PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN SIRIH SEBAGAI ... - …eprints.ums.ac.id/56677/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · i...

16
PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN SIRIH SEBAGAI LARUTAN KUMUR DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK JERUK NIPIS Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh : NANDA PUTRI ANDRIANI A420130183 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Transcript of PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN SIRIH SEBAGAI ... - …eprints.ums.ac.id/56677/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · i...

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN SIRIH SEBAGAI

LARUTAN KUMUR DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK JERUK NIPIS

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh :

NANDA PUTRI ANDRIANI

A420130183

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle) SEBAGAI

LARUTAN KUMUR DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK JERUK NIPIS

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

NANDA PUTRI ANDRIANI

A420130183

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Dosen Pembimbing

Dr. Sofyan Anif, M.Si

NIK. 547/NIDN. 0625066301

ii

PENGESAHAN

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN SIRIH SEBAGAI

LARUTAN KUMUR DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK JERUK NIPIS

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

NANDA PUTRI ANDRIANI

A420130183

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari , 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji :

1. Dr. Sofyan Anif, M.Si ( )

(Ketua Dewan Penguji)

2. Endang Setyaningsih, S.Si, M.Si ( )

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Dra. Aminah Asngad, M.Si ( )

(Anggota II Dewan Penguji)

Surakarta,

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dekan,

Prof. Dr. Harun Joko Prayitno. M.Hum.

NIP. 196504281993031001

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka akan saya

pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 9 Oktober 2017

Penulis

NANDA PUTRI ANDRIANI

A420130183

1

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN SIRIH SEBAGAI

LARUTAN KUMUR DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK JERUK NIPIS

ABSTRAK

Obat kumur nabati dengan bahan baku daun sirih menjadi solusi untuk mengatasi masalah bau

mulut karena mengandung fenol yang dapat berguna sebagai antiseptik alami. Tujuan penelitian

ini untuk mengetahui kadar fenol dan kualitas organileptik(warna,aroma,dan rasa) pada larutan

kumur. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Februari sampai bulan Agustus 2017. Metode

yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan pola

faktor. Faktor yang digunakan yaitu konsentrasi jenis ekstrak. Pengujian fenol dilakukan dengan

metode Singleton dan Rossi. Ekstrak sirih dihasilkan dengan pemanasan 90oC kemudian diperas

dan dicampurkan dengan ekstrak jeruk nipis yang dihasilkan dengan pemerasan Hasil

menunjukkan bahwa terdapat kandungan fenol pada keempat perlakuan. Kadar fenol paling

tinggi terdapat pada perlakuan S2J2 dengan formulasi ekstrak daun sirih sebanyak 50% dan

ekstrak jeruk nipis sebanyak 30% . Dari keempat perlakuan, yang paling banyak disukai oleh

para panelis adalah perlakuan S2J2 . Hal ini dikarenakan komposisi yang berimbang pada

perlakuan tersebut dan memiliki warna, aroma, serta rasa yang pas untuk digunakan sebagai

larutan kumur.

Kata Kunci : Daun Sirih, Jeruk Nipis, Larutan Kumur, Piper betle

ABSTRACT

Herbal mouthwash with raw material betel leaf becomes a solution to overcome the problem of

bad breath because it contains phenol that can be useful as a natural antiseptic. The purpose of

this study was to determine the level of phenol and organileptic quality (color, flavor, and taste)

in mouthwash. This research was conducted during February to August 2017. The method used

was experimental method with RAL (Completely Random Design) with factorial pattern. The

factor used is the concentration of extract type. Phenol testing was done by Singleton and Rossi

method. The betel extract was produced by heating 90C and then squeezed and mixed with lime

extract produced by squeeze. The results showed that there was phenol content in all four

treatments. The highest phenol content was found in the treatment of S2J2 with the formulation of

betel leaf extract as much as 50% and the extract of lemon as much as 30%. Of the four

treatments, the most favored by the panelists was the S2J2 treatment. This is because the

composition is balanced on the treatment and has the right color, aroma, and taste to be used as

a mouthwash

Keywords : Betel leaf, Lime, Mouthwash, Piper betle

2

1. PENDAHULUAN

Bau mulut disebabkan oleh penumpukan bakteri pada gigi, gusi dan lidah

sehingga dapat memperngaruhi kesehatan mulut. Salah satu cara untuk mengurangi

pertumbuhan mikroorganisme yaitu dengan antiseptik. Antiseptik alami dapat

ditemukan pada daun sirih. Kandungan fenol yang terdapat pada minyak atsiri

merupakan antiseptik alami yang dapat menanggulangi masalah bau mulut.

