35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode ...
Metode Blocking
-
Upload
cho-nana-evilkyu -
Category
Documents
-
view
405 -
download
9
description
Transcript of Metode Blocking
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkas adalah kumpulan informasi berkait yang diberi nama dan direkam pada
penyimpanan sekunder. Dari sudut pandang pengguna, berkas merupakan bagian terkecil dari
penyimpanan logis, artinya data tidak dapat ditulis ke penyimpanan sekunder kecuali jika
berada di dalam berkas. Biasanya berkas merepresentasikan program(baik source maupun
bentuk objek) dan data. Data dari berkas dapat bersifat numerik, alfabetik, alfanumerik,
ataupun biner. Format berkas juga bisa bebas, misalnya berkas teks, atau dapat juga diformat
pasti. Secara umum, berkas adalah urutan bit, byte, baris, atau catatan yang didefinisikan oleh
pembuat berkas dan pengguna.
Informasi dalam berkas ditentukan oleh pembuatnya. Ada banyak beragam jenis
informasi yang dapat disimpan dalam berkas. Hal ini disebabkan oleh struktur tertentu yang
dimiliki oleh berkas, sesuai dengan jenisnya masing-masing. Contohnya:
Text file; yaitu urutan karakter yang disusun ke dalam baris-baris.
Source file; yaitu urutan subroutine dan fungsi, yang nantinya akan dideklarasikan.
Object file; merupakan urutan byte yang diatur ke dalam blok-blok yang dikenali
oleh linker dari sistem.
Executable file; adalah rangkaian code section yang dapat dibawa loader ke dalam
memori dan dieksekusi.
Semua sistem operasi mulai dari DOS, Windows, Macintosh dan turunan UNIX memiliki
Sistem berkas sendiri untuk meletakkan file dalam sebuah struktur hirarki. Contoh dari sistem
berkas termasuk di dalamnya FAT, NTFS, HFS dan HFS+, ext2, ext3, ISO 9660, ODS-5,
dan UDF. Beberapa sistem berkas antara lain juga journaling file system atau versioning file
system.
Sistem berkas juga menentukan konvensi penamaan berkas dan peletakan berkas pada stuktur
direktori.
B. Tujuan
A. Mengetahui apa yang dimaksud Metode Blocking dan elemen apa saja yang ada di dalamnya
B. Mengetahui implementasi dari elemen Metode Blocking (Dalam perhitungan)
2
BAB II
PEMBAHASAN
Berikut adalah pembahasan mengenai Metode Blocking :
Manajemen File
File adalah koleksi yang diberi nama dari sebuah informasi yang direkam pada
penyimpanan sekunder. File mempunyai sifat sebagai berikut :
a. Persistance
Informasi dapat bertahan meski proses yang membuatnya berakhir atau catu daya
dihilangkan. Dengan property seperti ini maka file yang didapat dari hasil proses dapat dijaga
dan digunakan pada masa yang akan dating.
b. Size
Setiap file memiliki ukuran, terkadang file mempunyai ukuran yang sangat besar sehingga
memungkinkan membutuhkan tempat penyimpanan yang sangat besar pula.
c. Sharability
File dapat digunakan diberbagai proses yang mengakses informasi secara konkruen.
Kebutuhan manajemen data bagi pemakai untuk memberikan kemampuan melakukan
operasi-operasi sebagai berikut :
- Menampilkan seluruh record data (Retrieve all)
- Menampilkan satu record data tertentu (retrieve one)
- Menampilkan satu record data berikutnya (retrieve next)
- Menampilkan satu record data sebelumnya (retrieve previous)
- Menyisispkan satu record data (insert one)
- Menghapus satu record data tertentu (delete one)
- Memperbaharui satu data tertentu (update one)
- Memperbaharui beberapa record tertentu dalam suatu criteria (update few)
3
Fungsi Manajemen File
Beberapa fungsi yang diharapkan dari pengelolaan manajemen file :
1. Penciptaan, modifikasi dan penghapusan file
2. Mekanisme pemakaian file secara bersama
Menyediakan beragam tipe pengaksesan terkendali seperti :
- Read access (kendali terhadap akses membaca)
- Write access (kendali terhadap akses modifikasi)
- Execute access (kendali terhadap akses menjalankan program)
- Dan beragam kombinasi lain
3. Kemampuan back up dan pemulihan (recovery) untuk mencegah kehilangan karena
kecelakaan atau dari upaya penghancuran informasi.
