metod

29
PENGARUH PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 4 BANJARMASIN PADA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK PROPOSAL Untuk memenuhi Persyaratan Melakukan Penelitian dalam Rangka Penyusunan Skripsi Oleh: Khairunnisa Fahlina A1C408269 Sholehah A1C408261 Surya Haryandi A1C408201 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Transcript of metod

Page 1: metod

PENGARUH PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE)

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

KELAS X-3 SMA NEGERI 4 BANJARMASIN

PADA POKOK BAHASAN KALOR

DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK

PROPOSAL

Untuk memenuhi Persyaratan Melakukan Penelitian

dalam Rangka Penyusunan Skripsi

Oleh:

Khairunnisa Fahlina A1C408269

Sholehah A1C408261

Surya Haryandi A1C408201

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2011

Page 2: metod

I. JUDUL: Pengaruh Penggunaan Siklus Belajar (Learning Cycle) terhadap Prestasi Belajar

Siswa Kelas X-3 SMA Negeri 4 Banjarmasin pada Pokok Bahasan Kalor dengan

Pendekatan Konstruktivistik.

II. LATAR BELAKANG

Proses belajar mengajar sesuai KTSP 2006 di atur dalam Peraturan Pemerintah RI

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang diperjelas dengan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007 tanggal 23 Mei 2007 tentang

Standar Pengelolaan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa mutu

pembelajaran di sekolah dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran yang

mengacu pada standar proses, melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik,

memotivasi, mendorong kreatifitas, dan dialogis,diharapkan siswa mencapai pola pikir dan

kebebasan berfikir sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual yang berupa berfikir,

berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan memprediksi.

Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Banjarmasin khususnya kelas X-3, fisika

selalu merupakan mata pelajaran yang paling tidak disukai, karena dianggap terlalu sulit. Hal

ini terlihat dari nilai-nilainya yang sangat rendah atau bahkan paling rendah. Rendahnya

prestasi belajar fisika mungkin disebabkan oleh metode pembelajaran yang kurang sesuai

dengan materi pelajaran. Dalam penyampaian materi fisika, guru lebih senang menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab, sedangkan metode eksperimen dan demonstrasi jarang

dilakukan, dengan alasan keterbatasan alat labolatorium di sekolah. Penyampaian materi

fisika dengan metode ceramah ini menyebabkan adanya kesenjangan antara penjelasan guru

dengan cara berfikir siswa. Siswa hanya dapat membayangkan apa yang disampaikan guru

tanpa mengamati sendiri gejala-gejala fisika yang sebenarnya, hal ini akan menyebabkan

pemahaman siswa terhadap suatu konsep kurang mantap. Kegiatan pembelajaran seperti ini

bersifat monoton dan siswa menjadi kurang bergairah untuk belajar.

Berdasarkan pengamatan peneliti saat menempuh mata kuliah Praktek Pengalaman

Lapangan (PPL), kegiatan pembelajaran dengan metode ceramah ini terus berlangsung. Dari

pengamatan dan wawancara dengan guru fisika di sekolah ini, didapatkan bahwa ketuntasan

hasil belajar siswa menurun yaitu terdapat 22,5 % atau 9 orang siswa yang tuntas, sedangkan

siswa yang tidak tuntas terdapat 77,5 % atau 31 orang. Hal ini terjadi karena siswa merasa

jenuh dengan mata pelajaran fisika, karena metode pengajaran yang diberikan kurang

bervariasi. Padahal sekolah ini memiliki labolatorium dan peralatan yang cukup memadai,

tetapi sayangnya jarang dimanfaatkan.

Page 3: metod

Berdasarkan kondisi di atas, maka diperlukan suatu alternatif metode pembelajaran

yang dapat memberikan penyelesaian terhadap masalah tersebut. Metode yang digunakan

tentunya dapat membantu siswa dalam penguasaan konsep yang baik, sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajarnya. Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, saat ini

diperlukan pendidikan yang menitikberatkan pada proses pembelajaran yang lebih

mengaktifkan siswa, yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Proses

pembelajaran yang sesuai antara lain adalah pembelajaran menggunakan pendekatan

konstruktivistik.

