdiri atas total luas lahan tanam

    94.405 Ha, lahan panen 90.961 Ha dan lahan produksi 545.413 ton. Terdapat

    dua komoditas tanaman padi, diantaranya tanaman padi sawah dan padi gogo.

    Lahan tanam padi sawah seluas 93.962 Ha, luas panen 89.637 Ha dan produksi

    540.800 ton dengan tingkat produktivitas 60.33 ku/Ha. Sedangkan luas tanam

    padi gogo seluas 442 Ha, luas panen 1.325 Ha, produksi 4.613 ton dengan

    tingkat produktivitas 34.83 ku/Ha. Adapun kecamatan yang kaya potensi hasil

    padi sawahnya yaitu Jasinga, Cigudeg, Sukajaya, Leuwiliang, Pamijahan,

    Cibungbulang, Jonggol, Sukamakmur, Cariu dan Tanjungsari.Sedangkan padi

    gogo banyak dihasilkan di Kecamatan Tenjo, Sukamakmur, Parung Panjang

    dan Tanjungsari.

    Tabel 1.3

    0

    100,000

    200,000

    300,000

    400,000

    500,000

    600,000

    PadiSawah

    PadiGogo

    Total

    Luas Tanam

    Luas Panen

    Luas Produksi

  • 35

    Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah dan Padi Gogo

    Menurut Kecamatan di Kabupaten Bogor

    Kecamatan Luas Lahan

    (Ha) Produktivitas

    (Kul/Ha) Produksi

    (Ton)

    Nanggung 3 814,5 59,83 22 823

    Leuwiliang 4 626,8 62,05 28 710

    Leuwisadeng 2 928,3 60,57 17 735

    Pamijahan 6 853,7 62,1 42 536

    Cibungbulang 2 224,4 62,34 13 868

    Ciampea 1 680,10 60,67 10 192

    Tenjolanjaya 2 547,50 60,86 15 505

    Dramaga 384,6 60,19 2 315

    Ciomas 625,1 59,93 3 746

    Tamansari 1 083,30 60,42 6 545

    Cijeruk 1 352,30 60,5 8 181

    Cigombong 1 382,50 59,33 8 203

    Caringin 2 436,70 60,32 14 699

    Ciawi 1474,2 60,47 8 914

    Cisarua 568,7 59,52 3 385

    Megamendung 1 146,00 58,98 6 759

    Sukaraja 48,3 60,22 291

    Babakan Madang 441,4 60,69 2 679

    Sukamakmur 8 234,70 60,41 49 744

    Cariu 5 206,40 59,47 30 962

    Tanjungsari 6 232,70 59,44 37 046

    Jonggol 8 106,00 60,7 49 197

    Cileungsi 1 058,90 59,14 6 262

    Klapanunggal 2 145,40 60,14 12 902

    Gunungputri 101 59,48 601

    Citeureup 407,1 60,36 2 457

    Cibinong 95,7 58,41 559

    Bojonggede 53,5 59,05 316

    Tajurhalang 150,8 58,99 890

    Kemang 330,1 59,36 1 960

    Rancabungur 232,3 58,59 1 361

    Parung 78,6 59,05 464

    Ciseeng 450,6 59,57 2 684

    Gunungsindur 423,7 61,16 2 591

    Rumpin 3 261,10 59,28 19 333

    Cigudeg 4 572,40 60,69 27 751

    Sukajaya 3 546,10 58,67 20 806

    Jasinga 4 265,70 58,5 24 955

  • 36

    Tenjo 2 992,80 54,16 16 208

    Parungpanjang 3 397,70 56,66 19 251

    Bogor 90 961,70 60 545,413

    Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kab. Bogor

    Berdasarkan tabel 1.3 di atas, kecamatan dengan hasil produksi tertinggi

    adalah Kecamatan Sukamakmur (49 744 ton). Sedangkan yang memiliki

    tingkat produktivitas tertinggi yakni Kecamatan Gunungsindur (61,16 Ku/Ha).

    Adapun yang memiliki lahan terluas yaitu Kecamatan Sukamakmur (8 234,70

    Ha).

    Pada umumnya, kegiatan usaha tani dilakukan oleh para petani dimana

    lahan pertanian dikelola secara individu.Beberapa diantaranya mempekerjakan

    warga sekitar untuk mengelola lahan sawah miliknya.Petani yang mengelola

    lahan sawah yang bukan milik nya disebut petani penggarap.Penghasilan yang

    diperoleh seorang petani penggarap berasal dari pembagian hasil keuntungan

    pasca panen atas dasar kesepakatan antara petani pemilik tanah dan petani

    penggarap.Modal usaha seperti penyediaan benih, pupuk, alat tani dibagi sesuai

    kesepakatan bersama. Ada pula skema lain yang diterapkan sesuai kondisi

    aktual usaha tani oleh masyarakat setempat. Bentuk kerjasama pertanian yang

    dijalankan sesuai syariat Islam, diantaranya muzara’ah, musaqah dan

    mukhabarah.

    Kerjasama muzara’ah muncul dilatar belakangi dengan adanya unsur

    saling membutuhkan antar individu.Melalui akad muzara’ah, seorang petani

    pemilik lahan mempercayakan seluruh lahannya kepada petani penggarap

    untuk diberdayakan sehingga memperoleh hasil tani dan dibagi hasilkan sesuai

    perjanjian.Dengan demikian, terbentuklah unsur saling tolong menolong dan

    saling menguntungkan antara petani pemilik tanah dan petani penggarap.Petani

    pemilik lahan memperoleh keuntungan dari lahan pertaniannya, sedangkan

  • 37

    petani penggarap memperoleh pendapatan dari hasil kerjanya menggarap lahan

    pertanian.

