MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

51
Bahan Kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 1 BAB III. Motor Induksi 3-Fase Umum. Motor-motor induksi 3-fase banyak digunakan secara luas di Industri. Sesungguhnya motor-motor tersebut mempunyai kecepatan putar yang setabil baik berbeban maupun tanpa beban. Kecepatannya tergantung pada frekuensi, sebagai akibatnya motor-motor tersebut tidak mudah diatur kecepatannya. Biasanya kita lebih memilih motor-motor dc, karena variasi kecepatannya luas. Meskipun demikian, motor induksi 3- fase lebih mempunyai keunggulan, yaitu : simple (sederhana), rugged (kokoh), low-price (murah harganya), easy to maintain (mudah perawatannya), dan dapat diproduksi dengan karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan industri 3.1 Motor induksi 3-Fase. Seperti motor listrik yang lain, motor induksi 3-phase juga mempunyai stator dan rotor. Stator memiliki sebuah belitan 3-phase (disebut belitan stator) sedangkan rotor memiliki sebuah belitan yang terhubung singkat (disebut belitan rotor). Hanya belitan stator yang dapat dihubungkan ke sumber listrik 3-phase. Hal ini berlainan dengan motor dc yang kedua belitan stator (field winding) dan belitan rotor (armature winding) dapat saling dihubungkan ke sumber listrik. Belitan rotor memperoleh tegangan dan daya melalui induksi elektromagnetik dari daya eksternal belitan stator. Motor induksi dapat digambarkan sebagai mesin ac tipe transformator dengan bagian sekunder yang dapat berputar yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Kebaikannya : 1. Mempunyai konstruksi yang sederhana (simple) dan kasar/ lugu/ kokoh (rugged). 2. Harganya relatif murah. 3. Membutuhkan perawatan yang sedikit. 4. Mempuyai efisiensi yang tinggi dan faktor daya (power factor ) yang baik 5. Membangkitkan torsi awal (starting torque) sendiri. Kejelekannya : 1. Mempunyai kecepatan yang konstan dan kecepatan tidak mudah diganti. 2. Torsi awal lebih rendah dari pada motor dc shunt. 3.2 Konstruksi. Motor induksi mempunyai 2 bagian utama yaitu stator sebagai bagian yang diam dan rotor sebagai bagian yang berputar. Rotor merupakan bagian yang terpisah dari stator dengan dipisahkan oleh celah udara (air-gap) yang kecil yang berkisar antara 0,4 mm sampai 4 mm, tergantung daya motor. 3.2.1 Stator. Terdiri atas rangka baja yang mengelilingi sebuah lubang, silinder inti dilapis dengan baja silikon tipis untuk mengurangi rugi-rugi hysterisis dan Eddy current. Dilengkapi sejumlah alur (slot) dengan jarak yang sama rata (seragam) pada bagian dalam lapisan (lihat gambar 3.2.1- 1). Penghantar ber-isolasi diletakkan pada alur stator dan dengan mudah disambung dalam

Transcript of MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Page 1: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan Kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)

1

BAB III. Motor Induksi 3-Fase

Umum. Motor-motor induksi 3-fase banyak digunakan secara luas di Industri. Sesungguhnya

motor-motor tersebut mempunyai kecepatan putar yang setabil baik berbeban maupun tanpa

beban. Kecepatannya tergantung pada frekuensi, sebagai akibatnya motor-motor tersebut tidak

mudah diatur kecepatannya. Biasanya kita lebih memilih motor-motor dc, karena variasi

kecepatannya luas. Meskipun demikian, motor induksi 3- fase lebih mempunyai keunggulan,

yaitu : simple (sederhana), rugged (kokoh), low-price (murah harganya), easy to maintain

(mudah perawatannya), dan dapat diproduksi dengan karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan

industri

3.1 Motor induksi 3-Fase. Seperti motor listrik yang lain, motor induksi 3-phase juga mempunyai stator dan rotor.

Stator memiliki sebuah belitan 3-phase (disebut belitan stator) sedangkan rotor memiliki sebuah

belitan yang terhubung singkat (disebut belitan rotor). Hanya belitan stator yang dapat

dihubungkan ke sumber listrik 3-phase. Hal ini berlainan dengan motor dc yang kedua belitan

stator (field winding) dan belitan rotor (armature winding) dapat saling dihubungkan ke sumber

listrik. Belitan rotor memperoleh tegangan dan daya melalui induksi elektromagnetik dari daya

eksternal belitan stator. Motor induksi dapat digambarkan sebagai mesin ac tipe transformator

dengan bagian sekunder yang dapat berputar yang mengubah energi listrik menjadi energi

mekanik.

Kebaikannya :

1. Mempunyai konstruksi yang sederhana (simple) dan kasar/ lugu/ kokoh (rugged).

2. Harganya relatif murah.

3. Membutuhkan perawatan yang sedikit.

4. Mempuyai efisiensi yang tinggi dan faktor daya (power factor ) yang baik

5. Membangkitkan torsi awal (starting torque) sendiri.

Kejelekannya :

1. Mempunyai kecepatan yang konstan dan kecepatan tidak mudah diganti.

2. Torsi awal lebih rendah dari pada motor dc shunt.

3.2 Konstruksi. Motor induksi mempunyai 2 bagian utama yaitu stator sebagai bagian yang diam dan

rotor sebagai bagian yang berputar. Rotor merupakan bagian yang terpisah dari stator dengan

dipisahkan oleh celah udara (air-gap) yang kecil yang berkisar antara 0,4 mm sampai 4 mm,

tergantung daya motor.

3.2.1 Stator. Terdiri atas rangka baja yang mengelilingi sebuah lubang, silinder inti dilapis dengan

baja silikon tipis untuk mengurangi rugi-rugi hysterisis dan Eddy current. Dilengkapi sejumlah

alur (slot) dengan jarak yang sama rata (seragam) pada bagian dalam lapisan (lihat gambar 3.2.1-

1). Penghantar ber-isolasi diletakkan pada alur stator dan dengan mudah disambung dalam

Page 2: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan Kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)

2

bentuk rangkaian star atau delta yang seimbang. Belitan stator 3-fase digulung untuk membatasi

jumlah kutub (pole) per kecepatan yang dibutuhkan. Makin besar jumlah kutub, makin kecil

kecepatannya dan sebaliknya. Jika sumber 3-fase dipasang pada belitan stator, maka timbul

medan magnet yang berputar dengan magnitude yang konstan. Medan putar akan meng-induksi

arus ke rotor dengan cara induksi elektromagnet

Keterangan gambar 1:

-1. Cincin untuk mengait.

-2. Alur stator (slot).

-3. Terminal box.

-4. Belitan medan stator.

-5. Dudukan / kaki motor.

Gambar 3.2.1-1. Bentuk stator

3.2.2 Rotor. Rotor tersambung pada sebuah batang poros (shaft), inti yang dilapis dengan semacam

lekukan mempunyai alur pada bagian luarnya. Belitan diletakkan pada slot (disebut belitan

rotor) adalah salah satu dari 2 type:

1. type squirrel cage (sangkar tupai) dan

2. type belitan (wound).

3.2.2.1 Rotor Sangkar Tupai (Squirrel Cage Rotor). Terdiri atas inti yang berlapis dan mempunyai alur yang sejajar pada permukaannya.

Sebuah batang aluminium (aluminium bar) diletakkan pada masing-masing alur. Semua batang

disambung ujungnya dengan cincin logam dan biasa disebut dengan “end ring”. (lihat gambar

3.2.2.1-1(a). Hal tersebut dapat digambarkan sebagai bentuk belitan yang hubung singkat secara

permanen yang tidak dapat dirusak. Seluruh konstruksi (batang dan end ring) menyerupai

sangkar tupai, maka dinamakan dengan sangkar tupai. Rotor tidak dihubungkan secara listrik

dengan sumber tegangan, tetapi mendapatkan induksi arus akibat aksi transformasi dari stator

(seolah-olah transformator).

Motor induksi yang bekerja dengan rotor sangkar tupai disebut dengan motor induksi

sangkar tupai (squirrel cage induction motor). Kebanyakan motor induksi yang menggunakan

sangkar tupai mempunyai konstruksi yang sederhana dan kokoh yang memungkinkan digunakan

untuk kerja kasar. Meskipun demikian motor ini mempunyai torsi awal yang rendah. Hal tersebut

dikarenakan batang rotor secara permanen terhubung singkat dan tidak akan mungkin ditambah

dengan hambatan luar pada rangkaian rotornya untuk memperbesar torsi awal.

(a) (b)

Gambar 3.2.2.1-1 (a) Rotor sangkar tupai, (b) Rotor lilit

Page 3: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan Kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006)

3

3.2.2.2 Rotor Lilit (Wound Rotor). Berisi inti silinder yang berlapis dan memiliki belitan 3-fase seperti terlihat pada gambar

3.2.2.1-1(b). Belitan rotor terdistribusi dengan sama rata pada alur rotor dan biasanya terhubung

star. Ujung belitan rotor mencuat keluar dan disambung dengan 3 buah slip ring yang masing-

masing terisolasi dan terpasang pada batang poros (shaft). Pada masing-masing slip-ring ini

nantinya akan terhubung dengan sikat (brush). Ketiga sikat masing-masing terhubung secara

bintang (star) dengan rheostat 3-fase seperti terlihat pada gambar 3.2.2.2-1. Pada saat asutan

(start) resistan (hambatan) luar meliputi rangkaian rotor untuk mendapatkan torsi awal yang

besar. Hambatan ini secara berangsur-angsur dikurangi sampai nol sehingga motor berjalan

dengan cepat.

Hambatan luar hanya digunakan selama periode asutan (start) saja. Setelah motor

berputar normal, ketiga sikat akan dihubung singkat, sehingga rotor lilit ini akan bekerja seperti

rotor sangkar tupai.

Gambar 3.3.2.2-1 Pengasutan rotor lilit.

