Metode Bimbingan Rohani Islam Dalam Memberikan...

103
i Metode Bimbingan Rohani Islam Dalam Memberikan Pendampingan Untuk Menanggulangi Kecemasan Pada Keluarga Pasien Di Ruang ICU (Studi Kasus Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.I) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah Oleh MITRIANTO UB 150109 PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI TAHUN AKADEMIK 2019

Transcript of Metode Bimbingan Rohani Islam Dalam Memberikan...

  • i

    Metode Bimbingan Rohani Islam Dalam Memberikan Pendampingan Untuk

    Menanggulangi Kecemasan Pada Keluarga Pasien Di Ruang ICU (Studi

    Kasus Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi)

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

    Strata Satu (S.I) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam

    Fakultas Dakwah

    Oleh

    MITRIANTO

    UB 150109

    PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

    FAKULTAS DAKWAH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    TAHUN AKADEMIK 2019

  • i

    Jambi, Januari 2019

    Pembimbing I : Drs. Zulkarnain, M.Ag.

    Pembimbing II: Massuhartono, S.Pd.,MA.SI

    Alamat : Fakultas Dakwah UIN STS

    Jambi Jln. Raya Jambi-Ma.

    Bulian Simp. Sungai Duren

    Muaro Jambi

    Kepada Yth.

    Bapak Dekan

    Fak. Dakwah

    UIN Islam Negeri

    STS

    di_

    JAMBI

    NOTA DINAS

    Assalamu’alikum Wr. Wb

    Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan

    persyaratan yang berlaku di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, maka kami

    berpendapat bahwa skripsi saudari Mitrianto UB.150109 yang berjudul “Metode

    Bimbingan Rohani Islam Dalam Memberikan Pendampingan Untuk

    Menanggulangi Kecemasan Pada Keluarga Pasien Di Ruang ICU (Studi

    Kasus Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi)”. telah dapat

    diajukan untuk dimunaqasyahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam pada

    Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.

    Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak, semoga

    bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb

  • ii

    SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

    Nama : MITRIANTO

    Nim : UB150109

    Tempat/Tanggal Lahir : Ds. Kandang, 06 Juni 1996

    Konsentrasi : BPI (Bimbingan Penyuluhan Islam)

    Fakultas : Dakwah

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Metode Bimbingan Rohani

    Islam Dalam Memberikan Pendampingan Untuk Menanggulangi Kecemasan

    Pada Keluarga Pasien Di Ruang ICU (Studi Kasus Rumah Sakit Umum

    Daerah Raden Mattaher Jambi)” benar-benar karya sendiri dan bukan

    merupakan jiplakan dari hasil penelitian orang lain kecuali kutipan-kutipan yang

    telah disebutkan sumbernya sesuai ketentuan yang berlaku. Bila dikemudian hari

    terbukti mengingkari pernyataan di atas, saya bersedia kesarjanaan saya dan

    segala kewenangan yang melekat pada kesarjanaan tersebut dibatalkan.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan

    seperlunya.

  • iii

    iii

    MOTTO

    Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

    Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam

    dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS.

    Yunus ayat 57).1

    1Tim penterjemah dan penafsir Al-Qur’an, Al- Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta:

    Departemen Agama RI., 2005),hal, 215.

  • iv

    iv

  • v

    v

    ABSTRAK

    Penelitian ini dilakatar belakangi oleh fenomena yang terjadi di Rumah

    Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi khususnya di ruangan ICU, banyak

    para keluarga pasien yang mengalami kecemasan terlebih jika pasien yang di

    rawat di ruang ICU tersebut kemungkinan besar sulit untuk di selamatkan.

    Sehingga menyebabkan timbulnya kecemasan yang mungkin dapat mengganggu

    fisik atau psikis keluarga pasien. Setiap orang tidak ada yang menginginkan sakit

    akan tetapi semua orang pasti mendambakan sehat, oleh karena itu perlu

    dampingan atau bimbingan yang dilakukan oleh pembimbing rohani dalam

    menanggulangi kemungkinan kecemasan terjadi pada keluarga pasien. Masalah-

    masalah yang terjadi adalah apa faktor, bentuk, serta metode apa saja yang

    digunakan oleh pembimbing rohani dalam memberikan pendampingan atau

    bimbingan kepada keluarga pasien.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian lapangan (field

    research) berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara

    kualitatif, dengan mendeskripsikan bimbingan merupakan proses pemberian

    bantuan secara terus-menerus kepada keluarga pasien dari segi pengobatan non

    medis. Penelitian ini menggunakan sumber data person, place, dan paper.

    Pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi, teknik analisis

    data yaitu reduksi data, penyortiran data, dan penyajian data.

    Berdasarkan penelitian ini maka penulis menemukan bahwa faktor

    pendorong pelaksanaan bimbingan rohani Islam di Rumah Sakit Umum Daerah

    Raden Mattaher Jambi yaitu tidak lepas dari faktor internal dan eksternal.

    Sedangkan aktivitas yang dilakukan pembimbing rohani yaitu memasuki setiap

    ruangan yang ada di rumah sakit terkhusus pada penelitian ini ruangan ICU.

    Bentuk bimbingan rohani yaitu pelayanan bimbingan tentang akidah,ibadah, dan

    do’a. Metode yang digunakan pembimbing rohani adalah metode secara lansung

    atau face to face dan metode secara tidak lansung, juga dengan menggunakan

    metode individu dan kelompok. Adapun respon dari keluarga pasien setelah

    mendapatkan atau menerima bimbingan dari pembimbing rohani mereka

    merasakan senang dan merasa bahwa ketakutan atau kecemasan dapat dikurangi.

    Kata kunci: Bimbingan Rohani Islam, Pendampingan, Keluarga Pasien.

  • vi

    vi

    PERSEMBAHAN

    Bismillaahirrahmaanirrahiim…

    Dengan keridhoan Allah Swt dan shalawat kepada Rasulullah Saw, karya kecil ini

    saya persembahkan kepada :

    Ayahanda Helmi (Alm) dan ibunda Yendawati, kakek tercinta Madin dan nenek

    Zainab, ayunda Liza Herlina, Adik-Adik Galang Rambu Anarkey Dan Siti

    Robiatul Adauya, Paman Serta Bibik, Jhon Erizal, Rika, Dan Desi Ratnasari,

    Serta seluruh keluarga. Trimakasih untuk kasih sayang dan dukungan yang tak

    terhingga kepada penulis, baik lahir maupun batin.

    Semoga kita selalu bahagia dan mendapat ridho dari Allah Ta’ala dalam setiap

    langkah kehidupan.

  • vii

    vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

    rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis diberi kekuatan untuk

    menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Metode Bimbingan Rohani

    Islam Dalam Memberikan Pendampingan Untuk Menanggulangi Kecemasan

    Pada Keluarga Pasien Di Ruang ICU (Studi Kasus Rumah Sakit Umum

    Daerah Raden Mattaher Jambi)”.

    Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

    Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas

    Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat

    bantuan, dukungan, dan masukan baik berupa ide ataupun saran dari berbagai

    pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Zulkarnain, M.Ag, selaku pembimbing I dan

    Bapak Massuhartono, S.Pd.,MA.SI selaku Pembimbing II, dan kepada Bapak Drs.

    H. Lahmuddin, M.Ag selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah

    membimbing dan selalu memberi arahan yang bermanfaat sehingga selalu

    menimbulkan semangat baru.

    Serta dorongan dan motivasi dari banyak pihak, akhirnya penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu penulis menyampaikan terima kasih

    kepada:

    1. Bapak Sya’roni, S.Ag.,M.Pd selaku ketua jurusan Program Studi Bimbingan

    Penyuluhan Islam (BPI ) Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan

    Thaha Saifuddin Jambi.

    2. Bapak Samsu, S.Ag.,M.Pd.,P.hd, Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.,M.Hum

    selaku Dekan, Wakil Dekan I, II, II Fakultas Dakwah Universitas Islam

    Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    3. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor UIN STS Jambi.

    4. Bapak Dr. H. Su’aidi, MA. Ph.D selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan

    Pengembangan Lembaga, Bapak Dr.H. Hidayat, M.Pd selaku Wakil Rektor

  • viii

    viii

    Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan Ibu Dr. Hj.

    Fadhillah, M.Pd selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.

    5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan

    Thaha Saifuddin Jambi yang selalu dengan ikhlas memberi ilmu pengetahuan

    kepada penulis.

    6. Bapak dan Ibu karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Dakwah

    Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    7. Bapak dan Ibu Pimpinan Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan

    Thaha Saifuddin Jambi beserta Staf-stafnya.

    8. Bapak Drs.H. Moh Yusuf, HM.,MA beserta keluarga selaku Ketua Masjid

    dan segenap pengurus Masjid Darussalam yang sangat penulis ta’dhimi dan

    selalu memberikan bimbingan serta bantuan terhadap penulis dalam

    menempuh pendidikan khususnya pendidikan rohani.

    9. Bapak Drs. H. Nawawi, Drs. Bustanuddin Arif, M.Pd.I, Drs. H. Dismarferi,

    Ir. H. Amril Rasyidin, Drs. H. Izhar Latif, Syahfuddin Yusuf, Musadik,

    S.Pd.I. Ahmad Sabki, S.Ag, Erwin (Ambok Sauk), H. Solikun, H. Amirullah,

    H. Tandrisyah, SE, dan Syahril, SE, MM. selaku tokoh masyarakat

    dilingkungan masjid darussalam, yang selalu memberikan semangat kepada

    peneliti sehingga mampu menyelesaikan karya ini.

    10. Para jama’ah masjid Darussalam yang selalu memberikan support dan do’a

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    11. Teman-teman seperjuangan BPI angkatan 2015, teman-teman Mahasiswa/I

    Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, serta teman-teman KKN posko 09

    yang telah memberikan warna dalam kehidupan perkuliahan penulis.