    Menurut Beny (2015) pola kerjasama usaha tani sangat dipengaruhi oleh

    budaya dan adat istiadat yang dianut oleh masyarakat di daerah setempat.

    Segala hal terkait bagi tugas, porsi benih, pupuk, beban modal usaha diatur

    sesuai dengan praktek yang sudah ada sejak dulu.Kerjasama usaha tani tercipta

    atas asas kekeluargaan dan kekerabatan sesuai kebiasaan masyarakat tanpa

    adanya prosedur hukum yang mengikat.Perjanjian kerjasama terjadi tanpa

    adanya kekuatan hukum yang legal. Dalam Islam, suatu akad dalam transaksi

    maupun kerjasama hendaknya disepakati secara tertulis ataupun lisan dan

    disaksikan oleh pihak lain. Jika tidak maka sangat rentan terjadi kesenjangan

    antara salah satu pihak yang bertransaksi.Hal ini sesuai dengan praktek

    kerjasama usaha tani yang dianut oleh para petani Indonesia.

    Berdasarkah hasil penelitian yang dilakukan oleh Deny dan Ira (2017),

    menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pertanian dengan akad

    muzara’ah yakni luas lahan, tingkat pendidikan, tingkat pengalaman bertani

    dan jumlah kredit modal usaha tani. Luas lahan sangat berpengaruh terhadap

    besar penghasilan para petani. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya,

    para petani memiliki luas lahan pertanian minimal sebesar 0,56 hektar. Adapun

    tingkat pengalaman bertani memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap

    kualitas hasil usaha taninya.Petani yang memiliki pengalaman bertani yang

    rendah sangat rentan terancam gagal panen.Selain itu, ketergantungan para

    petani terhadap tengkulak dalam hal akses permodalan dan penjualan hasil tani

    belum sepenuhnya terhindari.

    Skema bagi hasil yang diterapkan pada akad muzara’ah terbagi menjadi

    dua, diantaranya pola revenue sharing dan profit sharing.(Deni dan Ira, 2017)

    Revenue sharing adalah pembagian hasil dari total produksi sebelum dikurang

    beban biaya yang dikeluarkan. Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil

  • 38

    terhadap total hasil panen setelah dikurangi biaya produksi. Perbedaan antara

    kedua pola tersebut terletak pada beban biaya produksi.Pada pola revenue

    sharing bahwa biaya produksi ditanggung oleh pengelola modal yakni petani

    penggarap.Sedangkan biaya produksi pada pola profit sharing dibebankan

    kepada pemilik modal atau disebut pemilik lahan.Sehingga timbul pernyataan

    bahwa skema bagi hasil menggunakan pola revenue sharing cenderung

    merugikan satu pihak yakni petani penggarap. Adapun pola profit sharing

    dianggap tidak menimbulkan kerugian pada salah satu pihak.

    Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin menganalisis kesesuaian

    penerapan akad muzara’ah pada kerjasama usaha tani. Maka penelitian ini

    diberi judul:

    “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Akad

    Muzara’ah Pada Kerjasama Usahas Tani di Gapoktan di Desa Cibadak

    Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor “

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan penyusunan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah

    yang hendak dibahas dalam penelitian ini diantaranya problematika yang

    menyangkut kinerja petani, yakni:

    1. Menyusutnya lahan pertanian mempengaruhi kinerja petani.

    2. Kurangnya sinergitas antara petani pemilik lahan dan petani penggarap.

    3. Terjadinya ketimpangan antara perjanjian dan realisasi dalam usaha tani.

    4. Masih banyaknya petani yang belum hidup sejahtera atas usaha taninya.

    5. Kurang maksimalnya perhatian pemerintah dalam meningkatkan

    kesejahteraan petani.

    C. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah yang

    hendak diteliti dalam penelitian ini adalah:

  • 39

    1. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan

    ancaman pada akad muzara’ah yang diterapkan para anggota gapoktan

    menggunakan analisis SWOT.

    2. Objek penelitian hanya meliputi anggota gapoktan Subur Hasil Tani yang

    menerapkan akad muzara’ah pada kerjasama usaha taninya.

    3. Informasi yang digunakan untuk mengetahui penerapan akad muzara’ah

    adalah data yang diperoleh dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan

    Perkebunan Kabupaten Bogor, Sekretariat gapoktan hasil tani, UPT

    Pertanian Cariu, hasil penyebaran kuesioner dan wawancara dengan

    anggota kelompok tani yang dipilih secara khusus oleh penulis.

    4. Ukuran akad muzara’ah hanya dibatasi oleh kesesuaian rukun dan syarat

    akad; pembagian porsi benih; skema bagi hasil; etos kerja; kemandirian dan

    kreatifitas usaha.

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian

    ini adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana penerapan akad muzara’ah pada Gapoktan Subur Hasil Tani?

    2. Apa saja faktor internal dan eksternal pada Gapoktan Subur Hasil Tani

    yang mempengaruhi penerapan akad muzara’ah ?

    3. Apa saja strategi yang tepat untuk pengembangan Gapoktan Subur Hasil

    Tani berdasarkan hasil analisis SWOT?

    E. Tujuan Penelitian

    Uraian rumusan masalah diatas ditunjukkan dalam rangka memenuhi

    tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini. Adapun tujuan penelitian tersebut,

    yakni:

    1. Untuk mengetahui penerapan akad muzara’ah pada kerjasama usaha tani

    oleh para petani anggota Gapoktan Subur Hasil Tani.

