METODE PEMBINAAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …
Transcript of METODE PEMBINAAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN …
METODE PEMBINAAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN
PERILAKU SOSIAL ANAK DI YAYASAN ISLAM MEDIA
KASIH TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Endah Novianti
(11160520000054)
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
ABSTRAK
Endah Novianti, NIM 11160520000054, Metode
Pembinaan Agama dalam Pembentukan Perilaku Sosial
Anak di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, di bawah
bimbingan Suparto, M.Ed, Ph.D, 2021.
Perilaku sosial anak yang negatif merupakan salah
satu problem yang senantiasa muncul di tengah-tengah
masyarakat. Masalah tersebut hidup, berkembang dan
membawa akibat-akibat buruk tersendiri sepanjang masa yang
sulit dicari ujung pangkalnya, sebab kenyataannya perilaku
sosial yang negatif telah merusak nilai-nilai norma yang ada
di masyarakat serta merusak nilai-nilai agama. Upaya
pengendalian terhadap peningkatan perilaku sosial negatif
perlu dilakukan untuk menekan dan mencegah kasus perilaku
sosial negatif yang terus meningkat seperti mencuri, putus
sekolah, dan tawuran. Salah satu upaya menanganinya adalah
dengan memberikan pembinaan agama terhadap anak.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
pembinaan agama dari Djamaludin Anchok merupakan
membimbing, mengarahkan, atau membangun nilai-nilai yang
sangat penting dan beragama bagi manusia. Sehingga menjadi
pedoman bagi tingkat laku orang tersebut. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Teknik dalam pengumpulan data yaitu teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa
pelaksanaan program pembinaan agama pada lokasi penelitian
berjalan dengan efektif. Penelitian ini juga menemukan
indikator keberhasilan penerapan program pembinaan agama
oleh lembaga penelitian dapat dilihat dari peningkatan
pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku menjadi lebih baik,
kedisiplinan beribadah dan mampu bersosialisasi.
Kata Kunci: Pembinaan Agama, Perilaku Sosial, Anak
Asuh.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin, puji syukur peneliti
panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala Rabb semesta
alam yang dengan cara-Nya telah memudahkan rangkaian
proses pembuatan skripsi dengan judul “ Metode Pembinaan
Agama dalam Pembentukan Perilaku Sosial Anak di
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang” ini. Shalawat
bertangkaikan salam semoga selalu tercurah limpahkan
kepada manusia yang paling mulia, nabi seluruh umat,
Muhammad sallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga,
sahabat dan pengikut-pengikutnya.
Penulis ucapkan terimakasih banyak kepada manusia
yang tidak pernah luput dalam mendoakan, selalu mendukung
dalam segala keadaan, yakni Ibunda Nining Ningrum, semoga
segala manfaat yang didapat peneliti juga pembaca menjadi
ladang pahala yang mengantarkannya menuju surga yang
abadi. Aamiin. Tidak lupa juga kepada Ayahanda Taufiq
Ichsan, semoga senantiasa Allah beri kesehatan dan
keberkahan dalam hidup. Aamiin. Ucapan terimakasih lainnya,
penulis tujukan untuk kakak tersayang, Siti Fachrana yang
telah memberikan motivasi, tidak lupa adikku Aulia Gani
Nabila dan Muhammad Ramdani. Dan Allah-lah sebaik-baik
pemberi balasan atas kebaikan kalian.
ii
Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung peneliti
dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada:
1. Suparto M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi dan selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan banyak arahan dan masukan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan, semoga Allah membalas segala
kebaikannya, DR. Siti Napsiah, MSW., selaku Wakil Dekan I
Bidang Akademik, serta Dr. Sihabudin Noor, MA selaku
Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Drs. Cecep
Catrawijaya, MA selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.
2. Ir. Noor Bekti Nugroho, S.E, M.Si. selaku Ketua Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
3. Artriani Puspita Arwan, M.Psi. selaku Sekretaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4. M. Jufri Halim, M.Si. selaku Dosen Penasihat Akademik
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam kelas B Angkatan 2016.
5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat
selama peneliti menempuh pendidikan jenjang strata satu ini.
6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah memfasilitasi peneliti
sehingga mendapatkan referensi yang diperlukan.
iii
7. Keluarga besar Yayasan Islam Media Kasih Tangerang
yang telah menerima peneliti dengan baik. Semoga Allah beri
balasan terbaik. Aamiin.
8. Keluarga besar Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah member warna dan makna
selama peneliti menempuh pendidikan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah mudahkan segala urusan
kalian. Aamiin.
9. Sahabatku, Dwi Sarifathul Arnia, Rika Damayanti dan Inti
Wulan Mustika Wati yang telah bersama selama 8 tahun,
memberi motivasi dan ikhlas menemani dalam perjuangan
hidup. Semoga Allah membalas segala kebaikan kalian.
Aamiin.
10. Seluruh teman-teman Jurusan Bimbingan Penyuluhan
Islam yang telah banyak membantu dan menjadi motivasi
selama peneliti menempuh pendidikan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah menjaga kalian. Aamiin.
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR …...........................…………….... i
DAFTAR ISI ……....….....................………...………….. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah........................................................ 14
C. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................... 15
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................... 16
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ............................................. 17
F. Metode Penelitian ........................................................... 22
G. Sistematika Penulisan .................................................... 31
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembinaan Agama
1. Pengertian Pembinaan ............................................. 34
2. Pengertian Agama ................................................... 37
3. Pengertian Pembinaan Agama ................................ 38
4. Tujuan Pembinaan Agama ...................................... 39
5. Aspek-aspek Pembinaan Agama ............................. 41
6. Metode Pembinaan Agama ..................................... 42
7. Materi Pembinaan Agama ....................................... 52
8. Media Pembinaan Agama ....................................... 61
B. Perilaku Sosial
v
1. Pengertian Perilaku Sosial ...................................... 64
2. Faktor yang Memengaruhi Perilaku Sosial ............. 69
3. Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial ............................ 72
4. Pembentukan Perilaku Sosial ................................. 77
B. Sosial
1. Perubahan Sosial ...................................................... 78
2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan
Sosial ........................................................................ 80
C. Anak
1. Pengertian Anak ...................................................... 83
2. Kebutuhan Dasar Anak ........................................... 85
3. Tingkat Perkembangan Anak .................................. 86
4. Tugas Perkembangan Anak ..................................... 89
D. Kerangka Berpikir .......................................................... 91
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR BELAKANG
A. Sejarah Yayasan Islam Media Kasih ............................. 92
B. Visi dan Misi .................................................................. 93
C. Tujuan ............................................................................ 94
D. Program atau Kegiatan .................................................. 95
E. Fasilitas .......................................................................... 97
F. Struktur Kepengurusan .................................................. 98
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Data Informan……….……………………...….......… 99
vi
B. Temuan Lapangan ....................................................... 103
BAB V PEMBAHASAN
A. Metode Pembinaan Agama dalam Pembentukan Perilaku
Sosial Anak Asuh di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang
……………...........................................…………………. 108
B. Gambaran Perilaku Sosial Anak Asuh di Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang …....……………………………113
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.Simpulan ….............................…………….………... 129
B. Implikasi …………………………………………..... 130
C. Saran ………………………………………..........…. 131
DAFTAR PUSTAKA ……………………………….... 133
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan karunia Allah SWT yang
sangat besar arti dan fungsi bagi kehidupan keluarga.
Keluarga dan lingkungan masyarakat berperan penting
untuk perubahan dan pembentukan diri anak.
Perubahan yang terjadi meliputi segi kehidupan
manusia yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan
sosial. Rentang usia anak ini dibagi menjadi empat
bagian yaitu usia nol sampai satu tahun adalah masa
bayi di mana ia belum dapat mengekspresikan
perasaan dan pikirannya dengan kata-kata, usia dua
sampai lima tahun adalah masa anak yang sangat
egosentris, selain itu anak belum mampu berbicara
fasih, usia enam sampai sebelas tahun adalah masa
anak sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan,
sehingga apabila berkomunikasi dan berinteraksi
sosial dengan anak di usia ini harus menggunakan
bahasa yang mudah dipahami, dan usia dua belas
sampai tujuh belas tahun adalah masa peralihan anak-
anak menuju masa dewasa, pola pikir dan tingkah laku
anak akan mencontoh orang orang dewasa. Pada masa
ini anak harus diberi kesempatan untuk memecahkan
masalah secara positif, harus dihargai keberadaan
2
identitas diri dan harga diri. 1 Dalam penelitian ini,
peneliti akan meneliti anak dengan usia dua belas
sampai tujuh belas tahun.
Anak dengan rentang usia dua belas sampai
tujuh belas tahun dapat dikatakan sebagai remaja awal.
Sebagaimana yang diutarakan oleh Hurlock dalam
pembagian masa remaja, ia membagi masa remaja
menjadi dua, yaitu masa remaja awal sebelas sampai
tujuh belas tahun dan masa remaja akhir enam belas
sampai delapan belas tahun.
Masa-masa remaja adalah masa di mana
individu sedang dalam pencarian jati diri atau identitas
diri. Dalam pencarian jati diri tersebut remaja
memiliki rasa ingin tahu yang cukup besar tentang
lingkungan sekitarnya yang mereka anggap sebagai
hal-hal yang baru. Dalam keadaan pencarian identitas
ini, remaja lebih sering berpatokan pada dunia luar dan
lingkungan sosial di sekitar mereka, sehingga dengan
keadaan emosional yang masih labil remaja mudah
terpengaruh oleh dunia luar yang akan membentuk
kepribadian mereka kelak.
Dalam kajian pisikologi perkembangan remaja
antara lain dapat diamati dari perilaku remaja
bersangkutan. Perilaku adalah semua kegiatan atau
1Damaiyanti Mukhripah, Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), hlm. 78.
3
aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati pihak luar. Perilaku
merupakan aktivitas atau tindakan yang terbentuk
karena pengaruh dari faktor perkembangan dalam diri
dan faktor perkembangan sosial individu di
lingkungan sekitarnya. 2 Menurut George Ritzer
perilaku sosial adalah tingkah laku individu yang
berlangsung dalam hubungannya dengan faktor
lingkungan yang menimbulkan perubahan pada
tingkah laku.3
Perilaku sosial mewakili kontinum exterm pada
sebuah rangkaian yang dapat menjelaskan sebagai
perilaku positif dan negatif. Perilaku sosial merupakan
suatu tindakan yang memiliki manfaat bagi orang lain
seperti keluarga dan masyarakat. Di antara manfaat
tersebut menurut Mohamad Asrori, yaitu adanya
kepentingan bersama untuk mencapai suatu tujuan.
Perilaku sosial merupakan perilaku yang dimiliki oleh
diri manusia, namun perilaku ini tidak dibawa ketika
manusia itu dilahirkan akan tetapi perilaku sosial ini
terbentuk melalui proses interaksi antarindividu
dengan lingkungan sosialnya. Soetjipto Wirosarjono
2 Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm. 35.
3Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi
Yogyakarta), hlm. 15.
4
mengatakan bahwa bentuk-bentuk perilaku sosial
merupakan hasil tiruan dan adaptasi dari pengaruh
kenyataan sosial yang ada. Perilaku sosial terbentuk
dan ada karena manusia melihat dan memperhatikan
hal-hal yang terjadi di sekitarnya dan lingkunganya.4
Ada berbagai faktor yang dianggap sebagai
penyebab perilaku sosial remaja. Menurut Mash &
Wolfn perilaku sosial remaja disebabkan oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup
faktor biologis dan faktor sosio psikologis. Faktor
biologis bisa berupa faktor genetik atau bawaan dan
motif biologis seperti kebutuhan makan dan minum,
kebutuhan seksual, serta kebutuhan melindungi diri
dari bahaya. Sedangkan faktor sosio psikologis berupa
kemampuan afektif yang berhubungan dengan
emosional manusia, kemampuan kognitif yang
merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan
apa yang diketahui manusia, serta kemampuan konatif
yang merupakan aspek yang berhubungan dengan
kebiasaan dan kemauan bertindak.5
4 Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm. 36.
5 Radi Susanto, Perilaku Sosial Remaja di Kelurahan Lubuk
Durian Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara, Skripsi pada
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu, hlm. 14.
5
Sedangkan faktor dari luar (eksternal) adalah
faktor yang berasal dari luar diri seseorang atau
individu, antara lain keluarga, sekolah, dan lingkungan.
Pengaruh lingkungan terhadap perilaku individu dapat
berupa kondisi masyarakat, perubahan iklim, dan
cuaca serta faktor ekonomi individu. Kondisi
masyarakat yang baik dan stabil akan berdampak baik
pada perilaku seseorang. Begitu juga jika kondisi
masyarakat yang tidak kondusif akan menimbulkan
perilaku yang buruk sebagai bentuk perwujudan dari
perasaan dan emosional. Perubahan iklim dan cuaca
juga mempengaruhi perilaku seseorang. Di sini
perilaku timbul sebagai bentuk penyesuaian diri yang
sedang berlangsung. Selanjutnya adalah faktor
ekonomi dari individu, faktor ini merupakan faktor
dalam perilaku seseorang, keadaan ekonomi yang
kurang dan sulit akan menjadikan seseorang berbuat
nekat dan semaunya tanpa memperdulikan orang lain.
Seseorang akan melakukan apapun untuk memenuhi
kebutuhannya dengan melakukan pelanggaran
terhadap norma dan aturan yang berlaku.6
Salah satu faktor eksternal yang banyak
mempengaruhi perilaku sosial adalah keluarga. Proses
6Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2013), hlm. 78.
6
sosialisasi pertama kali diperkenalkan di dalam
lingkungan keluarga melalui pembinaan yang
diberikan orang tua untuk anaknya. Pembinaan anak
merupakan proses yang paling penting, karena fungsi
pembinaan anak di dalam keluarga yaitu
mempersiapkan anak menjadi warga masyarakat.
Pembinaan anak dalam keluarga memberikan
keyakinan beragama, nilai budaya yaitu mencakup
nilai norma dan aturan-aturan pergaulan dalam
bermasyarakat dan sikap yang menjadi pegangan
kehidupan bermasyarakat, beragama, dan bernegara.7
Sebagai warga negara anak perlu mendapatkan
perhatian khusus dengan pembinaan sikap dan
perilaku. Dengan demikian untuk membentuk
kedewasaan pada diri anak dibutuhkan interaksi
sosial.8 Dalam proses pembinaan tanpa interaksi sosial
tidak akan terjadi keberlangsungan. Interaksi sosial
merupakan suatu hubungan individu dengan individu
lain, di mana terjadi saling mempengaruhi, mengubah
atau memperbaiki kelakuan individu.9 Perilaku sosial
7 Shochib, Pola Asuh Orang Tua dalam MembantuAnak
Mengembangkan Anak, (Jakarta: Rinneke Cipta, 1998), hlm. 2.
8Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Jakarta: Andi Offset, 1990),
hlm. 106.
9Gerungan, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Andi Offsite, 2000),
hlm.57.
7
berhubungan erat dengan perilaku individu dalam
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku
di masyarakat. Anak berperilaku sosial yang sesuai
dengan masyarakat diperoleh dari kematangan dan
proses belajar dari berbagai stimulus yang diberikan
lingkungannya. Tatanan lingkungan yang baik dan
sehat dapat membantu mengembangkan konsep dalam
diri anak dan mendukung proses sosialisasi menjadi
optimal. Kesuksesan tujuan tersebut tidak mungkin
terjadi begitu saja tanpa adanya keterlibatan keluarga
dan lingkungan di sekitar anak. Pada umumnya
pembinaan anak dilakukan di dalam keluarga.
Keluarga adalah lingkungan hidup pertama dan utama
yang memberikan tuntunan serta contoh-contoh bagi
setiap anak. 10 Oleh sebab itu, keluarga yang utuh
sangat diperlukan bagi setiap anak.
Dalam perkembangan anak tidak lepas dari
peran orang dewasa di sekitarnya, hal ini agar anak
mampu berperilaku sosial yang baik. Setiap orang tua
mempunyai kewajiban untuk mengajarkan anak-
anaknya tentang kehidupan. 11 Oleh sebab itu,
pembinaan pada anak merupakan hal yang urgen,
10Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, (Jakarta:
CV. Rajawali, 1992), hlm.27.
11 T.O. Ihromi, Sosiologi Keluarga, ( Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1999), hlm. 30.
8
karena Allah ta'ala langsung yang membebankan
tanggung jawab ini kepada kedua orang tua. Allah
berfirman dalam Al-Qur'an Surat At-Tahrim ayat 6:
ا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها أيها ٱلذين ءامنوا قو ي
ئكة غلظ شداد ل يعصون ٱلناس وٱلحجارة عليها مل
ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون ٱلل
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-
Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.12
Dari surah At-Tahrim ayat 6 terdapat makna
yaitu pentingnya orang tua mempersiapkan diri dalam
mendidik anak, karena pada dasarnya orang tua harus
memberikan pembinaan keagamaan, metode
pembinaan termasuk cara penanaman iman kepada
anak sehingga terdapat hubungan timbal balik antara
orang tua dan anak. Orang tua wajib bertanggung
jawab atas amanah yang telah dititipkan Allah yaitu
anak, bertanggung jawab menjaga keluarga adalah
12Al-Qur'an Terjemahan, Kementrian Agama RI, (Bandung: CV
Darus Sunnah, 2015), hlm.196.
9
dengan cara mendidik, mengajar, memerintahkan
mereka dalam segala aspek kehidupan sebagai bekal di
akhirat dan membantu untuk bertakwa kepada Allah
dan melarang dari maksiat kepada Allah. 13 Lebih
utamanya orang tua mempunyai peran penting untuk
keselamatan anak. Penanaman nilai-nilai agama dan
akhlak sejak kecil menjadi prioritas bagi anak untuk
bekal menghadapi pergaulan di masyarakat. Namun,
masih banyak orang tua yang belum memberikan
bimbingan intensif yang memang dibutuhkan oleh
anak agar menjadi manusia yang dapat berperilaku
sosial yang sesuai dengan norma yang ada di
lingkungan.
Komunikasi yang buruk di keluarga akan
mengikis nilai-nilai keagamaan. Anak yang kurang
bimbingan agama di keluarga akan menentukan
perilaku sosialnya. Perilaku sosial anak menjadi hal
yang penting sebagai proses bersosialisasi. Apabila
bimbingan agama mereka semakin turun,
kemungkinan besar mereka akan bersikap yang tidak
sesuai dengan peraturan di masyarakat.
Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa terdapat
13 Nur Kholish Rif'ani, Dasyatnya Mendidik Anak Gaya
Rasulullah, (Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2015), hlm.31.
10
930 anak terlantar dari berbagai latar belakang.
Mereka ditelantarkan karena masalah kesejahteraan
sosial, korban konflik sosial, bencana alam dan
perperangan. Ini baru kasus yang dilaporkan ke KPAI,
sebagian besar kasus anak-anak terlantar banyak yang
tidak dilaporkan.14
Berdasarkan data tersebut menunjukkan anak
membutuhkan bantuan, baik berupa materil dan non-
materil. Mereka membutuhkan bukan hanya sekedar
pembinaan agama, tetapi juga membutuhkan
bimbingan intens yang membuat mereka mampu
melindungi dan menempatkan diri di lingkungan
mayarakat. Pembinaan keagamaan juga dibutuhkan
agar mereka menjadi anak yang kuat iman,
berpengetahuan islam dan kuat mental sehingga
mereka dapat memunculkan kepercayaan diri untuk
berperilaku sosial di masyarakat.
Dalam UU RI No. 3 tahun 1997 bahwa anak
yang tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh
asuhan dari negara atau orang atau badan. 15 Salah
satunya diasuh oleh badan atau lembaga kesejahteraan
sosial yaitu panti asuhan. Dalam hal ini yang
14David Setyawan,"Anak
Terlantar",https://www.kpai.go.id/berita/kpai-pemerintah-harus-jamin-
perlindungan-sosial-anak-terlantar, (diakses pada 9 September 2020).
15UU Peradilan Anak, (Jakarta: Sinar Grafika, 1997), hlm. 53.
11
menggantikan peranan orang tua di panti asuhan
adalah pengasuh yang memberikan kebutuhan dan
pembinaan keagamaan pada anak. Panti asuhan adalah
salah satu rumah atau tempat untuk memelihara dan
merawat anak yatim, piatu, dan terlantar. 16 Panti
asuhan akan memberikan pembinaan secara jasmani
dan rohani yang sangat diperlukan sejak dini guna
memberikan arah, pandangan hidup dan berperilaku di
masyarakat.
Pada dasarnya anak yang ada di panti asuhan
memiliki latar belakang yang tidak sama karena
mereka datang dengan masalah yang berbeda-beda.
Jadi anak yang berada di panti asuhan diharapkan
menjadi lebih baik lagi dalam berprilaku, karena
baiknya seseorang dilihat dari seseorang itu
berperilaku. Dengan kata lain, perkembangan anak
dalam berperilaku sosial tergantung pada pola
pembinaan yang diberikan. Maka dari itu fungsi dari
pembinaan di panti asuhan yaitu agar anak-anak
diterima oleh masyarakat dan berperilaku tidak keluar
dari ajaran agama.
Panti asuhan Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang ini berdiri pada tahun 1991 dibentuk
16Irwandi, Pengembangan Life Skill Penghuni Panti Asuhan At-
Taqwa Muhammadiyah Kenagarian Koto Rambatan Kabupaten Tanah
Datar, Jurnal, hlm. 3.
12
sebagai wadah untuk menjembatani kasih sayang umat
terhadap sesama melalui mensejahterakan anak yatim,
piatu, dan anak terlantar. Anak-anak yang ditampung
di Panti Asuhan Yayasan Islam Media Kasih adalah
anak dengan usia antara tujuh bulan sampai dua puluh
tiga tahun. Latar belakang anak keluarga dan
lingkungan mereka dari keluarga pemulung atau
pengemis jalanan, keluarga yang sering melakukan
KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga), anak yang
tidak mempunyai ayah (yatim), tidak mempunyai ibu
(piatu), tidak mempunyai ayah dan ibu (yatim piatu)
dan anak dari keluarga tidak mampu yang secara
ekonomi tidak mampu memberikan penghidupan yang
layak untuk anak. Di Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang setiap individu diperlakukan sama, dengan
kata lain setiap individu diberikan pembinaan
keagamaan yang sama oleh pengasuh. Namun, dalam
penanganan individu diperlakukan berbeda sesuai
dengan masalah yang dihadapi pada setiap anak.17
Penyelenggara pembinaan di panti asuhan
Yayasan Islam Media Kasih ini di bawah pimpinan
Ustadzah Dewi Alamsyah yang sudah memiliki
sejarah panjang mengenai karakter anak asuh.
17 Wawancara dengan Abdul Aziz, Selaku Sekretaris Yayasan
Islam Media Kasih, pada tanggal 7 Juni 2020 13:53 WIB
13
Terutama mengenai kebutuhan mental, pembentukan
budi pekerti, penumbuhan perilaku sosial, serta
peningkatan pengetahuan dan keterampilan anak
asuh.18 Anak asuh dibimbing untuk menciptakan rasa
kepedulian, saling membantu, dan tolong menolong.
Perilaku sosial yang baik dibentuk dengan tujuan agar
para anak asuh dapat berperilaku sesuai dengan norma
yang ada di masyarakat. Karena di masyarakat sangat
penting mempunyai kepedulian sosial untuk
menciptakan rasa saling membutuhkan dan
menghormati antarsesama. Maka dari itu, diperlukan
sebuah pembelajaran atau pembinaan yang dapat
membentuk adab yang berlaku di masyarakat.
Pembinaan keagamaan yang diberikan di panti
asuhan Yayasan Islam Media Kasih Tangerang antara
lain pengajaran membaca dan menghafal Al Quran
yang dilaksanakan setiap hari setelah shalat subuh dan
magrib, kajian yang dilakukan seminggu dua kali
setiap hari Senin dan Jumat, muzakarah adab-adab
muslim dilaksanakan setiap hari setelah shalat isya,
taklim kitab fadhilah amal yang dilaksanakan setiap
hari setelah shalat ashar dan subuh, taklim hikayat
sahabat Nabi setiap hari setelah shalat isya dan i'tikaf
18Media Kasih, Profil Media Kasih,
https://mediakasih.com/tentang, (diakses pada 13 Desember 2020).
14
di masjid khusus putra yang dilaksanakan sebulan
sekali. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
membentuk perilaku sosial yang beradab baik kepada
anak seusianya, orang tua, dan masyarakat.19
Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk
mengetahui pembinaan agama yang dilakulan oleh
pembina di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang
untuk membentuk perilaku sosial anak asuh dengan
latar belakang yang berbeda-beda. Sehingga peneliti
akan meneliti tentang "Metode Pembinaan Agama
dalam Pembentukan Perilaku Sosial Anak di
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang."
B. Identifikasi Masalah
Persoalan pembentukan perilaku sosial anak di
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang sangat
berhubungan dan dapat dipengaruhi serta dapat
ditentukan oleh banyak hal, antara lain:
1. Pembina agama sangat berpengaruh besar dalam
pembinaan agama untuk anak asuh dengan latar
belakang yang berbeda-beda di Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang.
19 Wawancara dengan Abdul Aziz, Selaku Sekretaris Yayasan
Islam Media Kasih, pada tanggal 7 Juni 2020 13:53 WIB
15
2. Perilaku anak asuh sebelum di Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang dalam menghadapi
masalah.
3. Latar belakang anak asuh sebelum di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang.
4. Belum adanya penelitian pembinaan agama di
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang sehingga
harus diketahui lebih lanjut.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti membatasi
hanya pada persoalan tentang pembinaan agama yang
diberikan oleh pembina agama dalam pembentukan
perilaku sosial anak di Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang. Pembatasan ini bertujuan agar penelitian
tidak meluas, lebih terarah, jelas dan memberikan hasil
yang maksimal.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1. Bagaimana metode pembinaan agama dalam
pembentukan perilaku sosial anak di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang?
2. Bagaimana pembinaan agama dalam
pembentukan perilaku sosial anak di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang?
16
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui metode pembinaan agama
dalam pembentukan perilaku sosial anak di
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang.
2. Untuk mengetahui tentang pembinaan agama
dalam pembentukan perilaku sosial anak di
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang.