    12. Teristimewa penulis persembahkan karya kecil ini untuk Ayahanda Helmi

    (Alm) dan ibunda Yendawati, kakek tercinta Madin dan nenek Zainab,

    ayunda Liza Herlina, Adik-Adik Galang Rambu Anarkey Dan Siti Robiatul

    Adauya, Paman Serta Bibik, Jhon Erizal, Rika, Dan Desi Ratnasari, Serta

    seluruh keluarga. yang selalu memberi motivasi serta doa tiada putus kepada

    penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

  • ix

    ix

    13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak

    dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

    Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis

    mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga, semoga Allah SWT

    membalasnya. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi

    kita semua.

  • x

    x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................

    NOTA DINAS ................................................................................................. i

    SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI ................................. ii

    PENGESAHAN .............................................................................................. iii

    MOTTO .......................................................................................................... iv

    ABSTRAK ...................................................................................................... v

    PERSEMBAHAN .......................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

    B. Permasalahan ............................................................................ 3

    C. Batasan Masalah ....................................................................... 4

    D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

    E. Kegunaan Penelitian ................................................................. 5

    F. Kerangka Teori ......................................................................... 5

    G. Metode Penelitian ..................................................................... 27

    H. Studi Relevan .......................................................................... 32

    BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN

    MATTAHER JAMBI

    A. Sejarah Dan Perkembangan Rumah Sakit Umum Daerah

    Raden Mattaher Jambi .............................................................. 35

    B. Letak Geografis Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher

    Jambi ........................................................................................ 36

    C. Visi, Misi Dan Motto Rumah Sakit Umum Daerah Raden

    Mattaher Jambi ......................................................................... 37

    D. Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit Umum Daerah Raden

    Mattaher Jambi ......................................................................... 38

    E. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Raden

    Mattaher Jambi ......................................................................... 40

    F. Profil Bimbingan Rohani Islam Di Rumah Sakit Umum

    Daerah Raden Mattaher Jambi ................................................. 43

  • xi

    xi

    BAB III AKTIVITAS BIMBINGAN ROHANI ISLAM TERHADAP

    KELUARGA PASIEN

    A. Faktor Pendorong Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Di

    Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi ............... 47

    B. Aktivitas Bimbingan Rohani Islam Di Rumah Sakit Umum

    Daerah Raden Mattaher

    Jambi..................................................... ................................... 52

    BAB IV MATERI DAN METODE PENDAMPINGAN UNTUK

    MENANGGULANGI KECEMASAN PADA KELUARGA

    PASIEN

    A. Materi Bimbingan Rohani Islam Rumah Sakit Umum Daerah

    Raden Mattaher Jambi .............................................................. 55

    B. Metode Yang Digunakan Pembimbing Rohani Islam Dalam

    Memberikan Pendampingan..................................................... 61

    C. Respon Keluarga Pasien Terhadap Bimbingan

    Rohani Islam............................................................................. 63

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................... 70

    B. Saran ......................................................................................... 71

    C. Kata Penutup ............................................................................ 72

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    CURRICULUM VITAE

  • xii

    xii

    DAFTAR TABEL

    Gambar 2.1: Letak Geografis Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher

    Jambi ........................................................................................... 36

    Tabel 2.1 : Sarana Yang Dimiliki Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher

    Jambi ........................................................................................... 38

    Bagan 2.1 : Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher

    Jambi ........................................................................................... 41

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang masalah

    Kesehatan merupakan anugerah terbesar dari Allah SWT yang

    diberikan kepada manusia. Setiap orang tentu tidak menginginkan sakit dan

    mendambakan kesehatan baik kesehatan fisik atau psikis. Keadaan orang

    yang tidak sehat tentu berdampak pada kehidupannya yang menyebabkan

    terganggunya aktivitas sehari-hari. Manusia pada kondisi ini merasa menjadi

    orang yang bodoh, lemah, dan malang.2

    Setiap manusia dalam hidupnya tentu pernah mengalami sakit,baik

    sakit secara fisik ataupun secara psikis. Sakit fisik biasanya disebabkan

    karena makanan, pola hidup yang tidak baik atau virus-virus yang menyerang

    organ-organ vital dalam tubuh manusia. Penyakit fisik meliputi kanker,

    jantung koroner, stroke, kencing manis, diabetes, gagal ginjal dan

    sebagainya. Sedangkan penyakit yang tidak disebabkan karena virus-virus

    dan mengganggu kondisi psikis, seperti stress, cemas, takut, dan sebagainya.

    Menurut Carl Witherington dalam buku Dadang Hawari orang yang

    tidak merasa tenang, aman, serta tenteram dalam hatinya adalah orang yang

    sakit rohani atau mentalnya. World Health Organization (WHO) menjelaskan

    ada 4 dimensi kesehatan, yaitu sehat jasmani, kejiwaan, sosial dan spiritual

    (rohani).3

    Sakit menurut pandangan Islam memiliki beberapa penjelasan salah

    satunya merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT kepada manusia untuk

    menguji keimanan dan kesabaran manusia ketika tertimpa musibah. Seperti

    berbunyi dalam surah al-Anbiya ayat 35:

    2Robin Salabi, Mengatasi Keguncangan Jiwa Perspek tif Al-Qur’an dan Sains,

    (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 13. 3Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedok Teran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa,

    (Yogyakarta: Bakti Prima Yasa, 2004), hlm. 32.

  • 2

    2

    Artinya :“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji

    kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan

    dikembalikan kepada kami.”4

    Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap orang akan diberikan oleh

    Allah SWT sebuah cobaan baik itu cobaan yang ringan atau berat. Dan hanya

    kepada Allah SWT lah kita meminta pertolongan karena ujian itu datangnya

    dari Allah SWT.

    Orang yang sakit ada yang berlapang dada menerimanya tetapi ada

    pula yang sulit menerima apabila penyakitnya tersebut adalah penyakit kronis

    yang sulit untuk disembuhkan. Hal ini tentu dirasakan oleh keluarga pasien

    yang berada di ruangan ICU yangsakitnya sulit untuk bisa disembuhkan lagi.

    Keadaan seperti ini membuat keluarga pasien dihadapkan pada situasi yang

    tidak pasti sehingga menimbulkan kecemasan akan penyakit yang diderita

    oleh pasien.

    Kecemasan (anxiety) adalah gangguan dalam alam perasaan yang

    ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan

    berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian

    masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas

    normal5. Menurut Yusuf dalam bukunya, kecemasan pada dasarnya adalah

    suatu reaksi diri untuk menyadari suatu ancaman (threat) yang tidak

    menentu. Gejala kecemasan ini nampak pada perubahan fisik, seperti

    gangguan pernapasan, detak jantung meningkat, berkeringat, dan lain-lain.6

    Berdasarkan observasi awal peneliti saat mendatangi ruang ICU di

    Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mataher Kota Jambi, ada satu orang

    keluarga pasien yang bernama ibu Hj. Siti pada saat itu peneliti melihat

    secara lansung bagaimana cemasnya keluarga tersebut ketika salah seorang

    anggota keluarganya yang di rawat di ruang ICU tersebut, banyak sekali

    gejala yang menyebabkan kecemasan pada keluarga tersebut salah satunya

    4Cipta Bagus Segara, Al-Qur’an Transliterasi Per Kata Dan Terjemah Per Kata, (Bekasi,

    CBS, 2012), hlm. 324. 5Dadang Hawari, Manajemen Stress, Cemas Dan Depresi, (Jakarta: Fk Ui, 2001), hlm,

    18. 6Syamsu Yusuf, Mental Hygiene, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), hlm,108.

  • 3

    3

    ditandai dengan panik yang luar biasa, dan pusing-pusing yang tidak karuan.

    Oleh karena itu keluarga pasien membutuhkan dorongan motivasi untuk

    mampu mengurangi beban psikis yang dialaminya. Dalam hal ini peran

    petugas bina rohani Islam di rumah sakit sangat diperlukan.Petugas bina

    rohani Islam atau biasa disebut dengan pembimbing rohani adalah orang

    yang memberikan bimbingan rohani kepada para pasien dengan metode

    tertentu.

    Pelayanan di rumah sakit tidak hanya terbatas pada pelayanan medis,

    tetapi juga pelayanan mental yang berdasarkan agama, dengan pendekatan

    agama dalam bimbingan rohani tersebut keluarga pasien dapat diberi

    kesadaran bahwa penyakit ada hubungannya dengan nilai- nilai keimanan.

    Oleh karena itu bimbingan rohani Islam diperlukan untuk membantu keluarga

    pasien yang cemas terhadap penyakit yang dialami keluarganya dan

    membantu pasien tetap menjaga keimanannya dalam menghadapi cobaan

    sakit yang diberikan oleh Allah SWT.

    Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi merupakan rumah

    sakit yang memberikan pelayanan bimbingan rohani Islam kepada pasien

    maupun keluarga pasien.Oleh karena itu dalam penelitianini penulis

    mendeskripsikan tentang Metode Bimbingan Rohani Islam Dalam

    Memberikan Pendampingan Untuk Menanggulangi Kecemasan Pada

    Keluarga Pasien Di Ruang ICU (Studi Kasus Rumah Sakit Umum Daerah

    Raden Mattaher Jambi).

    B. Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan penulis

    bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Apa saja Faktor Pendorong pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam dalam

    memberikan pendampingan kepada keluarga pasien di ruang ICU Rumah

    Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi?

    2. Apa saja materi dan metode bimbingan rohani Islam dalam memberikan

    pendampingan untuk menanggulangi kecemasan keluarga pasien di ruang

    ICU Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi?

  • 4

    4

    3. Bagaimana respon keluarga pasien di ruang ICU terhadap pelaksanaan

    pemberian pendampingan untuk menanggulangi kecemasan keluaraga

    keluarga pasien di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Raden

    Mattaher Jambi?

    C. Batasan Masalah

    Penelitian ini hanya berbicara tentang bagaimana tingkat kecemasan

    keluarga pasien, kemudian apa peran dan metode yang dilakukan oleh

    pembimbing rohani dalam memberikan pendampingan untuk menanggulangi

    kecemasan keluarga pasien, dan bagaimana respon atau hasil dari adanya

    pendampingan yang dilakukan oleh pembimbing rohani dalam menanggulangi

    kecemasan keluarga pasien. Penelitian ini dilakukan khusus untuk keluarga

    pasien yang berada di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher

    Jambi.

