Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

23
Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk PAPER Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah yang dibina oleh Bapak Ir.Agus Taufiq, M.Sc. Disusun oleh : Bahrul Ilmi NIM : 14521326 Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Kimia

Transcript of Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

Page 1: Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan

Menggunakan Zat Warna Direk

PAPER

Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah yang dibina oleh Bapak

Ir.Agus Taufiq, M.Sc.

Disusun oleh : Bahrul Ilmi

NIM : 14521326

Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Kimia

Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta Tahun 2015 M/1436 H

Page 2: Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

Kata Pengantar

Puja puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Semesta Alam, Sang

Pencipta, Sang Pemelihara, dan Sang Pemberi Rahmat yang mana penulis dapat

menyelesaikan tugas paper ini hanya dengan rahmat-Nya

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, Al-

Khotimul Anbiya’ yang tiada ada lagi nabi sesudahnya yang telah membawa

manusia pada zaman yang penuh dengan rahmat dan kasih sayang Tuhannya

manusia yaitu zaman dengan cahaya Islam dan juga kepada keluarganya, sahabat-

sahabatnya, pengikut-pengikutnya, pewaris-pewarisnya yaitu ulama’ dan fuqaha

serta kepada umatnya yang setia mempertahankan otentisitas Islam Al-Mubarakah

hingga akhir zaman kelak

Paper ini penulis sampaikan kepada Pembina mata kuliah Proses Kimia Tekstil 1

bapak Ir. Agus Taufiq, M.Sc. sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah

tersebut

Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada bapak Ir. Agus Taufiq, M.Sc.

yang telah berjasa mencurahkan ilmunya kepada penulis agar penulis dapat

menjadi manusia yang berguna dan mandiri nanti di dunia nyata kelak

Penulis mohon kepada Bapak dosen pengampu mata kuliah Proses Kimia Tekstil 1

jika ada kesalahan untuk memberikan nasehat-nasehat dan saran agar penulis

kedepannya bisa lebih baik lagi dan juga umumnya kepada pembaca jika

menemukan kesalahan mulai dari bahasa, isi, hingga lain-lainnya, untuk

memberikan kritik yang bersifat membangun untuk meningkatkan kreativitas

penulis

Yogyakarta, 29 November 2015

Penulis

Page 3: Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

Bab I

Pendahuluan

Dyeing is the process of adding color to textile products like fibers, yarns, and fabrics.

Dyeing is normally done in a special solution containing dyes and particular chemical

material. After dyeing, dye molecules have uncut chemical bond with fiber molecules. The

temperature and time controlling are two key factors in dyeing.

Direct dye, also called Substantive Dye,  any of a class of coloured, water-soluble

compounds that have an affinity for fibre and are taken up directly, such as the

benzidine derivatives. Direct dyes are usually cheap and easily applied, and they

can yield bright colours. Washfastness is poor but may be improved by

aftertreatment. Most packaged dyes sold for home use are direct dyes.

Substantive dye or direct dye used in a process in which dye molecules are

attracted by physical forces at the molecular level to the textile. The amount of this

attraction is known as "substantivity": the higher the substantivity the greater the

attraction of the dye for the fiber. Substansive dyes work best on textiles with high

contents of fibrous cellulose and are set in a slightly basic or neutral environment

at high temperatures close to boiling point. Substansive dyes are set by hydrogen

bonding.

Congo Red yang yang ditemukan oleh Bottiger pada tahun 1884, merupakan zat

warna direk yang pertama kali dikenal orang. Sebelum tahun 1884 serat selulosa

dicelup dengan zat warna mordan atau indigo dan zat warna lainnya yang sejenis.

Dalam tahun 1887 Green  membuat primulin yang merupakan zat warna direk

dengan inti tiazol. Inti zat warna direk lain yang penting adalah ftalosianin yang

pada umumnya akan memberikan warna biru kehijau-hijauan.

