METODE KOMUNIKASI DAKWAH DI SUKU KAJANG DESA TANA …
Transcript of METODE KOMUNIKASI DAKWAH DI SUKU KAJANG DESA TANA …
METODE KOMUNIKASI DAKWAH DI SUKU KAJANG DESA TANA TOWA KECAMATAN KAJANG
KABUPATEN BULUKUMBA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH
P A D L I NIM : 102570008615
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020 M
vi
ABSTRAK
P A D L I. 105270008615. 2019. Metode Komunikasi Dakwah di Suku
Kajang Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. .
Dibimbing oleh Muhammad Ali Bakri dan M.Zakaria Al-Anshori, M.Sos.I.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskripsi. Skripsi ini
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial keberagamaan di
desa Tana Towa . Untuk mengetahui metode komunikasi dakwah yang
tepat untuk suku kajang desa Tana Towa kecamatan kajang
Kab.bulukumba serta faktor pendukung dan penghambat komunikasi
dakwah di desa Tana towa .
Pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini yaitu
mengunakan pedoman wawancara, observasi, dokumentasi. Data yang
digunakan yaitu data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kehidupan sosial
keberagamaan masyarakat Desa Tana Towa secara umum sudah baik,
solidaritas sosial antar warga terjalin dengan baik, akan tetapi kesadaran
secara individu dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan tuntunan
agama masih minim, disebabkan kurangnya pengetahuan mereka tentang
agama. Metode Dakwah yang tepat untuk diterapkan pada masyarakat
Desa Tana Towa adalah metode ceramah (mauidzoh khasanah), metode
tanya jawab (jadilhum bullati hiya ahsan), dan pemberian teladan yang
baik (uswatun hasanah) serta faktor pendukung dakwah di Desa Tana
Towa adalah mayoritas penduduk beragama Islam, tersedianya fasilitas
tempat dalam jumlah yang memadai, toleransi masyarakat yang tinggi,
adanya dukungan dari semua pihak, masyarakat yang sudah melek
pendidikan dan kesabaran, ketelatenan, dan keteladanan dari da'I
sedangkan faktor penghambat dakwah di Desa Tana Towa adalah
permasalahan bahasa ,pemahaman keagamaan masyarakat yang masih
rendah, minimnya kesadaran individu dalam beribadah, pola pikir
masyarakat yang materialistis, masyarakat masih memercayai mitos serta
kurangnya dai.
Kata Kunci: Metode Komunikasi Dakwah, Suku Kajang
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, taufik
serta hidayah kepada setiap ciptaan-Nya. Sholawat serta salam kepada
Nabi Muhammad SAW, inspirator kebaikan yang tiada pernah kering
untuk digali. Skripsi dengan judul Metode Komunikasi Dakwah di Suku
Kajang Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ini, tidak dapat
diselesaikan oleh penulis tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof .Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Syaikh Muhammad Muhammad Thoyyib Khoory, keluarganya,
teman dan karib kerabatnya yang menjadi donator bagi kami,
jazaakumullahu khairan.
3. Drs. H. Mawardi Pawangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Abbas Baco Miro, Lc. MA. selaku Ketua Prodi Komunikasi
Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos , M.Pd selaku Pembimbing I dan
Muh. Zakaria Al-Anshori, M.Sos.I selaku pembimbing II yang selalu
siap untuk berdiskusi, memberikan arahan, dan bimbingan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Al-Ust Muhammad Arif SH,I selaku nara sumber inti dan juga
sebagai Kordinator Dai Bulukumba
viii
7. Para Dosen di lingkungan Fakultas Agama Islam Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar.
8. Kedua orang tua tercinta yang telah mendoakan dan memberikan
support moral dan material dengan tulus dan ikhlas.
9. Teman temanku senasib seperjuangan yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu yang telah memberikan masukan, motivasi
dan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis hanya dapat mendo’akan semoga bantuan, arahan,
bimbingan, dorongan, kebaikan dan keikhlasan dari semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, mendapat balasan amal
baik dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
atas saran dan kritik yang diberikan dalam rangka perbaikan dan
penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak dan dicatat sebagai amal kebajikan di hadapan Allah
SWT.
Makassar, 02 Oktober 2020
Penulis
P A D L I
NIM: 105270008615
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................ i
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... ii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................... v
ABSTRAK ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................... 7 D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian .................................... 7 E. Definisi Operasional ........................................................... 8 F. Garis-Garis Besar Isi Skripsi .............................................. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................ 11
A. Pengertian Metode Komunikasi Dakwah ........................... 11 B. Metode Komunikasi Dakwah ............................................... 15 C. Gambaran Umum Suku Kajang ......................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 33
A. Jenis Penelitian .................................................................. 33 B. Lokasi dan Objek Penelitian ............................................... 33 C. Fokus Penelitian ................................................................. 34 D. Prosedur Penelitian ............................................................ 34 E. Sumber Data ...................................................................... 35 F. Metode Pengumpulan Data ............................................... 36 G. Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 37
x
BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................... 40
A. Gambaran Umum Desa Tana Towa ................................. 40 B. Kehidupan Sosial Keberagamaan Masyarakat Desa Tana
Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba .............. 46 C. Metode Komunikasi Dakwah Masyarakat Desa Tana
Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ............... 50 D. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah di Desa Tana
Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ............... 58 BAB V PENUTUP ......................................................................... 66
A. Kesimpulan ........................................................................ 66 B. Saran .................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 70
RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 73
LAMPIRAN ................................................................................... 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah yang berisi tentang petunjuk-petunjuk
agar manusia secara individual menjadi manusia yang beradab,
berkualitas dan selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah
peradaban yang maju untuk menjadi sebuah tatanan kehidupan yang adil.
Sebuah tatanan yang manusiawi dalam kehidupan yang adil , maju, bebas
dari berbagai ancaman, penindasan, dan berbagai kekhawatiran.1
Dakwah di dalam Islam merupakan masalah besar yang menyangkut
hajat kepentingan masyarakat luas. Sebab pada kenyataannya Islam tidak
mungkin berkembang tanpa adanya dakwah Islamiyah yang di sebarkan
oleh para tokoh- tokoh dakwah, karena dalam kehidupan Rasulullah amat
sarat dengan kegiatan dakwah. Demikian pula yang di kembangkan oleh
para sahabat dan para penerus beliau.2
Dakwah sudah pasti sebuah komunikasi, tepatnya komunikasi
persuasif, karena pada hakikat dakwah adalah mengajak (da’a, yad’u,
dakwatan). Namun, komunikasi belum tentu mengandung pesan dakwah.
Komunikasi dakwah adalah komunikasi berisi pesan-pesan dakwah atau
nilai ajaran Islam.3
Komunikasi Dakwah adalah komunikasi yang unsur-unsurnya di
sesuaikan visi dan misi dakwah. Menurut Toto Tasmara, bahwa
1 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Kencana, 2004) h. 1
2 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah. ( Jakarta: Amzah, 2009) h. 20
3 Romeltea, 2012 (Komunikasi Dakwah: Komunikasi Persuasif, diakses pada 25 januari 2018
dari http://romeltea.com/komunikasi-dakwah-komunikasi-persuasif/)
2
komunikasi dakwah adalah suatu bentuk komunikasi yang khas di mana
seorang komunikator menyampaikan pesan-pesan yang bersumber atau
sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, dengan tujuan agar orang
lain dapat berbuat amal shaleh sesuai dengan pesan-pesan yang di
sampaikan.
Jadi dari segi proses komunikasi dakwah hampir sama dengan
komunikasi pada umumnya, tetapi yang membedakan hanya pada cara
dan tujuan yang akan di capainya.
Adapun tujuan komunikasi pada umumnya yaitu mengharapkan
partisipasi dari komunikan atas ide-ide atau pesan pesan yang di
sampaikan oleh komunikator sehingga pesan-pesan yang di sampaikan
tersebut terjadilah perubahan sikap dan tingkah laku yang di harapkan,
sedangkan tujuan komunikasi dakwah yaitu mengharapkan terjadinya
perubahan atau pembentukan sikap atau tingkah laku sesuai dengan
ajaran Islam.4
Pelaksanaan komunikasi dakwah didasarkan pada ajaran agama
Islam yaitu: Al-Quran dan Hadist. Adapun ayat yang menjadi dasar
pelaksanaan komunikasi dakwah adalah :
هونوبالمعروفويأمرونالخيرإلىيدعونأمة منكمولتكن وأولئكالمنكرعني ن المفلحونهم
Artinya:“dan hendaklah diantara kamu ada sebagian umat yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S Ali-Imron: 104)5
4 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h.39
5 Al-Jumanatul ‘Ali , Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( Bandung, CV PenerbitJ ART, 2004)
h.64
3
Suatu kegiatan dakwah akan mencapai tujuan komunikasi dakwah
yang sesuai dengan ajaran islam, maka membutuhkan beberapa
persyaratan diantaranya da’i yang mempunyai tugas memberikan
masukan-masukan demi terciptanya jiwa yang baik kepada sasarannya
serta subjek dakwah atau da’i itu sendiri berarti orang yang melaksanakan
tugas-tugas dakwah.
Menurut Muriah dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Dakwah
Kontemporer” bahwa da’i dibagi menjadi dua kriteria yaitu umum dan
khusus. Secara umum adalah setiap muslim dan muslimah yang
berdakwah sebagai kewajiban yang melekat sebagai kewajiban yang
melekat tidak terpisahkan dari misi sebagai penganut Islam sesuai dengan
perintah “ يولوأيةعن اغوبل ”.
Sedangkan secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian
khusus dalam bidang dakwah Islam dengan kesungguhan dan qodrah
hasanah.6
Dalam proses serta pelaksanaanya, umat Islam perlu untuk
mengetahui dan memahami makna, unsur, metode, dan semua hal yang
terkait dengan faktor pendukung keberhasilan dakwah sebagai salah satu
faktor pendukung dalam keberhasilan dakwah menjadi sesuatu yang
urgen.
Cukup banyak langkah-langkah atau metode yang ditempuh para
da’i dalam menyampaikan pesan dakwah, seperti ceramah dialogis, tanya
6 Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, ( Yogyakarta, Mitra Pustaka 2000) h. 23
4
jawab, teladan dan diskusi. Sebenarnya masih banyak beberapa
pembagian macam-macam metode dakwah yang lain. Hal ini tergantung
sudut pandang masing-masing para ahli dalam memaparkan pembagian
macam-macam metode dakwah.
Kegiatan yang digeluti oleh para da’i dan da’iyah secara tradisional
adalah secara lisan , dalam bentuk ceramah dan pengajian. Para juru
dakwah ini berpindah-pindah dari suatu majlis ke majlis yang lain, dari
suatu mimbar ke mimbar yang lain. Bila dipanggil untuk berdakwah , yang
terbesit dalam benak adalah ceramah agama. Maka dakwah muncul
dengan makna sempit dan terbatas, yakni ceramah melalui mimbar.
Tidak dapat dipungkiri perkembangan masyarakat yang semakin
meningkat, tuntutan yang sudah semakin beragam, membuat dakwah
tidak bisa lagi dilakukan secara tradisional. Dakwah sekarang
berkembang menjadi satu profesi, yang menuntut skill, planning dan
menejemen yang handal. Untuk itu di perlukan sekelompok orang yang
terus-menerus mengkaji, meneliti dan meningkatkan aktifitas dakwah
secara professional tersebut.
Memahami esensi dari makna dakwah itu sendiri, kegiatan dakwah
sering di pahami sebagai upaya untuk memberikan solusi islam terhadap
berbagai masalah dalam kehidupan tersebut mencakup seluruh aspek,
seperti ekonomi, sosial, budaya, hukum, politik, sains, teknologi dsb.
Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang
tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual, dan
kontekstual. Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan
5
hangat di tengah masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata,
secara kontektual dalam arti relevan dan menyangkut problem yang
sedang dihadapi dan kenyataan yang sesuai dengan kondisi masyarakat
tersebut.
Oleh sebab itu, memilih cara dan metode yang tepat agar dakwah
menjadi aktual, faktual, kontekstual, menjadi bagian yang strategis dari
kegiatan dakwah itu sendiri. Tanpa ketepatan metode dan keakuratan
cara, kegiatan dakwah akan terjerumus ke dalam upaya “arang habis besi
binasa”. Aktvitas dakwah akan berputar dalam pemecahan problem tanpa
solusi dan tidak jelas ujung pangkal penyelesaiannya.7
Dengan demikian apabila para da’i berpegang kepada tuntunan al-
quran, sebagaimana dalam surah an-nahl ayat 125, diharapkan dakwah
akan mencapai sasaran. Yang perlu diperhatikan oleh da’i adalah
bagaimana metode atau cara penyampaian pesan dakwah tersebut.
Suku Kajang adalah suku yang tinggal di pedalaman Makassar,
Sulawesi selatan. Secara turun temurun mereka tinggal di kecamatan
Kajang, Kabupaten Bulukumba. Bagi mereka daerah itu dianggap sebagai
Tanah warisan leluhur dan mereka menyebutnya Tana Towa dan
komunitas adat mereka bernama Ammatoa yang diyakini merupakan wakil
Bohe Amma atau Tu’re’a’ra’na ( Yang Satu atau Tuhan).Suku Kajang
secara geografis terdiri dari dua bagian yaitu, masyarakat Kajang dalam
(tau kajang) dan Kajang luar ( tau lembang) . Meskipun suku Kajang
terbagi menjadi dua namun tidak ada perbedaan di antara keduanya.
7 Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 9
6
Sejak dulu hingga kini, mereka selalu berpegang teguh pada ajaran
leluhur.