Berikut adapun manfaat dari diadakannya
penelitian ini adalah dapat memberikan manfaat
akademis dan praktis, sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan
referensi dan meningkatkan wawasan akademik
bagi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
khususnya dalam bidang Bimbingan Penyuluhan
Islam, serta pemahaman konsep penyuluhan
agama dalam pembentukan perilaku sosial anak.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif bagi Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang untuk
mengembangkan pembinaan agama dalam
pembentukan perilaku sosial anak asuh.
17
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Meninjau dari penelitian sebelumnya yang
mengambil tema tentang pembinaan agama dalam
pembentukan perilaku sosial. Peneliti menemukan
tinjauan terdahulu, berikut beberapa penelitian yang
mengambil tema pembinaan agama dalam
pembentukan perilaku sosial.
M. Dhiyauddin Abdul Choir, Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, tahun 2016. Dengan judul Pembinaan
Anak Asuh dalam Pembentukan Perilaku Sosial di
Panti Asuhan Daarul Hikmah Borobudur Kabupaten
Magelang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah ada perubahan perilaku sosial
setelah mengikuti proses pembinaan keagamaan di
Daarul Hikmah. Di dalam skripsi berisi tentang
bagaimana pembinaan agama yang dilakukan di Panti
Asuhan Daarul Hikmah untuk membentuk perilaku
sosial anak asuh. Berdasarkan penelitian didapatkan
hasil bahwa pembinaan agama di Panti Asuhan Darul
Hikmah berupa pengetahuan, praktik ritual,
pembinaan mental dan skill, sehingga pembinaan
agama berpengaruh terhadap pembentukan perilaku
sosial anak asuh seperti peduli, peka, menjaga
kebersamaan, jujur dan bertanggungjawab. Kelebihan
dari penelitian ini adalah peneliti mampu memberikan
18
data yang jelas atas penelitiannya. Kekurangan
penelitian ini adalah kurangnya kerangka teori yang
dipakai, penulis hanya mencantumkan pengertian
pembinaan dan perilaku saja.20
M. Sudaryanto, Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, tahun 2019. Dengan judul Pembinaan Anak
Asuh Terhadap Pembentukan Perilaku Sosial
Keagamaan di Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa
di Bandar Lampung. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui bentuk pembinaan yang dilakukan
oleh pengurus panti asuhan Peduli Harapan Bangsa
Bandar Lampung dalam pembentukan perilaku sosial
anak asuh. Dalam penelitian ini faktor pendukung
pembentukan perilaku sosial anak asuh didapat dari
pengurus, peran masyarakat sekitar panti dan lokasi
panti yang strategis. Hasil dari penelitian ini adalah
pembinaan agama dan dukungan sosial dari pengurus
serta masyarakat sekitar panti dapat membentuk
perilaku sosial anak asuh yang menunjukkan nilai
positif. Kelebihan dari penelitian ini yaitu penelitian
20 M. Dhiyauddin Abdul Choir,Pembinaan Anak Asuh dalam
Pembentukan Perilaku Sosial di Panti Asuhan Daarul Hikmah Borobudur
Kabupaten Magelang, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2016).
19
ini memiliki daya tarik sendiri untuk membacanya dan
tidak banyak pemborosan kata. Kekurangan dari
penelitian ini adalah masih banyak kalimat yang tidak
menggunakan EYD dengan baik dan benar.21
Siti Nisrima, Universitas Unsyiah Aceh, tahun
2016. Dengan judul Pembinaan Perilaku Sosial
Remaja Penghuni Yayasan Islam Media Kasih Kota
Banda Aceh. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui bentuk pembinaan perilaku sosial remaja
oleh Yayasan Islam Media Kasih Kota Banda Aceh
dan mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh
pengurus saat memberikan pembinaan. Hasil dari
penelitian ini adalah bentuk pembinaan perilaku sosial
remaja di Yayasan Islam Media Kasih Kota Banda
Aceh berupa nasihat, motivasi dan percontohan.
Pembinaan perilaku sosial di Yayasan Islam Media
Kasih Kota Banda Aceh berhasil membentuk anak
asuh yang saling menolong dan hidup rukun.
Kelebihan dari penelitian ini adalah peneliti dapat
memaparkan data yang diinginkan dan pembaca
dengan cepat dapat memahami isi dari penelitian ini.
21M. Sudaryanto, Pembinaan Anak Asuh Terhadap Pembentukan
Perilaku Sosial Keagamaan di Panti Asuhan Peduli Harapan Bangsa di
Bandar Lampung, (Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, 2019).
20
Kekurangan dari penelitian ini adalah ada sedikit
penulisan yang kurang rapi.22
Sri Izawati, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
tahun 2011. Dengan judul Hubungan antara
Pembinaan Akhlak dengan Perilaku Sosial Anak di
Panti Asuhan As-Shohwah Kecamatan Tampan
Pekanbaru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah pembinaan akhlak dengan perilaku
sosial anak saling berhubungan. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan pembinaan akhlak anak di Panti
Asuhan tergolong sangat baik dengan presentase 87,
38% dan perilaku sosial anak di Panti Asuhan
tergolong baik. Ada hubungan yang signifikan antara
pembinaan akhlak dengan perilaku sosial diperoleh
skor sebesar 0, 508, lebih besar dari nilai table “r”
product moment pada taraf signifikan 5% yaitu 0.349
dan pada taraf signifikan 1% yaitu 0,449. Kelebihan
dari penelitian ini adalah peneliti mampu memberikan
data yang jelas atas penelitiannya. Kekurangan
22 Siti Nisrima,Pembinaan Perilaku Sosial Remaja Penghuni
Yayasan Islam Media Kasih Kota Banda Aceh, (Aceh: Universitas
Unsyiah Aceh, 2016).
21
penelitian ini adalah adanya kata yang diulang-ulang
sehingga terjadi pemborosan kata.23
Melia Kristiyani, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya, tahun 2016. Dengan
judul Hubungan Pola Pembinaan dengan Perilaku
Sosial Anak di Panti Asuhan Filadelfia Kabupaten
Boyolali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah pola pembinaan dengan perilaku
sosial anak asuh saling berhubungan. Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan adanya hubungan yang
positif antara pola pembinaan dengan perilaku sosial
anak dengan skor 95, 545%. Kelebihan dari penelitian
ini adalah penulis dapat menyajikan data dengan jelas
atas temuannya. Kekurangan dari penelitian ini adalah
penulis mencantumkan latar belakang masalah yang
kurang mendalam.24
G. Metode Penelitian
Dengan memperhatikan dan menyesuaikan terhadap
masalah yang akan diteliti, serta tujuan yang akan
23 Sri Izawati,Hubungan antara Pembinaan Akhlak dengan
Perilaku Sosial Anak di Panti Asuhan As-Shohwah Kecamatan Tampan
Pekanbaru, (Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
2011).
24Melia Kristiyani,Hubungan Pola Pembinaan dengan Perilaku
Sosial Anak di Panti Asuhan Filadelfia Kabupaten Boyolali, (Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya, 2016).
22
dikemukakan, maka penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian
ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu
fenomena dalam konteks sosial secara alamiah
memahami tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian: seperti perilaku, persepsi, motivasi dan
tindakan. Yang akan menghasilkan data yang
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.
Dengan begitu, pendekatan kualitatif
mengedepankan proses interaksi komunikasi yang
mendalam antara peneliti dengan fenomena yang
diteliti.25 Dan kegiatan yang dilakukan peneliti adalah
mengumpulkan data yang erat hubungannya dengan
pembinaan agama dalam pembentukan perilaku sosial
anak di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang.
Peneliti pun memberikan kesempatan pada
informan untuk menyampaikan informasi yang
sebanyak-banyaknya dan tidak terbatas pada bentuk
kuesioner tertutup, melainkan menggunakan
25Herdiansyah Haris, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), hlm. 18, Cet, Ke-3.
23
wawancara dengan metode pengumpulan data yang
seringkali digunakan dalam penelitian kualitatif.26
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang yang beralamatkan di Jl. Mutiara,
RT 001/04 No. 13, Cipadu, Kec. Larangan, Kota
Tangerang, Banten 15155. Pengambilan data
penelitian dimulai pada 7 Juni 2020 dan berakhir
pada 10 Maret 2021.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah sembilan
orang, terdiri dari tiga orang anak asuh dengan
usia dua belas sampai tujuh belas tahun, lima
orang pengurus di yayasan dan satu orang
pembina agama (Ustadzah Pimpinan di Yayasan
Islam Media Kasih). Objek penelitian ini adalah
pembentukan perilaku sosial anak yang ada di
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang.
3. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah sumber dari mana data ini
26Kristi E Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian
Psikologi, (Jakarta: LPSP3, 1998), hlm. 32.
24
diperoleh. 27 Dalam penelitian ini penulis
menggunakan sumber data yaitu:
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh
dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau
objek penelitian. 28 Data primer dihasilkan dari
wawancara dengan responden yaitu lima orang
pengurus di Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang, satu orang pembina agama di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang dan tiga orang anak
asuh dengan rentang usia dua belas sampai tujuh
belas tahun.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber data kedua atau sumber sekunder dari data
yang dibutuhkan. 29 Sumber data kedua dalam
penelitian ini berupa dokumen-dokumen, catatan-
catatan, jurnal, artikel dan buku-buku.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan pada
penelitian ini adalah observasi atau pengamatan
27 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 129
28 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:
Kencana, 2010), hlm. 122.
29Ibid., hlm. 171.
25
langsung, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
pengumpulan data tersebut dilakukan untuk
memperoleh data secara fakta dan akurat dengan
mendatangi langsung subjek penelitian. Adapun
penjelasan dari teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan
aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan
secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan
secara terlibat partisipatif ataupun nonpartisipatif.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
penelitian dengan pengamatan secara
nonpartisipatif, yang di mana peneliti tidak ikut
berpartisipasi pada aktifitas yang dikerjakan oleh
kelompok yang diteliti, dengan kata lain peneliti
hanya menempatkan dirinya sebagai penonton.
Peneliti melakukan observasi di Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang pada tanggal 7 Juni 2020
dan pada tanggal 2 Maret 2021.
Pada observasi pertama, peneliti bertemu
dengan salah satu pengurus di Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang yaitu Bapak Abdul Aziz,
untuk menjelaskan maksud tujuan dan juga
penelitian apa yang akan diamati selama
melakukan penelitian skripsi. Saat observasi
26
pertama waktu dan gerak peneliti terbatas, karena
Indonesia baru dilanda covid-19 dan Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang membatasi tamu
yang berkunjung ke yayasan. Pada kunjungan ini,
peneliti hanya mendapatkan informasi mengenai
program-program yang ada di yayasan dan jumlah
anak asuh di Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang.
Pada observasi kedua, peneliti mengamati
lingkungan di Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang dan melihat berbagai aktivitas anak-
anak asuh di yayasan. Peneliti melihat empat anak
asuh berumur sekitar dua belas sampai tujuh belas
tahun yang sedang belajar private matematika di
ruang belajar yang sudah disediakan oleh yayasan.
Ketika ada salah satu anak yang tidak mengerti
dengan materi matematika, lalu temannya
membantu menjelaskan pelajaran matematika
kepada teman yang belum paham. Saat
pengamatan kedua, peneliti membawa buah
tangan yaitu pisang dan kue bolu. Anak-anak asuh
di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang tidak
berani mengambil makanan tersebut sebelum
meminta izin ke pengurus yayasan, setelah
diizinkan anak asuh mengambil dua buah pisang
lalu ia berbagi dengan anak asuh lainnya. Peneliti
27
melihat juga anak asuh yang membuang sampah
pada tempatnya. Selama peneliti observasi di
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, peneliti
tidak mendapatkan perilaku buruk anak asuh,
mereka saling berbagi, menolong, main bersama
dan menjaga kebersihan dengan cara membuang
sampah pada tempatnya.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara
narasumber dan pewawancara dengan tujuan
mendapatkan informasi. Percakapan itu dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Tujuan mengadakan wawancara
menurut Lincold dan Guba yang dikutip oleh
Lexy, antara lain: mengontruksi mengenai orang,
kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kepedulian dan lain-lain. Kebulatan,
memverifikasi, mengubah dan memperluas
informasi yang diperoleh orang lain, baik manusia
maupun bukan manusia (triangulasi).30
30Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 186.
28
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
wawancara di Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang tentang Pembinaan Agama dalam
Pembentukan Perilaku Sosial Anak. Wawancara
secara langsung ini ditunjukkan kepada sembilan
informan, terdiri dari enam pengurus yayasan
( Ustadzah Dewi Alamsyah sebagai pemimpin dan
pembina di Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang, Bapak Aziz, Ibu Harsiwi, Bapak Amir,
Ibu Etih dan Ibu Heni sebagai pengurus di
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang) dan tiga
anak asuh yaitu Salma Mahdiyah (dua belas
tahun), Maulida Tuh Zahra (tiga belas tahun),
serta Rina Kartika (lima belas tahun).
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah terjadi. Dokumen bisa berupa tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita,
biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup,
sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk
karya misalnya karya seni, yang dapat berupa
gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode
29
observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif. 31 Adapun dokumen yang digunakan
pada penelitian ini adalah dokumen tulisan berupa
sejarah yayasan dan dokumen gambar berupa
foto-foto saat penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan & Biklen yang dikutip oleh
Lexy, analisis data kualitatif adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilih-milihnya,
menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain. 32 Sedangkan
menurut Miles dan Huberman yang dikutip oleh
Sugiyono menyatakan bahwa kegiatan analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung terus-menerus hingga datanya
mencapai titik jenuh.33 Berikut diuraikan beberapa
31Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 240.
32Ibid., hlm. 248.
33Helaluddin & Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah
Tinjauan Teori dan Praktik, (Sekolah Tinggi Theologia Jaffary, 2019),
hlm. 123.
30
tahapan dalam menganalisis data model interaktif
ini.34
a. Reduksi Data
Redaksi data berarti membuat rangkuman,
memilih tema, fokus terhadap yang dituju,
membuat kategori dan pola. Reduksi data
merupakan bentuk analisis untuk mempertajam,
memilih, memfokuskan, membuang dan
menyusun data ke arah pengambilan kesimpulan.
Pada penelitian ini, setelah data tentang
pembinaan agama dalam pembentukan perilaku
sosial anak di Yayasan Media Kasih Tangerang
diperoleh, maka peneliti menyeleksi data-data
tersebut sesuai dengan kebutuhan peneliti yang
dianggap relevan dalam penelitian ini.
b. Display Data
Display data merupakan proses penyajian data
setelah dilakukan reduksi. Penyajian data dalam
penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk
ikhtisar, bagan, hubungan antar kategori, pola dan
lain-lain sehingga mudah dipahami pembaca.
Pada penelitian ini, setelah data mengenai
pembinaan agama dalam pembentukan perilaku
34Helaluddin & Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah
Tinjauan Teori dan Praktik, (Sekolah Tinggi Theologia Jaffary, 2019),
hlm. 123-124
31
sosial anak di Yayasan Media Kasih Tangerang
terseleksi dengan baik, maka data tersebut disusun
dan disajikan dalam bentuk deskrptif atau narasi.
c. Kesimpulan
Kesimpulan hasil penelitian berisikan jawaban
terhadap rumusan masalah yang diajukan. Selain itu,
kesimpulan juga harus menghasilkan temuan baru di
bidang ilmu yang sebelumnya belum ada. Temuan
tersebut dapat berupa deskriptif tentang suatu objek
atau fenomena yang sebelumnya masih samar,
setelah diteliti menjadi lebih jelas, dapat pula berupa
hipotesis bahkan teori baru.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini sistematika penulisan dibagi
ke dalam enam bab yang mengacu kepada buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi) oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berdasarkan SK Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta No. 507 Tahun 2017 tentang Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)
oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, tinjauan kajian terdahulu,
32
metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini peneliti memaparkan teori-
teori terkait penelitian di antaranya teori
tentang pembinaan agama, teori
perilaku sosial, anak, pembentukan
prilaku sosial anak dan kerangka
berpikir.
BAB III GAMBARAN YAYASAN ISLAM
MEDIA KASIH TANGERANG
Terdiri dari latar belakang berdirinya
Yayasan Islam Media Kasih, Visi misi
dan tujuan Yayasan Islam Media Kasih,
struktur Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang, Fasilitas Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang dan kegiatan
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Memuat data dan juga temuan yang
didapatkan selama penelitian di
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang,
terdiri dari: Deskripsi informan, temuan
lapangan (latar belakang dan berhasil
atau tidaknya pembinaan agama dalam
pembentukan perilaku sosial anak.
33
BAB V ANALISIS
Merupakan analisis teori dan data hasil
dari penelitian mengenai pembinaan
agama dalam pembentukan perilaku
sosial anak di Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang, hasil wawancara
terhadap subyek dan juga hasil
observasi yang telah dilakukan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memuat kesimpulan, implikasi
dan saran.
34
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembinaan Agama
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan berasal dari bahasa Arab yaitu kata
"bina" artinya bangunan. Setelah memakai bahasa
Indonesia yang diberikan awalan "pe" dan akhiran
"an" menjadi kata pembinaan yang mempunyai arti
pembaharuan, tindakan, sempurnanya usaha dan
kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.35
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pembinaan
adalah proses, cara, perbuatan membina, pembaharuan,
penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh
hasil yang lebih baik. 36 Dengan adanya pembinaan
manusia dapat berubah menjadi lebih baik.
Secara terminologi pembinaan adalah suatu upaya,
usaha yang dilakukan secara terus menerus untuk
mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan,
35Proyek Penerangan Khutbah Agama, Pembinaan Rohani pada
Dharma Wanita, (Jakarta: DEPAG, 1984), hlm.8.
36 Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 152.
35
mengarahkan, mengembangkan, suatu kemampuan
untuk mencapai tujuan agar sasaran pembinaan
mampu mengerti dan mengamalkan ajaran Islam
sebagai pola kehidupan sehari-hari baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga, maupun kehidupan sosial
masyarakat.37
Pengertian pembinaan hampir sama dengan
bimbingan dan penyuluhan. Secara harfiah bimbingan
dapat diartikan sebagai memajukan, memberi jalan,
atau menuntut orang lain ke arah tujuan yang
bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa
mendatang. Penyuluhan diartikan sebagai suatu proses
membantu individu melalui usahanya sendiri untuk
menemukan dan mengembangkan kemampuannya
agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan
memanfaatan sosial. Penyuluhan diartikan juga
sebagai tempat menerangi, menasihati atau memberi
kejelasan kepada orang lain, memahami atau mengerti
tentang hal yang dialaminya.38
Pengertian pembinaan menurut para ahli adalah
sebagai berikut:
37Ibid.,
38 M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan
Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), hlm. 18.
36
a. Menurut Masdar Helmy. Pembinaan mencakup
segala ikhtiar (usaha-usaha), tindakan dan
kegiatan yang ditunjukan untuk meningkatkan
kualitas beragama baik dalam bidang tauhid,
bidang peribadatan, bidang akhlak dan bidang
kemasyarakatan.39
b. Menurut Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN.
Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan
dengan sabar, berencana, teratur dan terarah serta
bertanggung jawab untuk mengembangkan
kepribadian dengan segala aspek-aspeknya.40
c. Menurut Jumhur dan Moh. Suryo. Pembinaan
adalah suatu proses yang membantu individu
melalui usaha sendiri dalam rangka menemukan
dan mengembangkan kemampuannya agar dia
memperoleh kebahagiaan pribadi dan
kemanfaatan sosial.41
Beberapa pengertian pembinaan di atas, penulis
menyimpulkan bahwa pembinaan adalah upaya yang
39 Masdar Helmy, Peranan Dakwah dalam Pembinaan
Umat,(Semarang: IAIN Semarang, 2001), hlm. 31.
40 Departemen Agama Republik Indonesia, Pola Pembinaan
Mahasiswa IAIN, (Jakarta: Direktorat Pembina-pembina Perguruan Tinggi
Agama Islam, 1983), hlm. 2.
41 Jumhur dan Moh. Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah, (Bandung: CV Ilmu, 1987), hlm. 25.
37
diberikan kepada individu untuk menemukan
kemampuannya agar memperoleh manfaat bagi
individu dan lingkungan sekitar di masa kini dan masa
mendatang. Oleh karena itu, pembinaan penting bagi
setiap manusia agar menjadikan pribadi yang lebih
baik lagi.
2. Pengertian Agama
Masyarakat Indonesia biasa mengenal Agama
dengan kata "din" bahasa Arab dan kata "religi" dalam
bahasa Latin. Adapun kata Agama terdiri dari "a" tidak
dan "gama" pergi, yang mengandung arti tidak pergi,
tetap di tempat atau diwarisi turun-temurun.42 Secara
istilah agama adalah mempercayai adanya yang Maha
Mengetahui, Menguasai, Menciptakan dan Mengawasi
alam semesta dan yang telah menganugerahkan
kepada manusia suatu watak rohani.43
Sedangkan agama menurut M. Natsir adalah suatu
kepercayaan dan cara hidup yang mengandung faktor-
faktor, yaitu percaya kepada Tuhan sebagai sumber
dari segala hukum dan nilai-nilai hidup, percaya
kepada wahyu Tuhan yang disampaikan kepada rasul-
Nya, percaya dengan adanya hubungan antara Tuhan
dengan manusia, percaya dengan hubungan ini dapat
42 Harun Nasution, ed., Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta:
Djambatan, 1994), hlm. 9.
43M. Razak, Dinul Islam, (Bandung: Al-Ma'arif, 1989), hlm. 60.
38
mempengaruhi hidupnya sehari-hari, percaya bahwa
dengan matinya seseorang hidup rohnya tidak berakhir,
percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan
hubungan dengan Tuhan dan percaya kepada
keridhoan Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia ini.44
Jadi menurut penulis agama adalah pedoman hidup
bagi setiap manusia dalam menjadi kehidupannya dan
sebagai bekal keselamatan di akhirat.
3. Pengertian Pembinaan Agama
Pembinaan agama Islam adalah suatu usaha yang
dilakukan secara sadar dan terarah, guna tercapainya
pribadi yang lebih berkompeten dan mempunyai
wawasan luas, yang selalu berpegang teguh pada nilai-
nilai Islam, demi terciptanya keselamatan di dunia dan
di akhirat.45 Pembinaan agama Islam dapat dipahami
sebagai proses usaha yang dilakukan secara terus
menerus dan berkelanjutan untuk memperoleh hasil
yang lebih baik.
Pembinaan agama menurut Djamaludin Anchok
adalah membimbing, mengarahkan, atau membangun
44Etika Rahmawati, "Peralihan Agama dan Akibat Hukumnya",
Iqtisad, Vol. 5 No. 1, Juni 2018, hlm. 7.
45Syamsudin Abin. Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat
Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000),
hlm.40.
39
nilai-nilai yang sangat penting dan beragama bagi
manusia, yaitu nilai-nilai keagamaan berupa ajaran-
ajaran agama kepada orang lain. Sehingga menjadi
pedoman bagi tingkah laku keagamaan bagi orang
tersebut. Pembinaan agama yaitu proses masukan
seperangkat keyakinan atau keimanan yang dipercayai
kebenarannya mengenai segala sesuatu yang berkaitan
dengan ajaran atau paham agama terhadap orang
lain.46
Dengan demikian dapat disimpulkan, pembinaan
agama adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
terarah dan terus menerus yang dilakukan oleh
pembina agama kepada sasaran sebagai upaya
memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri yang
berguna untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.
4. Tujuan Pembinaan Agama
Kegiatan pembinaan agama Islam dilaksanakan
untuk memberikan pengetahuan Islam kepada peserta
pembinaan dengan tujuan meningkatkan kualitas diri
dan sarana mendekatkan diri kepada Allah. Pembinaan
agama yang dilaksanakan secara konsisten dapat
mengubah tingkah laku, memperbaiki akhlak,
menambah pengetahuan, keahlian dan keterampilan.
46Djamaludin Anchok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet. Ke – 4, hlm. 77.
40
Sebagaimana dikutip oleh Abdul Mujib, tujuan
pembinaan keagamaan antara lain:
a. Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin
mendalam.
b. Membekali anak muda dengan berbagai
pengetahuan dan kebaikan.
c. Membantu peserta didik yang sedang tumbuh
untuk belajar berpikir secara logis dan
membimbing proses pemikirannya.
d. Mengembangkan wawasan relasional dan
lingkungan sebagaimana yang dicita-citakan
dalam Islam, dengan melatih kebiasaan baik.47
Menurut Armai Arief yang mengutip pendapat
Mohammad Al Toumy Al Syaibani tentang
pembinaan keagamaan mencakup tiga hal yaitu:
1) Tujuan individual
Tujuan ini berkaitan dengan masing-masing
individu dalam mewujudkan perubahan yang
dicapai pada tingkah laku dan aktifitasnya.
2) Tujuan sosial
Tujuan ini berkaitan dengan kehidupan
masyarakat sebagai keseluruhan dan tingkah
laku mereka secara umum.
47Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006),
hlm. 82.
41
3) Tujuan profesional
Tujuan ini berkaitan dengan pembinaan dan
pengajaran sebagai sebuah ilmu.48
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembinaan agama adalah pemberiaan bimbingan untuk
membantu dan merubah pribadi seseorang menjadi
lebih baik sehingga tercapai perubahan yang
melahirkan perilaku atau perbuatan yang sesuai
dengan nilai-nilai agama.
5. Aspek-aspek Pembinaan Agama
Pada dasarnya kegiatan pembinaan agama
dilaksanakan untuk menghasilkan perilaku terbina agar
menjadi lebih baik lagi, selain itu supaya terbina
mempunyai pengetahuan, keterampilan dan perubahan
sikap. Oleh karena itu, sasaran pembinaan dapat
dikategorikan ke dalam beberapa tipe tingkah laku
yang diinginkan, antara lain:49
a. Aspek kognitif, adalah kemampuan intelektual
siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan
masalah. Sasaran pembinaan pada aspek ini adalah
48Armai Arief, Pengantar Ilmu dan MetodologiPendidikan Islam,
(Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 25
49 Deni Arisandi, Aspek Kecerdasan Kognitif, Afektif, dan
Psikomotorik,http://arisandi.com/aspek-kecerdasan-kognitif-afektif-dan-
psikomotorik. Diakses pada 9 November 2020.