Salah satu upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah digunakannya

siklus belajar (Learning Cycle). Siklus belajar memiliki tiga fase yang membentuk pondasi

untuk ilmu pengetahuan alam. Tiga fase tersebut yakni fase eksplorasi, fase pengenalan

konsep, dan fase penerapan konsep. Pada fase eksplorasi siswa diberikan kegiatan untuk

mengumpulkan data melalui pengamatan atau pengumpulan pengamatan dengan panca

indra. Pada proses ini siswa membangun pengetahuannya berdasarkan konsep-konsep yang

telah dimilikinya. Sedangkan pada fase pengenalan konsep, guru membimbing siswa untuk

mempresentasikan data yang telah diperoleh pada fase eksplorasi. Dengan bimbingan guru,

siswa mengorganisasikan datanya untuk menemukan keteraturan atau hubungan antar

konsep. Kemudian pada fase penerapan konsep siswa diberikan kesempatan untuk

memahami hubungan antar konsep utama yang dipelajari dalam situasi baru. Selain

penerapan konsep mereka diberikan kesempatan untuk memahami hubungan antar konsep

utama yang dipelajari dengan konsep-konsep lain. Secara ideal, fase penerapan konsep dari

suatu pelajaran dapat membawa pada fase ekspolasi dari pelajaran yang baru. Dalam setiap

fase di atas terdapat evaluasi. Evaluasi ini memegang peranan penting khususnya dalam

mengevaluasi diskusi yang dilakukan siswa pada setiap fase sehingga dapat meningkatkan

tujuan pembelajaran. Melihat karakteristik dari siklus belajar seperti tersebut di atas, maka

siklus belajar dapat digunakan sebagai salah satu strategi dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa. Dari uraian di atas, tentunya perlu diadakan penelitian untuk menerapkan

model ini pada mata pelajaran fisika khususnya pada konsep kalor.

Konstruktivisme berasal dari kata “to construct” yang artinya membangun atau

menyusun. Teori konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang menekankan bahwa para

siswa sebagai pebelajar tidak menerima begitu saja pengetahuan yang mereka dapatkan,

tetapi mereka secara aktif membangun pengetahuan secara individual (Carin dalam Srini,

2001: 2). Menurut pandangan konstruktivisme pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja

dari seseorang kepada orang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing

Page 4: metod

orang. Tiap orang harus mengkonstruksi pengetahuan, dan bukan sesuatu yang telah jadi.

Tetapi suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses ini keaktifan seseorang

pengamat berperan dalam perkembangan pengetahuannya (Suparno, 1997: 28-29). Carr,

Yonassen, Litzinger dan Mana (dalam Srini, 2001: 3) mengemukakan bahwa ada lima ciri

pendekatan konstruktivisme, yaitu sebagai berikut:

1. Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, sebab fokus belajar mereka pada proses

integrasi pengetahuan yang baru dengan pengalaman atau pengetahuan mereka yang

lama.

2. Setiap pandangan yang berbeda akan dihargai dan diperlukan. Para siswa didorong

untuk menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi.

3. Proses pembelajaran harus mendorong terjadinya kerjasama dan bukan persaingan.

Proses pembelajaran melalui kerjasama memungkinkan siswa mengingat pelajaran

lebih lama.

4. Kontrol kecepatan dan fokus pelajaran ada pada siswa. Cara ini akan membuat siswa

mandiri dalam belajar.

5. Pendekatan konstruktivistik memberi pengalaman belajar yang tidak terlepas dari

konteks dunia nyata.

Berdasarkan ciri-ciri pendekatan konstruktivistik tersebut didapatkan bahwa tujuan

pembelajaran dalam konstruktivistik lebih menekankan pada belajar, bagaimana belajar dan

penciptaan pemahaman baru yang menuntut aktivitas, kreatifitas dan produktif dalam konteks

nyata. Dengan demikian, siswa dituntut untuk berpikir dan berpikir ulang serta

mendemonstrasikan kinerjanya (Koes, 2001: 3). Salah satu model pembelajaran yang

menerapkan teori konstruktivisme adalah siklus belajar. Siklus belajar merupakan model

pembelajaran yang dapat mengembangkan atau memperkaya konsep-konsep yang telah

dimiliki oleh siswa sebagai bekal awal kognitifnya.

Berdasarkan hal ini, maka dilakukanlah penelitian yang berjudul “Pengaruh

Penggunaan Siklus Belajar (Learning Cycle) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X-3

SMA Negeri 4 Banjarmasin pada Pokok Bahasan Kalor dengan Pendekatan

Konstruktivistik”.

