Metode analisis warna
description
Transcript of Metode analisis warna
25
III. METODE PENELITIAN
3.1. Bahan dan Alat
Beras merah yang digunakan dalam penelitian ini merupakan beras yang
telah disosoh dan dikumpulkan dari beberapa daerah yaitu dari Nusa Tenggara
Timur sebanyak 2 jenis (galur) yaitu pare laka dan are dota, jati luwih asal Bali,
aek sibundong asal Balai Penelitian Padi Sukamandi, beras bandung asal
Bandung, beras raja hitam dan ratu merah asal Tangerang, beras ujung kulon asal
Ujung Kulon, beras halimun asal Gunung Halimun, beras sirampong dan jowo
melik asal Yogyakarta.
Rimpang kencur dan jahe didapatkan dari Unit Konservasi Budidaya
Biofarmaka Pusat Studi Biofarmaka LPPM-IPB Cikabayan Bogor. Gula jawa
didapatkan dari Desa Tegal Arum Kecamatan Sempu Banyuwangi Jawa Timur.
Bahan tambahan pangan lain sebagai pelengkap minuman beras kencur
didapatkan dari pasar swalayan terdekat. Minuman beras kencur sebagai
pembanding merupakan minuman komersial 1 (tetrapack) dan komersi 2 (instan)
yang didapatkan di swalayan terdekat dengan masa kadaluarsa lebih dari 10 bulan,
sedangkan minuman komersial 3 (tradisional) merupakan minuman tradisional
yang dibeli dari pasar tradisional.
Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis adalah radikal bebas stabil
DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl), metanol, etanol, HCl, larutan besi (II)
klorida, larutan buffer sodium asetat, larutan buffer asam asetat, larutan buffer
potassium klorida, akuades, asam askorbat, asam tanat, pereaksi Folin-Denis,
potassium ferisianida dan ferric klorida.
Alat-alat yang digunakan untuk mendapatkan ekstrak jahe dan kencur
adalah blender. Baskom, pisau, talenan dan panci digunakan untuk
mempersiapkan bahan baku. Botol kaca, pipet tetes dan neraca analitik digunakan
untuk membuat formulasi minuman.
Alat-alat yang digunakan untuk analisis adalah oven, pH meter,
refraktometer, chromameter, mikropipet, spektrofotometer UV-Vis dan peralatan
gelas untuk analisis.
26
3.2. Metode
Penelitian ini dibagi menjadi lima tahap, yaitu penelitian 1) karakteristik
sifat fisikokimia beras merah, 2) ekstraksi dan analisis kandungan total fenol, total
flavonoid, dan aktivitas antioksidan beras merah, 3) formulasi minuman beras
kencur berbasis beras merah, 4) karakteristik minuman beras kencur formula
terpilih, dan 5) pengamatan stabilitas minuman beras kencur formula terpilih.
Diagram alir metodologi penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17
dan 18
3.2.1. Karakteristik sifat fisiko kimia beras merah
Karakteristik sifat fisikokimia beras merah terdiri dari dua analisis yaitu
analisis warna untuk analisis fisik dan analisis proksimat untuk analisis kimia
beras merah. Metode analisis warna dan proksimat sebagai berikut:
3.2.1.1. Analisis warna, Metode Hunter (Hutching, 1999)
Analisa dilakukan dengan menggunakan alat Minolta Chroma Meters.
Pada prinsipnya, Minolta Chroma Meters bekerja berdasarkan pengukuran
perbedaan warna yang dihasilkan oleh permukaan sampel. Pengukuran
dilakukan dengan meletakkan sampel di dalam wadah sampel berukuran
seragam (misalnya cawan petri). Selanjutnya dilakukan pengukuran nilai L,
a, dan nilai b terhadap sampel. Nilai L menyatakan parameter kecerahan
(lightness) yang mempunyai nilai dari 0 (hitam) sampai 100 (putih). Nilai a
menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan warna kromatik campuran
merah-hijau dengan nilai +a (positif) dari 0–100 untuk warna merah dan
nilai –a (negatif) dari 0–(-80) untuk warna hijau. Nilai b menyatakan warna
kromatik campuran biru-kuning dengan nilai +b (positif) dari 0–70 untuk
kuning dan nilai –b (negatif) dari 0–(-70) untuk warna biru. Selanjutnya
dihitung °Hue dari nilai a dan b yang diperoleh dengan persamaan °Hue =
arc tan (b/a) (Tabel 3).
