Metode Bimbingan Rohani Islam Dalam Memberikan...
Transcript of Metode Bimbingan Rohani Islam Dalam Memberikan...
-
i
Metode Bimbingan Rohani Islam Dalam Memberikan Pendampingan Untuk
Menanggulangi Kecemasan Pada Keluarga Pasien Di Ruang ICU (Studi
Kasus Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.I) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah
Oleh
MITRIANTO
UB 150109
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2019
-
i
Jambi, Januari 2019
Pembimbing I : Drs. Zulkarnain, M.Ag.
Pembimbing II: Massuhartono, S.Pd.,MA.SI
Alamat : Fakultas Dakwah UIN STS
Jambi Jln. Raya Jambi-Ma.
Bulian Simp. Sungai Duren
Muaro Jambi
Kepada Yth.
Bapak Dekan
Fak. Dakwah
UIN Islam Negeri
STS
di_
JAMBI
NOTA DINAS
Assalamu’alikum Wr. Wb
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan
persyaratan yang berlaku di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, maka kami
berpendapat bahwa skripsi saudari Mitrianto UB.150109 yang berjudul “Metode
Bimbingan Rohani Islam Dalam Memberikan Pendampingan Untuk
Menanggulangi Kecemasan Pada Keluarga Pasien Di Ruang ICU (Studi
Kasus Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi)”. telah dapat
diajukan untuk dimunaqasyahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam pada
Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak, semoga
bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
-
ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : MITRIANTO
Nim : UB150109
Tempat/Tanggal Lahir : Ds. Kandang, 06 Juni 1996
Konsentrasi : BPI (Bimbingan Penyuluhan Islam)
Fakultas : Dakwah
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Metode Bimbingan Rohani
Islam Dalam Memberikan Pendampingan Untuk Menanggulangi Kecemasan
Pada Keluarga Pasien Di Ruang ICU (Studi Kasus Rumah Sakit Umum
Daerah Raden Mattaher Jambi)” benar-benar karya sendiri dan bukan
merupakan jiplakan dari hasil penelitian orang lain kecuali kutipan-kutipan yang
telah disebutkan sumbernya sesuai ketentuan yang berlaku. Bila dikemudian hari
terbukti mengingkari pernyataan di atas, saya bersedia kesarjanaan saya dan
segala kewenangan yang melekat pada kesarjanaan tersebut dibatalkan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
seperlunya.
-
iii
iii
MOTTO
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS.
Yunus ayat 57).1
1Tim penterjemah dan penafsir Al-Qur’an, Al- Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta:
Departemen Agama RI., 2005),hal, 215.
-
iv
iv
-
v
v
ABSTRAK
Penelitian ini dilakatar belakangi oleh fenomena yang terjadi di Rumah
Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi khususnya di ruangan ICU, banyak
para keluarga pasien yang mengalami kecemasan terlebih jika pasien yang di
rawat di ruang ICU tersebut kemungkinan besar sulit untuk di selamatkan.
Sehingga menyebabkan timbulnya kecemasan yang mungkin dapat mengganggu
fisik atau psikis keluarga pasien. Setiap orang tidak ada yang menginginkan sakit
akan tetapi semua orang pasti mendambakan sehat, oleh karena itu perlu
dampingan atau bimbingan yang dilakukan oleh pembimbing rohani dalam
menanggulangi kemungkinan kecemasan terjadi pada keluarga pasien. Masalah-
masalah yang terjadi adalah apa faktor, bentuk, serta metode apa saja yang
digunakan oleh pembimbing rohani dalam memberikan pendampingan atau
bimbingan kepada keluarga pasien.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian lapangan (field
research) berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara
kualitatif, dengan mendeskripsikan bimbingan merupakan proses pemberian
bantuan secara terus-menerus kepada keluarga pasien dari segi pengobatan non
medis. Penelitian ini menggunakan sumber data person, place, dan paper.
Pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi, teknik analisis
data yaitu reduksi data, penyortiran data, dan penyajian data.
Berdasarkan penelitian ini maka penulis menemukan bahwa faktor
pendorong pelaksanaan bimbingan rohani Islam di Rumah Sakit Umum Daerah
Raden Mattaher Jambi yaitu tidak lepas dari faktor internal dan eksternal.
Sedangkan aktivitas yang dilakukan pembimbing rohani yaitu memasuki setiap
ruangan yang ada di rumah sakit terkhusus pada penelitian ini ruangan ICU.
Bentuk bimbingan rohani yaitu pelayanan bimbingan tentang akidah,ibadah, dan
do’a. Metode yang digunakan pembimbing rohani adalah metode secara lansung
atau face to face dan metode secara tidak lansung, juga dengan menggunakan
metode individu dan kelompok. Adapun respon dari keluarga pasien setelah
mendapatkan atau menerima bimbingan dari pembimbing rohani mereka
merasakan senang dan merasa bahwa ketakutan atau kecemasan dapat dikurangi.
Kata kunci: Bimbingan Rohani Islam, Pendampingan, Keluarga Pasien.
-
vi
vi
PERSEMBAHAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Dengan keridhoan Allah Swt dan shalawat kepada Rasulullah Saw, karya kecil ini
saya persembahkan kepada :
Ayahanda Helmi (Alm) dan ibunda Yendawati, kakek tercinta Madin dan nenek
Zainab, ayunda Liza Herlina, Adik-Adik Galang Rambu Anarkey Dan Siti
Robiatul Adauya, Paman Serta Bibik, Jhon Erizal, Rika, Dan Desi Ratnasari,
Serta seluruh keluarga. Trimakasih untuk kasih sayang dan dukungan yang tak
terhingga kepada penulis, baik lahir maupun batin.
Semoga kita selalu bahagia dan mendapat ridho dari Allah Ta’ala dalam setiap
langkah kehidupan.
-
vii
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis diberi kekuatan untuk
menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Metode Bimbingan Rohani
Islam Dalam Memberikan Pendampingan Untuk Menanggulangi Kecemasan
Pada Keluarga Pasien Di Ruang ICU (Studi Kasus Rumah Sakit Umum
Daerah Raden Mattaher Jambi)”.
Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas
Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat
bantuan, dukungan, dan masukan baik berupa ide ataupun saran dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Zulkarnain, M.Ag, selaku pembimbing I dan
Bapak Massuhartono, S.Pd.,MA.SI selaku Pembimbing II, dan kepada Bapak Drs.
H. Lahmuddin, M.Ag selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah
membimbing dan selalu memberi arahan yang bermanfaat sehingga selalu
menimbulkan semangat baru.
Serta dorongan dan motivasi dari banyak pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Sya’roni, S.Ag.,M.Pd selaku ketua jurusan Program Studi Bimbingan
Penyuluhan Islam (BPI ) Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Samsu, S.Ag.,M.Pd.,P.hd, Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.,M.Hum
selaku Dekan, Wakil Dekan I, II, II Fakultas Dakwah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor UIN STS Jambi.
4. Bapak Dr. H. Su’aidi, MA. Ph.D selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan
Pengembangan Lembaga, Bapak Dr.H. Hidayat, M.Pd selaku Wakil Rektor
-
viii
viii
Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan Ibu Dr. Hj.
Fadhillah, M.Pd selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi yang selalu dengan ikhlas memberi ilmu pengetahuan
kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak dan Ibu Pimpinan Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi beserta Staf-stafnya.
8. Bapak Drs.H. Moh Yusuf, HM.,MA beserta keluarga selaku Ketua Masjid
dan segenap pengurus Masjid Darussalam yang sangat penulis ta’dhimi dan
selalu memberikan bimbingan serta bantuan terhadap penulis dalam
menempuh pendidikan khususnya pendidikan rohani.
9. Bapak Drs. H. Nawawi, Drs. Bustanuddin Arif, M.Pd.I, Drs. H. Dismarferi,
Ir. H. Amril Rasyidin, Drs. H. Izhar Latif, Syahfuddin Yusuf, Musadik,
S.Pd.I. Ahmad Sabki, S.Ag, Erwin (Ambok Sauk), H. Solikun, H. Amirullah,
H. Tandrisyah, SE, dan Syahril, SE, MM. selaku tokoh masyarakat
dilingkungan masjid darussalam, yang selalu memberikan semangat kepada
peneliti sehingga mampu menyelesaikan karya ini.
10. Para jama’ah masjid Darussalam yang selalu memberikan support dan do’a
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan BPI angkatan 2015, teman-teman Mahasiswa/I
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, serta teman-teman KKN posko 09
yang telah memberikan warna dalam kehidupan perkuliahan penulis.
