Tafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus pdf

16
Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia Dosen Pembimbing : Dr. Abdul Rouf, Lc, MA HASRUL INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA FAKULTAS USHULUDDIN IV Tahun Akademik 2011 - 2012 TAFSIR QURAN KARIM KARYA MAHMUD YUNUS

description

Mahmud Yunus adalah buah hati dari pasangan Yunus B. Incek dan Hafsah binti Imam Sami’un. Beliau dilahirkan pada hari sabtu tanggal 30 Ramadhan 1316 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 10 Februari 1899 Masehi di desa Sunggayang, Batusangkar, Sumatera Barat. Mahmud Yunus tumbuh dan berkembang dari keluarga sederhana yang taat beragama. Ayahnya seorang petani biasa dari suku Mandahiling dan ibunya yang biasa dipanggil dengan Posa berasal dari suku Chaniago

Transcript of Tafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus pdf

Sejarah dan Perkembangan Tafsir di Indonesia

Dosen Pembimbing :

Dr. Abdul Rouf, Lc, MA

HASRUL

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA

FAKULTAS USHULUDDIN IV

Tahun Akademik 2011 - 2012

TAFSIR QURAN KARIM

KARYA MAHMUD YUNUS

TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS

Ushuluddin IV 2

Sejarah dan Perkembangan

Tafsir di Indonesia

Pendahuluan

Studi-studi keagamaan Islam di Asia Tenggara khususnya di Indonesia memiliki

peranan penting dan telah memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Hal ini Nampak pada

berbagai torehan bersejarah para Cendekiawan dan Ulama dalam berbagai literatur disiplin

ilmu. Pada abad ke-16, bahkan mungkin sebelumnya telah ada tulisan-tulisan para Ulama

yang didistribusikan secara luas.

Howard M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia bahkan

menyatakan bahwa menjelang abad ke-12 telah ada pusat-pusat studi di daerah Aceh,

Palembang di pulau Sumatera, Jawa Timur dan Gowa di Sulawesi yang telah menghasilkan

tulisan-tulisan penting dan telah menarik para siswa untuk belajar. Analisisnya menunjukkan

bahwa pemikiran Islam bangsa Indonesia pada waktu itu memperhatikan masalah-masalah

doktrin. Pada masa-masa berikutnya sampai abad ke-20, muncul juga tulisan-tulisan yang

yang pandangannya berbau mistik, sementara sebagian lainnya berfokus pada

masalah tingkah laku, perbuatan baik serta pengungkapan kembali kisah-kisah, balada dan

cerita-cerita pertualangan yang menggunakan simbol-simbol Islam.1 Salah satu karya utama

dari perjalanan sejarah ini ialah kegiatan penerjemahan dan penafsiran al-Quran.

Perkembangan penafsiran al-Quran agak berbeda dengan perkembangan yang terjadi

di dunia Arab yang merupakan tempat turunnya al-Quran. Oleh karena itu, proses

pemahaman al-Quran terlebih dahulu dimulai dengan penerjemahan al-Quran ke dalam

bahasa Indonesia baru kemudian dilanjutkan dengan penafsiran yang lebih luas dan rinci.2

Perlu diketahui bahwa pada perkembangan awal, para Mufassir belum mendokumentasikan

penafsirannya dalam bentuk buku. Hal ini dimaklumi karena para mufassir ketika itu

sekaligus sabagai juru dakwah yang berperan dalam menyebarkan Islam sehingga

kesempatan untu menulis belum terpikirkan . Karena itu, hasil penafsiran mereka hanya

berkembang secara lisan. Menjelang abad ke-17, tradisi pembukuan tafsir baru dilakukan

yang dipelopori oleh Abdul Rouf Singkel dengan tafsirnya, Tarjuman al-Mustafid.

Perkembangan cara penerjemahan dan penafsiran al-Quran ke dalam bahasa

Indonesia terdiri dari tiga generasi,3 yaitu:

Generasi Pertama, dimulai kira-kira pada awal abad ke-20 hingga awal tahun 1960-an,

Generasi kedua, dimulai sejak pertengahan tahun 1960-an hingga menjelang tahun

1970-an, dan

Generasi ketiga, terhitung setelah tahun 1970-an hingga sekarang.

Sesuai dengan kategorisasi Federspiel diatas, maka salah satu karya terjemah dan

tafsir di Indonesia yang tergolong dalam generasi kedua adalah Tafsir Quran Karim karya

Mahmud Yunus, seorang ulama kelahiran Sumatera bagian barat. Inilah yang akan menjadi

topik utama dalam tulisan ini. Mudah-mudahan dapat menjadi satu tambahan referensi baru

dalam memahami tradisi penafsiran al-Quran di Indonesia.

1 Howard M. Federspiel (1996), Kajian al-Quran di Indonesia terjemahan Tajul Arifin dari judul asli

Popular Indonesia Literature of the Quran, Bandung: Mizan, hal. 17-18 2 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”,

Jakarta: LEKAS, hal. 80 3 Howard M. Federspiel (1996), hal. 129

TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS

Ushuluddin IV 3

Sejarah dan Perkembangan

Tafsir di Indonesia

A. RIWAYAT HIDUP MAHMUD YUNUS

a) Latar Belakang Kehidupan Mahmud Yunus

Mahmud Yunus adalah buah hati dari pasangan Yunus B. Incek dan Hafsah binti

Imam Sami’un. Beliau dilahirkan pada hari sabtu tanggal 30 Ramadhan 1316 Hijriyah

bertepatan dengan tanggal 10 Februari 1899 Masehi di desa Sunggayang, Batusangkar,

Sumatera Barat.4 Mahmud Yunus tumbuh dan berkembang dari keluarga sederhana yang taat

beragama. Ayahnya seorang petani biasa dari suku Mandahiling dan ibunya yang biasa

dipanggil dengan Posa berasal dari suku Chaniago.5

Walaupun dilahirkan dari keluarga yang sederhana, namun mempunyai nuansa

keagamaan yang kuat. Ayah Mahmud adalah bekas pelajar surau dan mempunyai ilmu

keagamaan yang cukup memadai sehingga dia diangkat menjadi Imam Nagari. Adapun Ibu

Mahmud adalah seorang buta huruf karena tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah

sebab pada waktu itu di desanya belum ada sekolah desa. Walaupun demikian ia dibesarkan

dalam lingkungan yang Islami. Kakek Hafsyah adalah seorang ulama yang cukup dikenal,

bernama Syekh Muhammad Ali yang dimasyhurkan masyarakat dengan Tuanku Kolok.