3.2.1.2. Analisis proksimat (AOAC 1995)
Kadar air (%) diukur dengan metode oven. Kadar protein (%) diukur
dengan metode mikro-kjeldahl. Kadar lemak diukur dengan metode
ekstraksi soxhlet; kadar abu/mineral (%) dengan tanur; total karbohidrat (%)
dengan metode By Difference.
27
Tabel 1 Deskripsi warna berdasarkan °Hue
°Hue [arc tan (b/a)] Deskripsi warna
18 – 54 Red (R)
54 – 90 Yellow Red (YR)
90 – 126 Yellow (Y)
126 – 162 Yellow Green (YG)
162 – 198 Green (G)
198 – 234 Blue Green (BG)
234 – 270 Blue (B)
270 – 306 Blue Purple (BP)
306 – 342 Purple (P)
342 – 18 Red Purple (RP)
3.2.2. Ekstraksi, Analisis Senyawa dan Aktivitas Antioksidan Beras Merah
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pelarut terbaik dalam
mengekstraksi beras merah, mengetahui kandungan kelompok senyawa polifenol
dan flavonoid, dan mengetahui aktivitas antioksidan beras merah. Hasil penelitian
ini akan didapatkan pelarut terbaik dan beras merah terbaik yang akan digunakan
dalam formulasi minuman beras kencur berbasis beras merah. Metode analisis
yang digunakan pada tahap penelitian ini sebagai berikut:
3.2.2.1 Ekstraksi (Chotimarkron et al, 2008).
Sebanyak 5 g tepung beras diekstrak 5 kali masing-masing dengan 10 mL
metanol, etanol dan air selama 30 menit dengan shaker. Supernatan
dievaporasi dalam kondisi vakum pada suhu 40oC hingga kering. Ekstrak
kering ini kemudian dilarutkan dengan methanol untuk selanjutnya
dianalisis.
3.2.2.2 Uji Kuantitatif Polifenol ( Shahidi dan Naczk, 1995).
Sebanyak 1 ml sampel (diencerkan 2-4x dengan akuades) ditambahkan
kedalam pereaksi Follin-Ciocalteau sebanyak 1 mL dan diinkubasi pada
ruang gelap suhu kamar selama 5 menit. Kemudian ditambahkan 0,25 mL
Na2CO3 (60g/L) dan 1.75 mL akuades. Setelah dilakukan inkubasi pada
ruangan gelap suhu kamar selama 30 menit dilakukan pembacaan absorbasi
dengan spektrofotometer pada λ 760 nm. Hasil pengukuran total fenol
28
dihitung berdasarkan kesetaraan dengan asam tanat yang dinyatakan dalam
mg per gram EAT (ekivalen asam tanat)
3.2.2.3. Uji Kuantitatif Flavonoid (Shen et al, 2009 ):
Sebanyak 0.5 ml ekstrak atau larutan standar dipipet kedalam tabung
reaksi 15 ml, 2 ml air bidestilasi ditambahkan kedalam tabung reaksi dan
dicampur dengan 0.15 ml 5% NaNO2. Setelah 5 menit ditambahkan 0.15%
AlCl3.6H20 lalu didiamkan selama 5 menit. Setelah 5 menit ditambahkan
NaOH 1 M sebanyak 1 ml dan didiamkan selama 15 menit. Kemudian
diukur pada panjang gelombang 415 nm. Total flavonoid dihitung
berdasarkan kesetaraan dengan standar kuercetin yang dinyatakan dalam mg
per gram EK (ekivalen kuercetin).
3.2.2.4. Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH (Nikolova dan
Dzhurmanski, 2009).
Sebanyak 3 ml ekstrak dengan konsentrasi 1000, 600, 300, 100, dan 50
µg/mL ditambah dengan 1 mL larutan DPPH (2,2’-diphenyl-1-
picrylhydrazyl) 0.3mM dalam methanol dan dilakukan pengocokan dengan
menggunakan vortex. Kemudian diinkubasi pada suhu 37 °C selama 30
menit. Absorbansi sampel dibaca pada panjang gelombang 517 nm. Persen
inhibisi dihitung berdasarkan persamaan ((Ablanko- Asampel)/Ablanko)x100%.
