Metabolisme Protein

51
Metabolisme protein BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan masalah kesehatan utama di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. KVA terutama sekali mempengaruhi anak kecil, diantara mereka yang mengalami defisiensi dapat mengalami xerophthalmia dan dapat berakhir menjadi kebutaan, pertumbuhan yang terbatas, pertahanan tubuh yang lemah, eksaserbasi infeksi serta meningkatkan resiko kematian. Hal ini menjadi nyata bahwa KVA dapat terus berlangsung mulai usia sekolah dan remaja hingga masuk ke usia dewasa (Keith dan West, 2008). Meskipun konsekuensi kesehatan dari KVA tidak digambarkan dengan baik di atas anak usia dini, namun data terakhir menunjukkan bahwa KVA pada wanita usia reproduksi dapat meningkatkan resiko kesakitan dan kematian selama kehamilan dan periode awal postpartum. KVA yang berat pada maternal juga memberikan kerugian bagi anak baru lahir karena dapat akibatkan peningkatan kematian dibulan pertama kehidupan. Sebagai konsekuensi dari meningkatnya pemahaman tentang KVA maka sangat penting bahwa beban kesehatan yang dihasilkan dikuantifikasi setepat mungkin, sebagai dasar tindakan dan pemantauan serta evaluasi program pencegahan selanjutnya. Kemajuan telah dilakukan selama 4 dekade terakhir dalam memperkirakan beban KVA, terutama dengan menggabungkan dan mengekstrapolasikan data prevalensi dari negara dimana telah dikumpulkan dalam populasi dengan profil demografis yang sama dan risiko yang telah diantisipasi. Dalam beberapa tahun terakhir, KVA telah diperkirakan mempengaruhi antara 75 dan 254 juta anak prasekolah setiap tahun, jauh dari jarak yang akurat. Tidak ada perkiraan permasalahan kesehatan global KVA ibu atau adanya insidensi tahunan kebutaan malam ibu (XN) ( Arlappa, 2012; Keith dan West, 2008). KVA pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi Protein (KEP) atau Gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang, termasuk zat gizi mikro dalam hal ini vitamin A. Anak yang menderita KVA mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi saluran pernafasan akut, campak, cacar air, diare dan infeksi lain karena daya tahan anak tersebut menurun. Namun masalah KVA dapat juga terjadi

Transcript of Metabolisme Protein

Page 1: Metabolisme Protein

Metabolisme protein

BAB IPENDAHULUAN

A.      Latar BelakangKekurangan vitamin A (KVA) merupakan masalah kesehatan utama di negara yang

sedang berkembang termasuk Indonesia. KVA terutama sekali mempengaruhi anak kecil, diantara mereka yang mengalami defisiensi dapat mengalami xerophthalmia dan dapat berakhir menjadi kebutaan, pertumbuhan yang terbatas, pertahanan tubuh yang lemah, eksaserbasi infeksi serta meningkatkan resiko kematian. Hal ini menjadi nyata bahwa KVA dapat terus berlangsung mulai usia sekolah dan remaja hingga masuk ke usia dewasa (Keith dan West, 2008).

Meskipun konsekuensi kesehatan dari KVA tidak digambarkan dengan baik di atas anak usia dini, namun data terakhir menunjukkan bahwa KVA pada wanita usia reproduksi dapat meningkatkan resiko kesakitan dan kematian selama kehamilan dan  periode awal postpartum. KVA yang berat pada maternal juga memberikan kerugian bagi anak baru lahir karena dapat akibatkan peningkatan kematian dibulan pertama kehidupan. Sebagai konsekuensi dari meningkatnya pemahaman tentang  KVA maka sangat penting bahwa beban kesehatan yang dihasilkan dikuantifikasi setepat mungkin, sebagai dasar tindakan dan pemantauan serta evaluasi program pencegahan selanjutnya. Kemajuan telah dilakukan selama 4 dekade terakhir dalam memperkirakan beban KVA,  terutama dengan menggabungkan dan mengekstrapolasikan data prevalensi dari negara dimana telah dikumpulkan dalam populasi dengan profil demografis yang sama dan risiko yang telah diantisipasi. Dalam beberapa tahun terakhir, KVA telah diperkirakan mempengaruhi antara 75 dan 254 juta anak prasekolah setiap tahun, jauh dari jarak  yang akurat. Tidak ada perkiraan permasalahan kesehatan global KVA ibu atau adanya insidensi tahunan kebutaan malam ibu (XN) ( Arlappa, 2012; Keith dan West, 2008).

KVA pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi Protein (KEP) atau Gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang, termasuk zat gizi mikro dalam hal ini vitamin A. Anak yang menderita KVA mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi saluran pernafasan akut, campak, cacar air, diare dan infeksi lain karena daya tahan anak tersebut menurun. Namun masalah KVA dapat juga terjadi pada keluarga dengan penghasilan cukup. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan orang tua / ibu tentang gizi yang baik. Gangguan penyerapan pada usus juga dapat menyebabkan KVA walaupun hal ini sangat jarang terjadi. Kurangnya konsumsi makanan (< 80 % AKG)  yang berkepanjangan akan menyebabkan anak menderita KVA, yang umumnya terjadi karena kemiskinan, dimana keluarga tidak mampu memberikan makan yang cukup. Sampai saat ini masalah KVA di Indonesia masih membutuhkan perhatian yang serius. Oleh karena itu dirasakan perlunya Program penanggulangan masalah KVA bertujuan untuk menurunkan prevalensi KVA terutama ditujukan kepada kelompok sasaran rentan yaitu balita dan wanita yang berada pada usia reproduksi ( Heijthuijsen, et al ,2013).

Penanggulangan masalah Kurang Vitamin A (KVA) pada anak Balita sudah dilaksanakan secara intensif sejak tahun 1970-an, melalui distribusi kapsul vitamin A setiap 6 bulan, dan peningkatan promosi konsumsi makanan sumber vitamin A. Dua survei terakhir tahun 2007 dan 2011 menunjukkan, secara nasional proporsi anak dengan serum retinol kurang dari 20 ug sudah di bawah batas masalah kesehatan masyarakat, artinya masalah kurang vitamin A secara nasional tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat (Depkes, 2012).

Page 2: Metabolisme Protein

B.       Rumusan Masalah1.      Apa yang dimaksud dengan vitamin A?2.      Apa yang dimaksud dengan Kekurangan Vitamin A (KVA)?3.      Apa saja fungsi vitamin A?4.      Faktor risiko apa saja yang menyebabkan Kekurangan Vitamin A?5.      Apa penyebab terjadinya Kekurangan Vitamin A?6.      Bagaimana tanda-tanda/gelaja Kekurangan Vitamin A?7.      Apa akibat Kekurangan Vitamin A?8.      Bagaimana pencegahan dan penanggulangan Kekurangan Vitamin A?9.      Apa saja sumber vitamin A?10.  Berapa Angka Kecukupan Gizi vitamin A?

C.      Tujuan Penulisan1.      Untuk mengetahui pengertian vitamin A2.      Untuk mengetahui pengertian Kekurangan Vitamin A (KVA)3.      Untuk mengetahui fungsi-fungsi vitamin A4.      Untuk mengetahui faktor risiko Kekurangan Vitamin A5.      Untuk mengetahui penyebab terjadinya Kekurangan Vitamin A6.      Untuk mengetahui tanda-tanda/gelaja Kekurangan Vitamin A7.      Untuk mengetahui akibat Kekurangan Vitamin A8.      Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan Kekurangan Vitamin A9.      Untuk mengetahui sumber vitamin A10.  Untuk mengetahui Angka Kecukupan Gizi vitamin A

Page 3: Metabolisme Protein

BAB IIPEMBAHASAN

A.      Pengertian Vitamin AVitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak. Berdasarkan struktur kimianya

disebut retinol atau retina atau disebut juga dengan asam retinoat, terdapat pada jaringan hewan dimana retinol 90-95% disimpan pada hati (Haryadi, 2009).

Vitamin A adalah salah satu zat gizi dan golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit, khususnya diare dan penyakit infeksi). Vitamin A atau berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi dua bentuk, yaitu :

1.        RetinolRetinol dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh karena umumnya sumber retinol diperoleh dari makanan hewani seperti telur, hati, minyak ikan yang mudah dicerna dalam tubuh.

2.        BetacaritineSering disebut pro-vitamin A, baru dapat dirasakan setelah mengalami proses pengolahan menjadi retinol. Sumber betacarotene berasal dari makanan yang berwarna orange atau hijau tua, seperti wortel, bayam, ubi kuning, mangga dan pepaya.Retinol atau Retinal atau juga Asam Retinoat, dikenal sebagai faktor pencegahan xeropthalmia, berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf mata, Jumlah yang dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (KGA-2004) per hari 400 ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug retinol.Tubuh menyimpan retinol dan betacarotene dalam hati dan mengambilnya jika tubuh memerlukannya (Iskandar, 2012).

B.       Pengertian Kekurangan Vitamin AKekurangan Vitamin A (KVA) adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya asupan

vitamin A yang memadai. Hal ini dapat menyebabkan rabun senja, xeroftalmia dan jikakekurangan berlangsung parah dan berkepanjangan akanmengakibatkan keratomalasia (Tadesse, Lisanu, 2005).

Sedangkan menurut Arisman tahun 2002, Kurang Vitamin A (KVA) merupakan penyakit sistemik yang merusak sel dan organ tubuh dan menghasilkan metaplasi keratinasi pada epitel, saluran nafas, saluran kencing dan saluran cerna. Penyakit Kurang Vitamin A (KVA) tersebar luas dan merupakan penyebab gangguan gizi yang sangat penting. Prevalensi KVA terdapat pada anak-anak dibawah usia lima tahun. Sampai akhir tahun 1960-an KVA merupakan penyebab utama kebutaan pada anak.

C.      Fungsi Vitamin A1.         Penglihatan

Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Bila kita dari cahaya terang diluar kemudian memasuki ruangan yang remang-remang cahayanya, maka kecepatan mata beradaptasi setelah terkena cahaya terang berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia didalam darah. Tanda pertama kekurangan vitamin A adalah rabun senja. Suplementasi vitamin A dapat memperbaiki penglihatan yang kurang bila itu disebabkan karena kekurangan vitamin A (Melenotte et al., 2012).

2.      Pertumbuhan dan Perkembangan

Page 4: Metabolisme Protein

Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak–anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhannya.  Dimana vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat (Tansuğ N, et al., 2010).

3.      ReproduksiPembentukan sperma pada hewan jantan serta pembentukan sel telur dan perkembangan janin dalam kandungan membutuhkan vitamin A  dalam bentuk retinol. Hewan betina dengan status vitamin A rendah mampu hamil akan tetapi mengalami keguguran atau kesukaran dalam melahirkan. Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga berpengaruh dalam pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara dan kandung kemih (Knutson dan Dame, 2011).

4.      Fungsi KekebalanVitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia. Dimana kekurangan vitamin A dapat menurunkan respon antibody yang bergantung pada limfosit yang berperan sebagai kekebalan pada tubuh seseorang (Almatsier, 2008).

5.      Perkembangan JantungDefek kardiak dan cabang aorta diamati sebagai bagian dari sindroma kekurangan vitamin A. singkat kata, peranan vitamin A dalam perkembangan jantung mamalia meliputi pembentukan pipa pola jantung dan lingkaran, ruang dan katup saluran keluar, trabekulasi ventrikel, diferensiasi kardiomiosit dan pengembangan pembuluh koroner (Knutson dan Dame, 2011).

6.      Perkembangan Ginjal dan Saluran KencingKekurangan vitamin A pada kehamilan dapat berkorelasi dengan kekurangan jumlah nefron sub-klinis dan sedikit defisit nefron yang tidak disadari pada saat lahir, tapi mungkin bisa berkontribusi dalam jangka panjang terjadinya gagal ginjal dan hipertensi (Knutson dan Dame, 2011).

7.      DiafragmaFungsi diafragma sebagai otot utama respirasi dan sebagai pembatas antara rongga dada dan perut. Hernia diafragma kongenital (CDH) terjadi pada sekitar satu dari 3000 kelahiran, dan berhubungan dengan kematian neonatal yang tinggi. Vitamin A sangat penting bagi perkembangan diafragma normal, dan telah disimpulkan bahwa gangguan sinyal retinoid dapat berkontribusi pada etiologi dari gangguan manusia (Knutson dan Dame, 2011).

8.      Paru dan Saluran Nafas Atas serta Aliran UdaraDefek Respirasi termasuk agenesis paru kiri, hypoplasia paru bilateral, dan agenesis esophagotracheal septum digambarkan dalam sindroma KVA awal namun dikarakteristikkan sebagai kelainan yang jarang terjadi. Paru berkembang dari foregut endoderm selama perekembangan awal embrio. RA dari mesoderm splanchnic di sekitar endoderm foregut telah penting ditemukan untuk pembentukan tunas paru primordial. Sebuah laporan terbaru di New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa, di daerah endemik dengan defisiensi vitamin A (retinol), anak-anak yang ibunya menerima suplementasi vitamin A sebelum, selama, dan selama 6 bulan setelah kehamilan memiliki fungsi paru-paru yang lebih baik ketika mereka diuji pada 9 sampai 11 tahun daripada anak-anak yang ibunya menerima suplemen beta karoten atau plasebo. Selain itu, mereka menemukan bahwa periode di mana suplementasi dengan vitamin A yang paling penting adalah dari kehamilan usia postnatal dari 6 bulan (Knutson dan Dame, 2011).