Pekerjaan Hafsah sehari-hari adalah bertenun. Ia mempunyai keahlian menenun kain yang

dihiasi benang emas, yaitu kain tradisional Minangkabau yang dipakai pada upacara-upacara

adat.6

Pada saat Mahmud Yunus masih balita, Ayah dan Ibunya bercerai. Ia ikut Ibunya

dan hanya sesekali Ayahnya menjenguknya. Itu sebabnya pada usia tujuh tahun (1906),

Mahmud Yunus mulai belajar al-Quran pada sang Kakek, Engku Gading yang mendirikan

sebuah Surau (semacam pesantren di Jawa).7

b) Pribadi Mahmud Yunus

Sejak kecil, Mahmud Yunus dikenal dengan anak yang cerdas. Bila dimalam hari

diceritakan hikayat atau cerita yang menjadi salah satu kesanyangannya, siangnya ia sudah

bisa menceritakan kembali dengan sempurna. Situasi sosial yang melatarbelakangi

kehidupannya telah membentuk karakternya menjadi sosok yang ikut mengisi perjalanan

sejarah. Ia telah berfikir dan berbuat untuk menjawab problema sosial, bangsa dan agamanya

dengan memilih jalur pendidikan sebagai sisi yang ia anggap paling strategis pada waktu itu.

Kecermelangan Mahmud Yunus dalam menerima pelajaran diakui oleh para Ustadz

yang mengajarnya. Ketika usianya baru 16 tahun yaitu tahun 1917, Mahmud sudah mampu

mengajar beberapa kitab, antar lain al-Mahally, al-Fiyah ibn Aqil dan Jam’al Jawami.

Pengalaman ini menjadi bekal yang sangat berharga bagi beliau ketika melanjutkan

pendidikannya terutama ketika belajar di al-Azhar, Kairo.8 Mahmud Yunus memiliki jasa

yang sangat besar dalam meningkatkan sistem pendidikan yang masih dapat dirasakan

sampai saat ini.

4 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan Islam”,

Jakarta: LEKAS, hal. 5 5 Malta Rina (2011), Artikel: “Pemikiran dan Karya-karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus tentang

Pendidikan Islam”, Sumatera Barat, hal. 2 6 Malta Rina (2011), hal. 3 7 Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani

Press, Cet I, hal. 85-86 8 Herry Muhammad, dkk (2006), hal. 86

TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS

Ushuluddin IV 4

Sejarah dan Perkembangan

Tafsir di Indonesia

c) Keluarga Mahmud Yunus

Mahmud Yunus merupakan satu-satunya anak laki-laki dalam keluarganya dan hanya

memiliki satu adik perempuan, yaitu Hindun. Mahmud mempunyai lima orang istri,9 yaitu:

Istri pertamanya bernama Hj. Darisah binti Pangeran dari Payakumbuh dan mempunyai

satu orang anak laki-laki yang bernama Prof. Dr. H. Kamal Mahmud, SH yang lahir pada

tahun 1923.

Istri kedua bernama Hj. Djawahir yang juga berasal dari Payakumbuh dan mempunyai

lima orang anak yaitu Hj. Djawanis, Hafni, H. Fachrudin, Drs.H. Hamdi dan Elly.

Istri yang ketiga adalah Karniah dan mempunyai satu orang anak yang bernama Amlas.

Ketiga istri Mahmud Yunus tersebut dinikahinya sebelum ia berangkat ke Mesir, maka

pada waktu ia pergi belajar ke Mesir Mahmud menceraikan istri yang pertama yaitu

Darisah binti Pangeran.

Istrinya yang keempat yang bernama Hj. Nurjani binti Jalil dari Padang dengan

anak-anaknya bernama Fachri Mahmud, SH yang lahir tahun 1932, Hj. Suraiya,

Dr. Neszli Harmaini, Hj. Sufna, dan Ir. Fachran. Mahmud Yunus menikahi Hj. Nurjani

setelah beliau kembali dari Mesir.

Sedangkan Istri Mahmud Yunus yang kelima adalah Hj. Darisah binti Ibrahim yang

mempunyai enam orang anak yang bernama Sufni (meninggal pada waktu masih

bayi) yang lahir tahun 1939, Drs. H Yunus Mahmud lahir tanggal 29 November

1940, Dr. H Hamdi lahir taggal 3 Oktober 1942, Hj. Elina lahir tanggal 1 Februari 1946,

Mahdiarti lahir tanggal 6 Maret 1948 dan Chairi lahir tanggal 17 Januari 1951.

Hj. Darisah binti Ibrahim ini merupakan anak dari mamaknya Mahmud sendiri yaitu

H. Ibrahim Dt. Sinaro Sati.

Berdasarkan data diatas, dari lima istri Mahmud Yunus, beliau memiliki anak

sebanyak 18 orang.

d) Perjalanan Mahmud Yunus Menuntut Ilmu

Sejak kecil, Mahmud Yunus didik dalam lingkungan agama dan tidak pernah masuk

ke sekolah umum. Belajar mengaji di surau adalah jalur pendidikan awal yang ditempuh oleh

beliau. Ia belajar dengan kakeknya sendiri, Muhammad Thahir bin Muhammad. Mahmud

mulai mengaji di surau kakeknya ketika berusia 7 tahun dan dalam waktu kurang dari satu

tahun ia dapat menamatkan al-Quran. Mahmud pun dipercaya oleh kakeknya menjadi Guru

Bantu untuk mengajari anak-anak yang menjadi pelajar pemula sambil ia mempelajari

dasar-dasar tata bahasa Arab dengan kakeknya.

Mahmud sempat masuk sekolah rakyat walaupun hanya betah sampai kelas tiga.

Tahun 1908 M, ia memutuskan keluar karena pelajaran terlalu sering diulang dan

menjemukkan baginya. Pada saat yang bersamaan, H.M. Thaib Umar mendirikan Madrasah

School di Surau Tanjung Pauh. Tahun 1908, Mahmud pun dimasukkan oleh Ayahnya ke

madrasah school tersebut. Di madrasah ini, ia belajar nahwu, sharaf, bahasa Arab dan

matematika.10

9 Malta Rina (2011), Artikel: “Pemikiran dan Karya-karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus tentang

Pendidikan Islam”, Sumatera Barat, hal. 6 10 Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani, hal. 198

TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS

Ushuluddin IV 5

Sejarah dan Perkembangan

Tafsir di Indonesia

Sejarah mencatat bahwa H.M Thaib Umar amat berpengaruh terhadap pembentukan

keilmuan Mahmud Yunus. Melalui karya-karya gurunya itu, Mahmud dapat menyerap

semangat pembaruan demi peningkatan kesejahteraan umat dan perkembangan Islam.11

Kedekatan Yunus secara pribadi dengan Thaib Umar membawanya ke forum rapat akbar

Ulama Minangkabau pada tahun 1919 M di padang panjang. Ia datang menghadiri

perkumpulan tersebut sebagai perwakilan H.M Thaib Umar. Setelah itu, ia membentuk

perkumpuulan pelajar Islam di Sunggayang bernama Sumatera Thawalib pada tahun 1920 M.