Suku Kajang memiliki sistem pemerintahan di bawah pimpinan
Ammatoa yang di kenal dengan Patuntung .Tentang penafsiran Patuntung
banyak yang berbeda-beda baik di daerah kajang sendiri sehingga ada
yang menafsirkan bahwa Patuntung adalah sebuah agama.
Namun kalau kita melihat perkembangan Islam di daerah Sulawesi
Selatan bahwa Kajang sudah mengenal Islam lewat seorang penyebar
Islam bernama Dato Tiro sehingga masyarakat yang bermukim di
dalamnya sudah mengenal dan menganut agama Islam. Cuma pada
mereka itu ajaran Islam secara murni tidak di praktekkan karena tradisi
masyarakat yang masih fanatik dan lebih besar pengaruhnya
mengakibatkan kaburlah ajaran-ajaran Islam tersebut.
Oleh karena itu, peneliti menyadari akan pentingnya penerapan
metode yang tepat dalam berdakwah pada masyarakat yang sangat
terpengaruhi oleh adat budaya nenek moyang maka peneliti mengadakan
penelitian mengenai Metode Komunikasi Dakwah yang tepat untuk
selanjutnya di terapkan di Suku Kajang ini, dengan mengambil judul “
Metode Komunikasi Dakwah Di Suku Kajang Desa Tana Towa
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba”
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan di atas dapat dijabarkan dalam sub-sub
masalah yang sekaligus menjadi batasan dalam penulisan ini sebagai
berikut:
7
1. Bagaimana kehidupan sosial keberagamaan Suku Kajang Desa
Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ?
2. Bagaimana Metode Komunikasi Dakwah di Suku Kajang Desa
Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat Komunikasi Dakwah di
Suku Kajang Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba?.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui keadaan sosial keberagamaan Suku Kajang
Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba .
2. Untuk mengetahui Metode Komunikasi Dakwah efektif di Suku
Kajang Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Komunikasi
Dakwah di Suku Kajang Desa Tana Towa Kecamatan Kajang
Kabupaten Bulukumba .
D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian
Adapun dua manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini,
yaitu: manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian dapat memberikan masukan berharga berupa
konsep-konsep, sebagai upaya untuk peningkatan dan
8
pengembangan dakwah khususnya masyarakat yang memegang
adat leluhur.
b. Hasil penelitian dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi
para peneliti di bidang dakwah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, untuk memperkaya pengetahuan dan wawasan Ilmu
komunikasi dakwah yang dapat dijadikan bekal pada waktu terjun
ke masyarakat sebagai seorang da’i.
b. Bagi jajaran dinas kelurahan, dan lembaga-lembaga Islam terkait,
hasil penelitian dapat menjadi pertimbangan untuk menentukan
kebijakan bidang kemasyarakatan, terutama berhubungan dengan
pembinaan keagamaan masyarakat di desa tersebut.
c. Bagi masyarakat setempat sebagai subjek penelitian, hasil
penelitian ini dapat dijadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama
dalam meningkatkan kegiatan dakwah.
d. Selain di harapkan bisa bermanfaat di dalam menyumbangkan
hasil karya sebuah penelitian akademik, di sisi lain juga untuk
memberikan tugas akhir kuliyah guna mendapatkan gelar strata
satu pada bidang Komunikasi Peyiaran Islam
E. Defenisi Operasional
Sebelum memasuki Metode Komunikasi Dakwah maka perlu
dijelaskan pengertian dari metode, dari segi bahasa metode berasal dari
dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos”(jalan,cara). Dengan demikian
kita dapat artikan bahwa metode adalah adalah cara atau jalan yang
9
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.8 Sedangkan komunikasi
dakwah adalah proses penyampaian informasi atau pesan dari seseorang
atau kelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainnya
yang bersumber dari Al-Quran dan Hadist dengan menggunakan
lambang-lambang baik secara verbal maupun nonverbal dengan tujuan
untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain yang lebih
sesuai ajaran islam, baik langsung secara lisan maupun tidak lansung
melalui media.9
Metode Komunikasi Dakwah ialah cara-cara yang dilakukan oleh
seorang muballig (komunikator) untuk mencapai suatu tujuan tertentu
atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan kata lain ,pendekatan
komunikasi dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human
oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.10
Setting penelitian skripsi ini adalah sebuah desa bernama Tana
Towa Kecamatan Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan.
F.Garis-garis Isi Skripsi
Sebagai gambaran yang akan memudahkan pembaca untuk
memahami, penulis memberikan sistematika penulisan atau garis-garis
besar pembahasan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan , dalam bab ini meliputi :Latar belakang masalah,
Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat dan kegunaan penelitian,
Definisi operasional, Garis-garis Isi Skripsi.
8 Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h.6
9 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah , ( Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,2010) h. 26
10 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h..43
10
Bab II : Kajian Pustaka, merupakan kajian pustaka yang mendasari
penulisan dalam pembahasan meliputi : Pengertian metode komunikasi
dakwah ,Metode komunikasi dakwah, dan Gambaran Umum Suku
Kajang
Bab III : Metodologi Penelitian, berisi tentang eksistensi metodologi
penelitian yang meliputi : Pengertian metode penelitian, Jenis penelitian,
Lokasi dan Objek penelitian, Prosuder penelitian, Fokus penelitian,
Sumber data, Metode pengumpulan data, dan Pengolahan dan Analisi
data
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang gambaran
umum Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba,
temuan penelitian ,kehidupan sosial keberagamaan Desa Tana Towa
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba, metode komunikasi dakwah
efektif di Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba dan faktor
pendukung dan penghambat komunikasi dakwah di Tana Towa
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
Bab V : Penutup, merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi
yang berisikan Kesimpulan dan Saran
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Metode Komunikasi Dakwah
1. Pengertian Metode
Pengertian metode menurut bahasa Metode berasal dari bahasa
Yunani methodos yang merupakan kombinasi kata dari kata meta
(melalui) dan hodos (jalan), dalam bahasa Inggris metode berarti
method yang berarti cara.11
Dalam Kamus ilmiah populer, metode juga dapat diartikan sebagai
cara sistematis dan teratur untuk melaksanakan sesuatu atau cara
kerja.12
Sedangkan pengertian metode secara istilah Metode adalah jalan
yang kita lalui untuk mencapai tujuan. Banyak usaha tidak dapat
berhasil atau pasti tidak dapat berhasil atau pasti tidak membuahkan
hasil optimal, kalau tidak pakai cara yang tepat.13
Metode juga dapat diartikan juga sebagai suatu cara atau teknis
yang dilakukan dalam proses penelitian.14
Metode juga berarti cara mengkaji kebenaran dalam ilmu
pengetahuan atau sekop maupun ilmu pengetahuan manusia 15 dan
11
John M.Echold dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2000)
h. 379 12
Paus A. Partanto, M. Dahlan Barri, Kamus Ilmiah Populer, ( Surabaya: Arloka, 1994 )
h. 461 13
K. Bertens , Metode Belajar Untuk Mahasiswa, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005 )
h. 2 14
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1995)
h. 24 15
Hasan Langgulung, Kreativitas dan Pendidikan Islam, (Jakarta : Pustaka al- Husna 1991)
h. 151
12
sedangkan menurut Munir metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan.16
2. Pengertian Komunikasi Dakwah
Sebagaimana dikemukakan oleh Toto Tasmara dalam buku
Komunikasi Dakwah, bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu
communicare yang artinya partisipasi atau komunikasi juga berasal dari
kata commones yang artinya sama.17
Kata Komunikasi ( dari bahasa Inggris “communication” ), secara
etimologi adalah dari bahasa Latin communicatus , dan perkataan ini
bersumber pada kata communis . Dalam kata communis ini memiliki
makna “berbagi” atau “menjadi milik bersama” yaitu usaha yang
memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Jadi,
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak ke pihak yang lain.
Pada umumnya, komunikasi di lakukan secara lisan dan verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua pihak. Apabila tidak ada bahasa
verbal yang dapat di mengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat
dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan
sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini di sebut dengan komunikasi non
verbal. Menurut Onong Uchjana Effendy Komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
16
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 6 17
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h.1
13
memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara
lisan (lansung) ataupun dengan tidak langsung (melalui media).18
Sedangkan pengertian dakwah, dakwah berasal dari bahasa Arab
yakni دعوة–يدعو–دعا (da’a – yad’u – dakwatan). Kata dakwah tersebut
merupakan isim masdar dari kata da’a yang dalam Ensiklopedia Islam
diartikan sebagai “ajakan kepada Islam”, Kata da’a dalam al-Quran,
terulang 5 kali, sedangkan kata yad’u terulang sebanyak 8 kali dan kata
dakwah terulang 4 kali.19
Dakwah menurut istilah adalah proses merealisasikan ajaran islam
dalam dataran kehidupan manusia dengan strategi, metodologi dan
sistem dengan mempertimbangkan dimensi religio-sosio-psikologi
individu atau masyarakat agar target maksimal tercapai.20 Dakwah juga
dapat diartikan sebagai menyampaikan seruan Islam, mengajak dan
memanggil umat manusia , agar menerima dan mencapai keyakinan
dan pandangan Islam.21
Bakhial Khauli mendefinisikan dakwah adalah satu proses
menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud
memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.22
Enjang dan Aliyuddin mendefinisikan dakwah adalah merupakan
suatu kerja dan karya besar manusia, baik secara personal maupun
18
Ardiansyah, Pengertian Komunikasi ( Di akses pada 29 Disember 2017 dari
Http://aardiansyah blogspot.com/2012/11/pengertian-komunikasi-definisi.html ) 19
Referensi makalah, Pengertian Dakwah menurut Bahasa dan Istilah, (diakses pada 29
Disember 2017dari http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian -dakwah -menurut-
bahasa-dan-istilah.html.) 20
Nur Syam, Filsafat Dakwah, (Surabaya: Jenggala Pustaka Utama, 2003) h. 12 21
Isa Anshari, Mujahid Da’wah Bimbingan Mubaligh Islam, (Bandung: Diponegoro , 1995)
h. 17 22
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 7
14
sosial yang dipersembahkan untuk Tuhan dan sesamanya adalah kerja
sadar dalam rangka menegakkan keadilan, meningkatkan
kesejahteraan , menyuburkan persamaan dan mencapai kebahagiaan
atas dasar ridho Allah SWT.23
Sebelum memberi pengertian Komunikasi Dakwah, Horald D.
Lasswell pernah mengungkapkan suatu pertanyaan untuk terpenuhinya
suatu komunikasi suatu komunikasi melalui kata-kata bersayap, yaitu :
Who says what to whom in what channel with what effect.
Dengan demikian unsur-unsur serta proses komunikasi dakwah
hampir sama dengan unsur-unsur dan proses komunikasi pada
umumnya.
Komunikasi Dakwah adalah komunikasi yang unsur-unsurnya
disesuaikan visi dan misi dakwah. Menurut Toto Tasmara bahwa
komunikasi dakwah adalah bentuk komunikasi khas dimana seseorang
komunikator menyampaikan pesan-pesan yang bersumber atau sesuai
dengan al-Qur’an dan Sunnah, dengan tujuan agar orang lain dapat
berbuat amal shaleh sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan.24
Menurut Wahyu Ilahi komunikasi dakwah proses penyampaian
informasi atau pesan dari seseorang atau sekelompok orang kepada
seseorang atau sekelompok orang lainnya yang bersumber dari Al-
Quran dan Hadist dengan menggunakan lambang-lambang baik secara
verbal dan non verbal dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat,
23
Enjang dan Hajir Tajiri, Etika Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran 2009 ) h. 11 24
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) h. 39
15
atau perilaku orang lain yang sesuai dengan ajaran islam, baik
langsung secara lisan maupun tidak lansung melalui media.25
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi dakwah adalah suatu proses penyampaian pesan yang
berasal dari al-Qur’an dan Hadist kepada orang lain untuk merubah
sikap, pendapat, atau perilaku sesuai ajaran islam, baik langsung
secara lisan maupun tidak lansung melalui media.
3. Pengertian Metode Komunikasi Dakwah
Dari pengertian terpisah mengenai metode, komunikasi, dan
dakwah yang telah di sampaikan diatas, maka selanjutkannya yaitu
pengertian secara utuh Metode Komunikasi Dakwah adalah cara-cara
yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah sikap, pendapat, atau
perilaku sesuai ajaran islam. Seperti yang di sampaikan Toto Tasmara
bahwa Metode komunikasi dakwah ialah cara-cara yang dilakukan oleh
seorang mubaligh (komuniator) untuk mencapai suatu tujuan tertentu
atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan kata lain, pendekatan
komunikasi dakwah harus tertumpu pada suatu pandangan human
oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.26
B. Metode Komunikasi Dakwah
Terdapat tiga cara atau metode dalam dakwah, yakni Metode
Dakwah Al-Hikmah , Metode Dakwah Al- Mau’idzatil Hasanah dan
Metode Dakwah Al-Mujadalah Bil lati Hiya Akhsan. Ketiga metode
dakwah dapat dipergunakan sesuai dengan objek yang dihadapi oleh
25
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah , ( Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,2010) h. 26 26
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) h. 43
16
seorang da’i atau da’iyah di medan dakwahnya. Dalam surat An-Nahl
ayat 125 Allah SWT berfirman:
ربكهو الحسنةوجادلهمبالتيهيأحسنإن ادعإلىسبيلربكبالحكمةوالموعظة
.مبالمهتدينأعلمبمنضلعنسبيلهوهوأعل
Artinya: Serulah (Manusia) kepada jalan-jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk. (Surat An-Nahl: Ayat 125)27
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode
dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu :
1. Metode Dakwah Al-Hikmah
Dakwah Al-Hikmah yakni menyampaikan dakwah dengan cara
yang arif dan bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian
rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan dakwah
atas kemampuannya sendiri, tidak ada paksaan, tekanan maupun
konflik.28 Dengan kata lain dakwah al-hikmah merupakan suatu
metode pendekatan komunikasi dakwah yang di lakukan atas dasar
persuasif.