42
untuk melatih seseorang memiliki pengetahuan dan
keterampilan berpikir.
b. Aspek afektif, mengenai sikap, minat, emosi, nilai
hidup dan operasiasi siswa. Sasaran pembinaan dalam
aspek ini adalah untuk melatih seseorang memiliki
sikap tertentu.
c. Aspek psikomotorik, kemampuan yang menyangkut
kegiatan otot dan fisik. Sasarannya adalah agar orang
tersebut memiliki keterampilan fisik tertentu.
Aspek-aspek tersebut penting untuk peserta di
suatu lembaga khusus anak yang memiliki kenyataan
tidak dapat pembinaan langsung oleh orang tua agar
anak memiliki pengetahuan, dapat mengelola emosi,
minat dan dapat melakukan kegiatan atau
keterampilan fisik di lingkungannya.
6. Metode Pembinaan Agama
1. Segi Strategi
Dari strategi terdapat dua metode yang dapat
digunakan, yaitu metode vertikal dan horizontal, di
antaranya:50
a) Metode vertikal
Metode vertikel ialah kegiatan penyuluhan yang
dimulai dari atas ke bawah (to down) atau dari bawah
50 Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan Penyuluh Agama, (Jakarta:
1987), hlm.39-40.
43
ke atas (bottom up). Dari atas ke bawah (top down)
ialah usaha penyuluhan agama dengan terlebih dahulu
mendekati orang yang berpengaruh (key respon) di
suatu kelompok masyarakat, baru kemudian
mengadakan penyuluhan kepada anggota
masyarakatnya. Dari bawah ke atas (bottom up) ialah
kegiatan penyuluhan mulai dari lapisan paling bawah
dari suatu kelompok masyarakat kemudian merambat
ke lapisan di atasnya.
b) Metode horizontal
Metode horizontal ialah kegiatan penyuluhan
dalam suatu wilayah kemudian diusahakan dapat
memengaruhi wilayah atau kelompok-kelompok
lainnya.
2. Segi Sifat
Dari segi sifatnya ada beberapa metode yang
dapat digunakan, antara lain: ceramah, tanya jawab,
diskusi, demontrasi atau pencontohan.51
a) Metode Ceramah
Setiap metode mengajar ada kekurangan dan
kelebihan, tetapi yang terpenting sebagai seorang
51 Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan Penyuluh Agama, (Jakarta:
1987), hlm. 39-40.
44
pembina adalah metode yang akan digunakan harus
jelas tujuan yang akan dicapai, bahan yang akan
diajarkan, serta jenis kegiatan belajar yang diinginkan.
Metode ceramah adalah suatu bentuk penyajian bahan
pengajaran melalui penerangan dan penuturan lisan
oleh pembina kepada yang terbina tentang suatu topik
materi. Dalam ceramahnya, pembina dapat
menggunakan alat bantu atau alat peraga seperti
gambar, peta, benda, barang tiruan dan lain-lain.
Peran peserta dalam metode ceramah adalah
mendengarkan dengan seksama dan mencatat pokok-
pokok penting yang dikemukakan oleh pembina.52
Menurut Abuddin Nata, “Bahwa metode ceramah
adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh
guru dengan penuturan atau penjelasan secara
langsung dihadapan peserta didik.” 53 Sedangkan
menurut Sholeh Hamid dalam bukunnya Edutaiment
mengatakan bahwa “metode ceramah adalah metode
yang memang sudah ada sejak adannya pendidikan.”54
52 Mu’awanah, Strategi Pembelajaran Cet 1, (Kediri: Stain
Kediri Press, 2011), hlm. 27.
53 Abuddin Nata, Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran,
(Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 181. 54 Sholeh Hamid, Metode Edutaiment, (Jogjakarta: Diva Press,
2011), hlm. 209.
45
Metode ceramah ini termasuk metode yang
paling banyak digunakan karena biaya murah dan
mudah dilakukan, memungkinkan banyak materi yang
disampaikan, adannya kesempatan bagi pembina untuk
menekankan bagian yang penting, dan pengaturan
kelas dapat dilakukan secara sederhana. Mengajar
dengan metode ceramah berarti memberikan suatu
informasi melalui pendengaran, peserta dapat
memahami apa yang disampaikan oleh pembina
dengan cara mendengarkan apa yang telah pembina
ucapkan.
1). Kelebihan metode ceramah
a. Praktis dari sisi persiapan
b. Efisien dari sisi waktu dan biaya
c. Dapat menyampaikan materi yang banyak
d. Mendorong pembina untuk menguasai materi
e. Lebih mudah mengontrol kelas
f. Peserta tidak perlu persiapan
g. Peserta langsung menerima ilmu pengetahuan
2). Kelemahan model ceramah
a. Pembina lebih aktif sedangkan peserta pasif karena
perhatian hanya terpusat pada pembina
b. Peserta seakan diharuskan mengikuti segala apa
yang disampaikan oleh pembina, meskipun peserta
ada yang bersifat kritis karena pembina dianggap
selalu benar
46
c. Peserta akan lebih bosan dan merasa mengantuk,
karena dalam metode ini, hanya pembina yang aktif
dalam proses pemberian materi, sedangkan para
peserta hanya duduk diam mendengarkan
penjalasan yang telah diberikan oleh pembina.
b). Metode Tanya Jawab
Metode ini dapat dikatakan sebagai metode lanjutan
dari metode ceramah, yaitu proses tanya jawab antara
pembimbing dan penerima manfaat yaitu terbimbing.
Sifatnya memang sama dengan metode ceramah dalam
hal sama-sama menggunakan lisan. Hanya bedanya
dalam metode ceramah peran aktif hanya berada pada
pembimbing agama, sedangkan tanya jawab peran
aktif adalah timbal balik.
1). Kelebihan metode tanya jawab
a. Lebih mengaktifkan peserta dibandingkan dengan
metode ceramah
b. Peserta akan lebih cepat mengerti , karena memberi
kesempatan peserta untuk menanyakan hal-hal yang
belum jelas atau belum dimengerti sehingga pembina
dapat menjelaskan kembali
c. Mengembangkan keberanian dan keterampilan
peserta dalam menjawab dan mengemukakan pendapat
d. Mengetahui perbedaan pendapat antar peserta dan
pembina, dan akan membawa kearah suatu diskusi
47
e. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan
perhatian siswa
2). Kelemahan metode tanya jawab
a. Menyita waktu lama dan jumlah peserta harus
sedikit
b. Mempersyaratkan peserta memiliki latar belakang
yang cukup tentang topik atau masalah yang
didiskusikan
c. Dapat menimbulkan beberapa masalah baru
d. Mudah menyimpang dari pokok persoalan
e. Metode ini tidak tepat digunakan pada tahap awal
proses materi bila peserta baru diperkenalkan kepada
bahan pembelajaran yang baru
f. Apatis bagi peserta yang tidak terbiasa dalam forum
c). Metode Diskusi
Metode diskusi ialah salah satu bentuk
komunikasi gagasan yang dilakukan dalam suasana
demokratis. Dari suatu diskusi diperoleh banyak hal
yang bermanfaat, maka pertukaran pikiran dalam suatu
diskusi memerlukan adanya teknik tertentu.
1). Kelebihan dari metode diskusi adalah sebagai
berikut:55
55 Makbuloh, Model Pembelajaran Pada Zaman Nabi
Muhammad SAW. 2014. Jurnal. Vol 7, No 2.
48
a. Mampu menyentuh dan membangkitkan perasaan
yang yakin pada kedua belah pihak yang terlibat dalam
diskusi
b. Mampu menimbulkan dan meninggalkan kesan
yang lebih kuat dalam benak kedua belah pihak yang
terlibat dalam diskusi
c. Mampu menjaga kestabilan, perhatian dan
konsentrasi, sebab kedua belah pihak akan terus
tertarik dan ingin mengikuti jalannya dialog sampai
mendapatkan kesimpulan
d. Mendorong dan merangsang peserta untuk berfikir
2). Sedangkan kekurangan dari metode diskusi adalah :
a. Jika pembina tidak memperhatikan dan mengetahui
arah tanya-jawab peserta, bisa keluar dari topik
pembahasan
b. Jika pembina tidak mampu menyempurnakan
jawaban, memperbaiki kesalahan dan mengkaitkan
antara yang satu dengan yang lain, maka hasilnya tidak
akan memuaskan
d). Metode Demonstrasi atau percontohan
Metode ini berarti memberi contoh atau
mempertunjukkan atau mempragakan. Metode ini
lebih tepat digunakan untuk materi bimbingan yang
menyangkut praktek ibadah, seperti cara berwudhu,
praktek shalat, bimbingan pelaksanaan haji, cara
merawat jenazah, dan berdoa.
49
1). Kelebihan dari metode percontohan adalah sebagai
berikut:56
a. Memudahkan peserta dalam menerapkan ilmu yang
dipelajarinya.
b. Agar tujuan pendidikan lebih terasa dan tercapai
dengan baik.
c. Tercipta hubungan harmonis antara pendidik dan
peserta.
d. Secara tidak langsung pendidik dapat menerapkan
ilmu yang diajarkannya.
e. Mendorong pendidik untuk selalu berbuat baik
karena akan dicontoh oleh pesertanya.
2). Kelemahan dari metode percontohan antara lain :
a. Jika figur yang mereka contoh tidak baik, maka
mereka cenderung untuk mengikuti tidak baik.
b. Jika teori tanpa praktek akan menimbulkan
verbalisme.
e). Metode Konsultasi
Metode pada hakekatnya adalah kegiatan meminta
nasihat atau penerangan kepada pembimbing agama.
Konsultasi ini sudah tentu dilaksanakan secara
individu dan masalahnya juga bersifat pribadi.
56 Rohman, Pendidikan Karakter Di Pesantren Darul Falah
Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus, artikel.
50
1). Kelebihan dari metode konsultasi
a. Tidak terlalu memakan tenaga dan biaya
b. Materi dapat disampaikan sebanyak mungkin dalam
jangka waktu yang singkat
2). Kelemahan dari metode konsultasi
a. Proses komunikasi banyak terpusat kepada pendidik
dan peserta banyak mendengarkan saja
b. Sulit mengukur sejauh mana penguasaan bahan
pelajaran yang telah diberikan kepada peserta
c. Peserta mudah bosan pada metode ini
f). Metode Psikoterapi
Sigmun Freud tokoh psikologi dikenal dengan
teorinya mengenai alam ketidaksadaran dan penggagas
psikoanalisa. Sigmun Freud mengatakan sebagian
besar perilaku manusia didorong oleh motif yang tidak
disadari, pikiran itu seperti gunung es yang
mengapung di laut. Bagian atas gunung es terlihat 12%
(conscious) adalah pikiran sadar, bagian bawahnya 88%
adalah pikiran tak sadar (subconscious). 57 Pikiran
sadar mempunyai empat fungsi utama, yaitu menggali
informasi yang masuk dari panca indra,
membandingkan dengan memori kita, menganalisa
dan kemudian memutuskan respon spesifik terhadap
57Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta:
Rajawali Press, 2009), hlm.31-32
51
informasi tersebut. Sedangkan pikiran bawah sadar
berfungsi memproses kebiasaan, perasaan, memori
permanen, kepribadian, intuisi, kreativitas, dan
keyakinan.58
1). Kelebihan metode psikoterapi
a. Terapi ini memiliki dasar teori yang kuat
b. Dengan terapi ini terapis bisa lebih mengetahui
masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari
mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada
diri klien.
c. Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah
apa yang selama ini tidak disadarinya.
2). Kelemahan metode psikoterapi
a. Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
b. Memakan banyak biaya bagi klien
c. Karena waktunya lama, bisa membuat klien menjadi
jenuh
d. Diperlukan terapis yang benar-benar terlatih untuk
melakukan terapi59
58Miftahly Nurokhi, Instan Hypnosis (Pelatihan Hypnosis Level
1), 2017.
59 Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Gunung Mulia,
1992), hlm. 50.
52
3. Segi Sasaran yang Dihadapi
Dari segi sasaran yang dihadapi, berikut ini
konsep metode bimbingan menurut Faqih Ainur
Rahim:60
a). Bimbingan Individual
Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi
langsung secara seseorang dengan pihak yang
dibimbing, adapun teknik yang digunakan ialah:
1). Percakapan pribadi, pembimbing langsung
melakukan dialog secara tatap muka dengan pihak
pembimbing.
2). Kunjungan rumah, pembimbing mengadakan
dialog dengan kliennya dan orang tuanya, akan tetapi
dilaksanakan di rumah klien.
b). Bimbingan Kelompok
Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi
langsung secara kelompok. Sasaran yang dihadapi
merupakan kelompok yang banyak dan cara
menghadapinya dengan sekaligus.
7. Materi Pembinaan Agama
Materi yang dipakai dalam pembinaan agama
Islam adalah semua yang terkandung dalam Al-Quran
yaitu sebagai berikut:
60 Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: Universitas Negeri
Malang, 2001), hlm.231.
53
a. Aqidah
Aqidah menurut bahasa berasal dari kata aqada,
ya’qidu, aqdan atau aqidatan yang artinya
mengikatkan. Bentuk jama’ dari aqidah adalah aqaid
yang berarti simpulan atau ikatan iman. Dari kata itu
muncul pula kata I’tiqad yang berarti kepercayaan.
Sedangkan aqidah secara etimologis berarti ikatan atau
sangkutan. Secara praktis, aqidah berarti kepercayaan,
keyakinan, atau iman.61
Menurut Mhasbi Ash Shiddiqi mengemukakan
aqidah menurut ketentuan bahasa arab yakni sesuatu
yang dipegang teguh dan tertancam kuat di dalam
hati dan tak dapat beralih dari padanya.62
Aqidah dalam Islam adalah bersifat i’tiqad
bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat
hubungannya dengan iman kepada:
1). Iman kepada Allah
Kata “iman” berasal dari bahasa Arab yang
artinya percaya. Sedangkan percaya berarti pengakuan
terhadap adanya sesuatu yang bersifat ghaib, atau
sesuatu itu benar. Iman kepada Allah berarti
61E. Hassan Saleh, Study Islam Diperguruan Tinggi Pembinaan
IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, (Jakarta: ISTN, 2000), hlm. 55
62https://majalahpendidikan.com/definisi-aqidah-terlengkap/,
diakses 10 November 2020.
54
menyakini bahwa Allah adalah satu-satunya tempat
mengabdi, menghambakan diri, serta mengadu (tauhid
al-ibadah), dan Allah sebagai satu-satunya pembuat
peraturan yang sempurna (tauhidal-tasyri).
2). Iman kepada Malaikat-Nya
Iman kepada malaikat adalah meyakini malaikat
adalah makhluk Allah yang diciptakan dari nur
(cahaya) dan bahwa malaikat adalah makhluk yang
paling taat dan tidak sekalipun berbuat maksiat.
3). Iman kepada Kitab-Kitab-Nya
Pengertian iman kepada kitab Allah adalah
meyakini bahwa kitab Allah itu benar datang dari
Allah SWT kepada para nabi atau rasul yang berisi
wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat
manusia. Salah satu kitab Allah adalah Al-Quran,
dengan membaca dan memahami isi Al-Quran, maka
manusia akan merasa dekat dengan Allah dan tenang
dalam menghadapi segala hal.
4). Iman kepada Rasul-Rasul-Nya
Iman kepada Rasul adalah percaya dengan
sepenuh hati bahwa Rasul adalah orang-orang yang
telah dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu
dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat
manusia agar menjadi pedoman hidup demi
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
5). Iman kepada Hari Akhir
55
Hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh hati
bahwa Allah telah menetapkan hari akhir sebagai
tanda akhir dari kehidupan di dunia dan awal dari
kehidupan di akhirat. Karena itu, manusia janganlah
lengah, lupa diri ataupun terpesona dengan kehidupan
di dunia yang sifatnya hanya sementara.
6). Iman kepada Qadha dan Qadhar
Iman kepada Qadha dan Qadhar artinya percaya
dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT
telah menentukan segala sesuatu bagi semua makhluk
hidup.63
Dengan demikian, penulis simpulkan akidah
adalah suatu keyakinan yang kuat kepada Allah yang
diucapkan dengan lisan, diyakini dengan hati dan
ditunjukan dengan perbuatan-perbuatan yang taat
kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya.
b. Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim
mashdar dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai
dengan timbangan tsulasi majid af’ala, yuf’ilu if’alan
yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah
(kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan,
63 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam,
(Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm.60.
56
kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik), dan al-
din (agama).64
Terdapat beberapa pengertian akhlak menurut para
ahli, yaitu:
1. Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.
2. Menurut Imam Al-Ghazali yang dikenal sebagai
Hujjatul Islam (Pembela Islam), karena kepiawaianya
dalam membela Islam dari berbagai faham yang
dianggap menyesatkan, Ia mengatakan akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.65
3. Menurut Zuhairi, akhlak adalah suatu amalan yang
bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua amal
yaitu akidah dan syari’ah dan mengajarkan tentang
cara pergaulan hidup manusia.66
Dengan demikian, akhlak merupakan sifat baik
atau buruk yang tertanam dalam jiwa manusia yang
64 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006), hlm. 1.
65Ibid., hlm. 2.
66 Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1983), hlm. 60.
57
akan menimbulkan perbuatan-perbuatan tanpa
disengaja dan akan terjadi secara terus menerus.
Akhlak baik jika tidak dibentuk maka akan
menimbulkan kerusakan pada diri manusia, sedangkan
akhlak buruk yang ditinggalkan akan menjadikan
manusia bermanfaat untuk sekitar.
Adapun macam-macam akhlak, sebagai berikut:
a) Akhlak Karimah ( Akhlak yang baik)
Ajaran Islam sangat mengutamakan akhlak al-
karimah, yakni akhlak yang sesuai dengan tuntunan
dan tuntutan syariat Islam. Dalam konsepsi Islam
akhlak juga dapat diartikan sebagai suatu istilah yang
mencakup hubungan vertikal antara manusia dengan
Khaliknya dan hubungan horizontal antara sesama
manusia. Akhlak dalam Islam mengatur empat
dimensi hubungan, yaitu hubungan manusia dengan
Allah SWT, hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
hubungan manusia dengan sesama manusia dan
hubungan manusia dengan alam sekitar.67
Akhlak yang baik dalam kehidupan ini dapat
digolongkan kepada tiga macam golongan, yaitu:
1). Akhlak Terhadap Allah
67Anwar Masy'ari, Butir-Butir Problematika Dakwah Islamiyah
(Surabaya : Bina Ilmu,. 1993), hlm. 92.
58
Allah SWT menciptakan manusia di permukaan
bumi ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya.
Adapun akhlak manusia kepada Allah SWT yang
pertama sekali adalah berkeyakinan adanya Allah
SWT dengan keesaan-Nya, dan dengan segala sifat
kesempurnaan-Nya serta mengimani yang benar akan
memberikan kebahagiaan bagi seseorang muslim di
dunia dan di akhirat kelak.
Dalam Surat az-Dzaariyat ayat 56, Allah SWT
berfirman:
نس ال ليعبدو ن وما خلقت الجن وال
Artinya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.68
2). Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Akhlak adalah tahap ketiga dalam beragama.
Tahap pertama menyatakan keimanan dengan
mengucapkan syahadat, tahap kedua melakukan
ibadah seperti shalat, zakat puasa termasuk membaca
al-quran dan berdoa, dan tahap ketiga sebagai buah
dari keimanan dan ibadah adalah akhlak.
Adapun akhlak al-karimah terhadap diri sendiri
sebagai berikut:69
68 Al-Qur'an Terjemahan, Kementrian Agama RI, (Jakarta: PT.
Insan Media Pustaka, 2013), hlm. 523.
59
a) Setia (al-amanah), yaitu sikap pribadi setia, tulus
hati, dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang
dipercayakan kepadanya, baik berupa harta, kewajiban,
ataupun kepercayaan.
b) Benar (as-Shiddig), yaitu berlaku benar dan jujur
baik dalam perkataan maupun perbuatan.
c) Adil (al-adl), yaitu menempatkan sesuatu pada
tempatnya.
d) Memelihara kesucian diri (al-iffah), yaitu menjaga
dan memelihara kesucian dan kehormatan diri dari
tindakan tercela, fitnah, dan perbuatan yang dapat
mengotori dirinya.
e) Malu (al-haya').
f) Keberanian diri ( as-syaja'ah).
g) Kekuatan (al-Quwwah)
h) Kesabaran (as-Sabru)
i) Kasih sayang (ar-Rahman)
j) Hemat (al-iqtishad).
3). Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk
sosial oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari ia
membutuhkan manusia lainnya untuk mencapai
69Toto Suryana, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan
Tinggi, Bandung, Tiga Mutiara, 1997. hlm. 191.
60
kelangsungan hidup diperlukan adanya aturan-aturan
pergaulan yang disebut dengan akhlak.
Dalam surat Lukman ayat 14, Allah SWT berfirman.
ن بوالديه نس ينا ال ى ووص ه وهنا عل حملته ام
له فى عامين ان اشكر لى ولـوالديك فص وهن و
الى المصير
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar
berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.70
Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela)
adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang
baik sebagaimana ayat tersebut di atas. Dalam ajaran
Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan
tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat
diketahui cara-cara menjauhinya.71
Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai
berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya:
70 Al-Qur'an Terjemahan, Kementrian Agama RI, (Jakarta: PT.
Insan Media Pustaka, 2013), hlm. 412.
71 Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra
Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, hlm. 49.
61
1). Berbohong ialah memberikan atau menyampaikan
informasi yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
2). Takabur atau sombong ialah merasa atau mengaku
dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain.
Pendek kata merasa dirinya lebih hebat.
3). Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas
kenikmatan yang diperoleh orang lain.
4). Bakhil atau kikir ialah sukar baginya mengurangi
sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang
lain.72
c. Syari'ah
Secara bahasa syari'ah artinya jalan yang harus
ditempuh. Sedangkan menurut istilah syari'ah adalah
sistem norma yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah SWT, manusia dengan manusia lainnya,
dan hubungan manusia dengan alam sekitar.73 Syari'ah
terdiri dari beberapa aspek, yaitu:
1). Ibadah
Ibadah secara umum memiliki arti melaksanakan
segala perintah Allah, meniatkan segala perintah
hanya untuk-Nya guna mencapai ke ridhoan Allah.
Ibadah bisa berupa thaharah, shalat, zakat, puasa, dan
melaksanakan haji jika mampu.
72Ibid., hlm. 56.
73Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 134.
62
2). Muamalah
Kata muamalah berasal dari fiil madhi amala yang
berarti bergaul dengannya, berurusan (dagang).
Sedangkan muamalah adalah ketetapan Ilahi yang
mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan
dengan lingkungannya (alam sekitar)nya. Muamalah
berarti aturan-aturan (hukum) Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan
sekitarnya. Kaitannya dengan hubungan antar sesama
manusia, maka dalam muamalah ini mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan masalah ekonomi, politik,
sosial, hukum, dan kebudayaan.74
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
syari'ah merupakan hukum Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah dan manusia dengan
manusia lainnya.
8. Media Pembinaan Agama
Totok Mardikanto menyatakan bahwa media
merupakan alat atau saluran komunikasi yang dapat
dimanfaatkan sumber atau pegirim untuk menyalurkan
atau mengumpulkan pesan-pesannya. Dengan kata lain,
media, alat atau saluran komunikasi dapat
dimanfaatkan oleh individu dan kelompok yang
74 Asmara As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1992), hlm. 1.
63
berkomunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan
pembinaan. Totok Mardikanto mengartikan media
dalam beragam pengertian, yaitu:75
a. Saluran atau media sebagai alat pembawa pesan.
b. Saluran yang dilalui oleh alat pembawa pesan.
c. Media atau wahana yang memungkinkan alat
pembawa pesan itu melalui jalan atau saluran yang
harus dilaluinya.
d. Media atau wahana yang dapat dijadikan sarana
untuk berkomunikasi, seperti pertemuan, pertunjukkan
dan lain-lain.
Pembinaan merupakan proses penyebaran
informasi di mana memerlukan adanya media
pendukung untuk melancarkan seluruh kegiatan
pembinaan. Menurut Yenti Wira, berdasarkan
fungsinya media pembinaan dibagi menjadi tiga,
antara lain:
a. Media cetak, merupakan media yang biasanya
menggunakan pesan-pesan visual yang terdiri dari
gambaran sejumlah kata, gambar atau foto, dan tata
warna, seperti leaftlet, selembaran, poster, dan lain-
lain.
75 Totok Mardikanto, Komunikasi Pembangunan – Acuan bagi
Akademisi, Praktisi, dan Peminat Komunikasi Pembangunan, (Surakarta:
UNS Press, 2010), hlm. 127.
64
b. Media elektronik, merupakan media yang bergerak
dan dinamis, dapat dilihat dan didengar yang
penyampaiannya melalui alat bantu elektronika,
seperti televisi, radio, film, kaset, DVD dan lain-lain.
c. Media luar ruang, merupakan media yang
menyampaikan pesannya di luar ruangan, bisa melalui
media cetak maupun elektronik seperti papan reklame,
spanduk, pameran, televisi layar lebar dan lain-lain.
Dengan demikian, media yang digunakan
untuk pembinaan agama Islam dalam penelitian ini
adalah media cetak, dan elektronik.
B. Perilaku Sosial
1. Pengertian Perilaku Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial berarti manusia
sebagai makhluk yang memiliki dimensi kebersamaan
dengan orang lain. Teori Psikoanalisa misalnya,
menyatakan bahwa manusia memiliki pertimbangan
moral sosial (super ego) ketika dihadapkan pada
pilihan-pilihan berperilaku. Sedangkan ilmu
humaniora menjelaskan realitas sosial sebagai sebuah
organisme hidup dalam bentuk teori-teori sosial
tentang kehidupan manusia dalam bentuk
masyarakat.76
76 Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemanusiaan,
(Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm. 4.
65
Menurut Hurlock, perilaku sosial menunjukkan
kemampuan untuk menjadi orang yang bermasyarakat.
Lebih lanjut lagi, perilaku sosial adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan perilaku umum
yang ditunjukkan oleh individu dalam masyarakat,
yang pada dasarnya sebagai respons terhadap apa yang
dianggap dapat diterima atau tidak dapat diterima oleh
kelompok sebaya seseorang. 77 Perilaku tersebut
ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap,
keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang
lain. Perilaku sosial adalah aktifitas fisik dan psikis
seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam
rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai
dengan tuntutan sosial.78
Menurut teori psikososial maupun teori
perkembangan kognitif menyatakan bahwa perilaku
yang ada pada diri seseorang berlandasan pada
pertimbangan-pertimbangan moral kognitif.