4. Pemakai dapat mengacu file dengan nama simbolik (symbolic name) bukan
menggunakan penamaan yang mengacu perangkat fisik
5. Pada lingkungan sensitive dikehendaki informasi tersimpan aman dan rahasia
Lingkungan seperti : electronic fund transfer system, criminal record system, medical record
system, dsb
System file menyediakan enkripsi data (merubah data menjadi symbol tertentu) dan dekripsi
(pembukaan file bersandi rahasia) untuk menjaga agar data hanya dapat digunakan oleh
pemakai yang diotorisasi saja.
6. System file harus menyediakan antarmuka (interface) yang bersifat user-frendly
System file harus menyediakan : pandangan secara logic (logical view) bukan pandangan
secara fisik (physical view) terhadap data, fungsi dapat dilakukan terhadap data.
Ada pun elemen dari manajemen data
4
Organisasi Fisik File merupakan organisasi data file pada tempat penyimpanan sekunder.
Blocking
Block adalah unit informasi aktualyang ditransfer antara device penyimpanan
eksternal (secondary memory) ke memory utama. Areal kerja beradadi memory utama, buffer
di inti memory komputer. Block Size (ukuran blok) dinyatakan dalam byte, notasi B. Block
Size yang terlalu besar akan mengakibatkan data yang tidak diperlukan ikut berpindah
(memerlukan memori besar). Block Size kecil menyebabkan pembacaan berulang-ulang.
Record-record disimpan dalam block. Metode yang digunakan dalam menempatkan record-
record pada block adalah Blocking. Bfr (Blocking Factor) adalah nilai yang menentukan
berapa banyak record yang dapat ditempatkan dalam satu block.
Tipe Blocking ada 3, yaitu
1. Fixed Blocking (Fixed-Length Record)
2. Variable Length Spanned Blocking
3. Varieble Length UnSpanned Blocking
Fixed Blocking (Fixed-Length Record)
Karakteristik yang memiliki oleh metode blocking pertama yaitu: ukuran recordnya
tetap (sesuai dengan namanya fixed berarti tetap) dan ukuran record tersebut lebih kecil atau
sama dengan ukuran block. Tidak perlu bingung dengan istilah baru yaitu record dan block.
Anda dapat memahami bahwa record-record berkumpul dalam sebuah block.
5
Ukuran block dilambangkan dengan menggunakan hurup B. Ukuran record
dilambangkan dengan dengan hurup R. Untuk mengetahui beberapa banyak jumlah record
dalam sebuah block , anda dapat menggunakan rumus block, anda dapat menggunakan rumus
blocking factor berikut ini
Bfr= B/R
Catatan:lakukan pembulatan ke bawah
Misal: block size B = 100 byte, record length R = 30 byte, blocking factor Bfr = 100/3 = 3
artinya pada satu blok diharapkan ada 3 record.
Kelebihan metode fixed blocking ada pada implementasi yang sederhana dan
memungkinkan pengaksesan secara acak namun fixed blocking memiliki kekurangan yaitu :
bila ukuran block bukan kelipatan dari kelipatan dari ukuran record , maka akan tejadi
pemborosan ruangan di setiap block.
Variable Length Spanned Blocking
Metode blocking yang ke dua bernama Variable length spanned blocking
(VLSB).metode blocking ini memilki bahwa karateristik sebagai berikut:
Dari namanya , tentu anda sudah dapat menebak bahwa ukuran recordnya bisa
berbeda satu sama lain (variable).
6
Pada variable length spanned blocking. Record disimpan pada block yang berukuran
tetap dan record dapat di pecah apabila ukuran record lebih besar dari ukuran
blocknya .Inilah keistimewaan dari VLSB
Pada variable length spanned blocking terdapat pointer yang menghubungkan dua
buah pecahan record (apabila record terpecah) .