Page 5: metod

III.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah secara umum

“Bagaimanakah Pengaruh Penggunaan Siklus Belajar (Learning Cycle) terhadap Prestasi

Belajar Siswa Kelas X-3 SMA Negeri 4 Banjarmasin pada Pokok Bahasan Kalor?

Dari rumusan masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa pertanyaan penelitian sebagai

berikut :

1. Bagaimana pengaruh penggunaan model siklus belajar (Learning Cycle) selama

proses pembelajaran?

2. Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa pada penerapan pendekatan konstruktivistik

dengan model pembelajaran Learning Cycle?

3. Bagaimana keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle dengan pendekatan

konstruktivistik?

4. Bagaimana respon siswa terhadap proses belajar mengajar model Learning Cycle

dengan pendekatan konstruktivistik?

IV. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai

adalah untuk melihat pengaruh penggunaan siklus belajar (Learning Cycle) terhadap prestasi

belajar siswa kelas X-3 SMA Negeri 4 Banjarmasin pada pokok bahasan kalor.

V. MANFAAT PENELITIAN

Dengan terlaksananya penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan diperoleh adalah

sebagai berikut:

1. Bagi guru, penelitian ini sangat bermanfaat sebagai alternatif untuk mengembangkan

kemampuan dalam melakukan penelitian tindakan kelas dan menerapkan authentic

assesment dalam model pembelajaran Learning Cycle.

2. Bagi siswa, penelitian ini merupakan salah satu alternatif yang dapat meningkatkan

keterampilan kooperatif antar siswa.

3. Bagi pembaca, dapat menambah pengetahuan dan dapat dijadikan panduan untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan pembelajaran Learning Cycle

dengan pendekatan konstruktivistik.

Page 6: metod

VI. PENJELASAN ISTILAH DAN BATASAN MASALAH

6.1 Penjelasan Istilah

a. Pendekatan Konstruktivistik

Didefinisikan sebagai suatu pendekatan dimana siswa membangun pengetahuannya

secara mandiri dengan tidak terlepas dari pengalaman sehari-hari. Pembelajaran ini

menuntut siswa aktif dalam proses pembelajaran, karena siswa didorong untuk

menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskannya secara terintegrasi. Tempo

dan fokus pelajaran diserahkan pada siswa, sehingga siswa dituntut untuk mandiri,

berfikir kritis dan kreatif.

b. Model Siklus Belajar (Learning Cycle)

Model siklus belajar adalah model pembelajaran yang didasarkan pada pendekatan

konstruktivisme. Dalam pandangan ini, siklus belajar merupakan suatu cara berfikir dan

bertindak sesuai dengan bagaimana siswa tersebut belajar. Model siklus belajar ini

memiliki tiga fase, yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep dan fase penerapan

konsep. Dalam setiap fase terdapat evaluasi.

c. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran yang dapat dilihat dari skor perolehan tes sub sumatif yang diadakan pada

setiap akhir pembahasan suatu konsep.

6.2 Asumsi

a. Siswa mendapat perlakuan yang sama selama proses belajar mengajar.

b. Jawaban dan alasan yang diberikan siswa pada saat mengerjakan tes menunjukkan

kemampuan siswa terhadap penugasan materi Kalor.

6.3 Batasan Masalah

a. Ketuntasan belajar hanya dilihat dari aspek produk dan proses.

b. Subyek penelitian adalah siswa Kelas X-3 SMA Negeri 4 Banjarmasin.

c. Materi yang digunakan adalah materi Kelas X Semester 2 pada pokok bahasan Kalor.

d. Kegiatan pembelajaran pada subyek penelitian dilaksanakan 3 kali pertemuan dengan

alokasi waktu 6 Jam Pelajaran (45 menit/Jam Pelajaran).

Page 7: metod

KAJIAN PUSTAKA

A. Karakteristik Siswa Kelas X-3 SMA Negeri 4 Banjarmasin

B. Pendekatan Konstruktivistik

C. Model Siklus Belajar (Learning Cycle)

1. Fase Eksplorasi

2. Fase Pengenalan Konsep

3. Fase Penerapan Konsep

D. Model Learning Cycle dengan Pendekatan Konstruktivistik

E. Penerapan Model Siklus Belajar Dalam Topik Kalor

F. Penelitian yang Relevan

G. Kerangka Berfikir

Page 8: metod

Plan

Reflective

Action/ Observation

Revised Plan

Reflective

Action/ Observation

Reflective

Action/ Observation

Revised Plan

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena dalam penelitian

ini untuk mengatasi adanya masalah yang ada dalam kelas X-3 SMA Negeri 4 Banjarmasin

berkaitan dengan ketuntasan belajar siswa siswa yang rendah.

