Metoda Pengujian Sifat Fisika Barang Jadi Karet
-
Upload
victor-sidabutar -
Category
Documents
-
view
788 -
download
6
Transcript of Metoda Pengujian Sifat Fisika Barang Jadi Karet
MET
B
TODA P
BALAI BEDIREKTO
KEM
PENGUJ
VictN
SAR PENORAT JENMENTERIA
JIAN SIF
B
or TulusIP. 1977
DIDIKAN DERAL P
AN PERDA
FAT FIS
Bahan Aja
Oleh:
s Pangap1018 200
DAN PELAENGEMBA
AGANGANJAKARTA
2013
SIK BAR
ar
poi Sidab0912 1 00
ATIHAN EANGAN E
N REPUBLA
RANG JA
butar 02
EKSPOR INKSPOR NIK INDON
ADI KA
NDONESIANASIONAL
ESIA
ARET
A L
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karet digambarkan sebagai material yang menunjukkan sifat "elastis". Material ini
umumnya adalah molekul berantai panjang yang dikenal sebagai "polimer" dan
kombinasi dari elastis dan polimer telah memunculkan nama alternatif yaitu
"elastomer".
Karet adalah suatu material yang memiliki karakteristik fisik dan kimia yang unik.
Secara fisik, karet yang belum dimodifikasi atau karet alam bersifat elastomer ,
sangat elastis, fleksibel dan sangat anti air. Secara kimia, karet alam merupakan
polimer alam dari Isoprene (2-methyl-1,3-Butadiene). Karet alam memiliki
beberapa kelebihan yang membuatnya dapat langsung digunakan. Sedangkan
kelemahan karet dapat dapat diminimalisasi dengan memodifikasi gugus
kimianya.
Gambar 1.1. Monomer karet alam
Saat ini karet yang digunakan dapat dibagi menjadi tiga kategori:
- Polimer dasar atau bahan mentah: Hal ini akan menentukan karakteristik
utama dari produk akhir.
- Produk setengah jadi: Penambahan berbagai bahan kimia pada karet mentah
untuk memberikan sifat yang diinginkan, biasa disebut compounding /
peracikan. Bahan setengah jadi ini mendapatkan sifat nya setelah
divulkanisasi.
- Produk akhir: Setelah dicetak, kompon karet mendapatkan sifat elastisnya
setelah divulkanisasi.
Produk yang terbuat dari karet memiliki struktur 3-dimensi kimia yang fleksibel
dan mampu untuk tetap stabil dan menahan laju deformasi yang besar. Misalnya
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 2
material tersebut dapat ditarik berulang-kali hingga panjangnya setidaknya dua
kali panjang awalnya dan setelah beban yang diberikan dilepaskan, dia akan
kembali ke panjang aslinya.
Di bawah beban tariknya produk tidak akan menunjukkan terjadinya creep atau
relaksasi. Selain sifat tersebut, modulus dari karet 100-10.000 kali lebih rendah
dibandingkan dengan material padat lainnya seperti baja, plastik dan keramik.
Kombinasi sifat yang unik ini membuat karet dapat diaplikasikan secara spesifik
seperti segel pelindung, peredam kejut dan ban.
Material karet modern saat ini terdiri dari sekitar 60 persen polimer sintetis.
Bagian lainnya terdiri dari zat penvulkanisir, pelembut, akselerator, zat
antioksidan dan bahan kimia lainnya. Penambahan ini diperlukan untuk
mendapatkan sifat yang diinginkan dari produk akhir.
Fasa tidak tervulkanisir Fasa tervulkanisir
Gambar 1.2. Fasa karet sebelum dan sesudah divulkanisir
Polimer memiliki tulang punggung hidrokarbon.Atom hidrogen sering digantikan
oleh atom atau molekul lainnya (seperti CH3, Cl atau F) sehingga menciptakan
jenis elastomer lainnya. Rantai ini terikat secara kimiawi dengan sulfur, peroksida
atau bisphenol, terkecuali silikon. Silikon memiliki tulang punggung siloxane (Si-
O) yang sangat fleksibel dan dapat dicuring dengan peroksida atau katalis
platinum.
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 3
BAB II
SIFAT FISIK BARANG JADI KARET
A. Pendahuluan
Karet adalah material yang bersifat unik yang dapat bersifat elastis dan viskos.
Bagian dari karet dapat digunakan sebagai isolator guncangan, getaran dan
benturan. Meskipun arti dari karet sudah meluas, arti karet biasanya ditujukan untuk
material kompon dan yang tervulkanisasi. Dalam keadaan mentah, arti karet
ditujukan untuk elastomer. Material elastomer dan karet memiliki berbagai macam
variasi sifat spesifikasi penting dari material elastomer dan karet diantaranya
mekanik, termal, listrik, optik, pengolahan, dan sifat fisik.