Selanjutnya, masalah aturan, norma, nilai, etika,
akhlak dan estetika adalah hal-hal yang sering
didengar dan selalu dihubungkan dengan konsep moral
77 Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm. 261.
78Ibid, hlm. 262.
66
ketika seseorang akan menetapkan suatu keputusan
perilakunya.79
Dalam diri setiap insan terdapat dua faktor utama
yang sangat menentukan kehidupannya, yaitu fisik dan
ruh. Pemahaman terhadap kedua faktor ini
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
bagaimana seseorang berperilaku dalam realitas
kehidupannya. Kedua faktor ini memiliki ruang dan
dimensi yang berbeda. Jika yang pertama adalah
sesuatu yang sangat mudah untuk diindra, tampak
dalam bentuk perilaku, namun pada faktor yang kedua
hanya dapat dirasakan dan menentukan terhadap baik
buruknya suatu perilaku.80
Dalam hadist Nabi dipaparkan:
، قال : سألت نصاري اس بن سمعان الأ عن النو
ه صلى الله عليه وسلم عن البر والإثم ، رسول اللـ
فقال : البر حسن الـخلق ، والإثم ما حاك فـي
صدرك وكرهت أن يطلع عليه الناس. رواه مسلم
79 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak; Peran Moral
Intelektual, Emosional dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun
Jati Diri, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 26.
80 Akh. Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati
Nurani, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. 103.
67
Dari An Nawwas Ibnu Sam’an ra. telah menceritakan,
aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai
kebajikan dan dosa, maka beliau menjawab: kebajikan
adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah sesuatu yang
bergejolak di dadamu, sedangkan kamu tidak suka bila
ada orang lain yang mengetahuinya. (HR. Muslim).81
Hadist di atas memberikan penjelasan kepada kita,
tentang kebaikan dan dosa. Di mana setiap perilaku
manusia tidak akan pernah lepas dari dua hal tersebut.
Di sinilah fisik dan ruh saling bekerja. Perilaku
manusia adalah suatu fungsi dari interaksi antara
individu dengan lingkungannya. 82 Karena pada
hakikatnya individu memiliki keunikan masing-
masing yang membedakan satu dengan yang lain.
Inilah yang disebut manusia sebagai makhluk individu.
Perilaku seseorang didorong oleh motivasi. Pada
titik ini motivasi menjadi daya penggerak perilaku (the
energizer) sekaligus menjadi penentu perilaku.
Motivasi juga dapat dikatakan sebagai suatu konstruk
teoritis mengenai terjadinya perilaku.83 Perilaku juga
81Al Hafizd Ibnu Hadjar Al ‘Asqalani, Bululughul Maram, terj.
Hamim Thohari Ibnu M. Dailimi, (Jakarta: Al Birr, 2002), hlm. 520.
82 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi,
(Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm. 230.
83 Abdul Rahman Saleh, Psikologi; Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 182.
68
merupakan hasil interaksi antara karakteristik
kepribadian dan kondisi sosial serta kondisi fisik
lingkungan.
Istilah sosial memiliki arti yang berbeda-beda
sesuai pemakaiannya. Istilah sosial pada ilmu sosial
merujuk pada objeknya, yaitu masyarakat. Selain itu,
sosial itu berkenaan dengan perilaku interpersonal
individu, atau yang berkaitan dengan proses-proses
sosial.84
Perilaku sosial termaktub dalam hadits Rasulullah
SAW yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari:
“Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata; Rasulullah
SAW bersabda: “Setiap ruas sendi dari seluruh
manusia itu wajib atasnya sedekah pada setiap hari
saat matahari terbit. Engkau mendamaikan orang
yang bersengketa dengan cara yang adil adalah
sedekah. Menolong seseorang pada kendaraannya
lalu mengangkatnya di atas kendaraannya itu atau
mengangkatkan barang-barangnya di sana, itupun
sedekah, ucapan yang baik juga sedekah, dan
setiap langkah yang dijalaninya untuk pergi sholat
juga merupakan sedekah, menyingkirkan benda-
84 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian
Pendekatan Struktural, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 27.
69
benda yang berbahaya dari jalan termasuk sedekah
pula.” (Muttafaq ‘alaih)85
Hadits di atas mengisyaratkan kepada kita bahwa
perbuatan sosial yang kita perbuat dihitung sebagai
sedekah di dalam agama. Banyak hal sepele menurut
manusia, tapi pada hakikatnya mampu menjadikan
manusia itu lebih dipandang sebagai manusia karena
perilaku sosialnya. Perilaku sosial adalah proses
belajar yang dilakukan oleh seseorang (individu) untuk
berbuat atau bertingkah laku berdasarkan patokan
yang terdapat dan diakui dalam masyarakat.86
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Sosial
Perilaku sosial seseorang dapat dipengaruhi oleh
banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi
dua, yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal yaitu potensi yang memang sudah
ada pada diri individu yang dibawanya sejak lahir.
85 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Kumpulan Hadits Shahih
Bukhari Muslim,terj. Al-Lu'lu' wal Marjan, (Semarang: Pustaka Nuun,
2012), hlm. 179.
86 Abdul Syani, Sosiologi (Sistematika, Teori dan Terapan),
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 57.
70
Menurut Jusuf menyebutkan bahwa faktor internal
yang berpengaruh terhadap perilaku sosial yaitu:
1). Harga diri (self esteem) yaitu sejauh mana
individu memandang dan menghargai dirinya
sendiri, sehingga ia mampu berinteraksi dan
bersosialisasi dengan lingkungan sosialnya. Harga
diri merupakan hal yang sangat penting dalam
hubungan individu dengan individu lain serta
untuk menyesuaikan diri individu.
2). Faktor kecerdasan (intelligence) yaitu
kemampuan secara kognitif yang dimiliki oleh
individu. Seseorang dapat berperilaku baik,
bergaul secara efektif apabila ia memiliki
inteligensi tinggi, terutama inteligensi sosial.
Seseorang yang memiliki inteligensi sosial dapat
bergaul secara baik dengan masyarakat. Ia mudah
berkawan dan memahami hubungan manusia.
Melalui kemampuan ini individu mampu
menangkap pesan-pesan dari suatu perilaku serta
mampu memahami perilaku sosial yang harus
ditampakkan dalam melakukan hubungan sosial.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari
pengalaman atau lingkungan yang berpengaruh
terhadap perilaku sosial antara lain sebagai
71
berikut:87
1). Keluarga, keluarga merupakan kelompok
sosial yang pertama dalam kehidupan manusia,
tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai
manusia sosial di dalam hubungan interaksi
dengan kelompoknya.
2).Sekolah, sekolah merupakan lembaga
pendidikan formal yang secara sistematis
melaksanakan program bimbingan, pengajaran,
dan latihan dalam rangka membantu siswa agar
mampu mandiri dan mampu mengembangkan
potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-
spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
3). Teman sebaya, dalam pergaulannya dengan
teman sebaya, anak dituntut untuk mampu
mengikuti apa yang menjadi aturan dalam
kelompok sebayanya. Secara langsung atau tidak
langsung anak akan meniru perilaku yang
dilakukan oleh teman-temannya.
4). Media massa, perkembangan zaman dan
pesatnya kemajuan di bidang teknologi
memudahkan orang untuk memperoleh informasi
dan komunikasi dengan cepat. Namun hal tersebut
87W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: Refika Aditama,
2002), hlm. 154.
72
tidak hanya mempunyai dampak positif, tetapi
juga berdampak negatif terhadap perkembangan
pribadi sosial remaja. Media massa berupa
perangkat komunikasi seperti majalah, surat kabar,
radio, televisi dan sebagainya, mempunyai
peranan dalam mengembangkan perilaku sosial
anak.
3. Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial
Bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang
pada dasarnya merupakan karakter atau ciri
kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang
berinteraksi dengan orang lain. Seperti dalam
kehidupan berkelompok, kecenderungan perilaku
sosial seseorang yang menjadi anggota kelompok
akan terlihat jelas diantara anggota kelompok yang
lainnya.
Perilaku sosial dapat dilihat melalui sifat-sifat dan
pola respon antar pribadi, yaitu:88
a. Kecenderungan Perilaku Peran
1). Sifat pemberani dan pengecut secara sosial.
Orang yang memiliki sifat pemberani secara
sosial, biasanya dia suka mempertahankan dan
88W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: Refika Aditama,
2002), hlm. 154.
73
membela haknya, tidak malu-malu atau tidak
segan melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai
norma di masyarakat dalam mengedepankan
kepentingan diri sendiri sekuat tenaga.
Sedangkan sifat pengecut menunjukkan perilaku
atau keadaan sebaliknya, seperti kurang suka
mempertahankan haknya, malu dan segan
berbuat untuk mengedepankan kepentingannya.
2). Sifat berkuasa dan sifat patuh
Orang yang memiliki sifat sok berkuasa dalam
perilaku sosial biasanya ditunjukkan oleh
perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi
kepada kekuatan, percaya diri, berkemauan keras,
suka memberi perintah dan memimpin langsung.
Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah
menunjukkan perilaku sosial yang sebaliknya,
misalnya kurang tegas dalam bertindak, tidak
suka memberi perintah dan tidak berorientasi
kepada kekuatan dan kekerasan.
3). Sifat inisiatif secara sosial dan pasif
Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka
mengorganisasi kelompok, tidak suka
mempersoalkan latar belakang, suka memberi
masukan atau saran-saran dalam berbagai
pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih
kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif
74
secara sosial ditunjukkan oleh perilaku yang
bertentangan dengan sifat orang yang aktif,
misalnya perilakunya yang dominan diam,
kurang berinisiatif, tidak suka memberi saran
atau masukan.
4). Sifat mandiri dan tergantung
Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya
membuat segala sesuatunya dilakukan oleh
dirinya sendiri, seperti membuat rencana sendiri,
melakukan sesuatu dengan cara-cara sendiri,
tidak suka berusaha mencari nasihat atau
dukungan dari orang lain, dan secara emosional
cukup stabil. Sedangkan sifat orang yang
ketergantungan cenderung menunjukkan
perilaku sosial sebaliknya dari sifat orang
mandiri, misalnya membuat rencana dan
melakukan segala sesuatu harus selalu mendapat
saran dan dukungan orang lain, dan keadaan
emosionalnya relatif labil.
b. Kecenderungan Perilaku dalam Hubungan
Sosial
1). Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain
Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh
orang lain biasanya tidak berprasangka buruk
terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf
dan tulus menghargai kelebihan orang lain.
75
Sementara sifat orang yang ditolak biasanya
suka mencari kesalahan dan tidak mengakui
kelebihan orang lain.
2). Suka bergaul dan tidak suka bergaul
Orang yang suka bergaul biasanya memiliki
hubungan sosial yang baik, senang bersama
dengan yang lain dan senang bepergian.
Sedangkan orang yang tidak suka bergaul
menunjukkan sifat dan perilaku yang sebaliknya.
3). Sifat ramah dan tidak ramah
Orang yang ramah biasanya periang, hangat,
terbuka, mudah didekati orang, dan suka
bersosialisasi. Sedangkan orang yang tidak
ramah cenderung bersifat sebaliknya.89
4). Simpatik atau tidak simpatik
Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya
peduli terhadap perasaan dan keinginan orang
lain, murah hati dan suka membela orang
tertindas. Sedangkan orang yang tidak simpatik
menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya.
c. Kecenderungan perilaku ekspresif
1). Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan
tidak suka bersaing (suka bekerjasama)
89 W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: Refika Aditama,
2002), hlm. 152.
76
Orang yang suka bersaing biasanya menganggap
hubungan sosial sebagai perlombaan, lawan
adalah saingan yang harus dikalahkan,
memperkaya diri sendiri. Sedangkan orang yang
tidak suka bersaing menunjukkan sifat-sifat yang
sebaliknya.
2). Sifat agresif dan tidak agresif
Orang yang agresif biasanya suka menyerang
orang lain baik langsung atau pun tidak langsung,
pendendam, menentang atau tidak patuh pada
penguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal.
Sifat orang yang tidak agresif menunjukkan
perilaku yang sebaliknya.
3). Sifat kalem atau tenang secara sosial
Orang yang kalem biasanya tidak nyaman jika
berbeda dengan orang lain, mengalami
kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa
terganggu jika ditonton orang.
4). Sifat suka pamer atau menonjolkan diri.
Orang yang suka pamer biasanya berperilaku
berlebihan, suka mencari pengakuan, berperilaku
aneh untuk mencari perhatian orang lain.90
90 W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: Refika Aditama,
2002), hlm. 152.
77
4. Pembentukan Perilaku Sosial
Baron dan Byrne berpendapat ada empat kategori
utama yang dapat membentuk perilaku sosial
seseorang yaitu:91
a. Perilaku dan karakteristik orang lain
Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang
yang memiliki karakter santun, ada kemungkinan
besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-
orang berkarakter santun dalam lingkungan
pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan
orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh
dengan perilaku seperti itu.
Pada aspek ini guru memegang peranan penting
sebagai sosok yang akan dapat mempengaruhi
pembentukan perilaku sosial seseorang karena ia akan
memberikan pengaruh yang cukup besar dalam
mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan.
b. Proses kognitif
Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide,
keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar
kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap
91 Rusli Ibrahim, Landasan Psikologi Pendidikan Jasmani di
Sekolah Dasar, (Jakarta: Dirjen Olahraga Depdiknas, 2001), hlm. 29.
78
perilaku sosialnya.
c. Faktor lingkungan
Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi
perilaku sosial seseorang. Misalnya orang yang berasal
dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa
berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah
keras pula, ketika berada di lingkungan masyarakat
yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur kata.
d. Tata budaya sebagai tempat perilaku dan pemikiran
sosial itu terjadi
Misalnya, seseorang yang berasal etnis budaya
tertentu mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh
ketika berada di lingkungan masyarakat yang beretnis
budaya lain atau berbeda.
C. Sosial
1. Perubahan Sosial
Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial
sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat. Maciver membedakan
antara utilitarian elements dengan culture elements
yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan
manusia yang primer dan sekunder. Semua kegiatan
dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam
kedua kategori tersebut. Artinya, semua mekanisme
dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya
menguasia kondisi kehidupannya, termasuk di
79
dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik dan
alat-alat material.92
Gillin dan Gillin mendefinisikan perubahan sosial
sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah
diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi
geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk,
ideologi maupun karena adanya difusi ataupun
penemuan baru dalam masyarakat.
Menurut Talcott Parsons, masyarakat akan
mengalami perkembangan menuju masyarakat
transisional. Masyarakat akan berkembang melalui
tiga tingkatan utama yaitu primitif, intermediat, dan
modern. Dari tiga tahapan ini, oleh Parsons
dikembangkan lagi ke dalam subklasifikasi evolusi
sosial sehingga menjadi 5 tingkatan yaitu primitif,
advanced primitif and arcchaic, historis internediate,
seedbed sociaties and modern sociaties. Parsons
menyakini bahwa perkembangan masyarakat berkaitan
erat dengan perkembangan keempat unsur subsistem
utama yaitu kultural (pendidikan), kehakiman
(integrasi), pemerintahan (pencapaian tujuan) dan
ekonomi (adaptasi).93
92 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1990), hlm. 301.
93 J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar
dan Terapan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 350.
80
Dalam perspektif materialis, teknologi sangat
determinan dalam perubahan sosial. Tokoh teknokratis
ini adalah Thorstein Veblen. Veblen melihat
teknologilah yang mewarnai tatanan sistem sosial.
Karena itu, ia mengajukan preposisi bahwa perilaku
manusia mencerminkan perkembangan teknologi dan
ekonominya. Statemen Veblen ini secara implisit
mengisyaratkan kemampuan teknologi dalam
mempengaruhi perilaku manusia.94
2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perubahan
Sosial
Mempelajari perubahan masyarakat perlu
diketahui sebab-sebab yang melatar belakangi
terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih
mendalam sebab terjadinya perubahan masyarakat,
dapat karena adanya sesuatu yang dianggap sudah
tidak lagi memuaskan atau karena ada faktor baru
yang lebih memuaskan masyarakat sebagai pengganti
faktor yang lama. Sebab-sebab yang bersumber dalam
masyarakat itu sendiri antara lain:
1. Bertambah atau berkurangnya penduduk,
2. Penemuan-penemuan baru,
3. Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat,
4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi di dalam
94 Ibid, hlm. 359.
81
tubuh masyarakat itu sendiri.
Sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat antara
lain:
1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik
yang ada di sekitar manusia,
2. Peperangan dengan negara lain,
3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.95
Ada juga faktor-faktor yang mendorong jalannya
proses perubahan, antara lain:
1. Kontak dengan kebudayaan lain,
2. Sistem pendidikan yang maju,
3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan
keinginan-keinginan untuk maju,
4. Toleransi terhadap perbuatan menyimpang,
5. Sistem masyarakat yang terbuka,
6. Penduduk yang heterogen,
7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang
kehidupan tertentu.
8. Orientasi ke depan,
9. Nilai meningkatnya taraf hidup.96
Selain itu ada juga faktor-faktor yang menghambat
tejadinya perubahan:
95 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1990), hlm. 301.
96 Ibid, hlm. 352
82
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat-
masyarakat lain,
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat,
3. Sikap masyarakat yang tradisionalistis,
4. Adanya kepentingan-kepentingan yang tertanam
dengan kuat,
5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi
kebudayaan,
6. Prasangka terhadap hal-hal yang baru/asing,
7. Hambatan ideologis,
8. Kebiasaan,
9. Nilai pasrah
Adapun proses-proses perubahan sosial yang
terjadi dalam masyarakat dapat berupa penyesuaian
masyarakat terhadap perubahan, saluran-saluran
perubahan yang dilalui oleh suatu proses perubahan,
disorganisasi (disintegarsi) dan reorganisasi
(reintegarsi). Organisasi merupakan artikulasi dari
bagian-bagian yang merupakan bagian dari satu
kebulatan yang sesuai dengan fungsinya masing-
masing. Disorganisasi adalah proses berpudarnya
norma dan nilai dalam masyarakat, dikarenakan
adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam
lembaga-lembaga masyarakat. Reorganisasi adalah
proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai yang
83
baru agar sesuai dengan lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang mengalami perubahan.97
D. Anak
1. Pengertian Anak
Anak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan dengan “ Turunan yang kedua atau manusia
yang masih kecil."98 Dari pengertian tersebut bahwa
anak merupakan manusia yang masih kecil yang
merupakan turunan kedua. Karena anak merupakan
manusia yang masih kecil tentu ia masih dapat tumbuh
dan berkembang baik dari segi fisik maupun psikis.
Selanjutnya anak dipandang sebagai manusia
dewasa dalam bentuk-bentuk ukuran kecil, untuk
memberi pemahaman yang jelas berikut ini
dikemukakan oleh A. Muri Yusuf dalam bukunya
pengantar ilmu pendidikan bahwa “Anak adalah
manusia kecil yang sedang tumbuh dan berkembang
baik fisik maupun mental." 99 Dari pendapat tersebut
dapat dipahami bahwa anak merupakan manusia kecil
yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik
fisik maupun mental.
97 Ibid, hlm. 330.
98Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1989), hlm. 50.
99 Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Ghalia
Indonesia,1982), hlm. 39.
84
Kemudian dalam proses perkembangannya, anak
sebagai subjek yang sedang tumbuh dan berkembang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Siti Partini Suardinan
bahwa:
“Pada dasarnya anak merupakan subyek yang
sedang tumbuh dan berkembang sejak saat konsep di
mana sel sperma laki-laki membuahi ovum di uterus
sampai saat kematian. Organisme terus menerus
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pada
masa awal kehidupannya pertumbuhan itu bersifat
sangat cepat dan mencolok dan tidak berdaya sama
sekali, melalui tahap merangkak, berdiri dan akhirnya
berjalan dapat dicapai dalam waktu satu sampai dua
tahun."100
Dengan adanya ketidakberdayaan dan belum
mengenal apa-apa, maka anak dapat diserahkan atau
dijadikan baik atau buruk oleh orang dewasa lainnya
khususnya orang tua. Dengan demikian, anak
merupakan manusia yang masih kecil yang berada
pada taraf perkembangan. Di mana awal kehidupannya
ia tidak mengenal sesuatu apapun sehingga dapat
diarahkan kepada perbuatan dan perkembangan yang
positif atau negatif.
100 SitiPartini Suardiman, Psikologi Pendidikan Studing,
( Yogyakarta: Andi Offset, 1988), hlm. 18.
85
2. Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara
umum digolongkan menjadi tiga kebutuhan dasar:101
a. Kebutuhan fisik-biomedis (Asuh)
Meliputi:
1) Pangan / gizi
2) Perawatan kesehatan dasar
3) Tempat tinggal yang layak
4) Sanitasi
5) Sandang
6) Kesegaran jasmani / rekreasi
b. Kebutuhan emosi atau kasih sayang (Asih)
Pada tahun-tahun pertama kehidupan,
hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu /
pengganti ibu dengan anak merupakan syarat yang
mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang
selaras baik fisik, mental maupun psikososial.
Berperannya kehadiran orang tua terutama ibu
sedini dan selanggeng mungkin akan menjalin
rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan dengan
kontak fisik (kulit/mata) dan spikis sedini
mungkin. Kasih sayang dari orang tua akan
menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan
101 Hervira Alifiani P.,Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan
Desain No. 1, Jurnal,(Bandung: ITB), hlm. 3.
86
kepercayaan dasar (basic trust).
c. Kebutuhan akan stimuli mental (Asah)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam
proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada
anak. Stimulasi mental ini mengembangkan
perkembanga mental psikososial: kecerdasan,
keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama,
kepribadian, moral-etika, produktivitas dan
sebagainya.
3. Tingkat Perkembangan Anak
Menurut Damaiyanti, karakteristik anak sesuai
tingkat perkembangan:102
a. Usia bayi (nol sampai satu tahun)
Pada masa ini bayi belum dapat
mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan
kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan
bayi lebih banyak menggunakan jenis komunikasi
non verbal. Pada saat lapar, haus, basah dan
perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa
mengekspresikan perasaannya dengan menangis.
Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat
berespon terhadap tingkah laku orang dewasa
102Damaiyanti, Mukhripah, Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2008), hlm. 78.
87
yang berkomunikasi dengannya secara non verbal,
misalnya memberikan sentuhan, dekapan, dan
menggendong dan berbicara lemah lembut.
Ada beberapa respon non verbal yang biasa
ditunjukkan bayi misalnya menggerakkan badan,
tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi
kurang dari enam bulan sebagai cara menarik
perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat
berkomunikasi dengannya. Jangan langsung
menggendong atau memangkunya karena bayi
akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih
dahulu dengan ibunya. Tunjukkan bahwa kita
ingin membina hubungan yang baik dengan
ibunya.
b. Usia pra sekolah (dua sampai lima tahun)
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada
anak di bawah tiga tahun adalah sangat egosentris.
Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut
pada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi
tahu tentang apa yang akan akan terjadi padanya.
Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan
merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke
tubuhnya. Oleh karena itu, jelaskan bagaimana
akan merasakannya. Beri kesempatan padanya
untuk memegang thermometer sampai ia yakin
bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya.
88
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara
fasih. Hal ini disebabkan karena anak belum
mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena
itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang
sederhana, singkat dan gunakan istilah yang
dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui
objek transisional seperti boneka. Berbicara
dengan orangtua bila anak malu-malu. Beri
kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara
tanpa keberadaan orangtua. Satu hal yang akan
mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan
dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan
pujian atas apa yang telah dicapainya.
c. Usia sekolah (enam sampai dua belas tahun)
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap
stimulus yang dirasakan yang mengancam
keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila
berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan
anak di usia ini harus menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti anak dan berikan contoh yang
jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya.
Anak usia sekolah sudah lebih mampu
berkomunikasi dengan orang dewasa.
Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar
3.000 kata dikuasai dan anak sudah mampu
berpikir secara konkret.
89
d. Usia remaja (tiga belas sampai delapan belas
tahun)
Fase remaja merupakan masa transisi atau
peralihan dari akhir masa anak-anak menuju masa
dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah
laku anak merupakan peralihan dari anak-anak
menuju orang dewasa. Anak harus diberi
kesempatan untuk belajar memecahkan masalah
secara positif. Apabila anak merasa cemas atau
stres, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara
teman sebaya atau orang dewasa yang ia percaya.
Menghargai keberadaan identitas diri dan harga
diri merupakan hal yang prinsip dalam
berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan
tunjukkan ekspresi wajah bahagia.
4. Tugas Perkembangan Anak
Tugas perkembangan menurut teori Havighurst
adalah tugas yang harus dilakukan dan dikuasai
individu pada tiap tahap perkembangannya. 103
Tugas perkembangan bayi nol sampai dua tahun
adalah berjalan, berbicara, makan-makanan padat,
kestabilan jasmani.
103 Havighurst, Robert J., Human Development and
Education, (New York: David Mckay Company, 1961), hlm. 56.
90
Tugas perkembangan anak usia tiga sampai
lima tahun adalah mendapat kesempatan bermain,
berkesperimen dan berekplorasi, meniru, mengenal
jenis kelamin, membentuk pengertian sederhana
mengenai kenyataan sosial dan alam, belajar
mengadakan hubungan emosional, belajar
membedakan salah dan benar, serta
mengembangkan kata hati juga proses sosialisasi.
Tugas perkembangan usia enam sampai dua
belas tahun adalah belajar menguasai keterampilan
fisik dan motorik, membentuk sikap yang sehat
mengenai diri sendiri, belajar bergaul dengan
teman sebaya, memainkan peranan sesuai dengan
jenis kelamin, mengembangkan konsep yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
mengembangkan keterampilan yang fundamental,
mengembangkan pembentukan kata hati, moral
dan sekala nilai, mengembangkan sikap yang sehat
terhadap kelompok sosial dan lembaga.
Tugas perkembangan anak usia tiga belas
sampai delapan belas tahun adalah menerima
keadaan fisiknya dan menerima peranannya
sebagai perempuan dan laki-laki, menyadari
hubungan-hubungan baru dengan teman sebaya
dan kedua jenis kelamin, menemukan diri sendiri
91
berkat refleksi dan kritik terhadap diri sendiri,
serta mengembangkan nilai-nilai hidup.