Menurut Nugroho (2003), Daun sirih dikenal sebagai bahan untuk menginang

yang berguna untuk menguatkan gigi, menyembuhkan sariawan, menghilangkan bau

mulut, dan menghentikan pendarahan gusi. Penggunaan sirih sebagai obat

mempunyai dasar kuat karena adanya kandungan munyak atsiri yang merupakan

komponen fenol alami yang dapat berfungsi sebagai antiseptik yang kuat. Salah satu

kandungan fenol daun sirih adalah katekin yang juga terdapat pada teh hijau.

Senyawa ini bersifat bakterisidal dan menghambat proses glikosasi oleh bakteri

keriogenik penghasil glukan yang dapat mengurangi pembentukan plak gigi.

Selain sirih yang digunakan sebagai bahan utama jeruk nipis digunakan sebagai

campuran rasa pada larutan kumur ini. Jeruk nipis yang mempunyai aroma yang khas,

dipercaya juga dapat menghilangkan bau mulut. Menurut Anna (2012), manfaat dari

komponen-komponen kimia yang terkandung dalam jeruk nipis sangt beragam,

diantaranya vitamin C dan bioflaonoid memiliki manfaat untuk memperbaiki daya

tahan tubuh dan antioksidan. Selain itu vitamjin C adalah salah satu komponen untuk

pembentukan kolagen secara alami di dalam tubuh. Air jeruk nipis juga dapat

digunakan sebagai obat kumur pada penderita sakit tenggorokan, dapat mengatasi bau

mulut yang tak sedap karena wangi dari kulit buahnya dan mengatasi radang karena

mengandung zat asam yang dapat mematikan kuman.

Berdasarkan uraian mengenai manfaat dan kandungan dari daun sirih, serta

kandungan dan manfaat dari jeruk nipis , peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

menggunakan bahan-bahan tersebut sebagai larutan kumur. Maka dari latar belakang

tersebut peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Ekstrak Daun

Sirih (Piper betle) sebagai Larutan Kumur dengan Penambahan Ekstrak Jeruk Nipis”.

3

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan di

Laboratorium Biologi Universitas Muhammdiyah Surakarta dan Laboratorium Kimia

dan Biokimia Universitas Slamet Riyadi. Metode penelitian yang digunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua kali pengulangan dan

terdiri dari 1 faktor yaitu konsentrasi jenis ekstrak dengan 2 perlakuan. Berikut tabel

rancangan yang digunakan :

Tabel 2.1 Kombinasi Perlakuan

Perlakuan

Konsentrasi

J1

(15%)

J2

(30%)

S1 (25%) S1J1 S1J2

S2(50%) S2J1 S2J2

Keterangan :

S1J1 : Larutan kumur ekstrak daun sirih 25% dengan penambahan

ekstrak buah jeruk nipis menggunakan konsentrasi sebesar 15 %

S1J2 : Larutan kumur ekstrak daun sirih 25% dengan penambahan

ekstrak buah jeruk nipis menggunakan konsentrasi sebesar 30 %

S2J1 : Larutan kumur ekstrak daun sirih 50% dengan penambahan

ekstrak buah jeruk nipis menggunakan konsentrasi sebesar 15 %

S2J2 : Larutan kumur ekstrak daun sirih 50% dengan penambahan

ekstrak buah jeruk nipis menggunakan konsentrasi sebesar 30 %

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

Hasil kualitas organoleptik dan kadar fenol pada larutan kumur ekstrak daun sirih

dengan penambahan ekstrak jeruk nipis dapat dilihat pada tabel 3.1 :

4

Tabel 3.1 Kualitas Organoleptik & Kadar Fenol Larutan Kumur Ekstrak

Daun Sirih dengan Penambahan Ekstrak Jetuk Nipis

Perlakuan Uji Organoleptik Kadar Fenol

Warna Rasa Aroma Daya Terima

S1J1 Keruh Asam Khas Sirih Tidak Suka 46,213

S1J2 Keruh Sangat Asam Khas Buah Tidak Suka 41,836**

S2J1 Keruh Asam Khas Sirih Suka 47,434

S2J2 Keruh Sangat Asam Khas Sirih Suka 49,286*

*Kadar fenol tertinggi

**Kadar fenol terendah

Keterangan :