Peneliti berusaha mengamati, merefleksikan, dan mengevaluasi kegiatan

pembelajaran yang berlangsung. Setelah melakukan refleksi biasanya muncul kesalahan atau

pemikiran yang perlu mendapat atau dilakukan perencanaan ulang yang disertai dengan

tindakan pengamatan ulang, sehingga tahap-tahap kegiatan tersebut terus berulang sampai

suatu permasalahan dianggap teratasi. Adapun alur penelitian tindakan kelas yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan alur penelitian tindakan kelas model Hopkins yang

digambarkan sebagai berikut:

Empat tahap penelitian kelas yang dirumuskan oleh Hopkins (Budi, 2003:4) adalah sebagai

berikut:

3.1.1 Plan (Rencana Awal)

Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan

sesuatu. Rencana yang dilakukan meliputi:

Page 9: metod

a. Menyusun RPP pembelajaran kooperatif dengan Pendekatan Konstruktivisik untuk 3

siklus.

b. Menyusun LKS, Hand out, LP, dan media pembelajaran yang sesuai.

c. Menyusun lembar pengamatan keterlaksanaan RPP dan keterampilan kooperatif

siswa.

d. Membuat angket respon siswa terhadap pembelajaraan kooperatif dengan CTL,

Keterampilan kooperatif, suasana belajar, dan cara mengajar guru.

3.1.2 Action (Tindakan)

Tahap berikutnya adalah melakukan implementasi/tindakan dikelas yaitu memotivasi

dan menyampaikan tujuan, mengumpulkan data melalui pengamatan, membimbing siswa

untuk mempresentasikan data yang telah diperoleh melalui pengamatan, membimbing siswa

mengorganisasikan data, memberi kesempatan untuk memahami hubungan antar konsep

utama, mengevaluasi diskusi, dan akhirnya memberikan penghargaan kepada siswa yang

kinerjanya baik.

3.1.3 Observation (Pengamatan)

Selama melakukan tindakan kelas, maka dilakukan observasi oleh observer (guru

mitra dan teman sejawat) tentang keterlaksanaan RPP dan keterampilan kooperatif yang

dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung, setelah proses pembelajaran

dilakukan tes hasil belajar.

3.1.4 Reflection (Refleksi)

Setelah semua data terkumpul meliputi keterlaksanaan RPP, keterampilan kooperatif

siswa, dan tes hasil belajar, selanjutnya dilakukan analisis dan refleksi antara guru/peneliti

dan observer. Analisis data dilakukan melalui reduksi data, paparan, dan kesimpulan.

Selanjutnya refleksi untuk mengkaji tindakan terhadap keberhasilan pencapaian berbagai

tujuan dan perlu tidaknya ditindaklanjuti dalam rangka mencapai tujuan akhir. Berdasarkan

hasil refleksi, maka kesalahan-kesalahan yang terjadi selama pembelajaran dijadikan

pertimbangan untuk memperbaiki kesalahan pada siklus berikutnya.

Pada siklus terakhir, siswa diminta mengisi angket respon siswa berkaitan dengan

proses pembelajaran, keterampilan kooperatif, suasana kelas, dan cara guru mengajar.

Page 10: metod

3.2 Subjek dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X-3 SMA Negeri 4 Banjarmasin pada

pokok bahasan Kalor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai Maret

2011.

3.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

a. Model siklus belajar adalah model pembelajaran yang menerapkan pendekatan

konstruktivistik. Dalam hal ini, siklus belajar merupakan cara berfikir dan bertindak

sesuai dengan bagaimana cara siswa belajar. Model siklus belajar memiliki tiga fase,

yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep, dan fase penerapan konsep. Dalam setiap

fase terdapat fase evaluasi.

b. Ketuntasan belajar siswa ditekankan pada hasil belajar yang meliputi pengetahuan,

pemahaman, penerapan,analisis, dan sintesis. Ketuntasan belajar diukur berdasarkan

jumlah skor yang diperoleh pada masing-masing tes. Untuk mengukur kemampuan awal

siswa dilakukan tes awal siswa (pretes) dan setelah pembelajaran diberikan dilakukan tes

hasil belajar (posttes).