12. Teristimewa penulis persembahkan karya kecil ini untuk Ayahanda Helmi
(Alm) dan ibunda Yendawati, kakek tercinta Madin dan nenek Zainab,
ayunda Liza Herlina, Adik-Adik Galang Rambu Anarkey Dan Siti Robiatul
Adauya, Paman Serta Bibik, Jhon Erizal, Rika, Dan Desi Ratnasari, Serta
seluruh keluarga. yang selalu memberi motivasi serta doa tiada putus kepada
penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
-
ix
ix
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis
mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga, semoga Allah SWT
membalasnya. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
-
x
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
NOTA DINAS ................................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI ................................. ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
MOTTO .......................................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Permasalahan ............................................................................ 3
C. Batasan Masalah ....................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
E. Kegunaan Penelitian ................................................................. 5
F. Kerangka Teori ......................................................................... 5
G. Metode Penelitian ..................................................................... 27
H. Studi Relevan .......................................................................... 32
BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN
MATTAHER JAMBI
A. Sejarah Dan Perkembangan Rumah Sakit Umum Daerah
Raden Mattaher Jambi .............................................................. 35
B. Letak Geografis Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher
Jambi ........................................................................................ 36
C. Visi, Misi Dan Motto Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Jambi ......................................................................... 37
D. Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Jambi ......................................................................... 38
E. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Jambi ......................................................................... 40
F. Profil Bimbingan Rohani Islam Di Rumah Sakit Umum
Daerah Raden Mattaher Jambi ................................................. 43
-
xi
xi
BAB III AKTIVITAS BIMBINGAN ROHANI ISLAM TERHADAP
KELUARGA PASIEN
A. Faktor Pendorong Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Di
Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi ............... 47
B. Aktivitas Bimbingan Rohani Islam Di Rumah Sakit Umum
Daerah Raden Mattaher
Jambi..................................................... ................................... 52
BAB IV MATERI DAN METODE PENDAMPINGAN UNTUK
MENANGGULANGI KECEMASAN PADA KELUARGA
PASIEN
A. Materi Bimbingan Rohani Islam Rumah Sakit Umum Daerah
Raden Mattaher Jambi .............................................................. 55
B. Metode Yang Digunakan Pembimbing Rohani Islam Dalam
Memberikan Pendampingan..................................................... 61
C. Respon Keluarga Pasien Terhadap Bimbingan
Rohani Islam............................................................................. 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 70
B. Saran ......................................................................................... 71
C. Kata Penutup ............................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
-
xii
xii
DAFTAR TABEL
Gambar 2.1: Letak Geografis Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher
Jambi ........................................................................................... 36
Tabel 2.1 : Sarana Yang Dimiliki Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher
Jambi ........................................................................................... 38
Bagan 2.1 : Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher
Jambi ........................................................................................... 41
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Kesehatan merupakan anugerah terbesar dari Allah SWT yang
diberikan kepada manusia. Setiap orang tentu tidak menginginkan sakit dan
mendambakan kesehatan baik kesehatan fisik atau psikis. Keadaan orang
yang tidak sehat tentu berdampak pada kehidupannya yang menyebabkan
terganggunya aktivitas sehari-hari. Manusia pada kondisi ini merasa menjadi
orang yang bodoh, lemah, dan malang.2
Setiap manusia dalam hidupnya tentu pernah mengalami sakit,baik
sakit secara fisik ataupun secara psikis. Sakit fisik biasanya disebabkan
karena makanan, pola hidup yang tidak baik atau virus-virus yang menyerang
organ-organ vital dalam tubuh manusia. Penyakit fisik meliputi kanker,
jantung koroner, stroke, kencing manis, diabetes, gagal ginjal dan
sebagainya. Sedangkan penyakit yang tidak disebabkan karena virus-virus
dan mengganggu kondisi psikis, seperti stress, cemas, takut, dan sebagainya.
Menurut Carl Witherington dalam buku Dadang Hawari orang yang
tidak merasa tenang, aman, serta tenteram dalam hatinya adalah orang yang
sakit rohani atau mentalnya. World Health Organization (WHO) menjelaskan
ada 4 dimensi kesehatan, yaitu sehat jasmani, kejiwaan, sosial dan spiritual
(rohani).3
Sakit menurut pandangan Islam memiliki beberapa penjelasan salah
satunya merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT kepada manusia untuk
menguji keimanan dan kesabaran manusia ketika tertimpa musibah. Seperti
berbunyi dalam surah al-Anbiya ayat 35:
2Robin Salabi, Mengatasi Keguncangan Jiwa Perspek tif Al-Qur’an dan Sains,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 13. 3Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedok Teran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa,
(Yogyakarta: Bakti Prima Yasa, 2004), hlm. 32.
-
2
2
Artinya :“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan
dikembalikan kepada kami.”4
Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap orang akan diberikan oleh
Allah SWT sebuah cobaan baik itu cobaan yang ringan atau berat. Dan hanya
kepada Allah SWT lah kita meminta pertolongan karena ujian itu datangnya
dari Allah SWT.
Orang yang sakit ada yang berlapang dada menerimanya tetapi ada
pula yang sulit menerima apabila penyakitnya tersebut adalah penyakit kronis
yang sulit untuk disembuhkan. Hal ini tentu dirasakan oleh keluarga pasien
yang berada di ruangan ICU yangsakitnya sulit untuk bisa disembuhkan lagi.
Keadaan seperti ini membuat keluarga pasien dihadapkan pada situasi yang
tidak pasti sehingga menimbulkan kecemasan akan penyakit yang diderita
oleh pasien.
Kecemasan (anxiety) adalah gangguan dalam alam perasaan yang
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian
masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas
normal5. Menurut Yusuf dalam bukunya, kecemasan pada dasarnya adalah
suatu reaksi diri untuk menyadari suatu ancaman (threat) yang tidak
menentu. Gejala kecemasan ini nampak pada perubahan fisik, seperti
gangguan pernapasan, detak jantung meningkat, berkeringat, dan lain-lain.6
Berdasarkan observasi awal peneliti saat mendatangi ruang ICU di
Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mataher Kota Jambi, ada satu orang
keluarga pasien yang bernama ibu Hj. Siti pada saat itu peneliti melihat
secara lansung bagaimana cemasnya keluarga tersebut ketika salah seorang
anggota keluarganya yang di rawat di ruang ICU tersebut, banyak sekali
gejala yang menyebabkan kecemasan pada keluarga tersebut salah satunya
4Cipta Bagus Segara, Al-Qur’an Transliterasi Per Kata Dan Terjemah Per Kata, (Bekasi,
CBS, 2012), hlm. 324. 5Dadang Hawari, Manajemen Stress, Cemas Dan Depresi, (Jakarta: Fk Ui, 2001), hlm,
18. 6Syamsu Yusuf, Mental Hygiene, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), hlm,108.
-
3
3
ditandai dengan panik yang luar biasa, dan pusing-pusing yang tidak karuan.
Oleh karena itu keluarga pasien membutuhkan dorongan motivasi untuk
mampu mengurangi beban psikis yang dialaminya. Dalam hal ini peran
petugas bina rohani Islam di rumah sakit sangat diperlukan.Petugas bina
rohani Islam atau biasa disebut dengan pembimbing rohani adalah orang
yang memberikan bimbingan rohani kepada para pasien dengan metode
tertentu.
Pelayanan di rumah sakit tidak hanya terbatas pada pelayanan medis,
tetapi juga pelayanan mental yang berdasarkan agama, dengan pendekatan
agama dalam bimbingan rohani tersebut keluarga pasien dapat diberi
kesadaran bahwa penyakit ada hubungannya dengan nilai- nilai keimanan.
Oleh karena itu bimbingan rohani Islam diperlukan untuk membantu keluarga
pasien yang cemas terhadap penyakit yang dialami keluarganya dan
membantu pasien tetap menjaga keimanannya dalam menghadapi cobaan
sakit yang diberikan oleh Allah SWT.
Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi merupakan rumah
sakit yang memberikan pelayanan bimbingan rohani Islam kepada pasien
maupun keluarga pasien.Oleh karena itu dalam penelitianini penulis
mendeskripsikan tentang Metode Bimbingan Rohani Islam Dalam
Memberikan Pendampingan Untuk Menanggulangi Kecemasan Pada
Keluarga Pasien Di Ruang ICU (Studi Kasus Rumah Sakit Umum Daerah
Raden Mattaher Jambi).
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan penulis
bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja Faktor Pendorong pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam dalam
memberikan pendampingan kepada keluarga pasien di ruang ICU Rumah
Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi?
2. Apa saja materi dan metode bimbingan rohani Islam dalam memberikan
pendampingan untuk menanggulangi kecemasan keluarga pasien di ruang
ICU Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi?
-
4
4
3. Bagaimana respon keluarga pasien di ruang ICU terhadap pelaksanaan
pemberian pendampingan untuk menanggulangi kecemasan keluaraga
keluarga pasien di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Jambi?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya berbicara tentang bagaimana tingkat kecemasan
keluarga pasien, kemudian apa peran dan metode yang dilakukan oleh
pembimbing rohani dalam memberikan pendampingan untuk menanggulangi
kecemasan keluarga pasien, dan bagaimana respon atau hasil dari adanya
pendampingan yang dilakukan oleh pembimbing rohani dalam menanggulangi
kecemasan keluarga pasien. Penelitian ini dilakukan khusus untuk keluarga
pasien yang berada di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher
Jambi.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan permasalahan penelitian tersebut, maka tujuan yang
akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebaagai berikut:
1. Ingin mengetahui faktor pendorong pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam
dalam memberikan pendampingan kepada keluarga pasien di ruang ICU
Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi.
2. Ingin mengetahui Apa saja aktifitas Bimbingan Rohani Islam Di Rumah
Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi
3. Ingin mengetahui dan mendeskripsikan materi dan metode bimbingan
rohani Islam dalam memberikan pendampingan untuk menanggulangi
kecemasan keluarga pasien di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah
Raden Mattaher Jambi.