3.3 Medan Putar Magnetik oleh Arus 3-Fase. Belitan 3-fase jika disuplai daya dari sumber 3-fase, maka akan menimbulkan medan

putar magnetik. Medan yang demikian kutub-nya tidak berada pada posisi yang tetap pada stator,

tetapi selalu bergeser kedudukannya mengelilingi stator. Keadaan ini disebut medan putar. Hal

tersebut dapat dilihat bahwa magnitude medan putar tetap dan sama dengan 1,5 m dimana m

adalah fluks maksimum untuk setiap fase.

Untuk melihat bagaimana medan putar dihasilkan, anggap belitan 2-kutub, 3-fase (ketiga

belitan terpisah secara listrik sebesar 120) seperti pada gambar 3.3-2(i), ketiga fase X, Y dan Z

diberi daya dari sumber 3-fase dan arus pada masing-masing fase ditandai oleh Ix, Iy dan Iz [lihat

gambar 3.3-2 (ii)]. Pembahasan Gambar 3.3-2 (ii) (fluks dibangkitkan oleh arus dengan fase

yang sama dengan arus yang membangkitkannya). Fluks dihasilkan/ dibangkitkan oleh arus yang

diberikan oleh :

x = m sin t

y = m sin (t - 120)

z = m sin (t - 240)

Gambar 3.3-1

Page 4: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 4

Disini m adalah fluks maksimum untuk setiap fase. Gambar 3.3-1 memperlihatkan

diagram dari ketiga fluks. Sekarang akan ditunjukkan bahwa suplai 3-fase menghasilkan medan

putar dengan magnitude konstan sama dengan 1,5 m.

Gambar 3.3-2 Fluks yang dibangkitkan oleh arus.

(i) Saat yang pertama [lihat gambar 3.3.2 (ii) dan (iii)], arus pada fase X adalah nol dan arus

pada fase Y dan Z sama dan berlawanan. Pada konduktor bagian atas arus mengalir keluar

dan masuk pada bagian konduktor bawah. Keadaan tersebut menghasilkan fluks kearah

kanan. Magnitude dari resultan fluks konstan dan besarnya 1,5 m ditunjukkan seperti

dibawah :

Page 5: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 5

Pertama kali, t = 0. Maka, ketiga fluks diberikan oleh :

x = 0 ;

y = m sin (-120) = 2

3 m ;

z = m sin (-240) = 2

3m

Penjumlahan fasor dari -y dan z adalah resultan fluks r (lihat gambar 3.3-3). Terlihat

jelas bahwa :

Resultan fluks, r = 2 2

3m cos

2

60 = 2

2

3m

2

3

= 1,5 m .

Gambar 3.3-3 Fasor resultan fluks saat pertama.

(ii) Saat yang ke 2, arusnya maksimum (negative) pada fase Y dan 0,5 maksimum (positif)

pada fase X dan Z . Magnitude dari resultan fluks adalah 1,5 m seperti ditunjukkan

dibawah :

Pada saat yang kedua, t = 30, maka ketiga fluks adalah :

x = m sin 30 = 2

m ;

y = m sin (-90) = - m ;

z = m sin (-210) = 2

m

Penjumlahan fasor dari x , -y dan z adalah r .

Penjumlahan fasor x dan z , ’r = 2 2

mcos

2

120=

2

m… ….. sepanjang -y

Penjumlahan fasor ’r dan -y , r = 2

m+ m = 1,5 m … …….. sepanjang -y ,

Sebagai catatan, resultan fluks menyimpang 30 searah jarum jam dari posisi 1.

Page 6: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 6

Gambar 3.3-4 Fasor resultan fluks saat ke 2.

(iii) Pada saat ke 3, arus pada fase Z adalah nol dan arus pada fase X dan Y adalah sama besar

dan berlawanan (arus pada fase X dan Y adalah 0,866 x nilai maksimum). Magnitude dari

resultan fluks adalah 1,5 m seperti ditunjukkan dibawah:

Pada saat yang ketiga, t = 60, maka ketiga fluks diberikan oleh;

x = m sin 60 = 2

3m

y = m sin (-60) = 2

3m

z = m sin (-180) = 0

Resultan x adalah penjumlahan fasor x dan -y (z = 0).

r = 2 2

3m cos

2

60 = 1,5 m

Catatan bahwa resultan fluks menyimpang 60 searah jarum jam dari posisi pertama.

Gambar 3.3-5 Fasor resultan fluks pada saat ke 3.

(iv) Pada saat yang ke empat, arus pada fase X maksimum (positif) dan arus pada fase Y dan Z

sama dan negative (arus pada fase Y dan Z 0,5 nilai maksimum). Membentuk sebuah

resultan fluks ke arah bawah sebagai berikut:

Pada saat yang ke 4, t = 90. Maka fluks diberikan oleh:

x = m sin 60 = 2

3m

Page 7: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 7

y = m sin (-30) = -2

m

z = m sin (-150) = -2

m

Penjumlahan fasor dari x , -y dan -z adalah resultan fluks r .

Penjumlahan fasor dari -z dan -y , ’r = 2 2

mcos

2

120=

2

m … sepanjang +x

Penjumlahan fasor dari ’r dan x , r = 2

m+ m = 1,5 m … ….. sepanjang -x

Catatan bahwa resultan fluks mengarah ke bawah, menyimpang 90 searah jarum jam

dari posisi pertama.

Gambar 3.3-6 Fasor resultan fluks pada saat ke 4.

Mengikuti pembahasan diatas bahwa suplai 3-fase menghasilkan sebuah medan putar

dengan nilai konstan (=1,5 m dimana m adalah fluks maksimum untuk setiap fase.

3.3.1 Kecepatan Medan Putar Magnetik. Kecepatan pada saat medan putar magnetik berputar (revolusion) disebut dengan

kecepatan sinkron (synchronous speed) Ns . Pembicaraan pada gambar 3.3-2(ii), pada saat yang

ke 4 menggambarkan penyelesaian dari seper empat siklus (cycle) arus rangga (bolak-balik) Ix

dari saat ke 1. Selama seper empat siklus medan berputar sepanjang 90. Pada saat

penggambaran titik 13 yaitu saat Iz, Iy dan Iz menyelesaikan satu siklus penuh dari titik pusat,

maka medan juga menyelesaikan satu revolusi. Sehingga, untuk sebuah belitan stator 2-pole,

medan membuat satu revolusi dalam satu siklus arus. Pada belitan stator 4-pole, dapat dilihat

bahwa medan putar membuat satu revolusi dalam dua siklus arus. Secara umum, untuk P pole,

medan putar membuat satu revolusi dalam 2

P siklus arus.

Siklus arus = 2

P revolusi medan.

atau Siklus arus per detik = 2

P revolusi medan per detik.

Ketika revolusi medan per detik sama dengan revolusi per menit (Ns) dibagi dengan 60 dan

jumlah siklus per detik adalah frekuensi f.

Page 8: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 8

Maka f = 2

P 60

sN = 120

PNs

Atau sN = P

f120

Kecepatan putar medan magnetik sama dengan kecepatan alternator yang menyuplai daya

ke motor jika keduanya mempunyai jumlah pole yang sama. Maka fluks magnetik tersebut

dikatakan berputar pada kecepatan sinkron.

3.3.2 Arah Medan Putar Magnetik. Urutan fase dari tegangan tiga-fase yang digunakan untuk belitan stator pada gambar 3.3-

2(ii) adalah X-Y-Z. Jika urutan diubah menjadi X-Z-Y, maka arah putaran medan terbalik (jika

arah sebelumnya berlawanan arah jarum jam, maka menjadi searah jarum jam). Meskipun

jumlah pole dan kecepatan putar yang terjadi pada medan magnetik tidak berubah. Maka hal

tersebut hanya diperlukan untuk mengganti urutan fase dalam hal untuk mengubah putaran

medan magnetik. Untuk suplai 3-fase, maka dapat dilakukan perubahan salah satu dari dua cara

pada tiga jalur suplai (X-Z-Y atau Y-X-Z). Sebagaimana akan kita lihat, rotor pada motor

induksi 3-fase berputar dalam arah yang sama dengan putaran medan magnetik. Oleh karena itu,

arah putaran dari motor induksi 3-fase dapat dibalik dengan cara menukar dua dari tiga jalur

suplai.

3.4 Analisa Mathematik untuk Medan Magnetik. Sekarang akan menggunakan metoda yang lain untuk mendapatkan besaran (magnitude)

dan kecepatan (speed) dari resultan fluks akibat arus tiga-fase. Arus sinusoidal tiga-fase

menghasilkan fluks 1, 2 dan 3 yang berubah secara sinusoidal. Resultan fluks pada setiap saat

merupakan jumlahan vektor dari ketiga fase pada saat yang sama. Fluks digambarkan oleh tiga

variabel magnitude vektor (lihat gambar 3.4-1). Pada gambar 3.4-1, arah fluks individual adalah

tetap, tetapi magnitude-nya berubah secara sinusoidal sebagaimana arus membangkitkannya.

Untuk mendapatkan magnitude (besaran) dari resultan fluks, tetapkan fluks kedalam komponen

horisontal dan vertikal dan kemudian dicari jumlahan vektornya.

Gambar 3.4-1 Arah fluks.

h = m cos t - m cos (t -120) cos 60- m cos (t -240) cos 60 =2

3 m cos t .

v = 0 - m cos (t -120) sin 60 + m cos (t -240) sin 60

= - 2

3 m sin t .

Page 9: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 9

(m adalah fluks maksimum tiap fase. Catatan bahwa cara yang valid adalah = m sin t ).

Diperoleh resultan fluks :

r = 22

vh =

2

3m 2/122 )sinω(ωcos tt =

2

3m = 1,5 m = konstan

Gambar 3.4-2 Resultan fluks.

Maka resultan fluks mempunyai magnitude yang konstan (=1.5 m) dan tidak berubah terhadap

waktu.