Nilai IC50 dihitung berdasarkan persamaan regresi sigmoid non-linier
menggunakan hasil persen inhibisi dan konsentrasi. IC50 menunjukkan nilai
konsentrasi sampel yang diperlukan untuk menghambat 50% radikal bebas
DPPH
3.2.2.5 Uji aktivitas antioksidan metode FRAP (Benzie dan Strain,
1996).
FRAP (ferric reducing ability of plasma) reagen dibuat dengan
mencampurkan 0.1 mol/L buffer asetat (pH 3,6), 10 mMol/L TPTZ, dan 20
mmol/L besi klorida (10:1:1 v:v:v). 4,5 ml reagen, 450 µl air dan 150 µl
sampel dicampurkan kedalam tabung reaksi dan diinkubasi 37° C selama 30
menit, sedangkan blank sampel digunakan 4,5 ml reagen dan 600 µl air.
Pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 593 nm.
29
Aktivitas antioksidan metode FRAP dihitung berdasarkan kesetaraan
dengan standar FeCl3 yang dinyatakan dengan µmol Fe(II) per gram.
3.2.3. Formulasi minuman beras kencur berbasis beras merah
Formulasi awal untuk megetahui berapa banyak total bahan penyusun
minuman beras kencur berbasis beras merah yang dapat ditambahkan kedalam
minuman sehingga tidak menimbulkan kendala pada citarasa. Prinsip dasar
pembuatan minuman yang dilakuan adalah mencampur bahan baku dan bahan
tambahan minuman kedalam blender berdasarkan bobot per volume (b/v). Basis
minuman dibuat dengan total volume 1000 ml untuk mempermudah formulasi.
Optimasi formula minuman dilakukan dengan metode Mixture Experiment,
menggunakan bantuan piranti lunak Design Expert 7.0®
. Proporsi relatif beras
merah, kencur dan jahe dimasukkan sebagai data masukan. Selanjutnya ditentukan
pula proporsi relatif minimum masing-masing rempah (lower limit) dan proporsi
relatif maksimum masing-masing rempah (upper limit) sebagai data masukan
sebelum didapatkan model rancangan percobaan.
Hasil keluaran berupa model rancangan percobaan selanjutnya dilakukan
pembuatan minuman untuk mengukur respon masing-masing model rancangan
percobaan tersebut. Dalam pembuatan minuman ditambahkan gula jawa dan asam
jawa dengan jumlah tetap. Variabel respon minuman diukur berdasarkan hasil uji
aktivitas antioksidan minuman (metode penangkapan senyawa radikal bebas) dan
hasil uji organoleptik minuman (metode hedonik dengan parameter citarasa dan
warna). Variabel respon tersebut digunakan sebagai parameter untuk menetapkan
nilai target optimasi formulasi minuman.
Selanjutnya variabel respon yang didapat dari masing-masing model
dimasukkan kembali ke dalam piranti lunak Design Expert 7.0®
sebagai data
masukan untuk mendapatkan formula minuman yang optimal berdasarkan nilai
target yang sudah ditetapkan. Setelah itu dilakukan kembali pembuatan minuman
dengan formula optimal.
Metode yang digunakan pada tahap ini adalah pembuatan minuman beras
kencur, pengujian aktivitas antioksidan minuman beras kencur dan pengujian
organoleptik skala hedonik.
30
3.2.3.1. Pembuatan minuman beras kencur (Saidi Z , 1985).
Beras digiling sampai halus dan disangrai menggunakan api kecil. Beras
dan bahan segar serta bahan tambahan lain dihomogenkan didalam waring
blender hingga hancur dan tercampur rata. Setelah tercampur, kemudian
disaring dengan kain bersih 4 lapis dan diperas hingga air habis,
dimasukkan kedalam kemasan pounc yang terbuat dari alumunium dilapis
plastik dan dilakukan pasteurisasi. Minuman beras kencur siap dihidangkan.
3.2.3.2 Pengukuran aktivitas antioksidan minuman Metode DPPH
(Kubo et al., 2002; Molyneux, 2004).
