ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...
Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...
-
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN
AKAD MUZARA’AH PADA KERJASAMA USAHA TANI DI GAPOKTAN
DESA CIBADAK KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Guna Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
Ulfi Husnul Tazkiyah
11140860000026
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
-
1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN
AKAD MUZARA’AH PADA KERJASAMA USAHA TANI DI GAPOKTAN
DESA CIBADAK KECAMATAN TANJUNG SARI KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Guna Memenuhi Syarat-syarat un tuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Ulfi Husnul Tazkiyah
NIM. 11140860000026
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I
A.M. Hasan Ali, MA
NIP. 19751201 200501 1 005
Pembimbing II
RR. Tini Anggraini, M. Si
NIDN.201008001
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/ 2019 M
-
2
-
3
-
4
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ulfi Husnul Tazkiyah
NIM : 11140860000026
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tan pa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain terhadap karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 17Oktober 2019
Ulfi Husnul Tazkiyah
-
5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama Lengkap : Ulfi Husnul Tazkiyah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang Selatan, 3 Maret 1996
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Tinggi/Berat Badan : 153/ 48 kg
Alamat : Jln. Aria Putra G.g Swadaya rt 09/10 no. 20 Kedaung
Pamulang, Tangerang Selatan- Banten
No. HP : 0859-4797-9545
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
2003-2009 : SD Negeri Ciputat 1 Tangerang Selatan
2009-2012 : MTs Ummul Quro Al Islami Bogor
-
6
2012-2014 : MA Ummul Quro Al Islami Bogor
2014-Sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
2009-2014 : Anggota Klub Teater Ummul Quro Al Islami Bogor
2012-2014 : Anggota OCC (Oration Course Club) Ummul Quro
Al Islami Bogor
2012 : Anggota Paduan Suara Ummul Quro Al Islami Bogor
2013-2014 : Sekretaris Divisi Bahasa ISPI Ummul Quro Al Islami
2015-2016 : Anggota Divisi Kewirausahaan HMJ Ekonomi
Syariah/ Anggota Divisi Syiar LDK KomDa FEB
2016-2017 : Staff Sekretaris KSEI LiSEnSi UIN Jakarta
2017-2018 : Sekretaris Umum KSEI LiSEnSi UIN Jakarta
Karya Ilmiah : -
Latar Belakang Keluarga
Ayah : Mamay Zamaluddin
Pekerjaan : Guru
Ibu : Oneng Nurul Bariyah
Pekerjaan : Dosen
-
7
Alamat : Jln. Aria Putra Gg. Swadaya rt 09/rw 10 no. 20 Kedaung Pamulang,
Tangerang Selatan- Banten
Anak ke dari : 1 dari 2 bersaudara
-
8
ABSTRACT
This research aims to analyze the suitability between muzara’ah contract application
and some factors (internal and external factor) which affects those things on
agricultural sector cooperation in Gapoktan Subur Hasil Tani. SWOT analyzing
method is used in this research. According to questionnaires and interviews, the
farmers who use muzara’ah contract has fulfilled its terms and conditions.Profit
sharing method is used for income sharing. All farming capital comes from land
owners. The result of SWOT’s internal factor analysis shows that the factor which
dominantly impact muzara’ah contract is the fulfillment of terms and conditions and
good work ethics from the farmers who joined Gapoktan Subur Hasil Tani. On the
contrary, some internal factors which become weak point in this contract are the
agreements mostly didn’t written or recorded, and the lack of farming equipments and
infrastructures. On the other side, external factors that have impact on this contract
the most are the leniency of Gapoktan membership and ease distribution of agricultural
products. The downside of external factor are land depreciations, pests outbreak, bad
weather, and lack of government assistances.
Keywords: Muzara’a Contract, Gapoktan, Internal Factor, External Factor.
-
9
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian penerapan akad muzara’ah dan
faktor-faktor baik faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhinya pada
kerjasama usaha tani di gapoktan Subur Hasil Tani.Metode analisis yang digunakan
adalah teknik Analisis SWOT.Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan
wawancara, akad muzara’ah yang diterapkan oleh para petani telah memenuhi syarat
dan rukun akad tersebut. Adapun skema bagi hasil yang digunakan adalah skema profit
sharing. Yakni seluruh modal usaha bertani berasal dari pemilik lahan.Hasil analisis
SWOT terkait evaluasi faktor internal gapoktan menunjukkan bahwa faktor kekuatan
yang dominan mempengaruhi akad muzara’ah yakni terpenuhinya rukun dan syarat
akad serta etos kerja yang baik dari para petani anggota gapoktan Subur Hasil Tani.
Adapun faktor internal yang menjadi kelemahan adalah perjanjian yang dilakukan
tanpa tertulis, alat bertani dan sarana irigasi masih kurang memadai. Sedangkan faktor
eksternal yang menjadi peluang yakni bergabungnya para petani kedalam gapoktan dan
kemudahan distribusi hasil tani. Adapun faktor yang menjadi tantangannya adalah
penyusutan lahan, sulitnya mengatasi serangan hama dan cuaca buruk serta
keterlambatan bantuan dari pemerintah.
Kata Kunci :Akad Muzara’ah, Gapoktan, Faktor Internal, Faktor Eksternal
-
10
KATA PENGANTAR
Bismillahirramanirrahim walhamdulillahi robbil ’alamin, Segala pujian hanya
milik Allah SWT atas segala nikmat yang tiada hentinya Ia berikan kepada seluruh
makhluk Nya. Juga berkat rasa kasih dan sayang Nya penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini berserta segala kekurangannya. Shalawat diiringi salam selalu tercurah
limpahkan kepada sang uswatun hasanah umat Islam yakni baginda Muhammad SAW,
keluarga dan para sahabatNya yang telah berkorban demi tegaknya peradaban Islam
yang rahmatan lil ‘alamin. Semoga kita termasuk kedalam golongan beliau bersama
para pengikut Nya di hari akhirat nanti.Aamiin.
Terselesainya penulisan skripsi ini takkan terwujud tanpa bantuan dari segenap
keluarga, guru, kerabat dan sahabat dalam berbagai bentuk, baik dukungan yang
bersifat moril maupun materil.Dorongan hangat penuh ketulusan membuat diri ini
terisi oleh semangat dan sikap optimis menghadapi rasa malas, lalai dan putus asa.
Mereka adalah support system yang Allah kirim untuk selalu me-recharge iman dan
Islam sehingga penulis mampu mencapai garis finish. Tanpa mengurangi rasa hormat,
penulis mengucapkan a million thanks kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA, QIA, BKP., CRMP selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Erika Amelia, S.E., M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, MM selaku
Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak A.M Hasan Ali, M.A selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis, beliau
yang membimbing serta memberikan arahan terbaik dan semangat besar
kepada penulis dengan penuh kesabaran di tengah kesibukan beliau hingga
skripsi ini dapat terselesaikan secara baik. Terimakasih bapak. Semoga Allah
-
11
balas dengan rahmat, ridho dan keberkahan atas segala kesibukan bapak dan
menjadikannya sebagai amal ibadah, aamiin.
4. Ibu RR. Tini Anggraini, M. Si, selaku Dosen Pembimbing dan Dosen
Pembimbing Akademik yang selalu memberikan waktu luangnya kepada
penulis untuk berkonsultasi, bimbingan serta senantiasa memberikan arahan,
saran terbaik, dan semangat besar untuk meyelesaikan skripsi ini. Semoga
Allah balas segala kebaikan ibu berupa rahmat, ridho dan keberkahan atas
segala aktifitas ibu dan bernilai amal ibadah disisi Nya, aamiin.
5. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang menyediakan
berbagai bahan dan sumber-sumber referensi serta fasilitas bagi para
mahasiswa.
6. Seluruh dosen prodi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
menyalurkan berbagai bidang dan disiplin ilmu dengan penuh kesabaran
selama menempuh pendidikan sebagai mahasiswi.
7. Seluruh karyawan bagian akademik dan umum Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, memberikan
pelayanan dalam memenuhi segala keperluan kepada penulisselama menempuh
pendidikan sebagai mahasiswi.
8. Kedua orangtuaku tersayang, Bapak Mamay dan Ibu Oneng, atas segala kerja
keras, dukungan, semangat yang selalu menguatkan penulis untuk mampu
menyelesaikan tugas akhir dan pendidikan sarjana. Untaian doa yang selalu
dilangitkan di waktu sepertiga malam. Dengan penuh kesabaran menghadapi
sikap penulis yang terkadang malas dan acuh. Adikku tersayang, Rifki, dan
keluarga besar Usrah Al barri, berkat doa dan harapan terbaik mereka sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh rasa percaya diri dan
-
12
optimis. Semoga Allah senantiasa limpahkan kasih sayang Nya kepada mereka,
aamiin.
9. Keluarga besar mahasiswa prodi Ekonomi Syariah angkatan 2014, teman,
kerabat, sahabat seperjuangan rasa keluarga, terima kasih sudah maubersabar
menerima kekurangan dan selalu membantu penulis ketika kesulitan dalam
memahami dan mengerjakan tugas kuliahselama menempuh pendidikan
sebagai mahasiswi. Semoga ilmu yang diperoleh menaikkan derajat kemuliaan
dan semakin mendekatkan teman-teman dengan Allah, aamiin .
10. Keluarga Ashdiqouddaraini, Santi, Wulan Desi Maulani, Widad Ali, Azkia
Nurul Rahmah, Siti Romlah, Aisyah Al Fitri, Safitri Riskyana, Rutbatul Aliyah,
Elin, Siti Aida Nur Sa’adah, Nur Linda, Arni Nur Azizah. Dan juga Soulmate,
Aan Nurhasanah, Alif Indri Lestari, Ziyaadaturrahmah, Rahmaniyah Ayu
Azizah, sahabat rasa keluarga sejak masa menempuh ilmu di PM. Ummul Quro
hingga saat ini, untaian doa indah dan dukungan yang tulus selelu penulis
terima. Semoga Allah perkenankan untuk bersua di syurga Nya, aamiin.