Jika dilihat dari perkembangan anak di atas,
maka perkembangan anak berhubungan dengan
pembentukan perilaku sosial anak di masyarakat.
E. Kerangka Berpikir
Gambar. 1 Simpulan Kerangka Berpikir
Anak asuh yang bertempat tinggal di Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang adalah anak dengan latar belakang yang berbeda-beda. Ada
anak yang berasal dari pemulung atau pengemis jalanan, keluarga yang
sering melakukan KDRT, anak yang tidak mempunyai kedua orang tua dan anak dari keluarga tidak mampu yang secara ekonomi tidak mampu
memberikan penghidupan. Saat awal mereka dititipkan di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang, anak asuh memiliki perilaku sosial yang buruk, ada anak yang jorok tidak bisa menjaga kebersihan lingkungan
dan dirinya, tidak bisa mengontrol emosi, berkata kasar, dan suka
mencuri barang milik yayasan dan anak asuh lainnya.
Pembinaan
Agama
Metode Pembinaan Agama
Adanya perubahan
perilaku sosial anak
asuh setelah mengikuti
Pembinaan Agama,
seperti:
1. Patuh terhadap
aturan,
2. Mandiri dan
mempunyai
motivasi yang
tinggi,
3. Simpatik,
4. Tolong
menolong
sesama anak
asuh,
5. Ramah.
Ceramah Percontohan
Pembentukan Perilaku Sosial
Anak Asuh
92
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Berdirinya Yayasan Islam Media
Kasih
Berangkat dari kepedulian yang mendalam terhadap
anak-anak di lingkungan kami di Desa Cipadu Kec.
Ciledug Kota Tangerang yang mengalami putus sekolah
dikarenakan berbagai kendala seperti tidak adanya biaya
mengingat mereka berasal dari keluarga tidak mampu
atau anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua dan
anak-anak terlantar yang tidak jelas keberadaan
keluarganya. Yayasan Islam Media Kasih berusaha
mengumpulkan anak-anak tersebut untuk dicarikan orang
tua asuh yang dapat membiayai pendidikan serta
kebutuhan sekolah mereka. Namun, mereka tetap tinggal
di keluarga mereka masing-masing. Tanpa terasa jumlah
anak-anak yang terkumpul sudah mencapai 150 anak dari
tingkat SD, SMP, SMA yang terdiri dari anak
yatim/yatim piatu/dhuafa dan Alhamdulillah Yayasan
Islam Media Kasih berhasil mengumpulkan orang tua
asuh sebanyak tiga puluh lima orang.
Berbagai kendala dialami oleh anak-anak itu di dalam
menuntut ilmu, karena miskinnya keluarga mereka.
Walaupun uang sekolah dan kebutuhan sekolah sudah
terpenuhi, tetapi mereka tetap memerlukan biaya untuk
93
kebutuhan sehari-hari sehingga pengurus menampung
mereka di dalam lembaga permanen panti asuhan.
Pada tanggal 1 Juni 1991 melalui Akte Notaris Mirah
Dewi Ruslim Sukmajaya, SH. No.1, resmi didirikan
Yayasan “Media Kasih” (YMK). Yayasan Media Kasih
kemudian disahkan oleh Pengadilan Negeri Tangerang
dengan surat keputusan NO.: HT.01.05.13.1991/PN.TNG
tertanggal 14 Juni 1991 sebagai badan hukum berbentuk
yayasan.
Untuk meningkatkan pembinaan dan pengawasan
perkembangan anak asuh secara intensif maka pengurus
sepakat untuk mendirikan Panti Asuhan. Pada tanggal 4
Desember 1991 yayasan mendapatakan sumbangan
wakaf dari Meiske Prasadja D. Soegoto berupa tanah
seluas 1.000 meter persegi yang terletak di desa Cipadu
RT 01/04 kecamatan Larangan, Tangerang. Kemudian,
atas bantuan para dermawan dengan swadaya umat,
secara bertahap pengurus dapat membangun gedung Panti
Asuhan yang saat ini dapat menampung 75 anak asuh.104
B. Visi dan Misi Yayasan Islam Media Kasih
Visi
Ikut serta mewujudkan masyarakat adil dan makmur,
berpengetahuan tinggi di bidang pendidikan formal dan
104Profil Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, dokumen yang
didapatkan pada 11 Maret 2021.
94
spritual serta mencerdaskan bangsa dengan nilai
kemanusiaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.105
Misi
1. Mengembangkan lembaga kesejahteraan sosial yang
profesional dalam pengasuhan dan pembinaan anak-anak
yang terlepas dari pengasuhan orang tuanya untuk
menjadi manusia yang mandiri dengan religiusitas tinggi,
2. Menjalin kerja sama yang sinergis dengan lembaga-
lembaga lain yang terkait untuk meningkatkan kualitas
pola asuh terhadap binaan Panti Asuhan,
3. Aktif dan berkesinambungan memberikan bantuan,
perhatian dan dukungan sosial terhadap anak-anak yang
membutuhkan, dan
4. Mengembangkan program pembinaan dan pengasuhan
pada anak binaan dalam pendidikan agama dan
pendidikan formal.106
C. Tujuan Yayasan Islam Media Kasih
1. Tujuan Lembaga
Menjadi lembaga yang mampu menjembatani kasih
sayang umat terhadap sesama.107
105 https://mediakasih.com/tentang/, Diakses pada 13 Desember
2020.
106 https://mediakasih.com/tentang/, Diakses pada 13 Desember
2020.
95
2. Tujuan Pembinaan Anak Asuh
Membentuk insan yang mandiri, bertaqwa kepada Allah
SWT, berakhlak mulia, dan berguna bagi sesama umat
dan agama, bangsa dan negara, demi mencapai
keberhasilan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.108
D. Program atau Kegiatan Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang
Di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang terdapat
program, yaitu:109
1. Mencarikan orang tua asuh bagi anak asuh
yatim/yatim piatu/remaja putus sekolah dari tingkat
pendidikan SD, SMP, SMA dan sederajat,
2. Menghimpun dana ummat baik zakat, infaq dan
shodaqoh untuk pembiayaan program pembinaan dan
pengasuhan,
3. Melakukan pengasuhan dengan pemenuhan kebutuhan
dasar (sandang, pangan, dan papan) bagi anak asuh
4. Merujuk anak asuh kepada lembaga pendidikan di
berbagai jenjang pendidikan (baik formal maupun
informal),
107 https://mediakasih.com/tentang/, Diakses pada 13 Desember
2020.
108 https://mediakasih.com/tentang/, Diakses pada 13 Desember
2020.
109Profil Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, dokumen yang
didapatkan pada 11 Maret 2021.
96
5. Melakukan pembinaan dan pembekalan nilai agama
Islam kepada anak asuh.
Adapun penjelasan dari kegiatan di Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang, sebagai berikut:110
1. Bidang Sosial
Yayasan Media Kasih Tangerang mempunyai
program sosial yaitu santunan jompo yaitu dengan
memberikan santunan kepada manula yang tidak
mendapatkan perhatian lebih dari keluarganya. Janda
dhuafa yaitu pemberian bantuan kepada istri yang
ditinggal suaminya dan tidak mampu secara finansial,
bantuan berupa bahan pangan.
2. Bidang Usaha
Penggemukan dan pembibitan domba qurban
adalah peternakan domba yang dikelola oleh pengurus
Yayasan Islam Media Kasih dan akan dipasarkan
ketika tiba hari qurban. Usaha kue kering lebaran
adalah produk rumahan yang dikelola oleh pengurus
Yayasan Media Kasih dan dipasarkan saat menjelang
lebaran. Produk frozen food (Kroket londo, samosa
dan risol durian) yaitu makanan siap saji yang dikelola
oleh pengurus Yayasan Media Kasih Tangerang.
Lembah taqwa group/family agri-outing & resort
110 https://mediakasih.com/tentang/, Diakses pada 13 Desember
2020.
97
(Cipanas – Puncak) adalah sebuah resort yang dikelola
oleh pengurus Yayaaan Media Kasih dan disewakan.
3. Bidang Agama
Pesantren Tahfidz Quran dan Majelis Ta’lim Cipadu
Istiqomah. Program agama ini dapat diikuti oleh anak
asuh dan masyarakat sekitar Yayasan Media Kasih
Tangerang.
E. Fasilitas Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang
1. Mushola yayasan 1 ruang.
2. Asrama 2 bagunan, 15 kamar.
3. Aula 1 ruang.
4. Ruang konseling 1 ruang.
5. Kantor dan sekretariat yayasan 1 lokal.
6. Ruang belajar 1 ruang.
7. Ruang tamu atau ruang jenguk 1 ruang.
F. Struktur Kepengurusan Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang
Pembagian tugas pengurus dan administrator di
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang:111
1. Pimpinan Yayasan : Dewi Pudjiati
Alamsyah
2. Bendahara : Harsiwi
111 Observasi Penulis, Struktur Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang, (Tangerang, 2 Maret 2021).
98
3. Sekretaris : Abdul Aziz
4. Bidang Pendidikan : Eti Patimah
5. Bidang Kerohanian : M. Yusuf
6. Humas : Mustanginun
7. Pengurus : 1. Salamah
2. Wartini
3. Warkiyah
4. Heni
5. Amirudin
99
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Identifikasi Informan
Dalam penelitian ini subjek penelitian
berjumlah sembilan orang. Ibu Hj. Dewi Pudjiati
Alamsyah sebagai pemilik dan pembina yayasan,
lima orang pengurus yayasan yaitu Bapak Aziz,
Bapak Amir, Ibu Etih, Ibu Harsiwi dan Ibu Heni
serta tiga orang anak asuh yaitu Salma, Zahra dan
Rani. Berikut adalah pemaparan mengenai
gambaran umum informan dalam penelitian ini:
1. Pembimbing
a. Hj. Dewi Pudjiati Alamsyah
Ibu Dewi merupakan seorang pendiri Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang dan salah satu
pembimbing agama di sana. Ibu Dewi juga adalah
pendiri Yayasan Islam Media Kasih Aceh. Di
usianya yang sudah menginjak enam puluh enam
tahun, sampai saat ini beliau masih aktif mengurus
yayasan dan membimbing anak asuh untuk selalu
optimis menjalani hidup dan selalu menjadikan
Allah sebagai tujuan hidup. Jargon yang selalu Ibu
Dewi berikan kepada anak asuh yaitu "Dunia
bahagia, akhirat surga", dalam artian kita tetap
100
mengejar dunia, tapi tidak lupa dengan tujuan
utama yaitu surga.112
2. Pengurus
a. Abdul Aziz
Pria berumur tiga puluh tahun ini bernama
Abdul Aziz. Beliau bergabung di Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang sudah 14 tahun, saat ini
memegang amanah di Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang sebagai sekretaris dengan masa
jabatan dari tahun 2018 sampai sekarang. Bapak
Aziz lahir di Riau, pada tahun 1990, tempat
tinggal saat ini di Cipadu, kota Tangerang.113
b. Amirudin
Bapak Amir adalah seorang pria berusia lima
puluh lima tahun, beliau salah satu pengurus di
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang. Pria yang
lahir di Pemalang, tahun 1966 ini sudah
bergabung di Yayasan Islam Media Kasih sejak
tahun 2013. Sebulan sekali beliau selalu mengajak
anak asuh laki-laki untuk membaur dengan
112 Wawancara dengan Dewi Alamsyah, Selaku ketua dan
pembina Yayasan Islam Media Kasih, pada tanggal 11 Maret 2021 13:30
WIB.
113 Wawancara dengan Abdul Aziz, Selaku pengurus Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang, pada tanggal 7 Maret 2021 13:20 WIB.
101
masyarakat menyeru kepada nilai-nilai Islam di
lingkungan Cipadu, kota Tangerang.114
c. Harsiwi Endang
Ibu Harsiwi merupakan bendahara di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang. Beliau lahir di
Banyumas, tahun 1972 dan saat ini tinggal di
Cipadu, kota Tangerang. Wanita berumur empat
puluh sembilan tahun ini bergabung di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang sejak tahun 1994.
Kecintaannya kepada anak-anak dan tujuannya
untuk meraih ridha Allah yang menjadikan beliau
tetap bertahan di yayasan ini.115
d. Etih Patimah Syihabudin
Etih atau sering disapa "teteh" adalah seorang
wanita berumur tiga puluh sembilan tahun. Teteh
salah satu pengurus yang bergabung di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang pada tahun 2006.
Beliau lahir di Garut tahun 1981 dan beliau di
yayasan rutin mengajarkan tahsin dan tahfidz
kepada anak-anak asuh di yayasan.116
114Wawancara dengan Amirudin, Selaku pengurus Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang, pada tanggal 7 Maret 2021 13:00 WIB.
115Wawancara dengan Harsiwi, Selaku pengurus Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang, pada tanggal 7 Maret 2021 13:30 WIB.
116 Wawancara dengan Etih, Selaku pengurus Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang, pada tanggal 7 Maret 2021 13:40 WIB.
102
e. Heni
Ibu Heni merupakan pengurus di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang yang bergabung
sejak tahun 2009. Beliau lahir di Pagongan tahun
1986. Wanita berumur tiga puluh lima tahun ini
salah satu pengurus yang sering memberikan
nasihat kepada anak asuh yang berselisih atau
bermasalah di yayasan.117
3. Anak Asuh
a. Salma Mahdiyah
Salma Mahdiyah biasa disapa Salma lahir di
Tangerang tahun 2008. Adik ini tinggal di
Yayasan Islam Media Kasih sejak bayi, karena
inilah Salma menganggap seluruh penghuni
yayasan sebagai keluarganya. Ia sekolah di SDN
Kereo 03, Tangerang dan sekarang duduk di kelas
enam. Salma mempunyai motivasi yang tinggi di
bidang akademik, ia bercita-cita ingin
melanjutkan pendidikannya sampai S3.118
b. Rina Kartika
Rina adalah salah satu anak asuh di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang. Pada tahun 2008
117 Wawancara dengan Heni, Selaku pengurus Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang, pada tanggal 7 Maret 2021 14:00 WIB.
118Wawancara dengan Salma, Selaku anak asuh Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 14:30 WIB.
103
Bapak Taufik dan Ibu Wartini selaku orang
tuanya menitipkan Rina di yayasan karena
keterbatasan ekonomi. Rina saat ini berusia lima
belas tahun dan sedang menempuh pendidikan di
SMAN 13 Tangerang.119
c. Maulida Tuh Zahra
Nama panggilannya adalah Zahra. Anak
yang berasal dari Banjarnegara ini berada di
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang sejak
tahun 2019. Saat ini usianya tiga belas tahun
dan sedang menempuh pendidikan di SDN
Kereo 4 kelas enam. Ibu Suwarni selaku Ibu
dari Zahra menitipkan anaknya di yayasan
karena keterbatasan ekonomi.120
B. Temuan Lapangan
1. Kegiatan Pembinaan yang dilakukan oleh
Hj. Dewi Pudjiati Alamsyah di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang
Berdasarkan observasi penulis di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang, penulis
menemukan kegiatan pembinaan yang dilakukan
oleh pembimbing agama berupa kajian dan
119 Wawancara dengan Rina, Selaku anak asuh Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 14:00 WIB.
120Wawancara dengan Zahra, Selaku anak asuh Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 16:30 WIB.
104
memberikan bimbingan secara intensif yaitu
sepekan dua kali. Kegiatan ini di awali dengan
pembukaan, dilanjutkan dengan pembahasan
kasus atau nasihat-nasihat kemudian diisi dengan
materi dan terakhir adalah penutup.
a. Pembukaan
Pembukaan merupakan bentuk kegiatan untuk
mengawali berjalannya kegiatan ini. Dalam
pembukaan ini dilakukan oleh petugas acara yang
sudah terjadwal sebelumnya yaitu dari anak asuh.
Diawali dengan pembukaan oleh MC, pembacaan
tilawah oleh salah satu anak asuh, kemudian
sambutan oleh kepada yayasan. Setelah
pembukaan oleh kepala yayasan selanjutnya
kepala yayasan memberikan nasihat dan materi.
Kajian dilaksanakan di aula Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang, selain anak asuh pengurus
yayasan pun ikut di dalam forum tersebut.
"Kegiatan ini saya adakan karena pondasi dari
kehidupan adalah agama, tentunya supaya anak-
anak besar itu dengan akidah bernafaskan Islam.
Selalu melibatkan Allah dalam setiap kegiatan.
Kita ini dalam genggaman Allah dan harus ikuti
aturan main Allah. Untuk mendapatkan dunia
bahagia akhirat surga itu harus menjalani
kehidupan ini selaras dengan kehendak Allah.
105
Oleh sebab itu diadakan pembahasan ilmu-ilmu
agama di sini."121
Dari pemaparan Ibu Dewi di atas bahwa
kegiatan sudah dibuka dan mempunyai tujuan
yang jelas yaitu agar anak asuh berpikir positif
dan selalu libatkan Allah dalam setiap kehidupan
serta tidak meninggalkan dunia dan tidak
melupakan surga.
b. Pemberian Nasihat dan Pembahasan Kasus
Pemberian nasihat dan pembahasan kasus
disampaikan di sela-sela materi berupa kejadian
yang tidak sesuai dengan sosial dan agama,
mencuri dan sebagainya. Agar anak asuh bisa
membedakan mana yang harus dilakukan dan
mana yang tidak harus dilakukan.
"Hidup ini untuk Allah maka kalian akan
bahagia, ikuti aturan main Allah. Terus menabung
amal-amal kebaikan. Diibaratkan kalian
menabung amal-amal kebaikan seperti kalian
menabung uang. Jika ingin celengan itu penuh
tentunya harus dipastikan celengan itu tidak rusak
121 Wawancara dengan Dewi Alamsyah, Selaku ketua dan
pembina Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, pada tanggal 11 Maret
2021 13:40 WIB.
106
dan banyak bolongnya. Begitupun amal kebaikan
yang kita tabung. Jika celengan kebaikan kita
bocor yang disebabkan oleh kesalahan yang kita
perbuat maka celengan itu tidak akan penuh,
kecuali kita sadar dan ingin memperbaiki
kebocoran itu."122
Anak asuh sangat antusias mendengarkan
pembahasan ini, karena yang menyampaikan
materi ini yaitu Ibu Dewi termasuk orang yang
humoris dan penjelasannya mudah dipahami. Oleh
sebab itu, anak asuh tidak bosan mendengar apa
yang disampaikan dan menyimak dengan hikmat.
c. Materi
Pembahasan materi merupakan kegiatan inti
yang digunakan adalah metode ceramah. Materi
yang disampaikan yaitu tujuan hidup, tolong
menolong, dan harus optimis dalam menjalani
hidup.
"Materi ini disampaikan agar anak asuh
mengetahui bahwa Allah adalah tujuan hidup dan
libatkan Allah dalam setiap kehidupan. Selain itu
jauhilah sifat pesimis bangunlah sifat optimis,
maka akan menjadi orang yang mudah bergaul
122 Wawancara dengan Dewi Alamsyah, Selaku ketua dan
pembina Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, pada tanggal 11 Maret
2021 13:40 WIB.
107
dan saling menyayangi walaupun banyak
perbedaan latar belakang di panti ini."123
Adapun waktu pelaksanaan pembinaan agama
dilakukan satu minggu dua kali yaitu pada hari
Senin dan Jumat. Pelaksanaan pembinaan agama
dimulai pada pukul 14.00 – 15.30 yang diisi oleh
Ibu Dewi Pudjiati Alamsyah di aula Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang.
123 Wawancara dengan Dewi Alamsyah, Selaku ketua dan
pembina Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, pada tanggal 11 Maret
2021 14.00 WIB.
108
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan mengenai
uraian analisa data tentang pembinaan agama dalam
pembentukan perilaku sosial anak di Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang. Peneliti akan
mendeskripsikan teori sesuai dengan fakta lapangan
yang didapatkan sehingga dapat disimpulkan.
A. Metode Pembinaan Agama dalam
Pembentukan Perilaku Sosial Anak di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang
Menurut penuturan Ibu Dewi Pudjiati Alamsyah
selaku ketua Yayasan Islam Media Kasih Tangerang
yang memberikan pembinaan agama kepada anak asuh
di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, beliau
memberikan pembinaan agama menggunakan metode
dengan:
1. Segi Sifat
Dari segi sifat ini, ketua Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang menggunakan metode ceramah,
konsultasi dan demostrasi atau percontohan. Metode
ceramah disebut metode informasi yakni penerapan
secara lisan oleh pembimbing agama sebagai
komunikator kepada kelompok dan masyarakat
109
sasaran sebagai komunikan. 124 Metode demonstrasi
atau percontohan, metode ini berarti memberi contoh
atau mempertunjukkan atau memperagakan.125 Metode
konsultasi yaitu meminta nasihat kepada pembimbing
agama dan dilaksanakan secara individu juga bersifat
pribadi. 126 Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dewi
Pudjiati Alamsyah, ketua Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang, dalam wawancaranya sebagai berikut:
"Metode pembinaan agama dalam membentuk
perilaku sosial anak asuh di yayasan ini adanya suatu
nasihat secara individu dan kelompok. Untuk individu
ini biasanya dilakukan secara tertutup hanya dengan
yang bersangkutan saja, karena memang itu adab
menasihati kan, kami panggil anak itu dan kami
nasihati di ruang konseling. Kalau untuk yang
kelompok ini biasanya kami berikan saat kajian atau
ceramah yang dilaksanakan seminggu dua kali yaitu
hari Senin dan Jumat setiap pukul 14.00 sampai ashar.
Kami juga memberikan teladan kepada anak asuh,
karena itu termasuk pendidikan alamiah yaitu
mencontoh dari orang sekitar. Oleh sebab itu kami
124 Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan Penyuluh Agama, (Jakarta:
1987), hlm.39-40.
125Ibid.,
126Ibid.,
110
berusaha untuk memberikan contoh yang baik,
menjadi teladan yang pantas untuk diikuti. Contohnya
seperti mencontohkan dengan memberi toleransi,
maka anak nantinya akan bisa menahan diri untuk
tidak egois sehingga tidak ada kecemburuan sosial.
Kami beri contoh kata-kata,
'Maaf sayang ini punya adik, nanti kaka akan
diberi lagi sama Allah, ini kasih ke adik. Kaka
sabar dulu ya.'
"Kalau kita selalu beri kata-kata yang bagus,
maka anak akan bisa menahan diri untuk tidak marah,
bisa mengelola emosi, tidak pesimis, dirinya penuh
cinta serta kasih sayang dan mempunyai kekuatan
untuk menjalani hidup walaupun tidak bersama orang
tua mereka."127
2. Segi sasaran yang dihadapi
Adapun dalam metode pembinaan agama dari segi
sasarannya, konsep metode yang dilakukan ialah
dengan bimbingan individual dan kelompok.
Bimbingan individual yaitu pembimbing melakukan
komunikasi secara langsung kepada pihak yang
dibimbing, dapat melalui percakapan pribadi atau
127 Wawancara dengan Dewi Alamsyah, Selaku ketua dan
pembina Yayasan Islam Media Kasih, pada tanggal 11 Maret 2021 14.00
WIB.
111
kunjungan ke rumah.128 Adapun bimbingan kelompok
menurut Faqih yaitu pembimbing memberikan
komunikasi secara kelompok, sasaran yang dihadapi
adalah kelompok. 129 Dalam wawancaranya Ibu
Harsiwi mengungkapkan:
"Pembinaan yang diberikan yaitu dengan
kelompok, seperti kajian bersama-sama yang
diadakan rutin seminggu dua kali yaitu hari Senin dan
Jumat pukul 14.00 sampai ashar di aula. Ada juga
secara individu, biasanya anak yang sedang
bermasalah atau yang mau konsultasi. Kami punya
ruang konseling, anak-anak bisa konsultasi di
sana."130
Pembinaan agama menurut Djamaludin Anchok
adalah membimbing, mengarahkan, atau membangun
nilai-nilai yang sangat penting dan beragama bagi
manusia, yaitu nilai-nilai keagamaan berupa ajaran-
ajaran agama kepada orang lain. Sehingga menjadi
pedoman bagi tingkah laku keagamaan bagi orang
tersebut. Pembinaan agama yaitu proses masukan
seperangkat keyakinan atau keimanan yang dipercayai
128 Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: Universitas Negeri
Malang, 2001), hlm.231.
129Ibid.,
130Wawancara dengan Harsiwi, pengurus Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 14.20 WIB.
112
kebenarannya mengenai segala sesuatu yang berkaitan
dengan ajaran atau paham agama terhadap orang
lain. 131 Berikut merupakan alasan diadakannya
bimbingan agama berdasarkan wawancara dengan
Bapak Abdul Aziz selaku sekretaris yayasan:
"Kami mengadakan pembinaan agama karena
kami berharap anak-anak terbentuk pribadi yang
agamis, dekat dengan al-quran dan berkarakter islami.
Bagi mereka di sini kan tempatnya pembinaan,
harapannya kedepannya anak-anak bisa mandiri, bisa
menjadikan agama sebagai landasan
bermasyarakat."132
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan
beberapa anak asuh di Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang. Tampak bahwa anak asuh sadar dengan
adanya pembinaan agama, pembinaan ini sangat
penting untuk diberikan agar anak asuh dapat
berperilaku sosial sesuai dengan karakter islam yaitu
karakter yang baik. Seperti yang diungkapkan oleh
anak asuh yang bernama Salma Mahdiyah:
131Djamaludin Anchok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet. Ke – 4, hlm. 77.
132 Wawancara dengan Abdul Aziz, pengurus Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 14.00 WIB.
113
"Adanya pembinaan agama, kajian dari Bu Dewi
menurut aku sangat bagus, karena akan memperbaiki
diri kami di sini. Yang tadinya malas tahajud jadi
punya motivasi untuk tahajud apalagi untuk bangun
lebih awal saat tahajud. Terus yang tadinya ga peduli
jadi saling sayang, saling menjaga, saling ngingetin
dan mandiri. Di sini juga jadi bisa mengelola emosi,
ga egois dan ga mikirin diri sendiri, semua saling
sama-sama."133
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pihak yang
terlibat di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang,
memahami akan pentingnya pembinaan agama, baik
dari pengurus yayasan dan juga anak asuh di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang.
B. Gambaran Perilaku Sosial Anak di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang
Menurut Hurlock, perilaku sosial menunjukkan
kemampuan untuk menjadi orang yang bermasyarakat.