Sifat mekanis meliputi kekuatan sobek (Tear Strength), kekuatan tarik tertinggi
(Ultimate Tensile Strength), modulus tarik atau modulus elastisitas, perpanjangan
dan kekuatan impak terukur dengan izod tes dan sampel yang diberi notch. Sifat
termal meliputi temperatur maksimum penggunaan, temperatur transisi gelas,
konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi termal (Coefficient of Thermal
Expansion). Sifat listrik dan optik meliputi resistivitas listrik, kekuatan dielektrik,
konstanta dielektrik atau permitivitas relatif, indeks bias, dan transmisi cahaya.
Pemrosesan dan sifat fisik meliputi densitas bulk atau individu, penyerapan air,
viskositas, temperatur prosesan, dan indeks aliran lelehan (Melt Flow Index).
Untuk memungkinkan terjadi perbandingan karakteristik material yang berbeda
beberapa pengujian telah distandarkan. Lembaran data material dari beberapa jenis
elastomer dapat menjelaskan hasil tes ini. Di bawah ini beberapa sifat fisik yang
penting dan akan dijelaskan secara lebih rinci.
B. Viskositas
Viskositas adalah ukuran resistensi suatu fluida yang mengalami deformasi akibat
adanya tegangan geser ataupun tegangan tarik. Karet disini dianalogikan seperti
fluida karet karakteristik unik dari karet yang sangat elastis. Viskositas dari karet
atau komponnya ditentukan dengan menggunakan piringan geser viskometer
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 4
Mooney. Viskositasnya ditunjukkan dengan gaya torsi yang dibutuhkan untuk
memutar piringan yang tertanam dalam spesimen karet / kompon dan ditutup dalam
suatu rongga cetakan dalam kondisi tertentu.
Viskositas dari karet atau kompon memainkan peran penting dalam menentukan
perilaku saat pengolahannya. Dalam industri karet karet atau kompon harus
menjalani berbagai pengolahan sebelum divulkanisir hingga kebentuk akhirnya.
Deviasi viskositas dari kompon akan mengubah kemampuan prosesnya secara kritis
khususnya dalam hal kalendering, ekstrusi atau pencetakan dengan cara injeksi.
C. Kekerasan
Kekerasan menunjukkan keelastisan dari suatu material. Semakin rendah
kekerasannya maka semakin elastis material tersebut. Kekerasaan secara umum
didefinisikan sebagai ukuran resistansi bahan terhadap deformasi plastis lokal
(misalnya lekukan, notch atau zigzag).
Gambar 2.1. Perbandingan beberapa harga kekerasan shore A dan D dari elastomer
Nilai kekerasan suatu barang jadi karet dapat menjadi petunjuk tingkat vulkanisasi
atau degradasi yang telah dialami oleh karet tersebut. Dua skala yang umumnya
digunakan: Shore-A dan mikro-IRHD. Semakin tinggi nilai durometernya maka
semakin keras kompon tersebut. Kompon yang lunak dapat meregangkan lebih
mudah dan dapat menutup lebih baik pada permukaan yang kasar. Kompon yang
keras akan memberikan ketahanan terhadap abrasi dan ekstrusi yang lebih baik.
Ketahanan ekstrusi harus selalu dipertimbangkan saat mendisain barang jadi karet
yang akan digunakan pada tekanan tinggi. Sebagai contoh, kekerasan yang
diinginkan dapat dipilih berdasarkan tabel dibawah ini dengan cara mencocokkan
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 5
tekanan fluida dengan perubahan maksimal dari ekstrusi. Terlihat bahwa 60 shore A
lebih lunak dibandingkan 70 dan 90 shore are bersifat sangat kaku.
Gambar 2.2. Perbandingan nilai kekerasan Shore A terhadap tekanan fluida
D. Kekuatan tarik
Sifat ini menunjukkan kekuatan tarik minimum dari elastomer. Kekuatan tarik (dalam
MPa atau psi) adalah tegangan tarik maksimum yang dapat dicapai dalam
peregangan potongan uji (baik berbentuk cincin-O atau dumbbell). Sesuai konvensi,
gaya yang dibutuhkan dinyatakan sebagai gaya per satuan luas dari penampang
awal asli dari panjang uji.
Gambar 2.3. Perbandingan nilai kekuatan tarik pada berbagai elastomer
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 6
Pengujian tarik yang digunakan untuk mengontrol kualitas produk barang jadi karet
dan untuk menentukan pengaruh dari bahan kimia atau paparan termal maupun sifat
elastomer.
Gambar 2.4. Perbandingan pampatan dan kekuatan tarik pada beberapa jenis elastomer
B. Kekuatan Sobek
Kekuatan sobek adalah proses patah secara mekanik yang dimulai dan menjalar
ditempat pada spesimen uji yang memiliki konsentrasi tegangan tinggi sehingga
kemudian terjadi potongan, cacat, atau deformasi lokal. Kekuatan sobek
membutuhkan kekuatan tarik sehingga terjadi robekan pada benda uji dalam kondisi
yang dikendalikan. Ketahanan sobek merupakan salah satu sifat penting yang harus
diperhatikan baik saat barang jadi karet yang telah selesai dicetak hendak
dikeluarkan dari cetakan hingga saat barang jadi karet tersebut digunakan.
