METODE DRILL DALAM PEMBELAJARAN MUSIK ...lib.unnes.ac.id/35161/1/2501413175_Optimized.pdfvi SARI...
Transcript of METODE DRILL DALAM PEMBELAJARAN MUSIK ...lib.unnes.ac.id/35161/1/2501413175_Optimized.pdfvi SARI...
i
METODE DRILL DALAM PEMBELAJARAN
MUSIK GAMBANG SEMARANG
DI KLUB MERBY SEMARANG
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Seni Musik
Oleh
Tri Winasis Kartika Putra
2501413175
JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI, DAN MUSIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
1. Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis. (Aristoteles)
2. Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh yang bisa anda gunakan untuk
mengubah dunia. (Nelson Mandela)
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Universitas Negeri Semarang sebagai
almamaterku.
2. Kedua orang tua yang selalu memberikan
dukungan, perhatian, semangat, motivasi dan
do’a yang tak pernah terhenti dicurahkan untuk
semua langkah menuju masa depan saya.
3. Teman-teman seni musik UNNES angkatan
2013 yang selalu kompak dan memberikan
solusi.
vi
SARI
Putra, Tri Winasis Kartika. 2019. Metode Drill Dalam Pembelajaran Musik
Gambang Semarang Di Klub Merby Semarang. Skripsi, Jurusan Pendidikan
Seni Drama, Tari, dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang. Dosen Pembimbing : Drs. Eko Raharjo, M.Hum.
Kata kunci: Metode drill, Pembelajaran musik Gambang Semarang, Klub Merby.
Gambang Semarang merupakan kesenian tradisional yang tumbuh dan
berkembang di kota Semarang. Kesenian ini menampilkan perpaduan antara
musik, vokal, tari, dan komedi (lawakan). Salah satu Kelompok kesenian
Gambang Semarang yang masih bertahan hingga saat ini adalah kelompk
Gambang Semarang yang ada di Klub Merby. Klub Merby merupakan lembaga
pendidikan, seni dan budaya. Sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan seni, Klub Merby mempunyai lebih dari 25 pelatihan, mulai dari
ilmu umum, seni lukis serta seni umum. Gambang Semarang menjadi salah satu
pembelajaran musik di Klub Merby. Permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah penerapan metode drill dalam pembelajaran musik Gambang
Semarang di Klub Merby Semarang?
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sasaran penelitian
pembelajaran music Gambang Semarang di Klub Merby. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi data. Teknik
analisis data menggunakan analisis data model interaktif.
Hasil dari penelitian ini adalah pembelajaran musik Gambang Semarang di
Klub Merby Semarang merupakan pendidikan informal yaitu pelatihan atau
kursus. Pembelajaran musik Gambang Semarang di Klub Merby juga tidak
menggunakan kurikulum khusus seperti pada pendidikan formal. Peserta
pembelajaran musik Gambang Semarang di Klub Merby sekitar 20 orang yang
dibagi tiap kelasnya dengan Johanis sebagai pengajarnya. Metode pembelajaran
yang dilakukan pada pembelajaran musik Gambang Semarang di Klub Merby
menggunakan metode drill. Tujuannya untuk menjadikan peserta atau siswa
semakin terampil dan hafal. Akan tetapi metode ini juga mempunyai kekurangan
dalam pembelajaran musik Gambang Semarang yaitu menghambat kreatifitas
siswa.
Saran untuk penelitian ini adalah (1) Lebih sering diadakan pentas musik
gambang semarang di Klub Merby Semarang. (2) Sering mengirimkan siswa
untuk melakukan pentas di acara-acara kebudayaan di Kota Semarang. (3)
instruktur melakukan pencatatan notasi yang mudah dipahami oleh para siswa.
vii
viii
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME), atas
segala rahmat-Nya yang telah diberikan kepada peneliti sehingga skripsi yang
berjudul “Metode Drill Dalam Pembelajaran Musik Gambang Semarang Di
Klub Merby Semarang”, dapat diselesaikan dengan baik tanpa menemui
hambatan yang berarti.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat kelulusan Strata Satu
(S1) pada jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan
Seni, Universitas Negeri Semarang. Tujuan mendasar dari skripsi ini adalah untuk
mengukur sejauh mana kemampuan peneliti dalam menuangkan ide ke dalam
bentuk tulisan yang tersusun secara rapi, dan juga dalam mengorganisir dan
mengintregasikan pengetahuan, penelitian, pengalaman dan kecakapan yang
bersifat ilmiah.
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak
memberikan dorongan, bantuan, dan petunjuk yang sangat berarti besar bagi
penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang,
yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di Pendidikan
Sendratasik FBS Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Sri Rejeki Urip, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Semarang yang juga telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti.
3. Dr. Udi Utomo, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan
Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, yang telah
membantu proses perizinan penelitian dan yang telah meluangkan waktu
dalam memberikan arahan, bimbingan, dan saran kepada peneliti dengan
sabar dan bijaksana.
4. Drs. Eko Raharjo, M.Hum., Dosen Pembimbing yang senantiasa dengan
sabar membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyusunan skripsi.
ix
5. Drg. Grace W Susanto MM, Direktur/Pemilik Klub Merby yang telah
mengizinkan peneliti melakukan penelitian.
6. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu yang telah
terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung selama peneliti
menjalankan proses pembuatan skripsi.
Semoga jasa baik dari semua pihak yang telah membantu dengan ikhlas
kepada peneliti menjadi amal baik dan mendapatkan imbalan yang setimpal dari
Tuhan YME. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan dunia
pendidikan pada umumnya.