Lebih lanjut lagi, perilaku sosial adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan perilaku umum
yang ditunjukkan oleh individu dalam masyarakat,
yang pada dasarnya sebagai respons terhadap apa yang
dianggap dapat diterima atau tidak dapat diterima oleh
133 Wawancara dengan Salma Mahdiyah, anak asuh Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 15.00 WIB.
114
kelompok sebaya seseorang. 134 Perilaku tersebut
ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap,
keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang
lain. Perilaku sosial adalah aktifitas fisik dan psikis
seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam
rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai
dengan tuntutan sosial. 135 Berdasarkan dari hasil
wawancara peneliti dengan anak asuh di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang, penulis dapat
menyimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor dalam
perilaku sosial anak asuh, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah potensi yang memang sudah
ada pada diri individu yang dibawanya sejak lahir.
Menurut Jusuf menyebutkan bahwa faktor internal
yang berpengaruh terhadap perilaku sosial yaitu:
1. Harga Diri
Harga diri (self esteem) yaitu sejauh mana
individu memandang dan menghargai dirinya sendiri,
sehingga ia mampu berinteraksi dan bersosialisasi
dengan lingkungan sosialnya. Harga diri merupakan
hal yang sangat penting dalam hubungan individu
dengan individu lain serta untuk menyesuaikan diri
134 Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm. 261.
135Ibid, hlm. 262.
115
individu.136 Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Etih
dalam wawancaranya:
"Saat itu di sini pernah terjadi ada anak asuh
yang dikucilkan di sekolahnya sampai dia down
karena merasa dari panti. Iya dikucilkan di SMP
nya karena dia dari panti. Pada kejadian itu, saya
bawa dia ke psikolog dan alhamdulillah sekarang
masalah yang pernah terjadi dia jadikan sebagai
motivasi, diambil positifnya sama dia. Dia memang
dibesarkan dari bayi di sini, mungkin saat
pencarian jati diri dia merasa berbeda dengan
yang lain. Tapi sekarang dia malah menjadi anak
yang sangat punya motivasi yang tinggi, mungkin
karena efek diajak ke psikolog secara rutin, jadi dia
berubah secara signifikan. Sekarang bisa
menghargai dirinya dan mampu bersosialisasi,
menerima lingkungannya."137
Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan
bahwa penerimaan diri dan dukungan dari orang
sekitar sangatlah penting, terlebih saat anak sedang
menginjak masa pencarian jati diri. Seseorang yang
136W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: Refika Aditama,
2002), hlm. 154
137 Wawancara dengan Etih Patimah Syihabudin, pengurus
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 15.40
WIB.
116
dapat menghargai dirinya, maka ia mampu
menerima lingkungannya. Seseorang yang
mendapatkan cinta dan dukungan dari orang
sekitarnya, maka ia mudah dalam bersosialisasi.
2. Faktor Eksternal
1. Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama
dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan
menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam
hubungan interaksi dengan kelompoknya.138
"Di sini ada anak asuh dari latar belakang
kelurga yang tidak diharapkan ya, seperti KDRT
dan ada juga dari keluarga yang bercerai. Ya pas
awal-awal masuk mereka terlihat seperti anak yang
kurang perhatian dari orang tuanya. Seperti jorok,
suka ngambil barang temen, emosinya ga ke
kontrol, jadi pribadi yang masing-masing aja,
sampai susah dibilangin. Tapi, kami di sini terus
bina mereka, terlebih Bu Dewi selalu nasihatin saat
kajian 'Kita di sini kelurga, harus saling peduli
harus saling tolong menolong. Karena sekarang
kami adalah keluarga untuk mereka, kami jalankan
tugas selayaknya keluarga. Pokoknya kami terus
138 W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: Refika Aditama,
2002), hlm. 154.
117
nasihatin mereka. Alhamdulillah untuk sekarang
sih mereka banyak yang peka, mau saling
membantu, udah bisa hidup bersih dan ga ngambil
barang temen lagi. Untuk yang sudah besar,
mereka ikut mengasuh adik-adiknya yang masih
kecil di sini."139
Dari hasil wawancara di atas, dapat
disimpulkan bahwa keluarga sangat berperan
penting dalam pembentukan kepribadian manusia.
Karena keluarga adalah pendidikan pertama dan
utama bagi seorang anak dan orang tua merupakan
guru pertama pada diri anak.
2. Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan
formal yang secara sistematis melaksanakan
program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam
rangka membantu siswa agar mampu mandiri dan
mampu mengembangkan potensinya, baik yang
menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual,
emosional, maupun sosial.140 Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang adalah yayasan yang tidak hanya
mengedepankan anak-anak untuk belajar agama, di
139 Wawancara dengan Heni, pengurus Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 15.00 WIB.
140 W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: Refika Aditama,
2002), hlm. 154.
118
yayasan anak-anak diberi motivasi untuk bisa
berpendidikan tinggi. Seperti yang diungkapkan Ibu
Dewi dari wawancaranya:
"Selain ilmu agama, kami juga membekali
anak-anak ilmu untuk menghadapi dunia. Saya
selalu kasih motivasi, saya bilang ke anak-anak,
sekarang kamu tinggal di sini, sebelum kamu
ngerubah diri kamu, kamu harus ngerubah pola
pikir kamu menjadi positif dan semua karena Allah.
Sehingga di sini banyak anak-anak yang sekolah,
yang sarjana, yang sukses. Yang sudah tidak bisa
masuk sekolah kami pondokan, yang putra di
Cipanas itu punya kita. Yang putri dititipkan ke
pesantren lain karena kami belum punya tapi kita
lagi proses pembangunan di Citayem. Saya katakan
kepada mereka, jangan mentang-mentang dari
panti asuhan terus kalian kumuh tidak
berpendidikan terus memelas, jangan. Mereka kan
memang dititipkan di sini karena keluarganya tidak
mampu dan kurang peduli, ada juga yang anak
jalanan, sehingga perilakunya susah untuk
dikontrol. Tapi sekarang mereka jadi anak-anak
yang hidup seperti umumnya anak-anak lain yang
119
bersekolah, mereka bangkit, semangat dan
sekarang cita-cita mereka besar."141
3. Teman Sebaya
Dalam pergaulannya dengan teman sebaya,
anak dituntut untuk mampu mengikuti apa yang
menjadi aturan dalam kelompok sebayanya. Secara
langsung atau tidak langsung anak akan meniru
perilaku yang dilakukan oleh teman-temannya.
Seperti yang terjadi pada anak asuh di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang, dari wawancara
dengan Ibu Heni didapatkan bahwa:
"Ada juga yang terbawa suasana luar, mereka
kan hampir semua sekolah di luar, mungkin kalo
mereka sekolahnya di yayasan ini mereka ga akan
terkontaminasi dengan dunia luar. Dulu pernah
ada yang merorok mba, setiap pulang sekolah bau
rokok, setiap habis dari luar bau rokok. Kan
memang di sini penghuninya ga boleh merokok.
Tapi insya Allah untuk sekarang mereka sudah
baik-baik saja.142
141 Wawancara dengan Dewi Alamsyah, Selaku ketua dan
pembina Yayasan Islam Media Kasih, pada tanggal 11 Maret 2021 14.00
WIB.
142 Wawancara dengan Heni, pengurus Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 15.00 WIB.
120
4. Media Massa
Media massa berupa perangkat komunikasi
seperti majalah, surat kabar, radio, televisi dan
sebagainya, mempunyai peranan dalam
mengembangkan perilaku sosial anak.143
"Kalau bersosialisasi di sini anak-anak ini
macam-macam, masih ada pengaruh dari luar
seperti youtube, game online, mereka main karena
memang sekarang sekolah online jadi ada
kesempatan dan dari itu ada pengaruhnya. Kalau
bicara itu bebas, kadang juga ada timbul kata-kata
yang tidak diinginkan. Dari kami pun ada teguran
secara langsung dan ada proses pengajaran."144
Selain adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku sosial, ada pula gambaran yang dilihat dari
bentuk dan jenis perilaku sosial145, yaitu:
a. Sifat pemberani. Orang yang memiliki sifat
pemberani secara sosial, biasanya dia suka
mempertahankan dan membela haknya, tidak malu
atau tidak segan melakukan sesuatu perbuatan yang
143 W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: Refika Aditama,
2002), hlm. 154.
144 Wawancara dengan Abdul Aziz, pengurus Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 14.00 WIB.
145 W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: Refika Aditama,
2002), hlm. 154.
121
sesuai norma di masyarakat. Sifat pemberani ini ada
di dalam diri anak asuh Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang, seperti yang diungkapkan oleh Bapak
Amir saat wawancara:
"Anak asuh yang laki-laki ga diam di yayasan
aja, mereka ada kegiatannya di luar, mereka
melakukan dakwah di luar yayasan kalo orang-
orang bilang itu jamaah tabligh. Anak asuh
didampingi oleh saya untuk berdakwah ke rumah-
rumah warga di Cipadu, Larangan, daerah sekitar
sini aja. Dilakukan sebulan sekali dan biasanya
kami nginep sehari semalam di masjid. Saat
berdakwah itu, kami silaturahim ke rumah-rumah
untuk mengajak shalat berjamaah di masjid
terdekat. Tujuan ada kegiatan ini selain untuk
berdakwah meraih ridha Allah dan untuk melatih
keberanian anak-anak juga, berani bicara dan
mengajak masyarakat. Karena kan untuk
menumbuhkan keberanian harus dilatih, ya
dilatihnya salah satunya seperti ini dan
alhamdulillah sejauh ini baik-baik saja dan dapat
diterima oleh masyarakat."146
146Wawancara dengan Amirudin, pengurus Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 16.40 WIB.
122
Dari hasil wawancara bersama Bapak Amir,
dapat disimpulkan bahwa Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang mempunyai cara untuk
membangun perilaku sosial anak asuh, salah
satunya yaitu anak asuh diajak dan diajarkan untuk
berdakwah ke luar yayasan. Kebiasaan berdakwah
ke luar yayasan dan berbaur dengan masyarakat
lambat laun akan membentuk anak yang
mempunyai jiwa pemberani dan tidak malu lagi
untuk berbicara, berpendapat dan bersosialisasi
dengan masyarakat.
b. Sifat patuh. Orang yang mempunyai sifat
patuh ditunjukkan dengan perilaku kurang tegas
dalam bertindak, tidak suka memberi perintah dan
tidak berorientasi kepada kekuatan dan kekerasan.
Dari hasil wawancara bersama salah satu anak asuh
yaitu Zahra, ia mempunyai sifat patuh, yaitu:
"Aku umurnya 13 tahun, di sini ada yang
kakak-kakak juga. Ya di sini suka ada marahnya
juga, kaya aku disuruh-suruh buat piket padahal
aku udah piket, tapi aku nurut aja setiap disuruh
nyapu. Kalo lagi nyuruh gitu, aku ngelaksanain aja
dan diem aja ga jawab apa-apa karena takut
berantem. Tapi dengan kejadian itu aku baik-baik
aja ga ada perasaan dimusuhin atau yang lain
hubungan aku sama temen-temen di sini baik-baik
123
aja, kalo ada masalah ga sampe lama, langsung
diselesain ga sampai bermusuhan."147
Dari keterangan di atas, dapat dinilai bahwa
sifat patuh diperlukan untuk menghindari konflik
dan hubungan yang kurang baik, selama individu
tersebut masih menerima dari tindakan yang
didapatkannya dan tidak menimbulkan efek yang
memengaruhi mentalnya.
c. Sifat inisiatif secara sosial. Sifat inisiatif
biasanya suka mengorganisasi kelompok, tidak
suka mempersoalkan latar belakang, suka memberi
masukan atau saran-saran dalam berbagai
pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih
kepemimpinan. Seperti yang diungkapkan oleh
narasumber yaitu Rina salah satu anak asuh di
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang:
"Di sini kan ada jadwal piket, yang tugas piket
ini biasanya bangunin temen-temen untuk shalat
tahajud. Untuk aku biasanya walaupun bukan
jadwal piket, suka ikut bangunin koordinir mereka.
Kami di sini sudah seperti keluarga, jadi kalau ada
apa-apa ya saling aja, begitupun kalau ada
147Wawancara dengan Maulida Tuh Zahra, anak asuh Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 17.20 WIB.
124
masalah saling memaafkan dan saling memberi
saran ga ada rasa canggung."148
Dari pernyataan Rina, dapat disimpulkan
bahwa ia mempunyai sifat inisiatif yaitu
membangunkan teman-temannya untuk shalat
tahajud. Bagi Rina penghuni di yayasan sudah
seperti keluarganya sendiri. Saling menolong,
menghargai dan memberi nasihat adalah bentuk
kepeduliannya.
d. Sifat mandiri. Orang yang memiliki sifat
mandiri biasanya membuat segala sesuatunya
dilakukan oleh dirinya sendiri, seperti membuat
rencana sendiri, melakukan sesuatu dengan cara-
cara sendiri dan secara emosional cukup stabil.
Seperti yang diungkapkan oleh pemilik yayasan
yaitu Ibu Dewi:
"Alhamdulillah anak-anak di sini mandiri,
khususnya yang sudah besar-besar. Mereka
mencari kampus, mencari beasiswa sendiri. Tahun
kemarin ada 7 anak yang keterima masuk kuliah
dan alhamdulillah semuanya dapat beasiswa. Itu
148Wawancara dengan Rina Kartika, anak asuh Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 14.00 WIB.
125
dari jerih payah, usaha, dan pikiran optimis
mereka tentunya atas kehendak Allah."149
Dari kesimpulan di atas, adanya dukungan dari
orang terdekat dapat membentuk sifat mandiri anak
asuh. Anak asuh di Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang sudah terbiasa mempersiapkan
pendidikan untuk dirinya serta selalu melibatkan
Allah disetiap keputusannya, mereka mencari
beasiswa dan berhasil lolos. Mereka lakukan ini
untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan
tentunya tidak melupakan surga.
Adapun kecenderungan perilaku dalam hubungan
sosial pada anak asuh di Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang, yaitu:150
1. Suka bergaul. Orang yang suka bergaul
biasanya memiliki hubungan sosial yang baik dan
senang bersama orang lain. Sifat suka bergaul ini
dimiliki pada salah satu anak asuh di Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang, dalam wawancaranya
Zahra mengungkapkan:
149 Wawancara dengan Dewi Alamsyah, Selaku ketua dan
pembina Yayasan Islam Media Kasih, pada tanggal 11 Maret 2021 14.00
WIB.
150 W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: Refika Aditama,
2002), hlm. 152.
126
"Aku senang di sini, nyaman sama semuanya. Di
sini aku punya banyak sahabat, aku deket sama
anak-anak di sini, kami saling menolong."151
Dari pernyataan Zahra di atas dan dari hasil
penulis bertanya kepada beberapa anak asuh di
yayasan yang menyatakan bahwa teman terdekat
mereka adalah Zahra, membuktikan bahwa Zahra
merupakan anak yang suka bergaul dengan siapa
saja.
2. Sifat ramah. Orang yang ramah biasanya
periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang, dan
suka bersosialisasi. Salma adalah anak yang terbuka,
ramah dan mempunyai motivasi yang tinggi.
Terlihat ketika sedang diwawancarai, sebagai
berikut:
"Aku suka banget belajar, aku kangen sekolah.
Setelah lulus SD aku mau masuk pesantren, setelah
itu lanjut SMA dan kuliah sampai S3."152
3. Simpatik. Orang yang memiliki sifat simpatik
biasanya peduli terhadap perasaan dan keinginan
151Wawancara dengan Maulida Tuh Zahra, anak asuh Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 17.20 WIB.
152 Wawancara dengan Salma Mahdiyah, anak asuh Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 15.00 WIB.
127
orang lain dan murah hati. Seperti pernyataan Rina
salah satu anak asuh di yayasan, yaitu:
"Di sini banyak yang latar belakangnya
berbeda, tapi kita saling menolong, saling peduli
dan menasihati serta menyemangati."153
Rina adalah anak asuh yang memiliki rasa simpati,
selain dari jawaban yang diberikan oleh Rina, tapi
dilihat juga saat kunjungan selanjutnya penulis ke
yayasan, saat itu Rina sedang menemani temannya
yang sedang sakit.154
Kecenderungan perilaku ekspresif pada anak asuh
di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, yaitu:155
a. Sifat tidak suka bersaing. Orang yang tidak
suka bersaing dia menganggap hubungan sosial
untuk persahabatan, tujuannya adalah kebersamaan.
Seperti yang diungkapkan oleh Zahra salah satu
anak asuh di yayasan:
"Aku di sini sama temen-temen hubungannya
baik-baik aja, kita bareng-bareng saling bantu
udah kaya keluarga."156
153Wawancara dengan Rina Kartika, anak asuh Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 14.00 WIB.
154Observasi penulis, tanggal 9 Maret 2021.
155 W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: Refika Aditama,
2002), hlm. 152.
128
Dari pernyataan Zahra di atas, dapat
disimpulkan bahwa hubungan dia dengan teman-
teman tidak ada masalah. Mereka hidup bersama
layaknya keluarga walaupun berbeda latar belakang.
Penulis menyimpulkan ini selain dari jawaban yang
diberikan oleh Zahra, tapi dilihat dari ekspresi
wajahnya yang berseri.
b. Sifat tidak agresif. Orang yang tidak agresif
biasanya menyukai ketenangan, patuh terhadap
aturan dan suka suasana persahabatan. Hampir
semua anak asuk di Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang adalah anak-anak yang menyukai
persahabat. Seperti yang dilihat oleh penulis saat
observasi, dilihat anak-anak asuh saling berbagi
makanan dan menunjukkan mainannya. Penulis
melihat juga anak asuh yang membuang sampah
pada tempatnya. Anak asuh yang diwawancarai
oleh penulis adalah anak-anak yang taat pada
peraturan yayasan, hal ini terlihat saat wawancara
sedang berlangsung dan berkumandang adzan ashar
mereka mengajak untuk shalat berjamaah terlebih
dahulu.157
156Wawancara dengan Maulida Tuh Zahra, anak asuh Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang, pada tanggal 2 Maret 2021 17.20 WIB.
157Observasi penulis, tanggal 2 Maret 2021.
129
BAB VI
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian di Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang tentang pembinaan agama dalam pembentukan
perilaku sosial anak adalah bentuk perubahan perilaku sosial
anak asuh di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang setelah
mendapat pembinaan agama, yaitu: 1). Mampu bersosialisasi,
walaupun dari latar belakang yang berbeda-beda, tapi mereka
mampu untuk bersosialisasi dan saling menolong. 2). Patuh
terhadap aturan, anak asuh menjalankan peraturan yang ada di
yayasan salah satunya jadwal piket. 3). Mandiri, anak asuh
yang ingin memasuki perguruan tinggi mengurus segala
keperluan akademiknya sendiri termasuk pendaftaran
beasiswa. 4). Simpatik, anak asuh memiliki jiwa penolong
yang besar, mereka saling berbagi dan menolong walaupun
berbeda latar belakang.
Dengan demikian indikator keberhasilan penerapan
program pembinaan agama oleh lembaga penelitian dapat
dilihat dari peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan
perilaku menjadi lebih baik, kedisiplinan beribadah dan
mampu bersosialisasi.
Metode pembinaan agama yang digunakan oleh
pimpinan Yayasan Islam Media Kasih Tangerang yaitu
metode ceramah dan demonstrasi atau percontohan, dengan
130
segi sasaran yang dihadapi menggunakan konsep metode
pembinaan individual dan kelompok. Pembinaan individual
dilakukan jika ada anak yang konsul atau terkena masalah
maka akan dipanggil ke ruang konseling dan untuk
pembinaan kelompok yang diberikan oleh pimpinan Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang yaitu kajian yang dilakukan
seminggu dua kali, yaitu setiap hari Senin dan Jumat pukul
14.00 sampai 15.30 WIB di aula yayasan. Kelebihan dari
metode ceramah adalah pembina menyampaikan materi sesuai
dengan persiapan pembina, sedangkan kelemahannya dalah
anak asuh hanya terfokus pada penyampaian materi sehingga
anak asuh pasif.
Metode percontohan pengurus melalukannya dalam
kegiatan sehari-hari, seperti mencontohkan berperilaku,
berbicara dan berpikir positif serta penuh motivasi. Kelebihan
dari metode percontohan adalah pengurus dapat menjadi
teladan dan anak asuh dapat meniru sesuai dengan apa yang
dilakukan pengurus, sedangkan kelemahannya adalah tidak
menutup kemungkinan ada perilaku pengurus yang kurang
baik dan akan dicontoh oleh anak asuh.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini menjadi gambaran nyata bahwa
pembinaan agama sangat penting bagi anak asuh di Yayasan
Islam Media Kasih Tangerang. Terbukti dengan adanya
perubahan perilaku sosial setelah mengikuti pembinaan
agama, seperti mudah bersosialisasi, mempunyai motivasi
131
yang tinggi, rasa simpatik yang semakin besar dan patuh
terhadap aturan. Walaupun ada beberapa anak asuh yang
belum mentaati aturan, tetapi pengurus tetap rutin
memberikan nasihat dan pembinaan. Selain itu, anak asuh di
yayasan dibina untuk menciptakan rasa kepedulian, solidaritas,
optimis dan menghargai satu sama lainnya. Dengan demikian,
anak asuh dapat mengaplikasikan perilaku tersebut di luar
yayasan seperti berdakwah ke masyarakat Cipadu. Agar
terciptanya generasi-generasi muda dengan jiwa sosial yang
tinggi dan agamis. Karena bila anak asuh tidak memiliki
perilaku sosial tersebut, maka ke depannya akan sulit
menerima dirinya sendiri, menerima lingkungan dan
mengembangkan dirinya.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, yang dilaksanakan di
Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, peneliti memberikan
saran kepada pihak-pihak terkait, yaitu:
1. Yayasan Islam Media Kasih Tangerang, harus lebih
memperhatikan lagi anak asuh ketika berperilaku sosial di
lingkungan yayasan ataupun di lingkungan masyarakat.
Karena semakin banyak anak asuh yang memiliki perilaku
sosial yang baik, maka akan memberi banyak manfaat bagi
orang di sekitarnya.
2. Bagi anak asuh di Yayasan Islam Media Kasih Tangerang,
lebih membangun kekeluargaan di yayasan, berperilaku sosial
yang baik dengan teman-teman di yayasan walaupun berbeda-
132
beda latar belakang.
3. Diharapkan dapat menjadikan mahasiswa/i Bimbingan dan
Penyuluhan Islam lebih memahami perilaku sosial yang baik.
Semakin banyaknya pembelajaran atau pembinaan yang dapat
membentuk perilaku sosial yang sesuai dengan norma
masyarakat dan agama, semakin banyak juga generasi-
generasi muda yang memiliki perilaku sosial yang baik dan
dapat memberi manfaat bagi orang lain.
133
DAFTAR PUSTAKA
Asrori, Muhammad. 2008. Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik. (Jakarta: PT. Bumi Aksara).
Anselm Strauss, Juliet Corbin. 2007. Dasar-dasar Penelitian
Kuantitatif. (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset).
Albi Anggito dan Johan Setiawan. 2018. Metodologi
Penelitian Kualitatif. (Sukabumi: CV Jejak).
Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta).
Arifin, M. 1985. Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan
dan Penyuluhan Agama. (Jakarta: Bulan Bintang).
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Press).
Ardani, Muhammad. 2005. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT.
Mitra Cahaya Utama).
Asmara As. 1992. Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada).
Akh. Muwafik Saleh. 2012. Membangun Karakter dengan
Hati Nurani. (Jakarta: Erlangga)
134
Al Hafizd Ibnu Hadjar Al Asqalani. 2002. Bululughul Maram,
terj. Hamim Thohari Ibnu M. Dailimi. (Jakarta: Al Birr).
Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif.
(Jakarta: Kencana).
Departemen Agama Republik Indonesia. 1983. Pola
Pembinaan Mahasiswa IAIN. (Jakarta: Direktorat Pembina-
pembina Perguruan Tinggi Agama Islam)
Djamaludin Anchok dan Fuat Nashori Suroso. 2001.
Psikologi Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).
Departemen Agama RI Direktorat Jendral. 1987. Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Panduan Penyuluh
Agama. (Jakarta)
Daud Ali, Muhammad. 2000. Pendidikan Agama Islam.
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1989).
Damaiyanti, Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam
Praktik Keperawatan. (Bandung : PT. Refika Aditama).
E. Hassan Saleh. 2000. Study Islam Diperguruan Tinggi
Pembinaan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan. (Jakarta:
ISTN).
135
Fuad Abdul Baqi, Muhammad. 2012. Kumpulan Hadits
Shahih Bukhari Muslim, terj. Al-Lu'lu' wal Marjan.
(Semarang: Pustaka Nuun).
Hermawan, Iwan. 2019. Metodologi Penelitian Pendidikan
(Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed Method). (Kuningan:
Hidayatul Quran Kuningan).
Helaluddin & Hengki Wijaya. 2019. Analisis Data Kualitatif:
Sebuah Tinjauan Teori dan Praktik. (Sekolah Tinggi
Theologia Jaffary).
Helmy, Masdar. 2001. Peranan Dakwah dalam Pembinaan
Umat. (Semarang: IAIN Semarang).
Hurlock. 2003. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. (Jakarta: Erlangga).
Havighurst, Robert J. 1961. Human Development and
Education. (New York: David Mckay Company).
Ibrahim, Rusli. 2001. Landasan Psikologi Pendidikan
Jasmani di Sekolah Dasar. (Jakarta: Dirjen Olahraga
Depdiknas).
Irawan, Prasetyo. Metode Penelitian. (Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka)
Jumhur dan Moh. Suryo. 1987. Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah. (Bandung: CV Ilmu).
136
Kementrian Agama RI. 2015. Al Qur'an Terjemahan.
(Bandung: CV Darus Sunnah).
Kementrian Agama RI. 2013. Al-Qur'an Terjemahan. (Jakarta:
PT. Insan Media Pustaka).
Latif, Abdul. 2009. Pendidikan Berbasis Nilai Kemanusiaan.
(Bandung: Refika Aditama).
Lexy J. Moleong. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif.
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya).
Latipun. 2001. Psikologi Konseling. (Malang: Universitas
Negeri Malang).