Pengujian kekuatan robek dapat di gunakan untuk menentukan pengaruh
penambahan bahan pengisi terhadap ketahanan sobek barang jadi karet.
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 7
Gambar 2.5. Pengaruh penambahan serbuk terhadap kekuatan sobek suatu elastomer
F. Pampatan tetap
Karet akan berubah bentuk pada saat diberi beban dan jarang untuk kembali
sepenuhnya ke dimensi aslinya mereka ketika beban yang diberikan dihilangkan.
Perbedaan antara dimensi asli dan dimensi akhir dikenal sebagai pampatan tetap.
Banyak penggunaan dari barang jadi karet adalah untuk aplikasi pampatan sehingga
diperlukan penentuan harga pampatan tetap maksimum yang dialami oleh karet
ketika berada di bawah beban untuk jangka waktu tertentu. Nilainya dinyatakan
sebagai persentase pampatan yang tidak kembali kekeadaan awal dalam waktu
singkat setelah beban dilepas.
Gambar 2.6. Pampatan tetap dari beberapa jenis modifikasi NBR
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 8
G. Ketahanan kikis
Ketahanan abrasi adalah kemampuan suatu material untuk melawan tindakan
mekanis yang diberikan kepadanya seperti digosok, digores, atau erosi yang bersifat
progresif untuk menghilangkan bahan dari permukaannya. Ketika sebuah produk
memiliki ketahanan abrasi, bahan tersebut akan melawan erosi yang disebabkan
oleh gesekan, gosokan, dan jenis-jenis keausan mekanis lainnya. Hal ini
memungkinkan material tersebut untuk mempertahankan integritasnya dan
mempertahankan bentuknya. Hal ini dapat menjadi penting ketika bentuk dari
material harus dipertahankan karena penting untuk fungsinya, seperti pada bagian-
bagian yang bergerak saat digunakan maka dibuat dengan mesin secara hati-hati
agar sesuai dengan ukurannya agar produknya dapat digunakan secara efisien.
Ketahanan kikis adalah sifat yang penting karena itu menentukan sejumlah
ketahanan pakai suatu produk karet.
Gambar 2.7. Bentuk bubungan pada posisi melintang, berbentuk bergerigi, dengan gigi
menunjuk melawan arah abrasi
H. Ketahanan terhadap ozon
Konsentrasi ozon (O3) yang ada dalam lingkungan kita saat ini dapat menyebabkan
keretakan yang mendalam pada bahan elastomer, yang kemudian akan
menyebabkan kegagalan komponen tersebut saat digunakan. Karet umumnya
sangat rentan terhadap serangan ozon dan dapat menimbulkan efek besar pada
permukaan tertutup yang berujung pada penjalaran retakan dan patah. Pada
elastomer, pengaruh oksidasi hanya terjadi pada lapisan tipis di permukaan. Tetapi
jika elastomer tersebut mengalami peregangan saat di tarik, maka oksidasi dapat
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 9
terjadi hingga kedalam material tersebut. Pemutusan ikatan akibat penyerangan
ozon terjadi pada ikatan ganda (C=C) yang sensitif.
Pada saat diberi beban tarik disudut yang tepat maka retakan akan cepat menjalar.
Gambar 2.8. Karet ban yang mengalami retakan akibat ozon
Perlindungan pada karet dapat dilakukan dengan melindungi karet tersebut dengan
menambahkan zat antioksidan atau dapat dengan menstabilkan sistem
pembentukan ikatan silangnya. Pada saat karet mengalami serangan ozon maka
sifat fisiknya akan berubah dari ulet menjadi getas.
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 10
BAB III
PENGUJIAN SIFAT FISIK BARANG JADI KARET
A. Pendahuluan
Pengujian fisika dari barang jadi karet selain diperlukan untuk menelusuri kesalahan
pada saat pembuatan dan untuk mengontrol serta menjaga kualitas produk,
pengujian fisika juga berguna untuk kepentingan penelitian dan pengembangan
barang jadi karet. Kualitas dari produk jadi karet tidak hanya tergantung pada
kualitas bahan awal tetapi juga pada langkah saat proses produksi dilakukan.
Kesalahan saat pengolahan dapat berpengaruh serius pada sifat-sifat produk akhir.
Misalnya, terlalu lamanya waktu penggilingan dari karet saat pencampuran dapat
menghasilkan produk dengan kekuatan rendah. Kesalahan saat penimbangan atau
kelalaian memasukkan salah satu bahan saat pencampuran dapat memberikan
variasi sifat dari produk tergantung pada bahan yang telah dihilangkan.