4. Untuk mengetahui hasil atau respon keluarga pasien di ruang ICU terhadap
pelaksanaan pemberian pendampingan untuk menanggulangi kecemasan
keluaraga keluarga pasien di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah
Raden Mattaher Jambi.
-
5
5
E. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan atau manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan pelaksanaaan bimbingan
rohaniIslam serta keilmuan bimbingan penyuluhan Islam.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan akan memberikan kesadaran
dan pemahaman bahwa bimbingan rohani Islam merupakan hal penting
dalam mengatasi kecemasan keluarga pasien dan pasien yang di rawat
di ruang ICU.
F. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Metode Bimbingan Rohani Islam
a. Pengertian metode
Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang berarti
cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek
yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi dari metode
berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Metode juga dapat didefinisikan sebagai an established,
habitual, logical, or systematic process of achieving certain ends with
accuracy and efficiency, usually in an ordered sequence of fixed steps
(praktik yang mapan, kebiasaan, logis atau proses sistematis untuk
mencapai tujuan tertentu dengan akurasi dan efisiensi, biasanya dalam
urutan teratur langkah-langkah tetap).
Berdasarkan definisi tersebut, berikut ini karakter metode
meliputi:
1) Metode merupakan sebuah aktivitas yang relatif mapan yang
digunakan oleh suatu kelompok.
2) Terkadang karena sudah terbiasa dan relatif mapan, metode
merupakan aktivitas yang sudah menjadi kebiasaan dari suatu
kelompok.
-
6
6
3) Metode yang telah mapan dan menjadi kebiasaan biasanya menjadi
tindakan yang logis dan merupakan sebuah proses yang sistematis
untuk mencapai tujuan tertentu dengan akurasi dan efisiensi
penggunaan sumber daya.
Metode dapat mengacu kepada beberapa hal berikut:
1) Metode ilmiah, langkah-langkah yang ditempuh untuk memperoleh
hasil ilmiah.
2) Metode (ilmu komputer), suatu bagian kode yang digunakan untuk
melakukan suatu tugas.
3) Metode (musik), semacam buku teks untuk membantu murid belajar
memainkan alat musik.
4) Metode Mengajar, merupakan cara yang dilakukan oleh seorang
pendidik atau seorang guru kepada naradidik pada saat mengajar.7
b. Bimbingan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bimbingan
adalah penjelasan tentang cara mengerjakan sesuatu. 8Menurut Hallen,
dalam buku Samsul Munir Amin mengatakan bahwa, bimbingan
merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang
pembimbing,yang dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya
dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara
optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik
bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai
kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya
sendiri maupun lingkungannya.9
c. Rohani Islam
Rohani adalah kejiwaan dimana hakikat dari manusia itu terletak
pada kejiwaannya (rohaniyah).10
Rohani adalah sesuatu yang bersifat
7 Oemar hamalik, proses belajar mengajar, ( jakarta: bumi aksara, 2001 ), hal, 91.
8Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia Untuk
Pelajar,(Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), hal,53. 9Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2013),hal, 3.
10Faizah Dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2006), hal,42.
https://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiahhttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Metode_(ilmu_komputer)&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Metode_(musik)&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Buku_teks&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Belajarhttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Metode_Mengajar&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Naradidik&action=edit&redlink=1
-
7
7
halus.11
Dimana orang yang bertugas memberikan rohani ini disebut
Pembimbing rohani .
Sedangkan Islam adalah nama dari agama yang telah dianugrahkan
oleh Allah kepada manusia sebagai falsafah dan sandaran hidup, di
dalamnya mengandung ajaran yang membimbing dan mengiring akal
fikiran, jiwa, qalbu, indrawi, dan jasmani kepada kefitrahan yang selalu
cenderung untuk berbuat ketaatan dan ketauhidan kepada yang maha
pencipta.12
d. Pengertian metode bimbingan rohani Islam
Metode bimbingan rohani Islam adalah suatu cara yang
digunakan oleh petugas bina rohani pada saat memberikan bantuan
yang sesuai dengan ajaran-ajaran agama kepada individu yang
mengalami permasalahan rohani dalam hidupnya, agar individu tersebut
mampu terhindar dari permasalahan tersebut dan mampu mencapai
kesejahteraan dalam hidupnya.13
e. Metode Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam
Metode bimbingan rohani Islam memiliki metode dan teknik.
Dimana metode diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah
sehingga diperoleh hasil yang memuaskan sedangkan teknik merupakan
penerapan metode dalam praktek. Metode dan teknik bimbingan rohani
Islam secara garis besar terdapat dua macam yaitu:
1) Metode langsung
Metode lansung adalah metode dimana pembimbing
melakukan komunikasi lansung dengan orang yang dibimbingnya.
Metode ini dapat diperinci secara individual dan kelompok, yaitu:
a) Metode individual
11
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2009),hal,
38. 12
Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling Dan Psikoterapi Islam (Jogjakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2004), hal,182. 13
Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islami,
(Yogyakarta: UII Press, 1992), Hal, 48.
-
8
8
Dalam hal ini pembimbing melakukan komunikasi lansung
secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Ini dapat
dilakukan dengan percakapan pribadi yakni :
1) Pembimbing melakukan dialog lansung tatap muka dengan
orang yang dibimbingnya.
2) Kunjungan ke ruang ICU dan pembimbing melakukan dialog
dengan orang yang dibimbingnya.
3) Kunjungan dan observasi kerja yakni pembimbing melakukan
percakapan individu sekaligus mengamati keluarga pasien dan
lingkungannya.
b) Metode kelompok
Dalam hal ini pembimbing melakukan komunikasi lansung
dengan cara berkelompok:
1) Diskusi kelompok yakni pembimbing melaksanakan
bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan keluarga
pasien.
2) Group teaching, yakni pemberian bimbingan dengan
memberikan materi bimbingan tertentu (ceramah) kepada
keluarga pasien.
2) Metode tidak lansung
Metode tidak lansung adalah metode bimbingan yang
dilakukan melalui media masa. Hal ini dapat dilakukan secara
individual dan kelompok. Metode individual melalui surat menyurat,
melalui telepon, dan melalui audio visual, sedangkan metode
kelompok melalui papan bimbingan, melalui surat kabar atau
majalah, dan melalui brosur.14
f. Landasan Bimbingan Rohani Islam
Seluruh umat Islam sepakat bahwa al-Qur`an dan hadist, kedua-
duanya merupakan pedoman bagi umat Islam, untuk menjalan
14
Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islami,
(Yogyakarta: UII Press, 1992), Hal, 49-50.
-
9
9
kanseluruh aktifitasnya sepanjang rentang kehidupannya. Bahkan
urusan yang bersifat privasi pun al-Qur`an juga memberikan pedoman,
untuk diikuti oleh umat Islam dengan tanpa paksaan agar hidupnya
bahagia didunia dan di akhirat.15
Pemberian bimbingan, secara normatif sangat sejalan dengan
fungsi dari al-Qur`an dan tugas kenabian Nabi Muhammad SAW.
Keberadaan al-Qur`an bagi manusia salah satu fungsinya adalah sebagai
al-mau’izah (nasihat) dan asy-syifā (obat atau penawar).16
Sebagaimana firman Allah:
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada)
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman.”(QS. Yunus 10: 57).17
Secara normatif al-Qur`an dan hadis merupakan landasan bagi
bimbingan rohani Islam. Namun, pembimbing rohani dapat
mengembangkan metode bimbingan sesuai dengan situasi dan kondisi
psikologis pasien.
Adapun landasan hukum bimbingan rohani islam adalah sebagai
berikut:
1) UU No 44 tahun 2009 tentang Kesehatan
2) UU No 36 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3) Keputusan Menteri Kesehatan No 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Pelayanan Rumah Sakit.
15
Komarudin, Dakwah dan Konseling Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2010),hal, 87. 16
Komarudin, Dakwah dan Konseling Islam, hal,91. 17
Tim penterjemah dan penafsir Al-Qur’an, Al- Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta:
Departemen Agama RI., 2005),hal, 215.
-
10
10
4) Permenkes No 012 Tahun 2011 tentang Akreditasi Rumah sakit.18
g. Materi Bimbingan Rohani Islam
Pada dasarnya materi bimbingan rohani islam sama saja dengan
materi dakwah islam, karena apa yang terdapat dalam materi
bergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Sebagaimana yang telah
disebutkan dalam al-Qur’an, bahwa tujuan umum dakwah adalah
mengajak umat manusia kejalan yang benar yang di ridhoi Allah SWT,
agar hidup bahagia dan sejahtera didunia maupun diakhirat.
Menurut Quraish Shihab apa yang disampaikan pembimbing
rohani Islam atau da’i dalam proses penanaman nilai-nilai dan ajaran-
ajaran Islam untuk mengajak umat manusia kejalan yang di ridhoi
Allah, serta mengubah perilaku mad’u agar mau menerima ajakan serta
memanifestasikannya, agar mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat,
itulah yang disebut materi bimbingan rohani.19
Menurut Syukir, secara global, materi dakwah atau bimbingan
rohani Islam terdapat beberapa macam, yaitu:
1. Masalah Aqidah, Aqidah dalam Islam adalah bathni bersifat i’tiqad
bathiniyyah yang mencakup maalah-masalah yang erat hubungannya
dengan rukun iman. Dalam Islam permasalahan aqidah yaitu
masalah-masalah yang mencakup keyakinan yang erat hubungannya
dengan rukun iman. Dalam pembahasannya, bukan saja tertuju pada
hal-hal yang wajib diimani, akan tetapi materi dakwahnya juga
menyangkut masalah-masalah yang menjadi lawannya.