Dalam kitab al-Hikmah fi al dakwah illallah taa’la oleh Said bin Ali
bin Wahif Al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-
hikmah , antara lain:
27
Al-Jumanatul ‘Ali , Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( Bandung, CV PenerbitJ ART, 2004) h.
282 28
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 98
17
Menurut bahasa diartikan dengan Adil, ilmu, sabar, kenabian,
Al-Qur’an dan Injil , memperbaiki (membuat menjadi lebih baik atau
pas) dan terhindar dari kerusakan juga berarti ungkapan untuk
mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama ,objek
kebenaran (al-Haq) yang didapat melalui ilmu dan akal Pengetahuan
atau ma’rifat
Menurut Istilah Syar’I,Valis dalam perkataan dan perbuatan,
mengetahui yang benar dan mengamalkan , wara’ dalam Dinullah,
meletakkan sesuatu pada tempatnya dan menjawab dengan tegas
dan tepat.29
Adapun secara terminologi, ada beberapa pengertian tentang
hikmah , di antaranya: Menurut Syekh Muhammad Abduh, Hikmah
adalah mengetahui rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah
juga dapat digunakan dalam arti ucapan yang sedikit lafaz tetapi
banyak makna atau dapat diartikan meletakkan sesuatu pada
tempatnya atau semestinya. Orang yang memiliki hikmah disebut al-
hakim yaitu orang yang memiliki pengetahuan yang paling utama dari
segala sesuatu. Kata Hikmah juga dapat dikaitkan dengan filsafat
karena filsafat juga mencari pengetahuan hakikat segala sesuatu
sedangkan menurut Prof. Dr. Toha Yahya Umar, M.A menyatakan
bahwa Hikmah berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan
berfikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara sesuai
keadaan zaman dengan tidak bertentangan dengan larangan Tuhan.30
29
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah. ( Jakarta: Amzah, 2009) h. 99 30
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 9
18
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al-hikmah adalah
merupakan kemampuan da’i dalam memilih dan meyelaraskan teknik
dakwah dengan kondisi objektif mad’u . Di samping itu juga, al-hikmah
merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam
serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang
komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah adalah sebuah system yang
menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah.
Dalam dunia dakwah, hikmah adalah salah satu penentu sukses
tidaknya kegiatan dakwah. Dalam menghadapi mad’u yang beragam
tingkat pendidikan strata sosial dan latar belakang budaya, para da’i
memerlukan hikmah sehingga materi dakwah yang disampaikan
mampu masuk ke ruang hati para mad’u dengan tepat. Oleh karena itu
para da’i di tuntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus
memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima
dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan
kalbunya. Di samping itu, da’i juga akan berhadapan dengan realitas
perbedaan agama dalam masyarakat yang heterogen.
Kemampuan da’i untuk bersifat objektif terhadap umat lain, berbuat
baik dan bekerja sama dalam hal-hal yang dibenarkan agama tanpa
mengorbankan keyakinan yang ada pada dirinya adalah bagian dari
hikmah dalam dakwah.
Da’i yang sukses biasanya berkat dari kepiawaannya dalam memilih
kata. Pemilihan kata adalah hikmah yang sangat diperlukan dalam
dakwah. Da’i tidak boleh hanya sekedar menyampaikan ajaran agama
19
tanpa mengamalkannya. Seharusnya dai adalah orang yang pertama
mengamalkan apa yang dia ucapkan. Kemampuan da’i untuk menjadi
contoh nyata umatnya dalam bertindak adalah hikmah yang
seharusnya tidak boleh ditinggalkan oleh seorang da’i dengan amalan
nyata yang bisa dilihat langsung oleh masyarakatnya, para dai tidak
terlalu sulit untuk harus berbicara banyak, tetapi gerak dia adalah
dakwah yang jauh lebih efektif dari sekedar berbicara.31
Hikmah merupakan suatu ciri karakteristik metode Dakwah
sebagaimana termaktub dalam QS. An-Nahl ayat 125. Ayat tersebut
mengisyaratkan pentingnya hikmah untuk menjadi sifat dari metode
dakwah dan betapa pentingnya dakwah mengikuti langkah-langkah
yang mengandung hikmah. Ayat tersebut seolah-olah menunjukkan
metode dakwah praktis kepada para dai yang mengandung arti
mengajak manusia kepada jalan yang benar dan mengajak manusia
untuk menerima dan mengikuti petunjuk agama dan akidah yang benar.
Ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwa mengajak manusia
kepada hakikat yang murni dan apa adanya tidak mungkin dilakukan
tanpa melalui pendahuluan atau tanpa mempertimbangkan iklim dan
medan kerja yang sedang dihadapi. Dengan demikian jika di kaitkan
dengan dunia dakwah , maka ia merupakan peringatan kepada para dai
untuk tidak menggunakan satu bentuk metode saja. Sebaliknya,
mereka harus menggunakan berbagai macam metode sesuai dengan
realitas yang dihadapi dan sikap masyarakat terhadap Islam. Sebab
31
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 12
20
sudah jelas, dakwah tidak akan berhasil jika metode dakwahnya
monoton.Ada sekelompok orang yang hanya memerlukan iklim dakwah
yang penuh gairah dan berapi-api, sementara kelompok yang lain
memerlukan iklim dakwah yang sejuk. Hikmah merupakan pokok awal
yang harus dimiliki oleh seorang da’i dalam berdakwah.
Karena dari hikmah ini akan lahir kebijaksanaan-kebijaksanaan
dalam menerapkan langkah-langkah dakwah baik secara metodologis
maupun praktis. Kesimpulan hikmah bukan hanya sebuah pendekatan
satu metode akan tetapi kumpulan beberapa pendekatan dalam sebuah
metode.
Dalam dunia dakwah hikmah bukan hanya berarti “mengenal strata
mad’u” akan tetapi juga “Bila harus bicara, bila harus diam”. Hikmah
bukan hanya mencari titik temu tetapi juga “toleran yang tanpa
kehilangan sibghah”. Hikmah bukan hanya dalam konteks “memilih kata
yang tepat” tetapi juga “cara terpisah”.Dan akhirnya hikmah adalah
uswatun hasanah serta lisanul hal.32
2. Metode Dakwah Al-Mau’idzatul Hasanah
Mau’idzah hasanah dalam perspektif dakwah sangat populer,
bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan seperti Maulid
Nabi dan Isra Mi’raj. Istilah mau’idzatul hasanah mendapatkan porsi
yang khusus dengan arti “acara yang ditunggu-tunggu” yang
merupakan inti acara dan biasanya menjadi salah satu target
32
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 14
21
keberhasilan suatu acara. Namun demikian agar tidak menjadi salah
paham, maka di sini akan di jelaskan pengertian Mau’idzah hasanah.
Secara bahasa Mau’idzah hasanah terdiri dari dua kata yaitu
Mau’idzah dan hasanah. Kata Mau’idzah berasal dari bahasa Arab
yaitu wa’adza- yai’idzu- wa’dzan yang berarti nasehat, bimbingan,
pendidikan, dan peringatan.
Adapun secara terminologi, ada beberapa penegertian di
antaranya: Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang
dikutip oleh Hasanuddin adalah sebagai berikut : Al Mau’idzah
hasanah adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi
mereka, bahwa engkau memberi nasehat dan menghendaki manfaat
kepada mereka atau dengan Al-Quran. Dan menurut Abdul Hamid
Al-Bilali : Mau’idzah hasanah merupakan salah satu metode dalam
dakwah untuk mengajak kepada jalan Allah dengan cara
memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar
mereka mau berbuat kebaikan.33
Dari beberapa definisi di atas, metode mau’idzah hasanah terdiri
dari beberapa bentuk, di antaranya: nasehat, tabsyir watanzir, dan
wasiat
1) Nasehat atau petuah
Nasehat adalah salah satu cara dari al-mau’idzah hasanah yang
bertujuan mengingatkan bahwa segala perbuatan pasti ada sangsi
dan akibatnya. Secara terminologi Nasehat adalah memerintah
33
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 16
22
atau melarang atau mengajarkan yang di barengi dengan motivasi
dan ancaman. Sedangkan, pengertian nasehat dalam kamus
Bahasa Indonesia Balai Pustaka adalah memberikan petunjuk
kepada jalan yang benar. Juga berarti mengatakan sesuatu yang
benar dengan cara melunakkan hati. Nasehat harus berkesan
dalam jiwa dengan keimanan dan petunjuk.34
2) Basyir watanzir
Tabsyir secara bahasa berasal dari kata basyara yang
mempunyai arti memperhatikan/ merasa senang. Tabsyir dalam
istilah dakwah adalah penyampaian dakwah yang berisi kabar-
kabar yang menggembirakan bagi orang-orang yang mengikuti
dakwah.
Tujuan tabsyir:
a) Menguatkan atau memperkokoh keimanan
b) Memberikan harapan
c) Menumbuhkan semangat utuk beramal
d) Menghilangkan sifat keragu-raguan35
Tandzir atau indzar menurut istilah dakwah adalah
penyampaian dakwah di mana isinya berupa peringatan terhadap
manusia tentang adanya kehidupan akhirat dengan segala
konsekuensinya.
34
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 243 35
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 259
23
3) Wasiat
Secara etimologi kata wasiat berasal dari bahasa Arab, yang
terambil dari kata Washa- Washiya- wasyiyatan yang berarti pesan
penting berhubungan dengan suatu hal.36 Wasiat dapat dibagi
menjadi dua ketogeri , yaitu:
a) Wasiat orang yang masih hidup kepada orang yang masih
hidup, yaitu berupa ucapan, pelajaran atau arahan tentang
sesuatu.\
b) Wasiat orang yang meninggal (ketika menjelang ajal tiba)
kepada orang yang masih hidup berupa ucapan atau berupa
harta benda warisan.37
Oleh karena itu , pengertian wasiat dalam konteks dakwah
adalah ucapan berupa arahan (taujih) kepada orang lain (mad’u)
terhadapa sesuatu yang belum dan akan terjadi (amram sayaqa
mua’yan).
Wasiat diberikan apabila da’i telah mampu membawa mad’u
dalam memahami seruannya atau disaat memberikan kata terakhir
dalam dakwah. Wasiat adalah salah satu model pesan dalam
perspektif komunikasi, maka seorang dai harus mampu mengatur
kesan (management impression) mad’u setelah menerima seruan
dakwah. Sehingga wasiat yang di berikan mampu mempunyai efek
positif bagi mad’u
36
Lois Maluf, Kamus Munjid, Fi Lughoh Wa al-alam. (Beirut : Dar al-Masyriq, 1986) 37
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 274
24
Dari beberapa pengertian di atas, maka penilis menyimpulkan
istilah mau’idzah hasanah akan mengandung arti kata-kata yang
masuk ke dalam hati dengan cinta dan penuh kasih sayang dan ke
dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak menfitnah atau
menyudutkan kesalahan orang lain sebab kasih sayang dalam
menasehati seringkali dapat meluluhkan pemilik hati yang keras, ia
lebih mudah melahirkan kebaikan dan lebih menjauhi daripada
kerusakan.
3. Metode Dakwah Al-Mujadalah Bil Lati Hiya Ahsan
Dari segi etimologi lafadz mujadalah diambil dari kata jadala
yang artinya memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf
jim yang mengikuti wazan faala menjadi jaadala dapat bermakna
berdebat. Berarti arti kata mujadalah mempunyai pengertian
perdebatan.
Kata jadala dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya
guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik
dengan ucapan untuk menyakinkan lawannya dengan menguatkan
pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan.
Dari segi istilah terdapat beberapa pengertian al-mujadalah
(al-hiwar). Al-Mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua pihak secara sinergis tanpa adanya suasana
yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.
Adapun secara terminologi, ada beberapa pengertian
diantaranya menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhya
25
Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang melakukan tukar
pikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi
yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para
peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling
tolong-menolong dalam mencapai kebenaran Dan menurut Sayyid
Muhammad Thantawi adalah suatu upaya bertujuan untuk
mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan
argumentasi dan bukti yang kuat
Adapun dalam tafsir An-Nasafi, kata mujadalah mengandung
arti berbantahan dengan jalan sebaik-baiknya antara lain dengan
perkataan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan ucapan yang
kasar atau dengan mempergunakan sesuatu (perkataan) yang
bisa menyadarkan hati, membangun jiwa dan menerangi akal
pikiran. 38
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
disebut dengan mujadalah adalah merupakan tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan
permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang
diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.
Demikianlah pengetian tentang tiga prinsip metode tersebut . Selain
metode tersebut Nabi Muhammad SAW bersabda:
فبقل يستطع لم فإن فبلسانه، يستطع لم فإن بيده، ف لي غي ره منكرا رأىمنكم بهمن رواهمسلم–وذلكأضعفالإيمان
38
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009) h. 18
26
Artinya: “Siapa di antara kamu melihat kemungkaran ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisan, jika tidak mampu ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman” H.R Muslim Dari Hadist tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu:
1. Metode dengan tangan (bilyadi)
Tangan di sini bisa di fahami secara tekstual ini terkait dengan
bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami
dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan
sangat efektif bila di lakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah.
2. Metode dakwah dengan lisan (bilisan)
Maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang difahami
oleh mad’u, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan
hati.