    D. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan dengan permasalahan penelitian tersebut, maka tujuan yang

    akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebaagai berikut:

    1. Ingin mengetahui faktor pendorong pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam

    dalam memberikan pendampingan kepada keluarga pasien di ruang ICU

    Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi.

    2. Ingin mengetahui Apa saja aktifitas Bimbingan Rohani Islam Di Rumah

    Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi

    3. Ingin mengetahui dan mendeskripsikan materi dan metode bimbingan

    rohani Islam dalam memberikan pendampingan untuk menanggulangi

    kecemasan keluarga pasien di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah

    Raden Mattaher Jambi.

    4. Untuk mengetahui hasil atau respon keluarga pasien di ruang ICU terhadap

    pelaksanaan pemberian pendampingan untuk menanggulangi kecemasan

    keluaraga keluarga pasien di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah

    Raden Mattaher Jambi.

  • 5

    5

    E. Kegunaan Penelitian

    Adapun kegunaan atau manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

    1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam

    pengembangan ilmu pengetahuan dan pelaksanaaan bimbingan

    rohaniIslam serta keilmuan bimbingan penyuluhan Islam.

    2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan akan memberikan kesadaran

    dan pemahaman bahwa bimbingan rohani Islam merupakan hal penting

    dalam mengatasi kecemasan keluarga pasien dan pasien yang di rawat

    di ruang ICU.

    F. Kerangka Teori

    1. Tinjauan Tentang Metode Bimbingan Rohani Islam

    a. Pengertian metode

    Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang berarti

    cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka

    metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek

    yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi dari metode

    berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.

    Metode juga dapat didefinisikan sebagai an established,

    habitual, logical, or systematic process of achieving certain ends with

    accuracy and efficiency, usually in an ordered sequence of fixed steps

    (praktik yang mapan, kebiasaan, logis atau proses sistematis untuk

    mencapai tujuan tertentu dengan akurasi dan efisiensi, biasanya dalam

    urutan teratur langkah-langkah tetap).

    Berdasarkan definisi tersebut, berikut ini karakter metode

    meliputi:

    1) Metode merupakan sebuah aktivitas yang relatif mapan yang

    digunakan oleh suatu kelompok.

    2) Terkadang karena sudah terbiasa dan relatif mapan, metode

    merupakan aktivitas yang sudah menjadi kebiasaan dari suatu

    kelompok.

  • 6

    6

    3) Metode yang telah mapan dan menjadi kebiasaan biasanya menjadi

    tindakan yang logis dan merupakan sebuah proses yang sistematis

    untuk mencapai tujuan tertentu dengan akurasi dan efisiensi

    penggunaan sumber daya.

    Metode dapat mengacu kepada beberapa hal berikut:

    1) Metode ilmiah, langkah-langkah yang ditempuh untuk memperoleh

    hasil ilmiah.

    2) Metode (ilmu komputer), suatu bagian kode yang digunakan untuk

    melakukan suatu tugas.

    3) Metode (musik), semacam buku teks untuk membantu murid belajar

    memainkan alat musik.

    4) Metode Mengajar, merupakan cara yang dilakukan oleh seorang

    pendidik atau seorang guru kepada naradidik pada saat mengajar.7

    b. Bimbingan

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bimbingan

    adalah penjelasan tentang cara mengerjakan sesuatu. 8Menurut Hallen,

    dalam buku Samsul Munir Amin mengatakan bahwa, bimbingan

    merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang

    pembimbing,yang dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya

    dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara

    optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik

    bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai

    kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya

    sendiri maupun lingkungannya.9

    c. Rohani Islam

    Rohani adalah kejiwaan dimana hakikat dari manusia itu terletak

    pada kejiwaannya (rohaniyah).10

    Rohani adalah sesuatu yang bersifat

    7 Oemar hamalik, proses belajar mengajar, ( jakarta: bumi aksara, 2001 ), hal, 91.

    8Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia Untuk

    Pelajar,(Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), hal,53. 9Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2013),hal, 3.

    10Faizah Dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada Media

    Group, 2006), hal,42.

    https://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiahhttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Metode_(ilmu_komputer)&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Metode_(musik)&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Buku_teks&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Belajarhttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Metode_Mengajar&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Naradidik&action=edit&redlink=1

  • 7

    7

    halus.11

    Dimana orang yang bertugas memberikan rohani ini disebut

    Pembimbing rohani .

    Sedangkan Islam adalah nama dari agama yang telah dianugrahkan

    oleh Allah kepada manusia sebagai falsafah dan sandaran hidup, di

    dalamnya mengandung ajaran yang membimbing dan mengiring akal

    fikiran, jiwa, qalbu, indrawi, dan jasmani kepada kefitrahan yang selalu

    cenderung untuk berbuat ketaatan dan ketauhidan kepada yang maha

    pencipta.12

    d. Pengertian metode bimbingan rohani Islam

    Metode bimbingan rohani Islam adalah suatu cara yang

    digunakan oleh petugas bina rohani pada saat memberikan bantuan

    yang sesuai dengan ajaran-ajaran agama kepada individu yang

    mengalami permasalahan rohani dalam hidupnya, agar individu tersebut

    mampu terhindar dari permasalahan tersebut dan mampu mencapai

    kesejahteraan dalam hidupnya.13

    e. Metode Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam

    Metode bimbingan rohani Islam memiliki metode dan teknik.

    Dimana metode diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah

    sehingga diperoleh hasil yang memuaskan sedangkan teknik merupakan

    penerapan metode dalam praktek. Metode dan teknik bimbingan rohani

    Islam secara garis besar terdapat dua macam yaitu:

    1) Metode langsung

    Metode lansung adalah metode dimana pembimbing

    melakukan komunikasi lansung dengan orang yang dibimbingnya.

    Metode ini dapat diperinci secara individual dan kelompok, yaitu:

    a) Metode individual

    11

    Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2009),hal,

    38. 12

    Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling Dan Psikoterapi Islam (Jogjakarta: Fajar

    Pustaka Baru, 2004), hal,182. 13

    Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islami,

    (Yogyakarta: UII Press, 1992), Hal, 48.

  • 8

    8

    Dalam hal ini pembimbing melakukan komunikasi lansung

    secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Ini dapat

    dilakukan dengan percakapan pribadi yakni :

    1) Pembimbing melakukan dialog lansung tatap muka dengan

    orang yang dibimbingnya.

    2) Kunjungan ke ruang ICU dan pembimbing melakukan dialog

    dengan orang yang dibimbingnya.

    3) Kunjungan dan observasi kerja yakni pembimbing melakukan

    percakapan individu sekaligus mengamati keluarga pasien dan

    lingkungannya.

    b) Metode kelompok

    Dalam hal ini pembimbing melakukan komunikasi lansung

    dengan cara berkelompok:

    1) Diskusi kelompok yakni pembimbing melaksanakan

    bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan keluarga

    pasien.

    2) Group teaching, yakni pemberian bimbingan dengan

    memberikan materi bimbingan tertentu (ceramah) kepada

    keluarga pasien.

    2) Metode tidak lansung

    Metode tidak lansung adalah metode bimbingan yang

    dilakukan melalui media masa. Hal ini dapat dilakukan secara

    individual dan kelompok. Metode individual melalui surat menyurat,

    melalui telepon, dan melalui audio visual, sedangkan metode

    kelompok melalui papan bimbingan, melalui surat kabar atau

    majalah, dan melalui brosur.14

    f. Landasan Bimbingan Rohani Islam

    Seluruh umat Islam sepakat bahwa al-Qur`an dan hadist, kedua-

    duanya merupakan pedoman bagi umat Islam, untuk menjalan

    14

    Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islami,

    (Yogyakarta: UII Press, 1992), Hal, 49-50.

  • 9

    9

    kanseluruh aktifitasnya sepanjang rentang kehidupannya. Bahkan

    urusan yang bersifat privasi pun al-Qur`an juga memberikan pedoman,

    untuk diikuti oleh umat Islam dengan tanpa paksaan agar hidupnya

    bahagia didunia dan di akhirat.15

    Pemberian bimbingan, secara normatif sangat sejalan dengan

    fungsi dari al-Qur`an dan tugas kenabian Nabi Muhammad SAW.

    Keberadaan al-Qur`an bagi manusia salah satu fungsinya adalah sebagai

    al-mau’izah (nasihat) dan asy-syifā (obat atau penawar).16

    Sebagaimana firman Allah:

    “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

    Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada)

    dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang

    beriman.”(QS. Yunus 10: 57).17

    Secara normatif al-Qur`an dan hadis merupakan landasan bagi

    bimbingan rohani Islam. Namun, pembimbing rohani dapat

    mengembangkan metode bimbingan sesuai dengan situasi dan kondisi

    psikologis pasien.

    Adapun landasan hukum bimbingan rohani islam adalah sebagai

    berikut:

    1) UU No 44 tahun 2009 tentang Kesehatan

    2) UU No 36 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

    3) Keputusan Menteri Kesehatan No 1333/Menkes/SK/XII/1999

    tentang Pelayanan Rumah Sakit.

    15

    Komarudin, Dakwah dan Konseling Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,

    2010),hal, 87. 16

    Komarudin, Dakwah dan Konseling Islam, hal,91. 17

    Tim penterjemah dan penafsir Al-Qur’an, Al- Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta:

    Departemen Agama RI., 2005),hal, 215.

  • 10

    10

    4) Permenkes No 012 Tahun 2011 tentang Akreditasi Rumah sakit.18

    g. Materi Bimbingan Rohani Islam

    Pada dasarnya materi bimbingan rohani islam sama saja dengan

    materi dakwah islam, karena apa yang terdapat dalam materi

    bergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Sebagaimana yang telah

    disebutkan dalam al-Qur’an, bahwa tujuan umum dakwah adalah

    mengajak umat manusia kejalan yang benar yang di ridhoi Allah SWT,

    agar hidup bahagia dan sejahtera didunia maupun diakhirat.