c. Keterlaksanaan RPP adalah keterlaksanaan dari fase-fase Model Siklus Belajar dengan

Pendekatan Konstruktivistik yang diukur dengan instrument pengamatan keterlaksanaan

pembelajaran.

d. Respon siswa adalah pendapat sisiwa mengenai proses pembelajaran dengan

menggunakan Model Siklus Belajar dengan pendekatan konstruktivistik., suasana belajar,

dan cara guru mengajar yang diukur dengan menggunakan angket respon siswa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

3.4.1 Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP yang dilakukan guru dan

Model Siklus Belajar. Observer adalah teman sejawat dan guru pengajar fisika di SMA

Negeri 4 Banjarmasin.

Page 11: metod

3.4.2 Tes

Soal pretes-posttes digunakan untuk mengetahui mengukur ketrampilan, pengetahuan

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiiki individu atau kelompok. Dimana tes yang

akan dilakukan dalam penelitian ini berupa tes awal dan tes akhir. tes awal dilakukan untuk

mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai pokok bahasan kalor, sedangkan tes akhir

dilakukan dengan tujuan untuk melihat hasil belajar siswa terhadap pokok bahasan kalor.

3.4.3 Angket

Angket yang diberikan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui respon siswa dalam

memahami mata pelajaran Fisika pada pokok bahasan Kalor dengan Model Siklus Belajar

dengan menggunakan pendekatan Konstruktivistik. Angket ini diberikan setelah semua

tindakan pembelajaran selesai.

3.4.4 Dokumentasi

Dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini adalah foto dan rekaman video saat

proses pembelajaran berlangsung dan daftar nilai siswa kelas X-3.

3.5 Perangkat dan Instrumen Penelitian

Perangkat dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.5.1 Rencana Pembelajaran

RPP disusun menggunakan Model Siklus Belajar dengan pendekatan

Konstruktivistik. RPP ini disusun untuk mengajarkan materi Kalor yang disampaikan selama

3 kali pertemuan.

3.5.2 Hand Out

Ringkasan materi Kalor yang terdiri dari tujuan pembelajaran, materi perpindahan

kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.

3.5.3 Lembar Kegiatan Siswa

LKS adalah serangkaian kegiatan atau tugas yang harus dilakukan oleh siswa untuk

menunjang proses belajarnya guru untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Page 12: metod

3.5.3 Lembar Tes Hasil Belajar

Tes ini disusun berdasarkan indikator yang akan dicapai. Tes dilakukan pada setiap

akhir putaran.Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Penyusunan soal

tes ini berdasarkan pada indikator yang akan dicapai sebagai penjabaran dari kompetensi

dasar dengan mempertimbangkan aspek taksonomi bloom yang meliputi pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan kreativitas.

Soal yang telah dibuat selanjutnya divalidasi oleh pakar atau praktisi, kemudian

dilakukan ujicoba instrumen tes pada siswa yang telah menerima materi fluida dinamis. Data

yang diperoleh dilakukan analisis sebagai berikut:

a. Uji validitas soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahian

instrumen. Uji validitas menggunakan hitungan statistik korelasi product moment dengan

menggunakan rumus:(Suharsimi, 2006: 170)

2 2 2 2

( )( )

{ ( ) }{ ( ) }xy

N XY X Yr

N X X N Y Y

.......................... (8.1)

Keterangan

rxy = koefisien korelasi

X = skor tes pada butir soal yang dicari validitas

Y = skor soal yang dicapai tes

N = jumlah peserta tes

X = jumlah skor butir tes yang diukur validitasnya

Y = jumlah skor total

Untuk menginterpretasikan koefisien validitas dapat digunakan kriteria sebagai berikut :

rxy = 0,800 – 1,000 = sangat tinggi.

rxy = 0,600 – 0,400 = tinggi.

rxy = 0,400 – 0,600 = cukup.

rxy = 0,200 – 0,400 = rendah.

rxy = 0,000 – 0,200 = sangat rendah.

(Surapranata, 2005: 59)

Page 13: metod

Koefisien product moment yang didapat berdasarkan perhitungan selanjutnya

dibandingkan dengan harga tabel. Jika harga rxy lebih besar dari harga tabel maka product

moment koefisien valid.