11. Keluarga besar Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta seluruh angkatan. Khususnya Fitria Rahmah Alkhonsa,
S.E, Bella Firmansyah, S.E, Dwi Ratna Sari, S.E, Halimatussa’adiyah, S.E,
Marsela Rahmawati, S.E, Syania Nurullita, S.E, Riska Nur Anggraeni, S.E, Irna
Atriani, S.E, Khoirunnisa Anggraini, S.E, Devy Ayu Aji Fatmala, S.Ak,
Terryna Lady Desi, Effa Safirah, S.E, Ilham Irsyad Risyadi, S.E, Firman Fajri,
S.E, Abyan Naufal Asyhar, S.E, Sidik Anshori, S.E, Rizky Yulian Maulana,
S.E, Bahrul, Fajar Dwi Alfian, S.E, Ikhsan Maulana, S.H dan Aminul Wahid,
S.E. Dan juga adik-adik sholihah Rizkika Azizah, S.E, Rizka Yunita, S.H,
Nining Latifah Rahman, Dede Yati, S.E, Indri Dwi Lestari, S.E,Arika Hayyu,
S.E, Rahmi Hayyu, Nuriah Kultsum, S.H,Aisyah Raisa Medina, S.E, Ummi
Kultsum, S.H, Putri Yandriani, Azizah, Indah Indria Wardani, Rahmi Sri Intan
Mardatillah, Ninda Aulia Faradila, Fitri Lia Ningsih dan Tri Ningrum
-
13
Riskyana. Bagi penulis mereka adalah guru, kakak, adik yang selalu
menginspirasi penulis untuk menjadi insan terbaik nan prestatif, bermanfaat
bagi lingkungan sekitar serta menebarkan benih-benih kebaikan menuju
kejayaan ekonomi Islam di bumi pertiwi. Semoga Allah lindungi mereka selalu
dalam kebaikan, aamiin.
12. Keluarga besar Lembaga Dakwah Kampus (LDK) angkatan An Namldan As-
shaff Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya
Ramadhian Wijayanti dan adik-adik tersayang Anisa Nur Fitriyani, Putri Puspa
Al Qodriyah, Ain Malihah, Chyntia Chusnul Chotimah, Hadi Aufa, Fauzan
Hardianto, Ahmad Fahri dan Hanathul Murohhami. Mereka yang
membersamai penulis untuk berubah menjadi pribadi yang lebih dekat dengan
Allah dan rasul Nya. Serta saling memberikan energi positif dan mengingatkan
dalam kebaikan. Semoga Allah kuatkan pundak teman-teman dalam menebar
kebaikan dan menjadi golongan orang-orang yang dicintai Nya, aamiin.
13. Keluarga besar guru-guru TPQ Masjid Raya Bintaro Jaya (MRBJ), khususnya
kepala TPQ Bpk. Herman Felany, S.E, Vera Febriyani, S.H, Putri Ilam Sari,
S.Pd, Asri Rahmawati, Karina Mahdalia, Nila Nurmawaddah, S.Pd, Esa
Muslimah, Qurrota’ain Nurul Ulfah, S.Kom, Siti Fatimah, Lu’luil Maknum,
Rini Eka R., Savira Faradina, Ayu Lestari P, Syafi’atul Ummah, S.Pd, mereka
adalah guru-guru hebat yang menginspirasi penulis dalam berproses menjadi
pengajar Al qur’an. Semoga Allah jadikan mereka golongan para Ahlu qur’an,
aamiin.
14. Keluarga besar Rumah Qur’an Daaruttarbiyah (RQ DATA) cabang Ciputat,
khususnya kak Ulfah Tsabitah, S.Hum, Sri Lestari Wahyono, S.Pd, Sri
Wahyuni, S.Ag, Nurlaela Royna Efendi, Yulinda Ashari, Hanifah, S.Pd, Siti
Uswatun Hasanah, Yuli Yuningsih, Nurhida Rahmawati, Nurul Fauziyah
Rahmawati, Sita Rosidah, Siti Muttoharoh, Mas Intan Syuryani, Annisa
Sholihah, Espira Ariyani Citra dan Ardella Bayu Merdekawati, para pejuang
-
14
dan pecinta Al qur’an, yang selalu menjadi alarm pengingat penulis untuk
selalu membersamai Al qur’an dimanapun dan kapanpun penulis berada.
Semoga Allah muliakan mereka dengan Al qur’an dan menjadikan mereka para
Ahlullah dan Ahlul qur’an, aamiin.
15. Keluarga besar lingkaran cinta, Ummi, Qurrotul’ain Nurul Ulfah, S.Kom, Farah
Fathiaty Mardiyah, S.Pd, Melpi Nuryanti, S.Ip, Ratu Karima, S.Ip, Ana
Maemunah, Cahayatunnisa, S.Hum Ika, S.T Zenna, S.T, Yumna Fadhilah dan
Shoffaunnida, selalu rindu untuk bersua dengan mereka setiap minggunya.
Semoga Allah wujudkan cita-cita untuk bersua di syurga Nya, aamiin.
16. Keluarga KKN 111 Qalbu dan masyarakat desa Sipak, Syahrina Rahmaniah,
S.Pd, Rahmi Fathani, S.E, Nurvaika Safitri, Wilda Hayatun Nufus, S.Kom,
Khulaimah Musyfiqah, S.Ag, Dian Nur Rizkiani, S.H, Novia Jackxander, S.T,
Linda Novianti, Mulhayat, M. Iqbal Islami, Ariffan Rahman Hakim, S.H,
Singgih Egananto, S.Kom, Dani Mardiansyah dan Syahrul Ramadhan, S.E,
yang telah mengisi dan mewarnai keseharian penulis dengan penuh kesan baik
dan hangat. Semoga Allah jaga dan lindungi mereka dari segala hal buruk,
aamiin.
17. Keluarga gapoktan Subur Hasil Tani, khususnya bpk. Nawapi dan istri, bpk. H.
Komery, Ibu Hj. Asiyah, bpk. Hendrik, bpk. Akbar, beserta seluruh petani
anggota gapoktan Subur Hasil Tani, yang membantu penulis mengumpulkan
data penelitian selama di desa Cibadak, semoga Allah bukakan pintu rezeki
seluas-luasnya, dan mudahkan segala urusan, aamiin.
Jakarta, 17 Oktober 2019
Ulfi Husnul Tazkiyah
DAFTAR ISI
-
15
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH ..................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xix
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xxi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xxii
DAFTAR DIAGRAM………………………………………………………. xxiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 14
C. Pembatasan Masalah……………..…………………………………... 14
D. Rumusan Masalah …………………………………………………… 15
E. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 15
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 16
-
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 15
A. Muzara’ah ............................................................................................ 15
1. Pengertian ...................................................................................... 18
2. Rukun dan Syarat………………………………………………… 20
3. Dasar Hukum Akad Muzara’ah……………………………………… 23
4. Bentuk-Bentuk Akad Muzara’ah……………………………………. 25
5. Hukum Perjanjian Akad Muzara’ah .............................................. 26
B. Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Akad
Muzara’ah ............................................................................................ 27
1. Terpenuhinya Rukun dan Syarat Akad…………………………... 27
2. Peningkatan Etos Kerja dan Spiritual …………………………… 28
3. Pendapatan dan Skema Bagi Hasil ……………………………… 28
4. Kemandirian dan Kreatifitas Usaha……………………………… 29
C. Tinjauan Penelitian Terdahulu……………………………………….. 30
D. Kerangka Berfikir ................................................................................ 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 35
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 35
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .......................................... 36
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 36
-
17
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ................................................... 37
E. Teknik Analisis Data………………………………………………… 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 48
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 48
1. Letak Geografis Desa Cibadak ...................................................... 48
2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Cibadak ..................... 50
3. Profil Gapoktan Subur Hasil Tani……………………………….. 52
4. Perkembangan Gapoktan Subur Hasil Tani ................................... 55
B. Analisis Penerapan Akad Muzara’ah di Gapoktan Subur Hasil .......... 58
1. Terpenuhinya Syarat dan Rukun Akad .......................................... 58
2. Peningkatan Etos Kerja dan Spiritual ............................................ 61
3. Pendapatan dan Skema Bagi Hasil ................................................ 63
4. Kemandirian dan Kreatifitas Usaha……………………………… 66
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Akad Muzara’ah di Gapoktan
Subur Hasil Tani .................................................................................. 67
1. Matriks IFAS ................................................................................. 68
2. Matriks EFAS ................................................................................ 72
3. Matriks SWOT ............................................................................... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 80
-
18
A. Kesimpulan .......................................................................................... 80
B. Saran .................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83
LAMPIRAN .................................................................................................... 88
-
19
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani
(GAPOKTAN) di Pulau Jawa Tahun 2016 – 2017 ....................... 5
Tabel 1.2 Luas Tanam, Panen dan Produksi Padi Kabupaten Bogor
Tahun 2017 (Ribuan)……………………………………………. 10
Tabel 1.3 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah dan Padi Gogo Menurut
Kecamatan di Kabupaten Bogor……………………..................... 11
Tabel 3.1 Variabel Penelitian ........................................................................... 39
Tabel 3.2 IFAS ................................................................................................. 43
Tabel 3.3 EFAS ................................................................................................ 45
Tabel 4.1 Batas Wilayah Desa Cibadak……………………………………… 49
Tabel 4.2 Jarak Antar Wilayah Administratif Desa Cibadak ........................... 49
Tabel 4.3 Luas Tanah Menurut Penggunaannya di Kecamatan Tanjungsari
tahun 2017 (Ha)………………………………………………... 50
Tabel 4.4 Luas Panen, Hasil Perhektar dan Produksi Padi Ladang di Kecamatan
Tanjungsari Tahun 2017…………………………………….......... 50
Tabel 4.5 Jumlah Masyarakat Berdasarkan Kelompok Umur……………….. 51
Tabel 4.6 Jumlah Masyarakat Berdasarkan Jenis Pekerjaan…………………. 52
-
20
Tabel 4.7 Jumlah Pelaku Usaha Tani di Gapoktan Subur Hasil Tani………. 54
Tabel 4.8 Data Kelompok Tani Gapoktan Subur Hasil Tani…………………55
Tabel 4.9 Penerimaan Program dan Kegiatan Gapoktan Subur Hasil Tani dan
Perkembangan Hasil Penerapan Inovasi Teknologi Usaha Tani…..56
Tabel 4.10 Hasil Pencapaian Gapoktan Subur Hasil Tani……………………57
Tabel 4.11 Penghargaan Gapoktan Subur Hasil Tani………………………...58
Tabel 4.12 Hubungan antar Pihak yang Bekerjasama dan Usia Petani
Penggarap…………………………………………………… 59
Tabel 4.13 Pembagian Upah Berdasarkan Waktu. .......................................... 61
Tabel 4.14 Hasil Kuesioner…………………………………………………...66
Tabel 4.15Tingkat Pengalaman……………………………………………… 67
Tabel 4.16Hasil Penghitungan Bobot Faktor Internal……………………………… 69
Tabel 4.17Pembobotan Faktor Internal............................................................ 71
Tabel 4.18Penentuan Bobot Faktor Eksternal……………………………….. 73
Tabel 4.19Pembobotan Faktor Eksternal……………………………………. 74
-
21
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 34
Bagan 4.1 Struktur Kepengurusan Gapoktan Subur Hasil Tani ...................... 53
-
22
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta SWOT .................................................................................. 79
-
23
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 3.1 : Matriks Analisis SWOT ........................................................... 45
Diagram 3.2 : Analisis SWOT ........................................................................ 43
Diagram 4.1 : Penghitungan Matriks SWOT………………………………... 76
Diagram 4.1 : Matriks Analisis SWOT……………………………………... 77
-
24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian .................................................................. 88
Lampiran 2 : Identitas Responden ................................................................... 100
Lampiran 3 : Hasil Koding Kuesioner ............................................................ 104
Lampiran 4 : Hasil Kuesioner ......................................................................... 111
Lampiran 5 : Dokumentasi .............................................................................. 115
Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian dari FEB Untuk Kepala Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bogor ...................... 117
Lampiran 7 : Surat Rekomendasi Ijin Penelitian dari KESBANGPOL Tangerang
Selatan Untuk KESBANGPOL Bogor .................................... 118
Lampiran 8 : Surat Rekomendasi Penelitian dari KESBANGPOL Bogor Untuk Kepala
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten
Bogor…………………………………………......................... 119
Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian ditunjukkan Untuk Kepala Desa Cibadak120
Lampiran 10 : Surat Tanda Telah Melakukan Penelitian di Gapoktan Subur Hasil Tani
Desa Cibadak Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor……. 121
-
25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Salah satu sumber mata pencaharian manusia yakni bertani ataupun
bercocok tanam merupakan kegiatan yang dilakukan secara turun temurun dari
generasi ke generasi. Salah seorang Intelektual Muslim yakni Ibnu Khaldun
dalam karya fenomenalnya berjudul Al Muqaddimah menyebutkan bahwa
manusia dapat memperoleh rezeki dan keuntungan dari proses kegiatan
menjaga dan memelihara tanaman untuk diambil hasil nya yang disebut bertani.