Blocking Factor Variable Spanned
a. Sebuah block pointer (P) harus disertakan pada tiap block.
b. Ukuran efektif block = B – P
c. Ukuran record + marker = R + M
d. Bfr = (B – P) / (R + M)
e. Jika diasumsikan M = P, didapat
Bfr = (B – P) / (R + P)
B=Ukuran block
P=panjang block pointer dan panjang record
MARK YANG DIASUMSIKAN SAMA DENGAN PANJANG BLOCK POINTER .
R=ukuran record Rata-rata
Kelebihan VLSB terletak pada fleksibelitasnya .pada VLSB ukuran tidak tergantung
pada ukuran block sehingga memungkinkan ukuran record yang lebih besar di bandingkan
ukuran blocknya . Dengan demikian ruangan kosong yang terbuang menjadi lebih kecil.
Selain kelebihan VLSB juga memliki kekurangan , yaitu : sulitnya implementasi
VLSB dalam program akibat record yang terpecah sulit untuk di transfer dan file sulit di
update
Variable Length UnSpanned Blocking7
Metode blocking yang ketiga yaitu variable length unspanned blocking . Karakteristik
dari metode blocking tersebut adalah :
Ukuran record yabg bervariasi (sama seperti VLSB),tapi
Pada variable length unspanned blocking sebuah record tidak dapat di pecah-pecah ke
dalam beberapa block
Untuk ukuran recordnya , variable length unspanned blocking memilki ukuran record yang
lebih kecil sama dengan di bandingkan dengan ukuran blocknya
Blocking Factor Variable Unspanned
a. Rata-rata ruang block terbuang = ½ R
b. Tidak ada block pointer
c. Ukuran block efektif = B – ½ R
d. Bfr = (B – ½ R) / (R + M)
Yang dimaksud dengan ½ R adalah rata rata ruang block yang terbuang . Satu hal yang
perlu di ingat dari metode blocking ini yaitu bahwa metode blocking ini tidak memerlukan
pointer ke block berikutnya
Kelebihan
1. Implementasi variable length Unspanned Blocking lebih mudah di bandingkan
dengan metode blocking VLSB
2. jumlah record per block-nya bisa bervariasi sama dengan VLSB
Kekurangan
1. Ada kemungkinan banyak ruang terbuang , record tidak dapat pecah seperti terjadi
pada VLSB
2. Ukuran record harus lebih kecil sama dengan ukuran blocknya
Pemborosan Ruang (waste/W)8
Ruang yang terbuang tidak dapat digunakan untuk menyimpan data.
W dipengaruhi oleh :
Wg : Waste yang muncul karena gap antar block
Wr : Waste yang muncul karena blocking
W = Wg + Wr , nilai W dihitung per record
W pada Fixed Blocking
Pada fixed blocking, ruang terbuang akibat blocking adalah < R
Dihitung per record : 0 ≤ Wr < R / Bfr
Fixed blocking umumnya digunakan jika ukuran record jauh lebih kecil dibandingkan
kapasitas block (Wg jauh lebih besar dibandingkan Wr).
Maka W = Wg + Wr è W = Wg
W pada Variable Spanned
Tidak ada ruang terbuang karena blocking
Muncul penanda record (M) dan pointer block (P)
Wr = M + P / Bfr
W = Wg + Wr è G / Bfr + M + (P / Bfr)
W = M + (P + G) / Bfr
Jika M = P, maka W = P + (P + G) / Bfr
W pada Variable Unspanned
Ada ruang terbuang
9
Ada penanda record
Wr = M + ((½ R) / Bfr)
W = Wg + Wr è G / Bfr + M + ((½ R) / Bfr
W = M + (½ R + G) / Bfr
Jika M = P, maka W = P + (½ R + G) / Bfr
Pengukuran Kualitas Disk
KapasitasUkuran utama yang digunakan untuk mengukur kualitas disk, diantaranya :
Waktu Akses (access time)
Kecepatan Transfer Data (data transfer rate)
Reliabilitas (reliability)
RAT = s + r + t
Seek Time (s)
Seek Time merupakan waktu yang dibutuhkan oleh lengan (arm) pada harddisk untuk
menggerakan head ke posisi track yang dituju dimana data tersebut ada.