    Menurut Quraish Shihab apa yang disampaikan pembimbing

    rohani Islam atau da’i dalam proses penanaman nilai-nilai dan ajaran-

    ajaran Islam untuk mengajak umat manusia kejalan yang di ridhoi

    Allah, serta mengubah perilaku mad’u agar mau menerima ajakan serta

    memanifestasikannya, agar mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat,

    itulah yang disebut materi bimbingan rohani.19

    Menurut Syukir, secara global, materi dakwah atau bimbingan

    rohani Islam terdapat beberapa macam, yaitu:

    1. Masalah Aqidah, Aqidah dalam Islam adalah bathni bersifat i’tiqad

    bathiniyyah yang mencakup maalah-masalah yang erat hubungannya

    dengan rukun iman. Dalam Islam permasalahan aqidah yaitu

    masalah-masalah yang mencakup keyakinan yang erat hubungannya

    dengan rukun iman. Dalam pembahasannya, bukan saja tertuju pada

    hal-hal yang wajib diimani, akan tetapi materi dakwahnya juga

    menyangkut masalah-masalah yang menjadi lawannya.

    2. Masalah Syari’ah, dalam Islam masalah syari’ah erat kaitannya

    dengan perbuatan nyata dalam mentaati semua peraturan atau

    hukum Allah untuk mengatur hubungan antara manusia dengan

    tuhannya serta mengatur pergaulan hidup antar sesama manusia.

    18

    Tuti Alawiyah, Metode Pelayanan Bimbingan Rohani Islam Rumah Sakit Bagi Ppl

    Mahasiswa Jurusan Bki (Bimbingan Konseling Islam), hlm.7. 19

    Quraish Shihab, Tafsir Almisbah Jilid 2, (Jakarta:Lentera Hati,2000), Hal, 143-144

  • 11

    11

    3. Masalah Thoharoh (bersuci), masalah thaharoh dalam bimbingan

    rohani Islam yaitu berkaitan dengan cara mensucikan diri, seperti

    berwudhu’, tayammum, dan lain-lain.

    4. Masalah Sholat, sholat adalah salah satu hal yang wajib dikerjakan,

    karena sholat merupakan tiang agama sehingga sholat merupakan

    kewajiban yang harus tetap dikerjakan oleh setiap muslim meskipun

    dalam keadaan sakit sekalipun.

    5. Masalah Do’a dan Dzikir, do’a adalah ibadah yang paling utama,

    barang siapa yang berdo’a maka dia sedang meniti keselamatan.

    Ibdah do’a sangat berpengaruh pada kehidupan lahir dan batin, dunia

    dan akhirat. Dzikir adalah ingat akan sesuatu atau menyebut akan

    sesuatu yang berkaitan dengan asma Allah SWT.

    6. Masalah Sedekah, sedekah adalah pemberian seorang muslim kepada

    orang lain secara suka rela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan

    jumlah tertentu. Sedekah lebih luas dari sekedar zakat dan infaq,

    karena sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau

    menyumbangkan harta, namun sedekah mencakup segala amal atau

    perbuatan baik.

    7. Masalah Ikhlas dan Sabar, ikhlas adalah sifat atau suatu kerelaan

    untuk menerima apa adanya yang telah terjadi pada kehidupannya

    karena semua itu adalah kehendak tuhan semesta. Sedangkan sabar

    adalah tahan menderita untuk menghadapi yang tidak disenangi

    dengan penuh ridha dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah

    SWT.20

    h. Fungsi Bimbingan Rohani Islam

    Apabila bimbingan rohani yang disampaikan sudah sesuai dengan

    fungsinya, maka proses penyampaian bimbingan rohani sudah sesuai

    dengan peranannya.

    20

    Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:Al Ikhlas: 2000),

    Hal.63.

  • 12

    12

    Adapun fungsi bimbingan rohani secara umum adalah sebagai

    berikut:

    1) Fungsi Preventif: Yakni membantu individu menjaga atau mencegah

    timbulnya masalah bagi dirinya.

    2) Fungsi kuratif atau Korektif: Yakni membantu individu memecahkan

    masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.

    3) Fungsi Presertatif: Yakni membantu individu menjaga agar situasi

    dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi

    baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.

    4) Fungsi Development/Pengembangan:Yakni membantu individu

    memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik

    agar tetpbaik atau menjadi lebih baik sehingga tidak

    memungkinkanya menjadi sebab munculnya masalah baginya.21

    Berdasarkan uraian diatas, bimbingan rohani mempunyai peran

    yang konkrit dimana bimbingan rohani dapat melakukan suatu

    pendekatan yang tepat. Sehingga dalam proses pelayanan bimbingan

    rohani seorang petugas rohani akan lebih memahami dan tidak salah

    dalam menyikapi permasalahan yang dihadapi pasien, tetapi sebaliknya

    jika bimbingan rohani yang disampaikan tidak sesuai dengan fungsinya,

    maka proses pelayanan bimbingan rohani tidak sesuai dengan

    peranannya. Dalam penelitian ini peran bimbingan rohani Islam lebih

    memfokuskan kepada pasien dalam menghadapi musibah dari Allah

    SWT. Sehingga pasien bisa merasa tenang dan tabah dalam menghadapi

    sakitnya serta selalu berikhtiar kepada Allah SWT.

    i. Tujuan Bimbingan Rohani Islam

    Tujuan dari pelaksanaan bimbingan rohani Islam pasien

    diantaranya yaitu:22

    21

    Aditya Kusuma Wardana “Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Bagi Pasien

    RawatInap Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang (Analisis Bimbingan Konseling Islam)

    di diakses melalui http://eprints.walisongo.ac.id/5616/1/091111063.pdf, diakses pada tanggal 24

    september 2018. 22

    Ahmad Watikan Pratikna dan Abdussalam Sofro, Islam Etika Dan Kesehatan, (Jakarta:

    CV. Rajawali, 1996), hal,260-261.

    http://eprints.walisongo.ac.id/5616/1/091111063.pdf

  • 13

    13

    1) Menyadarkan penderita agar dia dapat memahami dan menerima

    cobaan yang sedang dideritanya. Ikut serta memecahkan dan

    meringankan problem kejiwaan yang sedang dideritanya.

    2) Memberikan pengertian dan bimbingan penderita dalam

    melaksanakan kewajiban keagamaan harian yang harus dikerjakan

    dalam batas kemampuannya.

    3) Perawatan dan pengobatan dikerjakan dengan berpedoman tuntunan

    Islam, menggunakan tangan kanan dan dilakukan secara duduk.

    4) memberikan makan,minum obat dibiasakan diawali dengan

    Bismillahirrahmanirrahim dan diakhiri dengan bacaan

    Alhamdulillahirobbilalamin,

    5) Menunjukkan perilaku dan bicara yang baik sesuai dengan kode etik

    kedokteran dan tuntunan agama.

    2. Konsep pendampingan

    Pendampingan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh fasilitator

    atau pendamping masyarakat dalam berbagai kegiatan program. Fasilitator

    juga seringkali disebut fasilitator masyarakat (community facilitator/CF)

    karena tugasnya lebih sebagai pendorong, penggerak, katalisator,

    motivator masyarakat, sementara pelaku dan pengelola kegiatan adalah

    masyarakat sendiri.

    Pendampingan sebagai suatu strategi yang umum digunakan oleh

    pemerintah dan lembaga non profit dalam upaya meningkatkan mutu dan

    kualitas dari sumber daya manusia, sehingga mampu mengindentifikasikan

    dirinya sebagai bagian dari permasalahan yang dialami dan berupaya

    untuk mencari alternative pemecahan masalah yang dihadapi. Kemampuan

    sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh keberdayaan dirinya sendiri.

    Oleh karena itu sangat dibutuhkan kegiatan pemberdayaan disetiap

    kegiatan pendampingan.

    Berkaitan dengan itu pendampingan berarti bantuan dari pihak luar,

    baik perorangan maupun kelompok untuk menambahkan kesadaran dalam

    rangka pemenuhan kebutuhan dan pemecahan permasalahan.

  • 14

    14

    Pendampingan diupayakan untuk menumbuhkan keberdayaan dan

    keswadayaan agar masyarakat yang didampingi dapat hidup secara

    mandiri. Jadi pendampingan merupakan kegiatan untuk membantu

    individu maupun kelompok yang berangkat dari kebutuhan dan

    kemampuan kelompok yang didampingi dengan

    mengembangkan proses interaksi dan komunikasi dari, oleh, dan

    untuk anggota, serta mengembangkan kesetiakawanan dan solidaritas

    kelompok dalam rangka menumbuhkembangkan kesadaran sebagai

    manusia yang utuh, berperan dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan

    kemampuan yang dimiliki.23

    3. Konsep kecemasan

    a. Pengertian kecemasan

    Kecemasan (anxiety) adalah gangguan perasaan (affective) ditandai

    dengan perasaan ketakutan dan kekhawatiran mendalam dan

    berkelanjutan, tidak mengalami gangguan menilai realitas (reality

    testing ability), kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu

    tetapi masih batas-batas normal.24

    Menurut yusuf kecemasan adalah

    suatu reaksi diri menyadari suatu ancaman (threat) tidak menentu.25

    Bustaman mendefenisikan kecemasan sebagai ketakutan terhadap

    hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaan cemas muncul apabila

    perasaan seseorang berada dalam keadaan merugikan dan mengancam

    dirinya, kemudian merasa tidak mampu menghadapinya. Rasa cemas

    sebenarnya suatu ketakutan diri sendiri ditandai dengan perasaan

    khawatir dan takut terhadap suatu yang belum terjadi.26

    Kecemasan

    adalah semacam kegelisahan, kekhawatiran, dan ketakutan terhadap

    sesuatu yang tidak jelas. Kecemasan lebih lanjut sebagai reaksi emosi

    23

    Erman,teori pendampingan, diakses pada tanggal 24 september 2018, melalui

    http://eprints.uny.ac.id. 24

    Dadang Hawari, Manajement Stress, Cemas Dan Defresi, (Jakarta : FK UI, 2001),

    hal,18. 25

    Syamsu Yusuf, Mental Hygiene, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004), hal,108. 26

    Djumhana Bustaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam : Menuju Psikologi Islami, (

    Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001 ), hal,156.

