Metode KB Dengan Menyusui (1)

34
BAB 1 PENDAHULUAN Menurut WHO (2011) Keluarga Berencana adalah suatu cara yang memungkinkan individu dan pasangannya untuk mengantisipasi dan mencapai jumlah anak yang diinginkan dan juga menentukan jarak waktu kelahiran. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan metode kontrasepsi. Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono, 2005). Usaha-usaha tersebut dapat bersifat sementara maupun permanen. Pada awal tahun 2000an, Tim BAPPENAS dan BPS yang didukung oleh UNFPA dan para pakar kependudukan memproyeksikan penduduk Indonesia pada 2010 sebanyak 234,1 juta. Angka ini merupakan proyeksi moderat yang mengasumsikan keberhasilan program KB dalam menurunkan fertilitas pada periode 1970 – 2000 akan tetap berlanjut. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia [SDKI] 2002/3 dan 2007 memberi sinyal adanya ledakan penduduk. Selama kurun waktu 2 SDKI tersebut 1

description

MAL merupakan salah satu KB alamiah, yang dapat dilakukan ibu menyusui setelah melahirkan. tingkat keberhasilan KB alami ini mencapai 90 % . Rutinitas pemberian Asi berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan tersebut.KB metode ini diperankan oleh berbagai hormon yang dipengaruhi hipotalamus juga hipofisis

Transcript of Metode KB Dengan Menyusui (1)

BAB 1

PENDAHULUAN

Menurut WHO (2011) Keluarga Berencana adalah suatu cara yang

memungkinkan individu dan pasangannya untuk mengantisipasi dan mencapai

jumlah anak yang diinginkan dan juga menentukan jarak waktu kelahiran. Hal ini

dapat dicapai dengan penggunaan metode kontrasepsi. Kontrasepsi adalah usaha-

usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono, 2005). Usaha-usaha

tersebut dapat bersifat sementara maupun permanen.

Pada awal tahun 2000an, Tim BAPPENAS dan BPS yang didukung oleh

UNFPA dan para pakar kependudukan memproyeksikan penduduk Indonesia

pada 2010 sebanyak 234,1 juta. Angka ini merupakan proyeksi moderat yang

mengasumsikan keberhasilan program KB dalam menurunkan fertilitas pada

periode 1970 – 2000 akan tetap berlanjut. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia [SDKI] 2002/3 dan 2007 memberi sinyal adanya ledakan penduduk.

Selama kurun waktu 2 SDKI tersebut Contraceptive Prevalence Rate [CPR]

Nasional hanya naik 0,7 % dari 56,7 menjadi 57,4 % (modern method). Tahun

2015 diproyeksikan penduduk Indonesia akan berjumlah 248,2 juta (BKKBN,

2011).

Menurut Esti dkk (2007), Metode keluarga berencana terdiri dari berbagai

macam metode. Metode tersebut antaral lain yamg pertama yaitu metode keluarga

berencana alami, metode kontrasepsi nonhormon, AKDR (Alat Kontrasepsi

Dalam Rahim), kontrasepsi hormon. Sedangkan Williams (2006) membagi

menjadi kontrasepsi steroid oral, kontrasepsi steroid suntik, AKDR, teknik fisik,

1

2

kimiawi, atau sawar, koitus interuptus, pantang seksual disekitar saat ovulasi,

menyusui, dan sterilisasi permanen. Namun yang dibahas dalam bab ini yaitu

metode keluarga berencana yang alamiah dengan Metode Amenore Laktasi

(MAL).

Kesehatan merupakan suatu aspek dari kehidupan masyarakat mutu hidup,

produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi

dan anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental

adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang (Arifin,

2004).

Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan

yang kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu botol

dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya

perubahan sosial dan budaya yang negatif yang dipandang dari segi gizi.

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI

yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam

ASI tersebut. Dukungan dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI

termasuk ASI eksklusif telah memadai, hal ini terbukti dengan dicanangkannya

Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP-ASI) oleh

presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 (Arifin, 2004).