Page 5: Metabolisme Protein

D.      Faktor Risiko Kekurangan Vitamin ASebagai permasalahan kesehatan masyarakat, defisiensi vitamin A terjadi didalam

lingkungan sosial, ekonomi, dan ekologi yang miskin dan penduduknya tinggal di negara yang ekonomiya sedang berkembang serta mengalami transisi. Pengaruh relatif faktor kasusal pada tingkat makro maupun mikro dapat sangat bervariasi antar negara bahkan antar wilayah dalam negara yang sama. Oleh karena itu, kita harus memahami kondisi setempat ketika membuat rancangan program intervensi yang tepat dan efektif secepatnya untuk memperbaiki situasi tersebut. Walaupun begitu, ada beberapa faktor resiko dibaliknya yang cenderung menandai sebagian besar situasi ketika defisiensi vitamin A lazim ditemukan.UsiaBerbagai tingkat defisiensi vitamin A mulai dari bentuk subklinis hingga bentuk malnutrisi dengan kebutaan yang berat (keratomalasia), dapat terjadi pada setiap usia jika keadaannya cukup ekstrim. Namun demikian, sebagai persoalan kesehatan masyarakat, defisiensi vitamin A, khususnya defisiensi yang berat, akan menyerang anak-anak dalam usia prasekolah. Keadaan ini terjadi karena kebutuhan vitamin A bagi pertumbuhan pada anak-anak ini cukup tinggi. Sementara asupan vitamin dari makanan seringkali rendah dengan tambahan beban pajanan infeksi yang lebih besar. Insidens xeroftalmia kornea paling prevalen pada anak-anak yang berusia 2-4 tahun. Pada anak-anak dibawah usia 12 bulan, penyakit kornea merupakan kejadian yang relatif jarang dijumpai (terutama karena efek protektif pemberian ASI), tetapi keratomalasia lebih sering terjadi diantara bayi-bayi yang hidup dalam kondisi sosial ekonomi yang rendah.

     Prevalensi xeroftalmia ringan, terutama buta senja (SN) dan bercak bitot (XB) meningkat seiring usia hingga usia prasekolah dan keterkaitan ini ternyata berbeda-beda diantara berbagai budaya terlepas dari angka xeroftalmia yang spesifik menurut usia. Defisiensi vitamin A subklinis juga sering ditemukan diantara anak-anak usia sekolah, remaja, dan dewasa muda pada komunitas yang sama dan prevalensinya pada anak-anak kecil cukup tinggi.

GenderPada orang dewasa yang sehat, kadar retinol plasma maupun RBP (retinol-binding protein) ternyata berada pada level 20% lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan pada wanita, kendati signifikan fisiologi perbedaan ini masih belum jelas. Walaupun begitu, laki-laki umumnya memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami buta senja dan bercak Bitot dibandingkan perempuan selama usia prasekolah dan awal usia sekolah. Perbedaan gender ini tidak begitu jelas dalam hal xeroftalmia yang berat. Perbedaan pada budaya pemberian makan dan perawatan antara anak laki-laki dan perempuan dalam sebagian populasi dapat menkelaskan variasi menurut gender ketika hal ini diamati.

Status FisiologiDengan meningkatnya kebutuhan vitamin A selama periode pertumbuhan yang cepat, anak-anak kecil merupakan kelompok yang paling rentan. Kebutuhan akan vitamin A juga meningkat selama masa kehamilan dan menyusui; dengan demikian, ibu hamil dan menyusui dalam populasi yang kehilangan haknya tidak mampu memenuhi kebutuhan yang meningkat selama periode tertentu. Buta senja selama kehamilan dan laktasi terutama sering ditemukan di Asia Selatan dengna kejadian buta senja sebesar 15%-20% dari semua kehamilan dan kemudian berulang kembali pada kehamilan berikutnya; keadaan ini pada beberapa budaya dianggap sebagai bagian dari kehamilan. Sejumlah penelitian juga memperlihatkan bahwa ASI dari ibu dnegan status vitamin A yang buruk sering kali turut menyebabkan peningkatan kerentanan pada bayi.

Page 6: Metabolisme Protein

DietPenyebab dasar yang melandasi defisiensi vitamin A sebagai permasalahan kesehatan masyarakat adlaha diet atau pola makan yang kurang mengandung vitamin, baik senyawa karotenoidperformed aatau provitamin A untuk memenuhi kebutuhan. Pada umumnya, ditempat yang kondisi hidupnya buruk, diet seseorang akan bergantung pada makanan nabati yang lebih murah tetapi secara hayati kurang mengandung vitamin A (sebagai karotenoid). Populasi yang mengonsumsi beras sebagai makanan pokok dan serat pangan dalam kehidupan sehari-hari ternyata sangat berisiko untuk mengalami defisiensi vitamin A. Dengan demikian, xeroftalmia lebih sering ditemukan di Asia Selatan dan Asia Timur. Defisiensi vitamin A subklinis umumnya terjadi ditempat yang kualitas makanannya relatif rendah akibat kendala pada kemampuan mengakses makanan dan ketersediaan makanan, khususnya makanan hewani.            Pemberian ASI, kualitas makanan tambahan, dan kualitas diet anak semuanya merupakan faktor penting untuk mempertahankan status vitamin A. Ada bukti jelas yang menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan ASI menghadapi kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami defisiensi vitamin A jika dibandingkan dengan anak-anak pada usia sama yang tidak memperoleh ASI. Lebih lanjut, peningkatan frekuensi pemberian ASI juga memberikan efek protektif terhadap xeroftalmia.

Banyak penelitian epidemiologi mendukung pemberian makanan tambahan yang tepat dan tindakan ini ternyata dapat melindungi anak-anak selama usia prasekolah terhadap xeroftalmia. Konsumsi buah yang berwarna kuning (mangga dan pepaya) akan memberikan perlindungan yang kuat pada anak berusia dua dan tiga tahun. Ketika pengaruh pemberian ASI berkurang, sayuran yang berwarna hijau gelap memainkan peranan yang lebih penting bagi anak-anak pada usia tiga tahun keatas. Sesudah masa bayi, konsumsi rutin makanan hewani yang mengandung vitamin A preformed ( telur, produk susu, ikan dan hati) bersifat sangat protektif terhadap kesehatan anak. Sebaliknya, dalam usia satu tahun pertama ketika anak disapih, anak-anak yang menderita xeroftalmia ternyata lebih sedikit mendapat makanan yang kaya akan vitamin A secara teratur dibandingkan dengan anak  anak yang tidak menderita xeroftalmia. Konsumsi sayuran berwarna hijau gelap ataubuah dan sayuran yang berwarna kuning disertai dengan penurunan risiko xeroftalmia sebesar 4-6 kali lipat, sementara efek konsumsi telur, daging, ikan, dan susu yang hanya dilakukan sekali-kali disertai dengan peningkatan risiko sebesar  2-3 kali lipat . Pola makan pada saudara kandung yang usianya lebih muda pada dua tahun pertama kehidupannya ternyata serupa dengan pola makan kasus xeroftalmia dalam keluarga yang sama; Kenyataan ini mencerminkan buruknya diet secara kronis pada rumah tangga yang berisiko tinggi. Defisiensi vitamin A paling sering ditemukan pada polpulasi penduduk; yang mengonsumsi sebagian kebutuhan vitamin A mereka dari sumber karotenoid provitamin dengan sedikit lemak yang terkandung dalam makanan mereka.

Kebiasaan makan yang spesifik menurut budaya dan sejumlah tabuh atau larangan dalam pemberian makanan anak, remaja dan ibu hamil serta menyusui sering kali membatasi konsumsi makanan yang berpotensi sebagai  sumber vitamin A yang baik. Namun demikian, kurangnya komsumsi yang kaya akan vitamin A bukan berarti ketersediaan makanan tersebut dalam sebuah rumah tangga juga mengalami kekurangan. Bagaimana anak-anak mengkomsumsi makanan dan dengan siapa anak-anak itu makan, dapat memperngaruhi resikonya untuk terkena defisiensi vitamin A. Sejumlah penelitian egnoghrafi secara rinci dilaksanakan oleh kelompok Johns Hopkins University dan lainnya memperlihatkan bahwa anak-anak desa di Nepal memiliki peluang dua kali lebih besar untuk mengkomsumsi sayuran, buah, kacang-kacangan, daging atau ikan serta produk susu ketika mereka makan bersama keluarga dibandingkan ketika mereka makan sendiri. Ironisnya, hasil penelitian ini

Page 7: Metabolisme Protein

menunjukkan bahwa pola kaum ibu memastikan kecukupan makanan bagi anak-anak mereka pada sebagian budaya dapat menjadi factor predisposisi untuk terjadinya difisiensi vitamin A pada ibu sendiri. Sebagai contoh, para ibu hamil di Nepal yang menderita buta senja ternyata mengalami penurunan peluang sepenuhnya untuk mengkomsumsi makanan yang kaya akan vitamin A, khususnya selama musim kemarau yang kering akan langka panga. Di Indonesia, ketika terjadi krisis ekonomi, para ibu telah mengorbankan asupan telur mereka demi memenuhi kebutuhan giza anaka-anaknya.

Pola PenyakitKeterkaitan antara penyakit infeksi dan status vitamin A merupakan persoalan kompleks yang telah ditinjau secara luas. Difisiensi vitamin A akan meningkatkan risiko morbiditas penyakit infeksi dan sebaliknya, penyakit infeksi merupakan predisposisi terjadinya difisiensi vitamin A. Beberapa jenis infekssi seperti diare, infeksi pernafasan, dan campak akan disertai bentuk tertentu difisiensi vitamin A yang dapat berupa penurunan kadar retinol serum atau peningkatan resiko xeroktalmia. Selanjutnya, frekuensi, durasi, dan intensitas penyakit infeksi secara langsung atau tidak langsung turut meningkatkan keretangan terhadap keadaan difisiensi vtamin A.

Keberaradaan KEP akan lebih meningkatkan resiko xeroktalmia yang urutan intensitasnya hamper sama seperti penyakit diare dan pernafasan. Protein pengikat retinol (RBP; RETINOL BINDING PROTEIN) dapat menurun ketika KEP sehingga mengurangi ketersediaan vitamin A dalam darah. Selama episode penyakit infeksi, penurunan kadar vitamin A dalam serum menggambarkan secara parsial respon yang tidak spesifik terhadap keadaan demam ketika sintesis RBP yang juga merupakan protein fase akut yang negative itu berkurang. Kadar retinol dalam serum kembali normal setelah terjadi kesembuhan.

Cacing usus seperti  Giardia serta Ascaris juga dilaporkan sebagai penyebab penurunan absorpsi vitamin  A, dengan demikian dapat turut menimbulkan defisiensi vitamin A. Salah satu laporan tidak berhasil memperlihatkan kehilangan vitamin A sesudah pemberian oral vitamin A kepada anak-anak yang menderita askariasis. Walaupun begitu, infeksi parasit harus diatasi ketika kita menghadapi populasi dengan persoalan defisiensi, dapat disertai dengan xeroftalmia.

Kondisi sosioekonomiDalam pengertian kesehatan masyarakat. Kemiskinan terutama terjadi penyebab  defisiensi vitamin, sekalipun tidak selalu demikian,. Pada umumnya,  defisiensi vitamin A ditemukan terutama di negara-negara yang perekonomiannya  relatif miskin. Sejumlah penelitaian memperlihatkan bahwa keluarga di negara-negara yang perekonomiannya relatif memiliki lahan yang lebih sempit, kondisi perumahan yang lebih buruk,  hewan peliharaan yang lebih sedikit, dan kemampuan ekonomi yang lebih rendah (diukur berdasarkan lebih sedikitnya barang yang dimiliki seperti radio, arloji, atau sepeda). Meskipun indikator status sosioekonomi  yang rendah ditemukan (di Bangladesh) berkaitan dengan risiko xeroftalmia yang 1,5-2,3 kali lebih tnggi, namun karakteristik ini tidak selalu dengan sendirinya meramalkan kejadian xeroftalmia. Tingkat pendidikan yang rendah pada ayah atau ibu dalam keadaan ini dapat dibedakan, merupakan faktor risiko yang lain.

PengelompokanKejadian defisiensi vitamin A cenderung  mengelompok (clustering) ketinbang

tersebar secara rata. data dari berbagai negara menunjukkan bahwa tanda-tanda klinis defisiensi mengelompok i dalam provinsi atau Kabupaten, Kecamatan, Desa dan bahkan rumah tangga. Memperlihatkan pengelompokan defisiensi  vitami A berdasrkan distrik di

Page 8: Metabolisme Protein

Bangladesh. Pengelompokkan di dalam negara pada dasarnya berhubungan denga faktor ekologi serta budaya yang semakin diperparah oleh infrastruktur yang tidak dibangun dengan baik, dan pengelompokkan di dalam rumah tangga serta masyarakat terjadikarena praktik-praktik serta lingkungan yang tidak kondusif bagi pola makan dankesehatan yang memadai. Bukti menunjukkan bahwa besaran  pengelompokkan didalam rumah tangga jauh melebihi didalam desa, dan bahwa faktor rumah tangga inilah yang menjelaskan banyak tentang pengelompokkan ini ketimbang penyakit infeksi. Identifikasi kelompom-kelompok  defisiensi vitamin A dapat memfasilitasi implementasi program intervensi dan jika seorang anak ditemukan dengan xeroftalmia, saudara kandungnya harus ditangani sebagai kasus suspect defisiensi vitamin A pula.

E.       Penyebab Terjadinya Kekurangan Vitamin AArisman (2002) menyatakan bahwa KVA bisa timbul karena menurunnya cadangan

vitamin A pada hati dan organ-organ tubuh lain serta menurunnya kadar serum vitamin A dibawah garis yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik bagi mata.Vitamin A diperlukan retina mata untuk pembentukan rodopsin dan pemeliharaan diferensiasi jaringan epitel. Gangguan gizi kurang vitamin A dijumpai pada anak-anak yang terkait dengan : kemiskinan, pendidikan rendah, kurangnya asupan makanan sumber vitamin A dan pro vitamin A (karoten), bayi tidak diberi kolostrum dan disapih lebih awal, pemberian makanan artifisial yang kurang vitamin A. Pada anak yang mengalami kekurangan energi dan protein, kekurangan vitamin A terjadi selain karena kurangnya asupan vitamin A itu sendiri juga karena penyimpanan dan transpor vitamin A pada tubuh yang terganggu.

Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun). Sedangkan yang lebih berisiko menderita kekurangan vitamin A adalah bayi berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau di bawah garis merah pada KMS, anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC, pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang tinggal di dareah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di posyandu maupun puskesmas, serta anak yang kurang/jarang makan makanan sumber vitamin A.

Terjadinya kekurangan vitamin A berkaitan dengan berbagai faktor dalam hubungan yang kompleks seperti halnya dengan masalah kekurangan kalori protein (KKP). Makanan yang rendah dalam vitamin A biasanya juga rendah dalam protein, lemak dan hubungannya antara hal-hal ini merupakan faktor penting dalam terjadinya kekurangan vitamin A.Kekurangan vitamin A bisa disebabkan seorang anak kesulitan mengonsumsi vitamin A dalam jumlah yang banyak, kurangnya pengetahuan orang tua tentang peran vitamin A dan kemiskinan. Sedangkan untuk mendapatkan pangan yang difortifikasi bukan hal yang mudah bagi penduduk yang miskin. Karena, harga pangan yang difortifikasi lebih mahal daripada pangan yang tidak difortifikasi.

Pembedahan pada usus atau pankreas juga akan memberikan efek kekurangan vitamin A. Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita kekurangan vitamin A , karena ASI merupakan sumber vitamin A yang baik. Kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi pada penderita Kurang Energi Protein (KEP), penyakit hati, gangguan absorpsi karena kekurangan asam empedu (Suhardjo, 2002).

Penyebab lain KVA pada balita dikarenakan kurang makan sayuran dan buah-buahan berwarna serta kurang makanan lain sumber vitamin A seperti : daun singkong, bayam, tomat, kangkung, daun ubi jalar, wortel, daun pepaya, kecipir, daun sawi hijau, buncis, daun

Page 9: Metabolisme Protein

katu, pepaya, mangga, jeruk, jambu biji, telur ikan dan hati. Akibatnya menurun daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (Depkes RI, 2005).

F.       Tanda-tanda dan Gejala Klinis Kekurangan Vitamin AKVA adalah kelainan sistemik yang mempengaruhi jaringan epitel dari organ-organ

seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata dan organ lain. Akan tetapi gambaran gangguan secara fisik dapat langsung terlihat oleh mata. Kelainan kulit pada umumnya terlihat pada tungkai baeah bagian depan dan lengan atas bagian belakang, kulit nampak kering dan bersisik. Kelainan ini selain diebabkan oleh KVA dapat juga disebabkan kekurangan asam lemak essensial, kurang vitamin golongan B atau KEP.

Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah berlangsung lama. gejala tersebut akan lebih cepat muncul jika menderita penyaki campak, diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya.Gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO sebagai berikut :

1.        Buta senja = XN. Buta senja terjadi akibat gangguan pada sel batang retina. Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang remang-remang setelah lama berada di cahaya yang terang. Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tidak dapat melihat lingkungan yang kurang cahaya.

2.         Xerosis konjunctiva = XI A. Selaput lendir mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit kering, berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam.

3.         Xerosis konjunctiva dan bercak bitot = XI B. Gejala XI B adalah tanda-tanda XI A ditambah dengan bercak bitot, yaitu bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama celah mata sisi luar. Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang merupakan tanda khas pada penderita xeroftalmia, sehingga dipakai sebagai penentuan prevalensi kurang vitamin A pada masyarakat. Dalam keadaan berat tanda-tanda pada XI B adalah, tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjunctiva, konjunctiva tampak menebal, berlipat dan berkerut.

4.         Xerosis kornea = X2. Kekeringan pada konjunctiva berlanjut sampai kornea, kornea tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar.

5.         Keratomalasia dan Ulcus Kornea = X3 A ; X3 B. Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus. Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea.Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir dengan perforasi dan prolaps jaringan isi bola mata dan membentuk cacat tetap yang dapat menyebabkan kebutaan. Keadaan umum yang cepat memburuk dapat mengakibatkan keratomalasia dan ulkus kornea tanpa harus melalui tahap-tahap awal xeroftalmia.

6.         Xeroftalmia Scar (XS) = jaringan parut kornea. Kornea tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengecil. Bila luka pada kornea telah sembuh akan meninggalkan bekas berupa sikatrik atau jaringan parut. Penderita menjadi buta yang sudah tidak dapat disembuhkan walaupun dengan operasi cangkok kornea.

7.         Xeroftalmia Fundus (XF). Tampak seperti cendolXN, XI A, XI B, X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan pengobatan yang baik. Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera diobati karena dalam beberapa hari bisa menjadi keratomalasia. X3A dan X3 B bila diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yang bahkan dapat menyebabkan kebutaan total bila lesi pada kornea cukup luas sehingga menutupi seluruh kornea.Prinsip dasar untuk mencegah xeroftalmia adalah memenuhi kebutuhan vitamin A yang cukup untuk tubuh serta mencegah penyakit infeksi. Selain itu perlu memperhatikan kesehatan secara umum (Wardani, 2012).

G.      Akibat Kekurangan Vitamin A

Page 10: Metabolisme Protein

Tubuh memerlukan asupan vitamin yang cukup sebagai zat pengatur dan memperlancar proses metabolisme dalam tubuh. Sebagai vitamin yang larut dalam lemak, vitamin A membangun sel-sel kulit dan memperbaiki sel-sel tubuh, menjaga dan melindungi mata, menjaga tubuh dari infeksi, serta menjaga pertumbuhan tulang dan gigi. Karena fungsi tersebut, vitamin A sangat bagus dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Vitamin A juga berperan dalam epitil, misalnya pada epitil saluran pencernaan dan pernapasan serta kulit. Vitamin A berkaitan erat dengan kesehatan mata. Vitamin A membantu dalam hal integritas atau ketahanan retina serta menyehatkan bola mata. Vitamin A fungsinya tak secara langsung mengobati penderita minus, tapi bisa menghambat minus. Kekurangan vitamin A menyebabkan mata tak dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya yang masuk dalam retina. Sebagai konsekuensi awal terjadilah rabun senja, yaitu mata sulit melihat kala senja atau dapat juga terjadi saat memasuki ruangan gelap. Bila kekurangan vitamin A berkelanjutan maka anak akan mengalami xerophtalmia yang mengakibatkan kebutaan. Selain itu kekurangan vitamin A menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi bakteri dan virus. Tanpa vitamin A, sistem pertahanan tubuh akan hilang.Ini memicu tubuh rentan terserang penyakit.

Vitamin A bisa terserap dalam tubuh yang kondisinya baik. Anak usia balita sangat rentan kekurangan vitamin A karena kondisi tubuhnya rentan terhadap penyakit, seperti diare atau infeksi pencernaan. Untuk itu peran ibu sangat penting dalam menjaga ketahanan tubuh bayi yakni dengan memberikan ASI eksklusif, agar mempunyai ketahanan tubuh yang cukup.Kebutuhan vitamin A yang cukup dalam tubuh, dapat diketahui dengan cara menganalisis makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan melihat kondisi tubuh. Jika tubuh anak sering terkena penyakit, seperti diare, busung lapar atau gangguan saluran pernapasan, maka secara otomatis, asupan vitamin A-nya kurang (Zulkarnaen, 2012).

Selain itu, dampak kekurangan Vitamin A bagi balita antara lain:1.        Hemarolopia atau kotok ayam (rabun senja).2.        Frinoderma, pembentukan epitelium kulit tangan dan kaki terganggu, sehingga kulit tangan

dan kaki bersisik.3.        Pendarahan pada selaput usus, ginjal dan paru-paru.4.        Kerusakan pada bagian putih mata mengering dan kusam (Xerosis konjungtiva), bercak

seperti busa pada bagian putih mata (bercak bitot), bagian kornea kering dan kusam (Xerosis kornea), sebagian hitam mata melunak ( Keratomalasia ), Seluruh kornea mata melunak seperti bubur (Ulserasi Kornea) dan Bola mata mengecil / mengempis (Xeroftahalmia Scars).

5.        Terhentinya proses pertumbuhan.6.        Terganggunya pertumbuhan pada bayi.7.        Mengakibatkan campak yang berat yang berkaitan dengan adanya komplikasi pada anak-

anak serta menghambat penyembuhan. (Melenotte et al,2012)Namun demikian perlu juga diperhatikan bahwa pemberian dosis Vitamin A yang terlalu

tinggi  dalam waktu yang lama dapat menimbulkan akibat yang kurang baik antara lain:1.      Hipervitaminosis A pada anak-anak dapat menimbulkan anak tersebut cengeng, pada sekitar

tulang yang panjang membengkak, kulit kering dan gatal-gatal.2.      Hipervitaminosis pada orang dewasa menimbulkan sakit kepala, mual-mual dan diare.

(Sugiarno, 2010).

H.      Pencegahan dan Penanggulangan  Kekurangan Vitamin AVitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh

tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meni ngkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare, dan penyakit infeksi lain) (Depkes RI, 2009)

Page 11: Metabolisme Protein

Pada ibu hamil dan menyusui, vitamin A berperan penting untuk memelihara kesehatan ibu selama masa kehamilan dan menyusui. Buta senja pada ibu menyusui, suatu kondisi yang kerap terjadi karena kurang vitamin A (KVA). Berhubungan erat pada kejadian anemia pada ibu, kekurangan berat badan, kurang gizi, meningkatnya resiko infeksi dan penyakit reproduksi, serta menurunkan kelangsungan hidup ibu hingga dua tahun setelah melahirkan (Dinkes Jateng, 2007)

Semua anak, walaupun mereka dilahirkan dari ibu yang berstatus gizi baik dan tinggal di Negara maju, terlahir dengan cadangan vitamin A yang terbatas dalam tubuhnya (hanya cukup memenuhi kebutuhan untuk sekitar dua minggu). Di Negara berkembang, pada bulan-bulan pertama kehidupannya, bayi sangat bergantung pada vitamin A yang terdapat dalam ASI. Oleh sebab itu, sangatlah penting bahwa ASI mengandung cukup vitamin A. Anak-anak yang sama sekali tidak mendapatkan ASI akan beresiko lebih tinggi terkena Xeropthalmia dibandingkan dengan anak-anak yang mendapatkan ASI walau hanya dalam jangka waktu tertentu. Berbagai studi yang dilakukan mengenai vitamin A ibu nifas memperlihatkan hasil yang berbeda-beda.

Anak-anak usia enam bulan yang ibunya mendapatkan kapsul vitamin A setelah melahirkan, menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah kasus demam pada anak-anak tersebut dan waktu kesembuhan yang lebih cepat saat mereka terkena ISPA. Ibu hamil dan menyusui seperti halnya juga anak-anak, berisiko mengalami KVA karena pada masa tersebut ibu membutuhkan vitamin A yang tinggi untuk pertumbuhan janin dan produksi ASI.

Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A melalui proses Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman. Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata. Selain itu kegiatan konsumsi kapsul vitamin A masih bersifat rintisan. Oleh sebab itu penanggulangan KVA saat ini masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.

a.         Bayi umur 6-11 bulan, baik sehat maupuan tidak sehat, dengan dosis 100.000 SI (warna biru). Satu kapsul diberikan satu kali secara serentak pada bulan Februari dan Agustus.

b.        Anak balita umur 1-5 tahun, baik sehat maupun tidak sehat, dengan dosis 200.000 SI (warna merah). Satu kapsul diberikan satu kali secara serentak pada bulan Februari dan Agustus.

c.         Ibu nifas, paling lambat 30 hari setelah melahirkan, diberikan satu kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah), dengan tujuan agar bayi memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI (Depkes RI, 2009).

d.        Wanita hamil : suplemen vitamin A tidak direkomendasikan selama kehamilan sebagai bagian dari antenatal care rutin untuk mencegah maternal and infant morbidity dan mortality. Namun, pada daerah dimana terdapat masalah kesehatan publik yang berat yang berkaitan dengan kekurangan vitamin A, maka suplementasi  vitamin A direkomendasikan untuk mencegah rabun senja. Secara khusus, wanita hamil dapat mengkonsumsi hingga 10,000 IU vitamin A setiap harinya atau vitamin A hingga 25,000 IU setiap minggu. Suplementasi dapat dilanjutkan hingga 12 minggu selama kehamilan hingga melahirkan. Hal ini perlu ditekankan bahwa WHO mengidentifikasi populasi berisiko sebagai mereka yang prevalensi menderita rabun senja ≥5% pada wanita hamil atau ≥5% pada anak – anak yang berusia 24–59 bulan.( McGuire, 2012)

e.         Ibu nifas: suplementasi vitamin A pada ibu nifas tidaklah direkomendasikan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi. ( McGuire S. 2012)

Kekurangan makan makanan bergizi yang berlarut-larut, selain membuat orang menjadi kurus juga kekurangan vitamin-vitamin, termasuk kekurangan vitamin A. penyakit usus yang menahun akan mengakibatkan penyerapan vitamin A dari usus terganggu. Untuk melakukan pengobatan harus berobat pada dokter dan biasanya dokter akan memberikan suntikan vitamin A setiap hari sampai gejalanya hilang. Untuk mencegah kekurangan vitamin A makanlah pepaya, wortel dan sayur-sayuran yang berwarna ( Hassan, 2008).

Page 12: Metabolisme Protein

Program nasional pemberian suplemen vitamin A adalah upaya penting untuk mencegah kekurangan vitamin A di antara anak-anak Indonesia. Tujuan Program ini adalah untuk mendistribusikan kapsul vitamin A pada semua anak di seluruh wilayah Indonesia dua kali dalam satu tahun. Setiap Februari dan Agustus, kapsul vitamin A didistribusikan secara gratis kepada semua anak yang mengunjungi Posyandu dan Puskesmas. Vitamin A yang terdapat dalam kapsul tersebut cukup untuk membantu melindungi anak-anak dari timbulnya beberapa penyakit yang pada gilirannya akan membantu menyelamatkan penglihatan dan kehidupan mereka ( Maryam, 2010 ).

Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam satu sampai dua minggu. Dianjurkan bila diagnosa defisiensi vitamin A ditegakkan maka berikan vitamin A 200.000 IU peroral dan pada hari kesatu dan kedua. Belum ada perbaikan maka diberikan obat yang sama pada hari ketiga. Biasanya diobati gangguan proteinkalori mal nutrisi dengan menambah vitamin A, sehingga perlu diberikan perbaikan gizi.

I.         Sumber Vitamin APada umumnya kecukupan Vitamin A pada orang dewasa didapat dari makanan yang di

konsumsi setiap hari. Demikian juga bagi anak anak selain didapat dari makanan juga dari suplemen Vitamin A. sedangkan bagi bayi yang berumur kurang dari 6 bulan kebutuhan Vitamin A diperoleh dari Air Susu Ibu (Sugiarno. 2010). ASI tetap menjadi sumber yang penting dari vitamin A dan karoten (zat gizi yang banyak terdapat secara alami dalam buah-buahan dan sayur-sayuran). Karoten dapat membantu sistem kekebalan tubuh. Hati, telur, dan keju merupakan sumber-sumber vitamin A yang baik. Vitamin A juga terdapat dalam beta-karoten serta karotenoid lainnya. Tubuh manusia dapat mensintesa vitamin A dari karoten atau pro vitamin A yang terdapat di sayuran dan buah-buahan yang berwarna, seperti wortel, tomat, apel, semangka, dan sebagainya. (Dinkes Jateng, 2007)

Kadar Vitamin A dalam air susu sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi selama menyusui. Untuk itu bagi ibu nifas dianjurkan banyak mengkonsumsi sayuran terumata yang banyak mengandung Vitamin A. (Sugiarno. 2010)

Vitamin A sangat penting bagi kesehatan kulit, kelenjar, serta fungsi mata. Sekalipun pada waktu lahir bayi memiliki simpanan vitamin A, Vitamin A adalah salah satu zat gizi esensial yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh manusia. Untuk memperolehnya harus diambil dari sumber diluar tubuh terutama dari sumber alam, seperti bahan sereal, umbi, biji-bijian, sayuran, buah-buahan, hewani dan bahan-bahan olahan lainnya.(Desi & Dwi, 2009)

J.        Angka Kecukupan Gizi Vitamin A

Page 13: Metabolisme Protein

Halati (2006) menyatakan bahwa angka kecukupan gizi (AKG) anak balita sekitar 350 Retinol Ekuivalen (RE). Angka ini dihitung dari kandungan vitamin A dalam makanan nabati atau hewani yang dikonsumsi. Sebagai gambaran, angka 350 RE terdapat pada tiga butir telur atau 250 gram bayam. Jadi seorang anak balita memenuhi kecukupan gizi vitamin A jika ia mengonsumsi tiga telur atau 250 gram bayam dalam sehari. Tapi, tentu saja, seorang anak akan bosan jika terus menerus diberi telur dan bayam, apalagi dalam jumlah besar.

Terdapat banyak sayuran dan buah yang mengandung vitamin A. Sayuran dan buah yang mengandung AKG dalam jumlah besar, lebih dari 150 RE/100 gr, adalah pepaya, bayam, kangkung, wortel, ubi jalar, mangga, dan sebagainya. Sementara sumber makanan nabati dengan kandungan vitamin A lebih rendah, sekitar 1-60 RE/100 gr, terdapat pada jagung, semangka, tomat, pisang, belimbing, dan sejenisnya. Untuk sumber makanan hewani, kandungan vitamin A dalam jumlah besar terdapat pada telur, daging ayam dan hati. Sedangkan ikan, susu segar, dan udang memiliki kandungan vitamin A tergolong kecil.

Page 14: Metabolisme Protein

BAB IIIPENUTUP

A.      Kesimpulan1.      Vitamin A adalah salah satu zat gizi dan golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh

yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit, khususnya diare dan penyakit infeksi).

2.      Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah penyakit yangdisebabkan oleh kurangnya asupan vitamin A yang memadai. Hal ini dapatmenyebabkan  rabun senja,xeroftalmia dan jika kekurangan berlangsung parah danberkepanjangan akan mengakibatkan keratomalasia.

3.      Selain berfungsi pada sistem penglihatan, diferensiasi sel, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, dan pencegahan kanker, vitamin A juga berfungsi dalam sistem kekebalan (anti infeksi).

4.      Faktor risiko kekurangan vitamin A adalah usia, gender, status fisiologis, diet, pola penyakit, kondisi sosialekonomi, dan pengelompokan.

5.      Arisman (2002) menyatakan bahwa KVA bisa timbul karena menurunnya cadangan vitamin A pada hati dan organ-organ tubuh lain serta menurunnya kadar serum vitamin A dibawah garis yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik bagi mata.

6.      KVA bisa timbul karena menurunnya cadangan vitamin A pada hati dan organ-organ tubuh lain serta menurunnya kadar serum vitamin A dibawah garis yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik bagi mata. Gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO sebagai berikut :

a.    Buta senja = XN.b.    Xerosis konjunctiva = XI A.c.    Xerosis konjunctiva dan bercak bitot = XI B.d.   Xerosis kornea = X2.e.    Keratomalasia dan Ulcus Kornea = X3 A ; X3 B.f.     Xeroftalmia Scar (XS) = jaringan parut kornea.g.    Xeroftalmia Fundus (XF).

7.      Kekurangan vitamin A menyebabkan mata tak dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya yang masuk dalam retina. Sebagai konsekuensi awal terjadilah rabun senja, yaitu mata sulit melihat kala senja atau dapat juga terjadi saat memasuki ruangan gelap. Bila kekurangan vitamin A berkelanjutan maka anak akan mengalami xerophtalmia yang mengakibatkan kebutaan.

8.      Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A melalui proses Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman. Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata. Selain itu kegiatan konsumsi kapsul vitamin A masih bersifat rintisan. Oleh sebab itu penanggulangan KVA saat ini masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.

Page 15: Metabolisme Protein

9.      Hati, telur, dan keju merupakan sumber-sumber vitamin A yang baik. Vitamin A juga terdapat dalam beta-karoten serta karotenoid lainnya. Tubuh manusia dapat mensintesa vitamin A dari karoten atau pro vitamin A yang terdapat di sayuran dan buah-buahan yang berwarna, seperti wortel, tomat, apel, semangka, dan sebagainya.

10.  Halati (2006) menyatakan bahwa angka kecukupan gizi (AKG) anak balita sekitar 350 Retinol Ekuivalen (RE). Angka ini dihitung dari kandungan vitamin A dalam makanan nabati atau hewani yang dikonsumsi.

B.       SaranTimbulnya berbagai penyakit akibat kekurangan vitamin A karena kurangnya perhatian

terhadap kesehatan masing-masing individu dan keluarga. Maka untuk mencegah ataupun menanggulangi terjadinya peningakatan kekurangan vitamin A, penulis menyarankan untuk lebih banyak mengomsumsi buah-buahan, biji-bijian, sayur-sayuran dan juga hewani yang banyak mengandung vitamin A. Dengan demikian, akan mengurangi resiko terjadinya penyakit akibat kekurangan Vitamin A.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2002. Gizi dalam daur kehiduan.Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Palembang. Proyek peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Desi dan Dwi 2009. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. Nuha Medika. Departemen Kesehatan RI, Konsumsi Kapsul Vitamin A pada Ibu Nifas.

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Haryadi, Hendri. 2011 . Makalah Kekurangan Vitamin A “Ilmu Gizi”. Diakses dari http://handri-haryadi.blogspot.com

Iskandar, Zulkarnaen. 2012. Kekurangan Vitamin A. Diakses darihttp://kuliahiskandar.blogspot.com.

Maryam,Siti dkk (2010). Asuhan Keperawatan pada Lansia. Trans Info Medika, Jakarta.

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Semarang. Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah 2007.

Sugiamo. 2010. “Defesiensi Vitamin A”http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sugiamg0-5116-2-bab2.pdf

http://srimurny.blogspot.com/2011/04/kekurangan-vitamin-kva.html

Page 16: Metabolisme Protein

http://muhsinrijal.blogspot.com/2013/09/makalah-kurang-vitamin-kva.htmlhttp://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2012/06/11/all-about-kva-kurang-vitamin-a-468998.htmlhttp://titamenawati.blogspot.com/2013/08/kekurangan-vitamin-kva_26.htmlhttp://misnakesling.blogspot.com/2013/02/kekurangan-vitamin-kva.html

http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2136

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kekurangan Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia

terutama negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa

pertumbuhan (balita). Kekurangan vitamin A dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan

menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Kekurangan vitamin A dapat terjadi karena beberapa

sebab antara lain konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung vitamin A atau

provitamin A untuk jangka waktu yang lama, bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif, menu

tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, zink atau zat gizi lainnya) yang

diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A dalam tubuh, adanya

gangguan penyerapan vitamin A dan provitamin A seperti pada penyakit-penyakit antara lain

diare kronik, KEP dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A meningkat, adanya kerusakan

hati yang menyebabkan gangguan pembentukan retinol binding protein (RBP) dan pre-

albumin yang penting untuk penyerapan vitamin.

1.2  Rumusan Masalah

a.       Apakah pengertian vitamin A?

b.      Apa sajakah fungsi dari vitamin A?

c.       Siapa sajakah yang bisa kekurangan vitamin A ?

d.      Bagaimana akibat dari kekurangan vitamin A?

e.       Bagaimana penanggulangan agar tidak kekurangan vitamin A?

1.3  Tujuan Penulisan

a.       Dapat mengetahui pengertian vitamin A

b.      Dapat mengetahui fungsi dari vitamin A

c.       Dapat mengetahui siapa saja yang bisa kekurangan vitamin A

d.      Mengetahui apa saja akibat dari kekurangan vitamin A

e.       Untuk mengetahui bagaimana penanggulangan jika kekurangan vitamin A

1.4  Metode

Page 17: Metabolisme Protein

Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan metode kepustakaan dan metode

penelusuran.

Page 18: Metabolisme Protein

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan

oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk

kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya

campak, diare dan penyakit infeksi lain). Vitamin A atau berdasarkan struktur kimianya

dibagi menjadi 2 bentuk yaitu :a.       Retinol

Retinol dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh karena umumnya sumber retinol diperoleh dari makanan hewani seperti,telur, hati, atau minyak ikan yang mudah dicerna dalam tubuh.

b.      BetacaroteneSering disebut pro-vitamin A baru dapat dirasakan setelah mengalami proses pengolahan menjadi retinol. Sumber betacarotene berasal dari makanan nabati yang berwarna orange atau hijau tua, seperti wortel, bayam, ubi, mangga, dan papaya.

Retinol atau Retinal atau juga Asam Retinoat, dikenal sebagai faktor pencegahan

xeropthalmia, berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan pengatur kepekaan rangsang

sinar pada saraf mata, Jumlah yang dianjurkan  berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang

dianjurkan (KGA-2004) per hari 400 ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug

retinol.Tubuh menyimpan retinol dan betacarotene dalam hati dan mengambilnya jika tubuh

memerlukannya.

2.2 Fungsi Vitamin A

            Selain berfungsi pada sistem penglihatan, diferensiasi sel, pertumbuhan dan

perkembangan, reproduksi, dan pencegahan kanker, Vitamin A juga berfungsi dalam sistem

kekebalan ( anti infeksi ). Walaupun mekanismenya belum diketahui pasti, Retinol

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan deferensiasi limfosit B ( leukosit yang berperan

dalam proses kekebalan humoral ). Disamping itu, kekurangan vitamin A menurunkan

respon antibody yang bergantung pada sel-T (limfosit yang berperan pada kekebalan

sesular).Sebaliknya, infeksi dapat memperburuk kekurangan vitamin A.

Dalam kaitan vitamin A berperan sebagai fungsi kekebalan, ditemukan bahwa:

.

Bila vitamin A kurang, maka fungsi kekebalan tubuh menjadi menurun, sehingga

mudah terserang infeksi. Disamping itu lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru

mengalami keratinisasi, tidak mengeluarkan lender sehingga mudah dimasuki

mikroorganisme penyebab infeksi saluran pernapasan. Bila terjadi pada permukaan usus

halus dapat terjadi diare. Perubahan pada permukaan saluran kemih dan kelamin dapat

menimbulkan infeksi pada ginjal dan kantong kemih. Pada anak-anak dapat menyebabkan

komplikasi pada campak yang dapat mengakibatkan kematian.

Hasil penelitian yang dilaksanakan Survei Pemantauan Status Gizi dan Kesehatan (Nutrition

& Health Surveillance System) selama 1998-2002 menunjukkan, sekitar 10 juta anak balita

yang berusia enam bulan hingga lima tahun-berarti setengah dari populasi anak balita-di

Indonesia berisiko menderita kekurangan vitamin A. Menurut penelitian yang dilakukan

Depkes bekerja sama dengan Helen KelIer International setiap tiga bulan sekali ini,

makanan mereka sehari-hari di bawah angka kecukupan vitamin A yang ditetapkan untuk

Page 19: Metabolisme Protein

anak balita, yaitu 350-460 Retino Ekivalen per hari.

Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kekurangan vitamin A berkaitan dengan tingginya tingkat

kematian pada balita. Populasi anak yang mengalami kekurangan vitamin A, namun tidak

mendapat perawatan tingkat kematiannya 49 persen lebih tinggi daripada yang mendapat

sumplemen vitamin itu. Secara medis ada keterkaitan antara kekurangan vitamin A dan

kematian pada balita. Akibat kurangnya vitamin A, yang berfungsi sebagai katalis reaksi

biokimia dalam tubuh, akan berdampak pada berkurangnya fungsi sel epitel yang dalam

meningkatkan status kekebalan atau daya tahan tubuh.