S1J1 : Larutan kumur ekstrak daun sirih 25% dengan penambahan ekstrak buah jeruk

nipis menggunakan konsentrasi sebesar 15 %

S1J2 : Larutan kumur ekstrak daun sirih 25% dengan penambahan ekstrak buah jeruk

nipis menggunakan konsentrasi sebesar 30 %

S2J1 : Larutan kumur ekstrak daun sirih 50% dengan penambahan ekstrak buah jeruk

nipis menggunakan konsentrasi sebesar 15 %

S2J2 : Larutan kumur ekstrak daun sirih 50% dengan penambahan ekstrak buah jeruk

nipis menggunakan konsentrasi sebesar 30 %

Pengujian kadar fenol pada pembuatan larutan kumur berbahan dasar ekstrak

daun sirih dan ekstrak jeruk untuk membuktikan bahwa, esktrak daun sirih memiliki

antioksidan yang tinggi yang berfungsi sebagai antibakteri.. Berdasarkan histogram

4.2, hasil menunjukkan aktivitas antioksidan yang paling tertinggi yaitu terdapat pada

perlakuan S2J2 dengan formulasi ekstrak sirih 50% dan ekstrak jeruk nipis 30% yaitu

sebesar 49,286. Sedangkan aktivitas antioksidan yang paling rendah yaitu pada

perlakuan S1J2 dengan formulasi ekstrak daun sirih 25% dan ekstrak jeruk nipis 30%

yaitu sebesar 41,836. Tinggi rendahnya kadar fenol pada setiap perlakuan dipengaruhi

5

oleh konsentrasi ekstrak daun sirih. Hal ini dibuktikan pada perlakuan S2J2 dengan

formulasi ekstrak sirih 50% dan ekstrak jeruk nipis 30% dengan hasil lebih tinggi jika

dibandingkan dengan S1J2 dengan formulasi ekstrak daun sirih 25% dan ekstrak jeruk

nipis 30%.

Adanya kandungan antioksidan pada ekstrak daun sirih diperkuat dengan

penelitian yang telah dilakukan oleh oleh Ardianti (2010), menyatakan bahwa daun

sirih merupakan tanaman obat tradisional yang erat kaitannya dengan kesehatan gigi

dan mulut. Penggunaan sirih sebagai bahan obat mempunyai dasar kuat karena

adanya kandungan minyak atsiri yang merupakan komponen fenol alami sehingga

berfungsi sebagai antiseptik yang kuat. Sepertiga dari minyak atsiri tersebut terdiri

dari fenol dan sebagian besar dan kavikol. Kavikol inilah yang memiliki daya

pembunuh bakteri lima kali lipat dari fenol biasa.

3.2 Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik pada larutan kumur dilakukan untuk mengetahui kealitas

fisik meliputi warna, aroma, dan rasa. Hasil dari uji disajikan pada tabel 3.2 dan

gambar 3.1

Tabel 3.2 Kualitas Organoleptik Larutan Kumur Ekstrak Daun Sirih dengan Penambahan

Ekstrak Jetuk Nipis

Perlakuan Uji Organoleptik

Warna Aroma Rasa

S1J1 0,63 (Keruh) 1 (Khas sirih) 0,72 (Asam)

S1J2 0,45 (Keruh) 0,54 (Khas sirih) 0,72(Sangat asam)

S2J1 0,45 (Keruh) 1 (Khas buah) 0,81 (Asam)

S2J2 0,45 (Keruh) 0,9 (Khas sirih) 0,54 (Sangat asam)

6

Gambar 3.1 Histogram Uji Organoleptik pada Larutan Kumur Esktrak Daun Sirih dengan

Penambahan Ekstrak Jeruk Nipis

a. Warna

Warna yang dihasilkan pada larutan kumur ekstrak daun sirih dengan

penambahan ekstrak jeruk nipis adalah 1. Bening, 2.Keruh, dan 3. Gelap.