Peter dan kawan-kawan menegaskan bahwa ciri substantivitas pada zat warna

direk tidak hanya disebabkan oleh terjadinya ikatan hidrogen antara zat warna dan

selulosa, tetapi jenis ikatan Van der Waals juga memegang peranan penting. Lead

menguatkan teori diatas dengan menyimpulkan bahwa afinitas ditimbulkan oleh

reaksi bolak-balik antara elektron-elektron di dalam sistem konjugasi lanjut dengan

atom-atom hidrogen dari gugus hidroksi molekul selulosa.

Page 4: Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

Bab II

Pembahasan

Zat Warna

     Klasifikasi Zat Warna

Zat warna dapat digolongkan menurut cara diperolehnya, yaitu zat warna

alam dan zat warna sintetik. Berdasarkan sifat pencelupannya, zat warna dapat

digolongkan sebagai zat warna substantif, yaitu zat warna yang langsung dapat

mewarnai serat dan zat warna ajektif, yaitu zat warna yang memerlukan zat

pembantu pokok untuk dapat mewarnai serat.

Berdasarkan warna yang ditimbulkan zat warna digolongkan menjadi zat

warna monogenetik yaitu zat warna yang hanya memberikan arah satu warna dan

zat warna poligenetik yaitu zat warna yang memberikan beberapa arah warna.

Penggolongan lainnya adalah berdasarkan susunan kimia atau inti zat warna

tersebut, yaitu zat warna – nitroso, mordan, belerang, bejana, naftol, dispersi dan

reaktif.

Zat Warna Direk

           Zat warna direk adalah zat warna yang dapat mencelup serat selulosa secara langsung dengan tidak memerlukan sesuatu senyawa mordan.

Zat warna direk disebut zat warna substantive karena dapat terserap baik oleh selulosa, atau zat warna garam karena dalam pencelupannya. Dan beberapa jenis zat warna direk dapat juga digunakan untuk mencelup serat-serat dari golongan protein.

Struktur kimia zat warna direk

Kebanyakan zat-zat warna golongan ini merupakan senyawa azo yang

mengandung gugusan sulfonat sebagai gugusan pelarut.

Zat warna direk, dapat merupakan senyawa mono-azo, di-azo, tri-azo ataupun

tetraktis-azo.

Teori pencelupan dengan zat warna direk

Gugus hidroksil dalam molekul selulosa memegang peranan penting pada

pencelupanm dengan zat warna direk. Apabila atom hidrogen dari gugus hidroksil

tersebut diganti dengan gugusan asetil, maka serat tak dapat dicelup dengan zat

Page 5: Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

warna direk lagi. Hal tersebut disebabkan karena gugusan hidroksil dalam molekul

selulosa dapat mengadakan ikatan hidrogenk dengan gugusan-gugusan hidroksil,

amina, dan azo dalam molekul zat warna.

Pada umumnya zat warna direk merupakan senyawa diazo yang mengandung

beberapa gugusan sulfonat. Oleh meyer dikemukakan bahwa substantivitas zat

warna direk hanya terdapat pada molekul-molekul yang berbentuk memanjang

sehingga dapat terletak lurus di permukaan serat. Peristiwa dikhroisma merupakan

salah satu bukti bahwa zat warna direk memang terletak pada permukaan molekul-

molekul serat yang terorientasi sejajar dengan sumbu serat.

Maka senyawa azo yang berbentuk trans lebih substantive daripada senyawa cis.

Kemudian Hodgson dan Mardsen menambahkan, selain molekul tersebut harus

linear, maka inti-inti aromatiknya harus pula terletak pada satu bidang. Misalnya

senyawa Benzopur-purin 4B adalah substantive, tetapi senyawa isomernya dengan

inti dimetil, benzidina tidak substantive.

Isoterm zat warna direk

Afinitas suatu zat warna direk mudah diamati dengan menggambarkan kurva

isotherm penyerapan, yakni kurva yang melukiskan  perbandingan antara zat warna

yang tercelup didalam serat dengan zat warna di dalam larutan pada berbagai

konsentrasi, diukur pada suhu yang sama. Apabila isotherm tersebut merupakan

larutan sesuatu zat dalam sistem cairan dua fasa, maka akan diperoleh isotherm

garis lurus menurut rumus Nernst.