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiologi Menstruasi

Menurut Hanifa (2005), menstruasi atau haid ialah perdarahan secara

periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium.

Panjang siklus haid ialah jarak tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid

berikutnya. Panjang siklus haid individu satu dengan lainnya berbeda. Panjang

siklus ini dipengaruhi oleh usia seseorang. Panjang siklus haid normal ialah 28

hari. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 -8 hari,

pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari.

Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit

kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya haid itu

tetap. Jumlah darah yang dikeluarkan normalnya berkisar antara 25 ml-60 ml

(Cunningham, 2006).

4

Gambar 2.1 Fase Menstruasi(Cuningham, 2008)

Pada hari 1-5 adalah fase menstruasi. Dimana kadar estrogen yang rendah

sedikit sekresi estradiol 17β oleh ovarium. Pada endometrium terjadi deskuamasi

menstruasi dan reorganisasi awal epitel kelenjar endometrium. Adanya regresi

korpus lutem pada fase ini menyebabkan kadar progesteron yang rendah dan juga

kadar FSH yang turun. Sedangkan kadar LH rendah dan relatif konstan sampai

saat sebelum ovulasi.

Pada hari ke 6-8 adalah fase folikular dini dimana endometrium mengalami

proliferasi epitel kelenjar disertai banyak mitosis. Pada hari 9-13 adalah fase

folikular lanjut dimana endometrium mengalami perubahan stroma awal. Dan

5

pada kedua fase ini terjadi pematangan dan perkembangan folikel yang

terpilih/dominan. Sekresi estradiol 17β meningkat secara mencolok, terutama oleh

sel granulosa folikel yang dominan dan mencapai maksimum tepat sebelum

lonjakan LH. Selama fase folikular siklus ovarium, kadar progesteron tetap

rendah. Hal ini disebabkan karena sel granulosa manusia tidak dapat membentuk

kolesterol, prekursor obligat progesteron, tetapi bergantung pada kolesterol LDL.

Sekresi FSH selama fase proliferatif ovarium, sebelum lonjakan LH pada

pertengahan siklus tetap rendah. Endometrium pada fase ini mengalami proliferasi

kelenjar disertai banyak mitosis akibat pengaruh estrogen.

Pada hari ke 14 saat dimana telah terjadi ovulasi, tepat setelah peningkatan

estradiol 17β oleh folikel dominan, juga terjadi peningkatan mencolok LH yang

menandakan bahwa ovulasi telah dimulai. Segera, sesudah atau bersamaan dengan

ovulasi terjadi penurunan mendadak sekresi estradiol 17β. Sedangkan kadar

progesteron terus meningkat akibat tersedianya LDL saat ovulasi. Sekresi FSH

pada fase ini melonjak naik, walapun tidak mencolok seperti LH.

Pada hari 15-19 adalah fase luteal dini, dimana telah terjadi vaskularisasi sel

lutein granulosa dan pembenukan korpus luteum juga atresia folikel. Sekresi

estradiol 17β pasca ovulasi meningkat secara bertahap dan progresif oleh korpus

luteum. Sedangkan sekresi progesteron tetap tinggi sampai akhir fase luteal lanjut.

Setelah lonjakan gonadotropin pada pertengahan siklus, kadar FSH turun secara

cepat menjadi setara dengan kadar pada fase praovulasi siklus. Sedangkan kadar

LH masih relatif konstan sampai saat sebelum ovulasi.

Pada hari 20-25 adalah fase luteal lanjut. Terjadi pematangan korpus luteum

dan atresia folikel berlanjut. Pada fase ini kecepatan maksimum sekresi estradiol

6

17β pasca ovulasi telah tercapai, namun tidak setinggi seperti saat fase menjelang

ovulasi. Disini sekresi progesteron tetap tinggi sampai akhir fase luteal lanjut.