3. Metode dakwah dengan hati (biqolb)
Yang dimaksud dengan metode dakwah dengan hati adalah
dalam berdakwah hati tetap tulus dan ikhlas , dan tetap mencintai
mad’u dengan tulus, apabila suatu saat mad’u atau objek dakwah
menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek
bahkan mungkin memusuhi dan membenci da’i atau muballigh,
maka hati da’i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan
kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan
ikhlas hati da’i hendaknya mendo’akan objek supaya mendapatkan
hidayah dari Allah SWT.
Apabila ditinjau dari sudut pandang yang lain, metode dakwah
dapat dilakukan pada berbagai metode yang lazim dilakukan dalam
27
pelaksanaan dakwah. Metode-metode dakwah tersebut adalah
sebagai berikut:
4. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu tehnik atau metode dakwah
yang banyak di warnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang
da’i atau muballig pada suatu aktivitas dakwah, ceramah dapat pula
bersifat kempanye, berceramah (rethorika), khutbah, sambutan,
mengajar dan sebagainya.
Metode ceramah juga merupakan suatu tehnik dakwah yang
banyak diwarnai oleh ciri-ciri karasteristik bicara oleh seseorang
da’i pada semua suatu aktivitas dakwah. Metode ini harus
diimbangi dengan kepandaian khusus tentang retorika, diskusi, dan
faktor-faktor lain yang membuat pendengar merasa simpatik
dengan ceramahnya.39
Istilah ceramah di zaman mutakhir ini sedang ramai-ramainya
dipergunakan instansi pemerintah ataupun swasta, organisasi
(jam’yah), baik melalui televisi, radio maupun ceramah secara
langsung. Pada sebagian orang yang menamakan ceramah-
ceramah ini dengan sebutan retorika dakwah, sehingga ada
retorika dakwah, retorika sambutan, peresmian dan sebagianya.
Metode ceramah sebagai salah satu metode atau tehnik
berdakwah tidak jarang dipergunakan oleh dai-dai ataupun para
utusan Allah dalam usaha menyampaikan risalahnya. Hal ini
39
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah. ( Jakarta: Amzah, 2009) h. 101
28
terbukti dalam ayat suci al-Qur’an didalam surat Thaha ayat 25 -28
bahwa Musa , bila hendak meenyampaikan misi dakwahnya dia
berdoa:
اشرحليصدري ي فقهوا.واحللعقدةمنلساني.ويسرليأمري.قالرب
.ق ولي
Berkata Musa : “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”40
5. Metode Dakwah Bil-Qolam (Karya Tulis)
Metode ini termasuk dalam dakwah bil qalam (dakwah dengan
karya tulis). Tanpa tulisan, peradaban dunia akan lenyap dan
punah. Kita bisa memahami Al-Quran, Hadist, Fikih para imam
mazhab dari tulisan yang di publikasikan . Ada hal- hal yang
mempengaruhi efektifitas penulisan antara lain : tulisan ilmiah,
tulisan lepas, tulisan stiker, tulisan spanduk, tulisan sastra, tulisan
terjemah, tulisan cerita dan tulisan berita. Masing-masing bentuk
tulisan memiliki kelebihan dan kekurangan yang terkait dengan
penggunaannya. Dalam hal jurnal ilmiah, tulisan yang layak di muat
adalah tulisan ilmiyah. Kepada para remaja yang gaul, misalnya
kita bisa menyajikan tulisan pesan dakwah yang lepas, kalau kita
perlu mengikuti gaya gaul mereka: bahasa jenaka font tulisan non
formal, topik ringan dan tidak menghilangkan dakwah .41
40
Al-Jumanatul ‘Ali , Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( Bandung, CV PenerbitJ ART, 2004) h. 314
41 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Kencana, 2004) h. 374
29
Dalam metode karya tulis ini Rasulullah SAW juga
mempraktekkan dakwah lewat tulisan, yang telah ia terapkan
kepada raja-raja dan kaisar-kaisar, yakni dia berdakwah dengan
menggunakan media tulisan (dakwah tertulis).
Dengan didampingi oleh para sahabat yang berugas sebagai
juru tulis Nabi SAW, dia menyuruh menulis risalah-risalah dakwah
tersebut. Untuk menguatkan surat-surat yang di buat itu, Rasulullah
SAW menggunakan cincin stempel yang terbuat dari perak yang
terukir tiga baris kalimat yang berbunyi “Muhammadurasulullah”.
Rupanya telah menjadi kebiasaan admisnistrasi pada waktu itu,
bahwa surat-surat yang dikirimkan tidak akan dibaca oleh yang
menerimanya jika tidak di bubuhi dengan cap (stempel)
pengirimnya.
Metode karya tulis ini sudah dilakukan oleh Rasulululah SAW
sejak dahulu yang ditujukan kepada raja-raja seperti : Raja
Hiraqla.42Metode karya tulis merupakan buah dari keterampilan
tangan dalam menyampaikan pesan dakwah. Keterampilan tangan
ini tidak hanya melahirkan tulisan , tetapi juga gambar dan lukisan
yang mengandung misi dakwah.
6. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode yang dilakukan dengan
menggunakan tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana
ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai
42
Hamzah Ya’qub. Publistik Islam . (Bandung: Diponegoro 1986) h. 57-58
30
materi dakwah. Disamping itu, juga untuk merangsang perhatian
penerima dakwah.43
Metode tanya jawab sebagai suatu cara menyajikan dakwah
harus digunakan bersama-sama dengan metode lainnya, seperti
merode ceramah. Metode tanya jawab ini sifatnya membantu
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramahnya.
Tanya jawab sebagai salah satu metode cukup dipandang
efektif apabila ditempatkan dalam usaha dakwah, karena obejak
dakwah dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang belum di
kuasai mad’u sehingga terjadi hubungan timbal balik antara subjek
dakwah objek dakwah.
C. Suku Kajang
Suku Kajang atau yang biasa disebut sebagai masyarakat
Ammatoa adalah kelompok masyarakat lokal yang berdiam di Desa
Tana Towa, daerah Possi Tana dan wilayah Balagana, Kabupaten
Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Suku Kajang adalah salah satu
masyarakat lokal yang dinilai memiliki sistem kepercayaan yang unik,
meskipun sistem tersebut masih bersifat dualistis. Pada satu sisi,
mereka percaya pada monoteisme yang ditandai dengan kepercayaan
terhadap kekuatan tunggal yang disebut Tu Rie’ A’ra’na. Di sisi lain,
mereka juga percaya pada hal-hal yang bersifat politeisme yang
43
A. Kadir Munsyi, Metode Diskusi dalam Dakwah, (Surabaya : Al-Ikhlas , 1978) h. 31-32
31
ditandai dengan adanya penyembahan dan pengabdian pada roh-roh
dan benda-benda seperti batu, gunung, dan sejenisnya 44
1. Kondisi Perkampungan
Suku Kajang bermukim di Desa Tana Towa Kabupaten Bulukumba
Provinsi Sulawesi Selatan.Secara geografis, daerah tersebut
merupakan daerah perbukitan yang bergelombang. Suku Kajang
membagi wilayah Desa Tana Towa, tempat bermukimnya Suku Kajang,
menjadi 13 RK (Rukun Keluarga) dan 19 RT (Rukun Tetangga) yang
dikelompokkan ke dalam sembilan wilayah dusun, yaitu Dusun
Balagana, Dusun Jannaya, Dusun Sobbu, Dusun Benteng, Dusun
Pango, Dusun Bongkina, Dusun Tombolo, Dusun Luraya, dan Dusun
Balambina.
Selain pembagian wilayah tersebut, di pemukiman Suku Kajang ini
juga terdapat hutan adat dan hutan kemasyarakatan. Hutan adat sering
disebut sebagai hutan pusaka yang sifatnya keramat dengan total luas
317, 4 Ha.. Meskipun demikian, mereka diwajibkan untuk menanam
terlebih dahulu bibit pohon dengan jenis yang sama sebelum ditebang.
Hasil hutan itu mereka garap dan nikmati bersama masyarakat Suku
Kajang.45
2. Kepercayaan
Sebagian besar Suku Kajang memeluk agama Islam. Meskipun
demikian, mereka juga mempraktikkan sebuah kepercayaan adat yang
44
Restu, M. dan Sinohadji Emil , Boronga ri Kajang (Hutan di Kajang) ,( Makasar: Pustaka Refleksi 2008) h. 34
45 Yusuf Akib. Potret Manusia Kajang. (Pustaka Refleksi: Makassar 2008) h. 4
32
disebut dengan Patuntung. Patuntung diartikan sebagai mencari
sumber kebenaran. Suku Kajang percaya bahwa Tuhan adalah
pencipta dari segala sesuatu, Maha Kekal, Maha Mengetahui. Maha
Perkasa, dan Maha Kuasa.
Tuhan atau yang disebut sebagai Turie’ A’ra’na menurunkan perintah
atau wahyunya kepada Suku Kajang melalui manusia Kajang pertama
yang disebut Ammatoa.Wahyu tersebut dalam wahyu mereka di sebut
pasang.
Ammatoa juga disebut sebagai manusia pertama yang mendirikan
komunitas Suku Kajang sekaligus pemimpin tertinggi mereka.. Bagi
Suku Kajang sendiri, kepercayaan kepada Ammatoa itu dipercaya
sebagai sebuah ralitas. Di Tana tempat Ammatoa pertama kali
mendarat, mereka mendirikan perkampungan yang kemudian dinamai
sebagai Tana Towa atau tempat pertama kalinya manusia turun
ke bumi. Oleh sebab itu, Suku Kajang meyakini Ammatoa sebagai
pemimpin tertinggi mereka, yang mereka ikuti ajaran dan petuahnya
dalam kehidupan sehari-hari.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai adanya sesuatu
yang berhubungan dengan pokok permasalahan diperlukan suatu
pedoman penelitian yang disebut metodologi penelitian yaitu cara
melukiskan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk
mencapai suatu tujuan.
Metodologi penelitian sebagai cara yang dipakai untuk mencari,
merumuskan dan menganalisa sampai menyusun laporan guna mencapai
satu tujuan. Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam penelitian, penulis
menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah menggunakan penelitian lapangan (field
research) dengan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif ialah jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau hitungan lainnya.46
Tujuan menggunakan jenis penelitian ini adalah untuk mempelajari
secara mendalam gambaran tentang Metode Komunikasi Dakwah di Suku
Kajang Desa Tana Towa Kec Kajang Kab.Bulukumba Sulawesi Selatan
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana suatu penelitian
dilaksanakan. Penelitian yang penulis lakukan ini mengambil lokasi di
46
Afrizal,Metode Penelitian Kualitatif : Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Cet. 3 ; Jakarta : Rajawali Pers, 2016), h. 12
34
Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kab Bulukumba Sulawesi Selatan.
Sebuah penelitian yang utuh harus memiliki objek penelitian yang konkret.
Penelitian yang dilakukan di Suku Kajang Desa Tana Towa Kec Kajang
Kab.Bulukumba Sulawesi Selatan, ini mengambil objek penelitian aparat
Tana Towa, tokoh masyarakat, serta tokoh agama yang masing-masing
akan dimintai keterangan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini.
C. Fokus Penelitian
1. Kehidupan sosial keberagaman khususnya untuk masyarakat Kajang
baik tua maupun muda baik kalangan bawah sampai yang
berpendidikan yang ada di Suku Kajang Desa Tana Towa Kec
Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.
2. Metode Komunikasi Dakwah untuk masyarakat terkhusus Suku
Kajang Desa Tana Towa Kec Kajang Kabupaten Bulukumba
Sulawesi Selatan.
3. Faktor pendukung dan penghambat Metode Komunikasi Dakwah
untuk Suku Kajang terkhusus Desa Tana Towa Kec Kajang
Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan prosedur yang terbagi ke dalam
beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
1. Tahap Pendahuluan
a. Observasi awal ke lokasi penelitian.
35
b. Membuat desain proposal skripsi dan mengajukan desain proposal
skripsi kepada dosen pembimbing untuk diadakan koreksi.
c. Mengajukan desain proposal skripsi kepada jurusan sekaligus
minta persetujuan judul.
2. Tahap Persiapan
a. Mengadakan seminar desain proposal skripsi.
b. Penyusunan instrumen pengumpulan data.
c. Memohon surat perintah riset atau penelitian.
3. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan penelitian untuk menggali data di lapangan.
b. Melaksanakan pengumpulan data dengan melakukan
wawancara, observasi, dan penulisan dokumen-dokumen.
c. Mengolah dan melakukan analisis data hasil penelitian.
4. Tahap Penyusunan Laporan
a. Penyusunan hasil penelitian.
b. Berkonsultasi dengan dosen pembimbing tentang laporan yang
telah disusun untuk diadakan koreksi dan perbaikan hingga
disetujui.
c. Selanjutnya diperbanyak dan dibawa pada sidang munaqosah
skripsi di hadapan penguji.
E. Sumber Data
1. Data primer
Data primer, yaitu data yang di dapatkan langsung dari sumbernya,
baik melalui wawancara, dan observasi secara langsung. Penelitian ini
36
menggunakan istilah sosial situation atau situasi sosial sebagai obyek
yang terdiri dari tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan
aktivitas (activity), yang berinteraksi secara sinergi.
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang mendukung data primer yang di
peroleh dari literatur, baik buku-buku, dokumen, foto, maupun referensi
yang terkait dengan penelitian.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode sebagai
berikut:
1. Observasi / Pengamatan
Yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-
fenomena yang diselidiki. Metode ini digunakan secara langsung
mengamati terhadap situasi dan kondisi masyarakat .
2. Interviuew/Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang
diselidiki dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan
penyelidikan.47 Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari pihak
yang diwawancarai.
Metode wawancara ini diterapkan kepada para ulama dan para
pemuka masyarakat yang mempunyai peran penting dalam aktivitas
dakwah. Selain itu, wawancara juga diterapkan kepada masyarakat,
47
Sutrisno Hadi ,Metodologi Research, ( Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h. 136 dan 193.