Simpangan angguler (angular displacement) dari r relatif terhadap aksis OX adalah:

θgt =

h

v

=

t

t

m

m

ωcos2

3

ωsin2

3

= tg tω

= t

Maka resultan medan magnetik berputar secara konstan pada kecepatan angular (= 2f )

radian/ detik. Untuk sebuah mesin P-pole, (kita akan mencari kecepatan putar/rotasi fluks dalam

r.p.m) maka kecepatan rotasi (m) adalah :

m = P

2 rad/ dt

atau 60

2 sN =

P

2 f2 … Ns dalam r.p.m

sN = P

f120

Sehingga resultan fluks oleh arus 3-fase adalah nilai konstan (=1.5 m dimana m adalah fluks

maksimum tiap fase) dan fluks-nya berputar mengelilingi belitan stator pada kecepatan sinkron

120 f / P r.p.m .

Sebagai contoh, untuk sebuah motor induksi 3-fase, 6-pole, 50 Hz, maka :

Ns = 6

50120 = 1000 r.p.m

Page 10: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 10

3.5 Prinsip Operasi. Anggap sebuah bagian motor induksi 3-fase seperti gambar 3.5-1.

Gambar 3.5-1 Gerakan medan putar.

Operasi motor dapat di terangkan sebagai berikut :

(i) Jika belitan stator 3-fase disuplai daya dari sumber 3-fase, sebuah medan putar mulai

berputar mengelilingi stator pada kecepatan sinkron Ns (= 120 f / P ).

(ii) Medan putar menembus celah udara (air gap) dan memotong penghantar pada rotor,

dengan keadaan stasioner. Dengan kecepatan relatif antara putaran fluks dan rotor

stasioner, e.m.f diinduksikan dalam penghantar rotor. Ketika rangkaian rotor dihubung

singkat, arus mulai mengalir dalam penghantar rotor.

(iii) Arus bawaan penghantar rotor berada pada medan magnetik yang dihasilkan oleh stator.

Akibatnya, tenaga mekanik bertindak berdasarkan penghantar rotor. Penjumlahan

tenaga mekanik pada semua penghantar rotor menghasilkan torsi yang memelihara

gerakan rotor dalam arah yang sama sebagaimana medan putar.

(iv) Kenyataan bahwa rotor didorong mengikuti medan stator (rotor bergerak dalam arah

medan stator) dapat diterangkan dengan hukum Lenz. Menurut hukum tersebut, arah

arus rotor akan sesuai dengan yang mereka jaga untuk menentang penyebab produknya.

Sekarang, penyebab timbulnya arus rotor adalah kecepatan relatif antara medan putar

dan penghantar rotor stasioner. Oleh sebab itu untuk mengurangi kecepatan relatif,

rotor mulai bergerak dalam arah sama seperti medan stator dan mencoba untuk

menahannya.

3.6 Slip. Kita dapat melihat diatas bahwa rotor berputar secara cepat dalam arah medan putar.

Secara praktis, rotor tidak pernah dapat menjangkau kecepatan fluks stator. Jika demikian, akan

terjadi tanpa kecepatan relatif antara medan stator dan penghantar rotor, tanpa induksi arus rotor

dan oleh karena itu tanpa torsi untuk memutar rotor. Gesekan (friction) dan belitan (windage)

akan segera menjadikan/ menyebabkan rotor berkurang putarannya. Maka kecepatan rotor (N)

selalu lebih kecil dari pada kecepatan medan stator (Ns). Perbedaan kecepatan tergantung pada

beban yang ada pada motor.

Perbedaan antara kecepatan sinkron Ns dari putaran medan stator dan kecepatan aktual

rotor N dinamakan slip (istilah slip digunakan karena menggambarkan bagaimana pengamat naik

Page 11: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 11

pada medan stator dan menghadap kearah rotor-akan tampak tergelincir kebelakang). Hal

tersebut biasanya digambarkan sebagai prosentase (percentage) kecepatan sinkron, yaitu :

(i) Kuantitas Ns – N kadang-kadang disebut kecepatan slip.

(ii) Jika rotor stasioner (yaitu N = 0), slip s = 1 atau 100%.

(iii) Pada motor induksi, perubahan pada slip dari tanpa beban (no load) sampai beban

penuh (full load) biasanya hanya 0,1% sampai 3%, karena pada dasarnya motor

tersebut kecepatannya konstan.

% age slip, s = s

s

N

NN 100

3.7 Frekuensi Arus Rotor. Frekuensi dari tegangan atau arus yang diinduksikan untuk kecepatan relatif antara

belitan dan medan magnetik diberikan oleh rumus umum :

Frekuensi = 120

NP

Dengan : N = Kecepatan relatif antara medan magnetik dan belitan.

P = Jumlah pole.

Untuk kecepatan rotor N , maka kecepatan relatif antara fluks putar dan rotor adalah Ns –

N. Sebagai akibatnya, frekuensi arus rotor f’ adalah:

f’ = 120

)( PNNs

= 120

PNs s

s

s

N

NNs

= s . f 120/PNf s

yaitu, frekuensi arus rotor = fractional slip x frekuensi suplai

(i) Jika rotor dalam keadaan berhenti atau stasioner (yaitu, s=1), frekuensi

arus rotor sama seperti frekuensi suplai ( f’ = s . f = 1 f = f ).

(ii) Ketika rotor melaju, kecepatan relatif antara fluks putar dan rotor

berkurang. Sebagai akibatnya, slip s dan frekuensi arus rotor berkurang.

Catatan. Kecepatan relatif antara medan putar dan belitan stator adalah sN - 0 = sN . Maka

frekuensi arus induksi dan belitan stator adalah :

f = 120

PN s adalah frekuensi suplai.

Contoh Sebuah motor induksi 3-fase, 6-pole dihubungkan pada suplai 50 Hz. Jika berputar pada

kecepatan 970 r.p.m, berapa slip-nya.

Jawab :

Kecepatan sinkron, sN = P

f120 =

6

50120 = 1000 r.p.m

Slip, s = s

s

N

NN 100 =

1000

9701000 100 = 3% atau 0,03

Page 12: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 12

Contoh Sebuah alternator 6-pole berputar pada kecepatan 1000 r.p.m, menyuplai sebuah motor

induksi 8-pole. Hitung kecepatan aktual dari motor jika slip-nya 2,5%.

Jawab :

Frekuensi suplai 3-fase diberikan kepada motor induksi ditentukan dari kecepatan alternator

dan jumlah pole.

Frekuensi suplai, f = N P / 120 = 1000 6/ 120 = 50 Hz

Kecepatan sinkron, sN = 120 f / P = 120 50/ 8 = 750 r.p.m

Slip, s = s

s

N

NN 100

2,5 = 750

750 N 100

N = 731,25 r.p.m

3.8 Pengaruh Slip pada Rangkaian Rotor. Ketika rotor dalam keadaan stasioner, s = 1. Pada keadaan tersebut, e.m.f rotor per-fase

E2 mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi suplai f . Pada setiap slip s, kecepatan relatif

antara medan stator dan rotor berkurang. Sebagai akibatnya, e.m.f rotor dan frekuensi ter-reduksi

secara proporsional berturut-turut ke s.E2 dan sf . Pada saat yang sama, reaktansi rotor per-fase

X2 , menjadi tergantung frekuensi, berkurang sampai s.X2.

Anggap sebuah motor induksi 3-fase, 6-pole 50 Hz, mempunyai kecepatan sinkron sN

=120.f / P =12050/6 = 1000 r.p.m. Pada keadaan stasioner, kecepatan relatif antara fluks stator

dan rotor adalah 1000 r.p.m dan e.m.f rotor per-fase = E2. Jika kecepatan beban-penuh motor

adalah 960 r.p.m, maka

s = 1000

9601000 = 0,04

(i) Kecepatan relative antara fluks stator dan rotor sekarang hanya 40 r.p.m. Sebagai

akibatnya, e.m.f rotor / fase berkurang menjadi :

E2 1000

40 = 0,04 E2 atau s. E2

[Jika kecepatan relative antara fluks stator dan rotor adalah 1000 r.p.m, e.m.f rotor/ fase

= E2. Jika kecepatan relatif 40 r.p.m, e.m.f rotor/ fase adalah =1000

40 E2 … …

… metode unitary]

(ii) frekuensi juga tereduksi dengan perbandingan yang sama, menjadi :

50 1000

40 = 50 0,04 atau s . f

(iii) Reaktansi rotor per-fase X2 demikian juga tereduksi menjadi :

X2 1000

40 = 0,04 X2 atau s. X2

Maka pada setiap slip s,

e.m.f rotor/ fase = s.E2

reaktansi rotor/ fase = s.X2

frekuensi rotor/ fase = s.f

Dimana E2, X2, dan f nilainya saling berhubungan pada keadaan diam.

Page 13: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 13

Contoh Sebuah motor induksi 3-fase, 6-pole dihubungkan ke suplai 60 Hz. Ketika dalam

keadaan diam tegangan yang diinduksikan pada rotor bars adalah 4 V. Hitung tegangan dan

frekuensi yang terinduksi pada rotor bars pada 300 r.p.m .

Jawab :

Kecepatan sinkron, sN =120.f / P = 120 60/ 6 = 1200 r.p.m

Slip, s = s

s

N

NN =

1200

3001200 = 3/4

Hubungannya terhadap slip,

Tegangan induksi = 4 s = 4 ¾ = 3 V

Frekuensi = f s = 60 ¾ = 45 Hz

Catatan. Subscript 1 (misalnya R1, X1, Z1 dsb.) digunakan untuk nilai stator, sedangkan

subscript 2 (misalnya R2, X2, Z2 dsb.) digunakan untuk nilai rotor pada keadaan diam.

Sedangkan superscript/ (dash) bersamaan dengan subscript 2 (misalnya '

2X , '

2Z dsb.) digunakan

untuk nilai rotor dalam keadaan berputar (running). Perhatikan bahwa f menunjukkan frekuensi

stator dan f ’ (=s f ) menunjukkan frekuensi rotor.