M. Razak. 1987. Dinul Islam. (Bandung: Al-Ma'arif)
Mujib, Abdul. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta:
Kencana)
Masy'ari, Anwar. 1993. Butir-Butir Problematika Dakwah
Islamiyah. (Surabaya : Bina Ilmu).
Mardikanto, Totok. 2010. Komunikasi Pembangunan Acuan
bagi Akademisi, Praktisi, dan Peminat Komunikasi
Pembangunan. (Surakarta: UNS Press).
Nata, Abuddin. 2006. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada).
137
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. 2013.
(Jakarta: PT. Rineka Cipta).
Nasution, Harun. 1994. Ensiklopedi Islam Indonesia. (Jakarta:
Djambatan).
Nurokhi, Miftahly. 2017. Instan Hypnosis. (Pelatihan
Hypnosis Level 1).
Partini Suardiman, Siti. 1988. Psikologi Pendidikan Studing.
( Yogyakarta: Andi Offset).
Proyek Penerangan Khutbah Agama.Pembinaan Rohani pada
Dharma Wanita. (Jakarta: DEPAG).
Rahim Faqih, Ainur. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam
Islam. (Yogyakarta: UII Press).
Rif'ani, Kholish. 2015. Dasyatnya Mendidik Anak Gaya
Rasulullah. (Yogyakarta: Semesta Hikmah).
Rivai, Veithzal. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi. (Jakarta: Rajawali Press).
Rahman Saleh, Abdul. 2009. Psikologi; Suatu Pengantar
dalam Perspektif Islam. (Jakarta: Kencana).
Suryana, Toto. 1997. Pendidikan Agama Islam Untuk
Perguruan Tinggi. (Bandung: Tiga Mutiara).
138
Sjarkawi. 2009. Pembentukan Kepribadian Anak; Peran
Moral Intelektual, Emosional dan Sosial sebagai Wujud
Integritas Membangun Jati Diri. (Jakarta: PT. Bumi Aksara).
Supardan, Dadang. 2009. Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah
Kajian Pendekatan Struktural. (Jakarta: Bumi Aksara).
Syani, Abdul. 2007. Sosiologi (Sistematika, Teori dan
Terapan). (Jakarta: Bumi Aksara).
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif,
dan R&D. (Bandung: Alfabeta).
Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah
Dasar, Metode dan Teknik. (Bandung: Tarsito).
Syamsudin Abin, Makmun. 2000. Psikologi Kependidikan
Perangkat Sistem Pengajaran Modul. (Bandung: Remaja
Rosda Karya).
Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam.
(Surabaya: Al-Ikhlas).
Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. (Jakarta: Balai Pustaka).
UU Peradilan Anak. 1997. (Jakarta: Sinar Grafika).
139
Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum.
(Yogyakarta: Andi Yogyakarta).
W. Sarwono, Sarlito. 2009. Pengantar Psikologi Umum.
(Jakarta: Rajawali Press)
W.A Gerungan. 2002. Psikologi Sosial. (Jakarta: Refika
Aditama).
Yusuf, Muri. 1982. Pengantar Ilmu Pendidikan. (Jakarta:
Ghalia Indonesia).
Zuhairi. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam.
(Surabaya: Usaha Nasional).
WEBSITE
Etika Rahmawati. 2018. "Peralihan Agama dan Akibat
Hukumnya", Iqtisad, Vol. 5 No. 1.
Https://majalahpendidikan.com/definisi-aqidah-terlengkap/
diakses 10 November 2020
Hervira Alifiani P., Jurnal, Tingkat Sarjana bidang Senirupa
dan Desain No. 1, (Bandung: ITB).
Irwandi. Pengembangan Life Skill Penghuni Panti Asuhan At-
Taqwa Muhammadiyah Kenagarian Koto Rambatan
Kabupaten Tanah Datar, Jurnal.
140
Observasi Penulis dan Wawancara Pribadi dengan Abdul Aziz.
Pengurus Yayasan Islam Media Kasih Tangerang. (Tangerang,
7 Juni 2020).
Observasi Penulis dan Wawancara Pribadi dengan Abdul Aziz,
Harsiwi, Heni, Etih, dan Amir. Pengurus Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang. (Tangerang, 2 Maret 2021).
Observasi Penulis dan Wawancara Pribadi dengan Salma,
Rina dan Zahra. Anak Asuh Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang. (Tangerang , 2 Oktober 2021).
Observasi Penulis dan Wawancara Pribadi dengan Dewi
Pudjiati Alamsyah. Pimpinan Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang. (Tangerang, 11 Maret 2021).
Profil Yayasan Islam Media Kasih Tangerang.
https://mediakasih.com/tentang. Diakses pada tanggal 13
Desember 2020.
Setyawan, David. Anak Terlantar.
https://www.kpai.go.id/berita/kpai-pemerintah-harus-jamin-
perlindungan-sosial-anak-terlantar. Diakses pada 9 September
2020.
Siti Nur Uswatun Hasanah. 2018. Definisi Anak Dalam
PerspektifIslam. http:/kd-tasikmalaya.upi.edu/artikel_definisi-
anak-dalam-perspektif-islam. Diakses pada 16 Desember
2020.
141
SKRIPSI DAN JURNAL
Dhiyauddin Abdul Choir, M. 2016. Skripsi.Pembinaan Anak
Asuh dalam Pembentukan Perilaku Sosial di Panti Asuhan
Daarul Hikmah Borobudur Kabupaten Magelang.
Yogyakarta: Program Studi Sosiologi Agama Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Izawati, Sri. 2011. Skripsi. Hubungan antara Pembinaan
Akhlak dengan Perilaku Sosial Anak di Panti Asuhan As-
Shohwah Kecamatan Tampan Pekanbaru. Riau: Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim.
Kristiani, Melia. 2016. Skripsi. Hubungan Pola Pembinaan
dengan Perilaku Sosial Anak di Panti Asuhan Filadelfia
Kabupaten Boyolali. Surabaya: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya.
Nisrima, Siti. 2016. Jurnal. Pembinaan Perilaku Sosial
Remaja Penghuni Yayasan Islam Media Kasih Kota Banda
Aceh. Aceh: Universitas Unsyiah.
Sudaryanto, M. 2019. Skripsi. Pembinaan Anak Asuh
Terhadap Pembentukan Perilaku Sosial Keagamaan di Panti
Asuhan Peduli Harapan Bangsa di Bandar Lampung.
142
Lampung: Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Susanto, Radi. 2019. Skripsi. Perilaku Sosial Remaja di
Kelurahan Lubuk Durian Kecamatan Kerkap Kabupaten
Bengkulu Utara. Bengkulu: Program Studi Bimbingan dan
Konseling Islam Institut Agama Islam Negeri Bengkulu.
Pembinaan Agama dalam Pembentukan Perilaku Sosial
Anak di Yayasan Media Kasih Tangerang
Wawancara diajukan kepada pengurus di Yayasan Media
Kasih Tangerang
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Tempat Wawancara :
Pertanyaan :
1. Apa tujuan dilaksanakan pembinaan agama di Yayasan
Media Kasih Tangerang?
2. Apa saja materi pembinaan agama yang diberikan di
Yayasan Media Kasih Tangerang?
3. Apa saja metode yang digunakan dalam menyampaikan
materi tersebut?
4. Apa media yang digunakan saat pembinaan agama?
5. Berdasarkan pengamatan Ustaz atau Ustazah, bagaimana
perilaku anak asuh di Yayasan Media Kasih Tangerang?
6. Apa faktor yang memengaruhi perilaku tersebut?
7. Bagaimana perilaku tersebut dapat membentuk anak asuh
di Yayasan Media Kasih Tangerang?
8. Bagaimana proses perubahan perilaku anak asuh sebelum
dan sesudah mendapatkan pembinaan agama?
Pembinaan Agama dalam Pembentukan Perilaku Sosial
Anak di Yayasan Media Kasih Tangerang
Wawancara diajukan kepada anak asuh di Yayasan Media
Kasih Tangerang
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Tempat Wawancara :
Pertanyaan :
1. Apa saja kegiatan agama di Yayasan Media Kasih
Tangerang?
2. Bagaimana menurutmu penyampaian materi agama tersebut?
3. Apakah kamu memahami materi yang disampaikan?
4. Apakah cara Ustazah menyampaikan materi tersebut
menyenangkan?
5. Bagaimana interaksimu dengan teman-teman di Yayasan
Media Kasih Tangerang?
6. Pernahkah kamu mendapatkan teguran atau hukuman? Apa
kesalahan yang pernah kamu lakukan?
7. Menurutmu, mengapa kamu melakukan kesalahan tersebut?
8. Bisakah kamu jelaskan perubahan perilakumu sebelum dan
sesudah mendapatkan materi agama di sini?
HASIL WAWANCARA
Wawancara diajukan kepada pengurus di Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang
Nama : Dewi Pudjiati
Usia : 66 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang
Tempat Wawancara : Ruang tamu Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang
Jawaban :
1. Apa tujuan dilaksanakan pembinaan agama di Yayasan
Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Dasar dari kehidupan ini adalah agama. Karena
agama sudah menjadi pondasi dari segalanya. Tentunya kami
mengajarkan agama itu supaya anak besar dengan akidah,
bernafaskan Islam, segala sesuatunya melibatkan Allah dalam
perbuatannya, kegiatannya, pokoknya saya hanya menerapkan
kepada anak-anak ini bahwasannya kita ini dalam genggaman
Allah karena kita harus mengikuti aturan main Allah, itu
dasarnya. Jadi untuk mendapatkan dunia bahagia akhirat
surga itu harus menjalankan kehidupan ini selaras dengan
kehendak Allah, itu yang saya terapkan ke anak-anak. Karena
kan mereka ini anak-anak yang terlepas dari orang tua nya
tidak besar dengan orang tuanya. Tentunya saya harus dari
awal sudah mengajak mereka bahwa hidup itu untuk Allah
maka kalian akan bahagia. Itulah kekuatan kita dalam
menjalankan kehidupan ini adalah dengan menjalankan
kehidupan ini selaras dengan aturan main Allah, selaras
dengan kehendak Allah, tidak keluar dari koridor Allah, hidup
untuk Allah niscaya bisa mendapatkan dunia bahagia akhirat
surga. Jadi agama di sini wajib semua yang disukai Allah kita
terapkan di sini. Karena mereka yang ada di sini tidak besar
dari keluarga normal tapi tinggal di panti asuhan dan anak-
anak harus bisa membuktikan kepada dunia bahwa walaupun
kalian tinggal di panti asuhan kalian bisa sukses dunia akhirat.
Karena itu yang tidak pondasinya tidak dengan agama maka
tidak akan mendapatkan itu. Karena hanya dengan mengingat
Allah hati menjadi tentram. Jadi tujuan diadakan pembinaan
agama agar anak asuh berpikir positif dan selalu libatkan
Allah dalam setiap kehidupan serta tidak meninggalkan dunia
dan tidak melupakan surga.
2. Apa saja materi pembinaan agama yang diberikan di
Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Materi saya itu adalah saya suka membaca, hobi
saya itu membaca jadi itulah yang saya sampaikan. Saya
bukan backgroud pesantren, tapi karena saya suka membaca
jadi saya dapat pegangan. Karena dalam Al Quran pun
mengatakan, "Barangsiapa yang berpegang pada buhul yang
kokoh maka di akhirat akan mendapat balasan" QS. Lukman
ayat 22. Kalau sudah berpegang pada buhul yang kokoh, kita
tidak perlu bingung. Mau anak asuh saya 100 atau 200 ga
perlu bingung, ada Allah. Dan itu saya terapkan kepada anak-
anak, tidak ada yang tidak mungkin jika kamu mempunyai
niat nanti Allah yang berkehendak. Jangan putus asa dengan
rahmat Allah. Yang saya terapkan kepada anak-anak adalah
jangan putus asa pada rahmat Allah. Jadi ga ada yang ga bisa,
jadi buat apa adakun fayakun, laa haula wala quwwata illa
billah, hasbunallah wa nikmal wakil, buat apa ada kalimat
kalimat Allah yang begitu indah kalau kita tidak yakin pada
Allah. Jadi anak-anak di sini yang menjadi sarjana ada lebih
dari 20, karena saya selalu menerapkan pada mereka, pada
saat kamu punya niat yang baik bikin impian dan itu akan
menjadi magnet kamu mendapatkannya. Sepanjang kita
percaya dan yakin kepada yang di atas, semua Allah yang
menakdirkan. Sumber buku yang saya gunakan cukup banyak,
saya ga inget apa saja judulnya karena saya sudah tua.
3. Apa saja metode yang digunakan dalam menyampaikan
materi tersebut?
Jawaban: Metode pembinaan agama dalam membentuk
perilaku sosial anak asuh di yayasan ini adanya suatu nasihat
secara individu dan kelompok. Untuk individu ini biasanya
dilakukan secara tertutup hanya dengan yang bersangkutan
saja, karena memang itu adab menasihati kan, kami panggil
anak itu dan kami nasihati di ruang konseling. Kalau untuk
yang kelompok ini biasanya kami berikan saat kajian atau
ceramah yang dilaksanakan seminggu dua kali yaitu hari
Senin dan Jumat setiap pukul 14.00 sampai ashar. Kami juga
memberikan teladan kepada anak asuh, karena itu termasuk
pendidikan alamiah yaitu mencontoh dari orang sekitar. Oleh
sebab itu kami berusaha untuk memberikan contoh yang baik,
menjadi teladan yang pantas untuk diikuti. Contohnya seperti
mencontohkan dengan memberi toleransi, maka anak nantinya
akan bisa menahan diri untuk tidak egois sehingga tidak ada
kecemburuan sosial. Kami beri contoh kata-kata, "Maaf
sayang ini punya adik, nanti kaka akan diberi lagi sama Allah,
ini kasih ke adik. Kaka sabar dulu ya." Kalau kita selalu beri
kata-kata yang bagus, maka anak akan bisa menahan diri
untuk tidak marah, bisa mengelola emosi, tidak pesimis,
dirinya penuh cinta serta kasih sayang dan mempunyai
kekuatan untuk menjalani hidup walaupun tidak bersama
orang tua mereka.
4. Apa media yang digunakan saat pembinaan agama?
Jawaban: Media yang digunakan di sini ya buku saja mba.
5. Berdasarkan pengamatan Ustazah, bagaimana perilaku
anak asuh di Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Sekarang perilaku sosial mereka baik-baik aja mba,
sudah bisa mengontrol emosi dengan baik, ga jorok lagi, dan
lebih simpatik saling menolong walaupun latar belakang
berbeda-beda.
6. Apa faktor yang memengaruhi perilaku tersebut?
Jawaban: Faktor mereka berperilaku sosial baik salah satunya
karena mereka mendapatkan pembinaan agama di sini, selain
itu karena dukungan dari kami selaku keluarganya di sini dan
anak-anak asuh yang saling dukung serta memotivasi.
7. Bagaimana perilaku tersebut dapat membentuk anak asuh
di Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Perilaku tersebut bisa terbentuk ya karena
pembinaan secara rutin, terus menerus dilakukan dan dalam
pantauan, jika kurang baik kami tegur. Selain itu kami sama-
sama, saling mendukung saling memotivasi, saling menolong.
Tentunya ada campur tangan Allah.
8. Bagaimana proses perubahan perilaku anak asuh sebelum
dan sesudah mendapatkan pembinaan agama?
Jawaban:
Sebelum dia masuk saya bilang mereka berasal dari
latar belakang yang berbeda sehingga ulahnya itu tidak sesuai
dengan yang saya inginkan. Contohnya makan rebutan,
mengambil hak orang, mencuri, pakai pakaian orang tanpa
ijin, jorok, shalatnya ga dijaga, abis makan ditaro gitu aja.
Saya selalu bilang kepengurus di sini ini peluang pahala.
Yang cewe suka kabur keluar malem, mencuri, menjual
barang yang ada di sini ada yang nangis sampe 5 jam. Saya
bilang sama pengurus kalo ini peluang pahala, kalo semua
anak baik terus dari mana kita dapat pahala, semua itu ujian.
Kita udah shalat, udah ibadah, udah menjalankan perintahnya
semaksimal mungkin terus Allah memberikan ujian begini,
itulah peluang pahala kita mengurus anak-anak. Beda lagi
kalo kita ga pernah menjalankan perintahnya, itu namanya
hukuman bukan ujian.
Saya bilang ke anak-anak menabungnya pundi-pundi
pahala jangan bocor. Bocornya gimana? Bocornya kalo kamu
shalat, kamu udah melakukan perintah Allah tapi kamu
ngomongnya kotor, ghibah, jahatin temennya, kata-katanya ga
dijaga, pake baju temen ga ngomong, itu sama aja kamu
bocorin celengan kamu. Jadi anak-anak ini kami ajak untuk
yakin apapun kalau Allah berkendak itu jadi yang penting kita
punya niat dan dekat dengan Allah. Berdoa, karena doa itu
dasyat, dasyat bagi orang yang bertakwa dan yakin. Setelah
mereka mendapatkan pembinaan mereka berubah walaupun
tidak maksimal. Pasti ada kenakalan-kenakalan namanya
manusia, tapi kami tidak berputus asa. Jika ada kenakalan-
kenakalan kita sediakan ruang konseling.
Saya katakan pada anak-anak, jika kamu mau tetap
jadi anak ibu maka ikuti aturan di sini, setiap tempat ada
regulasinya di mana pun itu di setiap negara pun ada
begitupun panti di sini yang harus diikuti. Jika tidak bisa,
silahkan kamu tentukan pilihan kamu. Tapi jika dia bilang iya
bu saya akan berubah, maka akan kami maafkan dan kami
takkan pernah mengungkit-ungkit masalah dia lagi, karena
kami berharap dia jadi baik karena janjinya jadi tidak ada
mengorek kesalahan. Selain itu saya selalu bilang ke anak-
anak untuk ubah pola pikir, menjadi baik. Jika pola pikirnya
masih sama seperti sebelum kamu di sini maka kamu akan
tetap seperti kamu yang di luar sana, tapi cobalah ubah pola
pikir menjadi positif bahwa Allah akan menolong kita.Kami
pun tidak ada bosan-bosannya mengingatkan terus menerus,
karena tadi kan itu peluang pahala.Sekarang alhamdulillah
banyak yang sarjana, banyak yang sukses yang sudah
menikah, kemarin kami habis nikahin. Yang satu dari Aceh
kuliah D3 apoteker diurus sejak masuk kelas 2 SD, di Aceh
dia korban tsunami, terus yang satunya dari panti sini
Tangerang dia S1 finance, pagi dia kuliah, malam dia kerja
freelance. Jadi begitu hidup ada tujuan, tujuannya dunia
bahagia akhirat surga. Saya bilang ke mereka ibu tuh ngasih
tau bukan karena ibu pinter tapi karena ibu pengalaman,
pengalaman hidup ibu yang ibu kasih tau ke mereka.
Seperti kemarin September terpapar 33 orang covid,
tapi kami berpikir bahwa ini penyakit dari Allah, takdir dari
Allah kita selalu positif, ketetapan Allah itu baik, jadi tenang
aja. Alhamdulillah sembuh semua. Contoh perilaku yang
sudah berubah anak yang awalnya tidak bisa mengontrol
emosi nangis sampe 5 jam sekarang udah ga lagi, anak yang
suka mencuri kleptomani sekarang udah ga lagi, anak yang
tadinya narkoba sekarang udah ga lagi, semuanya normal.
Sekarang kondisi dalam keadaan baik. Ujian semua kita jalani,
ini bukan masalah tapi ujian, tantangan dari Allah. Kami
hanya berpikir ini anak sholih ini anak sholihah, semua pasti
anak baik dan begitulah semua seperti itu. Semua memang
tergantung pola pikir dan keyakinan kita karena Allah.
Tahun kemarin 7 anak saya diterima kuliah, terus
mereka bilang "Bu kita gimana kuliah?", saya jawab "Yang
biayai kuliah itu bukan ibu, yang biaya kuliah itu Allah,
bukan ibu, kalo Allah dengan cara apapun Allah bisa.
Sekarang kamu dari awal tahun ini harus meyakini kamu
harus dapet beasiswa, masukin dalam pikiranmu kamu bisa
dapet beasiswa, bidikmisi ataupun yang lainnya, usaha dari
sekarang saya harus dapet beasiswa karena Allah, haqul yakin
kamu harus yakin."Itu yang saya bilang, jadi anak-anak
semangat termotivasi. Hasilnya alhamdulillah ke 7 nya dapat
beasiswa, 5 dari bidikmisi dan 2 dari kampus Ahmad Dahlan.
Jadi semua pikirkan yang baik-baik, semangat yang harus
dibangkitkan. Kami memberikan dorongan yang membuat
mereka percaya diri, dukungan itu membuat dia menghargai
kemampuannya jadi kami ga membuat mereka pesimis.
Kami ajarkan motivasi, kalo kami ajarkan mereka
dengan celaan, maka dia akan jadi anak yang suka memaki.
Coba anak kalau dicela terus dia akan suka maki-maki orang.
Jangan ada cemooh yang membuat dia ga percaya diri.
Dibesarkan dengan kasih sayang, maka dia akan membangun
persahabatan. Makanya namanya Media Kasih, karena kami
di sini menjalankan dengan kasih sayang, dengan cinta. Yang
disini yang sudah jadi kaka-kaka mereka ngurusin bayi yang
terlepas dari orang tuanya dan itu berjalan selama 30 tahun
sampai sekarang. Karena sebenarnya bukan kami yang
merawat mereka, tapi mereka yang merawat saya. Karena
sebenarnya mereka yang membuat saya menjadi sabar,
menjadi ridha, ikhlas. Akhirnya bukan mereka butuh saya tapi
saya butuh mereka. Jadi kami berusaha mereka di sini berada
dalam lingkungan yang baik. Walau terlepas dari orang tua
mereka, tapi mereka hidup dalam cinta dan kasih sayang dan
kelekatan ini harus dijaga dalam kelekatan ini ada emosi jadi
mereka punya rasa percaya diri, aman, dapat kasih sayang jadi
semua yang ada pada dirinya berkembang dan menghasilkan
anak yang berkarakter baik, ini bukan ilmu buku tapi ilmu
kehidupan yang dihadapi langsung. Anak disini berkembang
dengan normal karena kelekatan-kelekatan dari pengurusnya,
sudah seperti anak sendiri.
Wawancara diajukan kepada pengurus di Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang
Nama : Abdul Aziz
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Cipadu, Tangerang
Tempat Wawancara : Ruang tamu Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang
Jawaban :
1. Apa tujuan dilaksanakan pembinaan agama di Yayasan
Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Kami kan sebenernya punya dua tujuan, kalo dari
lembaga kan ada tujuan lembaga ada tujuan pembinaan,
tujuan pembinaannya membentuk pribadi anak-anak yang
beragama, dekat dengan al quran dan berkarakter islami.
Selain itu kami berharap anak-anak bisa, disini kan tempatnya
pembinaan harapnya kedepannya anak-anak bisa mandiri,
mudah bergaul,bermasyarakat bisa menjadikan agama sebagai
landasan bermasyarakat.
2. Apa saja materi pembinaan agama yang diberikan di
Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Materinya kemampuan membaca al quran, disini
juga ada fiqhnya, ada ta'lim muatannya kitab fadhilah amar
dan mutawif al hadist.
3. Apa saja metode yang digunakan dalam menyampaikan
materi tersebut?
Jawaban: Pelajaran secara langsung, kalo untuk ngaji setoran
bada magrib dan subuh. Kalau fiqhnya malam Selasa dan
malam Sabtu, ba'da isya, ada juga kajian setiap Senin dan
Jumat.
4. Apa media yang digunakan saat pembinaan agama?
Jawaban: Kalo kami kan masih terbatas ya, hanya
menggunakan kitab, baca tulis, video jarang sih paling
sesekali pakai video.
5. Berdasarkan pengamatan Ustaz, bagaimana perilaku anak
asuh di Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Kalau untuk prilaku, ya namanya anak-anak sejauh
ini sih belum mencerminkan yang sangat islami itu engga,
tapi kaya ada nilai-nilai yang sudah bisa diterapkan seperti
mengucapkan salam atau berprilaku sopan kepada yang lebih
besar.
6. Apa faktor yang memengaruhi perilaku tersebut?
Jawaban: Kalau berteman memang anak-anak ini macam-
macam, masih ada pengaruh dari luar seperti youtube, game
mereka kadang main masih ada pengaruhnya, kalo sebaya itu
juga masih bebas bicaranya, kadang juga ada timbul kata-kata
yang tidak kita inginkan. Jadi dipengaruhi dari dalem yaitu
media dan dari luar. Dari kami pun ada teguran secara
langsung dan ada proses ngajaran.
7. Bagaimana perilaku tersebut dapat membentuk anak asuh
di Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Perilaku tersebut terbentuk karena ada kesempatan,
seperti pegang hp. Tapi untuk perilaku baiknya terbentuk
karena pembinaan yang rutin dan dipraktikkan.
8. Bagaimana proses perubahan perilaku anak asuh sebelum
dan sesudah mendapatkan pembinaan agama?
Jawaban: Memang anak-anak konsistensinya masih kurang,
masih perlu dikasih tau. Jika dikasih tau mereka ya akan
segera memperbaiki perilakunya, tapi untuk beberapa waktu
kemudian ada lagi hal lain yang muncul tapi dengan rentan
waktu yang agak jauh. Namun, memang setelah kita nasihati
mereka laksanakan dan menurut, ya memang bertahannya
belum permanen. Misal kita tegur buang sampahnya ditempat
sampah karena sebagian dari iman, ya oke beberapa lama
mereka melakukan tapi beberapa kemudian mereka kendor
lagi.Jadi kan disini memang kebanyakan yang dari bayi juga,
jadi pembinaan sepenuhnya disini di rumahnya. Ada beberapa
memang perbedaan kalo dia dari luar itu ada perilaku yang
sudah terbentuk, karena memang kita menerima banyak yang
dari luar ada yang SMP baru masuk dari orang yang
membutuhkan, dari latar belakang yatim atau duafa, biasanya
ada perilaku-perilaku yang selama dia masuk disini kita harap
perilaku itu sudah dihilangkan. Misalkan, biasanya karena di
rumah dimanja kalo di sini dia harus mandiri, kalo di rumah
dia ga mau bergaul kalo disini harus bersama-sama dan tidak
egois. Kalo dari yang bayi memang pembinaan nya sudah
disini sudah melekat dengan aturan sini.