Kegiatan perkumpulan ini beragam, dainataranya menerbitkan Majalah al-Basyir. Di media

ini, Yunus didaulat sebagai pemimpin Redaksi.12

Ilmu pengetahuan Mahmud Yunus kurang menonjol dalam bidang adat Minangkabau,

sehingga H. Ibrahim Dt. Sinaro Sati (Saudara sepupu Ibu Mahmud) menginginkan arahan

agama untuk kemenakannya. Melihat perkembangan Mahmud dari kecil, maka Ibrahim pun

membantu biaya pendidikan Mahmud Yunus. Bahkan dia tak berkeberatan menanggung

semua biaya yang diperlukan untuk keperluan itu hingga Mahmud dapat melanjutkan

pelajarannya ke tingkat yang lebih tinggi.13

Begitu pun Ibunya sendiri yang bekerja sebagai

ahli penenun dengan benag emas selalu memberikan dukungan khususnya secara ekonomi.

Mahmud Yunus dibawah asuhan H.M Thaib Umar mempelajari beragam kitab.

Antara lain, Fath al-Qarib, Iqna’, Fath al-Wahhab, Fath al-Muin, Alfiyah Ibnu Aqil,

asymuni, Taftazani, Umm al-Barahin, Balaghah kitab al-Jauhar al-Maknun, Talkhish, jam’u

al-Jawami, Ihya Ulumuddin dan Minhaj al-A’bidin. Karena itulah, dalam usia 16 tahun

Mahmud Yunus sudah dapat Mengajarkan al-Mahalli, Al-fiyyah Ibn Aqil dan Jam’u

al-Jawami.14

Pada tahun 1924 M, Mahmud Yunus mendapat kesempatan belajar di Universitas

al-Azhar, Kairo. Di sana ia mempelajari ilmu ushul fiqh, ilmu tafsir, fikih Hanafi dan

sebagainya. Hanya dalam tempo setahun, dia berhasil mendapatkan Syahadah Alimiyah dari

al-Azhar dan menjadi orang Indonesia kedua yang memperoleh predikat itu. Setelah lulus

dari al-Azhar, Mahmud merasa bahwa ilmu yang didapatkannya hanya tentang Agama dan

Bahasa. Maka ia pun tertarik untuk melanjutkan studinya guna mempelajari ilmu

pengetahuan umum. Ia pun masuk ke universitas Darr al-Ulum, Mesir dan tercatat sebagai

orang Indonesia pertama yang masuk Darr al-Ulum. Kuliah Mahmud Yunus berakhir dengan

lancar, tahun 1929, ia berhasil memperoleh diploma dengan spesialisasi di bidang

pendidikan.15

Setelah itu, dia kembali ke kampung halamannya di Sunggayang Batusangkar.

Gerakan pembaruan di Minangkabau saat itu makin berkembang dan keadaan tersebut

menggembirakan Mahmud Yunus untuk menghembuskan angin perubahan. Beliau memiliki

harapan yang besar untuk menyampaikan segala pengetahuan yang telah didapatnya setelah

meninggalkan kampung halamannya kurang lebih 6 tahun.

11 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan

Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 5 12 Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani, hal. 198 13 Malta Rina (2011), Artikel: “Pemikiran dan Karya-karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus tentang

Pendidikan Islam”, Sumatera Barat, hal. 4-5 14 Sulaiman Ibrahim (2011), hal. 7-8 15 Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani

Press, Cet I, hal. 86

TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS

Ushuluddin IV 6

Sejarah dan Perkembangan

Tafsir di Indonesia

e) Karir Mahmud Yunus dalam Dunia Pendidikan

Diantara karir kependidikan Mahmud Yunus ialah sebagai berikut:16

Memimpin al-Jami’ah al-Islamiyyah di Sunggayang

Mahmud Yunus sekembalinya dari Mesir, ia kemudian mendirikan dua pendidikan

Islam pada tahun 1931 yang salah satunya adalah al-Jami’ah al-Islamiyyah di Sunggayang.

Namun sanagat disayangkan al-Jami’ah al-Islamiyyah gulung tikar pada tahun 1933 karena

kekurangan tenaga pengajar.

Memimpin Normal Islam di Padang

Normal Islam (Kulliyyatul Mu’allimin al_Islamiyyah) didirikan di Padang oleh

Mahmud Yunus bersama kerabatnya yang bergabung Persatuan Guru-Guru Agama Islam

(PGAI) pada bulan April 1931. Madrasah ini dimaksudkan untuk mendidik calon guru.

Memimpin Sekolah Islam Tinggi (SIT) di Padang

Mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) dan sekaligus menjadi dekannya

(1957-1960)

Pada tahun 1960, ADIA dilebur dengan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) dan

namanya berubah menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang kini menjadi Universitas

Islam Negeri (UIN) Yogyakarta.

Mendirikan dan Memimpin Sekolah Menengah Islam (SMI) di Bukittinggi

Tahun 1960, diangkat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Memimpin IAIN Imam Bonjol di Padang

Pada 20 nevember 1966, IAIN Imam Bonjol berdiri di Padang, Sumater Barat dan

Mahmud Yunus diangkat menjadi Rektor sampai pension pada tahun 1970

f) Gagasan dan Perjuagan Mahmud Yunus

Salah satu tokoh pembaru itu yang melakukan penyesuaian dengan memasukkan ilmu

umum dalam kurikulum pendidikan Islam adalah Mahmud Yunus. Untuk lebih lanjut

mengenai mengenai gagasan-gagasan dan perjuanagan Mahmud Yunus akan diuraikan

dibawah ini, diantaranya:

Pembaharuan Metode Pengajaran Agama Islam dan Bahasa Arab

Mahmud Yunus mencurahkan dirinya untuk mengerahkan potensi, gagasan dan

perjuangannya dalam bidang pendidikan Islam. Ini terlihat dari beberapa kiprahnya dalam

memajukan pendidikan agama Islam sebagai yang telah dikemukakan diatas. Beliau

menerapkan metodologi baru dalam pengajaran Bahasa Arab dan ilmu-ilmu keislaman

lainnya dengan memadukannya dengan ilmu pengetahuan umum dengan bingkai akhlak

al-karimah.

Mahmud Yunus adalah peletak dasar pengajaran Bahasa Arab di Indonesia. Ia

menekankan pengajaran bahasa Arab karena merupakan pintu masuk mempelajari ilmu-ilmu

keislaman lainnya. Ia dikenal sebagai pendidik yang memadukan antara konsep dan praktik.