  • 15

    15

    tidak menyenangkan ditandai dengan ketakutan. Perasaan takut timbul

    karena ancaman atau gangguan abstrak dan juga takut bersifat

    subjektif, hal ini ditandai dengan perasaan tegang khawatir dan

    sebagainya. Menurut derajat kecemasan adalah manifestasi dari

    berbagai proses emosi bercampur, terjadi ketika seseorang sedang

    mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin. Perasaan cemas

    ditandai dengan rasa takut yang tidak jelas, tidak menyenangkan,

    seringkali disertai gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat,

    gelisah dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu ditemui selama

    kecemasan cendrung bervariasi.27

    Gejala kecemasan setiap orang

    berbeda-beda. Anxietas sering dikenal dengan istilah perasaan cemas,

    perasaan bingung, was-was, bimbang, dan sebagainya. Istilah tersebut

    lebih merujuk kepada kondisi normal, sedangkan gangguan kecemasan

    merujuk pada kondisi patologik.

    Kecemasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau keadaan

    khawatir, mengeluhkan bahwa sesuatu buruk akan segera terjadi.

    Banyak hal yang harus dicemaskan misalnya, kesehatan, relasi sosial,

    ujian, karir, relasi internasional, dan kondisi lingkungan. Sumber

    kekhawatiran bersifat normal, bahkan adaftif, untuk cmas mengenai

    aspek-aspek hidup tersebut. Kecemasan adalah respon tetap terhadap

    ancaman, tapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya

    tidak sesuai dengan proporsi ancaman.28

    Cemas juga sering digunakan

    sebagai pengganti kata takut yaitu takut objeknya kurang jelas,

    kecemasan diartikan sebagai ketakutan terhadap hal yang pasti terjadi.

    Perasaan cemas muncul bila berada dalam suatu keadaan diduga

    merugikan dan dirasakan mengancam diri manusia, dimana manusia

    merasa tidak berdaya menghadapinya, padahal sebenarnya apa yang

    dicemaskan belum tentu terjadi.

    27

    Zakiyah Derajat, Kesehatan Mental, Cetakan Pertama, ( Jakarta : Gunung Agung, 1982

    ), hal,27. 28

    Jefri Nevid S Dkk, Psikologi Abnormal, (Jakarta : Erlangga, 2003), hal,163.

  • 16

    16

    Menurut psikologi masalah kecemasan cukup beragam. Teori-teori

    kecemasan banyak dikembangkan, karena dalam psikologi kecemasan

    dianggap sebagai penyebab utama berbagai gangguan kejiwaan.

    Kecemasan tarafnya bermacam-macam, mulai dari kecemasan paling

    ringan sampai paling berat. Kecemasan sifatnya normal sampai

    kecemasan gejala gangguan kejiwaan.29

    Sedangkan menurut Al-

    Qoyyim Dalam Syukail mengartikan kecemasan sebagai perasaan

    tidak disukai ada dalam hati dan perasaan berkaitan dengan kejadian

    pada masa yang akan datang.30

    Kecemasan adalah salah satu penyakit kejiwaan manusia, bentuk

    kecemasan adalah adanya perubahan dan goncangan bersebrangan

    dengan ketenangan. Kecemasan dapat datang tiba-tiba dan sementara,

    sebagaimana dikenal pada saat ini dalam kehidupan manusia.

    Kecemasan dapat menimpa manusia dalam beberapa waktu, beberapa

    hari, beberapa tahun, ada juga dalam jangka waktu yang lama,

    tergantung dengan keadaan yang ada.31

    b. Gejala-gejala kecemasan

    Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan

    takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan tidak jelas dan tidak

    menyenangkan, munculnya gejala kecemasan berbeda-beda pada

    masing-masing orang. ciri-ciri kecemasan meliputi reaksi fisik,

    pemikiran, perilaku, dan suasana hati. Ciri-ciri kecemasan tersebut

    antara lain adalah :

    1) Reaksi fisik: telapak tangan berkeringat, otot tegang, jantung

    berdegup, pipi merona, pusing-pusing.

    29

    Djumhana Bustaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam : Menuju Psikologi Islami,

    (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), hal,156 30

    Abdullah Syukail Ibn Husain, Kesmpitan Hati, Tanda-Tanda Dan Solusi, (Jakarta :

    Qisthi Press, 2004 ), hal,15. 31

    Az Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta : Gema Insani, 2005), hal,510.

  • 17

    17

    2) Pemikiran: memikirkan bahaya secara berlebihan, menganggap diri

    tidak mampu menghadapi masalah, tidak menganggap penting

    bantuan yang ada, khawatir, dan berfikir hal yang buruk.

    3) Perilaku : menghindari situasi saat kecemasan biasa terjadi,

    maninggalkan situasi saat kecemasan mulai terjadi, mencoba

    melakukan banyak hal secara sempurna atau mencoba mencegah

    bahaya.

    4) Suasana hati : gugup, jengkel, cemas, panik.

    Menurut para tokoh gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita

    kecemasan antara lain :

    1) Menjadi gelisah ketika sesuatu tidak sesuai dengan harapan.

    2) Sering mengalami kesulitan bernafas, sakit perut, keringat berlebih.

    3) Merasa takut pada banyak hal.

    4) Sulit tidur pada malam hari, jantung berdebar-debar, mengalami

    mimpi buruk, terbangun darin tidur karena ketakutan.

    5) Sulit berkonsentrasi, selalu merasa sendiri, mudah tersinggung dan

    muidah marah.

    Menurut derajat, gejala-gejala kecemasan meliputi dua hal,

    yakni gejala yang bersifat fisik dan gejala mental. Gejala fisik meliputi:

    ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, pukulan jantung

    terasa cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan

    hilang kepala pusing, sesak nafas dan sebagainya. Gejala mental antara

    lain : sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak

    bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya atau rendah diri, hilang

    kepercayaan pada diri, ingin lari dari kenyataan hidup dan lain

    sebagainya.32

    Sedangkan menurut Hawari gejala-gejala kecemasan yang

    dirasakan penderitanya antara lain :

    32

    Zakiyah Derajat, Kesehatan Mental, Cetakan Pertama, ( Jakarta : Gunung Agung,

    1982), hal,21.

  • 18

    18

    1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,

    mudah tersinggung.

    2) Meras tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

    3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.

    4) Gangguan pada tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

    5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

    6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

    pendengaran berdering (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,

    gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain

    sebagainya.33

    Gejala-gejala kcemasan dari uraian diatas dibagi menjadi dua

    yaitu gejala psikis dan gejala fisik. Gejala psikis ditandai dengan keluar

    keringat dingin, telapak tangan berkeringat, ujung-ujung jari terasa

    dingin, pencernaan tidak teratur, pukulan jantung cepat, keringat

    bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing,

    sesak nafas, dan sebagainya. Gejala psikis ditandai dengan adanya

    perasaan takut, khawatir, tidak berdaya, mudah marah, tidak dapat

    memusatkan perhatian, rendah diri, hilangnya rasa percaya diri dan

    tidak tentram.

    c. Faktor-faktor penyebab kecemasan

    Secara umum kecemasan dapat di timbulkan oleh dua sebab,

    pertama, perasaan cemas timbul dari apa yang ada pada diri sendiri

    seperti rasa takut, terkejut, perasaan bersalah/berdosa, merasa terancam

    dan sebagainya. Kedua, perasaan cemas terjadi duluar kesadaran dan

    tidak mampu menghindari dari perasaan yang tidak menyenangkan.

    kemudian ada juga faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu faktor

    individu yang meliputi rasa kurang percaya diri pada individu, merasa

    memiliki masa depan tanpa tujuan, dan perasaan tidak mampu bekerja.

    Kemudian faktor lingkungan, berkaitan dengan dukungan emosional

    33

    Dadang Hawari, Manajemen Stress, Cemas Dan Depresi, ( Jakarta: Fk Ui, 2001 ), hal,67.

  • 19

    19

    rendah dari orang lain sehingga individu merasa tidak dicintai orang

    lain, tidak memiliki kasih sayang, tidak memiliki dukungan dan

    motivasi.

    Menurut horney dalam derajat, sebab terjadinya cemas ada tiga

    macam antara lain adalah :

    1) Tidak ada kehangatan dalam keluarga dan perasaan anak bahwa ia

    dibenci, tidak disayangi, dan dimusuhi.

    2) Perlakuan dalam keluarga, misalnya orang tua terlalu otoriter,

    keras, tidak adil, sering mungkir janji, tidak menghargai anak dan

    suasana keluarga yang penuh dengan pertentangan dan

    permusuhan.

    3) Lingkungan penuh pertentangan dan kontradiksi, dimanan terdapat

    faktor yang yang menyebabkan tekanan, perasaan frustasi,

    penipuan, penghianatan, kedengkian dan sebagainya.34

    Kecemasan merupakan akibat konflik yang tidak didasari antara

    implus dengan kendala yang ditetapkan oleh ego dan super ego.

    Kecemasan lebih ditimbulkan oleh faktor eksternal dari pada faktor

    internal. Seseorang yang mengalami kecemasan merasa bahwa dirinya

    tidak dapat mengendalikan situasi kehidupan bermacam-macam

    sehingga perasaan cemas hampir selalu hadir.

    d. Jenis-jenis kecemasan

    Corey membagi kecemasan menjadi tiga yaitu: pertama,

    kecemasan realistik, merupakan ketakutan terhadap bahaya dari luar

    dan taraf kecemasan menyesuaikan dengan derajat ancaman. Kedua,

    kecemasan neurotik, merupakan ketakutan terhadap tidak

    terkendalinya naluri-naluri menyebabkan seorang melakukan suatu

    tindakan yang bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya. Ketiga,

    kecemasan moral, merupakan ketakutan terhadap hati nurani sendiri.

    34

    Zakiah Derajat, Kesehatan Mental, Cetakan Kelima, ( Jakarta : Gunung Agung, 2001 ),

    hal,26.

  • 20

    20

    Orang yang hati nurani nya berkembang baik cendrung merasa berdosa

    apabila melakukan suatau yang berlawanan dengan kode moral yang

    dimilikinya.35

    Kecemasan menurut kartono dapat dibagi menjadi dua bagian

    adalah lain sebagai berikut :

    1) Kecemasan neurosis, berkaitan dengan mekanisme pertahanan diri

    negatif, faktor penyebab perasaan bersalah dan berdosa serta

    mengalami konflik-konflik emosional serius, kronis, frustasi, dan

    ketegangan batin.