37
karena merupakan obyek dakwah yang tidak kalah pentingnya dengan
peran para da'i dan tokoh masyarakat dalam kaitannya dalam dakwah ini.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial, pada intinya metode ini
adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.48
Bahan-bahan yang dijadikan dokumentasi pada penelitian ini
berupa foto-foto pada saat berlangsungnya aktivitas dakwah, dan
berbagai hal yang berhubungan dengan aktivitas dakwah di Desa Tana
Towa Kec Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan
diantaranya sebagai berikut:
a. Koleksi data, yaitu mengumpulkan data yang diperlukan dalam
penelitian.
b. Editing data, yaitu melakukan penyempurnaan terhadap data yang
masih kurang guna memperoleh data yang jelas dan relevan
dengan keperluan penelitian.
c. Klasifikasi data, yaitu melakukan pengelompokkan data sesuai
dengan tema sehingga memudahkan untuk penyajian data.
48
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, ( cet. 2 ; Jakarta : Kencana, 2008), h. 121
38
2. Analisa Data
Analisa data adalah proses mengolah, memudahkan,
mengelompokkan, dan memasukkan sejumlah data yang di kumpulkan di
lapangan secara empiris menjadi sebuah kumpulan informasi ilmiah yang
terstruktur dan sistematis yang selanjutnya siap dikemas menjadi laporan
hasil penelitian.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa
metode analisis data, yaitu dengan menggunakan metode yang bersifat
kualitatif. Sehingga dengan menggunakan metode tersebut data yang
terkumpul dapat terarah dan terlaksana dengan baik dalam
pengolahannya.
Adapun data yang dimaksud adalah hasil wawancara atau interview
dari beberapa informan yang berupa pendapat, teori gagasan atau data
kepustakaan yang akan dianalisa. Sedangkan metode analisa data yang
bersifat kualitatif tersebut dengan menggunakan beberapa metode
sebagai berikut :
Data yang terkumpul disajikan secara deskriptif kualitatif,
selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisa data yaitu tahap
reduksi data dimana semua informasi yang didapat dikumpulkan dan
kemudian dilakukan pengelompokkan dan kemudian dilakukan
penyederhanaan data.Tahap penyajian data, dimana data yang
dikelompokkan tadi kemudian dideskripsikan dalam bentuk kata-kata agar
data dapat dibaca dan ditarik kesimpulan menjadi data yang bersifat
khusus.Kemudian tahap penarikan kesimpulan, pada tahap ini data yang
39
sudah dideskripsikan kemudian disimpulkan sehingga diperoleh jawaban
dari permasalahan dalam penelitian ini.49
49
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, h. 135
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Tana Towa Kec. Kajang
1. Keadaan Geografis Desa Tana Towa Kec. Kajang
Letak geografis Desa Tana Towa antara 5020’ LS dan 120022’ BT.
Desa Tana Towa merupakan salah satu dari sembilan belas
desa/kelurahan di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba Sulawesi
Selatan. Kecamatan Kajang memiliki luas wilayah 129,06 km terpilah ke
dalam dua kelurahan yakni kelurahan Tana Jaya yang juga sebagai
ibukota kecamatan dan kelurahan Laikang, serta tujuh belas desa (Bonto
Biraeng, Bonto Rannu, Lembang, Lembang Lohe, Possi Tana, Lembanna,
Tambangan, Sangkala, Bonto Baji, Pattiroang, Sapanang, Batu Nilamung,
Tana Towa, Maleleng, MatTowanging, Lolisang dan Pantama).
Khusus Desa Tana Towa memiliki luas wilayah 5,25 kilometer
persegi. Ibukota desa ini terletak di Dusun Balagana. Karena sebagian
besar wilayah Kecamatan Kajang merupakan kawasan adat sehingga
secara umum sering diidentikkan semua wilayah ini sebagai kawasan
Tana Towa. Wilayah Desa Tana Towa sendiri terbagi kedalam delapan
dusun yaitu Dusun Sobbu, Dusun Benteng, Dusun Pangi, Dusun
Tombolo, Dusun Lurayya, Dusun Balambina, Dusun Jannaya dan Dusun
Balagana. Dusun Jannaya dan Dusun Balagana merupakan dusun
peralihan (dusun calabai/waria) karena selain menganut tata nilai yang
bersumber dari ajaran pasang, juga menganut tata nilai yang tidak
bersumber dari ajaran pasang. Dusun ini terletak di wilayah Ipantarang
41
Embaya, yaitu wilayah di luar kawasan AmmaTowa. Sedangkan 6 dusun
lainnya masuk dalam kawasan Ilalang Embaya, yaitu di dalam kawasan
Ammatowa.
Sesuai letaknya yang terletak nyaris ditengah-tengah, Desa Tana
Towa dikelilingi oleh desa-desa yang masih berada dalam wilayah
Kecamatan Kajang , Oleh karena itu Desa Tana Towa memiliki batas
wilayah sebagai berikut:
a) Bagian utara berbatasan dengan Desa Batunilamung
b) Bagian Selatan berbatasan dengan Desa Bontobaji
c) Bagian Barat berbatasan dengan Desa Pattiroang
d) Bagian Timur berbatasan dengan Desa Malleleng
Topografi Desa Tana Towa berupa dataran rendah dengan
ketinggian 200 mdpl dan curah hujan rata-rata 2000 – 2500 mm/tahun.
Suhu udara rata-rata 270 C– 310 C.
Desa Tana Towa dibatasi oleh empat sungai. Keempat sungai ini
kemudian dijadikan sebagai batas alam, yaitu Sugai Limba di bagian
timur, Sungai Doro di bagian barat, Sungai Tuli di bagian utara dan Sungai
Sangkala di bagian selatan. Keempat sungai inilah yang dijadikan pagar
(emba) pembatas kawasa n Ilalang Embaya (dalam pagar) dengan
Ipantarang Embaya (di luar pagar). Istilah emba digunakan oleh
masyarakat Tana Towa untuk mendefinisikan keberadaan ekosistemnya
dengan segala karakteristik khas yang mereka miliki.
42
2. Demografi Desa Tana Towa
Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
memiliki penduduk sebanyak 4.229 jiwa .Dari jumlah tersebut jenis
kelamin perempuan lebih dominan dengan jumlah penduduk 2.297 jiwa.
Jika dibandingkan dengan populasi laki-laki 1.932 jiwa, terdapat selisih
sebanyak 365 jiwa, atau dengan perbandingan persentase perempuan
54,32% dan laki-laki 45,68%. Asdar, Kepala seksi pemerintahan dan
pembangunan Desa Tana Towa menyebutkan, terdapat selisih sebanyak
396 jiwa penduduk yang tidak tercatat berdasarkan hasil survey data
sekunder. Hal ini disebabkan banyak warga yang sudah pindah domisili
dikarenakan perkawinan dengan warga di luar Desa, pindah domisili
karena tugas, meninggal dunia dan tidak tercatat serta adanya penduduk
yang tercatat secara berganda .
Jumlah fasilitas tempat ibadah yang dibangun di Desa Tana Towa
untuk memenuhi kebutuhan rohani bagi masyarakat setempat.
Masyarakat Desa Tana Towa seluruhnya beragama Islam, terdapat 6
mesjid di Desa Tana Towa dengan 1 langgar/mushalla, namun dari segi
amalan dan ritual ibadah terjadi perbedaan antara masyarakat yang
tinggal di Ilalang Embayya dan masyarakat yang tinggal di Ipantarang
Embayya. Masyarakat Ilalang Embayya mengaku beragama Islam secara
formal, tetapi dalam banyak hal mereka tidak menjalankan syariat Islam
secara utuh, mereka tetap menjalankan ajaran-ajaran yang bersumber
dari Pasang dan memberlakukan ketentuan-ketentuan adat yang ketat.
Sedangkan masyarakat Ipantarang Embayya mengaku beragama Islam
43
dan menjalankan syariat Islam secara utuh dan tidak terikat dengan ajaran
Pasang yang biasa disebut ajaran Patuntung.
Selain dalam hal keagamaan dan sosial yang memiliki toleransi
tinggi, masyarakat Desa Tana Towa juga termasuk masyarakat yang
memiliki pendidikan yang cukup, meskipun hanya dapat mengenyam
pendidikan pada tingkat dasar.
Mayoritas penduduk Desa Tana Towa telah mengenyam
pendidikan, walaupun hanya tingkat dasar. Penduduk Desa Tana Towa
yang mengenyam pendidikan setingkat SD adalah sejumlah 1.285
orang,setingkat SLTP/SMP sejumlah 1.205 orang, setingkat SLTA/SMA
sejumlah 1.299 orang, Sarjana dan/atau Pascasarjana sejumlah 55 orang,
dan 350 orang yang belum atau tidak mengenyam pendidikan.
Selain dalam bidang pendidikan, dalam bidang ekonomipun
anggota masyarakat Desa Tana Towa tergolong masyarakat yang tidak
ingin berpangku tangan. Hal ini terbukti dengan beragamnya jenis mata
pencaharian yang ditekuni oleh anggota masyarakat Tana Towa untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sebagian besar anggota masyarakat yang berdomisili di Desa Tana
Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba memiliki mata
pencaharian sebagai petani/peternak, yakni sebanyak 3.298 orang.
Adapun jumlah penduduk yang lain terbagi dalam beberapa jenis mata
pencaharian, yakni 115 orang yang menekuni mata pencaharian sebagai
Pegawai/Polri dan TNI, 160 orang sebagai pedagang/wiraswastawan, 271
44
orang sebagai buruh, dan 234 orang merupakan penduduk yang berusia
belum/sudah tidak produktif.
3. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Desa Tana Towa Kec. Kajang
Sebuah masyarakat memiliki kaitan erat dengan kehidupan sosial
dan budaya-budaya setempat, karena adanya kehidupan social budaya
merupakan ciri sebuah masyarakat yang "hidup". Sebuah masyarakat
dikatakan "hidup" manakala anggota masyarakatnya menjalin kehidupan
sosial dan memiliki budaya yang merupakan nilai-nilai luhur dari
masyarakat itu sendiri. Demikian pula yang terdapat pada masyarakat
Desa Tana Towa Kecamatan Kajang.
Kondisi sosial budaya masyarakat Desa Tana Towa Kecamatan
Kajang tergolong kondusif. Hal ini terlihat dari toleransi sosial
kemasyarakatan yang terjalin antar anggota masyarakat. Kondisi sosial
budaya yang kondusif ini juga dibuktikan dengan turut sertanya seluruh
anggota masyarakat dalam kegiatan-kegiatan kebudayaan Desa Tana
Towa Kecamatan Kajang . Jenis-jenis upacara adat ataupun pesta yang
dilaksanakan oleh Komunitas Adat Kajang cukup banyak, berdasarkan
penelusuran dan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat
dirangkum setidaknya delapan belas jenis yaitu :
Upacara A'tompolo, upacara ini mirip dengan upacara aqiqah yang
biasa dilaksanakan umat Islam sebagai rasa syukur atas kelahiran
seorang bayi dalam sebuah keluarga. Hari pelaksanaan pun sama yakni
pada hari ketujuh setelah bayi dilahirkan, Akkalomba merupakan
upacara memohon keselamatan agar anak-anak terhindar dari penyakit,
45
Akkatere, upacara ini mirip dengan acara pemotongan rambut bagi
anak bayi yang baru dilahirkan dikalangan suku Bugis Makassar.
Upacara Akkatere sarat dengan makna dan simbol utamanya peralatan-
peralatan dan bahan-bahan yang dipakai pada saat upacara. Akkatere
menjadi lebih penting apabila dihadiri oleh ke 26 dewan adat
AmmaTowa (Ada' ruampulongannang).
Upacara Passalang yaitu upacara khitanan atau yang biasa juga
disebut Passunnakkang (pengislaman) , Pa'buntingan atau upacara
pesta perkawinan, Upacara Tilapo, A'dampo, Lajo-lajo atau
Pa'dangangang yaitu upacara kematian dan upacara ini mememerlukan
biaya yang paling besar dibanding upacara-upacara lainnya dan prosesi
acaranya berlangsung selama 100 hari. Nai' ri Bola yaitu upacara yang
dilaksanakan sehubungan mulainya ditempati rumah yang baru,
Situru'turu yaitu pesta dalam rangka pembangunan rumah. Biasanya
seorang Uragi atau seorang ahli pertukangan memimpin upacara ini.
Upacara U'matang yaitu upacara untuk pemujaan roh-roh leluhur,
Doangang yaitu upacara untuk memohon keselamatan
Selanjutnya Upacara Akkaharu yaitu upacara yang berhubungan
dengan dunia pertanian terutama tanaman padi dan jagung, mulai dari
pemilihan bibit, penanaman dan penyimpanan. Kondisi dianggap khusus
bila terjadi serangan hama dan penyakit pada tanaman, apalagi jika
hamanya adalah hama tikus. Tompang yaitu upacara yang
berhubungan dengan dunia peternakan. Upacara ini dilaksanakan untuk
mengusir penyakit yang menyerang hewan ternak. Angnganro ri Sapo
46
yaitu upacara yang dilakukan di rumah (sapo), skala acara ini cukup
besar dilaksanakan bila ada musibah di bidang pertanian atau panen
berhasil dan biasanya upacara ini dilaksanakan di Possi tana
Upacara Pangnganroang, yaitu upacara untuk memanjatkan doa
dan memohon kepada Tuhan untuk diberi keselamatan dan terhindar
dari wabah penyakit. Selain itu upacara ini biasa juga dilakukan untuk
memohon turunnya hujan , Paruntu'Panganro Sibatu Lino¸yaitu
upacara ritual untuk keselamatan alam semesta dengan segala isinya.