(Thoha, 2000: 451) Bertani menjadi salah satu pelopor keberlangsungan hidup
umat manusia sebab bertani mudah dikerjakan dan dapat menyesuaikan kondisi
alam sekitar. Adapun hadits Rasulullah Shallaahu ‘alaihi wasallam
menyatakan bahwa:
)رواه البخارى(أَْو لَِيْمَنْحَها َأَخاُه فَِاْن َأََب فَ ْلُيْمِسْك أَْرَضُه َمْن َكاَنْت َلُه أَْرٌض فَ ْليَ ْزَرُعَها
“Barangsiapa yang memiliki tanah, maka hendaklah menanaminya dan
memberikannya kepada saudaranya. Apabila enggan (memberikannya),
hendaklah dia memelihara tanahnya .“(HR. Bukhari)
(diambil dari Kitab Muzara’ah karya Imam al-Bukhari Juz III: 108, no. 2341 dan
kitab Hibah Juz III: 168, no: 2632)
Uraian hadis diatas berisi tentang anjuran kepada umat manusia agar
mengelola tanah yang ia miliki untuk ditanam dan dimanfaatkan sebagai
sumber penghidupan. Apabila ia tidak mampu mengelola lahan tersebut, maka
bisa diberikan kepada orang lain yang lebih ahli dan ia percayai, kemudian
hasil keuntungan yang diperoleh dibagi hasilkan secara adil.
Syariat Islam menganggap pertanian sebagai pekerjaan yang mulia.
Dengan bertani, manusia dapat menjaga keberlangsungan hidupnya dan juga
makhluk di sekitarnya. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia harus mampu
-
26
memelihara dan melestarikan alam. (Abdurrahman, 2012: 76) Manusia yang
dianugerahi akal dan ilmu pengetahuan diberi tanggung jawab untuk mampu
mengeksplorasi keberagaman sumber daya alam yang ada disekitar nya.Di atas
hamparan tanah yang luas, manusia mampu bercocok tanam agar dapat
menghasilkan sesuatu seperti tumbuhan, buah-buahan dan sayuran guna
memenuhi kebutuhannya. Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi,
(15ْيِه النُُّشْوُر )امللك: ُهَو الَِّذْي َجَعَل َلُكُم اْْلَْرَض َذُلْوًلا فَاْمُشوا ِفْ َمَناِكِبَها وَُكُلْوا ِمْن رِّْزِقِه َواِلَ
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-
Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.“ (QS. Al Mulk: 15)
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menjadikan bumi
tempat manusia untuk mencari rezeki sebagai karunia Allah. Selanjutnya pada
surat ‘Abasa ayat 23-24 Allah SWT berfirman:
ْنَساُن ِاََل َطَعاِمهِ َنا اْلَماَء َصبًّا -فَ ْليَ ْنظُِر اًْلِ َها َحبًّا -َنا اْْلَْرَض َشقًّاُُثَّ َشَققْ -أَنَّا َصَبب ْ َنا ِفي ْ -فَأَنْ َبت َْقْضباا -َوَزيْ تُ ْوناا وَََّنْلا -َوِعَنباا وَّ
“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya
Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit). Kemudian Kami belah
bumi dengan sebaik-baiknya.Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi.Anggur
dan sayur-sayuran.Zaitun dan pohon kurma.Kebun-kebun yang lebat.Dan
buah-buahan serta rumput-rumputan. Untuk kesenanganmu dan untuk
binatang-binatang ternakmu.“(QS.‘Abasa: 24-32)
Ayat diatas menjelaskan karunia Allah berupa tanaman dan tumbuhan yang
beraneka ragam sebagai makanan bagi manusia.Semua itu merupakan
kehendak Allah bagi manusia dan makhluk lainnya di muka bumi.
Indonesia memiliki keunggulan yang berbeda dengan negara lain dari
beberapa sisi. Diantara nya letak geografis yang strategis dan iklim yang tropis
sehingga menghasilkan kekayaan alam yang melimpah.Sektor pertanian
-
27
menjadi salah satu roda penggerak perekonomian nasional. Di dalam buku
pedoman Rencana Strategis Kementerian Pertanian (RENSTRA) tahun 2015-
2019 dijelaskan beberapa peran strategis sektor pertanian diantaranya
penyedia bahan pangan dan baku industri, penyumbang PDB nasional,
penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja, sumber pendapatan
masyarakat pedesaan, penyedia bahan pangan dan bioenergi serta penurun
emisi gas rumah kaca. Kontribusi lapangan usaha terhadap PDB Indonesia atas
dasar harga berlaku 2016 s/d Triwulan IV- 2017 (tahun dasar 2010),
berdasarkan jenis lapangan usahanya, bidang pertanian, kehutanan dan
perikanan menempati posisi kedua yakni 13,47% setelah bidang industri
pengolahan 20,51%. (www. Pertanian.go.id tentang Pedoman Rencana Strategis
Kementerian Pertanian (RENSTRA) 2015-2019 h. 5)
Mayoritas penduduk Indonesia menggantungkan hidup mereka sebagai
petani sehingga Indonesia disebut sebagai Negara Agraris. Berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa jumlah angkatan kerja Indonesia pada
bidang pertanian per bulan Februari 2018 mencapai 29,23% dari keseluruhan
angkatan kerja Indonesia setara dengan 36,91 juta orang. Namun angka ini
menunjukkan terjadinya penurunan dibandingkan tahun 2017 lalu sebanyak
36,96 juta orang. Sektor pertanian dibagi ke dalam beberapa sub sektor, yakni
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Hasil data dari
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menyebutkan sumber penghasilan
utama RTP (Rumah Tangga Pertanian) didominasi oleh sub sektor tanaman
pangan. Namun besar pendapatan sub sektor tanaman pangan mengalami
penurunan sejak tahun 2012. Tiap tahun, besar angka penurunan pendapatan
tanaman pangan sebesar 2,42%.
Akses terhadap permodalan yang sulit menjadi kendala para petani
Indonesia dalam menjalankan usaha taninya.Umumnya para petani
mengandalkan pinjaman modal usaha taninya kepada keluarga dan kerabat
-
28
dekat.Tengkulak juga menjadi salah satu akses pinjaman modal dan penjualan
hasil panen usaha para petani.Pemerintah menyusun program pembiayaan bagi
para petani sebagai solusi masalah permodalan di sektor pertanian. Namun
masih diliputi oleh beberapa kendala yaitu proses administrasi yang panjang,
agunan dan tingkat pengembalian pinjaman yang relatif tinggi. Pengadaan alat-
alat pertanian dan sarana produksi sangat dibutuhkan di era teknologi pertanian
seperti saat ini.Beragam komoditas dan pola tanam, perkembangan teknologi
budidaya tani mekanisme penanganan pasca panen dan pengolahan hasil
mendorong petani untuk mendapatkan akses permodalan yang luas.(Larasati
dkk, 2017: 142)
Beberapa penghambat utama berkembangnya usaha tani di Indonesia
yakni sulitnya akses permodalan, pasar, teknologi dan organisasi tani yang
masih lemah.Menyadari besarnya potensi sektor pertanian bagi pembangunan
ekonomi nasional dan guna meningkatkan taraf hidup para petani, Pemerintah
merancang berbagai program sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi
sekaligus mendorong perkembangan pertanian khususnya di wilayah
perdesaan, salah satunya yakni Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP). Program ini telah diselenggarakan sejak diterbitkannya
surat oleh Kementerian Pertanian RI tentang peraturan Menteri Pertanian No.
16 pada tanggal 11 Februari tahun 2008 dibawah koordinasi Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri). Peraturan tersebut juga
berisi pedoman umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan bentuk
fasilitas bantuan modal usaha bagi seluruh kalangan petani baik petani pemilik
tanah, petani penggarap, buruh tani, dan rumah tangga tani dan
dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan adalah
kelembagaan tani pelaksana program PUAP untuk penyaluran modal usaha
bagi anggotanya.Program ini dilaksanakan di beberapa Kabupaten di seluruh
-
29
Indonesia.Dalam pelaksanaannya, gapoktan didampingi oleh Tenaga
Pendamping PUAP yang disebut Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani
(PMT).Hampir ditiap desa telah dibentuk gapoktan yang terdiri dari banyak
kelompok tani.