S = Sc + d i ms
Sc = Waktu penyalaan awal
Rotational Latency (r)
Rotational Latency merupakan waktu yang dibutuhkan head untuk menunggu
perputaran disk sehingga data yang akan dibaca tepat berada di bawah head.
10
r = 0,5 x 60 x 1000
rpm
rpm = jumlah putaran disk per menit
Transfer Rate (t)
Transfer Rate (t) adalah kecepatan data yang dapat ditransfer / kecepatan transfer data
sesaat.
Satuan byte / s, besarnya t diinformasikan oleh pembuat perangkat.
Terdapat 2 pengukuran yang tergantung pada transfer rate :
Record Transfer Time (TR)
Block Transfer Time (Btt)
TR adalah waktu transfer record dengan panjang R, dimana
TR = R / t
Btt adalah waktu transfer block dengan besar B, dimana
Btt = B / t
Satuan TR dan Btt adalah millisecond
Bulk Transfer Data (t’)
Bulk transfer rate merupakan waktu total yang diperlukan untuk pembacaan data
dalam jumlah besar yang dihitung dengan mempertimbangkan besar dan banyaknya gap area
non data yang harus dilalui.
Hal ini dipengaruhi oleh ukuran record, ukuran block, pemborosan ruang, dan waktu
transfer itu sendiri.
11
t’ = (t / 2) * (R / (R + W))
Metode Alokasi Berkas
Kemudahan dalam mengakses langsung suatu disk memberikan fleksibilitas dalam
mengimplementasikan sebuah berkas. Masalah utama dalam implementasi adalah bagaimana
mengalokasikan berkas-berkas ke dalam disk, sehingga disk dapat terutilisasi dengan efektif
dan berkas dapat diakses dengan cepat. Ada tiga metode utama, menurut buku "Applied
Operating System Concepts: First Edition" oleh Avi Silberschatz, Peter Galvin dan Greg
Gagne untuk mengalokasi ruang disk yang digunakan secara luas yaitu, contiguous, linked,
dan indexed.
A. Alokasi Secara Berdampingan (Contiguous Allocation)
Metode ini menempatkan setiap berkas pada satu himpunan blok yang berurut di
dalam disk. Alamat disk menyatakan sebuah urutan linier. Dengan urutan linier ini
maka head disk hanya bergerak jika mengakses dari sektor terakhir suatu silinder ke sektor
pertama silinder berikutnya. Waktu pencarian (seek time) dan banyak disk seek yang
dibutuhkan untuk mengakses berkas yang di alokasi secara berdampingan ini sangat minimal.
Contoh dari sistem operasi yang menggunakan contiguous allocation adalah IBM VM/ CMS
karena pendekatan ini menghasilkan performa yang baik.
Contiguous allocation dari suatu berkas diketahui melalui alamat dan panjang disk
(dalam unit blok) dari blok pertama. Jadi, misalkan ada berkas dengan panjang n blok dan
mulai dari lokasi b maka berkas tersebut menempati blok b, b+1, b+2, ..., b+n-1. Direktori
untuk setiap berkas mengindikasikan alamat blok awal dan panjang area yang dialokasikan
untuk berkas tersebut. Terdapat dua macam cara untuk mengakses berkas yang dialokasi
dengan metode ini, yaitu:
Sequential access, sistem berkas mengetahui alamat blok terakhir dari disk dan
membaca blok berikutnya jika diperlukan.
Direct access, untuk akses langsung ke blok i dari suatu berkas yang dimulai pada
blok b, dapat langsung mengakses blok b+i.