Semarang, 9 Juli 2019
Peneliti
Tri Winasis Kartika Putra
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………. i
PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ………………………………………… ii
PENGESAHAN KELULUSAN ……………………………………………… iii
PERNYATAAN……………………………………………………………….. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………………………… v
SARI …………………………………………………………………………… vi
PRAKATA …………………………………………………………………….. vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… xii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
Manfaat Teoretis ................................................................................ 4 1.4.1
Manfaat Praktis .................................................................................. 4 1.4.2
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ........................ 5
2.1 Kajian Pustaka .......................................................................................... 5
2.2 Landasan Teoretis ................................................................................... 17
Metode Drill ..................................................................................... 17 2.2.1
Pembelajaran .................................................................................... 21 2.2.2
xi
Pengertian Seni Gambang ................................................................ 24 2.2.3
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................... 26
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................... 28
3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................. 28
3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian ................................................................ 29
3.3 Sumber Data............................................................................................ 29
Data Primer ...................................................................................... 29 3.3.1
Data Sekunder .................................................................................. 29 3.3.2
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 30
Observasi ......................................................................................... 30 3.4.1
Wawancara ....................................................................................... 31 3.4.2
Studi dokumen ................................................................................. 31 3.4.3
3.5 Teknik Keabsahan Data .......................................................................... 32
Sumber ............................................................................................. 32 3.5.1
Metode Pengamatan ......................................................................... 33 3.5.2
Teori ................................................................................................. 33 3.5.3
3.6 Teknik Analisis Data............................................................................... 33
Pengumpulan data ............................................................................ 35 3.6.1
Reduksi data ..................................................................................... 35 3.6.2
Sajian Data ....................................................................................... 35 3.6.3
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi .................................................... 36 3.6.4
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 37
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 37
Lokasi Klub Merby di Kota Semarang ............................................ 37 4.1.1
Aspek Geografis .............................................................................. 38 4.1.2
xii
Aspek Ekonomi ................................................................................ 38 4.1.3
Aspek Kesenian dan Kebudayaan .................................................... 39 4.1.4
4.2 Profil Klub Merby ................................................................................... 40
Struktur Organisasi Klub Merby Semarang..................................... 44 4.2.1
Kesenian Gambang Semarang ......................................................... 45 4.2.2
4.3 Metode Drill dalam Pembelajaran Musik Gambang Semarang di Klub
Merby ...................................................................................................... 47
Pengajar menetapkan tujuan pembelajaran ...................................... 47 4.3.1
Pengajar memilih materi ajar. .......................................................... 48 4.3.2
Pembelajaran diawali dengan penjelasan/ceramah. ......................... 48 4.3.3
Pengajar mendemonstrasikan instrumen dilanjutkan dengan dengan 4.3.4
latihan oleh siswa. ............................................................................ 69
Selesai pembelajaran, pengajar memberikan tugas kepada siswa ... 72 4.3.5
Evaluasi. ........................................................................................... 72 4.3.6
BAB 5 PENUTUP .......................................................................................... 79
5.1 Simpulan ................................................................................................. 79
5.2 Saran ....................................................................................................... 79
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Bagan Kerangka Berfikir .............................................................................. 27
Gambar 3-1. Analisis Data Kualitatif ............................................................................... 34
Gambar 4-1 Peta Kabupaten dan Kota Semarang ............................................................. 37
Gambar 4-2 Homebase Klub Merby Semarang ................................................................ 39
Gambar 4-3 Prasasti Peresmian Merby Centre ................................................................. 40
Gambar 4-4 Ruang kelas Gambang Semarang di Klub Merby ........................................ 43
Gambar 4-5 Hasil karya siswa kelas melukis di Klub Merby Semarang .......................... 43
Gambar 4-6 Struktur Organisasi ....................................................................................... 44
Gambar 4-7 mengajarkan intro bonang ............................................................................ 49
Gambar 4-8 mengajarkan intro saron 1 ............................................................................. 50
Gambar 4-9 mengajarkan intro saron 2 ............................................................................. 50
Gambar 4-10 mengajarkan intro gambang ........................................................................ 51
Gambar 4-11 mengajarkan intro pada gong ...................................................................... 52
Gambar 4-12 bonang dan gambang memasuki tahap pola lancaran pertama ................... 53
Gambar 4-13 saron 1 dan 2 mulai belajar pada tahap lancaran 1 ..................................... 53
Gambar 4-14 gong mulai memainkan lancaran pertama .................................................. 54
Gambar 4-15 memahami notasi pada bagian peralihan intro ............................................ 55
Gambar 4-16 mulai mempraktekan apa yang sudah diajarkan oleh pengajar ................... 55
Gambar 4-17 siswa sedang memperhatikan pengajar dalam memberikan materi ............ 56
Gambar 4-18 pengajar memberikan materi ajar kepada siswa ......................................... 56
Gambar 4-19 siswa mulai mempraktekan ......................................................................... 57
Gambar 4-20 siswa sedang mendengarkan pengajar dalam memberi materi ................... 58
Gambar 4-21 pengajar mengajak siswa untuk bercanda agar mereka tidak bosan ........... 58
Gambar 4-22 pengajar sedang mempratekan gambang .................................................... 59
Gambar 4-23 siswa memainkan notasi yang sudah diajarkan .......................................... 60
xiv
Gambar 4-24 pengajar dan siswa melanjutkan materi ...................................................... 61
Gambar 4-25 siswa saling belajar ..................................................................................... 62
Gambar 4-26 siswa yang sudah bias mencontohkan kepada siswa lain ........................... 63
Gambar 4-27 siswa mulai memainkan notasi yang sudah diajarkan pada pengajar ......... 64
Gambar 4-28 pengajar memberikan arahan pada siswa .................................................... 65
Gambar 4-29 siswa mulai jenuh tetapi pengajar tetap memberikan semangat ................. 66
Gambar 4-30 siswa melanjutkan materi yang sudah diberikan ........................................ 67
Gambar 4-31 siswa mulai serius belajar dan memperhatikan pengajar ............................ 67
Gambar 4-32 pengajar memberikan arahan ...................................................................... 68
Gambar 4-33 Awal pembelajaran ..................................................................................... 69
Gambar 4-34 Pembelajaran Saron dan Gambang ............................................................. 70
Gambar 4-35 Peserta sedang mendengarkan penjelasan pengajar .................................... 70
Gambar 4-36 Peserta melakukan pencatatan .................................................................... 71
Gambar 4-37 Pengajar sedang menjelaskan notasi ........................................................... 71
Gambar 4-38 Pementasan Malam Gembira Gambang Semarang ..................................... 72
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Observasi ......................................................................... 70
Lampiran 2 Pedoman Wawancara ...................................................................... 71
Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi .................................................................... 74
Lampiran 4 Catatan Lapangan ............................................................................ 75
Lampiran 5 Transkrip Wawancara ...................................................................... 76
Lampiran 6 Notasi Berupa Lagu Utuh ................................................................ 77
Lampiran 6 Dokumentasi .................................................................................... 78
Lampiran 7 Surat-Surat ....................................................................................... 80
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya.
Setiap budaya memiliki keunikan tersendiri dengan ciri khas dan corak
kebudayaannya. Keanekaragaman budaya tersebut dapat berwujud adat istiadat,
kesenian, sistem keagamaan, arsitektur, seni rupa, dan sistem mata pencaharian.
Hal ini erat kaitannya dengan suatu masyarakat yang menganut budaya setempat.
Lingkungan alam dan tempat tinggal sangat berpengaruh dalam kehidupan
masyarakat.
Margaret (dalam Nooryan, 2014: 27) mengemukakan, bahwa kebudayaan
sebagai perilaku pembelajaran sebuah masyarakat atau sub kelompok. Nilai,
sistem dan kepercayan sering kali dikaitkan dengan suatu kelompok manusia. Hal
ini menimbulkan inkulturasi suatu kelompok, sehingga mengacu pada pandangan
baru yang sistematik. Proses transmisi ini menjadikan dua kebudayaan yang
saling mempengaruhi, inilah yang disebut dengan akulturasi. Adanya pertemuan
antar kelompok manusia dengan kebudayaan yang berlawanan menjadi faktor
pendorong perubahan budaya. Dalam setiap kebudayaan manusia terdapat unsur
yang bersifat umum, salah satunya adalah kesenian. Kesenian dapat diartikan
sebagai salah satu bagian kebudayaan yang berperan penting dalam masyarakat.
Kesenian mempunyai unsur ide gagasan yang melibatkan manusia secara kreatif
di dalam sebuah kelompok masyarakat dengan kebudayaan tertentu. Melalui
2
keindahan manusia mampu mengapresiasi serta mengungkapkan perasaan
terhadap suatu kegiatan.
Semarang merupakan wilayah yang memiliki beragam kesenian yang
terdiri dari unsur seni rupa, tari, kerajinan, dan musik. Beragam kesenian tersebut
tumbuh dan berkembang dalam lingkungan masyarakat Semarang. Unsur-unsur
kesenian tersebut menjadikan potensi bagi masyarakat dalam mengeksplor bidang
kesenian. Salah satu unsur kesenian yang ada di kota Semarang adalah kesenian
Gambang Semarang. Gambang Semarang mulai diperkenalkan kepada
masyarakat Semarang pada tahun 1930. Awalnya kesenian ini dikenalkan oleh Lie
Hoe Soen orang Tionghoa yang berimigrasi ke Kota Semarang. Menurut Amen
(dalam Puguh, 2000: 11) awal terbentuknya kesenian Gambang Semarang atas
dasar Lie Hoe Soen dan kawan-kawan yang mempunyai ambisi untuk
mengembangkan sebuah kesenian gambang di Semarang.