Tabel 1.1
Jumlah Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani
(GAPOKTAN) di Pulau Jawa Tahun 2016 – 2017
No. Provinsi
Jumlah Kelompok Tani
(Poktan)
Jumlah Gabungan Kelompok
Tani (Gapoktan)
2016 2017 2016 2017
1. DKI Jakarta 498 489 74 74
`2. Jawa Barat 43.289 45.998 5.404 5.435
3. Jawa Tengah 49.258 50.852 8.179 8.175
4. DI. Yogyakarta 8.300 8.396 436 435
5. Jawa Timur 42.805 44.436 7.785 8.030
6. Banten 8.100 8.229 1.328 1.329
Total 152.250 158.400 23.179 23.478
Sumber: Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian
Keterangan: Data sampai Oktober 2017
Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2017 jumlah Gabungan
Kelompok Tani (gapoktan) terbanyak pertama berada di provinsi Jawa Tengah
sebanyak 8.175 yang terdiri dari 50.852 kelompok tani. Provinsi Jawa Barat
menempati posisi kedua sebanyak 45.998 Gapoktan dengan 5.435 kelompok
tani.
Rangkaian acara program PUAP terdiri dari pendampingan/pembinaan
berupa pertemuan koordinasi, konsultasi, sosialisasi kepada seluruh petani di
desa yang terpilih. Kunjungan lapangan, monitoring dan evaluasi kinerja
Gapoktan penerima dana BLM-PUAP dilakukan secara rutin. Dari sekian
banyaknya gapoktan yang dibentuk, beberapa diantaranya sudah berkembang
menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) dimana anggotanya
merupakan penerima modal dari program PUAP. Gapoktan dengan jumlah
-
30
terbanyak berada di Provinsi Jawa Tengah, diikuti provinsi Jawa Timur dan
Jawa Barat.
Mayoritas masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani memiliki
latar belakang pendidikan yang rendah.Program pendidikan dan penyuluhan
sangat diperlukan guna menciptakan sumber daya tani yang produktif dan
kompetitif. Penyuluhan merupakan salah satunya cara agar para petani lebih
mudah menyerap pengetahuan teknologi yang baru di bidang pertanian
sehingga mendorong peningkatan kualitas usaha para petani. Nugraha dan Putri
(2016) pada penelitiannya menyebutkan bahwa intensitas penyuluhan yang
tinggi akan dapat meningkatkan penyerapan teknologi baru bagi petani dan
mampu mendorong para petani agar selalu memperbaiki lingkungan usaha
taninya.
Atas dasar Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian dan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 82 tahun 2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani
dan Gabungan Kelompok Tani, program penyuluhan diadakan secara rutin
dibawah koordinasi Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pertanian untuk
meningkatkan kapabilitas para petani dan kelembagaan penyuluhan. Beberapa
fungsi yang djalankan oleh UPT Pertanian, diantaranya:
1. Penyelenggaraan ketatausahaan UPT ;
2. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan kehutanan ;
3. Pemberian rekomendasi teknis usaha tani tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan kehutanan dalam lingkup budidaya, pupuk dan pemupukan,
pestisida, pengendalian hama dan penyakit, alat mesin, panen dan pasca
panen, pengolahan, pemasaran dan peredaran hasil.
-
31
4. Pelaksanaan pengamatan, peramalan dan pengendalian Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan
kehutanan
5. Pembinaan, pengembangan usaha, pengelolaan, pengolahan dan pemasaran
hasil pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan ;
6. Pembinaan, pelaksanaan, bimbingan, pengelolaan dan pelayanan alat mesin
pertanian, sarana dan prasarana tanaman pangan, hortikultura, perkebunan
dan kehutanan ;
7. Pembinaan, pelaksanaan, bimbingan, pengelolaan dan pelayanan peredaran
hasil pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan ;
8. Pelaksanaan koordinasi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan
kehutanan di tingkat desa dan kecamatan dalam rangka pencapaian tujuan
dan sasaran program pembangunan pertanian dan kehutanan ;
9. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala Dinas.
Dengan adanya program penyuluhan ini, pemerintah berharap kualitas
sumber daya tani Indonesia terus berkembang menjadi lebih baik. (Programa
Penyuluhan Pertanian UPT Pertanian XII Wilayah Cariu Kabupaten Bogor,
2019 h. 3-4)
Penyaluran dana PUAP berhasil meningkatkan hasil produksi para petani.
Yunia (2014) menyebutkan adanya peningkatan produktivitas para petani yang
memperoleh dana PUAP. Akan tetapi perputaran dana tidak berjalan dengan
lancar. Siska dkk (2017) dalam penelitiannya menerangkan terjadinya
penunggakan dana PUAP yang disalurkan kepada para anggota gapoktan.
Lebih dari lima puluh persen para anggota tidak mampu mengembalikan dana
pinjaman tersebut. Program dana PUAP berjalan tidak efektif disebabkan para
petani melakukan penyalahgunaan dana. Dana yang diterima tidak digunakan
untuk kepentingan usaha taninya secara utuh.Namun digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan suatu keperluan yang bersifat konsumtif.
-
32
Disisi lainSerikat Petani Indonesia (SPI) berpendapat bahwa Indonesia
mengalami krisis agraria. Masalah utama yang dihadapi para petani Indonesia
adalah akses yang minim terhadap sumber-sumber agrarian di wilayah
pedesaan.Hasil program pemerintah mengenai Swasembada Pangan Strategis
pada tahun 2017 tidak berhasil menyelesaikan problema utama para
petani.Kebijakan pemerintah dinilai lebih menguntungkan korporasi
dibandingkan para petani di wilayah pedesaan.Ketahanan pangan yang menjadi
visi pemerintah tidak berujung pada kedaulatan pangan masyarakat. (Serikat
Petani Indonesia (SPI) tentang Catatan Akhir Tahun 2017, diakses pada hari
minggu, 5 Agustus 2018)
Dalam rangka penyelenggaraan Swasembada Pangan Strategis, pada
tahun 2017, Kementerian pertanian memiliki fokus pada peningkatan produksi
pangan seperti padi, jagung dan kedelai.Kemudian pemerintah membentuk
anggaran yang besar untuk menyalurkan bantuan berupa subsidi benih, pupuk,
dan Upaya Khusus (Upsus) padi, jagung, kedelai.Akan tetapi, benih yang
diberikan bukan benih yang dipercaya kualitasnya oleh para petani.Adapun
pupuk yang disediakan Kementerian Pertanian merupakan hasil hutang kepada
korporasi.Program penyuluhan yang digencarkan oleh pemerintah demi
mendorong peningkatan produksi menggunakan produk-produk korporasi.
Terkait penggunaan obat-obat kimia pada saat penyuluhan diselenggarakan
tanpa mempedulikan proses dan dampak kerusakan ekosistem alam.
Reforma agraria yang menjadi rencana pemerintah tidak sesuai dengan urgensi
utama nya sebagai solusi problematika masyarakat seperti ketimpangan,
kemiskinan dan konflik di bidang pertanian.Pembagian sertifikat tanah yang
menjadi fokus pemerintah tidak merubah struktur ketimpangan penguasaan,
kepemilikan dan pemanfaatan lahan di wilayah pedesaan.Program reforma
agraria tidak terbingkai secara holistik.Hal ini disebabkan koordinasi antar
sektoral yang dibentuk oleh pemerintah untuk mengatur pembagian struktur
-
33
penguasaan lahan tidak efektif karena ego masing-masing sektor.Dengan
demikian, program yang dibentuk oleh pemerintah kurang tepat sasaran dalam
menyelesaikan masalah utama petani saat ini.
Penyusutan lahan terus terjadi setiap tahun dan berdampak pada penurunan
tingkat produksi padi. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Bogor, Siti Nurianti menyatakan bahwa
saat ini lahan pertanian banyak di alih fungsikan untuk lahan industri dan
perumahan. Hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk dan para pendatang
yang membangun usaha baru.Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten
Bogor menyusun kembali Rancangan Peraturan daerah (Raperda) tentang
Lahan Pertanian Berkelanjutan yang bertujuan melindungi lahan pertanian dari
arus pembangunan.
Penerbitan peraturan daerah (perda) oleh pemerintah diperkirakan dapat
melindungi lahan sawah seluas 37 ribu Ha.Namun angka tersebut belum
mampu mencapai batas minimum luas lahan yang ditulis dalam Perda Nomor
11 Tahun 2016 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Bogor. Dalam peraturan dijelaskan bahwa luas lahan pertanian harus mencapai
setidaknya 39 ribu Ha setara dengan 13% dari total lahan kawasan Bogor yakni
seluas 300 ribu Ha. Tiap tahunnya Kabupaten Bogor bisa menghasilkan rata-
rata 500 ribu hingga 600 ribu gabah kering giling.Bila dikonversi menjadi beras
jumlahnya mencapai 325.720 kilogram. Jumlah ini mampu memenuhi
setidaknya 63% beras bagi 5,5 juta penduduk Kabupaten Bogor.
(m.republika.co.id)
Tabel 1.2
Luas Tanam, Panen dan Produksi Padi Kabupaten Bogor
Tahun 2017 (Ribuan)
-
34
Sumber: Data Monografi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Kabupaten Bogor Tahun 2017.
Berdasarkan tabel 1.2 berisi data dari Distanhorbun Kabupaten Bogor, luas
lahan sawahyang ditanami padi di Kabupaten Bogor seluas 47.154 Ha.Lahan
sawah dengan masa dua kali tanam merupakan lahan terbesar yakni 20.863
Ha.Disamping itu, luas lahan satu kali tanam seluas 3.090 Ha dan tiga kali
tanam seluas 13.348 Ha.Adapun luas lahan tanaman selain padi yakni 8.214 Ha
dan yang tidak ditanami apapun seluas 1.640 Ha. Dilihat dari tabel 1.2
menunjukkan luas lahan tanaman padi yang terdiri atas total luas lahan tanam
94.405 Ha, lahan panen 90.961 Ha dan lahan produksi 545.413 ton. Terdapat
dua komoditas tanaman padi, diantaranya tanaman padi sawah dan padi gogo.