Berbagai tes fisik yang dilakukan pada barang jadi karet dapat memberikan langkah-
langkah indikasi ketidaksesuaian selama pemrosesan. Untuk menilai kualitas
danmenjaga keseragaman dalam kualitas maka pengujian produk dari karet hasil
vulkanisir harus dilakukan secara reguler. Saat ini, standar kualitas dari suatu produk
telah ditetapkan oleh produsen, konsumen atau oleh badan-badan pemerintah yang
berwenang.Produsen harus meyakinkan dirinya sendiri bahwa produk yang
dihasilkan memenuhi batas yang telah dispesifikasikan. Uji laboratorium dan uji
kinerja aktual akan membantu produsen untuk menilai dan menjaga kualitas produk
yang ia buat. Untuk keperluan penelitian dan pengembangan, pengujian barang jadi
karetdilakukan untuk memahami perilaku, sifat dan efek pada sifat-sifat bahan
peracikan.Sebagai hasil dari evaluasi hasil pengujian tersebut, polimer baru atau
hasil peracikan yang lebih murah atau memiliki sifat yang lebih baik dapat
digunakan. Meskipun sifat polimer dasar dapat memiliki pengaruh besar pada waktu
pakai sebenarnya dari suatu produk, hal itu juga tergantung pada proses yang terjadi
dalam pembuatan produk. Dalam produk tertentu seperti ban, selang, sabuk V, dll, desain produk juga akan
mempengaruhi kinerja akhirnya. Oleh karena itu uji yang dilakukan pada produk
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 11
dilakukan untuk mengevaluasi waktu pakainya, harus mencakup uji dasar kinerja
produk dan uji kinerja yang dipercepat.Uji dasar penting yang harus dilakukan pada
karet vulkanisir adalah uji tekan dan tarik, uji penuaan, uji kekerasan, uji suhu
rendah, uji sobek, uji ketahanan, uji listrik dan masih banyak lagi jenis uji bergantung
kebutuhan. Pengujian yang berhubungan dengan uji kinerja adalah uji abrasi, uji
kelenturan, uji kompresi dan sebagainya. Meskipun sebagian besar uji kinerja yang
dipercepat dilakukan dalam kondisi yang hampir sama dengan kondisi di mana
produk tersebut diharapkan akan digunaan, uji kinerja dipercepat tersebut dilakukan
dalam kondisi laboratorium dan hasilnya tidaklah berkorelasi dengan baik saat
digunakan pada keadaan sebenarnya. Namun uji laboratorium membantu untuk
mendapatkan data kinerja komparatif pada senyawa dan desain yang berbeda
ketika kita gunakan di bawah kondisi yang sama. Dalam semua tes yang dilakukan,
prosedur yang diikuti dan mesin pengujian yang digunakan harus mengacu pada
suatu standar, jika demikian maka hasil pengujian dapat direproduksi dalam
pengujian internal laboratorium tersebut.
B. Pengujian Viskositas
Penemuan polimer baru dan zat kimia pembuat kompon karet menghadapi masalah
dalam memilih bahan dan takaran yang tepat, khususnya sehubungan dengan
perilaku pengolahan selama kalendering, ekstrusi atau pencetakan injeksi.Saat
perilaku dari kompon berubah selama proses pengolahan akibat pengaruh
temperatur, kita harus bisa memprediksi bagaimana kompon tersebut akan
berperilaku selama pemrosesan dilakukan. Untuk mengukur viskositas dari karet
salah satu yang umum dilakukan adalah menggunakan viskometer Mooney. Nilai
viskositas Mooney dari karet merupakan salah satu parameter penting dalam
penilaian kualitas karet dan juga merupakan parameter penting dalam
memilih kualitas karet untuk digunakan. Dengan bantuan viskometer Mooney maka
kita dapat memprediksi perilaku kompon terkait dengan pengaruh suhu dan waktu
selama pemprosesan terjadi.Viskometer Mooney adalah sebuah alat yang didisain
untuk menentukan viskositas elastomer yang belum divulkanisasi dengan cara
mengukur resistensi dari karet saat diberi beban geser yang dihasilkan dari gerakan
rotor ditengah benda uji pada kondisi tertentu.
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 12
Gambar 3.1. Alat viskometer Mooney
Viskositas karet dapat bervariasi secara dramatis dengan tingkat deformasi
sehingga sifat reologi mereka tidak dapat didefinisikan dengan hanya mengukur
viskositas pada satu kali laju. Salah satu instrumen yang paling penting dalam
industri karet adalah piringan geser viskometer. Laju gesernya dapat dituliskan:
Dan tegangan geser dituliskan
dimana
r1 = radius rotor
r2 = radius stator
b = ketebalan rotor
h = dasar, atas &bawah diantara rotor stator
Ω = kecepatan sudut dari rotor
C = percepatan torsi
η = konstanta bahan
Hubungan tersebut dapat di ubah menjadi angka Mooney dengan menggunakan
standar torsi 84.6 kg cm = 100 Mooneys.
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 13
Instrumennya terdiri dari piringan berbentuk silinder datar yang digerakkan oleh
suatu motor untuk dapat berputar perlahan dan terus menerus dalam satu arah.