Gambang Semarang merupakan kesenian tradisional yang mulai tumbuh
dan berkembang di kota Semarang. Kesenian ini menampilkan perpaduan antara
musik, vokal, tari, dan komedi (lawakan). Adanya kombinasi budaya Cina dan
Jawa sangat melekat dapat dibuktikan dari peralatan musik yang dipakai seperti
gambang, saron, demung, peking, kecrek, bonang, kendang, gong, erhu, zhonghu,
dan yanqin. Begitu pula para penari dan biduannya mengenakan kebaya encim
dan kain Semarangan. Tampak pula pada lagu-lagu yang dinyanyikan oleh
biduannya, seperti Ampat Penari, Goyang Semarang, dan Gado-gado Semarang.
Sampai saat ini Kesenian Gambang Semarang masih terus dilestarikan, antara lain
3
di lembaga pendidikan formal seperti UNNES, POLINES dan SMP Karang Turi,
di komunitas kesenian seperti Balemong, GSG Art Company, dan Klub Merby.
Berdasar pengamatan awal peneliti, bahwa beberapa kelompok Kesenian
Gambang Semarang sudah dipermodern. Satu-satunya kelompok kesenian
Gambang Semarang yang masih bertahan keasliaannya hanya di Klub Merby.
Klub Merby merupakan lembaga pendidikan, seni dan budaya. Sebagai lembaga
yang bergerak dalam bidang pendidikan dan seni, Klub Merby mempunyai lebih
dari 25 pelatihan, mulai dari ilmu umum, seni lukis, serta seni umum. Gambang
Semarang menjadi salah satu pembelajaran musik di Klub Merby, Klub Merby
telah merevitalisasi kesenian Gambang Semarang yang merupakan bentuk
kesenian khas Kota Semarang. Berdasarkan pengamatan peneliti, pembelajaran
musik Gambang Semarang di Klub Merby menggunakan metode drill. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang metode drill dalam
pembelajaran musik Gambang Semarang di Klub Merby Semarang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka, dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah penerapan metode drill
dalam pembelajaran musik Gambang Semarang di Klub Merby Semarang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemasalahaan yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini
adalah menganalisis dan mendeskripsikan tentang metode drill dalam
pembelajaran musik Gambang Semarang di Klub Merby Semarang.
4
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang berjudul “Metode Drill dalam Pembelajaran Musik
Gambang Semarang di Klub Merby Semarang”, terdapat dua manfaat yaitu
sebagai berikut:
Manfaat Teoretis 1.4.1
Penelitian ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang lebih luas
tentang metode drill dalam penerapannya pada pembelajaran musik Gambang
Semarang di Klub Merby Semarang.
Manfaat Praktis 1.4.2
Bagi pelatih musik, memberikan masukan kepada pelatih musik Gambang 1.4.2.1
Semarang untuk menggunakan metode yang lebih bervariatif guna
meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran musik Gambang
Semarang.
Bagi Klub Merby, penelitian ini dapat bermanfaat dalam upaya 1.4.2.2
melestarikan musik Gambang Semarang melalui pembelajaran yang
inovatif dan variatif.
Bagi masyarakat, dapat ikut melestarikan kesenian Gambang Semarang 1.4.2.3
dengan mempelajari dan belajar langsung musik Gambang Semarang.
Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai 1.4.2.4
penggunaan metode drill dalam pembelajaran musik Gambang Semarang.
5
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian Ellentia Rezaliana (2016) yang berjudul “Aplikasi Metode
Demonstrasi dan Drill pada Kegiatan Ekstrakurikuler Drum Band di SDN 01
Dukuh Salam Slawi Kabupaten Tegal”. Penelitian ini menunjukan bahwa
pelaksanaan yang ada dilapangan sudah berjalan dengan baik sesuai dengan
metode yang digunakan oleh pelatih. Metode yang digunakan pelatih adalah
mengaplikasikan kedua metode Demonstrasi dan Drill menjadi satu dimana
pelatih mencontohkan terlebih dahulu bagaimana memainkan alat musik Drum
Band dan ditirukan oleh siswa kemudian dimainkan secara terus menerus dan
bertahap sesuai pengawasan pelatih contohnya dengan menggunakan alat musik
perkusi dalam drum band yaitu snare drum, bass drum, kuarto tom-tom, dan
cymbal serta alat musik melodi dalam drum band yaitu pianika dan bellyra.
Dengan metode yang diberikan pelatih, siswa mampu bermain Drum Band secara
baik menjadi pribadi yang disiplin dan lebih antusias pada saat mengikuti kegiatan
latihan Drum Band di SD N 01 Dukuh Salam. Persamaan penelitian Ellentia
Rezaliana dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang metode drill.
Perbedaannya adalah sasaran penelitian Ellentia Rezaliana pada Kegiatan
Ekstrakurikuler Drum Band, sedangkan penelitian ini memfokuskan kepada
musik Gambang Semarang.
Penelitian Aryanti Anita Umbu Lele (2013) yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Teknik Vokal pada Paduan Suara Inovatif dengan Menggunakan
6
Metode Imitasi dan Drill”. Penelitian ini menunjukan bahwa ada peningkatan
teknik vokal paduan suara inovatif dengan menggunakan metode imitasi dan drill.
Hal ini dilihat dari peningkatan rata-rata kelas sebelum dan sesudah diberikan
tindakan. Pengukuran tingkat keberhasilan vokal anggota paduan suara, dilakukan
evaluasi yaitu praktik bernyanyi yang dilakukan pada setiap akhir siklus yaitu
anggota paduan suara melakukan teknik vokal dengan benar sesuai dengan yang
diharapkan. Peningkatan teknik vokal dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan
pada setiap akhir siklus, dan terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Berikut
nilai rata-rata hasil evaluasi/tes penilaian teknik vokal paduan suara yang
diperoleh. Rata-rata nilai pra siklus adalah 61.82, siklus I adalah 75.26, dan siklus
II adalah 86,35. Berdasarkan hasil nilai rata-rata, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode imitasi dan drill dapat meningkatkan teknik vokal paduan
suara inovatif. Persamaan penelitian Aryanti Anita Umbu Lele dengan penelitian
ini adalah sama-sama meneliti tentang aplikasi metode drill. Perbedaannya
terletak pada objek penelitiannya.
Penelitian Dina Sari Jenny (2016) yang berjudul “Efektivitas Penggunaan
Metode Drill dalam Pembelajaran Mendireksi Siswa SMPN 1 Tempel”. Penelitian
ini menunjukan bahwa penggunaan metode drill dalam pembelajaran direksi lebih
efektif maka dapat diimplikasikan beberapa hal salah satunya metode drill dapat
digunakan oleh guru untuk melatih siswa agar benar-benar terampil melakukan
gerak mendireksi, sehingga siswa dapat mendireksi dengan baik dan benar.
Persamaan penelitan Dina Sari Jenny dengan penelitian ini adalah sama-sama
meneliti implikasi metode drill. Perbedaannya adalah pada sasaran penelitiannya.
7
Penelitian Gusti Swandaru (2014) yang berjudul “Upaya Peningkatan
Ketrampilan Bermain Instrumen Musik Angklung Siswa Kelas B3 dalam
Pembelajaran Angklung melalui Metode Drill di TK Dharma Rini Yogyakarta”.
Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat peningkatan keterampilan bermain
instrumen musik siswa di TK Dharma Rini Yogyakarta. Hal tersebut dapat
ditunjukkan dengan melihat skor sebelum penelitian tindakan sebesar 63,66%
yang berada dalam kategori kurang. Pada siklus I diterapkan metode drill, siswa
yang berada dalam kategori kurang, skor meningkat menjadi 77,33% dan belum
memenuhi kriteria keberhasilan sehingga perlu dilanjutkan dengan tindakan siklus
II. Pada penerapan metode drill di siklus II, seluruh siswa berada dalam kategori
baik dengan skor 85,66%. Berdasarkan kriteria keberhasilan apabila seluruh siswa
berada dalam kategori baik, maka pemberian tindakan dikatakan berhasil. Dari
pengamatan dan analisis data yang diperoleh disimpulkan bahwa metode drill
dapat meningkatkan keterampilan bermain instrumen musik dalam pembelajaran
angklung. Persamaan penelitian Gusti Swandaru dengan penelitian ini adalah
sama-sama meneliti tentang pembelajaran menggunakan metode drill.