Lahan tanam padi sawah seluas 93.962 Ha, luas panen 89.637 Ha dan produksi
540.800 ton dengan tingkat produktivitas 60.33 ku/Ha. Sedangkan luas tanam
padi gogo seluas 442 Ha, luas panen 1.325 Ha, produksi 4.613 ton dengan
tingkat produktivitas 34.83 ku/Ha. Adapun kecamatan yang kaya potensi hasil
padi sawahnya yaitu Jasinga, Cigudeg, Sukajaya, Leuwiliang, Pamijahan,
Cibungbulang, Jonggol, Sukamakmur, Cariu dan Tanjungsari.Sedangkan padi
gogo banyak dihasilkan di Kecamatan Tenjo, Sukamakmur, Parung Panjang
dan Tanjungsari.
Tabel 1.3
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
PadiSawah
PadiGogo
Total
Luas Tanam
Luas Panen
Luas Produksi
-
35
Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah dan Padi Gogo
Menurut Kecamatan di Kabupaten Bogor
Kecamatan Luas Lahan
(Ha) Produktivitas
(Kul/Ha) Produksi
(Ton)
Nanggung 3 814,5 59,83 22 823
Leuwiliang 4 626,8 62,05 28 710
Leuwisadeng 2 928,3 60,57 17 735
Pamijahan 6 853,7 62,1 42 536
Cibungbulang 2 224,4 62,34 13 868
Ciampea 1 680,10 60,67 10 192
Tenjolanjaya 2 547,50 60,86 15 505
Dramaga 384,6 60,19 2 315
Ciomas 625,1 59,93 3 746
Tamansari 1 083,30 60,42 6 545
Cijeruk 1 352,30 60,5 8 181
Cigombong 1 382,50 59,33 8 203
Caringin 2 436,70 60,32 14 699
Ciawi 1474,2 60,47 8 914
Cisarua 568,7 59,52 3 385
Megamendung 1 146,00 58,98 6 759
Sukaraja 48,3 60,22 291
Babakan Madang 441,4 60,69 2 679
Sukamakmur 8 234,70 60,41 49 744
Cariu 5 206,40 59,47 30 962
Tanjungsari 6 232,70 59,44 37 046
Jonggol 8 106,00 60,7 49 197
Cileungsi 1 058,90 59,14 6 262
Klapanunggal 2 145,40 60,14 12 902
Gunungputri 101 59,48 601
Citeureup 407,1 60,36 2 457
Cibinong 95,7 58,41 559
Bojonggede 53,5 59,05 316
Tajurhalang 150,8 58,99 890
Kemang 330,1 59,36 1 960
Rancabungur 232,3 58,59 1 361
Parung 78,6 59,05 464
Ciseeng 450,6 59,57 2 684
Gunungsindur 423,7 61,16 2 591
Rumpin 3 261,10 59,28 19 333
Cigudeg 4 572,40 60,69 27 751
Sukajaya 3 546,10 58,67 20 806
Jasinga 4 265,70 58,5 24 955
-
36
Tenjo 2 992,80 54,16 16 208
Parungpanjang 3 397,70 56,66 19 251
Bogor 90 961,70 60 545,413
Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kab. Bogor
Berdasarkan tabel 1.3 di atas, kecamatan dengan hasil produksi tertinggi
adalah Kecamatan Sukamakmur (49 744 ton). Sedangkan yang memiliki
tingkat produktivitas tertinggi yakni Kecamatan Gunungsindur (61,16 Ku/Ha).
Adapun yang memiliki lahan terluas yaitu Kecamatan Sukamakmur (8 234,70
Ha).
Pada umumnya, kegiatan usaha tani dilakukan oleh para petani dimana
lahan pertanian dikelola secara individu.Beberapa diantaranya mempekerjakan
warga sekitar untuk mengelola lahan sawah miliknya.Petani yang mengelola
lahan sawah yang bukan milik nya disebut petani penggarap.Penghasilan yang
diperoleh seorang petani penggarap berasal dari pembagian hasil keuntungan
pasca panen atas dasar kesepakatan antara petani pemilik tanah dan petani
penggarap.Modal usaha seperti penyediaan benih, pupuk, alat tani dibagi sesuai
kesepakatan bersama. Ada pula skema lain yang diterapkan sesuai kondisi
aktual usaha tani oleh masyarakat setempat. Bentuk kerjasama pertanian yang
dijalankan sesuai syariat Islam, diantaranya muzara’ah, musaqah dan
mukhabarah.
Kerjasama muzara’ah muncul dilatar belakangi dengan adanya unsur
saling membutuhkan antar individu.Melalui akad muzara’ah, seorang petani
pemilik lahan mempercayakan seluruh lahannya kepada petani penggarap
untuk diberdayakan sehingga memperoleh hasil tani dan dibagi hasilkan sesuai
perjanjian.Dengan demikian, terbentuklah unsur saling tolong menolong dan
saling menguntungkan antara petani pemilik tanah dan petani penggarap.Petani
pemilik lahan memperoleh keuntungan dari lahan pertaniannya, sedangkan
-
37
petani penggarap memperoleh pendapatan dari hasil kerjanya menggarap lahan
pertanian.
Menurut Beny (2015) pola kerjasama usaha tani sangat dipengaruhi oleh
budaya dan adat istiadat yang dianut oleh masyarakat di daerah setempat.
Segala hal terkait bagi tugas, porsi benih, pupuk, beban modal usaha diatur
sesuai dengan praktek yang sudah ada sejak dulu.Kerjasama usaha tani tercipta
atas asas kekeluargaan dan kekerabatan sesuai kebiasaan masyarakat tanpa
adanya prosedur hukum yang mengikat.Perjanjian kerjasama terjadi tanpa
adanya kekuatan hukum yang legal. Dalam Islam, suatu akad dalam transaksi
maupun kerjasama hendaknya disepakati secara tertulis ataupun lisan dan
disaksikan oleh pihak lain. Jika tidak maka sangat rentan terjadi kesenjangan
antara salah satu pihak yang bertransaksi.Hal ini sesuai dengan praktek
kerjasama usaha tani yang dianut oleh para petani Indonesia.
Berdasarkah hasil penelitian yang dilakukan oleh Deny dan Ira (2017),
menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pertanian dengan akad
muzara’ah yakni luas lahan, tingkat pendidikan, tingkat pengalaman bertani
dan jumlah kredit modal usaha tani. Luas lahan sangat berpengaruh terhadap
besar penghasilan para petani. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya,
para petani memiliki luas lahan pertanian minimal sebesar 0,56 hektar. Adapun
tingkat pengalaman bertani memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
kualitas hasil usaha taninya.Petani yang memiliki pengalaman bertani yang
rendah sangat rentan terancam gagal panen.Selain itu, ketergantungan para
petani terhadap tengkulak dalam hal akses permodalan dan penjualan hasil tani
belum sepenuhnya terhindari.
Skema bagi hasil yang diterapkan pada akad muzara’ah terbagi menjadi
dua, diantaranya pola revenue sharing dan profit sharing.(Deni dan Ira, 2017)
Revenue sharing adalah pembagian hasil dari total produksi sebelum dikurang
beban biaya yang dikeluarkan. Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil
-
38
terhadap total hasil panen setelah dikurangi biaya produksi. Perbedaan antara
kedua pola tersebut terletak pada beban biaya produksi.Pada pola revenue
sharing bahwa biaya produksi ditanggung oleh pengelola modal yakni petani
penggarap.Sedangkan biaya produksi pada pola profit sharing dibebankan
kepada pemilik modal atau disebut pemilik lahan.Sehingga timbul pernyataan
bahwa skema bagi hasil menggunakan pola revenue sharing cenderung
merugikan satu pihak yakni petani penggarap. Adapun pola profit sharing
dianggap tidak menimbulkan kerugian pada salah satu pihak.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin menganalisis kesesuaian
penerapan akad muzara’ah pada kerjasama usaha tani. Maka penelitian ini
diberi judul:
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Akad
Muzara’ah Pada Kerjasama Usahas Tani di Gapoktan di Desa Cibadak
Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor “
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penyusunan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah
yang hendak dibahas dalam penelitian ini diantaranya problematika yang
menyangkut kinerja petani, yakni:
1. Menyusutnya lahan pertanian mempengaruhi kinerja petani.
2. Kurangnya sinergitas antara petani pemilik lahan dan petani penggarap.
3. Terjadinya ketimpangan antara perjanjian dan realisasi dalam usaha tani.
4. Masih banyaknya petani yang belum hidup sejahtera atas usaha taninya.
5. Kurang maksimalnya perhatian pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan petani.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah:
-
39
1. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman pada akad muzara’ah yang diterapkan para anggota gapoktan
menggunakan analisis SWOT.
2. Objek penelitian hanya meliputi anggota gapoktan Subur Hasil Tani yang
menerapkan akad muzara’ah pada kerjasama usaha taninya.
3. Informasi yang digunakan untuk mengetahui penerapan akad muzara’ah
adalah data yang diperoleh dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Kabupaten Bogor, Sekretariat gapoktan hasil tani, UPT
Pertanian Cariu, hasil penyebaran kuesioner dan wawancara dengan
anggota kelompok tani yang dipilih secara khusus oleh penulis.
4. Ukuran akad muzara’ah hanya dibatasi oleh kesesuaian rukun dan syarat
akad; pembagian porsi benih; skema bagi hasil; etos kerja; kemandirian dan
kreatifitas usaha.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan akad muzara’ah pada Gapoktan Subur Hasil Tani?
2. Apa saja faktor internal dan eksternal pada Gapoktan Subur Hasil Tani
yang mempengaruhi penerapan akad muzara’ah ?
3. Apa saja strategi yang tepat untuk pengembangan Gapoktan Subur Hasil
Tani berdasarkan hasil analisis SWOT?
E. Tujuan Penelitian
Uraian rumusan masalah diatas ditunjukkan dalam rangka memenuhi
tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini. Adapun tujuan penelitian tersebut,
yakni:
1. Untuk mengetahui penerapan akad muzara’ah pada kerjasama usaha tani
oleh para petani anggota Gapoktan Subur Hasil Tani.
-
40
2. Untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal Gapoktan Subur
Hasil Tani yang mempengaruhi penerapan akad muzara’ah.
F. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat
yakni:
1. Kontribusi Teoritis
a. Penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai penerapan akad muzara’ah di Indonesia.
b. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan
melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
c. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sebagai bahan referensi untuk
menambah ilmu pengetahuan terkait dengan penerapan akad muzara’ah di
Indonesia.