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas suatu tes menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen itu baik. Instrumen yang

dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Rumus

yang dapat digunakan untuk mencari reliabilitas adalah dengan menggunakan rumus

Spearmen Brown.(Suharsimi, 2001: 93)

2/12/1

2/12/111 1

2

rr

rrr

Dengan

2222

2/21/1YYNXXN

YXXYNr

......... (8.2)

Keterangan :

r1/21/2 = koefisien korelasi belahan tes

r11 = koefisien korelasi reliabilitas

c. Taraf kesukaran

Taraf kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya

suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.

Analisis tingkat kesukaran item tes digunakan rumus sebagai berikut:(Suharsimi, 2001:

208)

BP

Js

................................................................................... (8.3)

dengan: P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab benar

Js = jumlah responden

Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 8.1 Kategori Tingkat Kesukaran

Nilai p KategoriP < 0,3

0,3 < P ≤ 0,7P > 0,7

SukarSedangMudah

(Surapranata, A 2005 : 21)

Page 14: metod

d. Daya beda

Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa

yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa berkemampuan rendah.(Suharsimi,

200: 213)

.A B

A BA B

B BD P P

J J ……………………….…………… (8.4)

D = daya pembeda

BA = jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar

JA = Jumlah peserta kelompok atas

JB = Jumlah peserta kelompok bawah

Proporsi kelompok atas yang menjawab benar

Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Dengan klasifikasi daya beda sebagai berikut :

D = 0,00 sampai 0,20 = item jelek

D = 0,20 sampai 0,70 = item cukup

D = 0,40 sampai 0.70 = item baik

D = 0,70 sampai 1,00 = item baik sekali

Jika nilai D negatif sebaiknya di buang

3.5.4 Lembar Observasi

Lembar observasi terdiri dari lembar keterlaksanaan siklus belajar dengan pendekatan

konstuktivistik dan keterampilan kooperatif siswa.

A

AA J

BP

B

BA J

BP

Page 15: metod

3.5.5 Lembar Angket

Digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang kegiatan pembelajaran CTL

dengan model siklus belajar, keterampilan kooperatif, suasana belajar, dan cara guru

mengajar.

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Analisis Keterlaksanaan Siklus Belajar dengan CTL.

Pengamatan keterlaksanaan RPP dilakukan oleh pengamat dengan memberikan tanda

(√) pada kolom keterlaksanaan (ya atau tidak). Teknik analisis data secara deskriptif

kuantitatif dengan teknik persentase sebagai berikut:

P=∑ K

∑ Nx 100 % …………………………………… (8.5)

Keterangan:P = Persentase keterlaksanaan RPP

K = Jumlah aspek yang terlaksana

N = jumlah keseluruhan aspek yang diamati

Persentase keterlaksanaan fase menggunakan kriteria sebagai berikut:

P = 0% - 24% (tidak terlaksana)

P = 25% - 49% (terlaksana kurang)

P = 50% - 74% (terlaksana baik)

P = 75% -100% (terlaksana sangat baik)

3.6.2 Keterampilan Kooperatif Siswa

Data hasil pengamatan yang digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas siswa selama

proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa meliputi menghargai pendapat orang lain,

mengambil giliran dan berbagi tugas, mengundang orang lain untuk berbicara, mendengarkan

secara aktif, bertanya, tidak berada dalam tugas, dan memeriksa ketepatan dll.

prosentase = AB

x 100 %

………………………….. (8.6)

Keterangan:

A = Besarnya jumlah frekuensi keterampilan kooperatif siswa yang muncul.

Page 16: metod

B = Jumlah total seluruh frekuensi keterampilan kooperatif siswa yang muncul.

3.6.3 Analisis Tes Hasil Belajar

Berdasarkan tes hasil belajar pada subyek penelitian, dilakukan analisis ketuntasan

secara individual dan klasikal. Siswa secara individual telah tuntas belajar, apabila rata-rata

ketercapaian indikator yang mewakili tujuan pembelajaran memenuhi Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) mata pelajaran Fisika di SMA Negeri 4 Banjarmasin yang ditetapkan

sebesar 65%. Sedangkan ketuntasan hasil belajar secara klasikal dihitung dengan

menggunakan rumus:

Ketuntasan klasikal=∑ Siswa yang tuntas secaraindividual

∑ Siswax100 %

Pembelajaran secara klasikal dikatakan tuntas apabila ¿ 85 % individu tuntas.