Pondok Pesantren Darussalam Gontor di Ponorogo, Jawa Timur merupakan pesantren diluar

Sumatera yang pertama kali menerapkan metodologi pengajaran Mahmud Yunus.17

16 Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani

Press, Cet I, hal. 87-91 17 Herry Muhammad, dkk (2006), hal. 90

TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS

Ushuluddin IV 7

Sejarah dan Perkembangan

Tafsir di Indonesia

Memasukkan Pelajaran Agama ke Kurikulum Sekolah Pemerintah

Salah satu kepeloporan Mahmud Yunus yang hingga saat ini hampir-hampir

dilupakan oleh sejarah adalah usaha yang dilakukannya untuk menempatkan mata pelajaran

agama Islam dalam kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah pemerintah. Di masa

pemerintahan Jepang, tepatnya pada tahun 1943 Mahmud Yunus terpilih mewakili Majlis

Islam Tinggi (MIT) sebagai penasehat Residen (Syu-Cho-Kan) di Padang. Kedekatan

Mahmud Yunus dengan pemerintahan inilah yang kemudian dia manfaatkan agar pendidikan

agama Islam diberikan di sekolah-sekolah pemerintah. Usulan Mahmud ini dapat

dipertimbangkan oleh Jepang untuk diterima. Sejak saat itu pelajaran agama Islam diberikan

di sekolah-sekolah pemerintah pada waktu itu dan sekaligus Mahmud Yunus diangkat

menjadi pengawas pendidikan agama pada pemerintahan Jepang. Pada waktu yang

bersamaan ia juga memimpin Normal Islam di Padang.18

Upaya untuk memasukkan mata pelajaran agama Islam ke dalam kurikulum

pendidikan umum (pemerintah) juga dilakukan oleh Mahmud Yunus setelah kemerdekaan.

Melalui proses yang panjang maka usaha tersebut berhasil keluarnya peraturan tentang

pendidikan agama Islam telah masuk dengan resmi ke sekolah-sekolah negeri dan berlaku

juga untuk sekolah-sekolah partikelir, mulai dari SR, SMP, SMA dan sekolah-sekolah

kejuruan.

Memperjuangkan Sekolah Agama Pemerintah dan Merintis IAIN

Pada tanggal 1 September 1950 Mahmud diangkat menjadi Kepala Penghubung

antara pusat Kementerian Agama RIS dan pusat Kementerian RI Yogyakarta. Dalam

jabatan inilah Mahmud lebih banyak berhasil mengajukan rencana-rencana pendidikan

agama Islam diantaranya seperti yang telah disebutkan diatas. Hal ini juga terbukti dengan

keluarnya peraturan bersama Menteri PP & K dan Menteri Agama tentang PTAIN (1951)

serta keluarnya keputusan Menteri PP & K dengan persetujuan Menteri Agama tentang

penghargaan ijazah-ijazah madrasah. Rangkaian usaha Mahmud Yunus selama memegang

jabatan tersebut yang telah membawa prospek lebih baik bagi pendidikan agama di Indonesia

pada umumnya.19

Didirikannya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) juga tidak dapat dipisahkan dari

usaha yang dilakukan oleh Mahmud Yunus. Pada waktu ia menjabat sebagai Dekan Akademi

Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta, Muncul ide dari Mahmud Yunus untuk

menyatukannya dengan Perguruan Tinggi Agama Islam ( PTAIN) di Yogyakarta yang

sebelumnya sudah terbentuk juga. Respon Menteri Agama yang pada waktu itu

dijabat oleh K.H. Wahib Wahab sangat menyetujui usulan tersebut. Dengan demikian,

keluarlah Peraturan Presiden Nomor Tahun 1960 tentang pendirian Institut Agama Islam

Negeri (IAIN).20

18 Irhash A. Shamad (http://irhashshamad.blogspot.com), Tokoh Pendidikan Islam : Prof. Dr. H.

Mahmud Yunus, (1899-1982) 19 Ibid, No. 18 20 Ibid, No. 18

TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS

Ushuluddin IV 8

Sejarah dan Perkembangan

Tafsir di Indonesia

B. KIPRAH MAHMUD YUNUS DALAM MENAFSIRKAN AL-QURAN

Karya Mahmud Yunus yang paling monumental dan memiliki pengaruh yang luas

ialah Tafsir Quran Karim. Usaha beliau dalam menerjemahkan dan menafsirkan al-Quran

merupakan langkah yang cukup berani. Kegiatan penerjemahan dan penafsiran al-Quran

selain bahasa arab pada waktu itu belum dapat diterima oleh semua Ulama bahkan ada yang

menganggap hukumnya haram. Mahmud Yunus melakukan terobosan ini sekitar akhir tahun

1922 Masehi yang merupakan bukti bahwa ia benar-benar mahir dalam bahasa Arab.

Menurut Howard M. Federspiel, ada 3 kitab Tafsir yang cukup representatif untuk

mewakili tafsir-tafsir generasi kedua (Tahun 1960-an hingga menjelang tahun 1970-an),21

yaitu:

1) Tafsir al-Furqan, karya Ahmad Hassan

2) Tafsir al-Quran Karya Hamidy, dan

3) Tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus

Ketiga Tafsir diatas berawal dari karya-karya penting pada generasi penerjemahan

pertama pada 25 tahun kedua abab ke-20. Adapun pada uraian berikut akan menyajikan

sekilas tentang tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus.

a) Eksistensi Tafsir Quran Karim Karya Mahmud Yunus

Tafsir Quran Karim menurut keterangan penulisnya merupakan hasil penyelidikan

selama kurang lebih 53 tahun, yaitu sejak penulisnya berusia 20 tahun hingga 73 tahun.

Dalam rentang waktu yang cukup lama ini, reaksi keras dan protes terus bermunculan,

baik dari kalangan umat Islam secara umum maupun dari kalangan ulama terkemuka

sekalipun. Hal ini disebabkan kegiatan penfsiran ketika itu dianggap sebagai perbuatan

langka yang diharamkan. Ada dua ulama besar yang masing-masing dari Yogyakarta

dan Jatinegara yang pernah melakukan protes tertulis agar apa yang diupayakan

Mahmud Yunus dihentikan.22

Penulisan Tafsir Quran Karim dimulai pada tahun 1922 dan berhasil diterbitkan untuk

juz pertama, kedua dan ketiga. Pada tahun 1924, Usaha penulisan untuk sementara waktu

berhenti karena penulisnya memutuskan melanjutkan pendidikan ke al-Azhar, Mesir. Satu

pelajaran penting yang penulis dapatkan disana ialah kobolehan menerjemahkan al-Quran

dan bahkan dianjurkan agar bangsa asing yang tidak mengetahui bahasa Arab dapat

memahaminya juga. Setelah penulis dalam hal ini Mahmud Yunus telah menempuh

pendidikan di al-Azhar dan Darr al-Ulum, ia pulang ke Indonesia dan kembali melanjutkan

usahanya untuk menafsirkan al-Quran.23

Mahmud Yunus melanjutkan usaha ini pada tahun 1354 H / 1935 M dan yang

terpenting pada saat itu ialah ia berikan nama Tafsir Quran Karim. Kegiatan penafsiran

tersebut diterbitkan 1 juz tiap 2 bulan. Adapun dalam menerjemahkan juz 7 sampai juz 18

dibantu oleh AlMarhum H.M.K. Bakry. Pada bulan april 1938 tammatlah 30 juz.24

21 Howard M. Federspiel (1996), Kajian al-Quran di Indonesia terjemahan Tajul Arifin dari judul asli

Popular Indonesia Literature of the Quran, Bandung: Mizan, hal. 129 22 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan

Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 84 23 Mahmud Yunus (1981), Tafsir Quran Karim, Jakarta: PT Hidakarya Abang, Pendahuluan,

hal. III 24 Mahmud Yunus (1981), Pendahuluan, hal. III-IV

TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS

Ushuluddin IV 9

Sejarah dan Perkembangan

Tafsir di Indonesia

b) Mengenal Sistematika Penyusunan Tafsir Quran Karim

Uraian ringkas dari sitematika penyusunan Tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus

dapat dilihat sebagai berikut:25

Cover [1lembar] I

Lembar Pengesahan [1 lembar] II

Pendahuluan [5 lembar] III-VII

Isi [924 lembar] 1-924

Daftar Surat dan Isi Tafsir Quran Karim [25 lembar] I-XXV

Daftar Isi Surat-surat Quran [2 lembar] XXV-XXVI

Daftar Isi Juz-juz Quran [1 lembar] XXVI

Kesimpulan Isi al-Quran [33 lembar] I-XXXIII

c) Karakteristik Tafsir Quran Karim

Ada beberapa karakteristik yang setidaknya dapat memberikan gambaran utuh

mengenai karya Tafsir Mahmud Yunus, yaitu sistematika penerjemahan dan penafsiran

yang ia gunakan, teknik penerjemahan dan keterangan (catatan kaki), analisa istilah

dan konsep-konsep serta kandungan kesimpulan al-Quran. Uraiannya dapat dianalisa

dibawah ini:26

Sistematika Penerjemahan dan Penafsiran

Karya tafsir Quran Karim memiliki komposisi yang cukup sederhana. Format

penejemahannya dilakukan setelah mengetengahkan teks al-Quran dibagian kanan dan

terjemahannya dibagian kiri. Hal ini memungkinkan semua orang mengetahui arti kata dari

masing-masing ayat yang diterjemahkan.

Pada sisi lain, birisi juga uraian panjang mengenai suatu objek tertentu. Contoh yang

cukp mewakili hal ini ialah ketika Mahmud Yunus menjelaskan makna persatuan (integrasi)

umat pada Surah al-Imran ayat 103 ( اا و يعم للا بحبم واعتصم تفرقوما ول ج ). Demikian juga mengenai

perpecahan (desintegrasi) umat pada Surah al-An’am ayat 159 ( لسم شميع وك نواا دينهوم فرقواا الذين إن

شم فم ممنهوم ). Hal terpenting dari uraian ini ialah penulis berusaha menyisipkan suatu pesan

moral kepada pembaca agar dalam kehidupan bermasyarakat senantiasa menjaga nilai-nilai

kebersamaan dan rasa persatuan.

Teknik Penerjemahan dan Keterangan (catatan kaki)

Hamper 60 persen karya Mahmud Yunus berisi terjemahan dari teks al-Quran dan 40

persen berisi keterangan dalam bentuk catatan kaki atas beberapa istilah dan beberapa konsep

Agama. Untuk teknik penerjemahannya dengan penerjemahan literal (harfiyyah). Walaupun

demikian, terdapat juga terjemahan maknawi yang ditandai dengan dua tanda kurung dan

selebihnya dalam bentu catatan kaki. Sebagai contoh, ayat 29 surah al-Isra’ تجعم ول مغلوالم يم

نوقم إلم عو oleh penulisnya diterjemahkan dengan kalimat “jangalah engkau jadikan tangan

engkau terbelenggu ke kuduk engkau (jangan bakhil). Hal ini terlihat terutama pada

ayat-ayat al-Quran yang menggunakan lafal konotatif dan bernuansa eupemistis. Mahmud

Yunus mengakui bahwa terjemahan literal tidak memadai untuk memberikan pengertian yang

sebenarnya tentang suatu ayat tampa dibarengi dengan terjemahan maknawi.

25 Mahmud Yunus (1981), Tafsir Quran Karim, Jakarta: PT Hidakarya Abang 26 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan

Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 87-102

TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS

Ushuluddin IV 10

Sejarah dan Perkembangan

Tafsir di Indonesia

Analisa Istilah dan Konsep-konsep

Mahmud Yunus meiliki kecenderungan ketika menerjemahkan suatu kata (istilah)

yaitu menekankan pada pengertian leksikal dan semantic kata tersebut sesuai dengan

perkembangan bahasa yang terpakai. Sebagai contoh pada penerjemahan kata تمافي dalam مو

ayat 55 surah al-Imran تافييمم إنيمم عيسم يمم للاو قم إذ إلمم ورافعوم مو . Kata ( تمافي dalam ayat ini (مو

diterjemahkan secara leksikal dengan mewafatkan karena pengertian ini menurut

penerjemahnya adalah pengertian yang biasa terpakai dalam bahasa Arab dan tidak ada

indikasi lain yang dapat memutar pengertian ini kepada pengertian lain.

Kandungan Kesimpulan al-Quran

Satu bentuk karakteristik lain dari karya yang sedang ditelaah ini adala uaraiannya

yang secara khusus memuat kesimpulan isi al-Quran yang diletakkan pada bagian akhir

sebanyak kurang lebih 32 halaman.

d) Metodologi Tafsir Quran Karim

Untuk analisa metodologi terhadap Tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus, dapat

lihat dari beberapa segi,27

yaitu:

Metode Penulisan

Segi cara penafsiran Tafsir Quran Karim ialah ayat demi ayat dan suh demi surah

sesuai dengan urutan dalam mushaf dan dilakukan secara singkat dan global tampa urutan

yang panjang lebar. Maka dapat disimpulkan, tafsir Quran Karim karya Mahmud Yunus

menggunakan metode global (ijmali). Tafsir ini juga memiliki uraian tentang asbab al-Nuzul

dan keterangan ringkas makna ayat-ayat al-Quran.28

Metode Penafsiran

Metode penafsiran yang digunakan Mahmud Yunus sebagian besar masih bersifat

sederhana. Hal ini terlihat dalam penyajian tafsirnya yang dilakukan pertama kali ialah

member arti dengan ayat-ayat al-Quran. Setelah itu, memberikan penafsiran secara global.