12
Kesulitan dari metode alokasi secara berdampingan ini adalah menemukan ruang untuk
berkas baru. Masalah pengalokasian ruang disk dengan metode ini merupakan aplikasi
masalah dari dynamic storage-allocation(alokasi tempat penyimpanan secara dinamik), yaitu
bagaimana memenuhi permintaan ukuran n dari daftar ruang kosong. Strategi-strategi yang
umum adalah first fit dan best fit. Kedua strategi tersebut mengalami masalah fragmentasi
eksternal, dimana jika berkas dialokasi dan dihapus maka ruang kosong disk terpecah
menjadi kepingan-kepingan kecil. Hal ini akan menjadi masalah ketika banyak kepingan
kecil tidak dapat memenuhi permintaan karena kepingan-kepingan kecil tidak cukup besar
untuk menyimpan berkas, sehingga terdapat banyak ruang yang terbuang.
Masalah yang lain adalah menentukan berapa banyak ruang yang diperlukan untuk suatu
berkas. Ketika berkas dibuat, jumlah dari ruang berkas harus ditentukan dan dialokasikan.
Jika ruang yang dialokasikan terlalu kecil maka berkas tidak dapat diperbesar dari yang telah
dialokasikan. Untuk mengatasi hal ini ada dua kemungkinan. Pertama, program pengguna
dapat diakhiri dengan pesan error yang sesuai. Lalu, pengguna harus mengalokasikan
tambahan ruang dan menjalankan programnya lagi, tetapi hal ini cost yang dihasilkan lebih
mahal. Untuk mengatasinya, pengguna dapat melakukan estimasi yang lebih terhadap ruang
yang harus dialokasikan pada suatu berkas tetapi hal ini akan membuang ruang disk.
Kemungkinan yang kedua adalah mencari ruang kosong yang lebih besar, lalu menyalin isi
dari berkas ke ruang yang baru dan mengkosongkan ruang yang sebelumnya. Hal ini
menghabiskan waktu yang cukup banyak. Walau pun jumlah ruang yang diperlukan untuk
suatu berkas dapat diketahui, pengalokasian awal akan tidak efisien. Ukuran berkas yang
bertambah dalam periode yang lama harus dapat dialokasi ke ruang yang cukup untuk ukuran
akhirnya, walau pun ruang tersebut tidak akan digunakan dalam waktu yang lama. Hal ini
akan menyebabkan berkas dengan jumlah fragmentasi internal yang besar.
Untuk menghindari hal-hal tersebut, beberapa sistem operasi memodifikasi skema metode
alokasi secara berdampingan, dimana kepingan kecil yang berurut dalam ruang disk
diinisialisasi terlebih dahulu, kemudian ketika jumlah ruang disk kurang besar, kepingan
kecil yang berurut lainnya, ditambahkan pada alokasi awal. Kejadian seperti ini disebut
perpanjangan. Fragmentasi internal masih dapat terjadi jika perpanjangan-perpanjangan ini
terlalu besar dan fragmentasi eksternal masih menjadi masalah begitu perpanjangan-
perpanjangan dengan ukuran yang bervariasi dialokasikan dan didealokasi.
13
B. Alokasi Secara Berangkai (Linked Allocation)
Metode ini menyelesaikan semua masalah yang terdapat pada contiguous allocation.
Dengan metode ini, setiap berkas merupakan linked list dari blok-blok disk, dimana blok-blok
disk dapat tersebar di dalam disk. Setiap direktori berisi sebuah penunjuk (pointer) ke awal
dan akhir blok sebuah berkas. Setiap blok mempunyai penunjuk ke blok berikutnya. Untuk
membuat berkas baru, kita dengan mudah membuat masukan baru dalam direktori. Dengan
metode ini, setiap direktori masukan mempunyai penunjuk ke awal blok disk dari berkas.
Penunjuk ini diinisialisasi menjadi nil (nilai penunjuk untuk akhir dari list) untuk
menandakan berkas kosong. Ukurannya juga diset menjadi 0. Penulisan suatu berkas
menyebabkan ditemukannya blok yang kosong melalui sistem manajemen ruang kosong
(free-space management system), dan blok baru ini ditulis dan disambungkan ke akhir berkas.
Untuk membaca suatu berkas, cukup dengan membaca blok-blok dengan mengikuti
pergerakan penunjuk.
Metode ini tidak mengalami fragmentasi eksternal dan kita dapat menggunakan blok
kosong yang terdapat dalam daftar ruang kosong untuk memenuhi permintaan pengguna.