Hasil angket menunjukkan bahwa ada perlakuan , , S1J2 , S2J1dan S2J2

menghasilkan warna keruh. Warna keruh yang dihasilkan pada keempat

perlakuan disebabkan karena adanya endapan dari ekstrak daun sirih dan

ekstrak jeruk nipis. Namun dapat disimpulkan larutan kumpur yang paling

keruh yaitu pada perlakuan S2J1 yaitu dengan formulasi ekstrak daun sirih

50% dan ekstrak jeruk nipis 15% dan S2J2 yaitu dengan formulasi ekstrak

daun sirih 50% dan ekstrak jeruk nipis 30%. Ekstrak daun sirih sebesar 50%

menyebabkan endapan yang banyak pada larutan kumur dan menyebabkan

larutan bewarna keruh. Pada uji organoleptik , warna tidak terlalu

dipengaruhi oleh ekstrak jeruk nipis. Hal ini dikarenakan pengambilan

ekstrak jeruk nipis langsung dari buah tanpa mengalami proses pemasakan

sehingga tidak didapatkan endapan pada ekstrak.

7

b. Aroma

Pengujian organoleptik aroma pada larutan kumur ekstrak daun sirih dan

ekstrak jeruk nipis yaitu 1. Tidak Berbau 2. Khas Daun Sirih 3. Khas Buah.

Hasil angket yang diisi oleh 11 panelis kemudia di rata-rata menghasilkan

aroma yang berbeda pada setiap perlakuan. Hasil uji kualitas organoleptik

larutan kumur diperoleh pada uji aroma didapatkan bahwa pada S1J1, S2J1, S2J2

berbau khas sirih dan S1J2 berbau khas buah yaitu jeruk nipis. Berbeda

dengan perlakuan lain pada S1J2 menghasilkan bau khas buah hal ini

dikarenakan kandungan jeruk nipis yang cukup tinggi daripada kandungan

ekstrak daun sirih sehingga bau yang dihasilkan adalah khas buah jeruk nipis.

Berbeda dengan perlakuan yang lain, bau khas sirih mendominasi pada ketiga

perlakuan.

c. Rasa

Pada penelitian ini rasa yang dihasilkan adalah 1. Tidak berasa 2.Asam

3.Sangat asam. Rasa asam disini yang dimaksud adalah rasa yang dihasilkan

dari buah jeruk nipis. Berdasarkan gambar 3.1 didapatkan hasil untuk

perlakuan S1J1dan S2J1 yaitu asam , sedangkan pada perlakuan S2J2 dan S1J2

yaitu sangat asam . Pada perlakuan S1J1dan S2J1 menghasilkan rasa asam ,

dikarenakan konsentrasi jeruk nipis hanya 15%. Berbeda dengan perlakuan

sebelumnya, pada perlakuan S2J2 dan S1J2 menghasilkan rasa sangat asam,

dikarenakan konsentrasi jeruk nipis yang lebih tinggi yaitu 30%. Selain itu,

produk larutan kumur ini menghasilkan rasa asam dan sangat asam

dikarenakan adanya kandungan asam sitrat serta vitamin C yang terdapat

pada buah jeruk nipis. Keasaman pada buah jeruk nipis disebabkan oleh

kandungan asam organik berupa asam sitrat dengan konsentrasi yang tinggi

juga dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri (Astawan,2008). Komponen inilah yang memberikan rasa asam pada

larutan kumur tersebut, maka dari itu semakin tinggi konsentrasi ekstrak jeruk

nipis pada produk maka semakin terasa asam.

8

d. Daya Terima

Pada penelitian ini daya terima yang dihasilkan adalah 1. Tidak suka 2.

Suka 3. Sangat suka. Dari angket yang diberikan pada 11 orang panelis

kemudia dirata-rata, yang dihasilkan pada perlakuan S1J1 dan S1J2 tidak suka

sedangkan pada perlakuan S2J1 dan S2J2 suka. Berikut ini adalah histogram

dari daya terima masyarakat terhadap produk larutan kumur eksrtak daun

sirih dengan penambahan ekstrak jeruk nipis :