Selanjutnya penafsirannya dilakukan dengan mencantumkan catatan kaki pada ayat-ayat yang

dianggap penting untuk dijelaskan.

Metode Pemikiran Tafsir

Metode pemikiran tafsir Mahmud Yunus cenderung kea rah penafsiran bi al-Riwaya,

yakni metode penafsiran yang menggunakan riwayat-riwayat para sahabt dan para tabi’in

sebagai dasar pijakan. Metode ini kurang memberikan porsi yang besar terhadap akal dan

lebih banyak berpegang pada arti harfiahnya. Salah satu contoh dalam permasalahan ini

seperti ketika menafsirkan Surah al-Fath ayat 10 ( و يهم فما للا يم أيم ) dan surah al-Imran ayat 26

dan 73 yang masing-masing ada kata ( الخيمرو بيم ) dan ( للا بيم ). Mahmud mengartikan kata و يم

dengan tangan yang didasarkan pada riwayah bahwa ayat ini turun ketika orang-orang yang

bersetia teguh kepada Nabi Muhammad, berjabat tangan dengan Nabi Muhammad dan

mengumpamakan tangan Nabi Muhammad sebagai tangan Allah.

27 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan

Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 105-109 28 Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani, hal. 201

TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS

Ushuluddin IV 11

Sejarah dan Perkembangan

Tafsir di Indonesia

e) Corak Tafsir Quran Karim

Menurut analisa kami, corak yang dimiliki Tafsir Quran Karim karya Mahmud

Yunus, setidaknya ada dua yang sangat menonjol, yaitu:

Corak Sosial

Salah satu tujuan Mahmud Yunus menulis tafsirnya ialah untuk menyampaikan

dakwah Islamiyyah dan menjadikan ajaran-ajaran dasar al-Quran sebagai petunjuk universal.

Latar belakang inilah yang dibangun Mahmud Yunus dalam tafsirnya yang membedakannya

dengan tafsir-tafsir lain. Ini jelas berbeda dengan tafsir-tafsir sebelumnya yang kebanyakan

membahas sisi kebahasaan dari al-Quran. Adapun tafsir karya Mahmud Yunus sangat

menonjol dalam menyampiakn nilai-nilai social.

Tafsir ini sejak digagas untuk pertama kalinya pada 1922 dan 1950-an, karya ini

dicetak sebanyak 200.000 eksemplar hingga tahun 1983 karya ini telah mengalami cetak

ulang sebanya 23 kali. Ini menunjukkan juga bahwa tafsir tersebut dismabut baik oleh

masyarakat luas.29

Corak Intelektual

Karya ini, seperti yang telah diakui oleh penafsirnya bermula dan lahir dari hasil

penyelidikan yang mendalamselam bertahun-tahun. Karya ini hadir ditengah-tengah

masyarakat yang belum banyak mengerti akan bahasa kitab sucinya, al-Quran. Kenyataan ini

menunjukkan bahwa karya ini berhasil diselesaikan ini menjadi karya yang sangat

berharga.

Tafsir Quran ini merupakan sebuah jawaban yang lebih khusus menjadi suber utama

pada zaman penulisannya. Hal ini menunjukkan sebagai sebuah medium untuk mengantarkan

generasi intektual dan sebuah perubahan yang besar dalam membimbing umat manusia

mengamalkan ajaran-ajara islam. Meskipun agak sedikit dini untuk mengatakannya sebagai

karya tafsir, namun uraiannya cukup memberi kejelasan dalam memahami ayat-ayat tertentu

dalam al-Quran, maka paling tidak karya ini dapat disebut sebagai karya tafsiriyyah.30

C. CONTOH PENAFSIRAN TAFSIR QURAN KARIM KARYA MAHMUD YUNUS

Berikut beberapa contoh penafsiran ayat dari tafsir Quran Karim karya

Mahmud Yunus:

a) Surah al-Fi’il

م ي ر ا أبابي ل ﴾۲﴿ألم يجعل كيدهم في تضليل ﴾١﴿ألم ت ر كيف ف عل ربك بأصحاب الفيل وأرسل عل يم بحجارة من سجيل ﴾٣﴿ م كعصف مأكول ﴾٤﴿ت رمي (٥-١: الفيل سورة) ﴾٥﴿فجعل

Artinya:

Tiadakah engakau tahu, bagaimana Tuhanmu memperbuat terhadap orang-orang yang

mempunyai gajah (1); Tiadakah ia menjadikan tipu daya mereka jadi sia-sia (2); Dan mengirim

kepada meraka burubf berbondong-bondong (3); Yang melempar mereka dengan batu dari tanah

yang keras (4); lalu Allah jadikan mereka seperti daun yang dimakan (ulat) (Q.S. al-Fi’il : 1-5)31

29 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan

Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 111 30 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan

Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 117 31 Mahmud Yunus (1967), Tarjamah al-Quran al-Karim, Bandung: PT al-Ma’arif, hal. 540-541

TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS

Ushuluddin IV 12

Sejarah dan Perkembangan

Tafsir di Indonesia

Tafsirnya:

Adapun balatentara yang bergajah itu, ialah Raja Yaman yang datang ke Negeri Makkah

hendak meruntuhkan Ka’bah dengan membawa lascar dan gajah yang kuat. Setelah mereka hamper

masuk ke Negeri Makkah, lalu beberapa burung menjatuhkan batu (tanah yang keras), boleh jadi

didalamnya banyak hama penyakit cacar, sehingga mereka semuanya dihinggapi penyakit itu,

akahirnya badan mereka hancur luluh seperti daun kayu dimakan binatang atau ulat. Pendeknya

maksud mereka hendak meruntuhkan Ka’bah tiadalah berhasil adanya.32

b) Surah al-Fushshilat ayat 13

﴾١٣: فصلت سورة﴿ فإن أعرضوا ف قل أنذرتكم صاعقة مثل صاعقة عاد وثمود

Artinya:

Jika mereka berpaling katakanlah : Aku beri peringatan kamu dan petir (sikas), seumpama

siksa (yang menimpa kaum) ‘Ad dan Tsamud. (Q.S. Fushshilat : 13) 33

Tafsirnya:

Arti ( صم عق) yang jama’nya adalah ( صمااع) ialah Petir, geledek, halilintar, yaitu bunyi yang

keras sekali diudara dan baisanya bersama kilat. Dalam Quran ada tiga tafsirnya:

Mati seperti ( وا فم ممن فصع الرض فم وممن السم ) : maka matilah siapa yang dilangit dan siapa yang

dibumi,

Azab seperti ( م و ماد عم د صم عق مثم صم عق أنمذرتو و وث ) : Aku beri peringatan kamu dan petir (siksa),

seumpama siksa (yang menimpa kaum) ‘Ad dan Tsamud, dan

Api (kilat) seperti ( يشم و ممن بهم فيوصمي و الصمااع ويورس و ) : Dia mengirim api (kilat), lalu mengenai siapa

yang dikehendakinya. Sebenarnya ketiga-tiganya itu adalah hasil dari petir.

teriakan yang keras (Surah al-Hijr ayat 73) ditafsirkan dengan Shaa’iqah ini, bukan : الصيحة

dengan teriakan Jibril seperti dalam Tafsir Jalalain.34

c) Surah Quraisy ayat 4

م الذي عم م جوع من أ ﴾٤: قريش سورة﴿ خوف من وآمن

Artinya:

Yang telah memberi makan kepada mereka karena kelaparan dan telah mengamankan

mereka karena ketakutan. (Q.S. Quraisy : 4)

Tafsirnya:

Arti من “min” banyak: 35

Min untuk permulaan (mulai dari) seperti أسمر ممن لمي بعبم سمج إلم الحمرا ال سمج القصم ال “dia

memperjalankan hambanya pada malam hari dari masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa”.