Isotherm langmuir, yaitu yang dipergunakan dalam peristiwa pencelupan dimana

serat-serat tekstil dianggap mempunyai tempat-tempat tertentu yang aktif dan

terbatas yang dapat ditempati oleh molekul-molekul zat warna. Apabila tempat-

tempat tersebut telah terisi, maka penyerapan zat warna akan berhenti meskipun

konsentrasinya dalam larutan ditambah.

Isotherm Freundlich, tidak mempunyai batas penempatan molekul-molekul zat

warna dalam molekul serat.

Page 6: Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

Beberapa zat warna direk akan mengikuti isotherm Freundlich, karena ikatan

hydrogen dan Van der Waals yang memungkinkan zat warna direk terserap oleh

selulosa secara praktis tidak terbatas jumlahnya.

KURVA ISOTERM FREUNDLICH

Df = k (Ds)X

Dimana :

Df    = konsentrasi zat warna dalam serat

Ds    = konsentrasi zat warna dalam larutan

x      =  pangkat suatu bilangan pecahan

k      = suatu konstanta

Pengaruh elektrolit

Pada pokoknya penambahan elektrolit kedalam larutan celup zat warna direk

adalah memperbesar jumlah zat warna yang terserap oleh serat, meskipun beraneka

zat warna akan mempunyai kesepakatan yang berbeda.

Zat warna direk A kurang peka terhadap elektrolit dari pada zat warna B. Selulosa

di dalam larutan mempunyai muatan negatif pada permukaannya, sehingga anion

zat warna direk akan tertolak. Elektrolit yang ditambahkan berfungsi akan

mengurangi atau menghilangkan muatan negatif, tersebut, hingga pada jarak yang

cukup dekat molekul-molekul zat warna akan teratrik karena gaya-gaya Van Der

Wals atau ikatan hidrogen yang telah bekerja dengan baik. Maka dapat

disimpulkan bahwa zat-zat warna dengan gugusan sulfonat yang banyak akan lebih

mudah ditolak serat dari pada yang sedikit.

Chricodine G akan tercelup tua meskipun tidak dengan penambahan elektrolit,

sedangkan pada Chlorazol Sky Blue FF akan hanya memberikan penodaan saja.

Tetapi apabila kita tambahkan garam kedalam larutan celup maka chlorazol Sky

Blue FF juga akan memberikan celupan dengan warna tua.

Page 7: Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

Pengaruh Suhu

Pada umumnya peristiwa pencelupan adalah eksotermis. Maka dalam keadaan

setimbang penyerapan zat warna pada suhu yang tinggi akan lebih sedikit bila

dibandingkan penyerapan pada suhu yang rendah. Akan tetapi dalam prakteknya,

keadaan setimbang tersebut sukar dapat dicapai hingga pada umumnya dalam

pencelupan memerlukan pemanasan untuk mempercepat reaksi.

Apabila suhu dinaikan maka jumlah zat warna yang terserap pada waktu singkat

akan besar sehingga mencapai harga tertentu, kemudian berkurang kembali

Pengaruh perbandingan larutan

Perbandingan larutan celup artinya perbandingan antara besarnya larutan terhadap

berat bahan tekstil yang diproses. Dalam kurva isotherm dapat disimpulkan bahwa

kenaikan konsentrasi zat warna dalam larutan akan menambah besarnya

penyerapan.

Maka untuk mencelup warna-warna tua diusahakan untuk memakai perbandingan

larutan celup yang kecil, sehingga zat warna yang terbuang atau hilang hanya

sedikit. Untuk mengurangi pemborosan dalam pemakian zat warna dapat

mempergunakan larutan simpan bekas (standing bath) celupan.

Dengan menambahkan zat warna baru pada larutan bekas tadi maka dapat

diperoleh larutan celup dengan konsentrasi seperti semula.

Pengaruh pH

Zat warna direk biasa dipergunakan dalam larutan netral. Penambahan alkali

mempunyai pengaruh menambah penyerapan. Meskipun demikian, sering kali

dipergunakan soda abu untuk mengurangi kesadahan air yang dipakai atau untuk

memperbaiki kelarutan zat warna.