  • 40

    2. Untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal Gapoktan Subur

    Hasil Tani yang mempengaruhi penerapan akad muzara’ah.

    F. Manfaat Penelitian

    Melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat

    yakni:

    1. Kontribusi Teoritis

    a. Penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan

    mengenai penerapan akad muzara’ah di Indonesia.

    b. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan

    melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

    c. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sebagai bahan referensi untuk

    menambah ilmu pengetahuan terkait dengan penerapan akad muzara’ah di

    Indonesia.

    2. Kontribusi Praktis

    a. Gapoktan Subur Hasil Tani

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi penting

    dan bermanfaat mengenai perkembangan gapoktan, peran organisasi dan

    kinerja anggota gapoktan.Dan juga gambaran perkembangan usaha tani

    para anggota gapoktan desa Cibadak.

    b. Petani (pemilik tanah dan penggarap)

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

    dan tambahan informasi kepada petani mengenai proses akad muzara’ah

    yang benar sesuai dengan kaidah syariat Islam, sehingga dapat dijadikan

  • 41

    sebagai pertimbangan bagi para petani dalam pembagian porsi benih dan

    distribusi bagi hasil keuntungan secara tepat agar tidak terjadi

    ketimpangan di masa mendatang.

    c. Pemerintah

    Untuk memberikan kontribusi yang baik bagi para petani dalam

    pengembangan usaha tani di Indonesia dan bahan evaluasi kinerja

    pemerintah serta sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk

    menentukan kebijakan selanjutnya.

    Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam

    peningkatkan pengelolaan lahan pertanian melalui kerjasama bagi hasil

    yakni akad muzara’ah, sehingga dapat meningkatkan berbagai bentuk

    fasilitas sarana dan prasarana dalam meningkatkan produktivitas usaha

    tani di Indonesia khususnya yang bergerak di sektor pertanian.

    d. Masyarakat

    Diharapkan bermanfaat sebagai bahan acuan dalam menerapkan

    kerjasama usaha tani dengan konsep akad muzara’ah yang sesuai

    dengan kaidah syariat Islam.

  • 42

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Muzara’ah

    1. Pengertian

    Manusia sebagai makhluk sosial tidak mampu menjalani kehidupan secara

    individu, karenanya manusia saling bekerjasama guna memenuhi

    kebutuhannya. Didalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kerjasama diartikan

    suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dari berbagai pihak untuk

    mencapai tujuan bersama. Abdul syani (1994: 156) menjelaskan bahwa

    kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat

    aktivitas tertentu yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan

    saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing.

    Istilah kerjasama dalam bahasa arab dinamakan asy-syirkah. Menurut Haroen

    (2007: 165) secara etimologi asy-syirkah berarti percampuran antara sesuatu

    dengan yang lainnya, sehingga sulit dibedakan.Adapun secara terminologi

    yakni ikatan kerjasama antara dua orang atau lebih dalam perdagangan.Istilah

    asy-syirkah identik dengan kerjasama dagang atau jual beli.Percampuran yang

    dimaksud pada kerjasama syirkah yakni pihak yang bekerjasama saling

    mencampurkan hartanya disertai konsekuensi keuntungan dan kerugian

    menjadi tanggung jawab bersama. (Ghazaly dkk, 2010: 25)

    Muzara’ah merupakan salah satu bentuk kerjasama dalam pengelolaan

    lahan pertanian yang dijalankan menggunakan akad bagi hasil. Dalam Oneng,

    Ma’luf menerangkan (1977: 297) secara bahasa, muzara’ah berasal dari kata

    al-zar’u yang memiliki dua makna. Pertama, tharh al-zur’ah (طرح الزرعة) artinya

    menabur benih. Kedua,al-nabât(النبات)artinya menanam dan menumbuhkan.

    Berdasarkan jenis tanamannya terdapat dua istilah pada kamus bahasa arab,

    yaitu al-zar’u dan al-ghars. Kata al-zar’u yaitu pohon yang tidak memerlukan

  • 43

    penyiraman, kecuali hujan. Pada kitab Fiqh As-Shunnah karya Sayid Sabiq kata

    Al-ghars berarti tanaman yang memerlukan penyiraman. Ma’aluf (1977: 125)

    menjelaskan terkait istilah lain untuk kata al-zar’u yaitu al-harâtsah, al-

    fallâhah (mengolah tanah) dan al-inbât. Secara istilah, yakni طرح الزرع ِف

    artinya menanam tanaman.Sehingga dapat disimpulkan dari beberapaاْلرض

    definisi diatas bahwa muzara’ah adalah kerjasama dalam mengelola tanaman.

    Pada Haroen (2007: 275) secara etimologi, muzara’ah merupakan salah

    satu bentuk kerjasama antara pihak petani pemilik lahan dan petani penggarap

    di bidang pertanian.Secara terminologi, dijelaskan oleh para ulama fiqih

    mengenai akad muzara’ah. Dalam kitab asy-syarh al-Kabir ‘ala Hasyiah Ad-

    dasuqoi bahwa ulama Malikiyah, menyebutkan,

    رَْكُة ِِف ال زُّرْعِ الشِّ

    “Perserikatan dalam pertanian“.

    Adapun Ulama Hanabilah dalam kitab al mugni mendefinisikan:

    نَ ُهَما َها َوالزَّرُْع بَ ي ْ َدْفُع اًْلَْرِض ِاََل َمْن يَ ْزَرُعَها اَْويَ ْعَمُل َعَلي ْ

    “Penyerahan tanah pertanian kepada seorang petani untuk digarap dan

    hasilnya dibagi berdua”.