Desidualisasi pun telah dimulai dan edema stroma dan pembesaran sel tampak

jelas. Kadar FSH turun secara cepat menjadi setara dengan kadar pada fase

praovulasi siklus. Sedangkan LH tetap rendah dan relatif konstan sampai saat

sebelum ovulasi.

Pada hari 26-28 adalah fase pramenstruasi. Dimana telah terjadi involusi

korpus luteum dan inisiasi rekruitmen folikel untuk siklus selanjutnya. Sekresi

estradiol 17β menurun cepat dan sama seperti sewaktu menstruasi. Estrogen

utama yang dihasilkan yaitu estron yang dibentuk di luar kelenjar. Pada fase ini

sekresi progesteron turun secara cepat. Selain itu pada endometrium terjadi

disintegrasi sel stroma, infiltasi leukosit dan perdarahan interstisial. Seiring

dengan berkurangnya sekresi steroid oleh korpus luteum (yang mengalami

regresi), terjadi peningkatan kadar FSH (Cunningham, 2006).

2.2 Fisiologi Menyusui

Payudara mulai berkembang di saat pubertas. Perkembangan ini distimulasi

oleh estrogen dari siklus seksual wanita. Estrogen merangsang pertumbuhan

kelenjar susu payudara dan juga terjadi deposisi lemak sehingga massa payudara

bertambah. Di saat terjadinya peningkatan jumlah estrogen yang tinggi, yaitu saat

kehamilan, perkembangannya menjadi sempurna untuk menghasilkan air susu.

melalui kehamilan ini jumlah estrogen yang meningkat yang disekresi oleh

plasenta menyebabkan system duktus payudara tumbuh dan bercabang. Selain itu

stroma dan lemak di dalam payudara jumlahnya juga meningkat.

7

Perkembangan lobulus alveoli diatur oleh progesteron. Perkembangan akhir

payudara menjadi organ yang dapat mensekresi air susu juga membutuhkan

progesteron. Di saat system duktus telah berkembang, progesteron bekerja secara

sinergis dengan estrogen.

2.2.1 Inisiasi laktasi dan fungsi prolaktin

Meskipun estrogen dan progesteron dibutuhkan untuk perkembangan fisik

payudara selama kehamilan, efek spesifik dari kedua hormon ini adalah

sesungguhnya menghambat sekresi air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin

memiliki efek berlawanan yaitu merangsang sekresi air susu. Hormon ini

disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior, dan konsentrasi hormon ini meningkat

dengan sempurna saat 5 minggu kehamilan sampai kelahiran bayi, dimana

jumlahnya 10-20 kali lipat dalam kondisi normal saat tidak hamil.

2.2.2 Kontrol hipotalamus dan sekresi prolaktin

Hipotalamus berperan dalam mengontrol sekresi prolaktin begitu pula

dengan hormon yang disekresi oleh hipofisis anterior. Namun satu aspek yang

berbeda yaitu, hipotalamus sebagian besar menstimulasi produksi hormon-hormon

lain, tetapi terutama menghambat sekresi prolaktin. Konsekuensi yang terjadi bila

terdapat kerusakan pada hipotalamus akan terjadi peningkatan prolaktin namun

hormon lain dibawah pengaruh hipofisis anterior akan tertekan.

Untuk itu, sekresi prolaktin oleh hipofisis anterior juga dikontrol oleh faktor

inhibitor yang telah dibentuk oleh hipotalamus dan disalurkan melalui system

portal hipotalamus-hipofisis ke hipofisis anterior. Faktor ini disebut inhibitory

prolactin hormon.

8

2.2.3 Proses ejeksi dari oksitosin dalam fungsi sekresi air susu

Air susu di sekresi secara kontinu ke alveoli payudara, tetapi air susu

tersebut tidak mudah begitu saja tersalurkan dari alveoli menuju sistem duktus,

dan untuk itu tidak langsung keluar ke puting susu. Dan karenanya air susu harus

keluar dari alveoli ke duktus sebelum bayi mendapatkannya. Hal ini disebabkan

karena kombinasi dari factor neurogenik dan reflek hormonal yang melibatkan

hormon dari hipofisis posterior yaitu oksitosin.