Perbedaannya terletak pada objek kajian.
Penelitian Dadang Dwi Septian (2016) dalam Jurnal Pendidikan dan
Kajian Seni yang berjudul “Eksistensi Kesenian Gambang Semarang dalam
Budaya Semarangan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan
musik Gambang Semarang di Kota Semarang dan untuk mendapatkan data
tentang eksistensi dan perkembangan musik Gambang Semarang. Penelitian ini
dilakukan di Kota Semarang, tepatnya di kelompok "Pahat Etnik" yang ada di
8
Balemong Resort Semarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan
data-data yang didapat dan dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi
pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di kelompok "Pahat Etnik",
Gambang Semarang masih bertahan dan masih dapat disukai oleh masyarakat
umum. Gambang Semarang terus bertahan dan tumbuh dalam perihal alat musik,
komposisi, pemain dan fungsi dari Gambang Semarang itu sendiri. Persamaan
penelitian Dadang Dwi Septian dengan penelitian ini, sama-sama meneliti tentang
kesenian Gambang Semarang. Perbedaannya bahwa penelitian Dadang Dwi
Septian mengkaji eksistensi Gambang Semarang, sedangkan penelitian ini
memfokuskan pada pembelajaran Gambang Semarang.
Penelitian Eko Raharjo (2007) dalam Jurnal Harmonia yang berjudul
“Musik Sebagai Media Terapi”, hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan
pelayanan musik terapi bagi penderita tunagrahita di Yayasan Pembinaan Anak
Cacat Semarang dilakukan dengan dua cara yakni melalui terapi pelayanan
khusus. Tujuan terapi musik bagi penderita tunagrahita di YPAC Semarang
adalah untuk meningkatkan daya konsentrasi anak, mengembalikan individu yang
tertutup ke realitas, melatih persepsi, menimbulkan harga diri, membentuk
hubungan interpersonal, meningkatkan pengenalan dan pengetahuan musik, dan
menghilangkan kelelahan serta menciptakan suasana santai. Aktifitas musik yang
dilakukan dalam proses terapi musik di YPAC Semarang mencakup kegiatan
mendengarkan musik, merespon musik dengan gerak berirama, bernyanyi,
membaca notasi musik, dan bermain alat musik. Persamaan penelitian Eko
9
Raharjo dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang musik.
Perbedaannya terletak pada objek kajiannya.
Penelitian Steven N. Demorest, dkk. (2008) dalam jurnal Music
Perception yang berjudul “Lost in Translation: An Enculturation Effect in Music
Memory Performance” menyatakan pemahaman musik kultural tentang
pendengar yang terlatih dan tidak terlatih dari dua budaya musik yang berbeda
dengan mengeksplorasi pengaruh enkulturasi pada kinerja memori musik. Peserta
yang terlatih dan tidak terlatih (N = 150) dari Amerika Serikat dan Turki
mendengarkan serangkaian kutipan musikal baru dari budaya yang akrab maupun
yang tidak dikenal dan kemudian menyelesaikan tugas memori pengakuan untuk
setiap set contoh. Semua peserta secara signifikan lebih baik dalam mengingat
musik novel dari budaya asli mereka dan tidak ada perbedaan kinerja berdasarkan
keahlian musik. Selain itu, peserta Turki lebih baik dalam mengingat musik Barat,
budaya musik yang akrab tetapi tidak asli, daripada musik Cina. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa skema kognitif kami untuk informasi musikal berasal dari
budaya dan bahwa enkulturasi mempengaruhi memori musik pada tingkat
struktural. Persamaan penelitian Steven N. Demorest dengan penelitian ini adalah
sama-sama mengkaji tentang musik. Perbedaannya adalah topik penelitiannya.
Penelitian Steven N. Demorest, dkk. (2008) dalam Journal of Research in
Music Education yang berjudul “Enculturation Effect in Music Cognition”
menyatakan para penulis mereplikasi dan memperluas temuan dari studi
sebelumnya tentang enkulturasi musik dengan membandingkan kinerja memori
musik anak-anak dengan orang dewasa ketika mendengarkan musik yang akrab
10
dengan budaya dan tidak dikenal. Empat puluh tiga anak-anak dan 50 orang
dewasa, semuanya lahir dan besar di Amerika Serikat, menyelesaikan tes memori
musik yang terdiri dari kutipan musik klasik Barat dan Turki yang tidak dikenal.
Contoh dipilih pada dua tingkat kesulitan sederhana dan kompleks berdasarkan
tekstur, variasi instrumen, adanya garis musik simultan, dan kejelasan
pengulangan internal. Semua peserta secara signifikan lebih baik dalam
mengingat musik novel dari budaya mereka sendiri daripada dari budaya asing.
Contoh-contoh sederhana dari kedua budaya dikenang secara signifikan lebih baik
daripada contoh-contoh kompleks. Anak-anak tampil sebaik orang dewasa ketika
mengingat musik sederhana dari kedua budaya, sedangkan orang dewasa lebih
baik dalam mengingat musik Barat yang rumit. Hasilnya memberikan bukti
bahwa enkulturasi mempengaruhi pemahaman seseorang tentang struktur musik
sebelum dewasa. Persamaan penelitian Steven N. Demorest dengan penelitian ini
adalah sama-sama meneliti tentang musik, hanya saja perbedaannya Steven N.
Demorest mengkaji tentang enkulturasi sedangkan penelitian ini membahas
tentang metode pembelajaran musik.
Penelitian Bayu Arsiadhi Putra (2018) dalam Seminar Antar Bangsa
Stansa yang berjudul “Tantangan Keberlanjutan Musik Tingkilan di Kutai
Kartanegara” menyatakan Tingkilian merupakan salah satu musik tradisional
masyarakat Kutai yang sejak lama berkontribusi pada keragaman kesenian di
Kalimantan Timur. Dalam perkembangannya, praktik hibridisasi sering terjadi
sehingga memunculkan varian baru, seperti congkil (keroncong tingkilan),
tingkilan jazz, tingkilan dangdut dsb. Namun, hibridisasi selalu dipaksakan pada
11
budaya di mana praktiknya banyak didikte oleh pasar, dengan membuang elemen
“tradisional”, dan menggantinya dengan yang baru, “global”. Tulisan ini
mengeksplorasi bagaimana agenda pemerintah, strategi seniman dan pendidik
musik dalam mempertahankan keberlanjutan musik tingkilan. Terlepas dari
kebutuhan masyarakat untuk modernisasi dan minimnya dukungan pemerintah,
dapat dikatakan musik tingkilan tetap hidup karena relevansinya yang luar biasa
dengan seniman dan grup/sanggar. Persamaan penelitian Bayu Arsiadhi Putra
dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang musik tradisional.
Perbedaannya terletak pada objek kajian.
Penelitian Heristina Dewi (2016) dalam jurnal Panggung yang berjudul
“Keberlanjutan dan Perubahan Seni Pertunjukan Kuda Kepang di Sei Bamban,
Serdang Bedagai, Sumatera Utara” menyatakan hasil temuan lapangan
menunjukkan keberlanjutan kuda kepang dapat terjaga karena masih mendapat
dukungan dan pembinaan dari komunitas pendukungnya. Perubahan yang sedang
terjadi adalah minat menjadi pemain kuda kepang makin hari menurun. Juga
mendapatkan pemain yang mau kesurupan makin sedikit. Untuk memertahankan
kelangsungan hidup kuda kepang agar lebih menarik para pemain melakukan
penambahan peralatan musik, lakon cerita, dan nyanyian. Persamaan penelitian
Heristina Dewi dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang
keberlanjutan seni musik tradisional. Perbedannya terletak pada sasaran dan objek
penelitian.