    Oneng menjelaskan (2018: 344) definisi muzara’ah berdasarkan pandangan

    para ahli, yakni:

    نَ ُهَما بِاْلُْ ُصِص اْلُمزَاَرَعُة ِهَي ُمَعاَقَدٌة َعَلى الزَّرِْع بَ ْْيَ َصاِحِب اْْلَْرِض َواْلُمزَارَُع ِلِقْسِم اْْلَاِصِل بَ ي َْها َوْقُت اْلُعُقدِ اْلُمتَّ ِفِق َعَلي ْ

    "Muzara’ah adalah akad antara pemilik tanah dengan penggarap atas penanaman dengan bagi hasil yang diperoleh untuk keduanya yang disepakati

    waktu akad”.

  • 44

    Praktek muzara’ah identik dengan mukhabarah. Adapun perbedaan antara

    keduanya yakni dalam proses kerjasama muzara’ah, bibit berasal dari pemilik

    lahan. Sedangkan pada praktek mukhabarah, bibit berasal dari petani

    penggarap.Jadi, muzara’ah merupakan kerjasama pengelolaan lahan antara

    petani pemilik lahan dan petani penggarap melalui sistem bagi hasil.

    2. Rukun dan Syarat

    Suatu akad dianggap sah bila terpenuhi rukun dan syaratnya. Berikut ini

    beberapa rukun pada akad muzara’ah dalam pandangan jumhur ulama (Haroen,

    2007: 115), yaitu:

    a. Pemilik Tanah

    b. Petani Penggarap

    c. Objek akad, yakni manfaat tanah dan hasil kerja petani

    d. Ijab dan kabul

    Selanjutnya beberapa syarat dari akad muzara’ah menurut jumhur ulama,

    diantaranya:

    a. Baligh dan berakal, baik pemilik lahan dan penggarap

    b. Bibit yang menjadi objek akad harus jelas dan menghasilkan tanaman

    yang disepakati pada saat akad.

    c. Segala hal yang berkaitan dengan lahan, baik kualitas dan luas lahan harus

    jelas. Kualitas lahan sangat cocok untuk digarap dan ditanami. Pemilik tanah

    menyerahkan seluruh lahannya yang akan digarap kepada petani secara utuh.

    Jika tidak terpenuhi maka akad tidak sah.

    d. Hal-hal yang berkaitan dengan hasil pertanian, yaitu:

  • 45

    1. Persentase bagi hasil pertanian bagi pihak yang berakad jelas.

    2. Hasil pertanian murni berasal dari lahan yang digarap.

    3. Pembagian hasil pertanian sudah ditentukan besarnya baik setengah,

    sepertiga atau seperempatnya sejak akad dimulai untuk menghindari

    timbulnya perselisihan.

    4. Jangka waktu yang jelas terkait lamanya waktu kerjasama antara pemilik

    lahan dan petani penggarap saat dimulainya akad. Hal ini penting

    menyangkut adanya unsur akad ijarah (upah-mengupah) yakni

    pembagian hasil panen yang antar pihak yang bekerjasama. (Ghazaly dkk,

    2010: h. 116-117)

    Rukun dan syarat akad muzara’ah menurut Kompilasi Hukum Ekonomi

    Syariah pada bab IX bagian pertama, berikut diantaranya: (Fauzan, 2009: 76-

    79)

    Pasal 255: Rukun muzara’ah adalah: Pemilik lahan, Penggarap, Lahan yang

    digarap dan Akad.

    Pasal 256: Pemilik lahan harus menyerahkan lahan yang akan digarap kepada

    pihak yang menggarap.

    Pasal 257: Penggarap wajib memiliki keterampilan bertani dan bersedia

    menggarap lahan yang diterimanya.

    Pasal 258: Penggarap wajib memberikan keuntungan kepada pemilik lahan

    bila pengelolaan yang dilakukannya menghasilkan keuntungan.

    Pasal 259: Akad muzara’ah dapat dilakukan secara mutlak dan terbatas. Jenis

    benih yang akan ditanam dalam muzara’ah terbatas harus dinyatakan secara

    pasti dalam akad, dan diketahui oleh penggarap. Penggarap bebas memilih

    jenis benih tanaman untuk ditanam dalam akad muzara’ah yang mutlak.

    Penggarap wajib memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi lahan,

  • 46

    keadaan cuaca serta cara yang memungkinkan untuk mengatasinya

    menjelang musim tanam.

    Pasal 260: Penggarap wajib menjelaskan perkiraan hasil panen kepada

    pemilik lahan dalam akad muzara’ah mutlak.

    Pasal 261: Penggarap dan pemilik lahan dapat melakukan kesepakatan

    mengenai pembagian hasil pertanian yang akan diterima oleh masing-masing

    pihak.

    Pasal 262: Penyimpanan yang dilakukan penggarap dalam akad muzara’ah,

    dapat mengakibatkan batalnya akad itu. Seluruh hasil panen yang dilakukan

    oleh penggarap yang melakukan pelanggaran sebagaimana dalam ayat (1)

    menjadi milik pemilik lahan. Dalam hal terjadi keadaan seperti pada ayat (2),

    pemilik lahan dianjurkan untuk memberi imbalan atas kerja yang telah

    dilakukan penggarap.

    Pasal 263:Penggarap berhak melanjutkan akad muzara’ah apabila

    tanamannya belum layak dipanen, meskipun pemilik lahan telah meninggal

    dunia. Ahli waris pemilik lahan wajib melanjutkan kerjasama muzara’ah

    yang dilakukan oleh pihak yang meninggal sebelum tanaman pihak

    penggarap bisa dipanen.