Page 8: Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

Ketahanan dan Sifat-sifat Zat Warna Direk

Zat warna direk pada umumnya mempunyai ketahanan yang kurang baik terhadap

pencucian sedangkan ketahanannya terhadap sinar adalah sedang, kecuali ada

beberapa yang mempunyai nilai cukup atau baik.

Demikian pula zat warna direk kurang tahan terhadap oksidasi dan akan rusak oleh

reduksi. Zat warna direk mempunyai sifat yang berbeda-beda didalam kerataan

pada waktu pencelupan.

Whittaker melakukan uji kapiler yakni untuk menggolongkan zat warna

berdasarkan tinggi rendahnya benang viskosa yang tenoda oleh larutan zat warna,

benang yang ternoda tinggi akan lebih sukar mendapat hasil celupan yang rata.

Kemudian uji kapiler tersebut diikuti dengan uji yang menggunakan berbagai suhu

celup, yaitu mencelup delapan buah contoh uji ke dalam larutan 2% sabun, 10%

garam Glauber dan 0,5% zat warna pada 30 menit. Zat warna yang mempunyai

afinitas yang besar terhadap serat akan memberikan kerataan yang baik pada suhu

yang rendah.

Boulton dan Reading mengemukakan cara uji waktu setengah celup yakni

mengukur waktu yang dibutuhkan oleh serat-serat dalam pencelupan untuk

menyerap setengah dari jumlah zat warna yang terserap dalam keadaan setimbang.

Uji ini dipergunakan untuk menentukan kapasitas sesuatu zat warna untuk

memberikan celupan yang rata. Zat-zat warna yang memiliki waktu setengah celup

yang kecil akan memberikan hasil celupan yang rata.

Lemin, Vickers dan vickerstaff menarik kesimpulan bahwa kecepatan pencelupan

suatu zat warna dapat dipergunakan sebagai patokan untuk memilih zat-zat warna

yang dapat dicampur bersama-sama.

Zat warna direk dapat digolong-golongkan sebagai berikut :

Golongan A :

Page 9: Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

Yakni zat warna yang mudah bermigrasi : akan mempunyai daya perata yang

tinggi. Pada permulaan pencelupan mungkin diperoleh pencelupan yang tidak rata.

Tetapi hal ini mudah diatasi yaitu dengan pendidihan yang lebih lama.

Golongan B :

Zat warna yang mempunyai daya perata yang rendah, sehingga penyerapan harus

diatur dengan penambahan suatu elektrolit. Bola pada permulaan pencelupan zat

warna memberikan hasil celupan yang tidak rata, maka sukar akan

memperbaikinya.

Golongan C :

Zat warna dengan daya perata yang rendah tetapi mempunyai daya tembus yang

baik meskipun tidak dengan penambahan sesuatu elektrolit. Penetrasinya dapat

diatur dengan menaikan suhu larutan celup.

Cara pemakaian zat warna direk

Zat warna direk golongan A

Pertama-tama zat warna dipastakan dengan air dingin dan zat pembasah nonion

atau tepol; kemudian ditambahkan air yang mendidih sambil diaduk. Sebelum

dituang ke bejana celup yang berisi air, larutan induk disaring lebih dahulu.

Apabila air agak sadah maka dapat ditambahkan kedalamnya zat penghilang

kesadahan misalnya calgon atau soda abu sebanyak 1 – 3 % dari berat bahan.

Penambahan garam dapur kedalam larutan celup untuk warna muda memerlukan 5

% garam dapur dari berat bahan, warna sedang memerlukan 10% sedangkan warna

tua memerlukan 20%. Bahan dari selulosa setelah mengalami proses

pengelantangan, dimasukan kedalam larutan celup pada suhu 40 – 500C.

Kemudian suhu dinaikkan hingga mendidih dalam waktu 30 – 40 menit, dan

diteruskan dalam pendidihan selama 1 jam. Pad aumumnya pencelupan rata ;

apabila belum rata pencelupan dapat diteruskan dalam pendidihan selama beberapa

menit.