3.9 Arus Rotor. Gambar 3.9-1 memperlihatkan rangkaian motor induksi 3-fase pada suatu slip s. Rotor

diasumsikan sebagai suatu tipe belitan dengan hubungan star. Catatan bahwa e.m.f rotor/ fase

dan reaktansi rotor/ fase adalah s.E2 dan s.X2. Resistansi rotor/ fase adalah R2 dan tidak ter-

gantung frekuensi, maka tidak tergantung slip. Demikian juga, nilai belitan stator E1 dan X1 tidak

tergantung slip.

Gambar 3.9-1 Skema belitan 3-fase.

Jika motor digambarkan sebagai sebuah beban seimbang 3-fase, diperlukan anggapan

seolah-olah hanya satu fase saja; demikian juga untuk dua fase yang lain juga dianggap sama.

Page 14: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 14

Gambar 3.9-2 Skema rangkaian rotor.

Pada keadaan diam. Gambar 3.9-2 (i) memperlihatkan sebuah fase dari rangkaian rotor pada

saat diam/ berhenti.

Arus rotor/ fase, I2’ =

2

2

Z

E=

22

22

2

XR

E

Faktor daya (power factor) rotor, cos 2 = 2

2

Z

R=

22

22

2

XR

R

Ketika berputar pada slip s. Gambar 3.9-2(ii) memperlihatkan satu fase dari rangkaian rotor

ketika motor berputar pada slip s.

Arus rotor, '

2I = '2

2.

Z

Es =

22

22

2

).(

.

XsR

Es

Faktor daya (p.f) motor, cos ’2 =

'2

2

Z

R=

22

22

2

).( XsR

R

Contoh Sebuah motor 3-fase, 400 V dengan rotor tipe belitan (wound rotor motor), belitan stator

disambung secara delta dan belitan rotor disambung star. Stator mempunyai 48 belitan/ fase

sedangkan rotornya mempunyai 24 belitan/ fase. Hitung tegangan yang lewat slip-ring pada

keadaan diam/ berhenti (standstill) dan keadaan rangkaian terbuka (open circuited).

Gambar 3.9-3 Keadaan belitan.

Page 15: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 15

Jawab :

e.m.f stator/ fase, E1 = 400 V

belitan stator/ fase, N1 = 48

belitan rotor/ fase, N2 = 24

K = N2/ N1 = 24/48 = 1/ 2 e.m.f rotor/ fase = K.E1 = (1/2) 400 = 200 V

tegangan antara slip ring = tegangan jalur rotor = 3 200 = 346 V

3.10 Torsi Rotor. Torsi T dihasilkan oleh rotor secara langsung dan proporsional terhadap :

(i) arus rotor

(ii) e.m.f rotor

(iii) faktor daya rangkaian rotor

maka, T E2 I2 cos 2

T = K E2 I2 cos 2

Dimana : I2 = arus rotor saat berhent

E2 = e.m.f rotor saat berhenti

cos 2 = faktor daya rotor saat berhenti

Catatan bahwa nilai e.m.f rotor, arus rotor dan faktor daya rotor digunakan untuk memberikan

suatu keadaan.

3.11 Torsi Awal/ Torsi Pengasutan (Starting torque) Ts. Jika E2 = e.m.f rotor per fase saat berhenti

X2 = reaktansi rotor per fase saat berhenti

R2 = resistansi rotor per fase

Impedansirotor/ fase, Z2 = 22

22 XR

Arus rotor/ fase, I2 = 2

2

Z

E =

22

22

2

XR

E

Faktor daya rotor, cos 2 = 2

2

Z

R=

22

22

2

XR

R

Torsi awal, sT = K E2 I2 cos 2

= K E2 x 22

22

2

XR

E

22

22

2

XR

R

= 2

2

2

2

2

2

2

XR

RKE

Secara umum, tegangan suplai stator V konstan sehingga fluks per pole diatur (set up)

oleh stator sehingga bersifat tetap (fix). Maksudnya bahwa dalam belitan tersebut induksi e.m.f

E2 didalam rotor akan menjadi tetap.

Page 16: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 16

Ts = 22

22

21

XR

RK

=

22

21

Z

RK dimana K1 adalah konstanta dari stator.

Hal tersebut menjelaskan bahwa magnitude torsi awal akan tergantung pada nilai relatif

dari R2 dan X2 , yaitu resistan rotor / fase dan reaktansi rotor/ fase saat diam.

Dapat dilihat bahwa K = 3/2 Ns .

sT = 2

2

2

2

2

2

2

2

3

XR

RE

Ns

, Ns dalam r.p.s

3.12 Keadaan pada Torsi Pengasutan/Awal Maksimum. Dapat dibuktikan bahwa torsi pengasutan/ awal akan menjadi maksimum jika resistan

rotor/ fase sama dengan reaktan rotor/ fase saat berhenti.

Sekarang sT = 22

22

21

XR

RK

… (i)

Mendeferensialkan persamaan (i) ke R2 dan persamaan menghasilkan nol, maka akan diperoleh,

2dR

dTs= K1

222

22

22

22 )(

)2(1

XR

RR

R = 0

atau 2

2

2

2 XR = 2

22R

atau R2 = X2

Maka torsi awal akan maksimum jika :

Resitan rotor/ fase = Reaktan rotor/ fase saat berhenti !!!

Pada keadaan torsi awal maksimum, 2 = 45 dan faktor daya rotor 0,707 lagging [Lihat

gambar 3.12-1(ii)].

Gambar 3.12-1

Gambar 3.12-1(i) memperlihatkan variasi torsi awal dengan resistan rotor. Terlihat

resistansi rotor bertambah dari rendah ke maksimum ketika R2 = X2. Jika resistan rotor

bertambah dan melewati nilai maksimum, maka torsi awal akan turun.

Page 17: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 17

3.13 Pengaruh Perubahan Tegangan Suplai.

Ts = 2

2

2

2

2

2

2

XR

REK

Kalau E2 tegangan suplai V

Ts = 2

2

2

2

2

2

2

XR

REK

Dimana K2 adalah konstanta.

Ts V 2

Maka, torsi awal sangat sensitif terhadap perubahan nilai tegangan suplai. Sebagai

contoh, tegangan suplai jika turun (drop) 10% akan mengurangi torsi awal sekitar 20%. Hal

tersebut sama dengan kegagalan motor untuk mulai mengasut jika tidak dapat menghasilkan

sebuah torsi yang lebih besar dari pada torsi beban ditambah torsi gesekan (friction).

3.14 Torsi Awal Motor Induksi 3-Fase. Rangkaian rotor motor induksi mempunyai resistan rendah dan induktan tinggi (karena

penghantar rotor seakan melekat pada besi). Pada saat asutan, frekuensi rotor sama dengan

frekuensi stator (yaitu 50 Hz) maka reaktan rotor adalah besar dibanding dengan resistan rotor.

Maka arus rotor ketinggalan terhadap e.m.f rotor dengan sudut yang besar, faktor dayanya

rendah dan sebagai akibatnya torsi awal/ asut-nya kecil. Ketika resistan ditambahkan pada

rangkain rotor, faktor daya rotor akan diperbaiki, sehingga meningkatkan torsi asut. Hal tersebut

tentu saja dikarenakan dengan menambah impedan rotor akan menurunkan besarnya arus rotor

sehingga pengaruh peningkatan faktor daya menonjol dan torsi awal bertambah.

(i) motor sangkar tupai (squirrel-cage motor). Ketika batangan rotor (rotor bars)

terhubung singkat secara permanen, hal tersebut tidak memungkinkan untuk menambah

resistan lain diluar rangkaian rotor pada saat pengasutan. Sebagai akibatnya, torsi asut

untuk motor jenis ini rendah. Motor sangkar tupai mempunyai torsi asut 1,5 sampai 2

kali nilai beban-penuh dengan arus pengasutan 5 sampai 9 kali arus beban-penuh.

(ii) motor rotor lilit (wound rotor motor). Resistan rangkaian rotor motor jenis ini dapat

ditambah melalui penambahan resistan luar (external resistance). Dengan menyisipkan

resistan luar dengan nilai yang tepat (sehingga R2 = X2), torsi asut maksimum dapat

dicapai. Sebagai percepatan motor (motor accelerates), resistan luar di turunkan

nilainya secara berangsur-angsur sampai rangkaian rotor hubung singkat, sehingga

rotor dapat berputar sendiri.

Gambar 3.14-1 Rangkaian rotor terhubung rheostat.

Page 18: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 18

Contoh Resistan rotor dan reaktan rotor saat diam motor induksi 3-fase adalah 0,2 dan 1,0

per fase. Tegangan antara slip ring dengan rotor terkunci dan tegangan penuh pada stator adalah

110 V.

(i) Carilah arus asutan rotor/ fase jika slip ring terhubung singkat untuk membuat keadaan

putaran normal.

(ii) Berapakah nilai resistan luar per fase yang harus disisipkan pada rangkaian rotor untuk

memperoleh torsi maksimum pada asutan? Carilah juga arus rotor/ fase pada keadaan

tersebut.

Gambar 3.14-2

Jawab :

(i) Gambar 3.14-2(i) memperlihatkan keadaan kasus.

e.m.f rotor/ fase saat berhenti, E2 = 110/ 3 = 63,5 V

Impedan rotor/ fase saat berhenti, Z2 = 2

2

2

2 XR = 22 12,0 = 1,02

Arus fase rotor saat berhenti, I2 = 2

2

Z

E= 02,1

5,63 = 62,3 A

(ii) Resistan luar yang perlu ditambahkan Rx / fase [lihat gambar 3.14-2(ii)] untuk men-

dapatkan torsi asut maksimum.