Gambar 3.2 Histogram Daya Terima Larutan Kumur Ekstrak Daun Sirih dengan

Penambahan Ekstrak Jeruk Nipis

Berdasarkan gambar 4.5 , produk larutan kumur yang disukai masyarakat

adalah pada perlakuan S2J2 ( ekstrak sirih 50% dan ekstrak jeruk nipis 30 %)

dengan nilai rata-rata 0,63. Pada perlakuan S2J2 didapatkan nilai rata – rata

tertinggi, hal ini dikarenakan konsentrasi daun sirih yang berimbang dengan

konsentrasi jeruk nipis yaitu 50% untuk ekstrak sirih dan 30% untuk ekstrak

jeruk nipis. Berbeda dengan S1J1 yang memiliki nilai rata-rata terendah hal

ini dikarenakan karena konsentrasi sirih dan jeruk jeruk nipis sama-sama

rendah yaitu sebesar 25% ekstrak daun sirih dan 15% ekstrak daun sirih.

Sehingga rasa yang dihasilkan tidak terlalu kuat. Konsentrasi yang paling

mempengaruhi pada setiap perlakuan yaitu pada jeruk nipis, karena jeruk

9

nipis memiliki tingkat keasaman yang tinggi karena adanya kandungan asam

sitrat dan vitamin C. Selain rasa, aroma dan warna juga menjadi daya tarik

sendiri bagi masyarakat. Keempat perlakuan menunjukkan warna yang

berbeda, namun yang tampak berbeda dari yang lain adalah pada perlakuan

S2J2 yaitu berwarna keruh dikarenakan endapan yang cukup banyak oleh

ekstrak daun sirih. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat

menyukai perlakuan S2J2 (ekstrak daun sirih 50% dan ekstrak jeruk nipis

30%).

4. PENUTUP

4.1 SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang pemanfaatan ekstrak daun sirih

(Piper betle ) sebagai larutan kumur dengan penambahan ekstrak jeruk nipis dapat

disimpulkan sebagai berikut: 1) Kualitas organoleptik larutan kumur ekstrak daun

sirih dengan penambahan ekstrak jeruk nipis yang paling dominan pada masing-

masing perlakuan yaitu warna keruh, aroma khas sirih dan rasa asam dan daya

terima panelis yang paling dominan sangat menyukai yaitu pada perlakuan S2J2

dengan formulasi ekstrak sirih 50% dan ekstrak jeruk nipis 30% dan 2) Kadar

fenol tertinggi larutan kumur ekstrak daun sirih dengan penambahan ekstrak jeruk

nipis yaitu pada perlakuan S2J2 dengan formulasi ekstrak sirih 50% dan ekstrak

jeruk nipis 30% dan kadar fenol terendah pada perlakuan S1J2 dengan formulasi

ekstrak sirih 25% dan ekstrak jeruk nipis 30%.

10

Berdasarkan pengalaman selama penelitian, ada beberapa saran dari peneliti yang

perlu disampaikan : 1) Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan variasi

perlakuan lama waktu dan konsentrasi yang berbeda untuk menguji ketahanan

produk, 2) Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui manfaat ekstrak

sirih untuk kesehatan gigi dan mulut , dan 3) Penelitian selanjutnya dapat

menggunakan ekstrak sirih sebagai medium untuk menghitung daya hambat

bakteri sebagai pembuktian ekstrak sirih sebagai antibakteri.

PERSANTUNAN

Terimakasih kepada keluarga, dosen FKIP Pendidikan Biologi UMS, dan teman-

teman yang telah memberi bantuan untuk penelitian dan penulisan artikel ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA

Akande O, Alada, G.A. Aderinokun, A. O. Ige. 2004. Efficacy Of Different Brands Of

Mouth Rinses On Oral Bacterial Load Count In Healthy Adults.

Anna, Karina. 2012. Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis. Surabaya.

Ardianti, Glaresia Mellitania. 2010. Efektivitas Ekstrak Daun Sirih sebagai Obat Kumur

Terhadap Penurunan Plak Indeks. Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang:

Universitas Negeri Semarang.

Barbara ; Minton. 2004. Mouthwash Linked Oral Cancer, Erosion of Tooth Enamel.

www.naturalnews.com/024591-mouthwash)cancer_oral.html (diakses 12 Maret

2017). 10 lembar.

Damayanti R, Mulyono. 2003. Khasiat & Manfaat Daun Sirih: Obat Mujarab dari Masa

ke Masa. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Darwis S. N. 1992. Potensi Sirih (Piper betle L.) sebagai Tanaman Obat. Warta

Tumbuhan Obat Indonesia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah. Vol. 1 No.