Proses milk ejection yaitu seperti pada gambar di bawah ini:

Bagan 2.2 Proses keluarnya air susu(Guyton & Hall, 2008)

Bayi menetek

Hampir tidak ada air susu selama setengah menit

Transmisi melalui saraf somatik dari puting susu menuju medulla spinalis ibu

Hipotalamus

Memacu sekresi oksitosin

Sekresi prolaktin

Oksitosin dalam darah payudara

Kontraksi sel mioepitelial

Sekresi air susu dari alveoli ke duktus dlm tekanan 10-20 mmHg

Bayi efektif menetek

Selama 30 detik-1 menit air susu keluar

9

Beberapa masalah seperti faktor psikogenik yang dapat terjadi stimulasi

sistem saraf simpatis dapat menghambat sekresi oksitosin. Sehingga dapat

menekan ejeksi air susu. Atas alasan inilah seharusnya ibu tidak boleh terganggu

dari segi psikis selama masa puerpurium agar ibu-ibu dapat berhasil dalam

menyusui anaknya (Guyton & Hall, 2008).

2.3 Anatomi Payudara

Gambar 2.3 Payudara Tampak Depan & Tampak samping(Sobotta, 2007)

10

Gambar 2.4 Payudara Potongan Sagital Tampak Lateral(Sobotta,2007)

Gambar 2.5 Aliran Getah Bening Kelenjar Payudara(Sobotta, 2007)

11

Gambar 2.6 Perdarahan dan Persyarafan Payudara(Sobotta, 2007)

2.4 Anatomi Fisiologi Hipotalamus-Hipofisis

Menurut Guyton dan Hall (2008) hipotalamus sebagai kelenjar endokrin

memiliki hormon yang dihasikannya, dan juga fungsi dari masing-masing hormon

tersebut. Hormon tersebut antara lain yaitu:

1. TRH (Thyrotropin-releasing hormone). Fungsi dari hormon ini adalah

stimulasi sekresi TSH dan prolaktin.

2. CRH (Corticotropin-releasing-hormone). Fungsi dari hormon ini adalah

pelepasan ACTH

3. GHRH (Growth hormon-releasing hormon). Fungsi dari hormon ini

adalah merangsang pelepasan hormon pertumbuhan (GH)

4. GHIH (Growth Hormone Inhibitory Hormone). Fungsi dari hormon ini

adalah menghambat pelepasan hormon pertumbuhan (GH)

12

5. GnRH (Gonadotropin-releasing hormon). Fungsi dari hormon ini adalah

merangsang pelepasan LH dan FSH

6. Dopamin atau PIF (Prolactin-inhibiting Factor). Fungsi dari hormon ini

adalah menghambat pelepasan hormon prolaktin.

Bagan 2.7 Female Reproductive Axis(Cunningham, 2008)

Pada bagan diatas menggambarkan positif dan feedback negatif. Pelepasan

GnRH secara pulsatif akan merangsang pelepasan LH dan FSH dari hipofisis

anterior. Terjadinya peningkatan hormon steroid akan menyebabkan feedback

negatif yang menghambat GnRH dan pelepasan gonadotropin.

13

Gambar 2.8 Hipofisis Anterior dan Posterior(Cunningham, 2008)

Menurut Kent & Ward (2001) Hipofisis terletak di bagian bawah otak di

dalam sella Turcica pada tulang sphenoidale. Hipofisis terbagi menjadi 2 lobus

yaitu lobus anterior, adenohipofisis, dan lobus posterior, neurohipofisis. Lobus

anterior mensekresi antara lain yaitu:

1. HGH (Human Growth Hormone). Target dari hormon ini adalah tulang

dan jaringan lunak. Fungsinya adalah pertumbuhan tubuh, stimulasi uptake

asam amino oleh sel, meningkatkan sintesis tRNA, meningkatkan jumlah

agregasi ribosom, dan sintesis protein.