Sebanyak 2 ml larutan buffer asetat (pH 5,5) ditambah dengan 3.75
metanol, 200 µl larutan DPPH 3mM dalam metanol dan dilakukan
pengocokan dengan menggunakan vortex. Kemudian ditambahkan 50 µl
larutan sampel atau larutan standar antioksidan dan diinkubasi pada suhu 37
°C selama 30 menit. Absorbansi sampel dibaca pada panjang gelombang
517 nm. Aktivitas antioksidan dihitung berdasarkan kesetaraannya dengan
aktivitas antioksidan asam askorbat yang dinyatakan dalam ppm AEAC
(Ascorbic acid Equivalent Antioxidant Capacity).
3.2.3.3 Uji Organoleptik metode skala hedonik (Meilgaard et al., 1999)
Uji organoleptik dilakukan dengan skala kesukaan atau hedonik terhadap
formula minuman yang telah dibuat. Sebanyak lima puluh panelis diminta
mencicipi sampel dan diantara masing-masing pencicipan sampel
diharuskan mengkonsumsi air minum sebagai penetral, kemudian panelis
diminta untuk memberikan penilaian tingkat kesukaannya terhadap warna
dan citarasa (aroma dan rasa) sampel dengan menggunakan 5 tingkat skala
hedonik [dimulai dari sangat tidak suka (=1) sampai sangat suka (=5)].
Formulir lembar uji kesukaan panelis terhadap citarasa dan warna model
minuman dapat dilihat pada lampiran 21.
3.2.4. Karakteristik minuman beras kencur formula terpilih
Penelitian ini bertujuan membandingkan karakteristik minuman beras
kencur berbasis beras merah formula terpilih dengan minuman beras kencur
komersial dilihat dari aktivitas antioksidan dan aspek sensori atribut warna,
31
aroma, rasa, dan after taste. Metode yang digunakan pada tahap ini adalah
pembuatan minuman beras kencur, pengujian aktivitas antioksidan minuman beras
kencur dan pengujian organoleptik skala hedonik seperti yang telah dijelaskan
pada penelitian sebelumnya.
3.2.5 Pengamatan kestabilan minuman formula terpilih
Pengamatan kestabilan minuman formula terpilih dilakukan selama 15 hari
penyimpanan. Metode yang digunakan adalah analisis total mikroba (total plate
count), analisis sensori individu, analisis pH, dan analisis aktivitas antioksidan.
analisis antioksidan pada minuman menggunakan metode yang telah dijelaskan
diatas, sedangkan metode yang lain sebagai berikut:
3.2.5.1 Total Mikroba (Total Plate Count) (Maturin dan Peeler, 2001)
Sebanyak satu ml sampel diambil dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan
pengencer. Selanjutnya dilakukan pengocokan hingga homogen dengan
vorteks. Pengenceran dan pemupukan dilakukan hingga tingkat pengenceran
10-2
. Dari tiap-tiap pengenceran, dipipet secara aseptis 1 ml untuk
dimasukkan ke dalam cawan petri steril (pemupukan) secara duplo dan
ditambahkan media PCA (Plate Count Agar) steril sebanyak 15-20 ml.
Segera setelah penuangan, cawan petri digerakkan di atas meja secara
hati-hati untuk menyebarkan sel-sel mikroba secara merata, yaitu dengan
gerakan melingkar atau angka delapan. Setelah medium membeku, cawan
petri diinkubasikan dengan posisi terbalik pada inkubator suhu 37°C selama
2 hari (48 jam). Perhitungan jumlah total mikroba dilakukan dengan
menggunakan Standard Plate Count (SPC) metode Harrigan.
3.2.5.2. Nilai pH (AOAC, 2005)
Sebanyak 30-50 ml sampel langsung diukur nilai pH-nya dengan
menggunakan pH meter. Sebelum digunakan, pH meter harus dikalibrasi
terlebih dahulu dengan larutan buffer pH 4.0 dan pH 7.0.
3.3 Analisis Data
Data kuantitatif yang diperoleh merupakan hasil rata-rata dari tiga ulangan.
Untuk melihat perbedaan kemampuan antioksidan, kandungan flavonoid,
komposisi kimia dan warna maka akan diuji nilai tengahnya secara statistik
32
(ANOVA) dengan rancangan percobaan acak lengkap menggunakan program
SPSS pada taraf α=0.05 dan dilakukan uji lanjut menggunakan uji beda nyata
terkecil pada taraf α=0.05. Rancangan percobaan formulasi minuman instan
digunakan program statistik Design Expert 7.0®
dengan tipe studi mixture, mode
D-optimal dan model desain quadratic pada taraf α=0.05.