1. h : 9-1.

Epstein, 2008. Burket’s Oral Medicine 11th ed. Ontario: Elsevier.

Firdausi, Ula. 2011. Pengaruh Penggunaan Air Rebusan Daun Sirih (Piper betle) sebagai

Obat Kumur terhadap Perubahan pH Saliva. Skripsi Fakultas Kedokteran. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Figueroa, M.S & Peters, J.I. 2006. Congestive Heart Failure: Diagnosis, Pathophysiolog.

Journal of Therapy and Implication. Vol 4. No 51. p:403-412.

11

Hariana, Arief. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3. Jakarta:Penebar Swadaya.

Hasballah, Kartini dan Murniana. 2005. Aktivitas Anti Bakteri Daun Eclipta alba L. serta

Ekstrak dan Minyak Atsiri Daun Piper betle L. Terhadap Bakteri Penyebab Karies

Gigi. Jurnal Kedokteran YARSI. Vol. 13 No.3. h:13-17.

Hasim. 2006. Sirih sebagai Anti Bakteri.

www.kompas.com/kompascetak/030924/iptek/57008.htm (diakses pada 12 Maret

2017). 7 lembar.

Hidayat, Syamsu dan Hutapea. 1997.Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1).

Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan.

Karina, Anna. 2012. Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis. Surabaya: Stomata.

Kartika. 2014. Pemanfaatan Limonen dari Kulit Jeruk Nipis dalam Pembuatan Lilin

Aromatik Penolak Serangga. http://artikel.dikti.go.id/index.php/PKM-

P/article/viewFile/465/465. 5 lembar.

Malhotra R, Grover V, Kapoor A, Saxena D. 2011. Comparison of the effectiveness of a

commercially available herbal mouthrinsewith chlorhexidine gluconate at the clinical

and patient level. Journal Indian Soc Periodontol. Vol 15 No. 4. p: 52-349.

Muljanto, Rini Damayanti dan Mulyono. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun sirih Obat

Mujarab dari Masa ke Masa. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Mustafa, Resky. 2015. Efektifitas Berkumur Larutan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus

aurantifolia) Terhadap Pembentukan Plak Pada Penderita ECC (Early Childhood

Caries). Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi. Makassar : Universitas Hasanuddin.

N. Yulianti dan Samad R. 2004. Efek Berbagai Jenis The yang Diminum Terhadap

Pembentkan Plak. Jurnal PDGI Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Jakarta: Universitas Indonesia .

Nugroho. 2003. Pengaruh Pemaparan Kombinasi ekstrak meniram (Phllanthus niruni )

dan Ekstrak Sirih (Piper betle) Terhadap Viabilitas Sel Tumor Adenocarcioma

mammae mencit C3H secara invitro. Tesis Program Megister Ilmu Biomedik

Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/12287/1/2003MIB2415.pdf (diakses 12 Maret 2017). 15

lembar.

Pintauli . 2010. Menuju Gigi dan Mulut Sehat (Departemen Ilmu Kedokteran Gigi

Pencegahan Kesehatan Gigi Masyarakat). Skripsi Kedokteran Gigi. Sumatera Utara :

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

12

Prijantojo. 1996. Antiseptik Sebagai Obat Kumur-Peranannya Terhadap Pembentukan

Plak Gigi dan Radang Gusi. Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran.

Reidy, J.T., Mc Hugh, E.E., and Stassen, L.F.A. 2011. A review of the role of alcohol in

the pathogenesis of oral cancer and the link between alcoholcontaining mouthrinses

and oral cancer. Journal of the Irish Dental Association. Vol.4 No.57 p: 200-202.

Sampurno et al. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:Dirjen

Pengawasan Obat dan Makanan.

Sarwono, B. 2001. Khasiat & Manfaat Jeruk Nipis. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Sastroamidjojo,S.A. 2001.Obat Asli Indonesia. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Suwondo, Syarif. 2007. Skrining Tumbuhan Obat yang Mempunyai Aktivitas Antibakteri

Penyebab Karies Gigi dan Pembentuk Plak. Jurnal Bahan Alam Indonesia. Vol 6,

No.2. 12 lembar.

Tjirosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan . Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Wiley, Sons John. 2009. Osseoinntegration and Dental Implants. Medical Dentistry.

USA