Selain fungsi-fungsi diatas, vitamin A juga berfungsi menjaga integritas atau keutuhan sel

darah merah. Karena itu, kekurangan vitamin A juga memicu timbulnya penyakit anemia.

Jika kekurangan vitamin A, sel darah merah tak mampu bertahan lama sehingga umurnya

menjadi pendek dan mudah pecah. Karena kondisi ini, tubuh menjadi kekuranagn zat besi

atau darah merah.selain itu vitamin A juga berpengaruh terhadap sumsum tulang belakang

yang berfungsi sebai tempat memproduksi sel darah merah. Jika vitamin A kurang, maka

sumsum tulang belakang tak mampu memproduksi sel-sel darah merah, sehingga terjadilah

anemia.

2.3 Siapa Saja Yang Bisa Kekurangan Vitamin A

Kekurangan vitamin A banyak ditemukan di beberapa daerah seperti Asia Tenggara,

dimana padi yang digiling menjadi beras (yang mengandung sedikit vitamin A) merupakan

makanan pokok. Beberapa penyakit yang mempengaruhi kemampuan usus dalam

menyerap lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,meningkatkan resiko terjadinya

kekurangan vitamin A.

Pembedahan pada usus atau pankreas juga akan memberikan efek yang

sama.Gejala pertama dari kekurangan vitamin A biasanya adalah rabun senja.

Kemudian akan timbul pengendapan berbusa (bintik Bitot) dalam bagian putih mata (sklera)

dan kornea bisa mengeras dan membentuk jaringan parut (xeroftalmia), yang bisa

menyebabkan kebutaan yang menetap.

Malnutrisi pada masa kanak-kanan (marasmus dan kwashiorkor), sering disertai

dengan xeroftalmia; bukan karena kurangnya vitamin A dalam makanan, tetapi juga karena

kekurangan kalori dan protein menghambat pengangkutan vitamin A. Kulit dan lapisan paru-

paru, usus dan saluran kemih bisa mengeras. Kekurangan vitamin A juga menyebabkan

peradangan kulit (dermatitis) dan meningkatkan kemungkinan terkena infeksi. Beberapa

penderita mengalami anemia. Pada kekurangan vitamin A, kadar vitamin A dalam darah

menurun sampai kurang dari 15 mikrogram/100 mL (kadar normal 20-50 mikrogram/100

mL).

Kekurangan vitamin A diobati dengan pemberian vitamin A tambahan sebanyak 20 kali

dosis harian yang dianjurkan selama 3 hari. Lalu diikuti dengan pemberian sebanyak 3 kali

dosis harian yang dianjurkan selama 1 bulan.

Setelah itu diharapkan semua gejala sudah hilang. Penderita yang gejala-gejalanya tidak

hilang dalam 2 bulan setelah pengobatan, harus segera dievaluasi untuk mengetahui

kemungkinan adanya malnutrisi.

Page 20: Metabolisme Protein

            Kurang vitamin A (KVA) merupakan suatu kondisi dimana kadar vitamin A dalam

darah menurun.-          Bila pada orang normal kadar vitamin A dalam darah adalah 30 ug/dl atau lebih-          Kadar 20-30 ug/dl masih dapat diterima, meskipun pada tingkat yang dianggap rendah, yang

mempunyai risiko lebih besar untuk timbulnya gejala-gejala KVA-          Kadar 10-20 ug/dl sudah termasuk kondisi hypovitaminosis-          Kadar dibawah 10 ug/dl sudah dianggap avitaminosis.

Orang yang membatasi konsumsi mereka akan hati, produk-produk yang berasal

dari susu, dan sayur-sayuran yang mengandung beta-karoten, dapat mengalami

kekurangan vitamin A. Bayi yang berat badannya saat lahir sangat rendah (2,2 pounds atau

0,99 kg atau kurang) memiliki resiko yang tinggi lahir dengan kekurangan vitamin A, dan

suntikan vitamin A diberikan kepada bayi-bayi ini telah dilaporkan dapat mengurangi resiko

sakit paru-paru.

Tanda-tanda awal kekurangan vitamin A :

Lemahnya penglihatan pada malam hari

Kulit kering

Meningkatnya risiko infeksi, dan metaplasia (kondisi pra-kanker)

Kekurangan vitamin A yang parah, yang dapat menyebabkan kebutaan, secara

ekstrim jarang terjadi di lingkungan barat

Kekurangan vitamin A yang parah yang jarang terjadi, biasanya terjadi karena

kondisi-kondisi yang bermacam-macam, yang menyebabkan mal-absorpsi. Dilaporkan pula

tingginya peristiwa kekurangan vitamin A pada orang yang terinfeksi HIV.

Orang dengan hipotiroid memiliki kemampuan yang lemah untuk mengubah beta-

karoten menjadi vitamin A. Untuk alasan ini, beberapa dokter menyarankan untuk

mengonsumsi suplemen vitamin A, jika mereka tidak mengonsumsi vitamin A dalam jumlah

yang seharusnya pada pola makan mereka. Orang yang sudah sangat tua dengan diabetes

tipe-2 menunjukkan penurunan vitamin A pada darahnya yang secara signifikan karena

faktor usia, terlepas dari konsumsi vitamin A pada pola makannya.

2.4 Akibat dari Kekurangan Vitamin A

Tubuh memerlukan asupan vitamin yang cukup sebagai zat pengatur dan

memperlancar proses metabolisme dalam tubuh. Sebagai vitamin yang larut dalam lemak,

vitamin A membangun sel-sel kulit dan memperbaiki sel-sel tubuh, menjaga dan melindungi

mata, menjaga tubuh dari infeksi, serta menjaga pertumbuhan tulang dan gigi. Karena fungsi

tersebut, vitamin A sangat bagus dalam proses pertumbuhan dan perkembangan

anak. Vitamin A juga berperan dalam epitil, misalnya pada epitil saluran pencernaan dan

pernapasan serta kulit. Vitamin A berkaitan erat dengan kesehatan mata. Vitamin A

membantu dalam hal integritas atau ketahanan retina serta menyehatkan bola mata. Vitamin

A fungsinya tak secara langsung mengobati penderita minus, tapi bisa menghambat minus.

Kekurangan vitamin A menyebabkan mata tak dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan

cahaya yang masuk dalam retina. Sebagai konsekuensi awal terjadilah rabun senja, yaitu

mata sulit melihat kala senja atau dapat juga terjadi saat memasuki ruangan gelap. Bila

Page 21: Metabolisme Protein

kekurangan vitamin A berkelanjutan maka anak akan mengalami xerophtalmia yang

mengakibatkan kebutaan.Selain itu kekurangan vitamin A menyebabkan tubuh rentan

terhadap infeksi bakteri dan virus. Tanpa vitamin A, sistem pertahanan tubuh akan hilang.Ini

memicu tubuh rentan terserang penyakit.

 Vitamin A bisa terserap dalam tubuh yang kondisinya baik. Anak usia balita sangat

rentan kekurangan vitamin A karena kondisi tubuhnya rentan terhadap penyakit, seperti

diare atau infeksi pencernaan. Untuk itu peran ibu sangat penting dalam menjaga ketahanan

tubuh bayi yakni dengan memberikan ASI eksklusif, agar mempunyai ketahanan tubuh yang

cukup.Kebutuhan vitamin A yang cukup dalam tubuh, dapat diketahui dengan cara

menganalisis makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan melihat kondisi tubuh. Jika tubuh

anak sering terkena penyakit, seperti diare, busung lapar atau gangguan saluran

pernapasan, maka secara otomatis, asupan vitamin A-nya kurang

2.5 Penanggulangan Kekurangan Vitamin A

            Melihat dampak yang dapat diakibatkan oleh kekurangan vitamin A seperti yang

dijelaskan di atas, maka masalah defisiensi vitamin A ini tidak boleh diremehkan karena

dapat menyebabkan kematian. Untuk mengatasi hal ini, ada beberapa langkah yang harus

terus dilakukan, antara lain :

a.       Memperbaiki pola makan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan sehingga

masyarakat kita semakin gemar mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.

b.      Melakukan fortifikasi vitamin A terhadap beberapa bahan makanan yang banyak dikonsumsi

masyarakat dengan memperhatikan syarat-syarat fortifikasi, missal tidak menyebabkan

perubahan rasa pada bahan makanan tersebut atau tidak menyebabkan kenaikan harga

yang terlalu tinggi. Contoh bahan makanan yang dapat dilakukan fortifikasi adalah pada

MSG atau pada mie instant

c.       Meningkatkan program pemberian suplemen vitamin A yang sudah berjalan pada kelompok

sasaran yaitu :

         Bayi umur 6-12 bulan : diberikan kapsul vitamin A warna biru, dosis 100.000 UI setiap bulan

februari dan agustus.

         Anak umur 1-5 tahun : diberikan kapsul vitamin A warna merah, dosis 200.00 UI setiap

bulan februari dan agustus

         Ibu nifas  : diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 UI, sehari setelah melahirkan dan

diberikan lagi 24 jam kemudian (masing-masing satu kapsul ).

         Anak yang terserang campak : diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 UI.

d.      Pemberian imunisasi pada anak harus terus dipantau supaya terhindar dari penyakit infeksi.

e.       Mengkonsumsi makanan yang seimbang agar metabolisme vitamin A dalam tubuh dapat

berjalan secara normal.

Page 22: Metabolisme Protein

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan

oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk

kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya

campak, diare dan penyakit infeksi lain). Kekurangan vitamin A (KVA) dapat mengakibatkan

berbagai macam penyakit seperti : rabun senja. Penanggulangan KVA ini adalah dengan

memperbaiki pola makan masyarakat, perbanyak mengkonsumsi sayuran dan buah-

buahan.

            Kekurangan vitamin A banyak ditemukan di beberapa daerah seperti Asia Tenggara, dimana

padi yang digiling menjadi beras (yang mengandung sedikit vitamin A) merupakan makanan pokok.

Beberapa penyakit yang mempengaruhi kemampuan usus dalam menyerap lemak dan vitamin yang

larut dalam lemak,meningkatkan resiko terjadinya kekurangan vitamin A.

           

3.2 Saran

Bagi pembaca diharapkan agar dapat menerapkan pola hidup sehat sehingga

terhindar dari berbagai penyakit. Dan perbanyak makan wortel, tomat, dan sayur –sayuran

yang mengandung vit A,supaya kita tidak kekurangan vitamin A.

Sebagai tenaga medis khususnya keperawatan juga berperan penting dalam

penanggulangan kekurangan vit A, dimana seorang perawat diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat tentang pentingnya vit A.

DAFTAR PUSTAKA

Sediaoetama,Achmad Djaeni.2004. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi.Jakarta : Dian

Rakyat.

http://www.cybertokoh.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=975

http://organisasi.org/

pengertian_dan_definisi_vitamin_fungsi_guna_sumber_akibat_kekurangan_macam_dan_je

nis_vitamin

Agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal dibutuhkan antara lain

vitamin. Vitamin-vitamin ini selain dapat diperoleh dari makanan dapat juga

diperoleh melalui suplemen-suplemen yang mengandung vitamin. Salah satu jenis

Page 23: Metabolisme Protein

vitamin yang dibutuhkan adalah vitamin A atau yang disebut juga retinol. Vitamin A

berfungsi antara lain menjaga kelembaban dan kejernihan selaput lendir,

memungkinkan mata dapat melihat dengan baik dalam keadaan kurang cahaya

(sore atau senja hari), serta pada ibu nifas akan meningkatkan mutu vitamin A

dalam ASI, sehingga bayi akan mendapatkan vitamin A yang cukup dari ASI.

Vitamin A dapat diperoleh pada minyak hati ikan, kuning telur, mentega, krim dan

margarin yang telah diperkaya dengan vitamin A. Sedangkan provitamin A dapat

diperoleh dari sayur-sayuran berdaun hijau gelap dan buah-buahan berwarna kuning

atau merah serta minyak kelapa.

Akibat dari kekurangan vitamin A ini bermacam-macam antara lain terhambatnya

pertumbuhan, gangguan pada kemampuan mata dalam menerima cahaya,�

kelainan-kelainan pada mata seperti xerosis dan xerophthalmia, serta meningkatnya

kemungkinan menderita penyakit infeksi. Bahkan pada anak yang mengalami

kekurangan vitamin A berat angka kematian meningkat sampai 50%.

Kekurangan vitamin A terjadi terutama karena kurangnya asupan vitamin A yang

diperoleh dari makanan sehari-hari. Pada anak yang mengalami kekurangan energi

dan protein, kekurangan vitamin A terjadi selain karena kurangnya asupan vitamin A

itu sendiri juga karena penyimpanan dan transpor vitamin A pada tubuh yang

terganggu.

Tanda-tanda khas pada mata karena kekurangan vitamin A dimulai dari rabun senja

(XN) dimana penglihatan penderita akan menurun pada senja hari bahkan tidak

dapat melihat dilingkungan yang kurang cahaya. Pada tahap ini penglihatan akan

membaik dalam waktu 2-4 hari dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar. Bila

dibiarkan dapat berkembang menjadi xerosis konjungtiva (X1A). Selaput lendir atau

bagian putih bola mata tampak kering, berkeriput, dan berubah warna menjadi

kecoklatan dengan permukaan terlihat kasar dan kusam. Xerosis konjungtiva akan

membaik dalam 2-3 hari dan kelainan pada mata akan menghilang dalam waktu 2

minggu dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar. Bila tidak ditangani akan

tampak bercak putih seperti busa sabun atau keju yang disebut bercak Bitot (X1B)

terutama di daerah celah mata sisi luar. Pada keadaan berat akan tampak

kekeringan pada seluruh permukaan konjungtiva atau bagian putih mata, serta

konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut-kerut. Bila tidak segera

diberi vitamin A, dapat terjadi kebutaan dalam waktu yang sangat cepat. Tetapi

dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar dan dengan pengobatan yang benar

bercak Bitot akan membaik dalam 2-3 hari dan kelainan pada mata akan menghilang

dalam 2 minggu. Tahap selanjutnya bila tidak ditangani akan terjadi xerosis kornea

(X2) dimana kekeringan akan berlanjut sampai kornea atau bagian hitam mata.