Allisa' Ere Tallasa yaitu upacara pada waktu seorang anak pertama kali
menginjakkan kakinya di Tanah. Upacara ini dilaksanakan untuk
memohon berkah agar langkah anak-anak mereka di kemudian hari
menjadi langkah-langkah yang berguna bagi keluarga dan
masyarakat,Appanganro Akkatto yaitu upacara ritual yang dilakukan
AmmaTowa untuk menyambut dewa padi Sangiasserri dari
peraduannya menuju ke istananya yaitu di lumbung penyimpanan (Para
Bola).
B. Kehidupan Sosial Keberagamaan Masyarakat Desa Tana Towa
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
Kehidupan sosial keberagamaan merupakan "ruh" dari sebuah
masyarakat di samping kehidupan sosial kebudayaan masyarakat.
Masyarakat akan kehilangan "cita rasanya" seandainya dalam sebuah
masyarakat tidak terjalin interaksi sosial antar anggota masyarakatnya,
dan tidak memiliki kebudayaan dan pedoman agama yang melekat
dalam diri anggota masyarakat itu sendiri . Menurut Abdul Aziz AMD
47
seorang tokoh agama mengatakan bahwa segi kehidupan sosial,
masyarakat Kajang sangat baik seperti masih lestarinya budaya gotong
royong, kerja bakti, dan adanya toleransi antar sesama Suku Kajang.52
Sebagai juga yang di sampaikan oleh tokoh agama masyarakat
Kajang Muhammad Arif SH.I bahwa kerukunan warga sangat erat,
bahu membahu baik dari beberapa golongan dalam segala bidang
termasuk kegiatan agama, hanya saja kesadaran individu untuk
melakukan kewajiban sebagai seorang muslim seperti melaksanakan
shalat, puasa, zakat dan lain-lain masih sangat rendah walaupun
mayoritas penduduk Kajang beragama Islam.53
Meskipun anggota masyarakat Desa Tana Towa Kecamatan
Kajang Kabupaten Bulukumba memiliki berbagai macam perbedaan
dalam keyakinan masalah kebudayaan, namun hal ini tidak lantas
menimbulkan adanya kesenjangan dan ketiadaan rasa tenggang rasa
antar sesama Suku Kajang, melainkan sebaliknya mereka tetap menjalin
persaudaraan dan bertenggang rasa antar sesama. Hal ini dibuktikan
dengan masih adanya kebudayaan gotong royong dalam pembangunan
sarana dan tempat ibadah, serta pembersihan lingkungan sekitar desa.
Kerukunan antar umat seagama yang tertanam dalam diri anggota
masyarakat Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
juga diimplentasikan pada saat diselenggarakannya kegiatan-kegiatan
desa, seperti Upacara Pa'buntingan. Saat diadakan acara ini, semua
52 Abdul Aziz A.MD, Tokoh Masyarakat sekaligus Imam Desa, Wawancara, di Mesjid Nurul
Hikmah Mattoaging Kajang, tanggal 24 Oktober 2018 53 Muhammad Arif SH.I, Dai AMCF dan PR Muhammadiyah Tana Towa Kajang, Wawancara,
di Tana Towa, tanggal 16 November 2018.
48
lapisan masyarakat Desa Tana Towa senantiasa berpartisipasi untuk
memeriahkannya. Tidak memandang anggota masyarakat tersebut
berasal dari dalam kawasan Adat Tana Towa atau berada di Luar Tanah
Adat, semua anggota masyarakat bersatu padu untuk memeriahkannya,
karena masyarakat Desa Tana Towa merupakan masyarakat yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kerukunan dalam bermasyarakat. Berawal
dari kebiasaan dan kehidupan sosial semacam ini, maka lahirlah sebuah
kebudayaan dimana anggota masyarakat tidak lagi terpaku dan hanya
mementingkan individu atau kelompok adat mereka sendiri, melainkan
saling bahu membahu untuk menciptakan sebuah suasana sosial yang
rukun dan tenteram.
Kegiatan sosial keberagamaan yang berjalan di Desa Tana Towa,
bagi masyarakat Kajang yang semuanya memeluk agama Islam, mulai
dari penyelenggaraan Majelis Ta’lim Umum Ibu dan Bapak tiap setelah
Solat Shubuh, Pengajian Kitab Ibu-Ibu yang diadakan tiap satu bulan
sekali, Majelis Ta’lim Khusus Remaja dan diadakan empat kali seminggu
dan adanya kegiatan Taman Pendidikan Al-qur'an (TPA) tiap sore hari
bagi anak-anak. Kegiatan-kegiatan ini merupakan sebuah wujud nyata
yang dilakukan oleh masyarakat DesaTana Towa Kecamatan Kajang
yang memandang sangat penting untuk menjunjung tinggi nilai- nilai
agama.
Melihat beragamnya kegiatan sosial keberagamaan yang
diselenggarakan di Desa Tana Towa tentu akan membuahkan anggapan
bahwa kesadaran beragama dalam diri individu anggota masyarakat
49
Desa Tana Towa sudah sangat matang. Namun, pada kenyataannya
anggapan tersebut sangat bertolak belakang. Kenyataannya, masih
banyak anggota masyarakat Desa Tana Towa yang belum memiliki
kesadaran dalam menjalankan ibadah agamanya masing-masing.
Seperti halnya masih banyaknya anggota masyarakat yang jarang
melaksanakan ibadah shalat lima waktu, puasa di bulan ramadhan, dan
masih adanya anggota masyarakat yang belum terbuka hatinya untuk
membayarkan zakat fitrah dan/atau zakat malnya.
Kenyataan seperti ini, harus segera ditindaklanjuti dengan
mengadakan pendekatan sosial, atau dalam bahasa keagamaan lebih
dikenal dengan sebuatan dakwah. Pendekatan sosial atau dakwah ini
tentu harus menggunakan cara yang tepat bila menghendaki
keberhasilan dalam mengubah perilaku masyarakat menjadi pribadi
yang taat menjalankan ibadah agamanya. Pendekatan sosial yang
dilakukan harus dilakukan dari hati ke hati, tanpa menyinggung dan
"mengorek" kekurangan pihak tertentu dalam pelaksanaan ibadahnya.
Kebijakan ini akan membuahkan hasil yang lebih efektif dibandingkan
dengan apabila penanganan individu masyarakat Desa Tana Towa
dilakukan dengan cara arogan, karena cara yang arogan dalam
penanganan masalah keagamaan hanya akan membuahkan sebuah
kebuntuan jalan keluar. Orang atau pribadi yang bersangkutan tentunya
tidak akan nyaman apabila terus-menerus dihakimi sebagai seorang
"kafir", karena tidak menjalankan perintah dan ibadah sebagaimana
yang sudah ditetapkan oleh Allah.
50
Jadi, untuk memecahkan masalah tersebut, dimana masyarakat
Desa Tana Towa belum sepenuhnya mau dan bersedia menjalankan
aktivitas agama sesuai yang telah ditetapkan oleh Al-Qur'an dan As-
Sunnah, perlu dilakukan pendekatan yang lebih bersifat kekeluargaan,
tanpa menghakimi dan memvonis pribadi tertentu, hanya karena mereka
belum mau menjalankan perintah agama sesuai yang tertuang dalam Al-
Qur'an dan As-Sunnah.
Maka penulis menyimpulkan bahwa kehidupan sosial
keberagamaan masyarakat Desa Tana Towa Kecamatan Kajang
Kabupaten Bulukumba secara umum sudah baik, solidaritas sosial antar
warga terjalin dengan baik, akan tetapi kesadaran secara individu dalam
melaksanakan ibadah sesuai dengan tuntunan agama masih minim,
disebabkan kurangnya pengetahuan mereka tentang agama.
C. Metode Komunikasi Dakwah pada Masyarakat Desa Tana Towa
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
"Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya". Barangkali
peribahasa ini sangat cocok dengan keadaan masyarakat Kajang, karena
dalam menghadapi masyarakat yang memiliki kebiasaan dan kepribadian
yang berbeda, tentunya juga harus menerapkan metode atau cara
dakwah yang berbeda, sehingga keberhasilan dalam menyampaikan
ajaran Illahi mencapai keberhasilan sebagaimana yang diinginkan
sebagai berikut :
51
a. Majelis Ta’lim Umum Ibu dan Bapak
Masyarakat Desa Tana Towa yang memiliki penduduk
beragama Islam sebagai penduduk mayoritas, merupakan salah satu
masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Tokoh Agama
yang memiliki kepedulian pada kegiatan Majelis Ta’lim ini adalah Ust
Muhammad Arif SH.I. Beliau juga merupakan penggerak yang
menggalakkan pengajian ini agar melaksanakan ajaran agama dalam
kegiatan sehari-hari.Materi yang dikemas dalam kegiatan Majelis
Ta’lim ini antara lain pembacaan Hadist Bulugul Maram , Fiqih
Ibadah serta Tanya Jawab, dan pelaksanaan mujahadah.
Sebagaimana yang diutarakan oleh Muhammad Arif SH.I,
sebagai Dai AMCF Tana Towa Kajang, dalam wawancara penulis
bahwa kegiatan Majelis Ta’lim ibu dan bapak di desa Tana Towa
daerah adat Kajang ini tidak hanya melakukan kegiatan pembacaan
hadist Bulugul Maram semata, melainkan juga juga diadakan
pembahasan Fiqih Ibadah dan praktek serta di adakan Tanya jawab
jika di perlukan .Waktu pelaksanaan kegiatan Majelis Ta’lim adalah
setiap selesai Sholat Subuh yang dilaksanakan di Mesjid At-Tajdid
Desa Tana Towa dan metode yang diterapkan dalam penyampaian
materi dalam kegiatan Majelis Ta’lim Umum ini adalah dengan
metode ceramah, tanya jawab, dan juga pemberian teladan.54
54 Muhammad Arif SH.I, Dai AMCF dan PR Muhammadiyah Tana Towa Kajang, Wawancara, di
Tana Towa, tanggal 16 November 2018.
52
b. Pengajian Kitab Khusus Ibu
Sebagaimana penyelenggaraan acara pengajian umum ,yang
merupakan implementasi kepedulian masyarakat Desa Tana Towa
Kecamatan kajang Kabupaten Bulukumba dalam aktivitas
keagamaan, kaum ibu pun melaksanakan pengajian khusus mereka
perempuan .Tokoh agama yang memiliki kepedulian pada kegiatan
pengajian Khusus ibu ini antara lain Ust Muhammad Arif SH.I dan
Ibu Nurhaeda S.Pd. Materi yang dikemas dalam kegiatan pengajian
ini di kondisikan kepada siapa materi yang di sampaikan sesuai
kadar pengetahuan, untuk kalangan awam , yang di bahas adalah
Kitab Bulugul Maram dan Kitab Targib wa Tarhib dan motivasi-
motivasi untuk beramal .Adapun kalangan atas kitab yang di gunakan
adalah Kitab Fathul Majid, Kitab Minhajul Muslim
Sebagaimana yang diutarakan oleh Muhammad Arif SH.I,
sebagai Dai AMCF Tana Towa Kajang, dalam wawancara penulis
beliau mengatakan bahwa Materi yang sering kita angkat dalam
kegiatan Pengajian Kitab Kaum Ibu ini merupakan materi-materi yang
dekat dengan kehidupan keseharian seperti dalam hal ubudiah dan
muamalah. Namun terkadang juga kita sisipkan mengenai
pembahasan urusan-urusan desa dan kami sampaikan sesuai kadar
pemahaman pendengar sebagaimana pepatah “bicaralah kepada
manusia sesuai kadar akalnya” .Waktu pelaksanaan kegiatan
pengajian
53
Kitab ini adalah setiap sebulan sekali yang dilaksanakan di 6
Mesjid yang ada di Kecamatan Kajang yaitu Mesjid Al-Ikhlas
Lembana,Mesjid At Tajdid Tana Towa,Mesjid Nurul Hikmah Dasaad,
Mesjid Muttakin Kaneka, Mesjid An-Nur Tambangan dan Mesjid
Muhammadiyah dan metode yang diterapkan dalam penyampaian
materi dalam pengajian Kitab ini khusus kaum ibu adalah dengan
metode baca Kitab di rangkaikan dengan pembahasan dan sesekali
di adakan tanya jawab.55
c. Majelis Ta’lim Remaja
Dalam perkembangan dakwah Islam kita tidak bisa melupakan
peran generasi pemuda dalam hal ini karena mereka adalah pelanjut
sejarah. Dengan menyiapkan generasi Islam selanjutnya maka sama
saja menjaga Islam itu sendiri khususnya di Kecamatan Kajang .Oleh
karena itu kaum Pemuda pun tidak tinggal diam, mereka juga
melaksanakan aktivitas keagamaan berupa Majelis Talim Khusus
mereka para Pemuda. Dan yang memiliki kepedulian pada kegiatan
Majelis Ta’lim khusus pemuda ini adalah Ust Muhammad Arif SH.I,
Ust Musyron dan penulis juga mengambil bagian dalam hal ini.
Materi yang dikemas dalam kegiatan Majelis Ta’lim ini antara lain
Bulugul Maram untuk pembahasan Fiqih, Usulus Tsalasa untuk
Tauhid, Siroh An-Nabawiyah, Kitabul Ilmi karya Syekh Utsaimin
sebagaimana yang sampaikan oleh Muhammad Arif SH.I, bahwa
55 Muhammad Arif SH.I, Dai AMCF dan PR Muhammadiyah Tana Towa Kajang, Wawancara, di
Tana Towa, tanggal 17 November 2018.