2. Masalah Syari’ah, dalam Islam masalah syari’ah erat kaitannya
dengan perbuatan nyata dalam mentaati semua peraturan atau
hukum Allah untuk mengatur hubungan antara manusia dengan
tuhannya serta mengatur pergaulan hidup antar sesama manusia.
18
Tuti Alawiyah, Metode Pelayanan Bimbingan Rohani Islam Rumah Sakit Bagi Ppl
Mahasiswa Jurusan Bki (Bimbingan Konseling Islam), hlm.7. 19
Quraish Shihab, Tafsir Almisbah Jilid 2, (Jakarta:Lentera Hati,2000), Hal, 143-144
-
11
11
3. Masalah Thoharoh (bersuci), masalah thaharoh dalam bimbingan
rohani Islam yaitu berkaitan dengan cara mensucikan diri, seperti
berwudhu’, tayammum, dan lain-lain.
4. Masalah Sholat, sholat adalah salah satu hal yang wajib dikerjakan,
karena sholat merupakan tiang agama sehingga sholat merupakan
kewajiban yang harus tetap dikerjakan oleh setiap muslim meskipun
dalam keadaan sakit sekalipun.
5. Masalah Do’a dan Dzikir, do’a adalah ibadah yang paling utama,
barang siapa yang berdo’a maka dia sedang meniti keselamatan.
Ibdah do’a sangat berpengaruh pada kehidupan lahir dan batin, dunia
dan akhirat. Dzikir adalah ingat akan sesuatu atau menyebut akan
sesuatu yang berkaitan dengan asma Allah SWT.
6. Masalah Sedekah, sedekah adalah pemberian seorang muslim kepada
orang lain secara suka rela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan
jumlah tertentu. Sedekah lebih luas dari sekedar zakat dan infaq,
karena sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau
menyumbangkan harta, namun sedekah mencakup segala amal atau
perbuatan baik.
7. Masalah Ikhlas dan Sabar, ikhlas adalah sifat atau suatu kerelaan
untuk menerima apa adanya yang telah terjadi pada kehidupannya
karena semua itu adalah kehendak tuhan semesta. Sedangkan sabar
adalah tahan menderita untuk menghadapi yang tidak disenangi
dengan penuh ridha dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah
SWT.20
h. Fungsi Bimbingan Rohani Islam
Apabila bimbingan rohani yang disampaikan sudah sesuai dengan
fungsinya, maka proses penyampaian bimbingan rohani sudah sesuai
dengan peranannya.
20
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:Al Ikhlas: 2000),
Hal.63.
-
12
12
Adapun fungsi bimbingan rohani secara umum adalah sebagai
berikut:
1) Fungsi Preventif: Yakni membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi dirinya.
2) Fungsi kuratif atau Korektif: Yakni membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
3) Fungsi Presertatif: Yakni membantu individu menjaga agar situasi
dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi
baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.
4) Fungsi Development/Pengembangan:Yakni membantu individu
memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik
agar tetpbaik atau menjadi lebih baik sehingga tidak
memungkinkanya menjadi sebab munculnya masalah baginya.21
Berdasarkan uraian diatas, bimbingan rohani mempunyai peran
yang konkrit dimana bimbingan rohani dapat melakukan suatu
pendekatan yang tepat. Sehingga dalam proses pelayanan bimbingan
rohani seorang petugas rohani akan lebih memahami dan tidak salah
dalam menyikapi permasalahan yang dihadapi pasien, tetapi sebaliknya
jika bimbingan rohani yang disampaikan tidak sesuai dengan fungsinya,
maka proses pelayanan bimbingan rohani tidak sesuai dengan
peranannya. Dalam penelitian ini peran bimbingan rohani Islam lebih
memfokuskan kepada pasien dalam menghadapi musibah dari Allah
SWT. Sehingga pasien bisa merasa tenang dan tabah dalam menghadapi
sakitnya serta selalu berikhtiar kepada Allah SWT.
i. Tujuan Bimbingan Rohani Islam
Tujuan dari pelaksanaan bimbingan rohani Islam pasien
diantaranya yaitu:22
21
Aditya Kusuma Wardana “Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Bagi Pasien
RawatInap Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang (Analisis Bimbingan Konseling Islam)
di diakses melalui http://eprints.walisongo.ac.id/5616/1/091111063.pdf, diakses pada tanggal 24
september 2018. 22
Ahmad Watikan Pratikna dan Abdussalam Sofro, Islam Etika Dan Kesehatan, (Jakarta:
CV. Rajawali, 1996), hal,260-261.
http://eprints.walisongo.ac.id/5616/1/091111063.pdf
-
13
13
1) Menyadarkan penderita agar dia dapat memahami dan menerima
cobaan yang sedang dideritanya. Ikut serta memecahkan dan
meringankan problem kejiwaan yang sedang dideritanya.
2) Memberikan pengertian dan bimbingan penderita dalam
melaksanakan kewajiban keagamaan harian yang harus dikerjakan
dalam batas kemampuannya.
3) Perawatan dan pengobatan dikerjakan dengan berpedoman tuntunan
Islam, menggunakan tangan kanan dan dilakukan secara duduk.
4) memberikan makan,minum obat dibiasakan diawali dengan
Bismillahirrahmanirrahim dan diakhiri dengan bacaan
Alhamdulillahirobbilalamin,
5) Menunjukkan perilaku dan bicara yang baik sesuai dengan kode etik
kedokteran dan tuntunan agama.
2. Konsep pendampingan
Pendampingan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh fasilitator
atau pendamping masyarakat dalam berbagai kegiatan program. Fasilitator
juga seringkali disebut fasilitator masyarakat (community facilitator/CF)
karena tugasnya lebih sebagai pendorong, penggerak, katalisator,
motivator masyarakat, sementara pelaku dan pengelola kegiatan adalah
masyarakat sendiri.
Pendampingan sebagai suatu strategi yang umum digunakan oleh
pemerintah dan lembaga non profit dalam upaya meningkatkan mutu dan
kualitas dari sumber daya manusia, sehingga mampu mengindentifikasikan
dirinya sebagai bagian dari permasalahan yang dialami dan berupaya
untuk mencari alternative pemecahan masalah yang dihadapi. Kemampuan
sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh keberdayaan dirinya sendiri.
Oleh karena itu sangat dibutuhkan kegiatan pemberdayaan disetiap
kegiatan pendampingan.
Berkaitan dengan itu pendampingan berarti bantuan dari pihak luar,
baik perorangan maupun kelompok untuk menambahkan kesadaran dalam
rangka pemenuhan kebutuhan dan pemecahan permasalahan.
-
14
14
Pendampingan diupayakan untuk menumbuhkan keberdayaan dan
keswadayaan agar masyarakat yang didampingi dapat hidup secara
mandiri. Jadi pendampingan merupakan kegiatan untuk membantu
individu maupun kelompok yang berangkat dari kebutuhan dan
kemampuan kelompok yang didampingi dengan
mengembangkan proses interaksi dan komunikasi dari, oleh, dan
untuk anggota, serta mengembangkan kesetiakawanan dan solidaritas
kelompok dalam rangka menumbuhkembangkan kesadaran sebagai
manusia yang utuh, berperan dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.23
3. Konsep kecemasan
a. Pengertian kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah gangguan perasaan (affective) ditandai
dengan perasaan ketakutan dan kekhawatiran mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan menilai realitas (reality
testing ability), kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu
tetapi masih batas-batas normal.24
Menurut yusuf kecemasan adalah
suatu reaksi diri menyadari suatu ancaman (threat) tidak menentu.25
Bustaman mendefenisikan kecemasan sebagai ketakutan terhadap
hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaan cemas muncul apabila
perasaan seseorang berada dalam keadaan merugikan dan mengancam
dirinya, kemudian merasa tidak mampu menghadapinya. Rasa cemas
sebenarnya suatu ketakutan diri sendiri ditandai dengan perasaan
khawatir dan takut terhadap suatu yang belum terjadi.26
Kecemasan
adalah semacam kegelisahan, kekhawatiran, dan ketakutan terhadap
sesuatu yang tidak jelas. Kecemasan lebih lanjut sebagai reaksi emosi
23
Erman,teori pendampingan, diakses pada tanggal 24 september 2018, melalui
http://eprints.uny.ac.id. 24
Dadang Hawari, Manajement Stress, Cemas Dan Defresi, (Jakarta : FK UI, 2001),
hal,18. 25
Syamsu Yusuf, Mental Hygiene, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004), hal,108. 26
Djumhana Bustaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam : Menuju Psikologi Islami, (
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001 ), hal,156.
-
15
15
tidak menyenangkan ditandai dengan ketakutan. Perasaan takut timbul
karena ancaman atau gangguan abstrak dan juga takut bersifat
subjektif, hal ini ditandai dengan perasaan tegang khawatir dan
sebagainya. Menurut derajat kecemasan adalah manifestasi dari
berbagai proses emosi bercampur, terjadi ketika seseorang sedang
mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin. Perasaan cemas
ditandai dengan rasa takut yang tidak jelas, tidak menyenangkan,
seringkali disertai gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat,
gelisah dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu ditemui selama
kecemasan cendrung bervariasi.27
Gejala kecemasan setiap orang
berbeda-beda. Anxietas sering dikenal dengan istilah perasaan cemas,
perasaan bingung, was-was, bimbang, dan sebagainya. Istilah tersebut
lebih merujuk kepada kondisi normal, sedangkan gangguan kecemasan
merujuk pada kondisi patologik.
Kecemasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau keadaan
khawatir, mengeluhkan bahwa sesuatu buruk akan segera terjadi.
Banyak hal yang harus dicemaskan misalnya, kesehatan, relasi sosial,
ujian, karir, relasi internasional, dan kondisi lingkungan. Sumber
kekhawatiran bersifat normal, bahkan adaftif, untuk cmas mengenai
aspek-aspek hidup tersebut. Kecemasan adalah respon tetap terhadap
ancaman, tapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya
tidak sesuai dengan proporsi ancaman.28
Cemas juga sering digunakan
sebagai pengganti kata takut yaitu takut objeknya kurang jelas,
kecemasan diartikan sebagai ketakutan terhadap hal yang pasti terjadi.
Perasaan cemas muncul bila berada dalam suatu keadaan diduga
merugikan dan dirasakan mengancam diri manusia, dimana manusia
merasa tidak berdaya menghadapinya, padahal sebenarnya apa yang
dicemaskan belum tentu terjadi.
27
Zakiyah Derajat, Kesehatan Mental, Cetakan Pertama, ( Jakarta : Gunung Agung, 1982
), hal,27. 28
Jefri Nevid S Dkk, Psikologi Abnormal, (Jakarta : Erlangga, 2003), hal,163.
-
16
16
Menurut psikologi masalah kecemasan cukup beragam. Teori-teori
kecemasan banyak dikembangkan, karena dalam psikologi kecemasan
dianggap sebagai penyebab utama berbagai gangguan kejiwaan.
Kecemasan tarafnya bermacam-macam, mulai dari kecemasan paling
ringan sampai paling berat. Kecemasan sifatnya normal sampai
kecemasan gejala gangguan kejiwaan.29
Sedangkan menurut Al-
Qoyyim Dalam Syukail mengartikan kecemasan sebagai perasaan
tidak disukai ada dalam hati dan perasaan berkaitan dengan kejadian
pada masa yang akan datang.30
Kecemasan adalah salah satu penyakit kejiwaan manusia, bentuk
kecemasan adalah adanya perubahan dan goncangan bersebrangan
dengan ketenangan. Kecemasan dapat datang tiba-tiba dan sementara,
sebagaimana dikenal pada saat ini dalam kehidupan manusia.
Kecemasan dapat menimpa manusia dalam beberapa waktu, beberapa
hari, beberapa tahun, ada juga dalam jangka waktu yang lama,
tergantung dengan keadaan yang ada.31
b. Gejala-gejala kecemasan
Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan
takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan tidak jelas dan tidak
menyenangkan, munculnya gejala kecemasan berbeda-beda pada
masing-masing orang. ciri-ciri kecemasan meliputi reaksi fisik,
pemikiran, perilaku, dan suasana hati. Ciri-ciri kecemasan tersebut
antara lain adalah :
1) Reaksi fisik: telapak tangan berkeringat, otot tegang, jantung
berdegup, pipi merona, pusing-pusing.
29
Djumhana Bustaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam : Menuju Psikologi Islami,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), hal,156 30
Abdullah Syukail Ibn Husain, Kesmpitan Hati, Tanda-Tanda Dan Solusi, (Jakarta :
Qisthi Press, 2004 ), hal,15. 31
Az Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta : Gema Insani, 2005), hal,510.
-
17
17
2) Pemikiran: memikirkan bahaya secara berlebihan, menganggap diri
tidak mampu menghadapi masalah, tidak menganggap penting
bantuan yang ada, khawatir, dan berfikir hal yang buruk.
3) Perilaku : menghindari situasi saat kecemasan biasa terjadi,
maninggalkan situasi saat kecemasan mulai terjadi, mencoba
melakukan banyak hal secara sempurna atau mencoba mencegah
bahaya.
4) Suasana hati : gugup, jengkel, cemas, panik.
Menurut para tokoh gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita
kecemasan antara lain :
1) Menjadi gelisah ketika sesuatu tidak sesuai dengan harapan.
2) Sering mengalami kesulitan bernafas, sakit perut, keringat berlebih.
3) Merasa takut pada banyak hal.
4) Sulit tidur pada malam hari, jantung berdebar-debar, mengalami
mimpi buruk, terbangun darin tidur karena ketakutan.
5) Sulit berkonsentrasi, selalu merasa sendiri, mudah tersinggung dan
muidah marah.
Menurut derajat, gejala-gejala kecemasan meliputi dua hal,
yakni gejala yang bersifat fisik dan gejala mental. Gejala fisik meliputi:
ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, pukulan jantung
terasa cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan
hilang kepala pusing, sesak nafas dan sebagainya. Gejala mental antara
lain : sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak
bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya atau rendah diri, hilang
kepercayaan pada diri, ingin lari dari kenyataan hidup dan lain
sebagainya.32
Sedangkan menurut Hawari gejala-gejala kecemasan yang
dirasakan penderitanya antara lain :
32
Zakiyah Derajat, Kesehatan Mental, Cetakan Pertama, ( Jakarta : Gunung Agung,
1982), hal,21.
-
18
18
1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,
mudah tersinggung.
2) Meras tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4) Gangguan pada tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdering (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain
sebagainya.33
Gejala-gejala kcemasan dari uraian diatas dibagi menjadi dua
yaitu gejala psikis dan gejala fisik. Gejala psikis ditandai dengan keluar
keringat dingin, telapak tangan berkeringat, ujung-ujung jari terasa
dingin, pencernaan tidak teratur, pukulan jantung cepat, keringat
bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing,
sesak nafas, dan sebagainya. Gejala psikis ditandai dengan adanya
perasaan takut, khawatir, tidak berdaya, mudah marah, tidak dapat
memusatkan perhatian, rendah diri, hilangnya rasa percaya diri dan
tidak tentram.
c. Faktor-faktor penyebab kecemasan
Secara umum kecemasan dapat di timbulkan oleh dua sebab,
pertama, perasaan cemas timbul dari apa yang ada pada diri sendiri
seperti rasa takut, terkejut, perasaan bersalah/berdosa, merasa terancam
dan sebagainya. Kedua, perasaan cemas terjadi duluar kesadaran dan
tidak mampu menghindari dari perasaan yang tidak menyenangkan.
kemudian ada juga faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu faktor
individu yang meliputi rasa kurang percaya diri pada individu, merasa
memiliki masa depan tanpa tujuan, dan perasaan tidak mampu bekerja.
Kemudian faktor lingkungan, berkaitan dengan dukungan emosional
33
Dadang Hawari, Manajemen Stress, Cemas Dan Depresi, ( Jakarta: Fk Ui, 2001 ), hal,67.
-
19
19
rendah dari orang lain sehingga individu merasa tidak dicintai orang
lain, tidak memiliki kasih sayang, tidak memiliki dukungan dan
motivasi.
Menurut horney dalam derajat, sebab terjadinya cemas ada tiga
macam antara lain adalah :
1) Tidak ada kehangatan dalam keluarga dan perasaan anak bahwa ia
dibenci, tidak disayangi, dan dimusuhi.
2) Perlakuan dalam keluarga, misalnya orang tua terlalu otoriter,
keras, tidak adil, sering mungkir janji, tidak menghargai anak dan
suasana keluarga yang penuh dengan pertentangan dan
permusuhan.
3) Lingkungan penuh pertentangan dan kontradiksi, dimanan terdapat
faktor yang yang menyebabkan tekanan, perasaan frustasi,
penipuan, penghianatan, kedengkian dan sebagainya.34
Kecemasan merupakan akibat konflik yang tidak didasari antara
implus dengan kendala yang ditetapkan oleh ego dan super ego.
Kecemasan lebih ditimbulkan oleh faktor eksternal dari pada faktor
internal. Seseorang yang mengalami kecemasan merasa bahwa dirinya
tidak dapat mengendalikan situasi kehidupan bermacam-macam
sehingga perasaan cemas hampir selalu hadir.
d. Jenis-jenis kecemasan
Corey membagi kecemasan menjadi tiga yaitu: pertama,
kecemasan realistik, merupakan ketakutan terhadap bahaya dari luar
dan taraf kecemasan menyesuaikan dengan derajat ancaman. Kedua,
kecemasan neurotik, merupakan ketakutan terhadap tidak
terkendalinya naluri-naluri menyebabkan seorang melakukan suatu
tindakan yang bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya. Ketiga,
kecemasan moral, merupakan ketakutan terhadap hati nurani sendiri.
34
Zakiah Derajat, Kesehatan Mental, Cetakan Kelima, ( Jakarta : Gunung Agung, 2001 ),
hal,26.
-
20
20
Orang yang hati nurani nya berkembang baik cendrung merasa berdosa
apabila melakukan suatau yang berlawanan dengan kode moral yang
dimilikinya.35
Kecemasan menurut kartono dapat dibagi menjadi dua bagian
adalah lain sebagai berikut :
1) Kecemasan neurosis, berkaitan dengan mekanisme pertahanan diri
negatif, faktor penyebab perasaan bersalah dan berdosa serta
mengalami konflik-konflik emosional serius, kronis, frustasi, dan
ketegangan batin.