    Pasal 264: Hak penggarap lahan dapat dipindahkan dengan cara diwariskan

    bila penggarap meninggal dunia sampai tanamannya bisa dipanen. Ahli waris

    penggarap berhak untuk meneruskan atau membatalkan akad muzara’ah

    yang dilakukan oleh pihak yang meninggal.

    Pasal 265: Akad muzara’ah berakhir apabila waktu yang disepakati telah

    berakhir. Muzara’ah terkadang berakhir setelah karena telah terwujudnya

    maksud dan tujuan akad, misalnya tanaman telah selesai dipanen. Akan tetapi

    terkadang akad muzara’ah berakhir sebelum terwujudnya tujuan muzara’ah,

    karena sebab-sebab berikut. Masa perjanjian muzara’ah telah habis

    disebabkan meninggalnya salah satu pihak, baik meninggalnya sebelum

  • 47

    dimulainya penggarapan maupun sesudahnya, baik buahnya sudah bisa

    dipanen atau belum. Pendapat ini dikemukakan oleh Hanafiah dan Hanabilah.

    Akan tetapi menurut Malikiyah dan Syafi’iah, muzara’ah tidak berakhir

    karena meninggalnya salah satu pihak yang melakukan akad. Bila salah satu

    pihak meninggal dunia atau gila, berdasarkan pendapat yang

    mengkategorikannya sebagai transaksi yang mengikat, maka ahli waris atau

    walinya yang menggantikan posisinya.

    3. Dasar Hukum Akad Muzara’ah

    Hukum praktek muzara’ah memiliki banyak perbedaan dikalangan para

    ulama fiqih. Menurut Wahbah Zuhaili dalam Muslich (2013: 394) Imam Abu

    Hanifah, Zufar dan Imam Syafi’i tidak memperbolehkan adanya praktek

    muzara’ah dengan berlandaskan hadits Nabi SAW,

    َحا ِك َرِضَي الّلُه َعْنُه َأنَّ َرُسْوُل الّلِه َصلَّى الّلُه َعَلْيِه َوَسلََّم نَ َهى َعِن اْلمُ زَاَرَعِة َوَعْن ثَاِبِت اْبِن الضَّ

    َوأََمَر بِاْلُمَؤاَجَرِة.

    “Dari Tsabit bin Adh-Dhahhak ra. bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW

    melarang untuk melakukan muzara’ah dan memerintahkan untuk melakukan

    muajarah (sewa-menyewa)”. (HR. Muslim)

    Dalam Haris (2005: 101) mereka berpendapat bahwa objek akad dalam

    kerjasama pertanian yaitu hasil produksi tidak jelas dan tidak dapat diukur.Bila

    terjadi gagal panen dan rugi, maka petani yang bekerjasama tidak memperoleh

    apapun dari hasil kerjanya.Namun sebagian kalangan Syafi’iyah

    memperbolehkan dengan alasan kebutuhan (hajah).Menurut jumhur ulama,

    hukum praktek muzara’ah yakni mubah (boleh) atas dasar hadist Nabi SAW

    berikut (Muslich, 2013: 395),

  • 48

    ِبَشْرِط َما ََيْرُُج َعِن اْبِن ُعَمَر َرِضَي الّلُه َعْنُه َأنَّ َرُسْوَل الّلِه َصلَّ الّلُه َعَلْيِه َوَسلََّم َعاَمَل أَْهَل َخْيبَ رَ

    َها ِمْن ََثٍَر أَْو َزرٍْع. ِمن ْ

    “Dari Ibnu Umar ra.bahwa Rasulullah SAW melakukan kerjasama

    (penggarapan tanah) dengan penduduk Khaibar dengan imbalan separuh dari

    hasil yang keluar dari tanah tersebut, baik buah-buahan maupun tanaman”.

    (Muttafaq ‘alaih)

    Akad muzara’ah dilandaskan atas prinsip tolong menolong mengingat

    banyaknya petani yang memiliki lahan tidak mampu mengelolanya. Ulama

    Maliki dan Hanabilah dalam Haroen (2007: 277) tujuan praktek muzara’ah

    sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi,

    ْقَوى َوًلَ تَ َعا َونُ ْوا َعَلى اِْلُثِْ َواْلُعْدَواِن.. َوتَ َعا َونُوا َعَلى اْلِبِّ َوالت َّ

    “Bertolong-tolonglah kamu atas kebajikan dan ketaqwaan dan jangan

    bertolong-tolongan atas dosa dan permusuhan“.(QS. Al Maidah: 2)

    Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang hanya memiliki keahlian dalam

    bertani tidak memiliki lahan yang dapat diolah. Untuk menyesuaikan

    fenomena yang ada, Islam menganjurkan adanya kerjasama terkait

    pemanfaatan lahan agar menimbulkan kemaslahatan bagi umat. Sebagaimana

    hadis Rasulullah SAW diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas

    ra.yang berbunyi:

    ِإنَّ النَِّبَّ ص م ََلْ ُُيَرِِّم اْلُمَزاَرَعُة َوَلِكْن اََمَرن يَ ْرُفَق بَ ْعُضُهْم بِبَ ْعِض ِبَقْولِِه َمْن َكاَنْت َلهُ

    أَْرٌض فَ ْليَ ْزَرْعَها أَْولَِيْمَنْحَها َأَخاُه فَِإْن َأََب فَ ْلُيْمِسْك أَْرَضُه )رواه البخارى(

    “Sesungguhnya Nabi SAW: menyatakan, tidak mengharamkan bermuzara’ah

    bahkan beliau menyuruhnya, supaya yang sebagian menyayangi sebagian

    yang lain, dengan katanya, barang siapa yang memiliki tanah, maka

    hendaklah ditanaminya atau memberikan faedahnya kepada saudaranya, jika

  • 49

    ia tidak mau, maka boleh ditahan saja tanah itu“.(Sahrani dan Abdullah,

    2011: 215)

    Praktek kerjasama muzara’ah sudah banyak dipraktekkan para petani

    Indonesia.Pembagian porsi bibit, modal operasional dan kerugian yang timbul

    dari gagal panen sesuai dengan keragaman adat serta budaya bertani yang

    umumnya dilakukan oleh masyarakat di daerah tersebut.Menurut Muslich

    (2013: 6) pada perkara muamalat, adat kebiasaan dapat diterapkan selama tidak

    bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam hukum syariat Islam.