Skor perkembangan siswa ditentukan dengan cara sebagai berikut:

Tabel 8.2 Langkah-langkah Menentukan Skor Perkembangan

Langkah-langkah Keterangan

1. Menetapkan

skor dasar

Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor kuis

pada putaran sebelumnya

2. Menghitung

Skor terkini

Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan

dengan pelajaran terkini. Dari nilai kuis yang

didapatkan pada putaran sebelumnya kemudian

dibandingkan dengan nilai kuis terkini dan

memberikan poin berdasarkan tabel “perhitungan skor

individu Slavin 1995”

3. Menghitung Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya

Page 17: metod

Skor

perkembangan

ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai

atau melampui skor dasar mereka, dengan

menggunakan skala yang telah ditentukan dan

memberikan penghargaan berdasarkan rata-rata poin

yang diperoleh dalam kelompok

Tabel 8.3 Perhitungan Skor Individual Oleh Slavin 1995

Skor tes Nilai Perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0

1-10 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20

Lanjutan Tabel 8.3

Skor tes Nilai Perkembangan

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor

dasar)

30

Sedangkan langkah yang kedua digunakan untuk menghargai prestasi kelompok. Terdapat

tiga tingkat penghargaan terhadap prestasi kelompok, yaitu:

1. Kelompok yang memperoleh rata-rata 15, sebagai Good Team

2. Kelompok yang memperoleh rata-rata 20, sebagai Great Team

3. Kelompok yang memperoleh rata-rata 25, sebagai Super Team

Page 18: metod

(Ibrahim, dkk, 2001)

3.6.4 Analisis Respon Siswa

Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui pendapat siswa terhadap proses

pembelajaran kooperatif dengan CTL, keterampilan kooperatif, suasana belajar, dan cara

guru mengajar. Respon siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan persentase sebagai

berikut:

P=∑ R

∑ Nx 100 % ……………………………………………. (8.8)

Keterangan P = Persentase

R = Jumlah respon

N = Jumlah keseluruhan respon

3.7 Jadwal Penelitian

Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8.4 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan ke …/Minggu …

Januari Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan X

Observasi awal X

Penyusunan proposal X X X

Seminar Proposal X X

Penyusunan Perangkat

X X X

Penyusunan instrumen

X X

Validasi perangkat dan instrumen

X X

Perbaikan instrumen X X

Page 19: metod

2 Uji coba istrumen X

Perbaikan istrumen X

3 Validasi perangkat dan instrumen

X X

Perbaikan instrumen X X

4 Uji coba istrumen X

Perbaikan istrumen X

5 Pelaksanaan PTK X X X X

Analisis data X X X X

Pembuatan skipsi X X X X X X

6 Ujian Skripsi X

7 Perbaikan skripsi X X X

8 Pengumpulan skripsi X

3.8 Biaya Penelitiana. Observasi awal Rp. 100.000,00b. Menyusun Proposal Rp. 100.000,00c. Penyusunan Instrumen Penelitian Rp. 500.000,00d. Ujicoba Instrumen Penelitian Rp. 500.000,00e. Revisi instrumen Rp. 300.000,00f. Pengambilan Data Rp. 1.000.000,00g. Analissi Data Rp. 500.000,00h. Menyusun Draft Laporan Rp. 200.000,00i. Seminar Draft Laporan Rp. 500.000,00j. Revisi Laporan Penelitian Rp. 500.000,00k. Penggandaan Laporan Penelitian Rp. 500.000,00l. Transportasi Rp. 500.000,00

Jumlah Rp. 5.200.000,00Biaya Tak Terduga Rp. 500.000,00Total Rp. 5.700.000,00

Page 20: metod

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

Koes H, Supriyono, 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaraan Fisika. Makalah disajikan dalam National Seminar on science And Mathematics Education di Universitas Negeri Malang, 21 Agustus 2001

M. Iskandar, Srini. 2001. Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif Untuk Mengatasi Kesulitan

Siswa Kelas I SMU Memahami Pokok Bahasan Alkana, alkena, Alkuna Dengan

Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme. Makalah disajikan dalam National

Seminar on science And Mathematics Education di Universitas Negeri Malang, 21

Agustus 2001.

Suparno, Paul.1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Suyidno dan Zainuddin. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Banjarmasin: Unlam.

Kanginan, M. 2007. Fisika SMA Kelas X 1B. Jakarta: Erlangga.