54
Mejlis Ta’lim Remaja inilah yang menjadi target Utama pondasi kita
dalam dakwah ini karena kita tahu bahwa pemuda memiliki semangat
dalam dakwah dan yang kita harapkan ke depan bisa menjadi
penerang Tana Towa ini dan saya kuatkan dakwah dalam sisi
pemuda ini.Waktu pelaksanaan kegiatan Majelis Ta’lim Remaja
adalah empat kali dalam seminggu yaitu malam Ahad, Senin, Rabu
dan Jumat yang dilaksanakan di Mesjid At-Tajdid Desa Tana Towa
setelah Solat Magrib sampai Isya .Metode yang diterapkan dalam
penyampaian materi dalam kegiatan Majelis Ta’lim ini adalah
dengan metode pembahasan Kitab oleh pemateri, dan para anggota
ta’lim mencatat materi yang di sampaikan.56
d. TK -TPA
Penanaman nilai-nilai keagamaan akan lebih efektif bila
dilaksanakan sedini mungkin. Menyadari hal tersebut, masyarakat
Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
memberikan wadah bagi generasi muda untuk menambah wawasan
keagamaan mereka dengan mendirikan sebuah Taman Pendidikan
Al-Qur'an (TPA) yang di beri nama TK-TPA Tana Towa .Berikut ini
data yang diperoleh dalam observasi sekaligus wawancara bersama
Nurhaeda S.Pd, sebagai pendiri TK TPA Tanah Towa, beliau
menyampaikan meskipun kesadaran anggota masyarakat Desa Tana
Towa dalam menjalanakan ibadah masih tergolong rendah, namun
56 Muhammad Arif SH.I, Dai AMCF dan PR Muhammadiyah Tana Towa Kajang, Wawancara, di
Tana Towa, tanggal 17 November 2018.
55
dengan keterbatasan tersebut masih ada anggota masyarakat yang
respect untuk mencetak generasi yang Islami dengan mengadakan
kegiatan TPA bagi anak-anak Desa Tana Towa.
Warga dan Tokoh agama yang berperan aktif dalam kegiatan ini
antara lain Ust Muhammad Arif SH.I, Ibu Nurhaeda S.Pd, Bapak Ardi
S Pd.I. Ibu Hartati AMP dan Ibu Rawasia S.Pd.I. Materi yang
dikemas dalam kegiatan TPA ini adalah materi dasar agama, semisal
tata cara dan bacaan dalam sholat, pengamalan doa sehari-hari, dan
tata cara membaca Al-qur'an yang benar.Dan pelaksanaan kegiatan
TPA ini adalah tiap hari setelah solat Asar , kecuali hari Ahad yang
merupakan hari libur untuk kegiatan TPA ini. Metode yang diterapkan
dalam penyampaian materi dalam kegiatan TPA ini, selain dengan
talakki( berhadapan dengan guru), ceramah dan tanya jawab, juga
menerapkan pemberian teladan yang merupakan hal yang
terpenting, mengingat anak-anak TPA masih memerlukan figure yang
dapat mereka jadikan sebagai panutan dalam pelaksanan ajaran
agama dalam kegiatan sehari-hari.57
Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa metode dakwah yang
tepat bagi masyarakat Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba, berdasarkan keadaan masyarakat dan keadaan
kebudayaan yang tumbuh di Desa Tana Towa, maka penggunaan
metode ceramah (mauidzoh khasanah), tanya jawab (jadilhum billati hiya
ahsan), dan pemberian teladan yang sesuai dengan kaidah agama
57 Nurhaeda S.Pd, Pendiri TK-TPA Tana Towa Kajang, Wawancara, di Mesjid At Tajdid Tana
Towa, tanggal 25 November 2018.
56
(uswatun hasanah) merupakan cara atau metode yang tepat untuk
membangun masyarakat Desa Tana Towa yang memiliki kesadaran
beragama tinggi.
1. Metode Ceramah (mauidzoh khasanah)
Metode ceramah (mauidzoh khasanah) dipandang tepat untuk
mengubah masyarakat Desa Tana Towa menjadi masyarakat yang
memiliki kesadaran tinggi dalam menjalankan ajaran-ajaran agama
Islam, karena pada umumnya masyarakat Desa Tana Towa tidak
menjalankan ibadah sesuai tuntunan agama lebih karena mereka
belum mengetahui secara mendalam hikmah dari pelaksanaan
ibadah-ibadah yang telah ditentukan oleh ajaran Agama Islam.
Melalui metode ceramah ini, masyarakat Desa Tana Towa akan
memperoleh wawasan keagamaan yang memadai yang disampaikan
oleh para tokoh agama di Desa Tana Towa itu sendiri. Pelaksanaan
ceramah ini bisa dilakukan dalam berbagai acara keagamaan yang
sudah berjalan selama ini, misalnya dalam acara Pengajian Umum
dan Majelis Ta’lim maupun kajian Kitab.
2. Metode Tanya Jawab (jaadilhum billati hiya ahsan)
Metode dakwah yang kedua yang tepat bagi masyarakat Desa
Tana Towa adalah metode tanya jawab. Metode ini merupakan salah
satu metode yang tepat bagi masyarakat Desa Tana Towa karena
selain masyarakat yang sebagian besar belum menjalankan perintah
agama karena mereka belum memahami dan mengetahui ajaran itu
secara mendalam, masyarakat Desa Tana Towa juga kurang
57
mendapatkan "ruang curhat" untuk memecahkan masalah
keseharian mereka dalam kehidupan sehari-hari. Melalui metode
tanya jawab ini, akan sangat membantu masyarakat dalam
mendapatkan pengetahuan dan mendapatkan solusi dari masalah
mereka yang seringkali tidak terpecahkan. Dengan diadakannya
tanya jawab membahas masalah agama oleh tokoh agama desa,
diharapkan nanti akan memberikan pemahaman kepada masyarakat
tentang nilai penting pelaksanaan ajaran agama dan sekaligus
memecahkan permasalahan yang mereka hadapi dalah
hubungannya dengan pelaksanaan ajaran agama sehari-hari.
3. Metode Pemberian Teladan yang Baik (uswatun hasanah)
Metode Dakwah yang ketiga, yang merupakan metode yang
sangat tepat bagi pembangunan religiusitas masyarakat Desa Tana
Towa adalah metode pemberian teladan yang sesuai dengan
tuntunan agama. Metode ini sangat tepat karena seperti yang kita
ketahui di lapangan bahwa keadaan masyarakat Desa Tana Towa
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba sangat memerlukan sosok
teladan yang dapat mereka jadikan sebagai panutan dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan aturan dan
ketentuan agama Islam, karena walau bagaimanapun juga tindakan
nyata akan lebih berarti daripada hanya sekedar orasi yang tanpa
bukti .
Ust Muhammad Arif S.H.I memberikan nasehat dalam
wawancara kami di kediaman beliau tentang arti seorang dai sejati
58
beliau mengatakan "Seorang da'i sejati adalah sebagaimana
perkataan Syekh Muhammad Toyyib Khoory bahwa dai sejati itu
adalah yang kesuksesannya berbanding lurus dengan
keikhlasannya, Allah melihat proses usaha bukan hasil .
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah di Desa Tana Towa
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba
Kegiatan dakwah di Desa Tana Towa Kecamatan Kajang
Kabupaten Bulukumba seperti halnya kegiatan-kegiatan pada umumnya,
tentunya mempunyai berbagai macam faktor pendukung dan
penghambat jalannya kegiatan. Pelaksanan dakwah di Desa Tana Towa
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba didukung oleh berbagai faktor
sebagaimana yang disampaikan Ust Muhammad Arif SH.I. dalam
wawancara penulis di kediaman beliau . Berikut ini penuturan beliau saat
di wawancarai bahwa faktor pendukung pelaksanaan dakwah di Desa
Tana Towa ini ada beberapa faktor dominan, seperti kenyataan bahwa
mayoritas penduduk Desa Tana Towa beragama Islam, ketersediaan
fasilitas tempat ibadah dalam jumlah yang memadai, adanya toleransi
masyarakat yang tinggi, adanya dukungan dari berbagai pihak,
kesabaran, ketelatenan, dan keteladanan dari da'i, serta tingkat
pendidikan masyarakat Desa Tana Towa yang sudah tergolong cukup.58
Adapun faktor pendukung kegiatan dakwah yang dilaksanakan di
Desa Tana Towa ini akan dibahas sebagai berikut.
58 Muhammad Arif SH.I, Dai AMCF dan PR Muhammadiyah Tana Towa Kajang, Wawancara, di
Kediaman beliau Tana Towa, tanggal 12 desember 2018.
59
1. Faktor Pendukung
a. Mayoritas Penduduk Beragama Islam
Secara statistik, mayoritas penduduk Desa Tana Towa
memilih agama Islam sebagai agama mereka. Kenyataan ini
merupakan modal utama tercapainya pembangunan masyarakat
Islami di Desa Tana Towa, karena dengan jumlah pemeluk agama
Islam sebanyak itu akan menjadi pendukung tercapainya cita-cita
pembangunan masyarakat Islami.
b. Tersedianya Fasilitas Tempat dalam Jumlah yang Memadai
Tersedianya fasilitas berupa masjid atau mushola
merupakan modal yang tidak kalah pentingnya dalam mewujudkan
sebuah masyarakat yang sadar akan hukum dan peraturan agama.
Masjid atau mushola ini dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk
berbagi wawasan keagamaan dengan orang lain, sehingga dengan
cara ini pemahaman tentang agama masyarakat Desa Tana Towa
akan merata dan pada akhirnya terbentuk sebuah masyarakat yang
memiliki kesadaran beragama tinggi.
c. Toleransi Masyarakat yang Tinggi
Toleransi masyarakat Desa Tana Towa tidak diragukan lagi,
walaupun mereka terbagi antara yang memasuki wilayah dan di
luar adat, tidak membuat perpecahan antar sesama. Toleransi
antar sesama ini merupakan modal yang berharga dalam
membentuk masyarakat yang religious tanpa harus mencemooh
dan menimbulkan perpecahan antar umat seagama.
60
d. Adanya Dukungan dari Semua Pihak
Kegiatan apapun, event apapun, tidak bisa lepas dari
dukungan dan peran serta semua pihak yang terkait. Dakwah yang
dilakukan di Desa Tana Towa juga demikian, tidak akan bisa
berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan dari semua
element masyarakat Desa Tana Towa. Tokoh masyarakat dapat
memberikan dukungan dengan kebijakannya dan masyarakat
umum dapat memberikan dukungan dengan berpartisipasi dalam
pelaksanan dakwah, entah itu dalam menyediakan sarana dan
prasarana penunjang seperti pengeras suara, atau setidaknya
sebagai pendengar saat pelaksanan acara semisal pengajian.
e. Masyarakat yang Sudah "Melek" Pendidikan
Kehadiran masyarakat yang memiliki wawasan luas tentunya
akan sangat mendukung kegiatan dakwah, karena masyarakat
yang berwawasan luas memiliki pemikiran yang cenderung maju
dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki wawasan dangkal.
Faktor ini sangat mendukung dalam pelaksanaan dakwah di Desa
Tana Towa karena da'i akan lebih mudah memberikan masukan
kepada masyarakat berwawasan luas dibanding kepada
masyarakat yang berwawasan sempit. Masyarakat yang memiliki
wawasan luas lebih mudah menerima perubahan yang bersifat
kebenaran daripada masyarakat yang berwawasan sempit,
sehingga pencapaian pembentukan masyarakat yang religi di Desa
Tana Towa dapat terwujud sesuai harapan.
61
f. Kesabaran, Ketelatenan, dan Keteladanan dari Da'i
Selain faktor yang berasal dari luar pribadi da'i, factor
pendukung dakwah di Desa Tana Towa Kecamatan Kajang
Kabupaten Bulukumba adalah faktor yang berasal dari dalam diri
da'i itu sendiri.Adanya kesabaran, ketelatenan dan keteladanan dari
da'i merupakan faktor penting dalam mendukung dakwah di Desa
Tana Towa, karena tanpa adanya kesabaran, ketelatenan dan
keteladanan sang da'i mustahil cita-cita untuk membangun
masyarakat Islami di Desa Tana Towa dapat terwujud. Hal ini
disebabkan karena masyarakat Desa Tana Towa masih sangat
memerlukan sosok seorang figur panutan dalam kehidupan
keberagamaan, dan tentunya seorang da'i yang sabar, telaten dan
dapat memberikan teladan-teladan yang sesuai dengan kaidah
agama Islam sangat dibutuhkan.
2. Faktor Penghambat
Pelaksanaan dakwah di Desa Tana Towa selain memiliki faktor
yang mendukung keberhasilan dalam pelaksanaannya, di sisi lain
juga terdapat beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan
dakwah di Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba. Berikut ini penuturan Bapak Ust Muhammad Arif S.HI
bahwa memang, tidak bisa dielakkan lagi bahwa dalam pelaksanaan
setiap kegiatan pasti ada faktor yang dapat menjadi penghambat.
Nah, faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan dakwah di
Desa Tana Towa ini di antaranya adalah permasalahan bahasa,
62
masih minimnya kesadaran individu dalam beribadah, pemahaman
keagamaan masyarakat yang masih rendah, pola pikir masyarakat
yang materialistis, serta masih percayanya masyarakat pada mitos-
mitos dan kepercayaan mereka kepada adat sangatlah kental.59
Adapun faktor pendukung kegiatan dakwah yang dilaksanakan di
Desa Tana Towa ini akan dibahas sebagai berikut
a. Permasalahan Bahasa
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Ust Muh Arif S.HI
dalam wawancara kami bersama beliau bahwa bahasa adalah
factor penghambat dalam dakwah di Suku Kajang ini. Karena
beliau sebagai satu-satunya dai di Tana Towa agak susah untuk
menyampaikan agama dengan bahasa Indonesia di mana ada
sebagian warga yang hanya memahami bahasa daerah begitu juga
sebaliknya beliau belum mampu dengan baik untuk menyampaikan
dakwah dengan bahasa daerah. Suku kajang menggunakan
bahasa Konjo untuk bahasa kedaerahan mereka.
b. Rendahnya Pemahaman Agama Masyarakat
Masyarakat Desa Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba yang notabene mayoritas memeluk Islam sebagai
agamanya, belum sepenuhnya memahami ajaran-ajaran agama
secara mendalam, sehingga peran serta da'i dan tokoh agama lain
sangat dibutuhkan dalam membimbing masyarakat ini.