Torsi asut akan menjadi maksimum jika:

Resistan rotor/ fase = Reaktan rotor/ fase saat berhenti

atau 0,2 + Rx = 1

atau Rx = 0,1 – 0,2 = 0,8 / fase

Impedan rotor/ fase = 22 1)2,08,0( = 1,414

Arus rotor/ fase = 63,5/ 1,414 = 44,7 A

Page 19: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 19

Catatan, bahwa arus rotor/ fase berkurang sekitar 30%. Hal tersebut lebih meningkatkan torsi

menjadi dua kali lipat dengan perbaikan faktor daya rangkaian rotor. Efisiensi berkurang menjadi

3 I 2 R = 3 62,3

2 0,2 = 3 (44,7)

2 1 = 5994,3 W. Maka resistan eksternal harus diganti

segera untuk menambah kecepatan.

3.15 Motor Berbeban. Sekarang akan dibahas perilaku motor induksi 3-fase berbeban.

(i) Ketika digunakan beban mekanik pada poros (shaft ) motor, hal tersebut akan mulai

menurunkan putaran dan fluks putar akan memotong konduktor rotor dengan tingkatan

yang makin lama makin tinggi. Tegangan induksi dan resultan arus pada penghantar rotor

makin lama makin bertambah, membangkitkan torsi makin lama makin besar.

(ii) Motor dan beban mekanik akan segera mencapai keseimbangan ketika torsi motor secara

pasti sama dengan torsi beban. Ketika keadaan tersebut dicapai, kecepatan akan berhenti

menurun lagi dan motor akan berputar pada kecepatan baru dengan laju yang konstan.

(iii) Penurunan kecepatan motor induksi pada beban yang ditambah adalah kecil. Hal tersebut

dikarenakan impedan rotor rendah [nilai resistan rotor bernilai kecil dan tetap. Frekuensi

rotor saat berputar sangat kecil ( sff ' ) dan oleh karena itu reaktan rotor rendah. Hal

tersebut menghasilkan impedan rotor yang rendah selama kondisi berputar.] dan

penurunan kecepatan yang dihasilkan oleh arus rotor yang besar adalah sedikit. Hal

tersebut membuktikan mengapa motor induksi dipertimbangkan untuk tujuan mesin

dengan kecepatan konstan. Selain itu, karena dalam kenyataanya tidak pernah berputar

pada kecepatan sinkron, maka mesin tersebut biasa disebut dengan mesin asinkron.

Catatan, bahwa perubahan beban pada motor induksi akan menyebabkan penyesuaian

slip. Jika beban pada motor bertambah, slip akan bertambah sedikit (karena kecepatan motor

berkurang sedikit). Hal tersebut akan mengakibatkan kecepatan relatif lebih besar antara fluks

putar dan penghantar rotor. Sebagai akibatnya, arus rotor bertambah dan membangkitkan torsi

yang lebih besar untuk memenuhi/ menyesuaikan pertambahan beban. Akan terjadi sebaliknya

jika beban pada motor berkurang.

Gambar 3.15-1

(iv) Dengan bertambahnya beban, arus beban '

2I meningkat sejalan dengan berkurangnya

fluks stator (hukum Lenz), dengan demikian e.m.f pada belitan stator juga berkurang.

Pengurangan jumlah e.m.f tersebut, menyebabkan arus stator ( 1I ) meningkat, sehingga

Page 20: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 20

daya masukan ke motor bertambah. Hal tersebut ditandai dengan adanya aksi motor

induksi dalam menyesuaikan (adjusting) statornya (arus primer) dengan mengubah arus

rotor (sekunder) menjadi sangat besar seperti halnya perubahan keadaan yang dialami

oleh sebuah transformator sewaktu bebannya berubah.

3.16 Torsi Dalam Keadaan Berputar. Umpamakan rotor dalam keadaan diam mempunyai e.m.f induksi per fase E2, reaktan X2

dan resistan R2. Jika dalam keadaan berputar mempunyai slip s, maka:

e.m.f rotor/ fase, E ’2 = s E2

reaktan rotor/ fase, X ’2 = s X2

impedan rotor/ fase, Z ’2 = 22

22 )(sXR

arus rotor/ fase, I ’2 = '2

'2

Z

E=

22

22

2

)(sXR

sE

faktor daya rotor, cos ’ = 2

222

2

)(sXR

R

Gambar 3.16-1

Torsi saat berputar, Tr E ’2 I ’2 cos ’

I ’2 cos ’ (E ’2 )

. 2

222

2

)(sXR

sE

.

22

22

2

)(sXR

R

2

222

22

)(sXR

RsE

= K 2

222

22

)(sXR

RsE

= K1 2

222

22

)(sXR

RsE

(E 2 )

Jika tegangan suplai stator V konstan, maka fluks stator konstan dan oleh karena itu E2

akan menjadi konstan.

Tr = 2

222

22

)(sXR

sRK

untuk K 2 adalah konstanta yang lain

Page 21: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 21

Dapat dilihat bahwa torsi berputarnya adalah :

(i) Berbanding lurus terhadap slip sehingga jika slip bertambah (berarti kecepatan motor

berkurang), torsi akan bertambah dan sebaliknya.

(ii) berbanding lurus dengan kuadrat tegangan suplai (E 2 V).

Dapat dilihat bahwa nilai dari K1 =3/2 Ns, untuk Ns dalam r.p.s.

Tr = 2

2

2

2

2

2

2

)(.

2

3

XsR

REs

N s =

2'

2

2

2

2

)(.

2

3

Z

REs

N s

Pada saat asutan s = 1, maka torsi asutan adalah :

Ts = 2

2

2

2

2

2

2.2

3

XR

RE

Ns … sama seperti paragraf 3.11

3.17 Torsi Maksimum pada Kondisi Berjalan.

rT = 2

2

22

2

22

XsR

RsK

… (i)

Untuk menemukan nilai resistan rotor yang memberikan tenaga putaran/ torsi maksimum

(maximum torque) pada kondisi berjalan, turunkan ekspresi (i) ke dalam s dan samakan hasilnya

terhadap nol, maka

ds

dTr = 22

2

22

2

2

2

2

2

2

22

222

)(

)](2)([

XsR

sRsXXsRRK

= 0

atau 2

2

22

2

22

2 2)( XsXsR = 0

atau 2

2R = 2

2

2 Xs

atau 2R = 2Xs

Maka untuk torsi maksimum (T m) kondisi berjalan :

Resistan Rotor/ fase = Fractional slip x Reaktan Rotor/ fase saat diam

Sekarang rT 2

2

22

2

2

XsR

sR

… dari ekspresi (i) diatas

Untuk torsi maksimum, R2 = s X2 . Ambil R2 = s X2 dalam ekspresi diatas, maka torsi maksimum

Tm diberikan oleh :

Tm 22

1

X

Slip saling berhubungan dengan torsi maksimum, s = R2 / X2 .

Dengan demikian dapat ditampilkan bahwa :

mT = sNπ2

3

2

2

2

2X

E N-m

Dari persamaan diatas teranglah bahwa :

(i) Nilai hambatan rotor tidak mengubah nilai torsi maksimum tetapi hanya mengubah nilai

slip pada saat kejadian.

Page 22: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 22

(ii) Torsi maksimum bervariasi secara terbalik seperti reaktansi saat diam. Dengan demikian

hal tersebut akan terjaga sekecil mungkin.

(iii) Torsi maksimum bervariasi secara langsung dengan kuadrat tegangan terpasang.

(iv) Untuk memperoleh torsi maksimum pada saat asutan (s = 1), hambatan rotor harus dibuat

sama dengan rektansi rotor saat diam.

3.18 Karakteristik Torsi-Slip Seperti diperlihatkan dalam paragraf 3.16, torsi motor keadaan berjalan dinyatakan oleh :

T = 2

2

22

2

22

XsR

RsK

Gambar 3.18-1 Karakteristik torsi-slip

Jika kurva digambar antara torsi dan slip untuk sebuah nilai tersendiri dari resistan rotor

2R , grafik yang dihasilkan disebut karakteristik torsi-slip. Gambar 3.18-1 memperlihatkan

keluarga karakteristik torsi-slip untuk rentang slip s = 0 sampai s = 1 untuk nilai resistan rotor

yang bervariasi.

Titik-titik yang mengikuti dapat ditandai secara baik. :

(i) Pada s = 0, T = 0 dengan demikian liku torsi-slip mulai dari titik pusat.

(ii) Pada kecepatan normal, slip kecil sehingga s 2X diabaikan seperti disamakan dengan 2R .

T s/ 2R

s . . . 2R konstan

Maka kurva torsi-slip adalah garis langsung dari slip nol ke slip yang sesuai dengan beban

penuh.

(iii) Slip yang bertambah terus sampai melewati slip beban-penuh, akan membuat torsi

bertambah dan setelah mencapai maksimum akan menurun. Nilai tersebut paling sedikit

dua kali nilai ketika motor beroperasi pada tegangan dan frekuensi kerjanya.

(iv) Ketika slip bertambah melebihi torsi maksimum, faktor-faktor yang berhubungan dengan 2

2

2 Xs bertambah sangat cepat sehingga 2

2R dapat diabaikan sebagaimana dibanding

dengan 2

2

2 Xs .

T s / 2

2

2 Xs

1/ s

Page 23: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 23

Maka sekarang torsi terbalik secara proporsional terhadap slip. Dengan demikian kurva

torsi-slip berbentuk hiperbola segi panjang (rectangular hyperbola).

(v) Torsi maksimum tetap sama dan tak tergantung pada nilai resistan rotor.

Maka, penambahan nilai resistan pada rangkaan motor tidak mengubah nilai

maksimum torsi tetapi hanya mengubah nilai slip pada saat terjadi torsi maksimum.

3.19 Torsi Pengasutan dan Torsi Maksimum, Beban-Penuh

fT

2

2

2

2

2

)( XsR

Rs

. . . lihat 3.16

sT 2

2

2

2

2

XR

R

. . . lihat 3.11

mT 22

1

X . . . lihat 3.17

Catatan bahwa s berhubungan dengan slip beban-penuh.