    Sebagaimana hadits Nabi SAW yang berbunyi,

    َما رَأَُه اْلُمْسِلُمْوَن َحَسناا فَ ُهَوِعْنَدالّلِه َحَسٌن

    “Sesuatu yang oleh orang muslim dipandang baik, maka disisi Allah juga

    dianggap baik”.

    Praktek muzara’ah pada kebiasaan masyarakat Indonesia dinamakan

    sistem paroan. (Haroen, 2007: h. 275). Keuntungan ditentukan menggunakan

    skema bagi hasil sesuai kesepakatan awal. Menurut Sayyid Sabiq, dalam

    prakteknya pemberian lahan oleh pemilik lahan kepada penggarap dimana

    bagian yang diperoleh sebesar setengah, satu pertiga, atau lebih banyak sesuai

    dengan kesepakatan.

    4. Bentuk-Bentuk Akad Muzara’ah Dr. Mardani (2013: 240) menyebutkan bentuk-bentuk kerjasama

    muzara’ah adalah sebagai berikut, diantaranya:

    a) Apabila lahan dan benih berasal dari satu pihak, kemudian pekerjaan dan

    alat dari pihak lain, maka akad ini mubah. Dalam hal tersebut si pemilik

    lahan menjadi penyewa atas manfaat dari pekerjaan si penggarap lahan,

    sedangkan alat yang digunakan untuk membajak adalah bagian dari si

    penggarap.

  • 50

    b) Apabila lahan milik satu pihak (pemilik lahan), sedangkan alat, benih, dan

    pekerjaan oleh pihak lain (penggarap), maka akad ini diperbolehkan.

    Dimana si penggarap menjadi penyewa atas lahan, dengan pembagian hasil

    dari pertanian tersebut.

    c) Apabila lahan, alat pertanian, dan benih tanaman berasal dari satu pihak.

    Sedangkan pekerjaan dari pihak lain, maka akad ini diperbolehkan.

    Diperumpamakan si pemilik lahan menyewa si pekerja untuk menggarap

    lahannya dari pembagian hasil dari pertanian tersebut.

    d) Apabila lahan dan alat berasal milik satu pihak. Kemudian pekerjaan dan

    benih berasal dari pihak lain, maka akad ini tidak diperbolehkan. Hal ini

    disebabkan apabila akad ini diqiaskan kepada akad ijarah terhadap lahan,

    adanya persyaratan alat akan merusak akad.

    5. Hukum Perjanjian Akad Muzara’ah

    Menurut Dahrum dalam Al-asqolani (2010: 302) Syaikh Abu Bakar Al

    Jazairi berkata bahwa hukum-hukum perjanjian akad muzara’ah adalah sebagai

    berikut:

    a) Masa kerjasama akadmuzara’ah harus ditentukan, misalkan 1 tahun.

    b) Bagian yang disepakati dari ukurannya dan mencakup apa yang

    dihasilkannya. Apabila sang pemilik tanah berkata: “Engkau berhak atas

    apa yang tumbuh diatas tempat ini dan tidak ditempat yg lainnya“. Maka

    hal ini tidak sah.

    c) Jika pemilik tanah mensyaratkan mengambil bibit sebelum dibagi hasilnya

    kemudian, sisanya dibagi antara pemilik tanah dan penggarap tanah sesuai

    dengan syarat pembagiannya, maka muzara’ah tidak sah.

  • 51

    B. Identifikasi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerapan AkadMuzara’ah

    1. Terpenuhinya Rukun dan Syarat Akad

    Rukun merupakan unsur yang harus ada pada sebuah akad (Sahroni, 2017:

    25).Para ulama fiqih telah bersepakat dalam menentukan rukun dan syarat pada

    akad muzara’ah.Bila seluruh rukun akad tersebut tidak terpenuhi, hal itu dapat

    merusak dan bahkan dianggap tidak sah menurut hukum perdata Islam.Adapun

    syarat akad ialah sifat yang harus melekat pada setiap rukun akad. Oleh

    karenanya, rukun dan syarat akad tersebut menjadi unsur terpenting dan saling

    melengkapi satu sama lain.

    2. Peningkatan Etos Kerja dan Spiritual

    Hikmah akad muzara’ah yakni terciptanya kemakmuran antara makhluk

    hidup dimuka bumi (Ghazaly dkk, 2010: 119).Akad muzara’ah boleh diterapkan

    untuk tujuan saling tolong menolong antar sesama manusia.Melalui akad

    muzara’ah, seorang petani yang hanya tidak memiliki modal, maka dengan

    keahliannya dalam bertani mampu bekerjasama dengan pemilik lahan sebagai

    penggarap.Pada musim panen tiba, keuntungan hasil tani dibagikan sesuai

    kesepakatan bersama.Dengan ini, petani penggarap memperoleh pendapatan

    melalui usahanya membantu pemilik lahan mengelola lahan pertaniannya.