Piringan ini ditanam ke dalam spesimen elastomer, dibatasi hanya dalam rongga
cetakan yang dipanaskan dan dipertahankan pada suhu tertentu dan
tetap ditutup oleh sejumlah gaya tertentu. Pada saat piringan berputar, piringan
tersebut mengalami tegangan tarik geser. Gaya perlawanan terhadap rotasi oleh
elastomer adalah gaya viskositas geser yang nilainya sebanding dengan viskositas
absolut rata-rata dari spesimen.Biasanya periode pemanasan awal diberikan pada
elastomer pada saat piringan mulai berputar. Viskositas awal akan tercatat tinggi
dan seiring dengan berjalannya waktu maka viskositas dari spesimen akan menurun
hingga nilai minimum. Viskositas akan dua kali lebih besar jika diukur dengan
menggunakan rotor yang besarnya sekitar dua kali lipat dari rotor kecil.
Viskositas dapat dilaporkan sebagai:
1. Metode persiapan sampel
2. Angka viskositas Mooney
3. Ukuran rotor
4. Waktu pemanasan awal
5. Interval waktu untuk pembacaan viskositas
6. Suhu pengujian
Hasil pengujian dapat dinyatakan sebagai:
= 50ML(I+4)100°C
dimana
50M = Viskositas dalam satuan Mooney.
L = Rotor besar (untuk ukuran kecil diganti dengan'S')
I = Waktu pemanasan awal dalam menit.
4 = Waktu dalam menit setelah motor dijalankan dimana
pembacaan dimulai.
100°C = temperatur pengujian.
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 14
Gambar 3.2. Kurva pengukuran viskositas Mooney
Elastomer yang divulkanisir pada temperatur percobaan viskositasnya akan
meningkat dari nilai minimum saat ada di titik induksi atau perubahan warna akibat
panas (scorch). Laju kenaikan viskositas terhadap waktu dapat terukur dengan
melihat laju curing dari elastomer. Karakteristik curing ini dapat ditentukan dari plot
viskositas terhadap grafik waktu.
Gambar 3.3. Pengujian scorch Mooney
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 15
Informasi tersebut diperoleh dari plot:
Vi = Viskositas awal
Vm = Viskositas minimum
T5 = Waktu untuk naik lima titik dari Vm (waktu scorch)
T35 = Waktu untuk naik tiga puluh lima titik dari Vm
ΔTL30 = T35-T5 laju curing atau atau Indeks curing untuk rotor
Besar
ΔTS15 = T18-T3 laju curing atau Indeks curing untuk rotor kecil
Standar Pengujian: ISO 289, ISO 1796, ASTM D1646
C. Pengujian Kekerasan
Kekerasan adalah sifat yang penting untuk pembuatan kompon karena
spesifikasinya memberikan batasan pada jenis dan kuantitas bahan kompon tertentu
seperti bahan pengisi, plastisizer dan sebagainya dalam kompon tertentu.
Uji kekerasan dilakukan dengan mengukur kedalaman penetrasi sebuah indentor
berbentuk bola pejal dengan dimensi yang telah ditentukan berdasarkan baik
dengan penerapan beban dengan bobot mati atau menggunakan pegas pada
spesimen uji karet.Pengujian ini menggunakan sampel dengan ukuran ketebalan
kira-kira 6 mm, dan luas permukaan yang cukup untuk memungkinkan setidaknya 3
titik uji dengan jarak 5 mm dan 13 mm dari tepi. Harga kekerasan diperoleh dengan
membandingkan perbedaan antara gaya awal yang kecil dengan gaya akhir yang
lebih besar. Ada berbagai jenis peralatan yang digunakan untuk mengukur
kekerasan. Beberapa yang paling sering digunakan adalah shore A Durometer, Rex
Gauge, Wallance Hardness Meter, the International Rubber Hardness Tester dan
masih banyak lagi.
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 16
Gambar 3.4. Berbagai jenis alat kekerasan jenis Shore
Harga kekerasan dapat digunakan untuk menunjukkan keelastisan dari suatu
material. Semakin rendah kekerasannya maka semakin elastis material tersebut.
Dua skala yang umumnya digunakan: Shore-A dan mikro-IRHD. Keduanya hampir
sama. Instrumen yang digunakan untuk pengukuran adalah:
• Durometer: berbentuk indentor kerucut runcing ketika ditekan terhadap sampel,
akan didorong kembali ke dalam tester oleh sebuah per dan gerak ini
diterjemahkan ke dalam gerakan pointer pada alat penunjuk jarum. Semakin
keras sampel uji maka semakin jauh dorongan kembali titik indentor dan akan
semakin tinggi pembacaan numerik pada skalanya. Unit ini pada alat Shore-A.
• IRHD tester: Beban mati diterapkan ke indentor pada waktu tertentu dan
kekerasan diperoleh berdasarkan kedalaman indentasi.
Gambar 3.5. Perbandingan hasil indentasi
Skala The International Rubber Hardness Degrees (IRHD) berada dalam jangkauan
dari 0 hingga 100 dan berhubungan dengan dengan modulus elastisitas dari 0 (0)
dan tak hingga (100). Pembacaan skala shore A dimulai dari angka 30 hingga 90.