    2) Kecemasan psikotis, merupakan kecemasan yang terjadi karena

    adanya perasaan bahwa hidupnya terancam dan kacau, hilang

    kepercayaan diri ketika menghadapi suatu masalah, dan

    disorganisasi psikis, ketidak mampuan seseorang mengatur

    perasaan dalam dirinya.36

    e. Tingkat kecemasan

    Kecemasan didefenisikan menjadi empat tingkat (level) yaitu :

    ringan, sedang, berat, dan panik.

    1) Kecemasan Ringan

    Kecemasan ringan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari

    dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan

    lapan persepsinya, individu melihat, mendengar, dan memegang

    secara lebih dibanding sebelumnya. Kecemasan jenis ini dapat

    memotivasi belajar dan menghasilkan perkembangan dan

    kreativitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah

    kelelahan, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu

    untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.

    2) Kecemasan Sedang

    Kecemasan sedang memungkinkan seseorang hanya berfokus

    pada persoalan yang sedang, melibatkan penyempitan dari

    35

    Corey, Teori Dalanm Praktek Konseling Dan Psikoterapi, Cetakan Kedua, (Bandung :

    PT. Eresco, 1995), hal,29. 36

    Kartini Kartono, Hygiene Mental, (Bandung : Mandar Maju,1989), hal,120.

  • 21

    21

    lapangan persepsi sehingga individu kurang melihat, mendengar,

    dan menggenggam. Individu menahan beberapa area terpilih tapi

    dapat menyelesaikan jika diarahkan. Manifestasi yang terjadi pada

    tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung

    dan pernafasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat

    dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu belajar

    tapi tidak maksimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian

    secara efektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah

    kecemasan, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah

    dan menangis.

    3) Kecemasan berat

    Kecemasan berat ditandai dengan penurunan lapang persepsi,

    individu cedrung berfokus pada suatu yang khusus, detail, dan tidak

    berfikir tentang hal-hal lain. Semua tingkah laku pada pengurangan

    kecemasan, dan memerlukan banyak bimbingan untuk befokus

    pada area yang lain. Mnifestasi yang muncul pada tingkat ini

    adalah mengeluh pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur, sering

    kencing, diare, lahan persepsi myempit, tidak mau belajar secra

    efektif, berfokus pada diri sendiri dan berkeinginan untuk

    menghilangkan kecemasan sangat tinggi, perasaan tidak berdaya,

    bingung dan disorientasi.

    4) Panik

    Panik berhubungan dengan perasaan takut, ketakutan dan

    teror. Karena kehilangan kontrol atau kendali secara lengkap,

    individu tidak dapat melakukan sesuatu, walaupun dengan

    bimbingan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi

    peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk

    berhubungan dengan orang lain, persepsinya menyimpang dan

    kehilangan pikiran yang rasional. Panik adalah pengalaman yang

    menakutkan dan melemahkan. Seseorang yang panik tidak dapat

    berfungsi atau berkomunikasi secara efektif. Manifestasi pada

  • 22

    22

    orang yang panik adalah susah bernafas, dilantasi pupil, palpilasi,

    pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat merespon

    terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit mengalami

    halusinasi dan delusi. Tingkat kecemasan ini tidak dapat berlansung

    dalam jangka waktu yang tidak terbatas sebab bertentangan dengan

    kehidupan. Panik dalam jangka waktu yang lama dapat

    menyebabkan kelelahan dan kematian.

    f. Terapi Penanggulangan Kecemasan

    Dalam psikiatri penanggulangan kecemasan dikenal dengan bentuk

    terapi yang disebut terapi holistik. terapi holistik adalah bentuk terapi

    yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan hanya kepada

    bentuk gangguan jiwa saja melainkan juga mencakup aspek-aspek lain

    dari jiwa pasien. Terapi penanggulangan stress, kecemasan, depresi,

    dapat diberikan terapi meliputi :

    1) Psikoterapi psikiatri

    Bentuk terapi ini menganut asas psikiatri dengan tujuan

    mengembalikan kepercayaan diri (self confidence) dan memperkuat

    fungsi ego. Biasanya berupa wawancara atau konsultasi, pasien

    dapat mengemukakan secara bebas dengan jaminan kerahasiaan

    segala permasalahan, konflik, dan uneg-uneg yang berhubungan

    lansung atau tidak lansung terhadap kecemasan.37

    2) Terapi keagamaan

    Terapi keagamaan dengan memberikan pemikiran-pemikiran

    Islam yang mengandung tuntunan bagaimana dalam kehidupan

    didunia ini bebas dari rasa cemas, tegang, dan defresi. Terapi

    keagamaan ini dapat berupa kegiatan ritual keagamaan seperti,

    sembahyang, berdo’a, memanjatkan pujian-pujian kepada Allah,

    zikir dan puasa.38

    37

    Dadang Hawari, Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa, ( Yogyakarta : Dana

    Bakti Primayasa, 1996 ), hal,68. 38

    Soleh Dan Musbikin, Agama Sebagai Terapi Telaah Menuju Ilmu Kedokteran Holistik,

    (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005),hal, 252.

  • 23

    23

    3) Psikofarmaka

    Psikofarmaka (farmakoterapi) adalah terapi dengan obat anti

    defresen dan harus sesuai dengan dosis yang tepat. Dalam

    pemberian obat ini defresen harus hati-hati terhadap pengguna obat

    secara berlebihan, karena dapat menyebabkan overdosis.

    Pemberian obat anti deferesen harus disesuaikan dengan penyebab

    kecemasan dan tingkat kecemasan. Penggunaan obat sebaiknya jika

    gejala-gejala kecemasan semakin kuat.39

    4) Terapi somatik

    Terapi somatik adalah terapi dengan memberikan jenis obat-

    obatan yang ditujukan kepada keluhan-keluhan yang dialami. Jenis

    obat-obatan yang diberikan sesuai dengan keluhan-keluhan atau

    sakit yang dirasakan saat penderita merasa kecemasan, misalkan

    sakit perut, obat yang diberikan adalah obat-obat sakit perut. Dan

    lain sebagainya.40

    5) Terapi relaksasi

    Terapi ini diberikan kepada seseorang yang mudah disugesti

    (sugestible), terapi relaksasi bertujuan untuk membantu individu

    memperoleh kenyamanan, baik fisik maupun mental.41

    6) Terapi perilaku

    Terapi perilaku digunakan untuk menghilangkan berbagai

    bentuk dan gejala kecemasan dengan jalan melatih diri untuk

    menghadapinya, baik sedidkit demi sedikit, maupun secara lansung

    dan frontal menghadapinya. Penderita kecemasan diharapkan pada

    suatu bayangan dari suatu daftar yang telah ditentukan lebih dahulu

    dari situasi, objek/kondisi yang membuat ada cemas, kemudian

    dihubungkan dengan situasi-situasi yang menyenangkan, sehingga

    39

    Dadang Hawari, Manajemen Stress, Cemas Dan Depresi, (Jakarta: Fk Ui, 2001),

    hal,130. 40

    Dadang Hawari, Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta : Dana Bakti

    Primayasa, 1996),hal,73-74 41

    Syamsu Yusuf, Mental Hygiene, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004), hal,131.

  • 24

    24

    perasaan penderita kecemasan merasa nyaman dan senang setelah

    situasi kecemasan berubah menjadi kesenangan.42

    4. Konsep keluarga pasien

    a. Pengertian keluarga

    Pengertian Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

    tersusun atas kepala keluarga (berperan sebagai suami dan ayah) dan

    beberapa orang yang terkumpul dan tinggal bersama pada suatau tempat

    di bawah satu atap dalam kondisi yang saling membutuhkan atau

    ketergantungan.

    b. Fungsi Keluarga dan Kehidupan Manusia

    Dalam kehidupan manusia, keluarga memili beberapa fungsi dasar

    sebagai berikut :

    1) Fungsi pendidikan moral dan juga akhlak anak;

    2) Fungsi sosialisasi kehidupan untuk anak;

    3) Fungsi perlindungan untuk setiap anggota keluarga;

    4) Fungsi perasaan dan pemberi kasih sayang antar sesama anggota

    keluarga;

    5) Fungsi pendidikan dan juga penanaman ilmu dan praktik agama;

    6) Fungsi penyedia kebutuhan ekonomi untuk anggota keluarga yang

    belum dapat memenuhi kebutuhannya sendiri;

    7) Fungsi biologis sebagai sebuah bagian untuk memperbanyak

    keturunan / generasi penerus;

    8) Fungsi kasih sayang, rasa aman, dan perhatian antar sesama anggota

    keluarga;

    9) Fungsi rekreatif untuk setiap anggota keluarga dari berbagai macam

    aktivitas keseharian.43

    42

    Djumhana Bustaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam : Menuju Psikologi Islami,

    (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), hal,157. 43

    Abdul, defenisi keluarga, diakses pada tanggal 24 september 2018, melalui

    https://pengertiandefinisi.com

  • 25

    25

    c. Pengertian pasien

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pasien memiliki

    arti orang sakit (yang di rawat dokter) penderita (sakit).44

    5. Ruang ICU

    a. Pengertian ICU

    ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang

    dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan

    mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk

    yang mempunyai intensitas defek fisiologi satu organ ataupun

    mempengaruhi organ lainnya sehingga merupakan keadaan kritis yang

    dapat menyebabkan kematian. Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan

    perawatan intensif oleh karena memerlukan pencatatan medis yang

    berkesinambungan dan monitoring serta dengan cepat dapat dipantau

    perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi

    organ-organ tubuh lainnya. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan

    Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang

    PedomanPenyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah sakit, ICU adalah

    suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi di bawah direktur

    pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus

    yang di tujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien

    yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang

    mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis

    dubia. Ruang Perawatan Intensif merupakan instalasi pelayanan khusus

    di rumah sakit yang menyediakan pelayanan yang komprehensif dan

    berkesinambungan selama 24 jam.