59
Muhammad Arif SH.I, Dai AMCF dan PR Muhammadiyah Tana Towa Kajang, Wawancara, di
Kediaman Tana Towa, tanggal 12 Desember 2018
63
c. Minimnya Kesadaran Individu dalam Beribadah
Rendahnya pemahaman masyarakat tentang agama
berimbas pada minimnya kesadaran masyarakat dalam
menjalankan ibadah sesuai ajaran agama. Masyarakat Desa Tana
Towa yang mayoritas beragama Islam merupakan salah satu faktor
pendukung pelaksanaan kegiatan dakwah di Desa Tana Towa,
namun di lain pihak kesadaran masyarakat secara individual dalam
melaksanakan ajaran-ajaran agama masih sangat minim, sehingga
hal ini dapat menghambat tercapainya tujuan kegiatan dakwah,
yakni membentuk masyarakat yang Islami.
d. Pola Pikir Masyarakat yang Materialistis
Pola pikir materialistis yang masih tertanam pada sebagian
masyarakat Desa Tana Towa juga mempengaruhi tercapai-tidaknya
tujuan dakwah dalam membangun masyarakat yang sadar agama.
Kebanyakan dari masyarakat yang memiliki pikiran materialistis ini
beranggapan bahwa meskipun mereka tidak sholat, puasa, zakat
atau ibadah-ibadah lainnya mereka tetap bisa makan,
mendapatkan kecukupan kebutuhan sehari-hari, bahkan kaya. Pola
pikir semacam inilah yang menjadi penghambat tujuan dakwah
untuk menyadarkan masyarakat bahwa melaksanakan ibadah
agama itu sangat penting. Hal ini menjadi sebuah tanggung jawab
besar bagi semua kalangan muslim, terutama para tokoh agama
untuk mengubah cara pandang dan berpikir masyarakat.
64
e. Masyarakat Masih Memercayai Mitos Budaya
Tingkat pemahaman agama masyarakat yang rendah dan
tingkat pendidikan masyarakat yang juga rendah mengakibatkan
pola pikir meraka sulit untuk menerima perubahan, sehingga
kebanyakan masyarakat masih melestarikan kepercayaan dan
kebudayaan nenek moyang yang kadang bertentangan dengan
kaidah agama Islam. Misalnya saja, masyarakat masih
melestarikan kebudayaan memberi sesaji pada tempat-tempat
tertentu pada saat akan mengadakan acara atau hajat desa.
Pemberian sesaji ini tentu bertentangan dengan ajaran agama
Islam yang murni, karena sejak jaman Rasulullah saw, beliau tidak
pernah mengajarkan yang demikian, memberikan sesaji pada
tempat-tempat tertentu saat akan mengadakan acara tertetntu. Hal
ini menjadi PR tersendiri bagi seorang da'i untuk bisa mengubah
cara pandang masyarakat menjadi masyarakat yang jauh dari
budaya syirik.
e. Kurangnya Da'i
Mengubah kebudayaan dan cara pandang suatu masyarakat
menjadi masyarakat yang berpandangan dan berorientasi pada
kemurnian agama memerlukan kerjasama dari semua pihak.
Kehadiran seorang da'i juga sangat berperan dalam mewujudkan
harapan tersebut. Kehadiran sosok da'i yang memiliki telenta dan
karisma tinggi adalah sosok da'i yang sangat dibutuhkan dalam
melakukan perubahan pada masyarakat ini. Kenyataan ini ternyata
65
bertolak berlakang dengan yang ada di Desa Tana Towa, dimana
jumlah da'i yang ada di Desa Tana Towa jumlahnya sangat sedikit,
sehingga untuk membangun masyarakat yang faham tentang
ajaran agama memerlukan waktu yang lebih lama.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.Kehidupan sosial keberagamaan masyarakat Desa Tana Towa
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba secara umum sudah baik,
solidaritas sosial antar warga terjalin dengan baik, akan tetapi
kesadaran secara individu dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan
tuntunan agama masih minim, disebabkan kurangnya pengetahuan
mereka tentang agama.
2. Metode Dakwah yang tepat untuk diterapkan pada masyarakat Desa
Tana Towa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba dalam berbagai
kegiatan keagamaan yang meliputi kegiatan Pengajian Umum kaum
Bapak dan Ibu , Pengajian Kitab Untuk Ibu-Ibu , Majelis Talim Khusus
Remaja dan kegiatan TPA adalah metode ceramah (mauidzoh
khasanah), metode tanya jawab (jadilhum bullati hiya ahsan), dan
pemberian teladan yang baik (uswatun hasanah)
3. Faktor pendukung dan Penghambat dakwah di Desa Tana Towa
Kecamatan Kajang:
a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dakwah di Desa Tana Towa Kecamatan Kajang
Kabupaten Bulukumba adalah mayoritas penduduk beragama Islam,
tersedianya fasilitas tempat dalam jumlah yang memadai, toleransi
67
masyarakat yang tinggi, adanya dukungan dari semua pihak,
masyarakat yang sudah melek pendidikan dan kesabaran,
ketelatenan, dan keteladanan dari da'i.
b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dakwah di Desa Tana Towa Kecamatan Kajang
Kabupaten Bulukumba adalah permasalahan bahasa pemahaman
keagamaan masyarakat yang masih rendah, minimnya kesadaran
individu dalam beribadah, pola pikir masyarakat yang materialistis,
masyarakat masih memercayai mitos budaya serta kurangnya dai.
B. Saran
1. Bagi Tokoh Agama
Kenyataan bahwa sebagian masyarakat muslim di Desa Tana
Towa belum melaksanakan ajaran agama secara total, menjadi
tanggung jawab utama para tokoh agama masyarakat Desa Tana Towa
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Tindakan yang yang perlu
dilakukan antara lain:
a. Memberikan masukan berupa wawasan keagamaan bagi
masyarakat.
b. Memberikan tanggapan bagi masyarakat yang mempunyai masalah
keseharian sesuai dengan tuntunan agama.
c. Memberikan teladan kehidupan keseharian bagi masyarakat Desa
Tana Towa yang masih sangat memerlukan seorang figur yang bisa
menjadi panutan dalam bidang keagamaan.
68
2. Bagi Tokoh Pemerintah / Perangkat Desa
Perangkat desa dapat juga berperan aktif dalam mewujudkan masyarakat
Desa Tana Towa yang memiliki pribadi religius yang tinggi. Hal ini bisa
dilakukan dengan berbagai cara:
a. Memberikan kebijakan berupa kemudahan ijin dalam pelaksanaan
kegiatan-kegiatan keagamaan. Ijin ini sangat diperlukan, terkait pada
pelaksanaan kegiatan semisal Pengajian Memperingati Isra' dan Mi'raj
Nabi Muhammad saw, Pengajian Memperingati Maulid Nabi
Muhammad saw, dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain.
b. Memberikan payung hukum dalam artian memberikan jaminan
secara perundang-undangan sesuai ketentuan yang diatur oleh
pemerintah desa dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan.
c. Memberikan fasilitas yang memadai untuk pelaksanaan kegiatan
pengembangan jiwa agamis bagi masyarakat.
3. Bagi Masyarakat Umum
Masyarakat Desa Tana Towa yang beragama Islam juga dapat
memberikan sumbangan partisipasi dalam mewujudkan cita-cita
pembangunan masyarakat yang memiliki pribadi religius tinggi dengan
ikut serta dalam berbagai acara keagamaan sebagaimana yang sudah
berjalan selama ini, seperti tersebut di bawah ini.
a. Ikut serta dan aktif dalam acara Pengajian Umum yang dilaksanakan
tiap hari setelah Solat Subuh bagi kaum ibu dan bapak.
b. Ikut serta dan aktif dalam acara Pengajian Kitab yang dilaksanakan
tiap satu bulan sekali bagi Ibu-Ibu.
69
c. Bagi para remaja juga ikut serta dan aktif dalam acara Majelis Talim
yang dilaksanakan empat kali dalam seminggu dan.
d. Mengarahkan putra-putrinya untuk mengaji dan menimba ilmu
agama di TPA.
70
DAFTAR PUSTAKA
A. Partanto Paus, Barri M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, ( Surabaya:
Arloka, 1994 )
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif : Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu,
(Cet. 3 ; Jakarta : Rajawali Pers, 2016)
Akbar Ilyas. 2012. “Komunikasi Dakwah” (di ambil pada tanggal 2 Januari
2018 dari http://muhakbarilyas,blogspot,com/2012/06/komunikasi-
dakwah.html.)
Ali Al-Jumanatul ‘, Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( Bandung, CV
PenerbitJ ART, 2004)
Ali Aziz Moh, Ilmu Dakwah, ( Jakarta: Kencana, 2004)
Anshari Isa, Mujahid Da’wah Bimbingan Mubaligh Islam, (Bandung:
Diponegoro , 1995)
Ardiansyah, Pengertian Komunikasi ( Di akses pada 29 Disember 2017
dari Http://aardiansyah blogspot.com/2012/11/pengertian-
komunikasi-definisi.html )
Bertens K. , Metode Belajar Untuk Mahasiswa, ( Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2005 )
Bungin Burhan, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, ( cet. 2 ; Jakarta : Kencana, 2008)
Hadi Sutrisno ,Metodologi Research, ( Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h.
136 dan 193.
71
Ilahi Wahyu, Komunikasi Dakwah , ( Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya,2010)
Langgulung Hasan, Kreativitas dan Pendidikan Islam, (Jakarta : Pustaka
al- Husna 1991)
M.Echold John dan Shadily Hasan, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta:
Gramedia, 2000)
Maluf Lois, Kamus Munjid, Fi Lughoh Wa al-alam. (Beirut : Dar al-
Masyriq, 1986)
Marzali Amri , Antropologi dan Pembangunan Indonesia (Jakarta :
Kencana, 2009)
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, ( Jakarta,
Kencana, 2009)
Munir dkk, Metode Dakwah ( Jakarta, Kencana, 2009)
Munsyi A. Kadir, Metode Diskusi dalam Dakwah, (Surabaya : Al-Ikhlas ,
1978)
Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, ( Yogyakarta, Mitra Pustaka
2000)
Nur Syam, Filsafat Dakwah, (Surabaya: Jenggala Pustaka Utama, 2003)
Referensi makalah, Pengertian Dakwah menurut Bahasa dan Istilah,
(diakses pada 29 Disember 2017dari
http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian -dakwah -
menurut-bahasa-dan-istilah.html.)
Romeltea, 2012 (Komunikasi Dakwah: Komunikasi Persuasif, diakses
pada 25 januari 2018 dari http://romeltea.com/komunikasi-
72
dakwah-komunikasi-persuasif/)Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah.
( Jakarta: Amzah, 2009)
Restu, M. dan Sinohadji Emil , Boronga ri Kajang (Hutan di Kajang) ,(
Makasar: Pustaka Refleksi 2008)
Tajiri Hajir dan Enjang, Etika Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran
2009 )
Tasmara Toto, Komunikasi Dakwah, ( Jakarta: Gaya Media Pratama,
1997)
Ya’qub Hamzah. Publistik Islam . (Bandung: Diponegoro 1986)
Akib Yusuf. Potret Manusia Kajang. (Pustaka Refleksi: Makassar 2008)
73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis, yaitu PADLI lahir di
Lungmanis ,Malaysia pada tanggal 08 Mei 1990,
merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara dari pasangan
Bapak Baba dan Ibu Sukira.
Awal jenjang pendidikan penulis dimulai pada
tahun pada tahun 2001 dengan mengenyam pendidikan di SD Inpres 5/81
Mallusetasi Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone dan selesai pada tahun
2004.
Pada tahun 2004 melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4 Sibulue
Desa Pakkasalo Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone selesai pada tahun
2009, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya MA
Darul Huffadh yang bertempat di Pesantren Darul Huffadh 77 Kajuara
Kabupaten Bone dan selesai pada tahun 2012. Pada tahun 2015 penulis
berangkat ke Makassar untuk mengembangkan ilmu tepatnya di Mahad
Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar pada jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam.
Penulis pernah mengikuti pelatihan Da’i (Tadribuddu’aat) di Ma’had
Al-Birr Unismuh Makassar pada tahun 2016 dan dikirim ke Kabupaten
Bulkumba selama 9 bulan sebagai pengabdian terhadap masyarakat yaitu
pada tahun 2018 – 2019.
74
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN
1.Wawancara Tokoh Agama Ust Muhammad Arif S.HI
2.Foto bersama Tokoh Agama,Dai AMCF sekaligus Pimpinan Ranting
Muhammadiyah Tana Towa Ust Muhammad Arif S.HI
75
3.Wawancara pendiri Tk TPA Tana Towa Bu Nurhaeda S.Pd
4.Foto bersama Tokoh Masyarakat Tana Towa Bapak Abdul Aziz AMD
76
5.Foto bersama masyarakat Kajang yang turut membantu dalam
melaksanakan penelitian.
6.Foto bersama Kepala Desa Bapak Mawardi S.Pd.I