(i)

f

m

T

T =

22

2

2

2

2

2

)(

XRs

XsR

Membagi pembilang (numerator) dan penyebut (denominator) pada R.H.S dengan 2

2X , akan

diperoleh :

f

m

T

T =

22

22

22

/(2

)/(

XRs

sXR =

sa

sa

2

22

Dimana a = 2

2

X

R =

diamsaatfaserotor/Reaktan

faserotor/Resistan

(ii) s

m

T

T =

22

2

2

2

2

2 XR

XR

Membagi pembilang (numerator) dan penyebut (denominator) pada R.H.S dengan 2

2X , akan

diperoleh :

s

m

T

T =

)/(2

1)/(

22

2

22

XR

XR =

a

a

2

12

Dimana a = 2

2

X

R =

diamsaatfaserotor/Reaktan

faserotor/Resistan

3.20 Perbandingan Motor Induksi dan Transformator Motor induksi bisa dipertimbangkan sebagai transformator dengan bagian sekundernya

yang berputar karena dihubung-singkat. Belitan stator setara dengan bagian primer transformator

dan belitan rotor setara dengan bagian sekunder transformator. Berikut ini adalah perbedaan

tanpa nilai antara keduanya :

(i) Tidak seperti pada transformator, rangkaian magnetik dari motor induksi 3-fase

mempunyai celah dara (air gap). Maka, arus magnetisasi motor induksi 3-fase lebih besar

daripada yang terdapat pada transformator. Sebagai contoh, pada sebuah motor induksi

Page 24: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 24

diperkirakan rating arusnya mencapai 30-50% dibanding dengan transformator yang

hanya 1-5% saja.

(ii) Pada motor induksi, terdapat celah udara dan belitan rotor dan stator tersebut terdistribusi

sepanjang batas luar celah udara tidak seperti yang terdapat pada transformator yang

terkonsentrasi pada intinya saja. Maka reaktansi bocor dari belitan stator dan rotor benar-

benar besar dibanding dengan transformator.

(iii) Pada motor induksi, masukan pada stator dan rotor berupa listrik, tetapi keluaran dari

rotor adalah mekanik. Sedangkan pada transformator, masukan maupun keluarannya

tetap berupa listrik.

(iv) Perbedaan utama antara motor induksi dan transformator terletak pada faktor tegangan

dan frekuensinya yang keduanya proporsional terhadap slip s. Jika f adalah frekuensi

stator, 2E adalah e.m.f rotor per fase saat diam dan 2X adalah reaktan rotor/ fase saat

diam, maka pada setiap slip s, nilainya adalah :

e.m.f rotor/ fase, 2E = s 2E

Reaktan rotor/ fase, '

2X = 2Xs

Frekuensi rotor, 'f = s f

3.21 Regulasi Kecepatan Motor Induksi Seperti setiap motor elektrik yang lain, regulasi kecepatan motor induksi dapat

dinyatakan dengan :

% age regulasi kecepatan = FL

FL

N

NN 0 100

Dimana 0N = kecepatan motor tanpa-beban (no-load)

FLN = kecepatan motor beban-penuh (full-load)

Jika kecepatan tanpa-beban motor adalah 800 r.p.m dan kecepatan beban-penuhnya 780

r.p.m, maka perubahan kecepatannya adalah 800 – 780 = 20 r.p.m dan persentase regulasi

kecepatannya = 20 100/ 780 = 2,56 %.

Pada keadaan tanpa beban, hanya sedikit torsi diperlukan untuk mengatasi sedikit

rugirugi mekanik, maka slip motor kecil, yaitu sekitar 1 %. Ketika motor berbeban penuh, slip

agak bertambah, tandanya yaitu kecepatan motor agak berkurang. Hal tersebut dikarenakan

impedansi rotor rendah dan sedikit pengurangan kecepatan mengakibatkan arus rotor membesar.

Pertambahan arus rotor menghasilkan torsi yang tinggi untuk memenuhi beban penuh pada

motor. Sebagai alasan, perubahan kecepatan motor dari tanpa-beban ke beban-penuh adalah

kecil, yaitu regulasi kecepatan motor induksi adalah rendah. Regulasi kecepatan motor induksi

adalah 3% sampai 5%. Walaupun kecepatan motor berkurang sedikit dengan adanya

pertambahan beban, regulasi kecepatan cukup rendah, oleh karena itu motor induksi adalah

motor dengan klasifikasi kecepatan-konstan.

3.22 Kendali Kecepatan Motor Induksi 3-Fase N = (1 – s) sN

= (1 – s) P

f120 . . . (i)

Page 25: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 25

Memeriksa persamaan (i) menyatakan bahwa kecepatan N dari motor induksi dapat

divariasi dengan mengubah (i) frekuensi suplai f (ii) jumlah kutub P pada stator dan (iii) slip s.

Mengubah frekuensi jala-jala biasanya tidak mungkin dilakukan karena suplai komersial

memiliki frekuensi konstan, kecuali membuat sendiri suplai dengan frekuensi dapat diubah-ubah.

Maka metode praktis pengendali kecepatan umumnya dilakukan dengan mengganti jumlah kutub

stator atau slip motor.

1. Motor sangkar tupai. Kecepatan motor sangkar tupai diubah dengan mengganti jumlah

kutub stator (slip motor induksi dapat diubah dengan mengubah karakteristik rangkaian rotor.

Jika batang-batang/ jeruji rotor sangkar tupai secara permanen terhubung-singkat, slip motor

tidak dapat diubah). Hanya dua atau empat kecepatan yang memungkinkan jika

menggunakan metode seperti ini. Motor dua-kecepatan memiliki satu belitan stator yang

memungkinkan ditukar (switched) melalui perlengkapan pengendali yang sesuai untuk

menyediakan dua kecepatan, salah satunya merupakan setengah bagian yang lain. Misalnya,

mungkin belitan untuk 4 atau 8 kutub, untuk memperoleh kecepatan sinkron 1500 dan 750

r.p.m. Motor empat-kecepatan dilengkapi dengan dua belitan stator terpisah masing-masing

menyediakan dua kecepatan. Kerugian metoda seperti ini adalah :

(i) Tidak mungkin mendapatkan kendali kecepatan kontinyu secara gradual (berangsur-

angsur).

(ii) Karena komplikasi disain dan pertukaran interkoneksi dari belitan stator, metoda ini

dapat menyediakan maksimum dari empat perbedaan kecepatan sinkron untuk setiap motor.

2. Motor rotor lilit. Kecepatan motor rotor lilit diubah dengan mengganti slip motor (kendali

kecepatan dengan mengubah-kutub umumnya tidak dipraktekkan pada motor rotor lilit). Hal

tersebut dapat dicapai dengan :

(i) memvariasi tegangan jala-jala stator

(ii) memvariasi resistan rangkaian rotor

(iii) menyisipan dan memvariasi tegangan lain pada rangkaian rotor

3.23 Faktor Daya Motor Induksi Layaknya mesin a.c yang lain, faktor daya motor induksi diberikan oleh :

Faktor daya, cos = )(arusTotal

)cos(arusaktifKomponen

I

I

Kehadiran celah udara antara stator dan rotor motor induksi menambah secara besar

reluktan rangkaian maknetik. Sebagai akibatnya motor induksi mengurangi arus magnetisasi

( mI ) dalam jumlah besar untuk membangkitkan fluk yang diperlukan pada celah udara.

(i) Pada keadaan tanpa beban, motor induksi menurunkan arus magnetisasi dalam jumlah

besar dan sedikit komponen aktif untuk menutupi rugi-rugi tanpa-beban. Maka motor

induksi mengakibatkan arus tanpa-beban tinggi mengikut (lagging) pada tegangan dengan

sudut besar (sebanding dengan arus transformator tanpa-beban). Maka faktor daya motor

induksi pada keadaan tanpa beban adalah rendah, yaitu sekitar 0,1 lagging.

(ii) Ketika motor induksi dibebani, komponen aktif arus bertambah sedangkan magnetisasi

komponen lainnya kira-kira sama. Sebagai akibatnya, faktor daya motor bertambah.

Meskipun demikian, karena nilai besar arus magnetisasi yang ada kurang mendukung

beban, faktor daya motor induksi tetap pada beban penuh dan jarang melebihi 0,9 lagging.

Page 26: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 26

3.24 Tingkatan Daya pada Motor Induksi Masukan daya elektrik ke stator motor dikonversi ke dalam daya mekanik pada batang

poros (shaft) motor. Variasi rugi-rugi selama konversi energi adalah :

1. Rugi-rugi tetap (fixed losses), meliputi :

(i) rugi-rugi besi stator

(ii) rugi-rugi gesekan (friction) dan belitan (windage)

Rugi-rugi besi rotor dapat diabaikan karena frekuensi arus rotor dibawah kondisi putaran

normal adalah kecil.

2. Rugi-rugi variabel, meliputi :

(i) rugi-rugi tembaga stator

(ii) rugi-rugi tembaga rotor

Gambar 3.24-1 memperlihatkan bagaimana daya elektrik mengumpan stator sebuah

motor induksi mengalami rugi-rugi dan akhirnya dikonversi ke daya mekanik.

Gambar 3.24-1

Dari gambar diagram diatas dapat ditandai :

(i) Masukan stator, iP = Keluaran stator + rugi-rugi stator

= keluaran stator + rugi-rugi besi stator + rugi-rugi Cu stator

(ii) Masukan stator, rP = Keluaran stator

Hal tersebut karena keluaran stator sepenuhnya ditransfer ke rotor melalui celah

udara (air-gap) dengan cara induksi elektromagnetik.

(iii) Penyedia daya mekanik, mP = rP - rugi-rugi Cu rotor

Penyedia daya mekanik ini adalah keluaran kotor rotor (gross rotor output) dan

akan menghasilkan torsi kotor (gross torque), gT .