2) Kecemasan psikotis, merupakan kecemasan yang terjadi karena
adanya perasaan bahwa hidupnya terancam dan kacau, hilang
kepercayaan diri ketika menghadapi suatu masalah, dan
disorganisasi psikis, ketidak mampuan seseorang mengatur
perasaan dalam dirinya.36
e. Tingkat kecemasan
Kecemasan didefenisikan menjadi empat tingkat (level) yaitu :
ringan, sedang, berat, dan panik.
1) Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
lapan persepsinya, individu melihat, mendengar, dan memegang
secara lebih dibanding sebelumnya. Kecemasan jenis ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan perkembangan dan
kreativitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
kelelahan, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu
untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
2) Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang hanya berfokus
pada persoalan yang sedang, melibatkan penyempitan dari
35
Corey, Teori Dalanm Praktek Konseling Dan Psikoterapi, Cetakan Kedua, (Bandung :
PT. Eresco, 1995), hal,29. 36
Kartini Kartono, Hygiene Mental, (Bandung : Mandar Maju,1989), hal,120.
-
21
21
lapangan persepsi sehingga individu kurang melihat, mendengar,
dan menggenggam. Individu menahan beberapa area terpilih tapi
dapat menyelesaikan jika diarahkan. Manifestasi yang terjadi pada
tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung
dan pernafasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat
dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu belajar
tapi tidak maksimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian
secara efektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah
kecemasan, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah
dan menangis.
3) Kecemasan berat
Kecemasan berat ditandai dengan penurunan lapang persepsi,
individu cedrung berfokus pada suatu yang khusus, detail, dan tidak
berfikir tentang hal-hal lain. Semua tingkah laku pada pengurangan
kecemasan, dan memerlukan banyak bimbingan untuk befokus
pada area yang lain. Mnifestasi yang muncul pada tingkat ini
adalah mengeluh pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur, sering
kencing, diare, lahan persepsi myempit, tidak mau belajar secra
efektif, berfokus pada diri sendiri dan berkeinginan untuk
menghilangkan kecemasan sangat tinggi, perasaan tidak berdaya,
bingung dan disorientasi.
4) Panik
Panik berhubungan dengan perasaan takut, ketakutan dan
teror. Karena kehilangan kontrol atau kendali secara lengkap,
individu tidak dapat melakukan sesuatu, walaupun dengan
bimbingan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi
peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsinya menyimpang dan
kehilangan pikiran yang rasional. Panik adalah pengalaman yang
menakutkan dan melemahkan. Seseorang yang panik tidak dapat
berfungsi atau berkomunikasi secara efektif. Manifestasi pada
-
22
22
orang yang panik adalah susah bernafas, dilantasi pupil, palpilasi,
pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat merespon
terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit mengalami
halusinasi dan delusi. Tingkat kecemasan ini tidak dapat berlansung
dalam jangka waktu yang tidak terbatas sebab bertentangan dengan
kehidupan. Panik dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan kelelahan dan kematian.
f. Terapi Penanggulangan Kecemasan
Dalam psikiatri penanggulangan kecemasan dikenal dengan bentuk
terapi yang disebut terapi holistik. terapi holistik adalah bentuk terapi
yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan hanya kepada
bentuk gangguan jiwa saja melainkan juga mencakup aspek-aspek lain
dari jiwa pasien. Terapi penanggulangan stress, kecemasan, depresi,
dapat diberikan terapi meliputi :
1) Psikoterapi psikiatri
Bentuk terapi ini menganut asas psikiatri dengan tujuan
mengembalikan kepercayaan diri (self confidence) dan memperkuat
fungsi ego. Biasanya berupa wawancara atau konsultasi, pasien
dapat mengemukakan secara bebas dengan jaminan kerahasiaan
segala permasalahan, konflik, dan uneg-uneg yang berhubungan
lansung atau tidak lansung terhadap kecemasan.37
2) Terapi keagamaan
Terapi keagamaan dengan memberikan pemikiran-pemikiran
Islam yang mengandung tuntunan bagaimana dalam kehidupan
didunia ini bebas dari rasa cemas, tegang, dan defresi. Terapi
keagamaan ini dapat berupa kegiatan ritual keagamaan seperti,
sembahyang, berdo’a, memanjatkan pujian-pujian kepada Allah,
zikir dan puasa.38
37
Dadang Hawari, Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa, ( Yogyakarta : Dana
Bakti Primayasa, 1996 ), hal,68. 38
Soleh Dan Musbikin, Agama Sebagai Terapi Telaah Menuju Ilmu Kedokteran Holistik,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005),hal, 252.
-
23
23
3) Psikofarmaka
Psikofarmaka (farmakoterapi) adalah terapi dengan obat anti
defresen dan harus sesuai dengan dosis yang tepat. Dalam
pemberian obat ini defresen harus hati-hati terhadap pengguna obat
secara berlebihan, karena dapat menyebabkan overdosis.
Pemberian obat anti deferesen harus disesuaikan dengan penyebab
kecemasan dan tingkat kecemasan. Penggunaan obat sebaiknya jika
gejala-gejala kecemasan semakin kuat.39
4) Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi dengan memberikan jenis obat-
obatan yang ditujukan kepada keluhan-keluhan yang dialami. Jenis
obat-obatan yang diberikan sesuai dengan keluhan-keluhan atau
sakit yang dirasakan saat penderita merasa kecemasan, misalkan
sakit perut, obat yang diberikan adalah obat-obat sakit perut. Dan
lain sebagainya.40
5) Terapi relaksasi
Terapi ini diberikan kepada seseorang yang mudah disugesti
(sugestible), terapi relaksasi bertujuan untuk membantu individu
memperoleh kenyamanan, baik fisik maupun mental.41
6) Terapi perilaku
Terapi perilaku digunakan untuk menghilangkan berbagai
bentuk dan gejala kecemasan dengan jalan melatih diri untuk
menghadapinya, baik sedidkit demi sedikit, maupun secara lansung
dan frontal menghadapinya. Penderita kecemasan diharapkan pada
suatu bayangan dari suatu daftar yang telah ditentukan lebih dahulu
dari situasi, objek/kondisi yang membuat ada cemas, kemudian
dihubungkan dengan situasi-situasi yang menyenangkan, sehingga
39
Dadang Hawari, Manajemen Stress, Cemas Dan Depresi, (Jakarta: Fk Ui, 2001),
hal,130. 40
Dadang Hawari, Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta : Dana Bakti
Primayasa, 1996),hal,73-74 41
Syamsu Yusuf, Mental Hygiene, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004), hal,131.
-
24
24
perasaan penderita kecemasan merasa nyaman dan senang setelah
situasi kecemasan berubah menjadi kesenangan.42
4. Konsep keluarga pasien
a. Pengertian keluarga
Pengertian Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
tersusun atas kepala keluarga (berperan sebagai suami dan ayah) dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal bersama pada suatau tempat
di bawah satu atap dalam kondisi yang saling membutuhkan atau
ketergantungan.
b. Fungsi Keluarga dan Kehidupan Manusia
Dalam kehidupan manusia, keluarga memili beberapa fungsi dasar
sebagai berikut :
1) Fungsi pendidikan moral dan juga akhlak anak;
2) Fungsi sosialisasi kehidupan untuk anak;
3) Fungsi perlindungan untuk setiap anggota keluarga;
4) Fungsi perasaan dan pemberi kasih sayang antar sesama anggota
keluarga;
5) Fungsi pendidikan dan juga penanaman ilmu dan praktik agama;
6) Fungsi penyedia kebutuhan ekonomi untuk anggota keluarga yang
belum dapat memenuhi kebutuhannya sendiri;
7) Fungsi biologis sebagai sebuah bagian untuk memperbanyak
keturunan / generasi penerus;
8) Fungsi kasih sayang, rasa aman, dan perhatian antar sesama anggota
keluarga;
9) Fungsi rekreatif untuk setiap anggota keluarga dari berbagai macam
aktivitas keseharian.43
42
Djumhana Bustaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam : Menuju Psikologi Islami,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), hal,157. 43
Abdul, defenisi keluarga, diakses pada tanggal 24 september 2018, melalui
https://pengertiandefinisi.com
-
25
25
c. Pengertian pasien
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pasien memiliki
arti orang sakit (yang di rawat dokter) penderita (sakit).44
5. Ruang ICU
a. Pengertian ICU
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang
dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan
mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk
yang mempunyai intensitas defek fisiologi satu organ ataupun
mempengaruhi organ lainnya sehingga merupakan keadaan kritis yang
dapat menyebabkan kematian. Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan
perawatan intensif oleh karena memerlukan pencatatan medis yang
berkesinambungan dan monitoring serta dengan cepat dapat dipantau
perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi
organ-organ tubuh lainnya. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang
PedomanPenyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah sakit, ICU adalah
suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi di bawah direktur
pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus
yang di tujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien
yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang
mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis
dubia. Ruang Perawatan Intensif merupakan instalasi pelayanan khusus
di rumah sakit yang menyediakan pelayanan yang komprehensif dan
berkesinambungan selama 24 jam.