2. Kontribusi Praktis
a. Gapoktan Subur Hasil Tani
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi penting
dan bermanfaat mengenai perkembangan gapoktan, peran organisasi dan
kinerja anggota gapoktan.Dan juga gambaran perkembangan usaha tani
para anggota gapoktan desa Cibadak.
b. Petani (pemilik tanah dan penggarap)
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
dan tambahan informasi kepada petani mengenai proses akad muzara’ah
yang benar sesuai dengan kaidah syariat Islam, sehingga dapat dijadikan
-
41
sebagai pertimbangan bagi para petani dalam pembagian porsi benih dan
distribusi bagi hasil keuntungan secara tepat agar tidak terjadi
ketimpangan di masa mendatang.
c. Pemerintah
Untuk memberikan kontribusi yang baik bagi para petani dalam
pengembangan usaha tani di Indonesia dan bahan evaluasi kinerja
pemerintah serta sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk
menentukan kebijakan selanjutnya.
Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam
peningkatkan pengelolaan lahan pertanian melalui kerjasama bagi hasil
yakni akad muzara’ah, sehingga dapat meningkatkan berbagai bentuk
fasilitas sarana dan prasarana dalam meningkatkan produktivitas usaha
tani di Indonesia khususnya yang bergerak di sektor pertanian.
d. Masyarakat
Diharapkan bermanfaat sebagai bahan acuan dalam menerapkan
kerjasama usaha tani dengan konsep akad muzara’ah yang sesuai
dengan kaidah syariat Islam.
-
42
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Muzara’ah
1. Pengertian
Manusia sebagai makhluk sosial tidak mampu menjalani kehidupan secara
individu, karenanya manusia saling bekerjasama guna memenuhi
kebutuhannya. Didalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kerjasama diartikan
suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dari berbagai pihak untuk
mencapai tujuan bersama. Abdul syani (1994: 156) menjelaskan bahwa
kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat
aktivitas tertentu yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan
saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing.
Istilah kerjasama dalam bahasa arab dinamakan asy-syirkah. Menurut Haroen
(2007: 165) secara etimologi asy-syirkah berarti percampuran antara sesuatu
dengan yang lainnya, sehingga sulit dibedakan.Adapun secara terminologi
yakni ikatan kerjasama antara dua orang atau lebih dalam perdagangan.Istilah
asy-syirkah identik dengan kerjasama dagang atau jual beli.Percampuran yang
dimaksud pada kerjasama syirkah yakni pihak yang bekerjasama saling
mencampurkan hartanya disertai konsekuensi keuntungan dan kerugian
menjadi tanggung jawab bersama. (Ghazaly dkk, 2010: 25)
Muzara’ah merupakan salah satu bentuk kerjasama dalam pengelolaan
lahan pertanian yang dijalankan menggunakan akad bagi hasil. Dalam Oneng,
Ma’luf menerangkan (1977: 297) secara bahasa, muzara’ah berasal dari kata
al-zar’u yang memiliki dua makna. Pertama, tharh al-zur’ah (طرح الزرعة) artinya
menabur benih. Kedua,al-nabât(النبات)artinya menanam dan menumbuhkan.
Berdasarkan jenis tanamannya terdapat dua istilah pada kamus bahasa arab,
yaitu al-zar’u dan al-ghars. Kata al-zar’u yaitu pohon yang tidak memerlukan
-
43
penyiraman, kecuali hujan. Pada kitab Fiqh As-Shunnah karya Sayid Sabiq kata
Al-ghars berarti tanaman yang memerlukan penyiraman. Ma’aluf (1977: 125)
menjelaskan terkait istilah lain untuk kata al-zar’u yaitu al-harâtsah, al-
fallâhah (mengolah tanah) dan al-inbât. Secara istilah, yakni طرح الزرع ِف
artinya menanam tanaman.Sehingga dapat disimpulkan dari beberapaاْلرض
definisi diatas bahwa muzara’ah adalah kerjasama dalam mengelola tanaman.
Pada Haroen (2007: 275) secara etimologi, muzara’ah merupakan salah
satu bentuk kerjasama antara pihak petani pemilik lahan dan petani penggarap
di bidang pertanian.Secara terminologi, dijelaskan oleh para ulama fiqih
mengenai akad muzara’ah. Dalam kitab asy-syarh al-Kabir ‘ala Hasyiah Ad-
dasuqoi bahwa ulama Malikiyah, menyebutkan,
رَْكُة ِِف ال زُّرْعِ الشِّ
“Perserikatan dalam pertanian“.
Adapun Ulama Hanabilah dalam kitab al mugni mendefinisikan:
نَ ُهَما َها َوالزَّرُْع بَ ي ْ َدْفُع اًْلَْرِض ِاََل َمْن يَ ْزَرُعَها اَْويَ ْعَمُل َعَلي ْ
“Penyerahan tanah pertanian kepada seorang petani untuk digarap dan
hasilnya dibagi berdua”.
Oneng menjelaskan (2018: 344) definisi muzara’ah berdasarkan pandangan
para ahli, yakni:
نَ ُهَما بِاْلُْ ُصِص اْلُمزَاَرَعُة ِهَي ُمَعاَقَدٌة َعَلى الزَّرِْع بَ ْْيَ َصاِحِب اْْلَْرِض َواْلُمزَارَُع ِلِقْسِم اْْلَاِصِل بَ ي َْها َوْقُت اْلُعُقدِ اْلُمتَّ ِفِق َعَلي ْ
"Muzara’ah adalah akad antara pemilik tanah dengan penggarap atas penanaman dengan bagi hasil yang diperoleh untuk keduanya yang disepakati
waktu akad”.
-
44
Praktek muzara’ah identik dengan mukhabarah. Adapun perbedaan antara
keduanya yakni dalam proses kerjasama muzara’ah, bibit berasal dari pemilik
lahan. Sedangkan pada praktek mukhabarah, bibit berasal dari petani
penggarap.Jadi, muzara’ah merupakan kerjasama pengelolaan lahan antara
petani pemilik lahan dan petani penggarap melalui sistem bagi hasil.
2. Rukun dan Syarat
Suatu akad dianggap sah bila terpenuhi rukun dan syaratnya. Berikut ini
beberapa rukun pada akad muzara’ah dalam pandangan jumhur ulama (Haroen,
2007: 115), yaitu:
a. Pemilik Tanah
b. Petani Penggarap
c. Objek akad, yakni manfaat tanah dan hasil kerja petani
d. Ijab dan kabul
Selanjutnya beberapa syarat dari akad muzara’ah menurut jumhur ulama,
diantaranya:
a. Baligh dan berakal, baik pemilik lahan dan penggarap
b. Bibit yang menjadi objek akad harus jelas dan menghasilkan tanaman
yang disepakati pada saat akad.
c. Segala hal yang berkaitan dengan lahan, baik kualitas dan luas lahan harus
jelas. Kualitas lahan sangat cocok untuk digarap dan ditanami. Pemilik tanah
menyerahkan seluruh lahannya yang akan digarap kepada petani secara utuh.
Jika tidak terpenuhi maka akad tidak sah.
d. Hal-hal yang berkaitan dengan hasil pertanian, yaitu:
-
45
1. Persentase bagi hasil pertanian bagi pihak yang berakad jelas.
2. Hasil pertanian murni berasal dari lahan yang digarap.
3. Pembagian hasil pertanian sudah ditentukan besarnya baik setengah,
sepertiga atau seperempatnya sejak akad dimulai untuk menghindari
timbulnya perselisihan.
4. Jangka waktu yang jelas terkait lamanya waktu kerjasama antara pemilik
lahan dan petani penggarap saat dimulainya akad. Hal ini penting
menyangkut adanya unsur akad ijarah (upah-mengupah) yakni
pembagian hasil panen yang antar pihak yang bekerjasama. (Ghazaly dkk,
2010: h. 116-117)
Rukun dan syarat akad muzara’ah menurut Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah pada bab IX bagian pertama, berikut diantaranya: (Fauzan, 2009: 76-
79)
Pasal 255: Rukun muzara’ah adalah: Pemilik lahan, Penggarap, Lahan yang
digarap dan Akad.
Pasal 256: Pemilik lahan harus menyerahkan lahan yang akan digarap kepada
pihak yang menggarap.
Pasal 257: Penggarap wajib memiliki keterampilan bertani dan bersedia
menggarap lahan yang diterimanya.
Pasal 258: Penggarap wajib memberikan keuntungan kepada pemilik lahan
bila pengelolaan yang dilakukannya menghasilkan keuntungan.
Pasal 259: Akad muzara’ah dapat dilakukan secara mutlak dan terbatas. Jenis
benih yang akan ditanam dalam muzara’ah terbatas harus dinyatakan secara
pasti dalam akad, dan diketahui oleh penggarap. Penggarap bebas memilih
jenis benih tanaman untuk ditanam dalam akad muzara’ah yang mutlak.
Penggarap wajib memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi lahan,
-
46
keadaan cuaca serta cara yang memungkinkan untuk mengatasinya
menjelang musim tanam.
Pasal 260: Penggarap wajib menjelaskan perkiraan hasil panen kepada
pemilik lahan dalam akad muzara’ah mutlak.
Pasal 261: Penggarap dan pemilik lahan dapat melakukan kesepakatan
mengenai pembagian hasil pertanian yang akan diterima oleh masing-masing
pihak.
Pasal 262: Penyimpanan yang dilakukan penggarap dalam akad muzara’ah,
dapat mengakibatkan batalnya akad itu. Seluruh hasil panen yang dilakukan
oleh penggarap yang melakukan pelanggaran sebagaimana dalam ayat (1)
menjadi milik pemilik lahan. Dalam hal terjadi keadaan seperti pada ayat (2),
pemilik lahan dianjurkan untuk memberi imbalan atas kerja yang telah
dilakukan penggarap.
Pasal 263:Penggarap berhak melanjutkan akad muzara’ah apabila
tanamannya belum layak dipanen, meskipun pemilik lahan telah meninggal
dunia. Ahli waris pemilik lahan wajib melanjutkan kerjasama muzara’ah
yang dilakukan oleh pihak yang meninggal sebelum tanaman pihak
penggarap bisa dipanen.
Pasal 264: Hak penggarap lahan dapat dipindahkan dengan cara diwariskan
bila penggarap meninggal dunia sampai tanamannya bisa dipanen. Ahli waris
penggarap berhak untuk meneruskan atau membatalkan akad muzara’ah
yang dilakukan oleh pihak yang meninggal.