Untuk menerangkan setengah seperti آمنم يقوما و ممن النم وممن “dan setengah (diantara) manusia ada

yang berkata : kami beriman”.

Untuk arti ganti seperti (khudz haadza min dzaalika) “ambillah ini ganti itu”.

Untuk menerangkan yaitu atau yakni seperti والن الجن من “(Syetan itu), yaitu jin dan manusia”.

Untuk arti karena seperti هومم ما ممن أطع خما ممن وآممنهوم جو “Dia memberi makan mereka karena

kelaparan”

Untuk zaidah (tambahan saja) seperti يستهزئوان به ك نواا إل نب من يأتيهم وم “Tidak datang Nabi kepada

mereka melainkan mereka perolok-olokkan”.

32 Mahmud Yunus (1981), Tafsir Quran Karim, Jakarta: PT Hidakarya Abang, hal. 918-919 33 Mahmud Yunus (1967), Tarjamah al-Quran al-Karim, Bandung: PT al-Ma’arif, hal. 431 34 Mahmud Yunus (1981), Tafsir Quran Karim, hal. 705 35 Mahmud Yunus (1967), Tafsir Quran Karim, hal. 919

TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS

Ushuluddin IV 13

Sejarah dan Perkembangan

Tafsir di Indonesia

D. KARYA TULIS MAHMUD YUNUS DAN AKHIR HAYATNYA

Mahmud Yunus selain seorang pendidik, ia juga seorang pengarang yang produktif.

Pada ulang tahun beliau yang ke-70, para anak didik dan kawan-kawan Mahmud Yunus

menyusun daftar-daftar buku karangannya yang telah diterbitkan. Menurut daftar yang ada,

karangan beliau dalam bahasa Arab berjumlah 27 judul, terdiri dari 37 jilid dan dalam

bahasa Indonesia berjumlah 34 judul, terdiri dari 42 jilid.36

Sumber lain menyebutkan bahwa Mahmud Yunus menulis tak kurang dari 82 buku

dan yang ditemukan dari karya-karyanya hanya 65. Mahmud memulai menulis sejak tahun

1920 dalam usia 21 tahun. Karirnya sebagai penulis tetap ditekuninya pada masa-masa

selanjutnya. Dia senantiasa mengisi waktunya untuk menulis dalam situasi apapun. Pada

waktu perang kemerdekaan ketika mengikuti perang gerilya, dia tetap menyempatkan diri

untuk menulis. Buku “Marilah Sembahyang” yang terdiri dari 4 jilid adalah merupakan

hasil karangan Mahmud sewaktu dia beserta pejuang-pejuang lainnya berada dalam

pengungsian dari ancaman perlawanan tentara Belanda (Nica) di Batusangkar pada tahun

1949.37

Sebagian besar buku-buku karya Mahmud Yunus dipergunakan bagi para pelajar dari

sekolah dasar (Ibtidaiyah) hingga ke perguruan tinggi. Karya beliau yang mempunyai

pengaruh banyak diluar madrasah dan pondok pesantren adalah terjemahan Quran Karim

yang diterbitkan pada tahun 1938 dan sudah mengalami cetak ulang berkali-kali. Adapun

daftar buku-buku karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus sebagai berikut:38

a) Bidang Pendidikan ada 6 karya

1. Pengetahuan Umum dan Ilmu Mendidik

2. Metodik Khusus Pendidikan Agama

3. Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia

4. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran

5. At-Tarbiyyah wa at-Ta’lim (Bahasa Arab)

6. Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat

b) Bidang Bahasa Arab ada 16 karya

1. Pelajaran Bahasa Arab I (Bahasa Arab)

2. Pelajaran Bahasa Arab II (Bahasa Arab)

3. Pelajaran Bahasa Arab III (Bahasa Arab)

4. Pelajaran Bahasa Arab IV (Bahasa Arab)

5. Durusu al-Lughah al-Arabiyyah ala Thariqati al-Haditsah I (Bahasa Arab)

6. Durusu al-Lughah al-Arabiyyah ala Thariqati al-Haditsah II (Bahasa Arab)

7. Metodik Khusus Bahasa Arab

8. Kamus Arab Indonesia

9. Penterjemah atau Pentafsir Al-Quran

10. Contoh Tulisan Arab (Bahasa Arab)

36 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam Pembaruan

Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 42 37 Malta Rina (2011), Artikel: “Pemikiran dan Karya-karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus tentang

Pendidikan Islam”, Sumatera Barat, hal. 176 38 Malta Rina (2011), hal. 176-180

TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS

Ushuluddin IV 14

Sejarah dan Perkembangan

Tafsir di Indonesia

11. Muthala’ah wa al-Mahfuzhaat (Bahasa Arab)

12. Durusu al-Lughah al-Arabiyyah I (Bahasa Arab)

13. Durusu al-Lughah al-Arabiyyah II (Bahasa Arab)

14. Durusu al-Lughah al-Arabiyyah III (Bahasa Arab)

15. Muhadatsah al-Arabiyyah (Bahasa Arab)

16. Al-Mukhtaraat li al-Muthala’ah wa al-Mahfuzhat (Bahasa Arab)

c) Bidang Fiqh ada 17 karya

1. Marilah Sembahyang I

2. Marilah Sembahyang II

3. Marilah Sembahyang III

4. Marilah Sembahyang IV

5. Puasa dan Zakat

6. Haji ke Mekkah

7. HukumWarisan dalam Islam

8. Hukum Perkawinan dalam Islam

9. Pelajaran Sembahyang untuk

Orang Dewasa

10. Manasik Haji untuk Orang Dewasa

11. Soal Jawab Hukum Islam

12. Al-Fiqhu al-Wadhih juz 1 (Bahasa

Arab)

13. Al-Fiqhu al-Wadhih juz 2 (Bahasa

Arab)