    Dalam rangka mewujudkan Ruang Perawatan Intensif yang

    memenuhi standar pelayanan dan persyaratan mutu, keamanan dan

    keselamatan perlu didukung oleh bangunan dan prasarana yang

    44

    Departemen Pendidikan Agama, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.

    Gramedia Pustaka Utama, 2013), hal, 1027.

  • 26

    26

    memenuhi persyaratan teknis. Perawatan intensif merupakan pelayanan

    keperawatan yang saat ini sangat perlu untuk di kembangkan di

    Indonesia yang bertujuan memberikan asuhan bagi pasien dengan

    penyakit berat yang potensial reversibel, memberikan asuhan pada

    pasien yang memerlukan pbservasi ketat dengan atau tanpa pengobatan

    yang tidak dapat diberikan diruang perawatan umum memberikan

    pelayanan kesehatan bagi pasien dengan potensial atau adanya

    kerusakan organ umumnya paru mengurangi kesakitan dan kematian

    yang dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit kritis. Indikasi

    yang benar dimana pasien yang di rawat di ICU harus pasien yang

    memerlukan intervensi medis segera oleh tim Intensive Care harus

    pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi system organ tubuh secara

    terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan

    yang konstan dan metode terapi titrasi, dan pasien sakit kritis yang

    memerlukan Pemantauan kontinyu dan tindakan segera untuk mencegah

    timbulnya dekompensasi fisiologis.

    b. Indikasi Pasien Masuk ICU Indikasi masuk ICU

    Pasien yang dalam keadaan terancam jiwanya sewaktu-waktu

    karena kegagalan atau disfungsi satu/ multiple organ atau sistem dan

    masih ada kemungkinan dapat disembuhkan kembali oleh perawatan,

    pemantauan dan pengobatan intensif. Selain itu indikasi masuk ICU ada

    indikasi sosial yaitu masuknya pasien ke ICU karena ada pertimbangan

    sosial.

    Kontra indikasi Masuk ICUyang mutlak tidak boleh masuk ICU

    adalah pasien dengan penyakit yang menular dimana penularan

    penyakit melalui udara. (contohnya : pasien dengan gangrene, TB aktif

    dll, Apapun kategori dan penyakit yang mendasarinya, tanda-tanda

    klinis penyakit kritis biasanya serupa karena tanda-tanda ini

    mencerminkan gangguan pada fungsi pernafasan, kardiovaskular, dan

    neurologi. Tanda-tanda klinis ini umumnya adalah takipnea, takikardia,

  • 27

    27

    shipotensi, gangguan kesadaran (misalnya letargi, konfusi/bingung,

    agitasi atau penurunan tingkat kesadaran).

    c. Indikasi Pasien Keluar ICU

    Kriteria keluar ICU : pasien tidak perlu lagi mendapat perawatan di

    ICU bila meninggal, tidak ada kegawatan yang mengancam jiwa

    sehingga bias dirawat di ruang biasa dan atas permintaan keluarga bila

    ada informed consent khusus darikeluarga pasien. (perhatikan hubungan

    pasien dengan yang mengajukan pulang paksa dan berikan informasi

    tentang resiko dari keputusan pasien atau keluarga). Prioritas pasien

    dipindahkan dari lCU berdasarkan pertimbangan medis oleh kepala lCU

    dan atau tim yang merawat pasien, antara rain, Penyakit atau keadaan

    pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga tidak memerlukan

    terapi atau pemantauan yang intensif rebih ranjut, Secara perkiraan dan

    perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak bermanfaat atau tidak

    memberi hasil yang berarti bagi pasien. Apalagi pada waktu itu pasien

    tidak menggunakan alat bantu mekanis khusus (seperti ventilasi

    mekanis).45

    G. Metode Penelitian

    Metode adalah cara-cara ilmiah yang digunakan untuk melaksanakan

    penelitian. Penelitian adalah usaha usaha untuk menemukan, mengembangkan

    dan menguji suatu pengalaman, yang dilaksanakan dengan metode-metode

    ilmiah.46

    Penelitian ini bermaksud untuk mengungkap dan mengetahui

    bagaimana peranan pembimbing rohani di rumah sakit.

    1. Pendekatan atau jenis penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

    kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang dilakukan

    berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara kualitatif.

    Para tokoh mendefinisikan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian

    yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

    45

    Yulianto, teori tentang ruang ICU, diakses pada tanggal 24 september 2018, melalui

    https://www.scribd.com/doc/242613475/Konsep-ICU-docx 46

    Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid 2, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989), hal,4.

  • 28

    28

    orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.47

    Dalam halini peneliti

    mencoba memahami dan menjelaskan secara deskriptif bagaimana bentuk

    atau metode yang digunakan oleh pembimbing rohani dalam

    menanggulangi kecemasan keluarga pasien tersebut, dan faktor penyebab

    adanya pendampingan terhadap keluarga pasien serta respon keluarga

    pasien terhadap bimbingan yang diberikan untuk memberikan

    pendampingan kepada keluarga pasien.

    2. Setting dan subjek Penelitian

    Setting penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum Daerah Raden

    Mattaher Jambi, yang mana rumah sakit ini merupakan salah satu rumah

    sakit yang terbesar di kota jambi yang mana di rumah sakit tersebut sudah

    ada bimbingan rohani Islam nya, yang sering kita kenal dengan

    pembimbing rohani . Subyek penelitian adalah sesuatu yang ditelitibaik

    orang,benda, ataupun lembaga (organisasi).48

    Subyek penelitian dalam

    penelitian ini adalah seseorang atau beberapa orang pembimbing rohani

    yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi tersebut,

    dan juga beberapa keluarga pasien yang sedang mengalami kecemasan.

    3. Sumber dan jenis data

    a. Sumber data

    Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari

    mana data dapat diperoleh.49

    Dalam penelitian ini menggunakan sumber

    data, yaitu:

    1) Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa

    jawaban lisan melalui wawancara, dalam hal ini dapat dibagi

    menjadi 2 bagian, yaitu:

    a) Person primer: pembimbing rohani di Rumah Sakit Umum

    Daerah Raden Mattaher Jambi.

    47

    Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta,

    2008), hal. 20-21. 48

    Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hal. 35. 49

    Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekayan Praktik, (Jakarta: PT.

    Renika Cipta, 2006), hal. 129

  • 29

    29

    b) Person sekunder: keluarga pasien dan staf pegawai lainnya.

    2) Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan

    diam atau bergerak. Dalam hal ini:

    a) Diam: denah rumah sakit, tatanan ruang, bangunan rumah

    sakit.

    b) Bergerak: kegiatan yang ada di rumah sakit, kinerja atau peran

    pembimbing rohani , dll.

    3) Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa

    huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lainnya. Dalam hal ini

    peneliti ingin memperoleh data berupa sejarah berdirinya rumah

    sakit, keadaan sarana prasarana, struktur organisasi, dan lain-lain.

    b. Jenis data

    Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat

    peneliti klarifikasikan dalam dua jenis yaitu jenis data primer dan jenis

    data sekunder.

    1) Jenis data primer, merupakan data literatur yang secara lansung

    yang terkait dengan pokok permasalahan. Yaitu jenis data tentang

    hal yang mendorong pelaksanaan bimbingan rohani Islam, tentang

    metode bimbingan rohani Islam, tentang aktifitas bimbingan rohani

    Islam, dan respon keluarga terhadap bimbingan rohani Islam.

    2) Jenis data sekunder, merupakan jenis data yang memiliki

    keterkaitan pokok permasalahan penelitian ini atau data yang

    bersifat melengkapi data primer.50

    yaitu data tentang sejarah,

    struktur, dan geografis Rumah Sakit Umum Daerah Raden

    Mattaher Jambi.

    4. Metode pengumpulan data

    a. Metode Observasi

    Observasi adalah sebuah teknik pengumpulan data yang

    mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal yang berkaitan

    50

    Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin

    IAIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi, ( Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), Hal,44-

    45.

  • 30

    30

    dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa,

    tujuan, dan perasaan.51

    Dalam hal ini penulis melakukan observasi

    terhadapproses pelaksanaan bimbingan rohani Islam yang dilakukan

    oleh pembimbing rohani terhadap keluarga pasien Dengan

    menggunakan metode observsi penulis mendapatkan data tentang

    metode-metode bimbingan rohani Islam yang digunakan pembimbing

    rohani dalam mengatasi kecemasan keluarga pasien di ruangan ICU

    Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi.

    b. Metode Wawancara

    Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua

    pihak, yaitu pewancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi

    pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi

    jawaban atas pertanyaan itu.52

    Dalam metode ini penulis melakukan

    wawancara terhadap subyek penelitian yaitu pembimbing rohani

    serta keluarga pasien di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah

    Raden Mattaher Jambi. Penulis telah mempersiapkan panduan

    wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait metode dan

    bagaimana hasil bimbingan rohani Islam dalam mengatasi kecemasan

    kepada keluarga pasien di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah

    Raden Mattaher Jambi.

    Dengan metode wawancara penulis mendapatkan data yang

    valid mengenai metode-metode bimbingan rohani Islam yang

    meliputi : waktu pelaksanaan, petugas pelaksana, dan materi-materi

    yang diberikan dan hasilnya dalam memberikan pendampingan untuk

    menanggulangi kecemasan keluarga pasien.

    c. Metode dokumentasi

    Dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang

    menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan

    masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah

    51

    Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 63. 52

    Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, hal. 127.

  • 31

    31

    dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode ini hanya mengambil data

    yang sudah ada.53

    Melalui metode dokumentasi penulis mendapatkan

    data hardcopy mengenai profil, sejarah, visi, misi, tugas, motto,

    pelayanan dan struktur organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Raden

    Mattaher Jambi.

    5. Analisis data

    Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

    sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk

    meningkatkan pemahaman peneliti dan menyajikan sebagai temuan bagi

    orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis

    perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna.54

    Analisis data ini

    meliputi kegiatan pengurutan dan pengorganisasian data, pemilahan

    menjadi satu-satuan tertentu, sintesis data pelaksanaan pola, penemuan

    hal-hal yang penting dan dipelajari serta menentukan apa yang harus

    dikemukakan kepada orang lain.