Ukuran dari berkas tidak perlu ditentukan ketika berkas pertama kali dibuat, sehingga ukuran
berkas dapat bertambah selama masih ada blok-blok kosong.
Metode ini tentunya mempunyai kerugian, yaitu metode ini hanya dapat digunakan
secara efektif untuk pengaksesan berkas secara sequential (sequential-access file). Untuk
mencari blok ke-i dari suatu berkas, harus dimulai dari awal berkas dan mengikuti penunjuk
sampai berada di blok ke-i. Setiap akses ke penunjuk akan membaca disk dan kadang
melakukan pencarian disk (disk seek). Hal ini sangat tidak efisien untuk mendukung
kemampuan akses langsung (direct-access) terhadap berkas yang menggunakan metode
alokasi link. Kerugian yang lain dari metode ini adalah ruang yang harus disediakan untuk
penunjuk. Solusi yang umum untuk masalah ini adalah mengumpulkan blok-blok
persekutuan terkecil dinamakan clusters dan mengalokasikan cluster-cluster daripada blok.
Dengan solusi ini maka, penunjuk menggunakan ruang disk berkas dengan persentase yang
sangat kecil. Metode ini membuat mapping logikal ke fisikal blok tetap sederhana, tetapi
meningkatkan disk throughput dan memperkecil ruang yang diperlukan untuk alokasi blok
dan management daftar kosong (free-list management). Akibat dari pendekatan ini adalah
meningkatnya fragmentasi internal, karena lebih banyak ruang yang terbuang jika
14
sebuah cluster sebagian penuh daripada ketika sebuah blok sebagian penuh.
Alasan cluster digunakan oleh kebanyakan sistem operasi adalah kemampuannya yang dapat
meningkatkan waktu akses disk untuk berbagai macam algoritma.
Masalah yang lain adalah masalah daya tahan metode ini. Karena semua berkas saling
berhubungan dengan penunjuk yang tersebar di semua bagian disk, apa yang terjadi jika
sebuah penunjuk rusak atau hilang. Hal ini menyebabkan berkas menyambung ke daftar
ruang kosong atau ke berkas yang lain. Salah satu solusinya adalah menggunakan linked
list ganda atau menyimpan nama berkas dan nomor relatif blok dalam setiap blok, tetapi
solusi ini membutuhkan perhatian lebih untuk setiap berkas.
Variasi penting dari metode ini adalah penggunaan file allocation table (FAT), yang
digunakan oleh sistem operasi MS-DOS dan OS/2. Bagian awal disk pada setiap partisi
disingkirkan untuk menempatkan tabelnya. Tabel ini mempunyai satu masukkan untuk setiap
blok disk, dan diberi indeks oleh nomor blok. Masukkan direktori mengandung nomor blok
dari blok awal berkas. Masukkan tabel diberi indeks oleh nomor blok itu lalu mengandung
nomor blok untuk blok berikutnya dari berkas. Rantai ini berlanjut sampai blok terakhir, yang
mempunyai nilai akhir berkas yang khusus sebagai masukkan tabel. Blok yang tidak
digunakan diberi nilai 0. Untuk mengalokasi blok baru untuk suatu berkas hanya dengan
mencari nilai 0 pertama dalam tabel, dan mengganti nilai akhir berkas sebelumnya dengan
alamat blok yang baru. Metode pengalokasian FAT ini dapat menghasilkan jumlah
pencarian head disk yang signifikan, jika berkas tidak di cache. Head disk harus bergerak dari
awal partisi untuk membaca FAT dan menemukan lokasi blok yang ditanyakan, lalu
menemukan lokasi blok itu sendiri. Kasus buruknya, kedua pergerakan terjadi untuk setiap
blok. Keuntungannya waktu random akses meningkat, akibat dari head disk dapat mencari
lokasi blok apa saja dengan membaca informasi dalam FAT.