Wawancara diajukan kepada pengurus di Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang
Nama : Harsiwi Endang
Usia : 49 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang
Tempat Wawancara : Ruang tamu Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang
Jawaban :
1. Apa tujuan dilaksanakan pembinaan agama di Yayasan
Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Kita berusaha untuk mereka menjadi anak-anak
yang jujur, percaya dengan Allah. Dari rumah mereka
sebelumnya kan bebas, kita disini berusaha agar anak-anak
teguh dan mengenal agama lebih dalam dan baik semampu
kita disini.
2. Apa saja materi pembinaan agama yang diberikan di
Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Ada pengajian iqro, al Qur'an. Ada kitab kuning,
ada fiqh juga. Kita ada kajian dari Bu Dewi, itu setiap Senin
dan Jumat ba'da dzuhur jam 14.00 sampai ashar. Jadi mereka
belajar muhadoroh belajar untuk berani, setelah itu Bu Dewi
yang ngisi.
3. Apa saja metode yang digunakan dalam menyampaikan
materi tersebut?
Jawaban: Jadi kan disini ada pembinaan al quran juga, yang
iqro-iqro. Terus ada ta'lim. Kajian bersama-sama di aula
setiap Senin dan Jumat jam 14.00 sampe ashar. Kalau ada
masalah suka kumpul, dimusyawarahkan, konsul.
4. Apa media yang digunakan saat pembinaan agama?
Jawaban: Kita langsung sih, dari buku, bedah al quran yang di
sampaikan oleh pembina kami Bu Dewi.
5. Berdasarkan pengamatan Ustazah, bagaimana perilaku
anak asuh di Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Ya namanya kita bukan satu darah bukan satu
keluarga, ada yang baik ada yang beda-bedalah perilakunya.
Ada yang nurut-nurut. Kalo yang besar-besar jarang ada
masalah, ada masalah ya cepat kita selesaikan kita
konselingkan. Kalau memang susah untuk dibina kita
keluarkan surat SP 3, yaitu dikeluarkan.
6. Apa faktor yang memengaruhi perilaku tersebut?
Jawaban: Pergaulan sebelum mereka kesini dan pergaulan
luar, karena mereka sekolah di luar dan handphone karena
sekolahnya sekarang pakai hp. Kita batasin jamnya, kalau
malem kita kumpulin hpnya, tapi ya suka ada yang colong-
colong maen hp terus. Semoga setelah corona selesai hpnya
bisa dijadwalkan lagi.
7. Bagaimana perilaku tersebut dapat membentuk anak asuh
di Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Karena kebiasaan dan kesempatan sih mba, jadi
mereka berperilaku seperti itu.
8. Bagaimana proses perubahan perilaku anak asuh sebelum
dan sesudah mendapatkan pembinaan agama?
Jawaban: Awalnya shalatnya masih bolong-bolong setelah
mendapat pembinaan shalatnya lebih disiplin denger suara
azan langsung shalat. Untuk segi perilaku awalnya ada yang
ga bisa menerima teman, tapi sekarang bisa untuk berkeluarga.
Wawancara diajukan kepada pengurus di Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang
Nama : Heni
Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang
Tempat Wawancara : Ruang tamu Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang
Jawaban :
Bahasan:
1. Apa tujuan dilaksanakan pembinaan agama di Yayasan
Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Tujuannya agar anak-anak lebih baik lagi. Ada yang
dari pedagang asongan, pengamen, bayi-bayi yang
ditinggalkan. Mereka datangnya dari keluarga yang tidak
diharapkan, dari keluarga yang bercerai, kdrt, siraman rohani
itu penting banget biar mereka ga stres dan jalannya tetep
lurus. Ada yang dari kampung kusta, tapi anaknya bagus ga
ada penyakit kulit normal kulitnya, anaknya dititipkan disini
ya untuk memperbaiki ekonomi orang tua, disini sampai ada
yang sudah sarjana.
2. Apa saja materi pembinaan agama yang diberikan di
Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Fiqh, tahsin dan tahfidz,
3. Apa saja metode yang digunakan dalam menyampaikan
materi tersebut?
Jawaban: Tatap langsung kajian, setor bacaan, ceramah dan
percontohan. Acara muhadoroh, masing-masing disini pegang
anak, seperti ibu di rumah ya ngurusin kesehatan, pakaian,
akhlaknya.Kalau lewat media waktu awal corona sempat
lewat zoom kajiannya, tapi sekarang udah biasa ketemu
langsung lagi. Kajian seminggu dua kali putra putri hari Senin
dan Jumat siang kumpul di aula.
4. Apa media yang digunakan saat pembinaan agama?
Jawaban: Kita langsung sih Bu Dewi menyampaikan langsung.
5. Berdasarkan pengamatan Ustazah, bagaimana perilaku
anak asuh di Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Ada yang peka ada yang kurang, tergantung pribadi
masing-masing. Tapi ya selalu dinasihatin saling tolong saat
kajianpun Ibu selalu bilangin harus saling tolong kita ini
keluarga. Untuk yang sudah besar, mereka ikut mengasuh
adik-adiknya yang kecil di sini. Pokoknya nasihat mah terus
istilahnya biar peka dan bernilai pahala.
6. Apa faktor yang memengaruhi perilaku tersebut?
Jawaban: Misal satu anak tanggep yang lain engga, itu
pengaruh hp. Perempuan itu kan sifatnya di kamar, anak-anak
itu kan sukanya main jadi ya mereka ada yang dikamar terus.
Ya faktronya hp.
7. Bagaimana perilaku tersebut dapat membentuk anak asuh
di Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Terbentuk karena kebiasaan mereka dan rasa
nyaman mereka. Seperti nyaman megang hp, mereka seneng
dan keterusan sampai lupa sama orang sekitar.
8. Bagaimana proses perubahan perilaku anak asuh sebelum
dan sesudah mendapatkan pembinaan agama?
Jawaban: Dulu pas awal-awal mereka baru masuk ya banyak
cobaan. Ada yang ngambil barang temen, sampai susah
dibilangin ya kita terus bina. Mereka kan masuk panti karena
keterbatasan biaya dari orang tua, berharap anak-anaknya
lebih baik lagi. Ada juga yang terbawa suasana luar, mereka
kan sekolah diluar ada yang merokok, mungkin kalo mereka
sekolahnya di yayasan ini sekolah di dalem mereka ga akan
terkontaminasi dengan dunia luar karena di sini itu mereka ga
boleh ngrokok. Insya Allah untuk sekarang mereka sudah
baik-baik. Udah engga ngambil barang-barang, udah ga
ngerokok. Selain itu, dulu banyaknya anak itu jarang ada yang
bisa ngaji, sampe ada a ba ta sa pun ga bisa, suka mencuri. Di
sini selain sekolah ada juga anak yang dipondokin. Anak yang
dipondokin ini anak yang memang pas masuk ke sini sudah
besar umur 12 tahun dan sebelumnya ga pernah sekolah, kan
susah kalo sekolah lagi, jadi kami masukin ke pondok yang
penting mereka menuntut ilmu lebih. Setelah mendapatkan
pembinaan mereka pastinya berubah, lebih baik, lebih sopan,
solatnya disiplin semangat, tahajud rutin.
Wawancara diajukan kepada pengurus di Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang
Nama : Amirudin
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Wawancara : Ruang tamu Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang
1. Apa tujuan dilaksanakan pembinaan agama di Yayasan
Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Tujuannya supaya anak-anak bisa baca al quran dan
menghafal, mencari ridha Allah.
2. Apa saja materi pembinaan agama yang diberikan di
Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Malam Sabtu Bulughrul mahram, malam Selasa
fiqh, setiap harinya tahsin al quran, terus ada kegiatan
dakwahnya jadi ga disini aja jadi keluar, kalo orang-orang
bilang itu jamaah tabligh. Kalo anak-anak, sebulan sekali
dakwahnya keluar.
3. Apa saja metode yang digunakan dalam menyampaikan
materi ini?
Jawaban: Saya kan bukan orang berpendidikan. Jadi kalau
menyampaikannya ya secara langsung, pertemuan langsung
dan mengajak anak-anak untuk dekat dengan masyarakat,
dakwah di luar. Selain itu mencontohkan yang baik menurut
agama dan pandangan masyarakat. Seperti shalat tepat waktu
dan buang sampah pada tempatnya.
4. Apa media yang digunakan saat pembinaan agama?
Jawaban: Menyampaikan secara langsung aja.
5. Berdasarkan pengamatan Ustaz, bagaimana perilaku anak
asuh di Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Perilakunya bagus, walaupun dulu ada yang bandel,
ada yang disuruh shalat ga segera, dibagunin shalat ga
bangun-bangun. Sekarang ini tidak ada hal negatif, aman-
aman aja.
6. Apa faktor yang memengaruhi perilaku tersebut?
Jawaban: Faktor lingkungan mereka yang dulu, kan ga
semuanya sama. Ada yang dari jalanan ada juga yang dititipin.
Jadinya faktornya banyak, contohnya karena mereka dari
jalanan yang membentuknya berarti lingkungan mereka
sebelumnya.
7. Bagaimana perilaku tersebut dapat membentuk anak asuh
di Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Terbentuk karena lingkungan dan terus menerus
mereka lalui dan rasakan.
8. Bagaimana proses perubahan perilaku anak asuh sebelum
dan sesudah mendapatkan pembinaan agama?
Jawaban: Ada, beda banget perubahannya. Yang tadinya pas
baru masuk sini, mereka ga shalat sekarang shalat. Yang
tadinya ga bisa mengontrol emosi, sekarang bisa mengontrol
emosinya. Yang tadinya sama yang lain ga akur, ga peduli
sekarang jadi seperti keluarga.
Wawancara diajukan kepada pengurus di Yayasan Islam
Media Kasih Tangerang
Nama : Etih Patimah Syihabudin
Usia : 39 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cipadu, Tangerang
Tempat Wawancara : Ruang tamu Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang
Jawaban :
1. Apa tujuan dilaksanakan pembinaan agama di Yayasan
Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Harapan kita memang untuk menciptakan generasi
yang islami dan ihsan. Supaya anak-anak tidak kehilangan
arah di situasi yang saat ini semakin bebas dan pergaulan
semakin luas.
2. Apa saja materi pembinaan agama yang diberikan di
Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Fiqh, tahsin dan tahfidz ada juga kajian setiap Senin
dan Jumat siang.
3. Apa saja metode yang digunakan dalam menyampaikan
materi ini?
Jawaban: Di sini kami tidak punya metode khusus, masing-
masingpunya treatmennya sendiri, karena pengurus ga cuman
satu. Untuk keseluruhan nasihat-nasihat dari ketua rutin
dilakukan seminggu dua kali, secara tatap langsung. Tapi
untuk treatmen sesuai dengan pengurus yang pegang, karena
kami dibagi beberapa anak jadi ga bisa disamakan antara
pengurus satu dan yang lain.
4. Apa media yang digunakan saat pembinaan agama?
Jawaban: Menggunakan buku dan video.
5. Berdasarkan pengamatan Ustazah, bagaimana perilaku
anak asuh di Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Insya Allah sejauh ini ga ada masalah, semua masih
dalam tahapan wajar. Sekarang ga ada yang di luar kendali.
Cuman untuk sosialisasi ke luar lingkungan panti ada anak
yang punya rasa percaya diri dan tidak percaya diri. Tapi
untuk di dalam panti mereka baik-baik aja.
6. Apa faktor yang memengaruhi perilaku tersebut?
Jawaban: Ada faktornya, salah satunya ada yang merasa
berbeda dari temen yang lain. Ada juga diusia SMP, ini untuk
sosialisasi di luar ya, untuk di luar ada yang sempet ngdown
karena dia merasa dari panti. Kalo sosialisasi di dalam masih
aman aja. Yang sosialisasi di luar ada yang di kucilkan oleh
temennya karena dia dari panti, sempet down dan saya coba
bawa ke psikolog dan alhamdulillah sekarang masalah yang
pernah terjadi dia jadikan sebagai motivasi, diambil positifnya.
Dia memang dibesarkan dari bayi di sini, mungkin saat
pencarian jati diri dia merasa berbeda dari yang lain. Tapi
sekarang dia malah menjadi anak yang sangat punya motivasi
yang tinggi, mungkin karena efek diajak ke psikolog secara
rutin, jadi dia berubah secara signifikan. Sekarang bisa
menerima lingkungan.
7. Bagaimana perilaku tersebut dapat membentuk anak asuh
di Yayasan Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Terbentuk karena lingkungan dan dia tadinya belum
bisa menerima latar belakangnya.
8. Bagaimana proses perubahan perilaku anak asuh sebelum
dan sesudah mendapatkan pembinaan agama?
Jawaban: Itu pasti berubah, sangat. Karena anak-anak di sini
latar belakangnya berbeda, ada yang dari jalanan di mana dia
tidak tau shalat tidak tau aturan bahkan di usia yang
seharusnya dia sudah mengerti dia belum paham. Karena kan
di sini tidak semuanya diurus dari bayi, banyak yang memang
tadinya dari lingkungan padat seperti itu lah yang mungkin di
rumahnya tidak menikmati pendidikan. Perubahan yang
paling menonjol adalah perilaku. Dari atitude, ya bahasanya
anak-anak jalanan ya dulu saat baru masuk ya siapa yang kuat
dia yang menang, sampai ada yang baku hantam, bahasanya
hukum rimba ya. Sekarang alhamdulillah lebih terkontrol
emosinya perilakunya. Jadi memang kita ikuti potensi anak,
dari segi akademik ya gimana kemampuan si anak, kita
datangkan guru les. Yang akademik nya bagus kita arahkan ke
sekolah yang bagus favorite. Dulu kan belum ada sistem
zonasi jadi gampang mengarahkannya, tapi sekarang ada
sistem zonasi jadi kita masukan ke sekolah yang dekat. Kalo
yang minat menghafal, kita arahkan ke pondok. Yang putra di
Cipanas, karena itu memang punya kita, yang putri saat ini
dititipkan ke pesantren lain karena kita belum punya, tapi kita
lagi proses pembagunan pondok tahfiz untuk putri di Citayem.
Doakan ya mba semoga dipermudah. Kita ada kajian
gabungan seminggu dua kali setiap hari Senin dan Jumat jam
14.00 sampai ashar, muhadoroh anak-anak belajar untuk
melatih publik speaking mereka, setelah itu ada kajian.
Wawancara diajukan kepada anak asuh di Yayasan Media
Kasih Tangerang
Nama : Rina Kartika
Usia : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang
Tempat Wawancara : Ruang tamu Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang
Jawaban :
1. Apa saja kegiatan agama di Yayasan Media Kasih
Tangerang?
Jawaban: Ada tahajud, ngaji, ada belajar tahsin dan tahfiz,
membenarkan bacaan. Ada kajian rame-rame digabung sama
putra putri. Kajiannya setiap hari Senin dan Jumat siang.
2. Bagaimana menurutmu penyampaian materi agama
tersebut?
Jawaban: Seru, nambah ilmu, ga bikin ngantuk.
Penyampaiannya mudah dimengerti, dicerna. Suka ada
pertanyaan dari aku dan setelah dijawab aku paham dari
semua materinya.
3. Apakah kamu memahami materi yang disampaikan?
Jawaban: Aku paham dan aku suka peraktikan sehari-hari,
kaya tahajud, membuang sampah pada tempatnya, selalu
menolong dan peduli.
4. Apakah cara Ustazah menyampaikan materi tersebut
menyenangkan?
Jawaban: Bu Dewi menyampaikannya menyenangkan,
suka ada bercandanya dan bikin aku nyaman, rileks, dan
aku ngerti.
5. Bagaimana interaksimu dengan teman-teman di Yayasan
Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Ramah, sudah seperti keluarga. Kadang ada
berantemnya kaya masalah piket. Ada yang lupa sama jadwal
piketnya, ada yang ga ngerjain. Suka saling tolong menolong
di sini,
6. Pernakan kamu mendapatkan teguran atau hukuman? Apa
kesalahan yang pernah kamu lakukan?
Jawaban: Ga bangun tahajud karena males padahal aku udah
dibangunin tapi cuman balik badan aja. Waktu masalah
berantem itu sama kaka yang ada di sini dan ada sama temen.
Yang sama temen itu karena beresin kamar dan dia
perhitungan, jadi kita adu mulut gitu karena saling
perhitungan "kan aku udah ngerjain ini" terus dia ninggalin
kamar dengan keadaan berantakan. Kalo berantem sama kaka
karena masalah nyapu, kan aku disuruh nyapu kamar tapi aku
ngantuk banget, tapi disuruh nyapu. Terus dia kaya ngomel-
ngomel gitu, yaudah aku keluar kamar aja pindah kamar terus
dia nyamperin, dia pengennya aku cepet kalo disuruh.
7. Menurutmu, mengapa kamu melakukan kesalahan tersebut?
Jawaban: Aku berperilaku begitu waktu tahajud itu aku males,
untuk yang berantem sama kaka dan temen karena masalah
piket, ya itu udah biasa sih. Tapi setelah itu aku minta maaf,
kita saling memaafkan. Walaupun ga langsung minta maaf,
misal aku besok lagi minta maafnya dan interaksi kami biasa
aja ga ada canggung setelahnya, ga ada marah-marah lagi.
8. Bisakah kamu jelaskan perubahan perilakumu sebelum dan
sesudah mendapatkan materi agama?
Jawaban: Dulu kan aku ga belajar ngaji, sekarang
alhamdulillah sudah lancar. Dulu pas interaksi sama temen
aku pemarah cepet banget marah, ga bisa kontrol emosi,
sensitif. Kalo sekarang aku bisa nahan diri aku, bisa nenangin
diri. Diri aku bisa dikontrol. Dan interaksinya lebih baik serta
temen deket aku di sini lebih banyak serta aku lebih gampang
peduli sama orang lain.
Wawancara diajukan kepada anak asuh di Yayasan Media
Kasih Tangerang
Nama : Maulida Tuh Zahra
Usia : 13 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang
Tempat Wawancara : Ruang tamu Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang
Jawaban :
1. Apa saja kegiatan agama di Yayasan Media Kasih
Tangerang?
Jawaban: Ngaji belajar huruf-huruf hijaiyah, tahsin tahfidz.
Dan ada tausiyah yang ngisi Bu Dewi sepekan 2 kali Senin
dan Jumat.
2. Bagaimana menurutmu penyampaian materi agama
tersebut?
Jawaban: Seru, banyak temen-temen yang ikut kajian jadi kita
menuntut ilmu bareng. Belajar bareng, mudah dimengerti.
Penyampaian Bu Dewi jelas. Aku paham sama materi yang
udah disampaikan Bu Dewi.
3. Apakah kamu memahami materi yang disampaikan?
Jawaban: Alhamdulillah aku paham sama materinya, seperti
membuang sampah pada tempatnya dan saling tolong di sini.
Bu Dewi sering sampaikan bahwa kita keluarga. Cara aku
mempraktikan materinya itu dengan saling mengerti antar
teman, saling menghormati. Di sini aku punya banyak
sahabat, aku seumuran sama Rama di sini 13 tahun. Dan aku
dekat sama anak -anak di sini, kami saling menolong.
4. Apakah cara Ustazah menyampaikan materi tersebut
menyenangkan?
Jawaban: Sangat menyenangkan, seru, ada bercandanya,
Bu Dewi suka kasih ice breaking.
5. Bagaimana interaksimu dengan teman-teman di Yayasan
Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Saling menolong, misalnya kita salah ya akan ada
yang menegur, suka minta maaf kalo punya salah saling
memaafkan. Suka ada yang egois di sini, kalo aku sendiri
berusaha buat ga egois. Di sini aku suka menolong, kalo dia
membutuhkan. Kalo dia ga bilang butuh bantuan ya aku ga
bantuin karena aku ga tau.
6. Pernahkah kamu mendapatkan teguran atau hukuman? Apa
kesalahan yang pernah kamu lakukan?
Jawaban: Pernah dapet teguran, ditegurnya karena ga ngerjain
tugas sekolah. Di sini kan ada pengurus yang ngontrol tugas
sekolah, kalo aku dikontrol sama Bu Siwi. Ada juga berantem
sama kaka di sini karena piket, kakanya nyuruh-nyuruh
padahal aku udah piket, tapi aku ga bales diem aja. Tapi
setelah itu kami baik-baik aja kok.
7. Menurutmu, mengapa kamu melakukan kesalahan tersebut?
Jawaban: Karena kadang males buat aku ngerjain tugas, aku
ga suka sekolah online lebih suka sekolah tatap langsung.
Hubungan aku di sini sama temen-temen baik baik aja, kalo
ada masalah ya langsung selesai ga sampai bermusuhan.
8. Bisakah kamu jelaskan perubahan perilakumu sebelum dan
sesudah mendapatkan materi agama?
Jawaban: Sebelumnya aku males maen terus, di sini jadi
disiplin. Ibadah aku jadi serius. Sebelumnya sosialisasi
dengan temen-temen sering ada ucapan kasar dan sekarang
aku bisa mengontrol diri, walaupun kadang suka emosi tapi ga
seperti dulu. Dulu aku ga peka, ga bantu temen dan ga peduli.
Kalo sekarang aku suka bantu temen, mengingatkan temen.
Peduli sama adik-adik di sini juga, suka ikut ngasuh adik yang
masih bayi.
Wawancara diajukan kepada anak asuh di Yayasan Media
Kasih Tangerang
Nama : Salma Mahdiyah
Usia : 12 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Yayasan Islam Media Kasih
Tangerang
Tempat Wawancara : Ruang tamu Yayasan Islam Media
Kasih Tangerang
Jawaban :
1. Apa saja kegiatan agama di Yayasan Media Kasih
Tangerang?
Jawaban: Di sini banyak kegiatan agamanya, seperti mengaji
tahsin dan tahfidz, ada kajian kalo habis shalat subuh ada juga
kajian khusus putra putri setiap hari Senin dan Jumat jam
14.00 sampai ashar di aula sini.
2. Bagaimana menurutmu penyampaian materi agama
tersebut?
Jawaban: Menyampaikannya asik, seru, ga ngebosenin dan
aku ngerti. Tapi kadang aku suka bertanya-tanya, setelah
dijawab aku ngerti sama yang dijelasin.
3. Apakah kamu memahami materi yang disampaikan?
Jawaban: Iya aku ngerti, mudah dipahami materinya. Cara
aku mencontohkannya yaitu saling peduli sama temen-
temen, membantu, menolong, piket bareng-bareng, buang
sampah pada tempatnya.
4. Apakah cara Ustazah menyampaikan materi tersebut
menyenangkan?
Jawaban: Iya menyenangkan, ga ngebosenin bisa aku
terima dengan baik.
5. Bagaimana interaksimu dengan teman-teman di Yayasan
Media Kasih Tangerang?
Jawaban: Interaksi aku sama temen-temen di sini baik-baik
aja, kami sudah seperti keluarga di sini, saling membantu,
saling peduli, saling menolong, saling memotivasi.
6. Pernahkah kamu mendapatkan teguran atau hukuman? Apa
kesalahan yang pernah kamu lakukan?
Jawaban: Pernah, aku ditegur karena ga ngerjain tugas
sekolah, aku sama kaya Zahra. Selain itu aku ditegor
karena suka jailin adik kecil di sini, iya jailin kaya biasa
gemes. Ditegurnya ya cuman dinasihati aja, karena kan aku
cuman jail aja.
7. Menurutmu, mengapa kamu melakukan kesalahan tersebut?
Jawaban: Aku ga ngerjain tugas karena males, sekolah
online dan untuk jailin adik karena iseng aja.
8. Bisakah kamu jelaskan perubahan perilakumu sebelum dan
sesudah mendapatkan materi agama?
Jawaban: Ada perubahan, di sini pengurusnya peduli
banget. Aku punya motivasi yang tinggi, setelah lulus SD
aku mau masuk pesantren, setelah itu aku mau SMA dan
setelahnya mau kuliah sampai S3.
LEMBAR CHECKLIST OBSERVASI PEMBINAAN
AGAMA DALAM PEMBENTUKAN PERILAKU
SOSIAL ANAK DI YAYASAN ISLAM MEDIA KASIH
TANGERANG
No Item Pengamatan Ya Tidak Keterangan
1. Terdapat pembinaan
agama di Yayasan
Media Kasih
Tangerang.
Pembinaan agama
yang terdapat di
Yayasan Islam
Media Kasih
Tangerang yaitu
kajian rutin yang
dilaksanakan
sepekan dua kali
yaitu hari Senin dan
Jumat jam 14.00
sampai 15.30 WIB.
2 Pembina agama
memberikan materi
kepada anak asuh.
Materi yang
diberikan pembinaan
agama yaitu tahsin
dan tahfidz, fiqh,
adab-adab muslim,
sirah nabawiyah dan
sebagainya.
3 Pembina agama
mempunyai metode
dalam pembentukan
perilaku sosial anak.
Metode yang
digunakan adalah
metode ceramah
dengan diadakannya
kajian dan
percontohan yang
dilakukan dalam
aktivitas sehari-hari.
4 Anak asuh Pembina agama
memahami materi
yang disampaikan.
menyampaikan
materi dengan cara
yang menyenangkan
dan jelas, sehingga
membuat anak asuh
memahami materi
tersebut.
5 Interaksi anak asuh
di Yayasan Media
Kasih Tangerang
berjalan dengan
intens.
Anak asuh saling
berinteraksi seperti
layaknya keluarga
walaupun latar
belakang mereka
berbeda-beda.
6 Anak asuh
berperilaku baik dan
taat pada peraturan
di Yayasan Media
Kasih Tangerang.
Anak asuh selalu
menjalankan
peraturan yang
sudah dibuat oleh
yayasan, contohnya
adalah rutin
menjalankan piket.
7 Anak asuh
mengalami
perubahan perilaku
setelah
mendapatkan materi
agama.
Anak asuh
mengalami
perubahan perilaku.
Seperti, saat pertama
kali anak asuh
masuk Yayasan
Islam Media Kasih
mereka ada yang
bersikap tidak sesuai
aturan seperti
mencuri, menjual
barang milik
yayasan, merokok,
emosi yang tidak
terkontrol, buang
sampah
sembarangan, saat
ini mereka
mengalami
perubahan menjadi
anak yang taat
terhadap aturan,
tidak merorok,
pandai menjaga
kebersihan, dapat
mengontrol emosi
dan mereka
mempunyai motivasi
yang tinggi untuk
sekolah.
Gambar 2. Dokumentasi Wawancara