Page 10: Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

Zat warna direk golongan B

Cara pencelupan zat warna golongan ini seperti pada zat warna golongan A, hanya

penambahan elektrolit diberikan bagian per bagian. Zat-zat aktif permukaan

misalnya Lyogen DK dapat ditambahkan untuk mengurangi kepekaan zat warna

terhadap elektrolit dan membantu mengatur kecepatan penyerapan.

Zat warna direk golongan C

Pencelupan zat warna golongan ini harus dimulai pada suhu yang rendah dan tidak

dengan penambahan elektrolit. Penaikan suhu harus idlakukan dengan perlahan-

perlahan kemudian diteruskan dalam pendidihan selama 1 jam. Penambahan

elektrolit mempengaruhi sedikit ke-tuaan warna dan ditambahkan setelah larutan

celup mendidih.

Untuk tandingan warna hendaknya dipilih zat warna dari golongan yang sama dan

mempunyai kecepatan penyerapan yang sama pula.

Cara pemakaian zat warna direk pada suhu tinggi

Pencelupan zat warna direk dengan suhu yang tinggi akan memperbaiki daya

migrasi zat-zat warna direk golongan B dan C, meskipun tidak dengan

penambahan elektrolit.

Beberapa zat warna direk akan rusak dalam pendidihan yang lama, oleh karena

sifat mereduksi molekul-molekul selulosa pada suasana alkali.

Oleh Butterworth zat warna direk ini digolongkan menurut kepekaannya terhadap

suhu pencelupan yang tinggi sebagai berikut :

Golongan 1 :

Yaitu zat warna direk yang stabil pada suhu celup antara 1200C – 1300C dalam

suasana netral dan tahan pula terhadap suasana alkali.

CONTOH ZAT-ZAT WARNA GOLONGAN 1

Nama Barang Colour Index :

Page 11: Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

Durazol Yellow 6 GChorazol Orange POBenzo Purpurine 4 BDurazol Blue 8 G

C.1. Direct Yellow 46C.1. Direct Orange 1C.1. Direct Red 2C.1. Direct Blue 86

Golongan 2 :

Yaitu zat warna direk yang stabil pada suhu tinggi dalam suasana netral, tetapi

akan rusak dalam suasana alkali.

CONTOH ZAT-ZAT WARNA GOLONGAN 2

Nama Barang Colour IndexChrysophenineDurazol Orange RIcyl Brown GChlorazol Fast Red FDurazol Blue 4 RChilorazol Green GChlorazol Black RF

C.1. Direct Yellow 12C.1. Direct Orange 48C.1. Direct Brown 3C.1. Direct Red 1C.1. Direct Blue 67C.1. Direct Green 8C.1. Direct Black 4

Dalam pemakaian golongan ini, larutan celup harus dijaga agar tetap netral. Oleh

karena itu sebaiknya digunakan ammonium sulfat sebagai penyangga sebanyak 0,5

kg setiap 500 ltr. Larutan.

Golongan 3 :

Yaitu zat warna direk yang rusak pada suhu celup  yang tinggi dalam suasana

netral atau alkali.

CONTOH ZAT-ZAT WARNA DIREK GOLONGAN 3

Nama Barang Colour Index :Chlorazol Fast Orange RDirazol Brilliant Red BChlorazol Diazo Blue 3 GDurazol Grey BG

C.1. Direct Orange 26C.1. Direct Red 80C.1. Direct Blue 138C.1. Black 51

Kebanyakan zat-zat warna direk mempunyai penyerapan maksimum di bawah

1000C dan afinitasnya pada suhu tersebut sudah kecil lebih-lebih pada suhu diatas

1000C. Untuk memperoleh warna  yang lebih tua dan rata maka bahan setelah

dicelup pada suhu diatas 1000C, hendaknya larutan dibiarkan mendingin hingga

suhu 85 – 900C untuk menambah besarnya penyerapan.