Dalam rangka mewujudkan Ruang Perawatan Intensif yang
memenuhi standar pelayanan dan persyaratan mutu, keamanan dan
keselamatan perlu didukung oleh bangunan dan prasarana yang
44
Departemen Pendidikan Agama, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2013), hal, 1027.
-
26
26
memenuhi persyaratan teknis. Perawatan intensif merupakan pelayanan
keperawatan yang saat ini sangat perlu untuk di kembangkan di
Indonesia yang bertujuan memberikan asuhan bagi pasien dengan
penyakit berat yang potensial reversibel, memberikan asuhan pada
pasien yang memerlukan pbservasi ketat dengan atau tanpa pengobatan
yang tidak dapat diberikan diruang perawatan umum memberikan
pelayanan kesehatan bagi pasien dengan potensial atau adanya
kerusakan organ umumnya paru mengurangi kesakitan dan kematian
yang dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit kritis. Indikasi
yang benar dimana pasien yang di rawat di ICU harus pasien yang
memerlukan intervensi medis segera oleh tim Intensive Care harus
pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi system organ tubuh secara
terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan
yang konstan dan metode terapi titrasi, dan pasien sakit kritis yang
memerlukan Pemantauan kontinyu dan tindakan segera untuk mencegah
timbulnya dekompensasi fisiologis.
b. Indikasi Pasien Masuk ICU Indikasi masuk ICU
Pasien yang dalam keadaan terancam jiwanya sewaktu-waktu
karena kegagalan atau disfungsi satu/ multiple organ atau sistem dan
masih ada kemungkinan dapat disembuhkan kembali oleh perawatan,
pemantauan dan pengobatan intensif. Selain itu indikasi masuk ICU ada
indikasi sosial yaitu masuknya pasien ke ICU karena ada pertimbangan
sosial.
Kontra indikasi Masuk ICUyang mutlak tidak boleh masuk ICU
adalah pasien dengan penyakit yang menular dimana penularan
penyakit melalui udara. (contohnya : pasien dengan gangrene, TB aktif
dll, Apapun kategori dan penyakit yang mendasarinya, tanda-tanda
klinis penyakit kritis biasanya serupa karena tanda-tanda ini
mencerminkan gangguan pada fungsi pernafasan, kardiovaskular, dan
neurologi. Tanda-tanda klinis ini umumnya adalah takipnea, takikardia,
-
27
27
shipotensi, gangguan kesadaran (misalnya letargi, konfusi/bingung,
agitasi atau penurunan tingkat kesadaran).
c. Indikasi Pasien Keluar ICU
Kriteria keluar ICU : pasien tidak perlu lagi mendapat perawatan di
ICU bila meninggal, tidak ada kegawatan yang mengancam jiwa
sehingga bias dirawat di ruang biasa dan atas permintaan keluarga bila
ada informed consent khusus darikeluarga pasien. (perhatikan hubungan
pasien dengan yang mengajukan pulang paksa dan berikan informasi
tentang resiko dari keputusan pasien atau keluarga). Prioritas pasien
dipindahkan dari lCU berdasarkan pertimbangan medis oleh kepala lCU
dan atau tim yang merawat pasien, antara rain, Penyakit atau keadaan
pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga tidak memerlukan
terapi atau pemantauan yang intensif rebih ranjut, Secara perkiraan dan
perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak bermanfaat atau tidak
memberi hasil yang berarti bagi pasien. Apalagi pada waktu itu pasien
tidak menggunakan alat bantu mekanis khusus (seperti ventilasi
mekanis).45
G. Metode Penelitian
Metode adalah cara-cara ilmiah yang digunakan untuk melaksanakan
penelitian. Penelitian adalah usaha usaha untuk menemukan, mengembangkan
dan menguji suatu pengalaman, yang dilaksanakan dengan metode-metode
ilmiah.46
Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap dan mengetahui
bagaimana peranan pembimbing rohani di rumah sakit.
1. Pendekatan atau jenis penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang dilakukan
berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara kualitatif.
Para tokoh mendefinisikan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
45
Yulianto, teori tentang ruang ICU, diakses pada tanggal 24 september 2018, melalui
https://www.scribd.com/doc/242613475/Konsep-ICU-docx 46
Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid 2, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989), hal,4.
-
28
28
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.47
Dalam halini peneliti
mencoba memahami dan menjelaskan secara deskriptif bagaimana bentuk
atau metode yang digunakan oleh pembimbing rohani dalam
menanggulangi kecemasan keluarga pasien tersebut, dan faktor penyebab
adanya pendampingan terhadap keluarga pasien serta respon keluarga
pasien terhadap bimbingan yang diberikan untuk memberikan
pendampingan kepada keluarga pasien.
2. Setting dan subjek Penelitian
Setting penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Jambi, yang mana rumah sakit ini merupakan salah satu rumah
sakit yang terbesar di kota jambi yang mana di rumah sakit tersebut sudah
ada bimbingan rohani Islam nya, yang sering kita kenal dengan
pembimbing rohani . Subyek penelitian adalah sesuatu yang ditelitibaik
orang,benda, ataupun lembaga (organisasi).48
Subyek penelitian dalam
penelitian ini adalah seseorang atau beberapa orang pembimbing rohani
yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi tersebut,
dan juga beberapa keluarga pasien yang sedang mengalami kecemasan.
3. Sumber dan jenis data
a. Sumber data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari
mana data dapat diperoleh.49
Dalam penelitian ini menggunakan sumber
data, yaitu:
1) Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa
jawaban lisan melalui wawancara, dalam hal ini dapat dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu:
a) Person primer: pembimbing rohani di Rumah Sakit Umum
Daerah Raden Mattaher Jambi.
47
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta,
2008), hal. 20-21. 48
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hal. 35. 49
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekayan Praktik, (Jakarta: PT.
Renika Cipta, 2006), hal. 129
-
29
29
b) Person sekunder: keluarga pasien dan staf pegawai lainnya.
2) Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan
diam atau bergerak. Dalam hal ini:
a) Diam: denah rumah sakit, tatanan ruang, bangunan rumah
sakit.
b) Bergerak: kegiatan yang ada di rumah sakit, kinerja atau peran
pembimbing rohani , dll.
3) Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa
huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lainnya. Dalam hal ini
peneliti ingin memperoleh data berupa sejarah berdirinya rumah
sakit, keadaan sarana prasarana, struktur organisasi, dan lain-lain.
b. Jenis data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat
peneliti klarifikasikan dalam dua jenis yaitu jenis data primer dan jenis
data sekunder.
1) Jenis data primer, merupakan data literatur yang secara lansung
yang terkait dengan pokok permasalahan. Yaitu jenis data tentang
hal yang mendorong pelaksanaan bimbingan rohani Islam, tentang
metode bimbingan rohani Islam, tentang aktifitas bimbingan rohani
Islam, dan respon keluarga terhadap bimbingan rohani Islam.
2) Jenis data sekunder, merupakan jenis data yang memiliki
keterkaitan pokok permasalahan penelitian ini atau data yang
bersifat melengkapi data primer.50
yaitu data tentang sejarah,
struktur, dan geografis Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Jambi.
4. Metode pengumpulan data
a. Metode Observasi
Observasi adalah sebuah teknik pengumpulan data yang
mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal yang berkaitan
50
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
IAIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi, ( Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), Hal,44-
45.
-
30
30
dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa,
tujuan, dan perasaan.51
Dalam hal ini penulis melakukan observasi
terhadapproses pelaksanaan bimbingan rohani Islam yang dilakukan
oleh pembimbing rohani terhadap keluarga pasien Dengan
menggunakan metode observsi penulis mendapatkan data tentang
metode-metode bimbingan rohani Islam yang digunakan pembimbing
rohani dalam mengatasi kecemasan keluarga pasien di ruangan ICU
Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua
pihak, yaitu pewancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi
jawaban atas pertanyaan itu.52
Dalam metode ini penulis melakukan
wawancara terhadap subyek penelitian yaitu pembimbing rohani
serta keluarga pasien di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah
Raden Mattaher Jambi. Penulis telah mempersiapkan panduan
wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait metode dan
bagaimana hasil bimbingan rohani Islam dalam mengatasi kecemasan
kepada keluarga pasien di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah
Raden Mattaher Jambi.
Dengan metode wawancara penulis mendapatkan data yang
valid mengenai metode-metode bimbingan rohani Islam yang
meliputi : waktu pelaksanaan, petugas pelaksana, dan materi-materi
yang diberikan dan hasilnya dalam memberikan pendampingan untuk
menanggulangi kecemasan keluarga pasien.
c. Metode dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah
51
Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 63. 52
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, hal. 127.
-
31
31
dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode ini hanya mengambil data
yang sudah ada.53
Melalui metode dokumentasi penulis mendapatkan
data hardcopy mengenai profil, sejarah, visi, misi, tugas, motto,
pelayanan dan struktur organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Jambi.