Elastomer yang lebih keras dapat diuji kekerasannya dengan menggunakan indentor
penunjuk berbentuk kerucut dengan skala Shore D. Hasil skala Shore A dan skala
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 17
IRHD kira-kira akan sama pada rentang ketahanan yang sama. Dalam elastomer
yang memiliki nilai relaksasi stres atau deformasi histeresis yang luar biasa tinggi,
perbedaan waktu tinggal saat indentasi dalam dua pembacaannya dapat
menghasilkan nilai yang berbeda. Selain itu, hasil dari setiap pengujian kekerasan
bergantung pada ketebalan elastomer. Ketebalannya harus ditentukan ketika
melakukan tes ini. Karena keterbatasan mekanik dari peralatan uji, pengukuran
kekerasan elastomer jarang diekspresikan lebih daripada 5 poin angka
kekerasannya. Indentasi permukaan atau kekerasan biasanya tidak berkaitan
dengan kemampuan dari bagian elastomer untuk berfungsi dengan baik. Kekerasan
adalah ukuran respons elastomer terhadap stres permukaan pada skala kecil.
Standar Pengujian: ISO 48, ISO 1400, ISO 1818, ISO 7619, ASTM D 2240, ASTM
D 1415.
D. Pengujian Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik adalah tegangan tarik maksimum yang dapat dicapai pada saat
benda uji ditarik hingga putus. Benda uji biasanya berbentuk dumbbell datar. Sesuai
konvensi, gaya yang dibutuhkan dinyatakan sebagai gaya per satuan luas dari
penampang awal asli dari panjang uji,
di mana F adalah beban seketika yang diterapkan ke spesimen secara tegak lurus,
dinyatakan dalam satuan newton (N), dan A0 adalah bidang yang belum mengalami
beban (m2). Unit yang digunakan adalah megapascal, MPa (SI) (di mana1 MPa =
106 N/m2).
Pada uji tarik karet hasil vulkanisir terdapat tiga parameter utama terukur yaitu:
• Kekuatan tarik
• Perpanjangan saat putus
• Modulus perpanjangan tertentu dari sampel yang diperoleh pada suatu
interval waktu.
Kekuatan tarik didefinisikan sebagai gaya per satuan luas penampang awal sampel
yang diperlukan untuk meregangkan penampang awal sampel hingga patah terjadi.
Modulus adalah tegangan tarik yang diperlukan untuk meregangkan sepotong benda
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 18
uji karet untuk menentukan perpanjangannya. Perpanjangan saat putus adalah
perpanjangan maksimum yang dinyatakan sebagai persentase dari panjang aslinya
sebelum sampel patah. Ada berbagai jenis specimen uji yang digunakan dapat
berbentuk dumb bell atau berbentuk cincin.
Gambar 3.6. Bentuk spesimen uji dumbbell
Potongan uji berbentuk dumbbell paling umum digunakan. Benda uji dipotong dari
lembaran vulkanisir yang akan diuji dengan bantuan cetakan sedemikian rupa
sehingga butiran hasil penggilingan berada dalam arah sepanjang potongan benda
uji. Potongan benda uji tersebut kemudian dijepit pada mesin pengujian dan ditarik
pada laju konstan. Dari grafik tegangan regangan yang diperoleh, modulus kekuatan
tarik dan perpanjangan saat putus dapat dihitung dengan mengetahui ketebalan
awal dan lebar dari benda uji. Nilai rata-rata dari empat dari lima nilai uji sampel
yang sama diambil sebagai nilai yang sebenarnya. Hasil uji tarik dapat digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan karet vulkanisir dan tingkat cure dari karet vulkanisir.
Gambar 3.7. Skema alat uji beban tarik
Pemanjangan atau regangan, adalah perpanjangan antar titik ukur yang dihasilkan
oleh gaya tarik yang diterapkan pada benda uji dan dinyatakan sebagai persentase
dari jarak awal dari titik ukur.Elongasi pada saat patah, atau perpanjangan akhir,
adalah perpanjangan pada saat patah.
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 19
Standar: ISO 37, ASTM D 412
E. Pengujian Ketahanan Sobek
Pengujian ketahanan sobek didefinisikan sebagai gaya per satuan ketebalan yang
dibutuhkan untuk menyebabkan nick di karet ketika ditarik di bawah laju konstan
dengan arah yang tegak lurus terhadap bidang potong. Uji sobek dapat dilakukan
dengan menggunakan mesin uji tarik.Ada berbagai jenis bentuk potongan uji yang
digunakan untuk melakukan uji sobek. Karena kekuatan sobek rentan terhadap
terjadinya pemotongan nick, pengujian yang dilakukan menggunakan potongan uji
dengan sudut nick yang tepat akan memberikan reproduktifitas hasil tes yang lebih
baik.
Gambar 3.8. Spesimen cetakan potong jenis A, B dan C
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 20
Uji sobek dapat juga memberikan indikasi perilaku propagasi dari karet vulkanisir
dalam inisiasi sobek perpanjangan sobek.