14. Al-Fiqhu al-Wadhih juz 3 (Bahasa

Arab)

15. Mabadi`u Fiqhu al-Wadhih

(Bahasa Arab)

16. Fiqhu al-Wadhih An-Nawawy

(Bahasa Arab)

17. Al-Masailu al-Fiqhiyyah ala

Mazahibu al-Arba’ah (Bahasa

Arab)

d) Bidang Tafsir ada 15 karya

1. Tafsir al-Quran Al-Karim (30 juz)

2. Tafsir al-Fatihah (Bahasa Arab)

3. Tafsir Ayat Akhlak (Bahasa Arab)

4. Juz Amma dan Terjemahannya

5. Tafsir al-Quran Juz 1 – 10 (Bahasa

Arab)

6. Pelajaran Huruf al-Quran (Bahasa

Arab)

7. Kesimpulan Isi al-Quran

8. Alif Ba Ta wa Juz Amma (Bahasa

Arab)

9. Muhadharaat al-Israiliyyaat fi al-

Tafsir wa al-Hadits (Bahasa Arab)

10. Tafsir al-Quran Karim Juz 11-20

11. Tafsir al-Quran Karim Juz 21-30

12. Kamus al-Quran I

13. Kamus al-Quran II

14. Kamus al-Quran (juz 1 – 30)

15. Surat Yaasin dan Terjemahannya

(Arab Melayu)

e) Bidang Akhlak ada 9 karya

1. Keimanan dan Akhlak I

2. Keimanan dan Akhlak II

3. Keimanan dan Akhlak III

4. Keimanan dan Akhlak IV

5. Beriman dan Berbudi Pekerti

6. Lagu-Lagu Baru Pendidikan

Agama / Akhlak

7. Akhlak Bahasa Indonesia

8. Moral Pembangunan dalam Islam

9. Akhlak

f) Bidang Sejarah ada 5 karya

1. Sejarah Pendidikan Islam

2. Sejarah Pendidikan Islam di

Indonesia

3. Tarikh al-Fiqhu al-Islamy (Bahasa

Arab)

4. Sejarah Islam di Minangkabau

5. Tarikh al-Islam (Bahasa Arab)

TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS

Ushuluddin IV 15

Sejarah dan Perkembangan

Tafsir di Indonesia

g) Bidang-bidang lainnya

1. Ilmu Perbandingan Agama

2. Al-Adyaan (Bahasa Arab)

3. Pedoman Dakwah Islamiyyah

4. Muzakaraat Ushulu al-Fiqh

(Bahasa Arab)

5. Durusu at-Tauhid (Bahasa Arab)

6. Ilmu al-Nafs

7. Beberapa Kisah Nabi dan

Khalifahnya

8. Do’a-Do’a Rasulullah

9. Pemimpin Pelajaran Agama I

10. Pemimpin Pelajaran Agama II

11. Pemimpin Pelajaran Agama III

12. Kumpulan Do’a

13. Marilah ke Al-Quran

14. Asy-Syuhuru al-Arabiyyah fi

Biladi al-Islamiyyah (Bahasa Arab)

15. Khulashah Tarikh al-Ustaz

Mahmud Yunus (Bahasa Arab)

Aktivitas-aktivitas Mahmud dalam bidang-bidang lain tidak mejadi rintangan bagi

aktivitasnya dalam mengarang. Hal ini dapat dilihat dari tulisan yang dihasilkan justru pada

saat aktivitasnya yang lain lebih memuncak terutama dalam bidang pendidikan. Hingga pada

saat ia menjalani masa pensiun, ia tetap menulis bahkan pada tahun-tahun terakhir dari

kehidupannya pa tahun (1982) masih ia sempatkan untuk selalu menulis.39

Awal tahun 1970

kesehatan Mahmud Yunus menurun dan bolak balik masuk rumah sakit. Tahun 1982, dia

memperoleh gelar doctor honoris causa di bidang ilmu tarbiyah dari IAIN Jakarta atas

karya-karyanya dan jasanya dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Pada tahun

ini juga pada tanggal 16 januari, Mahmud Yunus meninggal dunia di Jakarta.40

Kiprah Mahmud Yunus dalam dunia pendidikan pada umumnya dan dalam

pengajaran Bahasa Arab khususnya akan tetap menajdi amal shaleh yang tak akan putus.

Beliau adalah salah satu tokoh Islam yang berpengaruh pada abad ke 20 yang patut dijadikan

tauladan dan lebih utama lagi berusaha melanjutkan usaha-usaha yang beliau telah rintis

selama hidupnya. Pengorbanan dan usaha beliau sangat besar dalam membentuk pondasi

serta perubahan sistem pendidikan di Indonesia yang masih dapat kita rasakan saat ini.

Semoga generasi muda akan menyadari hal ini dan menjadikannya sebagai langkah

perubahan yang lebih baik di masa mendatang.

E. SUMBER RUJUKAN TAFSIR QURAN KARIM KARYA MAHMUD YUNUS

Adapun sumber-sumber rujukan tafsir Quran Karik karya Mahmud Yunus sebagai

berikut:41

1) Tafsir al-Thabary, juz 1, halaman 42

2) Tafsir Ibnu Katsir, juz 1, halaman 3

3) Tafsir al-Qasimy, juz 1, halaman 7

4) Fajrul Islam, juz 1, halaman199

5) Zhuhrul Islam, juz 2 halaman 40-43 dan juz 3 halam 37

39 Malta Rina (2011), Artikel: “Pemikiran dan Karya-karya Prof. Dr. H. Mahmud Yunus tentang

Pendidikan Islam”, Sumatera Barat, hal. 180 40 Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani, hal. 200 41 Mahmud Yunus (1981), Tafsir Quran Karim, Jakarta: PT Hidakarya Abang, Pendahuluan,

hal. VI

TAFSIR “QURAN KARIM” KARYA MAHMUD YUNUS

Ushuluddin IV 16

Sejarah dan Perkembangan

Tafsir di Indonesia

Daftar Pustaka

Federspiel, Howard M. (1996), Kajian al-Quran di Indonesia terjemahan

Tajul Arifin dari judul asli “Popular Indonesia Literature of the Quran”, Bandung:

Mizan,

Ghofur, Saiful Amin (2008), Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka

Insan Madani

Ibrahim, Sulaiman (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam

Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, Cet. I

Muhammad, Herry, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20,

Jakarta: Gema Insani Press, Cet I

Rina, Malta (2011), Artikel: “Pemikiran dan Karya-karya Prof. Dr. H. Mahmud

Yunus tentang Pendidikan Islam”, Sumatera Barat

Yunus, Mahmud (1981), Tafsir Quran Karim, Jakarta: PT Hidakarya

Abang

Yunus, Mahmud (1967), Tarjamah al-Quran al-Karim, Bandung: PT al-Ma’arif,

Cet I