2. TSH (Thyroid Stimulationg Hormone). Target hormon ini adalah tiroid.

Fungsinya adalah menstimulasi sintesis dan pelepasan hormon tiroid.

14

3. ACTH (Adenocorticotropic Hormone). Target dari hormon ini adalah

korteks adrenal. Fungsinya adalah stimulasi sekresi glukokortikoid.

4. Prolactin. Target dari hormon ini adalah kelenjar susu. Fungsinya yatiu

memacu perkembangan kelenjar susu dan stimulasi produksi air susu.

Hormon ini diatur oleh hormon plasenta selama kehamilan dan juga

stimulasi puting susu selama laktasi.

5. FSH (Follicle Stimulating Hormone). Target hormon ini adalah ovarium

dan testis. Fungsinya adalah stimulasi pertumbuhan folikel ovarium dan

spermatogenesis.

6. LH (Luteinizing Hormone). Target hormone ini adalah ovarium dan testis.

Fungsinya yaitu pada wanita merangsang pematangan folikel, memacu

ovulasi dan stimulasi korpus luteum untuk mensekresi estrogen dan

progesteron. Sedangkan pada laki-laki menstimulasi sel interstisial untuk

mensekresi testosteron.

Pada lobus posterior, neurohipofisis, yang disekresi yaitu:

1. ADH (Antidiuretic Hormon). Target hormone ini adalah tubulus ginjal.

Fungsinya adalah fasilitasi reabsorpsi air. ADH ini dirangsang oleh

dehidrasi dan meningkatkan osmolaritas plasma. Hormon ini dikontrol

oleh feedback negatif.

2. Oxytocin. Target hormone ini adalah uterus dan kelenjar mammae.

Fungsinya adalah merangsang kontraksi otot-otot uterus dan juga

merangsang pengeluaran air susu. Hormon ini dapat dilepaskan dengan

stimulasi mekanis pada puting susu. Hormone ini dikontrol oleh feedback

positif.

15

2.5 Metode Amenore Laktasi

2.5.1 Definisi

Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan

pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif, artinya hanya diberikan ASI

tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun lainnya.

2.5.2 Mekanisme Kerja

Penundaan/penekanan ovulasi

2.5.3 Keuntungan MAL

Keuntungan dari segi kontrasepsi yaitu antara lain:

1. Efektifitasnya yang tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan

pascapersalinan)

2. Segera efektif

3. Tidak mengganggu senggama

4. Tidak ada efek samping secara sistemik

5. Tidak perlu pengawasan medis

6. Tidak perlu obat atau alat

7. Tanpa biaya

Selain keuntungan dari segi kontrasepsi, keuntungan lain dari kontrasepsi

dengan cara MAL, yang pertama yaitu bagi bayi:

1. Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibody perlindungan lewat

ASI)

2. Sumber asupan gizi terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi

yang optimal

16

3. Terhindar dari paparan kontaminasi air, susu lain atau formula, atau alat

minum yang dipakai.

Sedangkan bagi ibu, memiliki keuntungan yaitu:

1. Mengurangi perdarahan pascapersalinan

2. Mengurangi resiko anemia

3. Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi

2.5.4 Kekurangan MAL

Beberapa kekurangan dalam menggunakan metode MAL antara lain yaitu:

1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam

30 menit pascapersalinan

2. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial

3. Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6

bulan

4. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan

HIV/ADIS

2.5.5 Syarat dan beberapa hal yang diperhatikan dalam metode MAL

Yang dapat menggunakan MAL yaitu ibu yang menyusui secara eksklusif,

bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah

melahirkan.