    Analisis data dalam penelitian kualitatif pada dasarnya dimulai

    sejak pengumpulannya, yaitu setelah empat atau lima kali pengumpulan

    data. Analisisnya dapat diupayakan dengan apa yang disebut reduksi data

    (data reduction), yaitu proses pemilahan dan pemusatan perhatian

    penelitian melalui seleksi yang ketat terhadap fokus yang dikaji lebih

    lanjut. Tujuan akhir reduksi tersebut untuk memahami data yang telah

    dikumpulkan dan memikirkan peluang-peluang pengumpulan data

    berikutnya. Begitu seluruh data yang diperlukan telah selesai

    dikumpulkan, semuanya dianalisis lebih lanjut dan lebih intensif meliputi

    kegiatan pengembangan sistem ketegori pengkodean, penyortiran data dan

    penyajian data.

    53

    Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, hal. 158. 54

    Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996)

    hal, 104

  • 32

    32

    6. Pengecekan keabsahan data

    Untuk memperoleh data yang terpercaya dan dapat dipercaya, maka

    peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data melalui empat

    cara. Yakni:

    a. Perpanjangan keikutsertaan

    Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat

    keikutsertaan peneliti di lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam

    upaya mendektesi dan memperhitungkan penyimpangan yang

    mungkin mengurangi keabsahan data, karena kesalahan penilaian data

    oleh peneliti atau responden, disengaja atau tidak sengaja.55

    b. Ketekunan pengamatan

    Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan

    pengamatan secara teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap faktor-

    faktor yang menonjol dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut

    selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti dapat memahami faktor-faktor

    tersebut.56

    c. Trianggulasi

    Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data

    yang memanfaatkan sesuatu di luar data pokok, untuk keperluan

    pengecekan reabilitas data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat

    perbandingan berbagai data yang diperoleh dari berbagai

    informan.Terdapat empat macam teknik yaitu teknik pemeriksaan

    menggunakan sumber, metode, penyidik dan teori.

    d. Diskusi dengan teman sejawat

    Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan

    melakukan diskusi dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa

    data yang diterima benar-benar real dan bukan semata persepsi

    sepihak dari peneliti atau informan. Melalui cara tersebut peneliti

    55

    Lexy Meleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996),

    hal, 6. 56

    Lexy Meleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, 117.

  • 33

    33

    mengharapkan mendapatkan sumbangan, masukan, dan saran yang

    berharga dan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.

    H. Studi Relevan

    pada bagian studi relevanini akan disebutkan beberapa penelitian yang

    sudah ada sebelumnya dan ada hubungannya dengan penelitian yang akan

    dilakukan. Berikut ini adalah penelitian yang relevan dan memiliki

    hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan:

    1. Skripsi dari Nunung Sintianita yang berjudul “Penanganan Kasus

    Kecemasan Melalui Terapi Do’a (Studi Pada Pasien RSI Hidayatullah

    Yogyakarta)”. Penelitian ini berfokus pada satu metode yaitu terapi do’a

    dalam menangani kecemasan pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah

    Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini terapi do’a mampu mengatasi

    kecemasan pada pasien dan memperkuatmentalsehinggapasien

    mempunyai harapan untuk sembuh dan senantiasa bertawakal kepada

    AllahSWT.57

    2. Skripsi dari Utami Budi Wahyuni yang berjudul “Upaya Bidang

    Kerohanian dalam Membantu Penyembuhan Pasien di Rumah Sakit

    Islam Klaten”. Penelitian ini membahas tentang upaya-upaya yang

    dilakukan oleh pembimbing rohani dalam membantu kesembuhan

    pasien. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut adalah melalu terpi do’a.

    Hasil dari penelitian ini adalah pasien merasakan perasaan optimis,

    ketenangan batin, keharmonisan, serta rasa aman dengan tetap

    berpegang teguh kepada ajaran agamaIslam.58

    3. Skripsi dari Eka Haswanti yang berjudul “Aktivitas Bimbingan Rohani

    Sebagai Upaya Bantuan Penyembuhan Pasien di Rumah Sakit PKU

    Muhammadiyah Surakarta”. Penelitian ini membahas tentang metode-

    metode bimbingan rohani, bentuk layanan bimbingan rohani, materi

    57

    Nunung Sintianita, “Penanganan Kasus Kecemasan Melalui Terapi Do’a (Studi Pada

    Pasien RSI Hidayatullah Yogyak arta)”, Skripsi (Yogyakarta: Program Studi Bimbingan dan

    Konseling Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2004). 58

    Utami Budi Wahyuni, Upaya Bidang Kerohanian dalam Membantu Penyembuhan

    Pasien di Rumah Sak it Islam Klaten, Skripsi (Yogyakarta: Program Studi Bimbingan Konseling

    Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga,2008).

  • 34

    34

    bimbingan rohani, serta factor-faktor pendukung dan penghambat

    pelaksanaan bimbingan rohani dalam membantu penyembuhan pasien di

    Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini

    adalah pasien menjadi semakin bersemangat untuk bias sembuh dan

    memiliki perasaan tenteram dantenang.59

    Dari beberapa penelitian sebelumnya dapat dilihat bahwa

    bimbingan rohani yang dilakukan hanya berfokus kepada upaya

    penyembuhan terhadap pasien secara umum. Sedangkan pada penelitian

    ini bimbingan rohani Islamakan berfokus kepada upaya memberikan

    pendampingan untuk menanggulangi kecemasan pada keluarga pasien di

    Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi.

    59

    Eka Haswanti, Ak tivitas Bimbingan Rohani di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

    Surak arta, Skripsi (Yogyakarta: Program Studi Bimbingan Konseling Islam, Fakultas

    Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, 2005).

  • 35

    BAB II

    PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN

    MATTAHER JAMBI

    A. Sejarah dan Perkembangan

    RSUD Jambi berdiri pada tahun 1948 dengan tipe C dan bergabung

    dengan Dinas Kesehatan Tentara (DKT). Pada tanggal 19 November 1972

    dipindahkan ke Jl. Letjen Soeprapto no.31 Telanaipura Jambi. Rumah sakit

    ini dibangun di atas tanah seluas 75.000 M2 dengan luas bangunan + 28.163

    M2. Rumah Sakit Daerah Umum Raden Mattaher Provinsi Jambi semula

    namanya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi jambi, dan kemudian

    pada bulan november 1999 bertepatan dengan hari Kesehatan Nasional 1999,

    rumah sakit ini diberi nama salah seorang Pahlawan Jambi yaitu Raden

    Mattaher. RSUD Raden mattaher merupakan rumah sakit kelas B non

    pendidikan dengan kapasitas 311 tempat tidur. Pada bulan november 2009

    statusny berubah menjadi tipe B pendidikan. Dengan diberlakukannya

    Peraturan Daerah (PERDA) No.10 Tahun 2001 tentang RS Unit Swadana

    maka sejak Januari 2002 RSD Raden Mattaher Jambi berlaku sebagai RS Unit

    Swadana.

    Berdasarkan Perda Nomor 13 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata

    Kerja Rumah Sakit Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi, sebagai

    pengganti Perda No.13 Tahun 1994. Kedudukan RSUD Raden Mattaher

    Provinsi Jambi merupakan Lembaga Taknis Daerah sebagai unsur penunjang

    Pemerintah Daerah, dipimpin oleh seorang Direktur dan bertanggung jawab

    kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

    RSU Raden Mattaher Jambi merupakan satu dari sekian Rumah Sakit

    milik Pemprop Kota Jambi yang bermodel RSU, dikelola oleh Pemda

    Provinsi dan termuat kedalam Rumah Sakit Tipe B. Rumah Sakit ini telah

    teregistrasi mulai 08/08/2012 dengan Nomor Surat Izin 198/Kep.

    Gub/Kesramas/2011 dan Tanggal Surat Izin 08/04/2011 dari Gubernur Jambi

  • 36

    36

    dengan Sifat Perpanjang, dan berlaku sampai 5 tahun.60

    Setelah melaksanakan

    Proses Akreditasi Rumah sakit Seluruh Indonesia dengan proses Pentahapan

    II (12 Pelayanan) akhirnya ditetapkan status Akreditasi Rumah Sakit.

    B. Letak geografis RSUD Raden Mattaher Jambi

    Gambar 2.1

    Letak Geografis RSUD Raden Mattaher Jambi.

    Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi ini bertempat

    di Jl. Letjen Suprapto 31, Jambi, Kota Jambi, Indonesia. Rumah sakit ini

    dibangun di atas tanah seluas 75.000 M2 dengan luas bangunan + 28.163

    M.

    RSUD Raden Mattaher Jambi berbatasan dengan:

    Utara : Jl. Dr. Syahrial Rahman

    Selatan : Jl. MT Haryono

    Timur : Jl. Letjen Suprapto

    Barat : Jl. Letjen Soetoyo

    60

    Dokumentasi, Sejarah RSUD Raden Mattaher Jambi, 2018. 5.

  • 37

    37

    C. Visi, Misi dan Moto

    1. Visi

    Rumah Sakit Pilihan Dengan Pelayanan Kesehatan Paripurna Dan

    Rumah Sakit Pendidikan Yang Berkualitas.61

    2. Misi

    a. Mengembangkan pelayanan kesehatan unggulan dan paripurna serta

    memberikan pelayanan kesehatan individu yang berkeadilan sesuai

    standar.

    b. Mewujudkan kecukupan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan

    untuk menjamin kepastian pelayanan dan pendidikan kesehatan.

    c. Menyelenggarakan adminitrasi dan pengelolaan keuangan secara

    transparan, akuntabel dan terintegrasi serta mengembangkan Sistem

    Informasi Manajemen Rumah Sakit yang terintegrasi.

    d. Mewujudkan Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher sebagai

    Rumah Sakit Pendidikan yang terakreditasi melalui penyelenggaraan

    pendidikan, pelatihan dan penelitian untuk menghasilkan tenaga

    kesehatan yang berkualitas.

    3. Moto

    Kesembuhan paripurna adalah pengabdian kami

    Disiplin kerja keras adalah dasar karya kami

    Pengembangan ilmu teknologi kedokteran dan perawatan ada