Meted Ekstraksi Untuk Daun Sirih
-
Upload
nidiagalih-rizqi-imandasari -
Category
Documents
-
view
23 -
download
9
description
Transcript of Meted Ekstraksi Untuk Daun Sirih
Metode Ekstraksi Untuk Daun Sirih
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat
terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari
satu pelarut ke pelarut yang lain. Metode yang sering digunakan antara lain dengan cara dingin
yaitu maserasi, perkolasi atau dengan cara panas yaitu refluks, soxhlet, digesti, infuse, dan
dekokta. (Hermiati et al, 2013)
Metode ekstraksi yang sering digunakan untuk daun sirih (Piper betle) adalah maserasi,
digesti, dan infusa. Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar
dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, tiraks dan lilin. Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang
kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan
penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang
mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Berdasarkan jurnal Jahir Alam Khan (2011), metode ekstraksi yang digunakan adalah
ekstraksi. Tahapan yang dilakukan yaitu sebanyak 5g serbuk simplisia Piper betel direndam
dalam campuran pelarut etanol 70% dan methanol 80%. Disimpan selama 4 hari dalam ruangan
gelap sehingga metabolit sekundernya terlarut. Kemudian difiltrasi dengan kertas saring
Whatman No 1. Selanjutnya filtrate disimpan dalam suhu 50⁰C sehingga methanol dan etanol
menguap. Lalu metabolit kering dilarutkan kembali dalam 100mm Tris HCl dengan konsentrasi
akhir yaitu 500mg/ml.
Digesti adalah metode ekstraksi dengan cara maserasi kinetik (pengadukan
kontinyu)menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 400 – 500C. Cara maserasi ini hanya
dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan
pemanasandiperoleh keuntungan antara lain :
1. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisan-
lapisan batas.
2. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan
tersebutmempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
3. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding terbalik
dengankekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruhpada kecepatan difusi.
Umumnyakelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan.
4. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu
dilengkapidengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap kembali ke dalam
bejana. (Pitchaon Maisuthisakul)
Berdasarkan jurnal Pitchaon Maisuthisakul, ekstraksi dilakukan dengan cara digesti yaitu
daun sirih segar sebanyak 80 g dihaluskan selama 1 menit dengan pelarut tertentu yaitu methanol
atau etanol, kemudian dilakukan pengadukan pada suhu ±30⁰C. Selanjutnya dilakukan filtrasi
dengan kertas saring Whatman No 4 lalu filtratnya diuapkan didalam vakum.
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstrak sismplisia nabati dengan
air pada suhu 90o C selaam 10-15 menit yang dihitung sejak air mendidih. Jika bahan yang
digunakan untuk membuat dekok berasal dari bahan bertekstur keras, bahan yang digunakan
dalam infusa berasal dari bahan yang lunak (simplisi, daun dan bunga) seperti daun kumis
kucing, daun meniran, daun pegagan, bunga mawar, bunga melati, dan daun sambiloto. Cara
membuat infusa hampir sama dengan merebus teh. Siapkan simplisia kering 25-30 gram atau
bahan segar 75-90 gram. Bahan tersebut direbus dalam air mendidih 500 cc selama 15 menit atau
sampai volumenya menjadi 250 cc. Setelah direbus airnya disaring dan hasil penyaringan ini
disebut infusa.
Teknik infusa mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan teknik
pembuatan ekstrak yaitu karena teknik infusa lebih murah, lebih cepat, dan alat serta caranya
sederhana. Sedangkan dalam pembuatan ekstrak, kandungan dari bahan tumbuhan dan pelarut
yang paling tepat untuk masing-masing kandungan harus diketahui lebih dahulu. Dengan zat
pelarut yang tepat, zat aktif yang diinginkan akan terpisah dari bahan aslinya dan bercampur
dengan pelarut yang digunakan. (Santoso, 1993)
Berdasarkan penelitian Abdul Mun’im dkk, pembuatan infusa daun sirih dengan cara
serbuk daun sirih sebanyak 20 g ditambahkan akuades hingga 50 ml. Selanjutnya direbus selama
15 menit terhitung saat suhu 90oC sambil sesekali diaduk. Setelah dingin, larutan disaring dan
dicukupkan volumenya dengan akuades hingga 50 ml. Konsentrasi infusa yang didapatkan
adalah 40% .
Di antara ketiga cara tersebut yang paling umum digunakan adalah metode infusa. Hal ini
disebabkan metode infusa lebih menguntungkan sebab teknik infusa lebih murah, lebih cepat,
dan alat serta caranya sederhana.. Selain itu, daun sirih memiliki kandungan yang tahan terhadap
pemanasan sehingga metode infusa lebih umum digunakan.
Santoso, S. 1993. Perkembangan Obat Tradisional Dalam Ilmu
Kedokteran di Indonesia dan Upaya Pengembangannya Sebagai Obat
Alternatif, Jakarta: FKUI.
Hermiati et al. 2013. EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU DAN
MERAH SEBAGAI ANTIOKSIDAN PADA MINYAK KELAPA.
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara.
Khan, Jahir Alam et al. 2011. Evaluation of Antibacterial Properties of
Extract of Piper betel Leaves. Journal of Pharmaceutical and
Biomedical Science 11 (01)
Maisuthisakul, Pitchaon. Phenolic Antioxidants from Betel Leaf (Piper
betel Linn.) Extract Obtained with Different Solvents and Extraction
Time. School of Science, University of the Thai Chamber of Commerce