Kornea tampak suram dan kering dan permukaannya tampak kasar. Keadaan umum

anak biasanya buruk dan mengalami gizi buruk, menderita penyakit campak, ISPA,

Page 24: Metabolisme Protein

diare. Pemberian kapsul vitamin A dan pengobatan akan menyebabkan keadaan

kornea membaik setelah 2-5 hari dan kelainan mata sembuh setelah 2-3 minggu.

Bila tahap ini berlanjut terus dan tidak segera diobati akan terjadi keratomalasia

(X3A) atau kornea melunak seperti bubur dan ulserasi kornea (X3B) atau perlukaan.

Selain itu keadaan umum penderita sangat buruk. Pada tahap ini kornea dapat

pecah. Kebutaan yang terjadi bila sudah mencapai tahap ini tidak bisa disembuhkan.

Selanjutnya akan terjadi jaringan parut pada kornea yang disebut xeroftalmia scars

(XS) sehingga kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak

mengempis.

Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah

kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan (1-5

tahun). Sedangkan yang lebih beresiko menderita kekurangan vitamin A adalah bayi

berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan

tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan

pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau di

bawah garis merah pada KMS, anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare,

TBC, pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang tinggal di

dareah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah mendapat

kapsul vitamin A dan imunisasi di Posyandu maupun Puskesmas, serta anak yang

kurang/jarang makan makanan sumber vitamin A.

Memperhatikan akibat kekurangan vitamin A seperti yang telah disebutkan di atas

maka untuk mencegah terjadinya kekurangan vitamin A di Posyandu atau

Puskesmas pada setiap bulan Februari dan Agustus seluruh bayi usia 6-11 bulan,

harus mendapat 1 kapsul vitamin A biru dan seluruh anak balita usia 12-59 bulan

mendapat kapsul vitamin A warna merah. Sedangkan untuk ibu nifas sampai 30 hari

setelah melahirkan mendapat 1 kapsul vitamin A warna merah.

Untuk mengobati anak dengan gejala buta senja (XN) hingga xerosis kornea (X2),

dimana penglihatan masih dapat disembuhkan, diberikan kapsul vitamin A pada hari

pertama pengobatan sebanyak � (50.000 SI) kapsul biru untuk bayi berusia kurang

atau sama dengan 5 bulan, 1 kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi berusia 6 sampai

11 bulan� atau 1 kapsul merah (200.000 SI) untuk anak 12-59 bulan. Pada hari

kedua diberikan 1 kapsul vitamin A sesuai umur dan dua minggu kemudian diberi

lagi 1 kapsul vitamin A juga sesuai umur.

BAB IPENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Page 25: Metabolisme Protein

Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan masalah kesehatan utama di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. KVA terutama sekali mempengaruhi anak kecil, diantara mereka yang mengalami defisiensi dapat mengalami xerophthalmia dan dapat berakhir menjadi kebutaan, pertumbuhan yang terbatas, pertahanan tubuh yang lemah, eksaserbasi infeksi serta meningkatkan resiko kematian. Hal ini menjadi nyata bahwa KVA dapat terus berlangsung mulai usia sekolah dan remaja hingga masuk ke usia dewasa. (Keith dan West, 2008)

Meskipun konsekuensi kesehatan dari KVA tidak digambarkan dengan baik di atas anak usia dini, namun data terakhir menunjukkan bahwa KVA pada wanita usia reproduksi dapat meningkatkan resiko kesakitan dan kematian selama kehamilan dan periode awal postpartum. KVA yang berat pada maternal juga memberikan kerugian bagi anak baru lahir karena dapat akibatkan peningkatan kematian dibulan pertama kehidupan. Sebagai konsekuensi dari meningkatnya pemahaman tentang  KVA maka sangat penting bahwa beban kesehatan yang dihasilkan dikuantifikasi setepat mungkin, sebagai dasar tindakan dan pemantauan serta evaluasi program pencegahan selanjutnya. Kemajuan telahdilakukan selama 4 dekade terakhir dalam memperkirakan beban KVA,  terutama dengan menggabungkan dan mengekstrapolasikan data prevalensi dari negara dimana telahdikumpulkan dalam populasi dengan profil demografis yang sama dan risiko yang telahdiantisipasi. Dalam beberapa tahun terakhir, KVA telah diperkirakan mempengaruhiantara 75 dan 254 juta anak prasekolah setiap tahun, jauh dari jarak  yang akurat. Tidak ada perkiraan permasalahan kesehatan global KVA ibu atau adanya insidensi tahunankebutaan malam ibu (XN). ( Arlappa, 2012; Keith dan West, 2008)

KVA pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi Protein (KEP) atau Gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang, termasuk zat gizi mikro dalam hal ini vitamin A. Anak yang menderita KVA mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi saluran pernafasan akut, campak, cacar air, diare dan infeksi lain karena daya tahan anak tersebut menurun. Namun masalah KVA dapat juga terjadi pada keluarga dengan penghasilan cukup. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan orang tua / ibu tentang gizi yang baik. Gangguan penyerapan pada usus juga dapat menyebabkan KVA walaupun hal ini sangat jarang terjadi. Kurangnya konsumsi makanan (< 80 % AKG) yang berkepanjangan akan menyebabkan anak menderita KVA, yang umumnya terjadi karena kemiskinan, dimana keluarga tidak mampu memberikan makan yang cukup. Sampai saat ini masalah KVA di Indonesia masih membutuhkan perhatian yang serius. Oleh karena itu dirasakan perlunya Program penanggulangan masalah KVA bertujuan untuk menurunkan prevalensi KVA terutama ditujukan kepada kelompok sasaran rentan yaitu balita dan wwanita yang berada pada usia reproduksi. Program ini sejalan denganVision 2020 The Right to Sight yang bertujuan untuk menurunkan masalah kebutaan di Indonesia.( Heijthuijsen, et al ,2013)

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah, penulis ingin menyajikan makalah mengenai

Kekurangan Vitamin A (KVA) yang meliputi pengertian, penyebab, faktor resiko, hingga pada terapi dan program pencegahan Kekurangan Vitamin A (KVA) di Indonesia.1.3.  Tujuan Penulisan

Yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran umum mengenai KVA (Kurang Vitamin A) beserta program – program yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan masalah KVA ini.

Page 26: Metabolisme Protein

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vitamin A2.1.1. Pengertian Vitamin A

Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak atau minyak dan merupakan vitamin yang esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Vitamin A stabil terhadap panas, asam dan alkali tetapi sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak pada suhu tinggi. (Olson dan Mello,2011)

Vitamin A merupakan komponen penting dari retina (selaput jala), maka fungsi utama adalah untuk penglihatan. Disamping itu vitamin A juga membantu pertumbuhan dan mempunyai peranan penting dalam jaringan epitel. (Marsetyo & Karta Sapoetra, 2003)2.1.2. Indikator Status Vitamin A2.1.2.1. Indikator Saat Ini

Indikator biologis, fungsional dan histologis status vitamin A meliputi xerophthalmia, rabun senja, sitologi konjunctiva serta tes adaptasi gelap (adaptometry) (Tabel 1). Saat ini, buta senja selama kehamilan dan tes adaptasi gelap telah diusulkan sebagai metode penilaian populasi oleh IVACG pada tahun 2001. Sementara tes tanda dan fungsi mata masih digunakan pada daerah dimana terjadi kekurangan vitamin A yang berat, kekurangan vitamin A subklinis lebih sering terjadi. Conjunctival impression 

cytology (CIC) telah digunakan pada penelitian namun tampak memberikan pengaruh yang negative pada negara kering Afrika. Peralatan yang penting untuk melakukan CIC tidaklah mahal. Singkatnya, lingkaran kecil kertas saring dengan cepat menyentuh ke permukaan mata menggunakan perangkat pompa manual untuk dalam posisi memegang kertas. Kertas saring kemudian ditempatkan dalam fiksasi dan kemudian diwarnai untuk membedakan sel goblet dari sel endotel. Sel-sel goblet dihitung di bawah mikroskop danmata diklasifikasikan sebagai normal atau abnormal berdasarkan jumlah sel goblet.Dalam pengalaman kami dengan anak-anak Indonesia, banyak yang hanya memiliki satu mata yang abnormal, yang berkorelasi dengan indikator status vitamin A  yang lebihsensitif lainnya hasilnya menjadi normal. (Tanumihardjo,2011)

Metode pemeriksaan biokimia yang tersedia termasuk serum retinol dan konsentrasi retinol dalam air ASI, respon terhadap dosis relatif dan tes respon terhadap dosis relative yang dimodifikasi serta tes deuterated retinol isotope dilution (Tabel 2).(Tanumihardjo,2011)

Konsentrasi retinol serum telah digunakan secara luas untuk mengidentifikasi populasi yang berisiko terhadap KVA. Kelemahan utama dari serum retinol adalah sampel

Page 27: Metabolisme Protein

darah yang diperlukan. Selain itu, pada orang sehat, konsentrasi serum retinolyang secara homeostatik dikontrol dan tidak mulai menurun sampai cadangan vitamin Adi hati yang sangat rendah. Selanjutnya, protein pengikat retinol (RBP) adalah negatifprotein fase akut, sehingga serum retinol dan konsentrasi RBP akan turun selama masainfeksi. Karena tingginya tingkat infeksi pada anak-anak yang beresiko KVA danmekanisme homeostatis, serum retinol tidak selalu merespon strategi intervensi vitaminA. Status nutrisi lainnya, khususnya kekurangan zat besi, mungkin juga berpengaruh negatif terhadap konsentrasi serum retinol. Kekurangan zat besi juga dapat menurunkanpenggerakan vitamin A dari penyimpanan hati. Konsentrasi retinol ASI juga telah diajukan sebagai ukuran status vitamin A pada populasi. Pengumpulan ASI kurang invasif dan biasanya lebih mudah daripada menggambar darah. Sampel ASI tidak perludiproses lebih lanjut di Field Station, sehingga mempersingkat waktu persiapan sampel.Sementara indikator yang unik untuk ibu menyusui, status ibu biasanya dapat menjadi prediksi perawatan bayi. Oleh karena itu, jika perempuan menyusui dari masyarakat yangmemiliki status vitamin A marginal, kemungkinan besar bahwa anak - anak padamasyarakat tersebut juga berisiko mengalami KVA. Kami telah menyederhanakan ujiASI dengan menggunakan 3,4-didehydroretinyl asetat sebagai standar internal. Meskipunefisiensi ekstraksi (atau tingkat saponifikasi) yang diperoleh adalah 23-89% dengan memvariasikan masa saponifikasi, CV metode ini hanya 4,1 dan 1,8% untuk masing – maisng 250 dan 500 L sampel  ASI. Selama 2 dekade terakhir, metode lain untuk menentukan status vitamin A telah dikembangkan bahwa yang lebih mencerminkancadangan  vitamin A di hati merupakan standar emas. (Tanumihardjo et al, 2007)

Tes relative dose response (RDR), yang meliputi memberikan dosis rendah retinyl ester dan mengambil sampel darah  0 dan 5 jam setelah dosis dan menghitung peningkatan dalam persen telah digunakan dalam beberapa penelitian. Tes RDR berdasarkan prinsip bahwa selama kurangnya vitamin A apo-RBP terakumulasi di hati.Dengan memberikan sebuah tantangan dosis retinil ester, yang akan mengikat retinoldengan kelebihan RBP dan dikirim keluar ke serum sebagai holo-RBP-retinol kompleks.Modifikasi dari metode ini dibuat dengan menggunakan 3,4-didehydroretinyl acetate sebagai dosis tantangan dan selanjutnya disebut modified relative dose response (MRDR) tes. Karena konsentrasi sirkulasi 3,4-didehydoretinol sangat rendah didalam plasma manusia, sampel darah tunggal adalah semua yang diperlukan 4 sampai 6 jam setelahdosis dan rasio 3,4-didehydoretinol ke retinol dihitung. Pada anak-anak Amerika yang sehat dan orang dewasa dari keluarga berpendapatan menengah hingga tinggi, nilai-nilaiMRDR ( rasio dehydroretinol terhadap retinol pada 5 jam pasca dosis) selalu ditemukan0,04 (Tanumihardjo dan Olson,2006).