Peneltian Novina Yeni Fatrina & Yan Stevenson (2018) dalam jurnal
Mudra yang berjudul “Perubahan dan Keberlanjutan Tari Balanse Madam di
12
Lingkungan Masyarakat Nias Padang” menyatakan penelitian perubahan dan
keberlanjutan tari Balanse Madam di lingkungan masyarakat Nias Padang
dianalisis dengan menggunakan teori ketahanan budaya yang dikemukakan oleh
Edi Sedyawati dan teori elemen pembentuk komposisi yang digunakan oleh R.M.
Soedarsono. Hasil penelitian menunjukan bahwa seiring dengan berjalannya
waktu, berbagai hal mempengaruhi kondisi tari Balanse Madam, sehingga terjadi
perubahan pada beberapa elemen pembentuk tari Balanse Madam. Adapun
perubahan tersebut adalah (1) penari terdiri orang-orang yang masih remaja; (2)
musik iringan mengalami perubahan irama dan terkadang diiringi musik rekaman.
Pemakaian penari remaja dan musik rekaman merupakan salah satu bentuk
keberlanjutan tari Balanse Madam. Inilah yang membuat tari Balanse Madam
masih tetap bertahan dalam kehidupan masyarakat Nias Padang. Persamaan
penelitian Novina Yeni Fatrina & Yan Stevenson dengan penelitian ini adalah
sama-sama mengkaji tentang enkulturasi kesenian. Perbedaannya terletak pada
focus kajiannya.
Penelitian Zulfadanti, dkk. (2018) dalam jurnal Laga-Laga yang berjudul
“Perkembangan dan Keberlanjutan Tari Nugal Bejolo di Dusun Tanjung Kec.
Kumpeh Kab. Muaro Jambi Provinsi Jambi” menyatakan penelitian ini
merupakan penelitian yang bersifat kualitatif menggunakan metode deskriptif
analisis yang berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan, fakta tersebut di
analisa sesuai permasalahan dalam penulisan. Ada pun teori yang digunakan yaitu
teori bentuk yang dikemukakan oleh Soedarsono, teori perkembangan oleh Edi
Sedyawati, teori perubahan oleh Hari Purwanto dan Keberlanjutan oleh
13
Herskovits (dalam Widja). Hasil yang dicapai dalam tulisan ini adalah tentang
perkembangan tari Nugal Bejolo dari segi bentuk pertunjukan dahulunya ritual
menjadi tontonan atau hiburan serta keberlanjutannya. Persamaan penelitian
Zulfadanti, dkk dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang
kesenian. Perbedaannya terletak pada objek dan focus peneliannya.
Penelitian Torang Naiborhu & Nina Karina (2018) dalam jurnal Panggung
yang berjudul “Ketoprak, Seni Pertunjukan Tradisional Jawa di Sumatera Utara:
Pengembangan dan Keberlanjutannya” menyatakan Ketoprak (Ketoprak Dor)
adalah seni pertunjukan Jawa di Sumatera Utara yang berasal dari Surakarta, Jawa
Tengah. Pementasannya menggunakan dialog, drama, tarian, dan musik. Ketoprak
dipertunjukkan di atas panggung dengan mengambil cerita sejarah, kerajaan,
dongeng, kehidupan sehari-hari, dan lainnya dengan diselingi lawak.
Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan wawancara kepada seniman
ketoprak, pemilik sanggar, dan masyarakat pengguna, serta studi dokumentasi,
dan hasilnya dianalisis dengan teknik analisis kualitatif menggunakan teori seni
pertunjukan, etnomusikologi, dan metode sejarah. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa ketoprak di Sumatera Utara secara perlahan mulai
ditinggalkan walaupun telah mengadopsi budaya setempat dalam hal musik,
cerita, busana, atau tata bahasa yang dipakai. Untuk pengembangannya diperlukan
upaya-upaya strategis agar seni pertunjukan ini dapat bertahan dan tetap diminati
oleh masyarakat, khususnya komunitas Jawa. Persamaan penelitian Torang
Naiborhu & Nina Karina dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang
keberlanjutan kesenian tradisional. Perbedaannya adalah, penelitian Torang
14
Naiborhu & Nina Karina memfokuskan pada pengkajian tentang kebertahanan
dan keberlanjutan seni tradisi, sedangkan penelitian ini mengkaji proses
pembelajaran.
Penelitian Triyanto (2015) yang berjudul “Perkeramikan Mayor Lor
Jepara: Hasil Enkulturasi dalam Keluarga Komunitas Perajin” menyatakan
penelitian ini bertujuan mengkaji masalah bagaimana mekanisme budaya yang
dilakukan oleh para perajin untuk mempertahankan dan memberlanjutkan
perkeramikan tersebut. Dua strategi dasar untuk mengkaji masalah penelitian ini
menggunakan pendekatan teoretis konsep enkulturasi dan keramik tradisional
serta pendekatan metodologis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
sebagai berikut. Pertama, perilaku perajin keramik Mayong Lor dalam
memproduksi seni gerabah ini merupakan hasil pewarisan tradisi turun-temurun
dari para orang tuanya melalui proses enkulturasi di dalam lingkungan
keluarganya. Kedua, perilaku hasil pewarisan ini oleh para perajin diwariskan
juga kepada anak-anak mereka masing-masing. Ketiga, pola pewarisan dalam
proses enkuluturasi itu menggunakan pendekatan mengajar-belajar sambil bekerja
melalui metode pembiasaan, peniruan, dan internalisasi. Berdasarkan hasil
penelitian ini, untuk mempertahankan dan memberlanjutkan potensi seni tradisi,
pihak yang berkepentingan disarankan menggunakan pola enkulturasi dalam
keluarga sebagai strategi pembinaannya. Persamaan penelitian Triyanto dengan
penelitian ini adalah terletak pada pengkajian seni. Perbedaannya terletak pada
fokus, objek, dan sasaran penelitian.
15
Penelitian Margaretta (2015) yang berjudul “Perubahan dan Keberlanjutan
Bentuk Pertunjukan Wayang Orang di Surabaya pada Masa Kini” menyatakan
perubahan yang didapati dari pertunjukan wayang orang di Surabaya dipicu oleh
banyak faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal perubahan
bentuk pertunjukan wayang orang di Surabaya adalah sistem penyutradaraan,
kreativitas seniman, sistem manajemen, serta nilai jual pementasan wayang orang.
Faktor eksternal yaitu pengaruh perkembangan teknologi modern dan selera
penonton. Perubahan dan keberlanjutan terjadi ada elemen-elemen pertunjukan
wayang orang di Surabaya. Pertunjukan wayang orang merupakan kesenian
tradisional yang harus dilestarikan. Diperlukan kekreativitasan seniman serta
adanya pola regenerasi pada pemain wayang orang agar pertunjukan ini tetap
bertahan. Persamaan penelitan Margaretta dengan penelitian ini adalah sama-sama
meneliti tentang jenis kesenian tradisional. Perbedaannya terletak pada fokus dan
objek penelitian.