    Praktek muzara’ah membuka kesempatan kepada petani penggarap untuk

    mengaktualisasikan keahliannya dalam bertani.Lahan pertanian dan biaya

    produksi seluruhnya diatur oleh pemilik lahan.Keahlian dan tenaga menjadi

    jaminan kepercayaan pemilik lahan atas penggarap agar dapat mengurus lahan

    usaha taninya.Pemilik lahan dan penggarap saling berupaya untuk memperoleh

    hasil pertanian yang sukses. Kesempatan tersebut memicu semangat para petani

    penggarap dalam bertani sehingga dengannya ia dapat meningkatkan kualitas

    hidupnya dari segi materi maupun spiritual.

  • 52

    Menurut Pandji Anoraga dalam Saefullah (2010: 60) faktor-faktor

    eksternal yang berpengaruh terhadap etos kerja seseorang, yakni:

    a. ) Keamanan kerja

    b. ) Kesempatan untuk memperoleh kemajuan

    c. ) Kondisi kerja yang kondusif dan menyenangkan

    d. ) Rekan kerja yang baik

    e. )Tersedianya kompensasi, gaji atau imbalan.

    Kualitas seseorang dalam bekerja dapat dilihat dari etos kerjanya.Hadari

    Nawawi mengemukakan unsur-unsur yang digunakan untuk mengukur tinggi

    rendahnya etos kerja seseorang, yaitu Motivasi kerja, tujuan kerja, pola kerja,

    semangat kerja, dan tekad kerja. (saefullah, 2010: 57). Jika kelima unsur tersebut

    bernilai bagus, maka akan menghasilkan etos kerja yang tinggi.

    3. Pendapatan dan Skema Bagi Hasil

    Jumhur ulama yang membolehkan praktek muzara'ah menetapkan objek

    akad muzara’ah ialah manfaat tanah dan hasil panen yang dihasilkan secara jelas

    berasal dari kerjasama usaha pertanian yang dijalankan (Ghazaly, 2010: 117).

    Adapun besar hasil keuntungan yang dibagikan ditentukan sejak awal perjanjian

    berlangsung sebesar setengah, sepertiga atau seperempatnya dari hasil

    keuntungan yang didapatkan. Apabila kerugian dan gagal panen terjadi selama

    kerjasama berlangsung maka kerugian tersebut ditanggung oleh petani pemilik

    lahan selaku pihak pemodal .

    Skema bagi hasil pada kerjasama muzara’ah umumnya menyesuaikan adat

    kebiasaan masyarakat. Deni dan Ira (2017) bahwa kerjasama muzara’ah

    menggunakan skema bagi hasil revenue sharing yakni hasil keuntungan

    dibagikan sebelum dikeluarkan biaya usaha dianggap tidak adil karena

    merugikan petani penggarap yang berperan sebagai pengelola modal.

    Sedangkan skema profit sharing merupakan skema bagi hasil dimana biaya

    produksi ditanggung secara bersama.Jadi, bila dibandingkan antara keduanya,

  • 53

    skema profit sharing merupakan skema yang adil karena tidak merugikan salah

    satu pihak.

    4. Kemandirian dan Kreatifitas Usaha

    Sikap kemandirian merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki oleh

    seorang wirausaha.Renaningtyas (2017) mengemukakan bahwa wirausaha yang

    mandiri cenderung mampu menciptakan inovasi dan berkreasi dengan usahanya

    serta mengembangkan potensi yang dimilikinya demi tercapainya keberhasilan

    usahanya.Pada penelitiannya, Renaningtyas menyimpulkan bahwa nilai

    kemandirian yang dimiliki seseorang dapat medorong aspek produktivitas dan

    efisiensi yang menjadi penentu keberhasilan usahanya.

    Firdani dkk (2017) dalam Luthfiyah menjelaskan karakteristik kemandirian

    seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek, yakni: 1) Tanggung jawab; 2) Tidak

    bergantung pada orang lain; 3) Mampu memenuhi kebutuhan pokok minimal;

    4) Tekun; 5) Disiplin; 6) Berani mengambil resiko. Pada penelitiannya, Firdani

    dkk menerangkan pentingnya kepedulian pemerintah dan masyarakat setempat

    agar senantiasa mengawasi perkembangan program kewirausahaan supaya

    menjaga motivasi warga tetap stabil.

    Kreatifitas ialah suatu kemampuan menciptakan sebuah temuan baru

    dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada. Tasmara (1995: 119)

    mengatakan bahwa sebuah potensi mendayagunakan aset yang dimiliki dengan

    menempatkannya pada tempat dan waktu yang sesuai.Allah SWT

    menganugerahkan kepada makhluk Nya yakni umat manusia berupa akal,

    lingkungan dan dorongan agar dapat memenuhi kebutuhannya dengan berbagai

    sumber daya yang ada di muka bumi.Sebagai khalifah, manusia dituntut untuk

    maju dan berkembang menemukan hal-hal baru agar terciptanya kehidupan yang

    sejahtera dan harmonis.