Tes MRDR telah digunakan secara luas diseluruh dunia untuk mendiagnosa status subklinis vitamin A. penelitian di Indonesia telah menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok anak – anak yang tinggal secara harfiah berbeda satu sama lain. Status rendah vitamin A pada wanita hamil dan menyusui di negara sedang berkembang telah menunjukkan besarnya presentase nilai MRDR abnormal. (Tanumihardjo et al,2007)2.1.2.2 Indikator Di Masa Depan

Metode yang dalam pengembangan meliputi DBS retinol determinasi, konsentrasiprotein pengikat retinol dan retinol binding protein untuk rasio transthyretin (RBP: TTR),retinoyl-glukuronida (RAG) uji hidrolisis dan C-retinol isotop uji dilusi 13 menggunakan gas kromatografi-pembakaran-rasio isotop spektrometri massa (GCCIRMS) deteksi(Tabel 2).( Craft,2009)

Page 28: Metabolisme Protein

Sumber : Tanumihardjo,20082.1.3. Manfaat Vitamin Aa. Penglihatan

Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Bila kita dari cahaya terang diluar kemudian memasuki ruangan yang remang-remang cahayanya, maka kecepatan mata beradaptasi setelah terkena cahaya terang berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia didalam darah. Tanda pertama kekurangan vitamin A adalah rabun senja. Suplementasi vitamin A dapat memperbaiki penglihatan yang kurang bila itu disebabkan karena kekurangan vitamin A.(Melenotte et al.,2012)b. Pertumbuhan dan Perkembangan

Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak – anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhannya.  Dimana vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat. (Tansuğ N, et al. 2010)c. Reproduksi

Pembentukan sperma pada hewan jantan serta pembentukan sel telur dan perkembangan janin dalam kandungan membutuhkan vitamin A  dalam bentuk retinol. Hewan betina dengan status vitamin A rendah mampu hamil akan tetapi mengalami keguguran atau kesukaran dalam melahirkan. Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga berpengaruh dalam pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara dan kandung kemih.(Knutson dan Dame,2011)d. Fungsi Kekebalan

Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia. Dimana kekurangan vitamin A dapat menurunkan respon antibody yang bergantung pada limfosit yang berperan sebagai kekebalan pada tubuh seseorang (Almatsier,2008).

e. Perkembangan Jantung            Defek kardiak dan cabang aorta diamati sebagai bagian dari sindroma kekurangan vitamin A. singkat kata, peranan vitamin A dalam perkembangan jantung mamalia meliputi  pembentukan pipa pola jantung dan lingkaran, ruang dan katup saluran keluar,trabekulasi ventrikel, diferensiasi kardiomiosit dan pengembangan pembuluh koroner.(Knutson dan Dame,2011)f. Perkembangan Ginjal dan Saluran Kencing

Page 29: Metabolisme Protein

            Kekurangan vitamin A pada kehamilan dapat berkorelasi dengan kekuranganjumlah nefron sub-klinis dan sedikit defisit nefron yang tidak disadari pada saat lahir, tapi mungkin bisa berkontribusi dalam jangka panjang terjadinya gagal ginjal dan hipertensi.(Knutson dan Dame,2011)g. Diafragma            Fungsi diafragma sebagai otot utama respirasi dan sebagai pembatas antara ronggadada dan perut. Hernia diafragma kongenital (CDH) terjadi pada sekitar satu dari 3000 kelahiran, dan berhubungan dengan kematian neonatal yang tinggi. Vitamin A sangat penting bagi perkembangan diafragma normal, dan telah disimpulkan bahwa gangguansinyal retinoid dapat berkontribusi pada etiologi dari gangguan manusia. (Knutson dan Dame,2011)h. Paru dan Saluran Nafas Atas serta Aliran Udara

Defek Respirasi termasuk agenesis paru kiri, hypoplasia paru bilateral, dan agenesis esophagotracheal septum digambarkan dai lam sindroma KVA awal namun dikarakteristikkan sebagai kelainan yang jarang terjadi. Paru berkembang dari foregut endoderm selama perekembangan awal embrio. RA dari mesoderm splanchnic di sekitarendoderm foregut telah penting ditemukan untuk pembentukan tunas paru primordial.Sebuah laporan terbaru di New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa, di daerah endemik dengan defisiensi vitamin A (retinol), anak-anak yang ibunya menerimasuplementasi vitamin A sebelum, selama, dan selama 6 bulan setelah kehamilan memilikifungsi paru-paru yang lebih baik ketika mereka diuji pada 9 sampai 11 tahun daripada anak-anak yang ibunya menerima suplemen beta karoten atau plasebo. Selain itu, merekamenemukan bahwa periode di mana suplementasi dengan vitamin A yang paling pentingadalah dari kehamilan usia postnatal dari 6 bulan. (Knutson dan Dame,2011)2.1.4. Sumber Vitamin A

Pada umumnya kecukupan Vitamin A pada orang dewasa didapat dari makanan yang di konsumsi setiap hari. Demikian juga bagi anak anak selain didapat dari makanan juga dari suplemen Vitamin A. sedangkan bagi bayi yang berumur kurang dari 6 bulan kebutuhan Vitamin A diperoleh dari Air Susu Ibu (Sugiarno. 2010). ASI tetap menjadi sumber yang penting dari vitamin A dan karoten (zat gizi yang banyak terdapat secara alami dalam buah-buahan dan sayur-sayuran). Karoten dapat membantu sistem kekebalan tubuh. Hati, telur, dan keju merupakan sumber-sumber vitamin A yang baik. Vitamin A juga terdapat dalam beta-karoten serta karotenoid lainnya. Tubuh manusia dapat mensintesa vitamin A dari karoten atau pro vitamin A yang terdapat di sayuran dan buah-buahan yang berwarna, seperti wortel, tomat, apel, semangka, dan sebagainya. (Dinkes Jateng, 2007)

Kadar Vitamin A dalam air susu sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi selama menyusui. Untuk itu bagi ibu nifas dianjurkan banyak mengkonsumsi sayuran terumata yang banyak mengandung Vitamin A. (Sugiarno. 2010)

 Vitamin A sangat penting bagi kesehatan kulit, kelenjar, serta fungsi mata. Sekalipun pada waktu lahir bayi memiliki simpanan vitamin A, Vitamin A adalah salah satu zat gizi esensial yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh manusia. Untuk memperolehnya harus diambil dari sumber diluar tubuh terutama dari sumber alam, seperti bahan sereal, umbi, biji-bijian, sayuran, buah-buahan, hewani dan bahan-bahan olahan lainnya.(Desi & Dwi, 2009)2.1.5. Kebutuhan Vitamin A

Kebutuhan vitamin A yang dianjurkan untuk anak balita 250 mikrogram retinol (vitamin A) atau 750 mikrogram beta-karotin sehari (Kardjati dan Alisjahbana, 2005). Sedangkan kebutuhan wanita menyusui berumur 19 tahun keatas dianjurkan mengkonsumsi

Page 30: Metabolisme Protein

1.300 mikrogram vitamin A per hari. Vitamin A atau aseroftol mempunyai fungsi-fungsi penting di dalam tubuh yaitu (Kartasapoetra dan Marsetyo, 2003) :

a. Pertumbuhan sel-sel epitel;b. Proses oksidasi dalam tubuh;c. Mengatur rangsang sinar pada saraf mata.

Pemenuhan kebutuhan vitamin A sangat penting untuk pemeliharaan kelangsungan hidup secara normal. Kebutuhan tubuh akan vitamin A untuk orang Indonesia telah dibahas dan ditetapkan dalam Widyakarya Nasional pangan dan Gizi (2007) dengan mempertimbangkan faktor-faktor khas dari kesehatan tubuh orang Indonesia. (Widyakarya Nasional, 2007)Tabel 1. Daftar Kecukupan Vitamin A

Sumber: Almatsier, 20032.1.6. Klasifikasi KVA

Kekurangan vitamin A merupakan masalah nutrisi kesehatan masyarakat di negara

berkembang. Berdasarkan World Health Organization (WHO), konsentrasi serum retinol

diklasifikasikan menjadi ;

a.       Normal

Apabila konsentrasi serum retinol  ≥0.70 μmol/L

b.      Marginal

Apabila konsentrasi serum retinol  0.35-0.70 μmol/L

c.       Deficient

Apabila konsentrasi serum retinol  <0.35 μmol/L

Kesehatan masyarakat mengenai derajad beratnya KVA dikategorikan dalam mild,

moderate, dan severe. Dikatakan mild jika prevalensi dari anak –anak usia pra sekolah atau

ibu hamil dengan konsentrasi plasma serum 2-10%, moderate jika prevalensi konsentrasi

plasma serum 10-20%, dan severe apabila prevalensi konsentrasi plasma serum ≥20%.

Page 31: Metabolisme Protein

WHO membagi cakupan KVA kedalam dua kelompok utama yaitu: Xerophthalmia

dan rabun senja sebagai masalah kesehatan yang serius  pada negara yang termasuk

kelompok pertama, seperti diantaranya negara di Afrika dan Asia Tenggara. Pada negara

yang termasuk kedalam kelompok kedua, tanda klinis KVA jarang terdeteksi namun

marginal KVA sekitar 10-30% dari populasinya dan direkomendasikan monitoring status

vitamin A secara berkelanjutan. The Pan-American Health Organization (PAHO)

memutuskan bahwa KVA sebagai masalah kesehatan masyarakat ketika 15% atau lebih

populasi menunjukkan konsentrasi plasma serum of 0.70 μmol/L. diantara wanita, dua batas

konsentrasi retinol digunakan untuk estimasi KVA apabila 0.70 μmol/L dan untuk

status deficient vitamin A jika 1.05 μmol/L. Konsentrasi  retinol pada ASI kurang dari 1.05

μmol/L merupakan KVA pada ibu menyusui. Prevalensi <10%, ≤10 to <25%, ≥25%  dari

retinol ASI 1.05 μmol/L mengindikasikan KVA golongan mild, moderate dan severe pada

masalah kesehatan masyarakat. (Tansuğ N, et al. 2010)2.1.7. Tanda dan Gejala Kekurangan Vitamin A

Kekurangan vitamin A sering terjadi pada anak balita. Gangguan pada mata dapat terjadi dalam beberapa tahap, tergantung berat ringannya defisiensi vitamin A, terganggunya kemampuan untuk beradaptasi dan melihat dalam kondisi gelap, xerophthalmia, hingga akhirnya mengalami kebutaan dapat terjadi. Kornea mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin A. kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan air mata sehingga terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi kornea dengan tanda pemburaman. Pelapisan sel epitel kornea yang akhirnya berakibat melunaknya dan bisa pecah yang menyebabkan kebutaan total. Beberapa tanda dan gejala lain jika kekurangan vitamin A adalah kelelahan yang sangat, anemia, kulit menjadi kering, gatal dan kasar. Pada rambut dapat terjadi kekeringan dan gangguan pertumbuhan rambut dan kuku. (Almatsier, 2008)  

Gejala dini dari akibat kekurangan Vitamin A adalah buta senja (niktatopia). Penderita buta senja tidak dapat melihat dalam keadaan gelap. Apabila gejala buta senja ini tidak dapat ditanggulangi maka akan muncul gejala lebih lanjut yaitu Konjungtiva serosis (pengeringan selaput bening yang menutupi bagian depan bola mata). Dapat pula terjadi kelainan dalam bentuk lain yaitu adanya bercak pada bola mata (disebut bercak bitot). Bercak bitot merupakan bintik-bintik warna kelabu terang dan berbusa yang terdapat di konjungtiva mata. Meskipun diakui sebagai manifestasi kekurangan Vitamin A akan tetapi kekurangan Vitamin A menyebabkan timbulnya bercak bitot. Tanda klinis selanjutnya adalah pengeringan pada kornea mata (kornea serosis). Gejala kekurangan Vitamin A yang paling serius, kornea mata menjadi keruh, kering dan melunak. Gangguan penglihatan yang dapat terjadi tergantung bersarnya kerusakan pada kornea mata. Pengobatan segera dapat dan tuntas dapat mengembalikan fungsi kornea mata, akan tetapi pengobatan yang terlambat dapat menyebabkan kebutaan total. Keseluruhan gejala yang terjadi pada mata akibat kekurangan Vitamin A secara umum disebut Xerophtalmia. (Sugiarno. 2010)

Page 32: Metabolisme Protein

2.1.8.  Masalah – Masalah Yang Berhubungan Dengan Vitamin A1. Kelebihan Vitamin A

Hipervitaminosis Vitamin A adalah suatu kondisi dimana kadar vitamin A dalam darah atau jaringan tubuh sangat tinggi sehingga menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang tidak diinginkan. Hipervitaminosis Vitamin A ada 2 ( dua ) macam, yaitu :

a.       Hipervitaminosis Akut yang disebabkan karena pemberian dosis tunggal Vitamin A yang sangat tinggi, atau pemberian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih termasuk dosis besar karena dikonsumsi dalam periode 1-2 hari. Pengobatannya adalah dengan menghentikan suplementasi Vitamin A dan pengobatan simptomatis.

b.      Hipervitaminosis Kronis yang disebabkan karena mengkonsumsi Vitamin A dosis tinggi yang berulang-ulang dalam jangka waktu beberapa bulan atau beberapa tahun. Keadaan ini biasanya hanya terjadi pada orang dewasa yang mengatur pengobatannya sendiri. Pengobatannya adalah dengan menghentikan suplementasi Vitamin A dan pengobatan simptomatis.

Jika seseorang mengkonsumsi Vitamin A dosis tinggi  yang melebihi 200.000 SI, maka sebagaian besar dari Vitamin A yang berlebihan tersebut dalam bentuk yang tidak berubah akan dikeluarkan melalui air seni dan tinja dan selebihnya disimpan dalam hati. (Sugiarno, 2010)2. Kekurangan Vitamin A

Gejala dini dari akibat kekurangan Vitamin A adalah buta senja (niktatopia).

Penderita buta senja tidak dapat melihat dalam keadaan gelap. Apabila gejala buta senja ini

tidak dapat ditanggulangi maka akan muncul gejala lebih lanjut yaitu Konjungtiva serosis

(pengeringan selaput bening yang menutupi bagian depan bola mata). Dapat pula terjadi

kelainan dalam bentuk lain yaitu adanya bercak pada bola mata (disebut bercak bitot).