17

Table 2.1 Beberapa hal yang perlu diperhatikan

No Keadaan Anjuran

1 Ketika mulai memberikan

makanan pendamping secara

teratur (menggantikan satu kali

menyusui)

Memilih metode kontrasepsi lain.

Tetap melanjutkan menyusui

2 Haid sudah kembali

3 Bayi menghisap susu tidak sering

(non-demand) atau <8x sehari

4 Bayi berumur 6 bulan

18

Apabila jawaban untuk semua pertanyaan tersebut “ya”

Bagan 2.9 Langkah-langkah Penentuan Saat Pemakaian KB(Saifuddin, 2006)

Beberapa hal yang dapat disampaikan kepada pasien antara lain, yaitu:

1. Frekuensi menyusui

Bayi disusui secara on-demand. Biarkan bayi menghisap dari satu

payudara sebelum memberikan payudara lain supaya bayi mendapat

cukup banyak susu akhir (hind milk).

2. Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam

3. Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan

hisapannya

1.Apakah ibu sudah haid lagi?

2.Apakah ibu sudah memberikan makanan/minuman tambahan atau membiarkan jangka waktu lama tidak menyusui

3.Apakah bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan?

4.Hanya ada kemungkinan hamil 1-2 % pada saat ini

4. kemungkinan kehamilan untuk ibu ini meningkat. Untuk tetap terhindar dari kehamilan, nasehatkan ibu tersebut untuk mulai memakai KB tambahandan teruskan memberikan ASI demi kesehatan bayinya

Sudah

Belum

Ya

Belum

Belum

Ya

19

4. Susui bayi juga pada malam hari karena menyusui waktu malam hari

membantu mempertahankan kecukupan persediaan ASI

5. Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit

6. ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin

7. Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik serta kenaikan BB

cukup, bayi tidak memerlukan makanan tambahan selain ASI sampai

dengan umur 6 bulan. BB naik sesuai umur, sebulan BB naik minimal

0,5 kg, buang air kecil minimal 6x sehari.

8. Apabila Ibu menggantikan ASI dengan minuman lain, bayi akan

menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui tidak lagi efektif.

Selain syarat-syarat seperti diatas, cara ibu dan bayi pun harus tepat dalam

menyusui. Agar metode MAL dapat berhasil perlu diperhatikan pula 3 hal, yaitu

posisi, perlekatan, dan menyusui secara efektif:

1. Posisi bayi yang benar

a. Kepala dan tubuh bayi dalam satu garis lurus

b. Badan bayi menghadap ke dada ibu

c. Badan bayi melekat pada ibu

d. Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, tidak hanya leher dan

bahu saja

2. 4 tanda bayi melekat dengan baik

a. Dagu bayi menempel pada payudara ibu

b. Mulut bayi terbuka lebar

c. Bibir bawah membuka lebar, lidah terlihat di dalamnnya

20

d. Areola bagian atas tampak lebih banyak/lebar (areola juga masuk ke

mulut bayi, tidak hanya puting susunya saja)

3. Tanda bayi menghisap dengan efektif

a. Menghisap secara mendalam dan teratur

b. Kadang diselingi istirahat

c. Hanya terdengar suara menelan

d. Tidak terdengar suara kecap/mengecap

4. Setelah selesai

a. Bayi melepas payudara secara spontan

b. Bayi tampak tenang dan mengantuk

c. Bayi tampak tidak berminat lagi pada ASI

5. Tanda bayi menghisap tidak efektif

a. Menghisap dengan cepat dan dangkal

b. Mungkin terlihat lekukan ke dalam pada pipi bayi

c. Tidak terdengar suara menelan

21

BAB 3

PATOFISIOLOGI TERJADINYA KETIDAKSUBURAN

Bayi menetek

Transmisi melalui saraf somatik dari puting susu menuju medulla spinalis ibu

Hipotalamus

Memacu sekresi oksitosin dan Prolaktin

Prolaktin dalam darah tinggi

Kadar LH & FSH Turun

Estrogen Progesteron rendah

Ovulasi tidak terjadi

Hipofisis Anterior

dopaminergik

Oksitosin dalam darah payudara

Kontraksi sel mioepitelial

Sekresi air susu dari alveoli ke duktus dengan tekanan 10-20

Bayi efektif menetek

Selama 30 detik sampai 1 menit air susu keluar

22

Dari bagan di atas, dapat dijelaskan bagaimana proses terjadinya amenorea.