(iv) Daya mekanik pada batang poros, outP = mP - rugi-rugi gesekan dan belitan

Penyedia daya mekanik pada batang poros menghasilkan torsi batang poros (shaft torque)

shT .

Secara jelas, mP - outP = rugi-rugi gesekan dan belitan

Page 27: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 27

3.25 Torsi Motor Induksi Daya mekanik P tersedia dari setiap motor elektrik yang dapat di ekspresikan sebagai :

P = 60

2 TN Watt

Dimana N = kecepatan motor dalam r.p.m

T = torsi yang berkembang dalam N-m

T = N

P

2

60 = 9,55

N

P N-m

Jika keluaran kotor dari rotor motor induksi adalah mP dan kecepatannya N r.pm, maka

torsi kotor (total torsi) gT yang berkembanhg adalah :

gT = 9,55 N

Pm N-m

Sama halnya, sh

T = 9,55 N

Pout N-m

Catatan, jika rugi-rugi belitan dan gesekan kecil, gT = sh

T . Hal tersebut dengan asumsi hampir

tidak terjadi beberapa eror yang signifikan.

3.26 Keluaran Rotor (Rotor Output) Jika gT Newton-meter adalah torsi gross yang dibangkitkan dan N r.p.m adalah laju

(kecepatan) rotor, maka

Gross rotor output = 60

2 gTN Watt

Catatan : gross bisa diartikan total, Gross rotor output = Rotor input – Rotor Cu losses

Rotor gross output adalah konversi ke dalam energi mekanik dan menyebabkan

bangkitnya gross torque. Diluar gross trque tersebut, beberapa rugi-rugi seperti rugi-

rugi belitan dan gesekan pada rotor dan sisanya kelihatan sebagai dayaguna (useful)

atau torsi batang poros (shaft torque) sh

T .

Jika tidak ada tembaga pada rotor, keluaran akan sama seperti masukan rotor dan rotor

akan berputar pada kecepatan sinkron sN .

Masukan rotor = 60

2 gs TN Watt

Rugi-rugi tembaga rotor = Masukan rotor – Keluaran rotor

= )(60

2NN

Ts

g

(i) inputRotor

lossCuRotor =

s

s

N

N N = s

Rugi-rugi tembaga rotor = s Masukan rotor

Page 28: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 28

(ii) Gross rotor output, mP = Rotor input – Rotor Cu loss = Rotor input - s Rotor input

mP = Rotor input (1 – s)

(iii) inputRotor

outputrotorGross = 1 – s =

sN

N

(iv) outputrotorGross

lossCuRotor =

s

s

1

Jelaslah bahwa, jika daya masukan ke rotor adalah rP , maka s rP adalah rotor Cu loss

(rugi-rugi tembaga rotor) dan menetapkan (1 – s) rP adalah konversi ke dalam daya mekanik.

Sebagai akibatnya, motor induksi yang beroperasi pada slip tinggi akan mempunyai efisiensi

rendah.

Catatan :

inputRotor

outputrotorGross = 1 – s

Jika rugi-rugi stator seperti rugi-rugi gesekan dan belitan dapat diabaikan, maka :

Grossrotor output = Useful output

Rotor input = stator input

inputStator

outputUseful = 1 – s = efisiensi

Maka perkiraan efisiensi motor induksi adalah 1 – s. Sehingga jika slip dari motor

induksi adalah 0,125, maka efisiensinya kira-kira 1 – 0,125 = 0,875 atau 87,5 %.

3.27 Persamaan Torsi Motor Induksi Torsi kotor gT yang dibangkitkan oleh sebuah motor induksi disajikan sebagai :

gT = sN2

inputRotor … sN dalam r.p.m

= sN2

inputRotor60 … sN dalam r.p.m

Sekarang Rotor input = s

lossCuRotor =

s

RI 2

2'

2 )(3 … (i)

Seperti diperlihatkan dalam paragraf 3.16, kondisi sedang berputar,

'

1I = 2

2

2

2

2

)( XsR

sE

= 2

2

2

2

1

)( XsR

EKs

Dimana K = Perbandingan transformasi = turns/faseStator

turns/faseRotor

Page 29: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 29

Rotor input = 32

2

2

2

2

2

2

2

)( XsR

REs

s

1 =

2

2

2

2

2

2

2

)(

3

XsR

REs

….

… (mengambil nilai '

2I dalam persamaan (i))

Selain itu Rotor input = 32

2

2

2

2

2

1

22

)( XsR

REKs

s

1 =

2

2

2

2

2

2

1

2

)(

3

XsR

REKs

….

… (mengambil nilai '

2I dalam persamaan (i))

gT = sN2

inputRotor =

sN2

3

2

2

2

2

2

2

2

)( XsR

REs

berkaitan dengan E2

= sN2

3

2

2

2

2

2

2

1

2

)(

3

XsR

REKs

… berkaitan dengan E1

Catatan bahwa dalam ekspresi gT diatas, nilai E1, E2, R2 dan X2 menggambarkan nilai fase.

3.28 Kurva Unjuk-Kerja Motor Sangkar-Tupai Liku (kurva) unjuk kerja motor induksi 3-fase menunjukkan variasi kecepatan, faktor

daya, efisiensi arus stator dan torsi untuk nilai beban yang berbeda. Sebelum menunjukkan kurva

unjuk kerja pada grafik, diharapkan membahas variasi torsi dan arus stator terhadap slip.

(i) Variasi torsi dan arus stator terhadap slip.

Gambar 3.28-1 memperlihatkan variasi torsi dan arus stator terhadap slip untuk motor

sangkar-tupai standard. Pada umumnya, resistan rotornya rendah, sehingga terjadi arus

beban-penuh yang rendah pada slip rendah. Oleh karena itu keadaan pada beban-penuh, 'f

(= s f) dan '2

X (= 2 'f 2L ) kemudian juga rendah. Antara nol dan beban-penuh, faktor

daya rotor (= cos '2

) dan impedansi rotor (= '2

Z ) secara praktis tetap konstan (Pada motor

sangkar-tupai standard, perubahan slip sangat kecil sebagai pertambahan beban dari nol ke

beban-penuh. Oleh karena itu perubahan impedansi rotor dari tanpa-beban sampai beban-

penuh dapat diabaikan), oleh karena arus rotor '2I (= '

2E / '

2Z ) dan oleh karena torsi ( rT )

secara langsung bertambah terhadap slip. Sekarang arus stator 1I menambah proporsi '2I . Hal

tersebut diperlihatkan pada gambar 3.28-1 dimana rT dan 1I ditunjukkan oleh garis

langsung (straight-lines) dari tanpa-beban (no-load) sampai beban-penuh (full-load).

Sebagaimana beban dan slip bertambah melebihi beban-penuh, pertambahan tersebut dalam

reaktan rotor menjadi cukup besar. Pertambahan nilai impedansi rotor tidak hanya

mengurangi faktor daya rotor cos '2 (= 2R / '

2Z ) tetapi juga menurunkan laju (rate)

pertambahan arus rotor. Sebagai akibatnya, torsi rT dan arus stator 1I tidak bertambah

secara langsung terhadap slip seperti ditunjukkan dalam gambar 3.28-1.

Page 30: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 30

Gambar 3.28-1

Dengan adanya penurunan faktor daya dan penurunan laju pertambahan arus rotor,

arus stator 1I dan torsi rT bertambah pada laju yang lebih rendah (lower rate). Akhirnya

torsi rT mencapai nilai maksimum kira-kira pada 25 % slip dalam motor sangkar-tupai

standard. Nilai maksimum torsi tersebut dinamakan pull-out torque atau breackdown torque.

Jika beban bertambah melebihi nilai titik dadal (breakdown point), maka penurunan faktor

daya lebih besar daripada pertambahan arus rotor sehingga mengakibatkan pengurangan

torsi. Akibatnya motor tersebut dengan segera melambat dan bahkan sampai berhenti.

Pada gambar 3.28-1, nilai torsi saat asutan (yaitu s = 100 %) adalah 1,5 kali torsi

beban-penuh. Arus asutan kira-kira lima kali arus beban-penuh. Motor tersebut pada

dasarnya adalah sebuah mesin kecepatan-konstan yang memiliki karakteristik mirip motor

d.c shunt.

(ii) Kurva unjuk kerja.

Gambar 3.28-2 memperlihatkan kurva unjuk kerja motor induksi sangkar-tupai 3-

fase.

Pada poin berikut mungkin dapat dicatat, bahwa :

(a) Pada keadaan tanpa-beban, fluks rotor mengikut (lag) terhadap stator hanya dalam jumlah

kecil, ketika torsi yang dibutuhkan hanya untuk mengatasi rugi-rugi tanpa-beban.

Sebagaimana beban mekanik ditambahkan, kecepatan rotor berkurang. Pengurangan

kecepatan rotor memberikan medan putar kecepatan-konstan untuk menyapu sepanjang

(sweep across) konduktor rotor pada laju yang lebih cepat, dengan cara demikian dapat

menginduksi arus rotor yang besar. Hal tersebut mengakibatkan, keluaran torsi lebih

besar untuk sedikit pengurangan kecepatan. Keterangan tersebut untuk kurva kecepatan-

beban (speed-load) dalam gambar 3.28-2.

Page 31: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 31

Gambar 3.28-2

(b) Pada tanpa-beban (no-load), arus yang ditarik oleh motor induksi sebagian besar adalah

arus magnetisasi; arus tanpa-beban mengikut (lagging) tegangan terpasang dengan sudut

besar. Maka faktor-daya motor induksi dengan beban yang ringan sangat rendah. Hal

tersebut dikarenakan pada celah udara (air gap) reluktan rangkaian magnetiknya tinggi

yang menghasilkan arus tanpa-beban dengan nilai tinggi pula, sebanding dengan yang

terjadi pada transformator. Sebagai beban yang ditambahkan, komponen aktif atau daya

dari arus bertambah, menghasilkan faktor daya yang lebih tinggi. Akan tetapi, karena

nilai besar arus magnetisasi yang hadir tanpa memperhatikan adanya beban, faktor daya

motor induksi tetap pada beban-penuh jarang melebihi 90%. Gambar 3.28-2

memperlihatkan variasi faktor daya terhadap beban motor induksi sangkar-tupai tipikal.