    Sebuah peradaban dunia tercipta dari sebuah kekuatan yang memadukan

    ilmu pengetahuan dan potensi alam. Sebagaimana ayat Al qur'an yang berbunyi:

  • 54

    فُ َيا َمَوِت َواْْلَْرِض َفانْ ُفُذْوا ًلَتَ ن ْ ُفُذْوا ِمْن أَْقطَاِر السَّ ُذْوَن ِإًلَّ ِبُسْلطَانٍ َمْعَشَر اْلِْنِّ َواإِلْنِس إِن اْسَتَطْعُتْم َأْن تَ ن ْ

    "Wahai Jin dan Manusia, jika kamu mampu menembus (melintasi) seluruh

    penjuru langit dan (menembus) bumi, maka lintasi dan tembuslah, dan kamu

    tidak akan mampu kecuali dengan kekuatan”. (QS. Ar Rahman: 33)

    Maka dari itu, alam semesta beserta seluruh isinya merupakan bahan input

    yang perlu diolah menjadi sebuah output. Pohon, tumbuh-tumbuhan, ikan yang

    terdapat di muka bumi ini dapat diolah oleh manusia menjadi sesuatu yang baik

    dan berguna bagi keberlangsungan makhluk hidup.

    Riansyah dan Sya’roni (2017) dalam Munandra berpendapat bahwa faktor-

    faktor yang memicu kreatifitas seseorang, yakni: dorongan dari dalam diri

    sendiri dan dorongan lingkungan. Pada penelitiannya, Riansyah dan Sya’roni

    menyimpulkan bahwa beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kreatifitas,

    inovasi dan kinerja yakni faktor lingkungan, kepemimpinan, budaya organisasi,

    struktur organisasi dan kemampuan perusahaan. Kreatifitas memiliki pengaruh

    yang besar terhadap kinerja, akan tetapi diperlukan adanya dorongan yang

    memicu inovasi. Sehingga kreatifitas dan dan kinerja memiliki saling

    berhubungan dan berpengaruh satu sama lain.

    C. Tinjauan Penelitian Terdahulu

    Sebagaimana penelitian pada umumnya, penelitian ini dilaksanakan tidak

    lepas untuk menyempurnakan penelitian-penelitian sebelumnya. Serta menjadi

    bahan acuan dan perbandingan yang erat kaitannya dengan penelitian ini agar

    berjalan dengan semestinya. Berikut diantaranya:

    1. Deny Lubis, Ira Roch Indrawati (2017) pada penelitiannya yang berjudul

    “Analisis Pendapatan Petani Penggarap Dengan Akad Muzara’ah Dan

    Faktor Yang Mempengaruhinya”, penulis melakukan identifikasi terkait

    faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani pada praktek

    muzara’ah. Penelitian ini menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa faktor-

  • 55

    faktor yang mempengaruhi akad muzara’ah secara signifikan, yakni: lama

    pendidikan, lama pengalaman bertani, jumlah kredit, modal kerja dan luas

    lahan. Luas lahan cukup mempengaruhi pendapatan petani, minimal luas

    lahan untuk mencukupi pengeluaran rumah tangga petani adalah 0,56 hektar.

    Skema bagi hasil yang digunakan yakni revenuesharing. Namun skema ini

    dinilai merugikan satu pihak yakni petani penggarap sebagai pengelola modal

    karena biaya produksi dibebankan kepada pihak pengggarap. (Sumber: Jurnal

    Kajian Ekonomi Islam (Maqdis), Vol. 2, No. 1)

    2. Dahrum (2016) melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Sistem

    Muzara’ahDalamMeningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan

    Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba”.Penelitian

    inibertujuan untuk mengetahui implementasi akad muzara’ah di Kelurahan

    Palampang Kecamatan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten

    Bulukumba.Adapun kesimpulan dari penelitian ini bahwa penerapan akad

    muzara’ah dikategorikan kerjasama yang sah, karena mengadung dua prinsip

    muamalah, pertama adanya unsur kerelaan antara kedua belah pihak yang

    bekerjasama.Kedua, proses kerjasama berjalan atas dasar kesepakatan dan

    keridhoan pemilik lahan danpenggarap.Secara umum belum sepenuhnya

    sesuai dengan aturan dalam Islam, yakni terkait pembagian hasil

    dilaksanakan dengan mengurangi hasil panen terlebih dahulu sebelum dibagi

    oleh kedua belah pihak.Praktek muzara’ah yang diterapkan sesuai adat

    setempat tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah.(Sumber:

    Skripsi)

    3. Radian Ulfa (2017)pada penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh

    Muzara’ah Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani di Desa Simpang Agung

    Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    adakah peningkatan kesejahteraan dari praktek kerjasama muzara’ah”.

  • 56

    Berdasarkan hasil akhir dari penelitian ini, maka diperoleh sebuah

    kesimpulan bahwa pelaksanaan akad muzara’ah berhasil meningkatkan taraf

    hidup masyarakat terutama dikalangan petani penggarap. Kebutuhan dasar

    makanan dapat terpenuhi dengan mudah. Rata-rata kebutuhan beras sehari-

    hari berasal dari bagi hasil kerjasamamuzara’ah. Bahkan kini masyarakat

    dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier, seperti barang-barang

    elektronik dan lainnya. (Sumber: Skripsi)

    4. Iin Hamidah (2014)melakukan penelitian yang berjudul“Kesesuaian Konsep

    Islam Dalam Praktek Kerjasama Bagi Hasil Petani Desa Tenggulun

    Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur”. Penelitian ini

    dilakukan bertujuan untuk menemukan adanya kesesuaian antara konsep

    kerjasama bagi hasil yang diterapkan oleh petani desa Tenggulun dengan

    konsep Islam. Berikut ini beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini,

    diantaranya: Sistem bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat Desa

    Tenggulun sesuai dengan prinsip sistem mukhabarah karena modal

    pengelolaan tanah menjadi tanggungan pihak penggarap. Dari sisi perjanjian

    akad, kerjasama terbentuk sesuai dengan konsep muamalah Islam, akan tetapi

    dari aspek objek akad ditemukan adanya ketidaksesuaian pada presentase

    porsi bagi hasil dan jangka waktu ker