Page 12: Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

Cara Melunturkan

Hasil celupan dengan zat direk dapat dilunturkan kembali dengan larutan yang

mengandung natrium-hidrosulfit 3-4 gram/l, pada suhu mendidih dengan 1-2

gram/l chlor aktif dan larutan natrium hipochlorit atau larutan 1-2% natrium

chlorit yang mengandung asam asetat pH 3-4.

Kalau bahan telah dikerjakan iring dengan zat kation aktif, maka zat tersebut perlu

dihilangkan dulu dalam larutan 2% asam formiat pada suhu mendidih dalam

waktu 30 menit. Sedang apabila dikerjakan iring dengan tembaga sulfat, maka dapat

dihilangkan dalam larutan 1-3 gram/l etilene diamine, tetra asetat (EDTA) dan 1

gram/l soda abu. Kemudian dilanjutkan dengan dikerjakan dalam 2-3 gram/l

natrium hidrosulfit.

Diagram Alir

Kain kapas yang telah dibleaching

Zat Warna Direk : 3 % Garam Dapur/ Garam Glauber : 0 – 15 G/L Soda Abu : 1 %

Suhu : 100 o C Waktu : 45 Menit Vlot : 1 : 30

Pencucian sebanyak 2 kali

Pengeringan

Pengamatan hasil dan pengujian

Page 13: Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

Mekanisme Pencelupan

Menurut teori pencelupan, perpindahan zat warna dari larutan ke dalam serat terjadi secara bertahap :

1. Difusi zat warna dalam larutan

Didalam larutan, zat warna direk berbentuk molekul tunggal dan beragregat. Molekul-molekul ini dalam keadaan gerak dan tidak mempunyai arah tertentu. Gerakan secara teratur akan terjadi jika ada gaya penggeraknya. Gaya penggerak ini dapat disebabkan karena adanya gradien konsentrasi dalam larutan atau perbedaan potensial elektro statik dibagian-bagian tertentu didalam larutan. Gerakan yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan konsentrasi tersebut disebut difusi.

Difusi merupakan proses pemindahan. Dengan adanya proses ini akan terjadi proses pemindahan zat warna dari bagian larutan yang berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.

2. Adsorpsi zat warna ke permukaan serat

Serat dalam larutan cenderung bermuatan negatif, demikian pula zat warna larutan dalam larutan juga cenderung bermuatan negatif. Dengan demikian akan terjadi gaya tolak menolak antara zat warna dengan serat.

Agar zat warna dapat terserap oleh serat, maka zat warna harus melalui beberapa rintangan, yaitu :

a. Rintangan muatan, yaitu rintangan yang dialami oleh butir zat warna direk untuk melekat pada permukaan serat karena adanya gaya tolak menolak antara butir zat dengan serat.

b. Rintangan entropi, yaitu rintangan yang dialami oleh butir zat warna direk untuk melekat pada permukaan serat karena pengarahan molekul zat warna kurang. Posisi butir zat warna direk dipermukaan serat harus sejajar dengan sumbu serat.

3. Difusi zat warna ke dalam serat

Agar zat warna pada permukaan serat menyebabkan konsentrasi dipermukaan serat menjadi tinggi, sedangkan konsentrasi mula-mula didalam serat adalah nol. Apabila butir-butir tersebut memiliki energi untuk masuk kedalam serat maka akan terjadi proses pemindahan zat warna ke dalam serat.

Mula-mula butir zat warna dalam bentuk molekul tunggal atau aggregat kecil masuk kedalam serat melalui daerah amorf. Dengan bantuan panas serta mengembangkannya kapa, maka butir-butir zat warna akan masuk lebih cepat dan bermigrasi ke bagian kristalin lewat antar molekul selulosa.

4. Ikatan zat warna dengan serat

Page 14: Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

Setelah berada didalam serat, kemudian zat warna tersebut mengadakan ikatan hidrogen dengan serat. Ikatan hidrogen terjadi antara gugus-gugus yang bertindak sebagai pemberi elektron atau gugus-gugus yang mengandung hidrogen dan dapat mengadakan ikatan hidrogen dalam zat warna dengan gugus-gugus hidroksil didalam serat.