Gambar 3.9. Pengujian perambatan tarik
Standar: ISO 34, ASTM D624
C. Pengujian Pampatan tetap
Karet akan berubah bentuk pada saat diberi beban dan jarang untuk kembali
sepenuhnya ke dimensi aslinya mereka ketika beban yang diberikan dihilangkan.
Perbedaan antara dimensi asli dan dimensi akhir dikenal sebagai set kompresi.
Piringan kecil berbentuk silinder dengan diameter 13 mm dengan ketebalan 6 mm
atau diameter 29 mm dengan ketebalan 12,5 mm yang umum biasa digunakan
untuk pengujian.
Gambar 3.10. Prosedur uji pampatan tetap (sumber:
Piringan dikompresi sedemikian rupa sehingga terjadi kompresi 25 persen dari tinggi
aslinya. Pengujian ini dilakukan pada temperatur yang diketahui, biasanya pada 23
°C (atau antara 70 dan 250 °C) dengan durasi 24 atau 72 jam.
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 21
Pada akhir waktu yang ditentukan, potongan uji dikeluarkan dari jig pengujian dan
dibiarkan pulih kembali pada temperatur 23 °C selama 30 menit sebelum
ketebalannya diukur kembali. Set kompresi adalah perbedaan antara ketebalan awal
dari benda uji dan setelah benda uji yang ditekan kembali kebentuk semula.
Hasilnya dinyatakan sebagai persentase dari kompresi awalnya. dapat dirumuskan:
Set kompresi = (ketebalan awal - ketebalan potongan setelah pemulihan) /
(ketebalan awal - ketinggian kompresi)
Gambar 3.11. Alat pampatan tetap
Standar: ISO 815, ASTM D 395
G. Pengujian ketahanan kikis
Pengujian ketahanan kikis adalah tes yang digunakan untuk mengukur ketahanan
bahan memakai berasal dari geser kontak seperti menggosok, grinding, atau
menggores terhadap bahan lain. Sebuah potongan uji ditekan terhadap drum berputar ditutupi dengan kain kasar.
Hilangnya berat (volume) diukur setelah sejumlah revolusi dan memberikan indikasi
perlawanan abrasi.
Gambar 3.12. Diagram alat uji kikis
Standar: ISO 4649, ASTM D 394
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 22
H. Pengujian perubahan sifat fisik saat terjadi perubahan temperatur dan lingkungan
H.1. Ketahanan terhadap penuaan panas
Sifat elastomer umumnya akan berubah setelah terjadi kontak yang terlalu lama
pada temperatur tinggi. Pengujian penuaan panas dilakukan karena dua alasan.
Pertama, pengujian dilakukan untuk menentukan perubahan sifat fisik pada saat
temperatur pemakaiannya tinggi. Kedua, dilakukan pengujian dipercepat pada
temperatur tinggi untuk mencoba memprediksi panjang umur pakai pada temperatur
pemakaian yang lebih rendah. Pengujian dilakukan dalam oven udara atau ruang
yang diberi tekanan oksigen. Benda uji dikenakan pada lingkungan yang tingkat
kerusakannya dikendalikan oleh udara pada suhu tinggi dan tekanan atmosfir,
kemudian sifat hasil pengujian tersebut dibandingkan dengan benda uji awal.
Pengujian ini dapat dikombinasikan dengan pengujian fisik lainnya seperti uji tarik,
perpanjangan dan kekerasan.
Gambar 3.13. Temperatur resistensi dari beberapa elastomer
Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis oven diantaranya
menggunakan oven dengan aliran udara laminaratau dengan aliran udara
turbulendan aliran udaranya terukur dengan anemometer.
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 23
Keterangan
1. Benda uji
2. Aliran laminar udara
3. Elemen pemanas
4. Saluran udara masuk
5. Peniup udara
6. Saluran udara keluar
Gambar 3.8.Oven jenis 1 – Menggunakan aliran udara laminar
Keterangan
1. Pegangan benda uji
2. Benda uji
3. Aliran udara turbulen
4. Aliran udara laminar (saluran masuk,
keluar dekat dengan dinding)
5. Elemen pemanas
6. Motor
7. Saluran udara masuk
8. Peniup udara
9. Saluran udara keluar
Gambar 3.9. Oven jenis 2 – Menggunakan aliran udara turbulen
Waktu yang digunakan untuk mendapatkan derajat penuaan dari benda uji
bergantung dari jenis ujinya.Penuaan yang dilakukan tidak boleh berlebihan agar
nilai akhir dari sifat fisiknya dapat maksimal.Suhu pengujian harus tetap dijaga agar
tetap stabil, toleransi suhunya ± 1°C, karena pada perbedaan 1 °C akan
memberikan perbedaan hingga 10% dari waktu penuaan. Dalam pengujian ini perlu
menggunakan faktor koreksi dari sertifikat kalibrasi agar diperoleh hasil mendekati
suhu sebenarnya.