Bercak bitot merupakan bintik-bintik warna kelabu terang dan berbusa yang terdapat di

konjungtifa mata. Meskipun diakui sebagai manifestasi kekurangan Vitamin A akan tetapi

kekurangan Vitamin A menyebabkan timbulnya bercak bitot. Tanda klinis selanjutnya adalah

pengeringan pada kornea mata (kornea serosis). Gejala kekurangan Vitamin A yang paling

serius, kornea mata menjadi keruh, kering dan melunak. Gangguan penglihatan yang dapat

terjadi tergantung bersarnya kerusakan pada kornea mata. Pengobatan segera dapat dan

tuntas dapat mengembalikan fungsi kornea mata, akan tetapi pengobatan yang terlambat

Page 33: Metabolisme Protein

dapat menyebabkan kebutaan total. Keseluruhan gejala yang terjadi pada mata akibat

kekurangan Vitamin A secara umum disebut Xerophtalmia. Defisiensi vitamin A pada orang

dewasa juga akan berakibat pada terjadinya kasus campak yang berat. Namun  orang

dewasa yang kekurangan vitamin A namun tidak terinfesi campak dapat beresiko tinggi

terhadap banyak penyakit berat apabila mereka terinfeksi virus.( Sugiarno, 2010 dan

Melenotte et al,2012)3. Dampak Kekurangan Vitamin A Bagi Anak

Dampak kekurangan Vitamin A bagi balita antara lain :a.       Hemarolopia atau kotok ayam (rabun senja).b.      Frinoderma, pembentukan epitelium kulit tangan dan kaki terganggu, sehingga kulit tangan

dan kaki bersisik.c.       Pendarahan pada selaput usus, ginjal dan paru-paru.d.      Kerusakan pada bagian putih mata mengering dan kusam (Xerosis konjungtiva), bercak

seperti busa pada bagian putih mata (bercak bitot), bagian kornea kering dan kusam (Xerosis kornea), sebagian hitam mata melunak ( Keratomalasia ), Seluruh kornea mata melunak seperti bubur (Ulserasi Kornea) dan Bola mata mengecil / mengempis (Xeroftahalmia Scars).

e.       Terhentinya proses pertumbuhan.f.       Terganggunya pertumbuhan pada bayi.g.       mengakibatkan campak yang berat yang berkaitan dengan adanya komplikasi pada anak-

anak serta menghambat penyembuhan. (Melenotte et al,2012)Namun demikian perlu juga diperhatikan bahwa pemberian dosis Vitamin A yang

terlalu tinggi  dalam waktu yang lama dapat menimbulkan akibat yang kurang baik antara lain :

a.       Hipervitaminosis A pada anak-anak dapat menimbulkan anak tersebut cengeng, pada sekitar tulang yang panjang membengkak, kulit kering dan gatal-gatal.

b.      Hipervitaminosis pada orang dewasa menimbulkan sakit kepala, mual-mual dan diare. (Sugiarno. 2010)  2.1.9.  Pencegahan dan Pengobatan KVA

Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meni ngkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare, dan penyakit infeksi lain) (Depkes RI, 2009)

Pada ibu hamil dan menyusui, vitamin A berperan penting untuk memelihara kesehatan ibu selama masa kehamilan dan menyusui. Buta senja pada ibu menyusui, suatu kondisi yang kerap terjadi karena kurang vitamin A (KVA). Berhubungan erat pada kejadian anemia pada ibu, kekurangan berat badan, kurang gizi, meningkatnya resiko infeksi dan penyakit reproduksi, serta menurunkan kelangsungan hidup ibu hingga dua tahun setelah melahirkan (Dinkes Jateng, 2007)

Semua anak, walaupun mereka dilahirkan dari ibu yang berstatus gizi baik dan tinggal di Negara maju, terlahir dengan cadangan vitamin A yang terbatas dalam tubuhnya (hanya cukup memenuhi kebutuhan untuk sekitar dua minggu). Di Negara berkembang, pada bulan-bulan pertama kehidupannya, bayi sangat bergantung pada vitamin A yang terdapat dalam ASI. Oleh sebab itu, sangatlah penting bahwa ASI mengandung cukup vitamin A. Anak-anak yang sama sekali tidak mendapatkan ASI akan beresiko lebih tinggi terkena Xeropthalmia dibandingkan dengan anak-anak yang mendapatkan ASI walau hanya dalam jangka waktu tertentu. Berbagai studi yang dilakukan mengenai vitamin A ibu nifas memperlihatkan hasil yang berbeda-beda.

Anak-anak usia enam bulan yang ibunya mendapatkan kapsul vitamin A setelah melahirkan, menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah kasus demam pada anak-anak

Page 34: Metabolisme Protein

tersebut dan waktu kesembuhan yang lebih cepat saat mereka terkena ISPA. Ibu hamil dan menyusui seperti halnya juga anak-anak, berisiko mengalami KVA karena pada masa tersebut ibu membutuhkan vitamin A yang tinggi untuk pertumbuhan janin dan produksi ASI.

Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A melalui proses Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman. Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata. Selain itu kegiatan konsumsi kapsul vitamin A masih bersifat rintisan. Oleh sebab itu penanggulangan KVA saat ini masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.

a. Bayi umur 6-11 bulan, baik sehat maupuan tidak sehat, dengan dosis 100.000 SI (warna biru). Satu kapsul diberikan satu kali secara serentak pada bulan Februari dan Agustus.

b. Anak balita umur 1-5 tahun, baik sehat maupun tidak sehat, dengan dosis 200.000 SI (warna merah). Satu kapsul diberikan satu kali secara serentak pada bulan Februari dan Agustus.

c. Ibu nifas, paling lambat 30 hari setelah melahirkan, diberikan satu kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah), dengan tujuan agar bayi memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI (Depkes RI, 2009).

d.      Wanita hamil : suplemen vitamin A tidak direkomendasikan selama kehamilan sebagai bagian dari antenatal care rutin untuk mencegah maternal and infant morbidity dan mortality. Namun, pada daerah dimana terdapat masalah kesehatan publik yang berat yang berkaitan dengan kekurangan vitamin A, maka suplementasi  vitamin A direkomendasikan untuk mencegah rabun senja. Secara khusus, wanita hamil dapat mengkonsumsi hingga 10,000 IU vitamin A setiap harinya atau vitamin A hingga 25,000 IU setiap minggu. Suplementasi dapat dilanjutkan hingga 12 minggu selama kehamilan hingga melahirkan. Hal ini perlu ditekankan bahwa WHO mengidentifikasi populasi berisiko sebagai mereka yang prevalensi menderita rabun senja ≥5% pada wanita hamil atau  ≥5% pada anak – anak yang berusia 24–59 bulan.( McGuire, 2012)

e.       Ibu nifas: suplementasi vitamin A pada ibu nifas tidaklah direkomendasikan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas  pada ibu dan bayi. ( McGuire S. 2012)

Kekurangan makan makanan bergizi yang berlarut-larut, selain membuat orang menjadi kurus juga kekurangan vitamin-vitamin, termasuk kekurangan vitamin A. penyakit usus yang menahun akan mengakibatkan penyerapan vitamin A dari usus terganggu. Untuk melakukan pengobatan harus berobat pada dokter dan biasanya dokter akan memberikan suntikan vitamin A setiap hari sampai gejalanya hilang. Untuk mencegah kekurangan vitamin A makanlah pepaya, wortel dan sayur-sayuran yang berwarna ( Hassan, 2008).

Program nasional pemberian suplemen vitamin A adalah upaya penting untuk mencegah kekurangan vitamin A di antara anak-anak Indonesia. Tujuan Program ini adalah untuk mendistribusikan kapsul vitamin A pada semua anak di seluruh wilayah Indonesia dua kali dalam satu tahun. Setiap Februari dan Agustus, kapsul vitamin A didistribusikan secara gratis kepada semua anak yang mengunjungi Posyandu dan Puskesmas. Vitamin A yang terdapat dalam kapsul tersebut cukup untuk membantu melindungi anak-anak dari timbulnya beberapa penyakit yang pada gilirannya akan membantu menyelamatkan penglihatan dan kehidupan mereka ( Maryam, 2010 ).

Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam satu sampai dua minggu. Dianjurkan bila diagnosa defisiensi vitamin A ditegakkan maka berikan vitamin A 200.000 IU peroral dan pada hari kesatu dan kedua. Belum ada perbaikan maka diberikan obat yang sama pada hari ketiga. Biasanya diobati gangguan proteinkalori mal nutrisi dengan menambah vitamin A, sehingga perlu diberikan perbaikan gizi.

Page 35: Metabolisme Protein

Pencegahan dan pengobatan di kutip berdasarkan keterangan dari brosur suplementasi vitamin A kapsul yang terdiri dari :

a.       Kapsul vitamin A berwarna biru (100.000 IU)Tiap kapsul mengandung vitamin A palmitat 1,7 juta IU 64.7059 mg (setara dengan vitamin A 100.000 IU) dengan dosis

1)  Pencegahan bayi umur 6 bulan – 11 bulan : 1 kapsul2)  Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia :

-  Saat ditemukan segera beri 1 kapsul-  Hari berikutnya 1 kapsul-  4 minggu berikutnya 1 kapsul

3)  Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi lainnya diberi 1 kapsul.b. Kapsul vitamin A berwarna merah (200.000 IU) tiap kapsul vitamin A mengandung palmitat 1,7 juta IU 129.5298 mg (setara dengan vitamin A 200.000 IU) dengan dosis :

1). Pencegahan bayi umur 1 tahun – 3 tahun : 1 kapsul2). Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia :-  Saat ditemukan segera beri 1 kapsul-  Hari berikutnya 1 kapsul-  4 minggu berikutnya 1 kapsul

3). Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi dan infeksi lainnya diberi 1 kapsul ( Puspitorini, 2007).

2.1.10.  Jadwal Pemberian Dosis Vitamin AAnak-anak yang mengalami gizi kurang mempunyai resiko yang tinggi untuk

mengalami kebutaan sehubungan dengan defisiensi vitamin A, karena alasan ini vitamin A dosis tinggi harus diberikan secara rutin untuk semua anak yang mengalami gizi kurang pada hari pertama, kecuali bila dosis yang sama telah diberikan pada bulan yang lalu. Dosis tersebut adalah sebagai berikut: 50.000 IU untuk bayi berusia < 6 bulan, 100.000 IU untuk bayi berumur 6  -  12 bulan , dan 200.000 IU untuk anak berusia > 12 bulan. Jika terdapat tanda klinis dari defisiensi vitamin A (seperti rabun senja, xerosis konjungtiva dengan bitot’s spot, xerosis kornea atau ulceration, atau ketomalasia), maka dosis yang tinggi harus diberikan untuk dua hari pertama, diikuti dosis ketiga sekurang-kurangnya 2 minggu kemudian (Maryam, 2010).2.1.11.  Efek Samping dari Penggunaan Vitamin A

Pemberian vitamin A dengan dosis yang terlalu tinggi dan terjadi dalam waktu yang lama dapat menjadi toksin (racun) bagi tubuh. Hipervitaminosis A banyak dijumpai pada anak-anak dengan tanda-tanda cengeng, bengkak disekitar tulang-tulang yang panjang, kulit kering dan gatal. Hipervitaminosis A dapat terjadi dalam 2 tingkat :

a.       Hipervitaminosis A akut, yaitu jika anak usia 1 tahun –  5 tahun mengkonsumsi lebih tinggi (300.000 IU) dosis tunggal, mungkin akan menderita mual, sakit kepala dan anoreksia (tidak nafsu makan). Penonjolan ubun-ubun juga dapat terjadi pada balita < 1 tahun dan akan hilang dalam waktu 1 hari – 2 hari.

1)      Terjadi akibat pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat besar atau pemberian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih termasukdosis besar karena di konsumsi dalam periode 1 hari – 2 hari.

2)      Pengobatannya dilakukan dengan cara pemberian vitamin A dan pengobatan simptomatis.b.      Hipervitaminosis A kronis, yaitu jika bayi dan balita mengkonsumsi > 25.000 IU tiap hari

selama > 3 bulan atau beberapa tahun baik yang berasal dari makanan maupun dari pemberian vitamin A dosis tinggi.  Biasanya hanya terjadi pada orang dewasa.

Page 36: Metabolisme Protein

1)      Pada anak usia muda dan bayi biasanya dapat menyebabkan anoreksia, kulit kering, gatal-gatal serta kemerahan di kulit, peningkatan intracranial, bibir pecah-pecah, tungkai dan lengan lemah dan bengkak.

2)      Pengobatannya sama dengan hipervitaminosis A akut. (Depkes,2008)

BAB IIIPENUTUP

3.1.KesimpulanAdapun kesimpulan dari serangkaian penulisan makalah di atas adalah sebagai

berikut:1.      Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak atau minyak dan

merupakan vitamin yang esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup.2.      Vitamin A stabil terhadap panas, asam dan alkali tetapi sangat mudah teroksidasi oleh udara

dan akan rusak pada suhu tinggi.3.      Program penanggulangan masalah KVA bertujuan untuk menurunkan prevalensi KVA

terutama ditujukan kepada kelompok sasaran rentan yaitu balita.4.      Kesehatan masyarakat mengenai derajad beratnya KVA dikategorikan dalam mild,

moderate, dan severe.5.      Hipervitaminosis Vitamin A adalah kadar vitamin A dalam darah sangat tinggi sehingga

menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang tidak diinginkan.6.      Vitamin A yang berlebihan tersebut dalam bentuk yang tidak berubah akan dikeluarkan

melalui air seni dan tinja dan selebihnya disimpan dalam hati.7.      Dampak kekurangan Vitamin A bagi balita antara lain yaitu hemarolopia atau rabun senja,

frinoderma, pendarahan pada selaput usus, ginjal dan paru-paru, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea, keratomalasia, ulserasi kornea, xeroftahalmia scars, terhentinya proses pertumbuhan, serta terganggunya pertumbuhan pada bayi.

8. Ibu hamil dan menyusui seperti halnya juga anak-anak, berisiko mengalami KVA karena pada masa tersebut ibu membutuhkan vitamin A yang tinggi untuk pertumbuhan janin dan produksi ASI.

9. Pemberian kapsul vitamin A dilaksanakan dengan cara terjadwal, kunjungan rumah  atau pada kejadian tertentu.

3.2.Saran1. Perlu adanya penyuluhan secara berkala mengenai pentingnya asupan vitamin A yang cukup agar terhindar dari penyakit – penyakit tertentu seperti xeroptalmia

2. Perlu adanya kerja sama dengan kelompok PKK di lingkungan sekitar puskesmas dalam usaha fortifikasi vitamin A dalam menu makanan keluarga sehari – hari

3. Diharapkan tenaga kesehatan agar dapat lebih pro aktif dalam melakukan home visit terhadap klien yang tidak datang saat penyuluhan mengenai pentingnya vitamin A ini berlangsung.