Penelitian Hari Martopo (2003) dalam jurnal Harmonia yang berjudul
“Persoalan Mencari Identitas Musik Indonesia Melalui Kajian Historis Gamelan
dan Keroncong” manyatakan pembangunan nasional terus berlanjut tetapi
persoalan bangsa kian hari makin banyak dan tak terduga. Semua sektor
kebudayaan dan seni harus layak dijual. Persoalan kreativitas dahulu kurang
diperdebatkan, kini masalah itu dikaitkan dengan hak dan paten dan ramai
dibicarakan. Dalam kancah musik, musik indonesia seharusnya mampu
menembus medan yang lebih luas hingga ke tingkat dunia. Tetapi batasan tentang
musik Indonesia juga masih banyak diperdebatkan. Mungkin benar akan pendapat
16
Paul Wolbers tentang gamelan dan keroncong sebagai musik nasional yang
dimiliki bangsa Indonesia, itulah aset kita. Persamaan penelitian Hari Martopo
dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang music. Perbedaanya
adalah, Hari Martopo meneliti tentang kreativitas sedangkan penelitian ini
membahas tentang metode pembelajaran.
Penelitian Fandi & Rachman (2019) yang berjudul “Resistensi Musik
Keroncong di Era Disrupsi: Studi Kasus pada O.K Gita Puspita di Kabupaten
Tegal” menunjukan bahwa Orkes Keroncong Gita Puspita melakukan sikap
resistensi terhadap era disrupsi dengan bentuk resistensi semi terbuka dengan cara
mempertahankan instrumentasi asli keroncong walaupun menampilkan keroncong
dengan gaya modern, serta hal yang mendasari sikap resistensi tersebut adalah
tujuan dibentuknya grup dan latarbelakang musik keroncong di Kabupaten Tegal.
Persamaan penelitan Fandi & Rachman dengan penelitian ini adalah sama-sama
meneliti tentang musik. Perbedaannya terletak pada fokus dan objek penelitian.
Penelitian Rachman & Utomo (2018) yang berjudul “The Rhythm Pattern
Adaptation of Langgam Jawa in Kroncong” bahwa tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menggambarkan adaptasi pola ritme yang dapat diterapkan pada
Kroncong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola ritme instrumen cak dan cuk
di Langgam Jawa mengandung lima posisi, yaitu posisi Do, posisi Mi, posisi Fa,
posisi Sol, dan posisi Si. Pada posisi cak, posisi Do terdiri dari deskripsi catatan
do, fa, sol, dan si. Posisi mi terdiri dari deskripsi catatan mi, si, sol, dan, fa. Posisi
Fa terdiri dari deskripsi catatan fa, do, si, sol. Posisi Sol terdiri dari deskripsi
catatan sol, fa, do, dan si. Posisi si terdiri dari deskripsi catatan si, mi, fa, sol.
17
Setiap deskripsi dari catatan adalah dalam catatan keenambelas. Sedangkan pada
instrumen cuk, posisi Do terdiri dari deskripsi catatan do dan sol, posisi Mi terdiri
dari deskripsi catatan mi dan si, posisi Fa terdiri dari deskripsi catatan fa dan do,
posisi Sol terdiri dari deskripsi nada sol dan si, posisi Si terdiri dari catatan si dan
sol, setiap nada yang dimainkan adalah seperempat nada. Persamaan penelitan
Rachman & Utomo dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang
musik. Perbedaannya terletak pada fokus dan objek penelitian.
2.2 Landasan Teoretis
Metode Drill 2.2.1
Menurut Jamalus (1981: 30), metode dalam proses belajar-mengajar ialah
“seperangkat upaya yang direncanakan dan disusun dengan tujuan menciptakan
suasana belajar mengajar yang menguntungkan”. Siswoyo, dkk (2007: 133),
mengatakan bahwa “metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk
mencapai tujuan”. Metode pembelajaran berfungsi sebagai salah satu alat untuk
mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditentukan didalam sebuah lembaga
pendidikan. Metode pembelajaran dapat dipandang sebagai sebuah proses usaha
untuk menimbulkan dorongan belajar menurut minat dan perhatian siswa. Dengan
demikian siswa diharapkan tidak mendapat kesukaran dalam belajar dan sekaligus
tercipta hubungan yang serasi antara siswa dan guru.
Metode pembelajaran itu bermacam-macam dan dapat dipilih sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Jamalus (1981: 31), terdapat beberapa
metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu
metode ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode latihan (drill),
18
metode bermain peran, dan metode eksperimen. Metode-metode tersebut memiliki
kelemahan dan kelebihan masing-masing. Namun pengajar atau pendidik
hendaknya dapat memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses
belajar mengajar yang baik. Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut
sangat bergantung kepada tujuan, isi, proses belajar, dan kegiatan belajar. Dan
penelitian ini, peneliti menggunakan 1metode, yaitu metode latihan (drill).
Menurut Roestiyah (1991: 125), metode latihan (drill) adalah suatu teknik
yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan
kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan
yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari. Latihan yang praktis, mudah dilakukan
secara teratur melaksanakannya membina anak dalam meningkatkan penguasaan
keterampilan itu bahkan mungkin siswa dapat memiliki ketangkasan itu dengan
sempurna. Metode drill dipakai untuk menanamkan suatu keterampilan tertentu
terhadap siswa dengan melakukannya secara berulang-ulang, sampai siswa itu
mampu melakukannya secara otomatis (Jamalus, 1981: 34).
Adapun tujuan mengajar dengan menggunakan metode drill menurut
Roestiyah (1991: 125), adalah:
a. Memiliki keterampilan motoris/gerak seperti menghafalkan kata-kata, menulis,
mempergunakan alat/membuat suatu benda melaksanakan gerak dalam
olahraga.
b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,
menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitung mencongak. Mengenal
19
benda/bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca
dan sebagainya.
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain,
seperti hubungan sebab akibat, antara tanda huruf dan bunyi dan sebagainya,
penggunaan lambang/simbol didalam peta dan lain-lain.
Adapun langkah-langkah menggunakan metode drill dalam proses
pembelajaran menurut Jamalus (1981: 34), ialah:
a. Guru menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran itu.
b. Guru menyusun/memilih materi pembelajaran yang akan disampaikan
kemudian mempertimbangkan bagian mana yang sangat tepat untuk di drill.
Biasanya bagian itu sulit dilakukan kalau tidak dilatih berulang-ulang.
c. Dalam pelaksanaannya dikelas atau dilapangan biasanya guru mulai
menerangkan sedikit dengan ceramah. Kemudian tiba pada bagian yang sulit
itu, guru mendemonstrasikannya dahulu, kemudian siswa menirukannya.
Selanjutnya siswa dilatih berulang-ulang, sampai mereka mahir melakukannya
secara tepat.
d. Biasanya selesai pelajaran itu, guru masih memberi tugas agar siswa terus
berlatih secara teratur supaya keterampilan tadi tidak hilang.
Kelebihan metode ini adalah siswa mendapat pengetahuan dan dasar yang
tepat untuk melakukan suatu gerakan/perbuatan dan mampu melaksanakannya
secara otomatis. Dan untuk pelaksanaan teknik ini perlu diperhatikan pula
kelemahan-kelemahannya seperti dalam latihan sering terjadi cara-cara/gerak
yang tidak bisa berubah, karena merupakan cara yang telah dibakukan.
20
Menurut Muslich (2008: 203), metode drill atau latihan adalah suatu
metode mengajar, dimana siswa diajak ketempat latihan untuk melihat bagaimana
cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, dan
apa manfaatnya. Selanjutnya, Sutikno (2014: 51) berpendapat bahwa, metode
latihan (drill) adalah suatu cara menyampaikan materi pelajaran untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu dan untuk memelihara kebiasaan-
kebiasaan yang baik.