Standar: ISO 188, ASTM D 573
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 24
H.2. Ketahanan terhadap pelapukan
Penurunan sifat fisik dapat terjadi ketika elastomer diekspos pada lingkungan
luar.Kerusakan ini dapat diamati dalam bentuk retakan, mengelupas, meninggalkan
jejak, perubahan warna dan cacat permukaan lainnya.Sejauh ini penyebab yang
paling penting dari kerusakan oleh pelapukan adalah dengan adanya ozon.
Konsentrasi ozon kurang dari satu pphm di atmosfer akan dapat menyerang karet
yang tidak tahan terhadap pengaruh ozon jika mereka berada dalam kondisi diberi
sedikit tegangan.
Gambar 3.8. Penuaan pada karet alam (NR) dan karet butil (IIR). (sumber:
http://www.timcorubber.com/rubber-materials/butyl.htm)
Hasilnya adalah retakan tipis pada arah ketegangan.Sinar matahari (UV), oksigen,
kelembaban dan temperatur juga dapat mempengaruhi elastomer.
Pengujian pelapukan dilakukan dengan memasukan benda uji berbentuk dumbbell
kedalam ruang berkadar ozon terkontrol pada waktu dan suhu tertentu. Konsentrasi
dari ozon dapat bervariasi. Pengamatan dari hasil uji dilakukan dalam interval waktu
tertentu.
Standar: ASTM D 1.149
H.3. Ketahanan terhadap temperatur rendah
Semua elastomer akan mengalami beberapa jenis perubahan ketika mereka berada
pada temperatur rendah. Beberapa perubahan terjadi secara cepat sedangkan yang
lainnya dapat terjadi setelah kontak yang terlalu lama. Semua reaksi yang terjadi
bersifat reversibel, elastomer akan kembali ke sifat aslinya ketika temperatur kembali
ke temperatur kamar. Pada temperatur rendah material akan menjadi rapuh dan
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 25
pecah pada saat ditekuk tiba-tiba atau saat terjadi benturan/impak. Temperatur di
mana hal ini terjadi, ketika ditentukan di bawah kondisi tertentu pengujian yang
ditentukan, disebut titik rapuh. Sebuah tes lain, untuk mengukur modulus material,
adalah tes pencabutan materi. Umumnya dikenal sebagai tes TR. Standar: ISO R 812, ISO 2921, ASTM D 2137, ASTM D 1053, ASTM D 1329
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 26
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengujian sifat fisik barang jadi karet memegang peranan penting dalam
menentukan kualitas produk atau vulkanisat karet. Pengujian sifat fisik dapat
membantu disainer dalam menentukan pemilihan formula dari suatu kompon atau
vulkanisat serta dalam penelitian dan pengembangan barang jadi karet.Pengujian
yang dilakukan harus mengacu pada standar yang dipakai oleh negara pengguna
dan hasil pengujian tersebut harus dapat direproduksi dalam pengujian internal
laboratorium tersebut.
B. Tindak lanjut
Metoda pengujian sifat fisik barang jadi karet sangat luas dan bergantung dari
komposisi kompon dan sifat fisik apa yang diharapkan ada pada barang jadi karet.
Pengujian sifat fisik karet tidak hanya terbatas pada satu pengujian saja, tetapi
pengujian tersebut dapat dikombinasi dengan pengujian lainnya.Pengujian tersebut
disesuaikan dengan sifat fisik yang ingin diketahui.
Metoda Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet Halaman 27
DAFTAR RUJUKAN
Kuno Dijkhuis, Accelerated ageing tests of vulcanized rubber, BPRI, Brussels,
November 25th , 2009.
Rodrigues, F., Santos, E., Feitosa, J., Ricardo, N. and R. De Paula, Ozonation of
Unstretched Natural Rubber: Part I. Effect of Film Thickness. Rubber Chem.
Technol., 2001.
Rubber, vulcanized or thermoplastic – Accelerated ageing test and heat resistance
tests, International Standard, ISO 188, 2007.
http://www.crtlabs.com/compression_set_testing.html - 27 November 2012 – 12.50
WIB.
http://www.dracomech.com/gaskets/rubber.htm- 28 November 2012 – 13.00 WIB.
http://erapol.com.au/english/Technical/Elastomer-Systems/properties-
elastomer.html- 30 November 2012 – 11.00 WIB.
http://harboro.co.uk/specifying_rubber.html- 28 November 2012 – 12.00 WIB.
http://insideracingtechnology.com/tirebkexerpt3.htm.
http://www.materials.co.uk/rubber.htm- 27 November 2012 – 12.30 WIB.
http://www.oringsusa.com/html/tensile_strength.html- 27 November 2012 – 11.00
WIB.
http://www.polyprod.com/eng-abrasion-resistance.html- 27 November 2012 – 14.00
WIB.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S014294180200171X- 30 November
2012 – 11.00 WIB.
http://www.smooth-on.com/faq_display.php?faq_id=76&cID=4- 27 November 2012 –
12.00 WIB.
http://www.worldoftest.com/compressionset.htm.