5. Analisis data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti dan menyajikan sebagai temuan bagi
orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis
perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna.54
Analisis data ini
meliputi kegiatan pengurutan dan pengorganisasian data, pemilahan
menjadi satu-satuan tertentu, sintesis data pelaksanaan pola, penemuan
hal-hal yang penting dan dipelajari serta menentukan apa yang harus
dikemukakan kepada orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif pada dasarnya dimulai
sejak pengumpulannya, yaitu setelah empat atau lima kali pengumpulan
data. Analisisnya dapat diupayakan dengan apa yang disebut reduksi data
(data reduction), yaitu proses pemilahan dan pemusatan perhatian
penelitian melalui seleksi yang ketat terhadap fokus yang dikaji lebih
lanjut. Tujuan akhir reduksi tersebut untuk memahami data yang telah
dikumpulkan dan memikirkan peluang-peluang pengumpulan data
berikutnya. Begitu seluruh data yang diperlukan telah selesai
dikumpulkan, semuanya dianalisis lebih lanjut dan lebih intensif meliputi
kegiatan pengembangan sistem ketegori pengkodean, penyortiran data dan
penyajian data.
53
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, hal. 158. 54
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996)
hal, 104
-
32
32
6. Pengecekan keabsahan data
Untuk memperoleh data yang terpercaya dan dapat dipercaya, maka
peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data melalui empat
cara. Yakni:
a. Perpanjangan keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat
keikutsertaan peneliti di lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam
upaya mendektesi dan memperhitungkan penyimpangan yang
mungkin mengurangi keabsahan data, karena kesalahan penilaian data
oleh peneliti atau responden, disengaja atau tidak sengaja.55
b. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap faktor-
faktor yang menonjol dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut
selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti dapat memahami faktor-faktor
tersebut.56
c. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu di luar data pokok, untuk keperluan
pengecekan reabilitas data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat
perbandingan berbagai data yang diperoleh dari berbagai
informan.Terdapat empat macam teknik yaitu teknik pemeriksaan
menggunakan sumber, metode, penyidik dan teori.
d. Diskusi dengan teman sejawat
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan
melakukan diskusi dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa
data yang diterima benar-benar real dan bukan semata persepsi
sepihak dari peneliti atau informan. Melalui cara tersebut peneliti
55
Lexy Meleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996),
hal, 6. 56
Lexy Meleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, 117.
-
33
33
mengharapkan mendapatkan sumbangan, masukan, dan saran yang
berharga dan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.
H. Studi Relevan
pada bagian studi relevanini akan disebutkan beberapa penelitian yang
sudah ada sebelumnya dan ada hubungannya dengan penelitian yang akan
dilakukan. Berikut ini adalah penelitian yang relevan dan memiliki
hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan:
1. Skripsi dari Nunung Sintianita yang berjudul “Penanganan Kasus
Kecemasan Melalui Terapi Do’a (Studi Pada Pasien RSI Hidayatullah
Yogyakarta)”. Penelitian ini berfokus pada satu metode yaitu terapi do’a
dalam menangani kecemasan pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah
Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini terapi do’a mampu mengatasi
kecemasan pada pasien dan memperkuatmentalsehinggapasien
mempunyai harapan untuk sembuh dan senantiasa bertawakal kepada
AllahSWT.57
2. Skripsi dari Utami Budi Wahyuni yang berjudul “Upaya Bidang
Kerohanian dalam Membantu Penyembuhan Pasien di Rumah Sakit
Islam Klaten”. Penelitian ini membahas tentang upaya-upaya yang
dilakukan oleh pembimbing rohani dalam membantu kesembuhan
pasien. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut adalah melalu terpi do’a.
Hasil dari penelitian ini adalah pasien merasakan perasaan optimis,
ketenangan batin, keharmonisan, serta rasa aman dengan tetap
berpegang teguh kepada ajaran agamaIslam.58
3. Skripsi dari Eka Haswanti yang berjudul “Aktivitas Bimbingan Rohani
Sebagai Upaya Bantuan Penyembuhan Pasien di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta”. Penelitian ini membahas tentang metode-
metode bimbingan rohani, bentuk layanan bimbingan rohani, materi
57
Nunung Sintianita, “Penanganan Kasus Kecemasan Melalui Terapi Do’a (Studi Pada
Pasien RSI Hidayatullah Yogyak arta)”, Skripsi (Yogyakarta: Program Studi Bimbingan dan
Konseling Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2004). 58
Utami Budi Wahyuni, Upaya Bidang Kerohanian dalam Membantu Penyembuhan
Pasien di Rumah Sak it Islam Klaten, Skripsi (Yogyakarta: Program Studi Bimbingan Konseling
Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga,2008).
-
34
34
bimbingan rohani, serta factor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan bimbingan rohani dalam membantu penyembuhan pasien di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini
adalah pasien menjadi semakin bersemangat untuk bias sembuh dan
memiliki perasaan tenteram dantenang.59
Dari beberapa penelitian sebelumnya dapat dilihat bahwa
bimbingan rohani yang dilakukan hanya berfokus kepada upaya
penyembuhan terhadap pasien secara umum. Sedangkan pada penelitian
ini bimbingan rohani Islamakan berfokus kepada upaya memberikan
pendampingan untuk menanggulangi kecemasan pada keluarga pasien di
Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi.
59
Eka Haswanti, Ak tivitas Bimbingan Rohani di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surak arta, Skripsi (Yogyakarta: Program Studi Bimbingan Konseling Islam, Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, 2005).
-
35
BAB II
PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN
MATTAHER JAMBI
A. Sejarah dan Perkembangan
RSUD Jambi berdiri pada tahun 1948 dengan tipe C dan bergabung
dengan Dinas Kesehatan Tentara (DKT). Pada tanggal 19 November 1972
dipindahkan ke Jl. Letjen Soeprapto no.31 Telanaipura Jambi. Rumah sakit
ini dibangun di atas tanah seluas 75.000 M2 dengan luas bangunan + 28.163
M2. Rumah Sakit Daerah Umum Raden Mattaher Provinsi Jambi semula
namanya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi jambi, dan kemudian
pada bulan november 1999 bertepatan dengan hari Kesehatan Nasional 1999,
rumah sakit ini diberi nama salah seorang Pahlawan Jambi yaitu Raden
Mattaher. RSUD Raden mattaher merupakan rumah sakit kelas B non
pendidikan dengan kapasitas 311 tempat tidur. Pada bulan november 2009
statusny berubah menjadi tipe B pendidikan. Dengan diberlakukannya
Peraturan Daerah (PERDA) No.10 Tahun 2001 tentang RS Unit Swadana
maka sejak Januari 2002 RSD Raden Mattaher Jambi berlaku sebagai RS Unit
Swadana.
Berdasarkan Perda Nomor 13 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Rumah Sakit Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi, sebagai
pengganti Perda No.13 Tahun 1994. Kedudukan RSUD Raden Mattaher
Provinsi Jambi merupakan Lembaga Taknis Daerah sebagai unsur penunjang
Pemerintah Daerah, dipimpin oleh seorang Direktur dan bertanggung jawab
kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
RSU Raden Mattaher Jambi merupakan satu dari sekian Rumah Sakit
milik Pemprop Kota Jambi yang bermodel RSU, dikelola oleh Pemda
Provinsi dan termuat kedalam Rumah Sakit Tipe B. Rumah Sakit ini telah
teregistrasi mulai 08/08/2012 dengan Nomor Surat Izin 198/Kep.
Gub/Kesramas/2011 dan Tanggal Surat Izin 08/04/2011 dari Gubernur Jambi
-
36
36
dengan Sifat Perpanjang, dan berlaku sampai 5 tahun.60
Setelah melaksanakan
Proses Akreditasi Rumah sakit Seluruh Indonesia dengan proses Pentahapan
II (12 Pelayanan) akhirnya ditetapkan status Akreditasi Rumah Sakit.
B. Letak geografis RSUD Raden Mattaher Jambi
Gambar 2.1
Letak Geografis RSUD Raden Mattaher Jambi.
Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi ini bertempat
di Jl. Letjen Suprapto 31, Jambi, Kota Jambi, Indonesia. Rumah sakit ini
dibangun di atas tanah seluas 75.000 M2 dengan luas bangunan + 28.163
M.
RSUD Raden Mattaher Jambi berbatasan dengan:
Utara : Jl. Dr. Syahrial Rahman
Selatan : Jl. MT Haryono
Timur : Jl. Letjen Suprapto
Barat : Jl. Letjen Soetoyo
60
Dokumentasi, Sejarah RSUD Raden Mattaher Jambi, 2018. 5.
-
37
37
C. Visi, Misi dan Moto
1. Visi
Rumah Sakit Pilihan Dengan Pelayanan Kesehatan Paripurna Dan
Rumah Sakit Pendidikan Yang Berkualitas.61
2. Misi
a. Mengembangkan pelayanan kesehatan unggulan dan paripurna serta
memberikan pelayanan kesehatan individu yang berkeadilan sesuai
standar.
b. Mewujudkan kecukupan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
untuk menjamin kepastian pelayanan dan pendidikan kesehatan.
c. Menyelenggarakan adminitrasi dan pengelolaan keuangan secara
transparan, akuntabel dan terintegrasi serta mengembangkan Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit yang terintegrasi.
d. Mewujudkan Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher sebagai
Rumah Sakit Pendidikan yang terakreditasi melalui penyelenggaraan
pendidikan, pelatihan dan penelitian untuk menghasilkan tenaga
kesehatan yang berkualitas.
3. Moto
Kesembuhan paripurna adalah pengabdian kami
Disiplin kerja keras adalah dasar karya kami
Pengembangan ilmu teknologi kedokteran dan perawatan ada