Sebuah metode memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian juga dengan
metode drill. Berikut kelebihan dan kekurangan metode drill menurut Muslich
(2008: 203), kelebihan metode drill sebagai berikut, a) dapat memperoleh
kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan
menggunakan alat-alat, b) dapat memperoleh kecakapan mental, seperti dalam
perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda atau simbol, dan
sebagainya, c) dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan
kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan metode drill sebagai berikut, a) Menghambat bakat dan
inisiatif anak didik karena anak didik lebih dibawa ke penyesuaian dan diarahkan
pada kondisi jauh dari pengertian, b) menimbulkan penyesuaian secara statis pada
lingkungan, c) kadang-kadang latihan yang dilakukan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan, d) dapat menimbulkan
verbalisme.
Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode latihan atau drill
adalah cara yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar dengan
21
melakukan kegiatan tertentu berulang-ulang dengan tujuan agar tertanam pada
siswa sehingga siswa dapat melakukan hal tersebut secara otomatis.
Pembelajaran 2.2.2
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat
untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidikan untuk
membantu peserta didik melakukan belajar (Isjoni, 2010: 12). Lebih lanjut,
menurut Hutabarat (1986: 100) pembelajaran adalah totalitas aktifitas belajar-
mengajar yang diawali dengan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi yang
selanjutnya ditindak lanjuti dengan follow up.
Hamalik (1994: 57) berpendapat bahwa pembelajaran adalah proses dan
cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar, pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun atas unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran merupakan sebuah aktivitas belajar-mengajar yang
pengelolaannya sudah tersusun untuk suatu peningkatan yang positif dan hal itu
biasanya ditandai dengan dengan perubahan perilaku dari setiap individu.
Kegiatan Pembelajaran menurut Sudjana (2005: 80) adalah setiap upaya
yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan siswa
melakukan belajar. Sedangkan Gulo (dalam Sugihartono, 2007: 80)
mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu usaha untuk menciptakan sistem
lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Adapun di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia disebutkan arti dari pembelajaran adalah proses, cara,
22
perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Jadi dapat disimpulkan,
pembelajaran adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk membelajarkan siswa.
Menurut Sanjaya (2008: 58) di dalam proses pembelajaran terdiri dari
beberapa komponen yang berhubungan satu dengan yang lain : tujuan, materi,
metode, media, dan evaluasi. Adapun komponen-komponen tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut :
1. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan acuan yang dipertimbangkan untuk
memilih strategi belajar-mengajar. Tujuan pembelajaran dapat didefinisikan
sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka
mempelajari bahasan tertentu dalam satu kali pertemuan (Sanjaya, 2008: 68).
Menurut pendapat di atas tujuan pembelajaran adalah kemampuan yang harus
dicapai peserta didik setelah peserta didik melakukan proses pembelajaran.
2. Materi pembelajaran
Materi pembelajaran adalah bahan ajar yang disiapkan untuk disajikan dan
dilatihkan kepada siswa. Materi pelajaran adalah bahan pelajaran yang merupakan
isi dari proses interaksi (Suryobroto, 1986: 12). Menurut pendapat diatas materi
merupakan bahan ajar yang dirancang oleh pengajar untuk dibelajarkan kepada
siswa atau peserta didik.
3. Metode pembelajaran
Berasal dari bahasa Yunani, metha (melalui atau melewati), dan hodos
(jalan atau cara). Secara umum metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau
strategi untuk mencapai tujuan dan kegunaan tertentu (Hasibuan, 2002: 19).
23
Suryobroto (1986: 3) berpendapat bahwa metode adalah cara yang dalam
fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Semakin tepat metode yang
digunakan diharapkan semakin efektif pencapaian tujuan tersebut.
4. Media pembelajaran
Media merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan
oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta
didik (Yuwono, 2011: 10). Menurut Supriyanto (2008: 9) media pembelajaran
adalah alat untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang akan digunakan oleh
pendidik atau guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Memilih dan
menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa
dan lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan tujuan pembelajaran yang
telah direncanakan. Menurut pendapat di atas media pembelajaran adalah suatu
alat yang digunakan pendidik untuk menyampaikan materi supaya tujuan dari
pembelajaran berhasil.
5. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi terhadap hasil pembelajaran yang teratur akan memudahkan
pendidik untuk mengontrol tingkat perkembangan peserta didik sehingga
pencapaian tujuan pendidikan dapat dioptimalkan (Yuwono, 2011: 10). Menurut
Suryobroto (1986: 12) evaluasi merupakan barometer untuk mengukur
tercapainya proses interaksi, dengan mengadakan evaluasi dapat mengontrol hasil
belajar siswa dan juga dapat mengontrol ketepatan suatu metode yang digunakan
oleh guru, sehingga pencapain tujuan pembelajaran dapat dioptimalkan.
24
Pengertian Seni Gambang 2.2.3
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu
merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi
dari kreativitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai,
bahwa masing-masing individu memilih sendiri peraturan dan parameter yang
menuntun atau kerjanya, masih dapat dikatakan bahwa seni adalah proses dan
produk dari memilih medium, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang
pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu untuk menyampaikan baik
kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara selektif mungkin untuk
medium itu.
Gambang sendiri merupakan salah satu perangkat gamelan Jawa yang
ditabuh. Sedangkan menurut Danang Respati Puguh, dalam tulisan yang berjudul
“Gambang Semarang: Unsur-unsur Seni dan Konsep Estetisnya”, menyebutkan
bahwa gambang (xylophone) adalah alat musik yang terbuat dari kayu, berbentuk
bilah-bilah yang diletakkan sejajar di sebuah rancakan yang terbuat dari kayu.
Instrumen ini terdiri dari 18 bilahan nada yang dilaras secara pentatonik sepanjang
3,5 oktaf, merupakan oktaf (gembyang) yang berulang dari nada rendah sampai
nada tinggi. Untuk memainkannya, bilah-bilah kayu itu ditabuh dengan dua buah
pemukul yang dipegang dengan kedua tangan (Puguh, 2000: 364).
Jadi seni gambang merupakan suatu karya seni pertunjukan yang
merupakan perpaduan antara seni musik yang di dalamnya terdapat alat musik
gambang, bonang, suling, kendang, kongahyan, tehyan, sukong, gong suwukan,
kempul, kecrek dan ningnong, seni suara, seni tari, dan lawak (Puguh, 2000: 363).
25
Sejak awal di Indonesia orkes atau seni gambang (sebelum Gambang
Kromong dan Gambang Semarang) sudah berfungsi sebagai hiburan, walaupun
dalam perkembangannya pada zaman dahulu orkes ini mempunyai bentuk
maupun penggemar yang berubah- ubah. Menurut Phoa Kian Sioe, bahwa orkes
ini semula dimainkan dengan lebih teratur sehingga terkesan formal. Para
pemainnya harus menguasai not-notnya yang ditulis dengan menggunakan huruf-
huruf Tionghoa, dan memainkannya dengan membaca not dan secara halus dan
lembut (Sioe, dalam Dadang 2016: 157-159).
Permainan Orkes Gambang ini seperti musik klasik atau musik jazz pada
zaman sekarang, dan para pemainnya harus benar-benar menguasai not, lagu, dan
peralatannya. Semula orkes gambang memang hanya untuk mengiringi penyanyi
yang disebut Cio Kek, dan tidak untuk tarian. Para penyanyi atau Cio Kek itu
harus orang-orang pilihan, wanita-wanita cantik dan bagus suaranya. Kondisi ini
telah menyebabkan orkes gambang mempunyai gengsi sosial yang cukup tinggi,
karena akhirnya para pejabat atau orang-orang kaya berlomba-lomba untuk
mempunyai orkes ini beserta para pemain handal dan Cio Kek pilihannya. Mereka
mendirikan gedung-gedung khusus untuk tempat orkes ini, sebagai tempat
hiburan yang bergengsi (Sioe, dalam Dadang 2016: 158).