Pasal 265: Akad muzara’ah berakhir apabila waktu yang disepakati telah
berakhir. Muzara’ah terkadang berakhir setelah karena telah terwujudnya
maksud dan tujuan akad, misalnya tanaman telah selesai dipanen. Akan tetapi
terkadang akad muzara’ah berakhir sebelum terwujudnya tujuan muzara’ah,
karena sebab-sebab berikut. Masa perjanjian muzara’ah telah habis
disebabkan meninggalnya salah satu pihak, baik meninggalnya sebelum
-
47
dimulainya penggarapan maupun sesudahnya, baik buahnya sudah bisa
dipanen atau belum. Pendapat ini dikemukakan oleh Hanafiah dan Hanabilah.
Akan tetapi menurut Malikiyah dan Syafi’iah, muzara’ah tidak berakhir
karena meninggalnya salah satu pihak yang melakukan akad. Bila salah satu
pihak meninggal dunia atau gila, berdasarkan pendapat yang
mengkategorikannya sebagai transaksi yang mengikat, maka ahli waris atau
walinya yang menggantikan posisinya.
3. Dasar Hukum Akad Muzara’ah
Hukum praktek muzara’ah memiliki banyak perbedaan dikalangan para
ulama fiqih. Menurut Wahbah Zuhaili dalam Muslich (2013: 394) Imam Abu
Hanifah, Zufar dan Imam Syafi’i tidak memperbolehkan adanya praktek
muzara’ah dengan berlandaskan hadits Nabi SAW,
َحا ِك َرِضَي الّلُه َعْنُه َأنَّ َرُسْوُل الّلِه َصلَّى الّلُه َعَلْيِه َوَسلََّم نَ َهى َعِن اْلمُ زَاَرَعِة َوَعْن ثَاِبِت اْبِن الضَّ
َوأََمَر بِاْلُمَؤاَجَرِة.
“Dari Tsabit bin Adh-Dhahhak ra. bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW
melarang untuk melakukan muzara’ah dan memerintahkan untuk melakukan
muajarah (sewa-menyewa)”. (HR. Muslim)
Dalam Haris (2005: 101) mereka berpendapat bahwa objek akad dalam
kerjasama pertanian yaitu hasil produksi tidak jelas dan tidak dapat diukur.Bila
terjadi gagal panen dan rugi, maka petani yang bekerjasama tidak memperoleh
apapun dari hasil kerjanya.Namun sebagian kalangan Syafi’iyah
memperbolehkan dengan alasan kebutuhan (hajah).Menurut jumhur ulama,
hukum praktek muzara’ah yakni mubah (boleh) atas dasar hadist Nabi SAW
berikut (Muslich, 2013: 395),
-
48
ِبَشْرِط َما ََيْرُُج َعِن اْبِن ُعَمَر َرِضَي الّلُه َعْنُه َأنَّ َرُسْوَل الّلِه َصلَّ الّلُه َعَلْيِه َوَسلََّم َعاَمَل أَْهَل َخْيبَ رَ
َها ِمْن ََثٍَر أَْو َزرٍْع. ِمن ْ
“Dari Ibnu Umar ra.bahwa Rasulullah SAW melakukan kerjasama
(penggarapan tanah) dengan penduduk Khaibar dengan imbalan separuh dari
hasil yang keluar dari tanah tersebut, baik buah-buahan maupun tanaman”.
(Muttafaq ‘alaih)
Akad muzara’ah dilandaskan atas prinsip tolong menolong mengingat
banyaknya petani yang memiliki lahan tidak mampu mengelolanya. Ulama
Maliki dan Hanabilah dalam Haroen (2007: 277) tujuan praktek muzara’ah
sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi,
ْقَوى َوًلَ تَ َعا َونُ ْوا َعَلى اِْلُثِْ َواْلُعْدَواِن.. َوتَ َعا َونُوا َعَلى اْلِبِّ َوالت َّ
“Bertolong-tolonglah kamu atas kebajikan dan ketaqwaan dan jangan
bertolong-tolongan atas dosa dan permusuhan“.(QS. Al Maidah: 2)
Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang hanya memiliki keahlian dalam
bertani tidak memiliki lahan yang dapat diolah. Untuk menyesuaikan
fenomena yang ada, Islam menganjurkan adanya kerjasama terkait
pemanfaatan lahan agar menimbulkan kemaslahatan bagi umat. Sebagaimana
hadis Rasulullah SAW diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas
ra.yang berbunyi:
ِإنَّ النَِّبَّ ص م ََلْ ُُيَرِِّم اْلُمَزاَرَعُة َوَلِكْن اََمَرن يَ ْرُفَق بَ ْعُضُهْم بِبَ ْعِض ِبَقْولِِه َمْن َكاَنْت َلهُ
أَْرٌض فَ ْليَ ْزَرْعَها أَْولَِيْمَنْحَها َأَخاُه فَِإْن َأََب فَ ْلُيْمِسْك أَْرَضُه )رواه البخارى(
“Sesungguhnya Nabi SAW: menyatakan, tidak mengharamkan bermuzara’ah
bahkan beliau menyuruhnya, supaya yang sebagian menyayangi sebagian
yang lain, dengan katanya, barang siapa yang memiliki tanah, maka
hendaklah ditanaminya atau memberikan faedahnya kepada saudaranya, jika
-
49
ia tidak mau, maka boleh ditahan saja tanah itu“.(Sahrani dan Abdullah,
2011: 215)
Praktek kerjasama muzara’ah sudah banyak dipraktekkan para petani
Indonesia.Pembagian porsi bibit, modal operasional dan kerugian yang timbul
dari gagal panen sesuai dengan keragaman adat serta budaya bertani yang
umumnya dilakukan oleh masyarakat di daerah tersebut.Menurut Muslich
(2013: 6) pada perkara muamalat, adat kebiasaan dapat diterapkan selama tidak
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam hukum syariat Islam.
Sebagaimana hadits Nabi SAW yang berbunyi,
َما رَأَُه اْلُمْسِلُمْوَن َحَسناا فَ ُهَوِعْنَدالّلِه َحَسٌن
“Sesuatu yang oleh orang muslim dipandang baik, maka disisi Allah juga
dianggap baik”.
Praktek muzara’ah pada kebiasaan masyarakat Indonesia dinamakan
sistem paroan. (Haroen, 2007: h. 275). Keuntungan ditentukan menggunakan
skema bagi hasil sesuai kesepakatan awal. Menurut Sayyid Sabiq, dalam
prakteknya pemberian lahan oleh pemilik lahan kepada penggarap dimana
bagian yang diperoleh sebesar setengah, satu pertiga, atau lebih banyak sesuai
dengan kesepakatan.
4. Bentuk-Bentuk Akad Muzara’ah Dr. Mardani (2013: 240) menyebutkan bentuk-bentuk kerjasama
muzara’ah adalah sebagai berikut, diantaranya:
a) Apabila lahan dan benih berasal dari satu pihak, kemudian pekerjaan dan
alat dari pihak lain, maka akad ini mubah. Dalam hal tersebut si pemilik
lahan menjadi penyewa atas manfaat dari pekerjaan si penggarap lahan,
sedangkan alat yang digunakan untuk membajak adalah bagian dari si
penggarap.
-
50
b) Apabila lahan milik satu pihak (pemilik lahan), sedangkan alat, benih, dan
pekerjaan oleh pihak lain (penggarap), maka akad ini diperbolehkan.
Dimana si penggarap menjadi penyewa atas lahan, dengan pembagian hasil
dari pertanian tersebut.
c) Apabila lahan, alat pertanian, dan benih tanaman berasal dari satu pihak.
Sedangkan pekerjaan dari pihak lain, maka akad ini diperbolehkan.
Diperumpamakan si pemilik lahan menyewa si pekerja untuk menggarap
lahannya dari pembagian hasil dari pertanian tersebut.
d) Apabila lahan dan alat berasal milik satu pihak. Kemudian pekerjaan dan
benih berasal dari pihak lain, maka akad ini tidak diperbolehkan. Hal ini
disebabkan apabila akad ini diqiaskan kepada akad ijarah terhadap lahan,
adanya persyaratan alat akan merusak akad.
5. Hukum Perjanjian Akad Muzara’ah
Menurut Dahrum dalam Al-asqolani (2010: 302) Syaikh Abu Bakar Al
Jazairi berkata bahwa hukum-hukum perjanjian akad muzara’ah adalah sebagai
berikut:
a) Masa kerjasama akadmuzara’ah harus ditentukan, misalkan 1 tahun.
b) Bagian yang disepakati dari ukurannya dan mencakup apa yang
dihasilkannya. Apabila sang pemilik tanah berkata: “Engkau berhak atas
apa yang tumbuh diatas tempat ini dan tidak ditempat yg lainnya“. Maka
hal ini tidak sah.
c) Jika pemilik tanah mensyaratkan mengambil bibit sebelum dibagi hasilnya
kemudian, sisanya dibagi antara pemilik tanah dan penggarap tanah sesuai
dengan syarat pembagiannya, maka muzara’ah tidak sah.
-
51
B. Identifikasi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerapan AkadMuzara’ah
1. Terpenuhinya Rukun dan Syarat Akad
Rukun merupakan unsur yang harus ada pada sebuah akad (Sahroni, 2017:
25).Para ulama fiqih telah bersepakat dalam menentukan rukun dan syarat pada
akad muzara’ah.Bila seluruh rukun akad tersebut tidak terpenuhi, hal itu dapat
merusak dan bahkan dianggap tidak sah menurut hukum perdata Islam.Adapun
syarat akad ialah sifat yang harus melekat pada setiap rukun akad. Oleh
karenanya, rukun dan syarat akad tersebut menjadi unsur terpenting dan saling
melengkapi satu sama lain.
2. Peningkatan Etos Kerja dan Spiritual
Hikmah akad muzara’ah yakni terciptanya kemakmuran antara makhluk
hidup dimuka bumi (Ghazaly dkk, 2010: 119).Akad muzara’ah boleh diterapkan
untuk tujuan saling tolong menolong antar sesama manusia.Melalui akad
muzara’ah, seorang petani yang hanya tidak memiliki modal, maka dengan
keahliannya dalam bertani mampu bekerjasama dengan pemilik lahan sebagai
penggarap.Pada musim panen tiba, keuntungan hasil tani dibagikan sesuai
kesepakatan bersama.Dengan ini, petani penggarap memperoleh pendapatan
melalui usahanya membantu pemilik lahan mengelola lahan pertaniannya.