Bayi yang menyusui secara eksklusif akan merangsang puting susu. Melalui saraf

somatik, rangsangan sensori akan diteruskan dari puting susu menuju medulla

spinalis kemudian ke hipotalamus. Hipotalamus akan merangsang pengeluaran

oksitosin dan juga prolaktin pada saat yang sama. Oksitosin yang telah dilepas

akan mengalir dari darah menuju payudara dan terjadi kontraksi sel mioepitelial

yang memungkinkan ais susu mengalir dari alveoli menuju duktus. Bayi semakin

efektif menetek dan dalam 30 detik hingga 1 menit air susu akan keluar dari

puting.

Pada saat yang sama dimana kadar prolaktin yang tinggi di dalam darah,

neurotransmitter yang bekerja adalah dopamin. Dopamin adalah neurotransmitter

yang bekerja menghambat produksi prolaktin. Karena efek inhibisi ini teraktivasi,

maka hormon lain yang berada di bawah kontrol hipofisis anterior akan tertekan.

Hormon tersebut diantaranya yaitu LH dan FSH. Seperti yang diketahui bahwa

LH berfungsi merangsang pematangan folikel, memacu ovulasi dan stimulasi

korpus luteum untuk mensekresi estrogen dan progesteron. Dan FSH berfungsi

dalam stimulasi pertumbuhan folikel ovarium. Karena keduanya tertekan, maka

ovulasi tidak akan terjadi, sehingga terjadi ketidaksuburan.

23

BAB 4

KESIMPULAN

Metode amenorea laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian

air susu ibu (ASI) secara eksklusif, artinya diberikan ASI saja tanpa tambahan

makanan atau minuman apapun lainnya selama 6 bulan. Selain karena gizi yang

terdapat dalam ASI cukup untuk bayi, ASI eksklusif dapat bermanfaat bagi ibu

sebagai salah satu metode KB.

Metode KB dengan MAL tidak sepenuhnya mutlak dan berhasil 100 %.

Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal seperti munculnya tanda-tanda

haid, bayi yang mendapat makanan tambahan, dan usia bayi yang lebih dari 6

bulan, sehingga dapat ditentukan pilihan KB lainnya yang cocok dengan ibu

tersebut.

24

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, 2004, ‘Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya’, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan

BKKBN, 2011, Bom Kependudukan, diakses 9 Juli 2011, <http://www.bkkbn.go.id/Webs/index.php/rubrik/detail/620>

Cuninggham, 2008, William’s Gynecology: Reproductive Endocrinology, ed.22, vol.2, United States, McGraw-Hill, chapter 15

Cunningham, 2006, Obstetri Williams: Endometrium dan Desidua, ed.21, Jakarta, EGC, hal 79-80

Esti, 2007, Asuhan Kebidanan, ed.4, vol.1, Jakarta, EGC

Guyton & Hall, 2008, Textbook of Medical Physiology: Endocrinology and Reproduction, ed.11, hal 906-907;1038-1041

Hanifa, 2005, Ilmu Kandungan: Haid dan Siklusnya, ed.2, cetakan 4, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, hal.103-104

Kent & Ward, 2001, Human Anatomy and Physiology: Endocrine System, vol.1, United States, McGraw-Hill, hal.106-107

Saifuddin, 2006, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi: Metode Amenorea Laktasi, ed.2, cetakan.2, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, hal.1-6

WHO, 2011, Familly Planning, diakses 7 Juni 2011, <http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs351/en/index.html>