Sejalan dengan perkembangan orkes gambang menjadi orkes Gambang
Kromong, kesenian ini juga semakin digemari oleh orang dan memuncak
ketenarannya. Pada jaman dahulu di samping dipentaskan di gedung-gedung milik
hartawan, Gambang Kromong sering ditampilkan untuk pesta-pesta pernikahan
dan untuk memeriahkan tahun baru China sampai Cap Go Meh. Namun setelah
26
itu lambat laun kedudukan orkes Gambang Kromong kian surut di mata
masyarakat, karena semakin kurang profesional.
Kemudian Gambang Kromong dibawa ke Semarang yang diberi nama
Gambang Semarang. Semula kesenian ini di Semarang juga tampak lebih
memasyarakat pada kalangan tertentu, walaupun akhirnya juga merakyat dan
lambat laun menghilang. Kesenian ini muncul lagi pada tahun 1960-1980
kemudian menghilang lagi (Puguh, 2000: 64).
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi
pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar
dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya. Disini penulis ingin
menjelaskan tentang kerangka berfikir pada penelitian yang berjudul “Metode
Drill dalam Pembelajaran Musik Gambang Semarang di Klub Merby Semarang”.
Metode latihan (drill) adalah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai
suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar
siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang
dipelajari. Latihan yang praktis, mudah dilakukan secara teratur melaksanakannya
membina anak dalam meningkatkan penguasaan keterampilan itu bahkan
mungkin siswa dapat memiliki ketangkasan itu dengan sempurna. Metode drill
dipakai untuk menanamkan suatu keterampilan tertentu terhadap siswa dengan
melakukannya secara berulang-ulang, sampai siswa itu mampu melakukannya
secara otomatis.
27
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
MUSIK GAMBANG SEMARANG
Pembelajaran Musik
Gambang Semarang
Penerapan Metode Drill
Perencanaan Evaluasi
Hasil Belajar
Pelaksanaan
Gambar 2-1 Bagan Kerangka Berfikir
79
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasar hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan, bahwa
pembelajaran musik Gambang Semarang di Klub Merby Semarang yang
merupakan pendidikan informal berbentuk pelatihan atau kursus tidak
menggunakan kurikulum khusus seperti pada pendidikan formal. Peserta
pembelajaran musik Gambang Semarang di Klub Merby ada 20 orang
Proses pembelajaran musik Gambang Semarang dilakukan dengan metode
drill dengan langkah-langkah: Pertama, pengajar menetapkan tujuan pembelajaran
meskipun tujuan itu tidak dirumuskan secara tertulis; Ke dua, pengajar memilih
materi ajar berdasar pertimbangan lagu trend pada saat ini; Ke tiga, pembelajaran
diawali dengan penjelasan/ceramah; Ke empat, pengajar mendemonstrasikan
instrumen dilanjutkan dengan dengan latihan oleh siswa; Ke lima, selesai
pembelajaran, pengajar memberikan tugas kepada siswa; dan ke enam, Evaluasi.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas maka saran yang dapat diberikan
oleh peneliti yaitu: (1) Lebih sering diadakan pentas musik gambang semarang di
Klub Merby Semarang. (2) Sering mengirimkan siswa untuk melakukan pentas di
acara-acara kebudayaan di Kota Semarang. (3) instruktur melakukan pencatatan
notasi yang mudah dipahami oleh para siswa. (4) materi lagu yang diajarkan
jangan hanya 1 namun bisa beberapa lagu khas semarang, contohnya jangkrik
genggong, goyang semarang, gado-gado semarang, sentir lengo potro dan lagu
80
semarang lainnya. (5) seharusnya ditambah lagi kelasnya agar siswa tidak
bergantian, jadi siswa lebih bisa fokus belajar.
81
DAFTAR PUSTAKA
Andi Pratowo. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Bima Aksara.
Aryanti, A. U. L. 2013. “Upaya Meningkatkan Teknik Vokal pada Paduan Suara
Inovatif dengan Menggunakan Metode Imitasi dan Drill”. Skripsi. Yogyakarta:
FBS UNY.
Dadang, D. S. 2016. “Eksistensi Kesenian Gambang Semarang dalam Budaya
Semarangan”. Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, 1(2): 154-172.
Dananjaya, J. 1984. Faktor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain.
Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dina, Sari Jenny. 2016. “Efektivitas Penggunaan Metode Drill dalam
Pembelajaran Mendireksi Siswa SMPN 1 Tempel”. Skripsi. Yogyakarta: FBS
UNY.
Ellentia, Rezaliana. 2016. “Aplikasi Metode Demonstrasi dan Drill pada Kegiatan
Ekstrakurikuler Drum Band di SDN 01 Dukuh Salam Slawi Kabupaten
Tegal”. Skripsi. Semarang: FBS UNNES.
Fandi, A.R & Rachman, A. 2019. “Resistensi Musik Keroncong di Era Disrupsi:
Studi Kasus pada O.K Gita Puspita di Kabupaten Tegal”. Jurnal
Musikolastika, 1(1): 41-51.
Gusti, Swandaru. 2014. “Upaya Peningkatan Ketrampilan Bermain Instrumen
Musik Angklung Siswa Kelas B3 dalam Pembelajaran Angklung melalui
Metode Drill di TK Dharma Rini Yogyakarta”. Skripsi. Yogyakarta: FBS
UNY.
82
Hamalik, O. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hariyadi, S. 2003. Psikologi Perkembangan. Semarang: UNNES Press.
Hasibuan, S. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Herdiansyah, H. 2009. Metode Penelitian Kualitatif Seni dalam Memahami
Fenomena Nasional. Yogyakarta: Grandika Publishing.
Hutabarat, D. 1986. Cara Belajar. Jakarta: Gunung Mulia.
Isjoni, H. 2010. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta: Gunung Mulia.
Jamalus. 1981. Musik 4. Jakarta: C.V. Titik Terang.
Jazuli, 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Semarang: Sendratasik FBS UNNES.
Moleong, L. J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Moleong, L. J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muslich, M. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara.
Nasir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.
Nooryan, B. 2014. Kritik Seni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yogyakarta:
Kanisius.
Puguh, R. D. 2000. Laporan Terpadu Penelitian Hibah Bersaing Perguruan
Tinggi “Penataan Kesenian Gambang Semarang Sebagai Identitas Budaya
Semarang”. Semarang: Universitas Diponegoro.
Rachman, A. & Utomo, U. 2018. “The Rhythm Pattern Adaptation of Langgam
Jawa in Kroncong". International Conference on Arts and Culture
(ICONARC 2018), Vol. 276.
Raharjo, Eko. 2007. “Musik Sebagai Media Terapi”. Harmonia: Journal of Arts
Research and Education, 8(3): 1-13.
83
Roestiyah. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan Desain sistem pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
Semiawan, C.R. 2008. Belajar dan pembelajaran prasekolah dan sekolah dasar.
Jakarta: PT. Indeks.
Siswoyo, D. dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sudjana, N. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suharto. 2007. “Refleksi Teori Kritik Seni Holistik: Sebuah Pendekatan Alternatif
dalam Penelitian Kualitatif bagi Mahasiswa Seni (Reflection on Art Criticism
and Holistic Art Criticism: an Alternative Approach of Qualitative Research
for Art Students)”. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 8(1):
1-13.
Sumaryanto, F. Totok. 2007. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dalam
Penelitian Pendekatan Seni. Semarang: Jurusan Pendidikan Seni Tari Drama
dan Musik UNNES.
Suryosubroto. 1986. Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam
Proses Belajar-Mengajar. Yogyakarta: Amarta.
Sutikno, S. 2014. Metode dan Model-model Pembelajaran. Lombok: Holistica.