Pengaruh Garam terhadap Pencelupan serat Kapas dengan Zat Warna Direk

Adanya garam dalam larutan celup akan memperbesar penyerapan zat warna oleh selulosa. Selulosa didala larutan mempunyai muatan negatif dan akan menolak anion zat warna. Adanya elektrolit akan mengurangi muatan negatif tersebut, sehingga butir zat warna akan tertarik oleh serat karena gaya-gaya Van Der Waals atau ikatan hidrogen telah bekerja dengan baik.

Garam dalam larutan juga akan mengurangi ionisasi antar butir zat warna, sehingga larutan celup lebih banyak mengandung zat warna yang membentuk molekul tunggal atau aggregat, karena yang terserap selulosa adalah butir zat warna yang tersebut diatas.

Contoh garam seperti NaCl akan mempercepat penyerapan dan memperbear jumlah zat waran yang terserap. Sehingga diperoleh warna yang lebih tua.

Poin-poin penting :

Zat warna golongan A dan C tidak begitu peka terhadap garam. Warna tua akan dihasilkan tanpa adanya bantuan garam. Zat warna golongan B sangat peka terhadap garam. Pencelupan dengan zat warna ini akan menghasilkan warna yang sangat muda jika tidak diberi garam. Zat warna dengan gugus sulfonat sedikit akan mencelup selulosa dengan warna tua tanpa adanya garam. Zat warna dengan gugus sulfonat banyak hanya akan memberikan noda tanpa adanya garam.

Page 15: Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

Bab IIIKesimpulan

Dari hasil yang telah dikemukakan diatas dapat diambillah kesimpulan bahwa :Proses pengikatan zat warna direk pada serat kapas mengalami beberapa tahap, yaitu :

1. Difusi zat warna dalam larutan2. Adsorpsi zat warna ke permukaan serat3. Difusi zat warna ke dalam serat4. Ikatan zat warna dengan serat

Selain itu, penggunaan garam dalam pencelupan kain kapas dengan zat warna direk juga akan menyebabkan perbedaan warna yang semakin besar bergantung pada besarnya konsentrasi garam. Semakin besar konsentrasi garam maka kemungkinan untuk mendapat tingkat ketuaan warna juga semakin besar.Suhu pada proses juga berpengaruh pada kinerja elektrolit( garam) dalam proses pencelupan. Dengan kenaikan suhu, kerja elektrolit yaitu garam akan semakin cepat sehingga proses penyerapan warna akan menjadi lebih cepat.

Saran-saranAgar lebih efisien dan ekonomis, apabila menginginkan warna tua pada pencelupan kain kapas dengan zat warna direk, maka sebaiknya menaikkan konsentrasi garam dapur tanpa menaikkan konsentrasi zat warna yang digunakan sehingga akan lebih hemat dan ekonomis.Penambahan garam dalam larutan celup sebaiknya dilakukan beberapa saat setelah kain terendam pada larutan celup, agar zat warna masuk secara teratru dan perlahan sehingga didapat hasil yang merata dan maksimum.

Page 16: Analisis Pewarnaan Bahan Tekstil Dengan Proses Pencelupan Menggunakan Zat Warna Direk.docx

Bab IV

Daftar Pustaka

Soeparman, “Teknologi Kimia Tekstil” terbitan kesatu, 1972 S. Hendroyantopo dkk, Teknologi Penyempurnaan Tekstil, STTT 1998 Sunarto, Teknik Pencelupan dan Pencapan jilid 1, Bse Dit SMK

Diknas,2008 Teknologi Pengelantangan, Pencelupan, dan Pencapan ITT, Bandung. Soeprijono, “Serat-serat tekstil” textbook ITT,1973 Rasjid, Djupri, “Teknologi Pengelantangan, pencelupan dan

Pencapan”texbook ITT, 1973 Trotman,E.R, Dyeing and Chemical Technology of Textile fibre,fourth

edition london, 1970 Vickerstaff,T Physical Chemistry of Dyeing Olver and Dyes, London, 1950