C. Alokasi Dengan Indeks (Indexed Allocation)
Metode alokasi dengan berangkai dapat menyelesaikan masalah fragmentasi eksternal
dan pendeklarasian ukuran dari metode alokasi berdampingan. Bagaimana pun tanpa FAT,
metode alokasi berangkai tidak mendukung keefisiensian akses langsung, karena penunjuk ke
bloknya berserakan dengan bloknya didalam disk dan perlu didapatkan secara berurutan.
Metode alokasi dengan indeks menyelesaikan masalah ini dengan mengumpulkan semua
15
penunjuk menjadi dalam satu lokasi yang dinamakan blok indeks (index block). Setiap berkas
mempunyai blok indeks, yang merupakan sebuah larik array dari alamat-alamat disk-blok.
Direktori mempunyai alamat dari blok indeks. Ketika berkas dibuat, semua penunjuk dalam
blok indeks di set menjadi nil. Ketika blok ke-i pertama kali ditulis, sebuah blok didapat dari
pengatur ruang kosong free-space manager dan alamatnya diletakkan ke dalam blok indeks
ke-i.
Metode ini mendukung akses secara langsung, tanpa mengalami fragmentasi eksternal
karena blok kosong mana pun dalam disk dapat memenuhi permintaan ruang tambahan.
Tetapi metode ini dapat menyebabkan ada ruang yang terbuang. Penunjuk yang berlebihan
dari blok indeks secara umum lebih besar dari yang terjadi pada metode alokasi berangkai.
Mekanisme untuk menghadapi masalah berapa besar blok indeks yang diperlukan sebagai
berikut:
Linked scheme: untuk berkas-berkas yang besar, dilakukan dengan menyambung
beberapa blok indeks menjadi satu.
Multilevel index: sebuah varian dari representasi yang berantai adalah dengan
menggunakan blok indeks level pertama menunjuk ke himpunan blok indeks level
kedua, yang akhirnya menunjuk ke blok-blok berkas.
Combined scheme: digunakan oleh sistem BSD UNIX yaitu dengan menetapkan 15
penunjuk dari blok indeks dalam blok indeksnya berkas. 12 penunjuk pertama
menunjuk ke direct blocks yang menyimpan alamat-alamat blok yang berisi data dari
berkas. 3 penunjuk berikutnya menunjuk ke indirect blocks. Penunjuk indirect
blok yang pertama adalah alamat dari single indirect block, yang merupakan blok
indeks yang berisi alamat-alamat blok yang berisi data. Lalu ada penunjuk double
indirect block yang berisi alamat dari sebuah blok yang berisi alamat-alamat blok
yang berisi penunjuk ke blok data yang sebenarnya.
16
BAB III
KESIMPULAN
Blok adalah unit informasi aktual yang ditransfer antara device penyimpanan eksternal (secondary memory) ke memory utama. Areal kerja beradadi memory utama, buffer di inti memory komputer. Block Size (ukuran blok) dinyatakan dalam byte, notasi B. Jadi blocking adalah metode yang digunakan dalam menempatkan record – record pada blok. Sedangkan nilai yang menentukan seberapa banyak record yang dapat ditempatkan dalam satu blok disebut Blocking faktor.
Record adalah unit aktual penyimpanan data padalevel logikal atau file. Parameter dasar “Blocking Factor” dinotasikan Bfr yang memberikansejumlah record yang diharapkan dalam 1 blok. Blocking adalah penempatan sejumlah record pada suatu blok. Record length (panjang record) menentukan metode blocking.
Metode blocking sendiri dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Fixed Blocking (Fixed-Length Record)2. Variable Length Spanned Blocking3. Variable Length UnSpanned Blocking
17
DAFTAR PUSTAKA
Bunawan & Kalya P. 1990. Seri Diktat Kuliah, Berkas dan Akses, Penerbit Gunadarma.
¨ Loomis M. E. S. 1989. Data Management And File Structures, Second Edition, Prentice
Hall International.
¨ Date, C.J. 1991. An Introduction To Database Systems, 5th Edition, Addison-Wesley
Reading, MA.
¨ Szymanski R.A. at all. 1991. Introduction To Computers And Information Systems,
Second Edition, Macmilan Publishing Company,
¨ Tharp A.L. 1998. File Organization And Processing, John Willey & Son, New York
18