Praktek muzara’ah membuka kesempatan kepada petani penggarap untuk
mengaktualisasikan keahliannya dalam bertani.Lahan pertanian dan biaya
produksi seluruhnya diatur oleh pemilik lahan.Keahlian dan tenaga menjadi
jaminan kepercayaan pemilik lahan atas penggarap agar dapat mengurus lahan
usaha taninya.Pemilik lahan dan penggarap saling berupaya untuk memperoleh
hasil pertanian yang sukses. Kesempatan tersebut memicu semangat para petani
penggarap dalam bertani sehingga dengannya ia dapat meningkatkan kualitas
hidupnya dari segi materi maupun spiritual.
-
52
Menurut Pandji Anoraga dalam Saefullah (2010: 60) faktor-faktor
eksternal yang berpengaruh terhadap etos kerja seseorang, yakni:
a. ) Keamanan kerja
b. ) Kesempatan untuk memperoleh kemajuan
c. ) Kondisi kerja yang kondusif dan menyenangkan
d. ) Rekan kerja yang baik
e. )Tersedianya kompensasi, gaji atau imbalan.
Kualitas seseorang dalam bekerja dapat dilihat dari etos kerjanya.Hadari
Nawawi mengemukakan unsur-unsur yang digunakan untuk mengukur tinggi
rendahnya etos kerja seseorang, yaitu Motivasi kerja, tujuan kerja, pola kerja,
semangat kerja, dan tekad kerja. (saefullah, 2010: 57). Jika kelima unsur tersebut
bernilai bagus, maka akan menghasilkan etos kerja yang tinggi.
3. Pendapatan dan Skema Bagi Hasil
Jumhur ulama yang membolehkan praktek muzara'ah menetapkan objek
akad muzara’ah ialah manfaat tanah dan hasil panen yang dihasilkan secara jelas
berasal dari kerjasama usaha pertanian yang dijalankan (Ghazaly, 2010: 117).
Adapun besar hasil keuntungan yang dibagikan ditentukan sejak awal perjanjian
berlangsung sebesar setengah, sepertiga atau seperempatnya dari hasil
keuntungan yang didapatkan. Apabila kerugian dan gagal panen terjadi selama
kerjasama berlangsung maka kerugian tersebut ditanggung oleh petani pemilik
lahan selaku pihak pemodal .
Skema bagi hasil pada kerjasama muzara’ah umumnya menyesuaikan adat
kebiasaan masyarakat. Deni dan Ira (2017) bahwa kerjasama muzara’ah
menggunakan skema bagi hasil revenue sharing yakni hasil keuntungan
dibagikan sebelum dikeluarkan biaya usaha dianggap tidak adil karena
merugikan petani penggarap yang berperan sebagai pengelola modal.
Sedangkan skema profit sharing merupakan skema bagi hasil dimana biaya
produksi ditanggung secara bersama.Jadi, bila dibandingkan antara keduanya,
-
53
skema profit sharing merupakan skema yang adil karena tidak merugikan salah
satu pihak.
4. Kemandirian dan Kreatifitas Usaha
Sikap kemandirian merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki oleh
seorang wirausaha.Renaningtyas (2017) mengemukakan bahwa wirausaha yang
mandiri cenderung mampu menciptakan inovasi dan berkreasi dengan usahanya
serta mengembangkan potensi yang dimilikinya demi tercapainya keberhasilan
usahanya.Pada penelitiannya, Renaningtyas menyimpulkan bahwa nilai
kemandirian yang dimiliki seseorang dapat medorong aspek produktivitas dan
efisiensi yang menjadi penentu keberhasilan usahanya.
Firdani dkk (2017) dalam Luthfiyah menjelaskan karakteristik kemandirian
seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek, yakni: 1) Tanggung jawab; 2) Tidak
bergantung pada orang lain; 3) Mampu memenuhi kebutuhan pokok minimal;
4) Tekun; 5) Disiplin; 6) Berani mengambil resiko. Pada penelitiannya, Firdani
dkk menerangkan pentingnya kepedulian pemerintah dan masyarakat setempat
agar senantiasa mengawasi perkembangan program kewirausahaan supaya
menjaga motivasi warga tetap stabil.
Kreatifitas ialah suatu kemampuan menciptakan sebuah temuan baru
dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada. Tasmara (1995: 119)
mengatakan bahwa sebuah potensi mendayagunakan aset yang dimiliki dengan
menempatkannya pada tempat dan waktu yang sesuai.Allah SWT
menganugerahkan kepada makhluk Nya yakni umat manusia berupa akal,
lingkungan dan dorongan agar dapat memenuhi kebutuhannya dengan berbagai
sumber daya yang ada di muka bumi.Sebagai khalifah, manusia dituntut untuk
maju dan berkembang menemukan hal-hal baru agar terciptanya kehidupan yang
sejahtera dan harmonis.
Sebuah peradaban dunia tercipta dari sebuah kekuatan yang memadukan
ilmu pengetahuan dan potensi alam. Sebagaimana ayat Al qur'an yang berbunyi:
-
54
فُ َيا َمَوِت َواْْلَْرِض َفانْ ُفُذْوا ًلَتَ ن ْ ُفُذْوا ِمْن أَْقطَاِر السَّ ُذْوَن ِإًلَّ ِبُسْلطَانٍ َمْعَشَر اْلِْنِّ َواإِلْنِس إِن اْسَتَطْعُتْم َأْن تَ ن ْ
"Wahai Jin dan Manusia, jika kamu mampu menembus (melintasi) seluruh
penjuru langit dan (menembus) bumi, maka lintasi dan tembuslah, dan kamu
tidak akan mampu kecuali dengan kekuatan”. (QS. Ar Rahman: 33)
Maka dari itu, alam semesta beserta seluruh isinya merupakan bahan input
yang perlu diolah menjadi sebuah output. Pohon, tumbuh-tumbuhan, ikan yang
terdapat di muka bumi ini dapat diolah oleh manusia menjadi sesuatu yang baik
dan berguna bagi keberlangsungan makhluk hidup.
Riansyah dan Sya’roni (2017) dalam Munandra berpendapat bahwa faktor-
faktor yang memicu kreatifitas seseorang, yakni: dorongan dari dalam diri
sendiri dan dorongan lingkungan. Pada penelitiannya, Riansyah dan Sya’roni
menyimpulkan bahwa beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kreatifitas,
inovasi dan kinerja yakni faktor lingkungan, kepemimpinan, budaya organisasi,
struktur organisasi dan kemampuan perusahaan. Kreatifitas memiliki pengaruh
yang besar terhadap kinerja, akan tetapi diperlukan adanya dorongan yang
memicu inovasi. Sehingga kreatifitas dan dan kinerja memiliki saling
berhubungan dan berpengaruh satu sama lain.
C. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sebagaimana penelitian pada umumnya, penelitian ini dilaksanakan tidak
lepas untuk menyempurnakan penelitian-penelitian sebelumnya. Serta menjadi
bahan acuan dan perbandingan yang erat kaitannya dengan penelitian ini agar
berjalan dengan semestinya. Berikut diantaranya:
1. Deny Lubis, Ira Roch Indrawati (2017) pada penelitiannya yang berjudul
“Analisis Pendapatan Petani Penggarap Dengan Akad Muzara’ah Dan
Faktor Yang Mempengaruhinya”, penulis melakukan identifikasi terkait
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani pada praktek
muzara’ah. Penelitian ini menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa faktor-
-
55
faktor yang mempengaruhi akad muzara’ah secara signifikan, yakni: lama
pendidikan, lama pengalaman bertani, jumlah kredit, modal kerja dan luas
lahan. Luas lahan cukup mempengaruhi pendapatan petani, minimal luas
lahan untuk mencukupi pengeluaran rumah tangga petani adalah 0,56 hektar.
Skema bagi hasil yang digunakan yakni revenuesharing. Namun skema ini
dinilai merugikan satu pihak yakni petani penggarap sebagai pengelola modal
karena biaya produksi dibebankan kepada pihak pengggarap. (Sumber: Jurnal
Kajian Ekonomi Islam (Maqdis), Vol. 2, No. 1)
2. Dahrum (2016) melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Sistem
Muzara’ahDalamMeningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan
Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba”.Penelitian
inibertujuan untuk mengetahui implementasi akad muzara’ah di Kelurahan
Palampang Kecamatan Palampang Kecamatan Rilau Ale Kabupaten
Bulukumba.Adapun kesimpulan dari penelitian ini bahwa penerapan akad
muzara’ah dikategorikan kerjasama yang sah, karena mengadung dua prinsip
muamalah, pertama adanya unsur kerelaan antara kedua belah pihak yang
bekerjasama.Kedua, proses kerjasama berjalan atas dasar kesepakatan dan
keridhoan pemilik lahan danpenggarap.Secara umum belum sepenuhnya
sesuai dengan aturan dalam Islam, yakni terkait pembagian hasil
dilaksanakan dengan mengurangi hasil panen terlebih dahulu sebelum dibagi
oleh kedua belah pihak.Praktek muzara’ah yang diterapkan sesuai adat
setempat tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah.(Sumber:
Skripsi)
3. Radian Ulfa (2017)pada penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh
Muzara’ah Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani di Desa Simpang Agung
Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
adakah peningkatan kesejahteraan dari praktek kerjasama muzara’ah”.
-
56
Berdasarkan hasil akhir dari penelitian ini, maka diperoleh sebuah
kesimpulan bahwa pelaksanaan akad muzara’ah berhasil meningkatkan taraf
hidup masyarakat terutama dikalangan petani penggarap. Kebutuhan dasar
makanan dapat terpenuhi dengan mudah. Rata-rata kebutuhan beras sehari-
hari berasal dari bagi hasil kerjasamamuzara’ah. Bahkan kini masyarakat
dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier, seperti barang-barang
elektronik dan lainnya. (Sumber: Skripsi)
4. Iin Hamidah (2014)melakukan penelitian yang berjudul“Kesesuaian Konsep
Islam Dalam Praktek Kerjasama Bagi Hasil Petani Desa Tenggulun
Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur”. Penelitian ini
dilakukan bertujuan untuk menemukan adanya kesesuaian antara konsep
kerjasama bagi hasil yang diterapkan oleh petani desa Tenggulun dengan
konsep Islam. Berikut ini beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini,
diantaranya: Sistem bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat Desa
Tenggulun sesuai dengan prinsip sistem mukhabarah karena modal
pengelolaan tanah menjadi tanggungan pihak penggarap. Dari sisi perjanjian
akad, kerjasama terbentuk sesuai dengan konsep muamalah Islam, akan tetapi
dari aspek objek akad ditemukan adanya ketidaksesuaian pada presentase
porsi bagi hasil dan jangka waktu ker