(c) Efisiensi = LossesOutput

Output

Rugi-rugi yang terjadi pada motor induksi 3-fase adalah rugi-rugi tembaga (Cu) dalam

belitan stator dan rotor, rugi-rugi besi dalam inti stator dan rotor dan rugi-rugi gesekan

dan belitan. Rugi-rugi besi dan rugi-rugi gesekan dan belitan hampir *)independen dalam

beban. Ketika I 2

R menjadi konstan, efisiensi motor akan bertambah terhadap beban,

tetapi rugi-rugi I 2

R tergantung pada beban. Oleh karena itu, efisiensi motor bertambah

terhadap beban tetapi kurvanya menurun pada beban tinggi.

*) Rugi-rugi dalam stator tergantung pada fluks stator dan frekuensi suplai. Ketika

kedua faktor tersebut konstan, rugi-rugi-besi stator konstan pada semua beban.

Ketika frekuensi rotor kecil, rugi-rugi besi dalam rotor kecil dan bisa diabaikan.

Sebagaimana kecepatan motor tidak sangat besar terhadap beban, rugi-rugi gesekan

dan belitan bisa diasumsikan konstan.

Page 32: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 32

(d) Ketika tanpa-beban, kebutuhan torsi hanya diperlukan untuk mengatasi rugi-rugi tanpa-

beban. Oleh karena itu stator mengambil sedikit arus dari suplai. Ketika beban mekanik

ditambahkan, kecepatan rotor berkurang. Pengurangan kecepatan rotor tersebut

memberikan medan putar dengan kecepatan konstan untuk menyapu melewati konduktor

rotor pada laju yang lebih cepat, dengan cara demikian menginduksi arus rotor lebih

besar. Dengan bertambahnya beban, pertambahan arus rotor dalam arah seperti pada

pengurangan fluks stator, dengan cara demikian secara temporer mengurangi hitungan

e.m.f dalam belitan stator. Berkurangnya hitungan e.m.f tersebut membuat aliran arus

stator semakin banyak.

(e) Output = Torsi Kecepatan

Ketika kecepatan motor berubah tidak terlalu besar terhadap beban, maka torsi bertambah

dengan bertambahnya beban.

3.29 Rangkaian Ekuivalen Motor Induksi 3-Fase Berbagai Slip Pada motor induksi 3-fase, belitan stator terhubung ke suplai 3-fase dan belitan rotor

terhubung-singkat. Energi ditransfer secara magnetik dari belitan stator ke belitan rotor yang

terhubung-singkat. Maka motor induksi bisa dipertimbangkan menjadi transformator dengan

bagian sekunder berputar (hubung-singkat). Belitan stator dapat disamakan dengan bagian

primer transformator dan belitan rotor disamakan dengan bagian sekunder transformator. Dalam

pandangan yang sama fluks dan tegangan juga seperti kondisi pada transformator, sehingga

merupakan suatu hal yang dapat diharapkan bahwa rangkaian ekuivalen motor induksi akan

sama dengan transformator. Gambar 3.29-1 memperlihatkan rangkaian ekuivalen (lebih dulu

tidak hanya satu) per fase untuk motor induksi. Sekarang kita akan membahas rangkaian stator

dan rotor secara terpisah.

Gambar 3.29-1 Rangkaian lengkap kesetaraan motor induksi

3.29.1 Rangkaian Stator

Pada stator, keadaan sangat persis dengan bagian primer transformator. Tegangan per

fase yang digunakan pada stator adalah 1V , sedangkan 1R dan 1X berturut-turut adalah resistan

stator dan reaktan bocor per fase. Tegangan 1V digunakan untuk membangkitkan fluks magnetik

yang membuat terjalinnya hubungan antara belitan stator (sebagai bagian primer) dengan belitan

rotor (sebagai bagian sekunder). Sebagai hasilnya, induksi diri (self-induced) e.m.f 1E

menginduksi belitan stator dan terjalin induksi imbal balik (mutually induced) e.m.f '2

E (= s 2E =

Page 33: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 33

s K 1E dimana K adalah perbandingan transformasi) yang menginduksi belitan rotor. Aliran arus

stator 1I menyebabkan drop tegangan pada 1R dan 1X .

1

V = -1

E + 1

I ( 1R + j 1X ) . . . penjumlahan fasor

Ketika motor tanpa-beban, belitan stator menarik arus 0I yang memiliki dua komponen,

yaitu :

(i) wI yang menyuplai rugi-rugi motor tanpa-beban

(ii) komponen magnetisasi mI yang mengatur fluks magnetik dalam inti dan celah udara.

Kombinasi paralel dari cR dan mX , berturut-turut menggambarkan rugi-rugi motor tanpa-beban

dan pembangkitan fluks magnetik.

0I = wI + mI

3.29.2 Rangkaian Rotor

Disini 2R dan 2X berturut-turut menggambarkan resistan rotor dan reaktan rotor saat

diam per fase. Pada setiap slip s , reaktan rotor akan menjadi 2Xs . Tegangan terinduksi/ fase

dalam rotor adalah '2

E = 2Es = 1EKs . Ketika belitan rotor terhubung-singkat, keseluruhan

e.m.f '2

E digunakan dalam sirkulasi arus rotor '2I .

'2

E = '2

I ( 2R + 2Xsj )

Arus rotor '2

I terefleksi sebagai ''2

I (= '2IK ) dalam stator. Penjumlahan fasor ''

2I dan

0I

memberikan arus stator 1

I .

Hal yang penting untuk dicatat, bahwa masukan ke primer dan keluaran dari sekunder

sebuah transformator berujud elektrik. Oleh karena itu, di dalam motor induksi, masukan ke

stator dan rotor adalah elektrik, tetapi keluaran dari rotor adalah mekanik. Untuk memfasilitasi

perhitungan, diharapkan dan diperlukan untuk mengganti beban mekanik dengan beban elektrik

yang setara, sehingga kita dapat mempunyai rangkaian ekuivalen transformator dari motor

induksi.

Perlu dicatat juga, bahwa meskipun frekuensi stator dan rotor berbeda, keberadaan medan

magnetik masih dalam putaran pada kecepatan sinkron sN . Arus stator menghasilkan fluks

magnetik yang berputar pada kecepatan sN . Pada slip s , kecepatan putaran medan rotor relatif

terhadap permukaan rotor dalam arah rotasi rotor, yaitu

= P

f '120 =

P

fs120 = sNs

Tetapi rotor berputar pada kecepatan N yang relatif terhadap inti stator. Maka, kecepatan

medan rotor relatif terhadap inti stator

= sNs + N = ( sN - N) + N = sN

Maka tanpa adanya nilai slip s , masing-masing medan magnetik stator dan rotor adalah

sinkron jika dilihat oleh pengamat yang tetap dalam suatu tempat (space). Sebagai akibatnya,

motor induksi 3-fase dapat dipandang sebagai ekuivalen suatu transformator yang memiliki

sebuah celah udara yang memisahkan bagian besi bawaan rangkaian magnetik belitan primer dan

sekunder. Gambar 3.29.2-1 memperlihatkan diagram fasor motor induksi.

Page 34: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 34

Gambar 3.29.2-1 Diagram fasor motor induksi.

3.30 Rangkaian Ekuivalen Rotor Sekarang kita akan melihat bagaimana beban mekanik motor diganti dengan beban

mekanik ekuivalen. Gambar 3.30-1 (i) memperlihatkan rangkaian ekuivalen per fase dari rotor

pada slip s. Arus fase rotor dinyatakan dengan :

'2I =

22

22

2

)( XsR

Es

Secara matematik, nilai tersebut tidak berubah dengan menulisnya sebagai :

'2I =

22

22

2

)()/( XsR

E

Seperti terlihat pada gambar 3.30-1 (ii), kita sekarang mempunyai reaktan 2X tetap yang

terhubung secara seri dengan resistan 2R / s dan suplai dengan tegangan konstan 2E . Catatan

bahwa gambar 3.30-1 (ii) mentransfer variabel tersebut ke resistan tanpa merubah kondisi daya

atau faktor daya.

Page 35: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 35

Gambar 3.30-1

Kuantitas 2R / s lebih besar daripada

2R maka s adalah fraksi. Maka 2R / s dapat dibagi

kedalam bagian yang tetap (fixed part) 2R dan bagian variabel ( 2R / s - 2R ) adalah :

s

R2 = 2R + 2R

1

1

s

(i) Bagian pertama 2R adalah resistan rotor/ fase dan menggambarkan rugi-rugi tembaga

rotor.

(ii) Bagian ke dua 2R

1

1

s adalah beban resistan-variabel. Daya yang dikirim ke beban

menggambarkan daya mekanik total yang berkembang di dalam rotor. Maka beban

mekanik pada motor induksi dapat diganti dengan beban resistan-variabel dari nilai

2R

1

1

s. Hal tersebut diketahui sebagai resistan beban LR .

3.31 Rangkaian Ekuivalen Transformator dari Motor Induksi Gambar 3.31-1 memperlihatkan rangkaian ekuivalen 3-fase motor induksi. Catatan

bahwa beban mekanik pada motor telah diganti dengan resistan elektrik ekuivalen LR yang

dinyatakan sebagai :

LR = 2R

1

1

s . . . (i)

Gambar 3.31-1

Page 36: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 36

Catatan bahwa rangkaian dalam gambar 3.31-1 sama dengan rangkaian ekuivalen

transformator dengan beban sekunder sama dengan LR yang diberikan oleh persamaan (i). E.m.f

rotor dalam rangkaian ekuivalen sekarang hanya tergantung pada perbandingan transformasi K

(= 2E /

1E ).

Dengan demikian, motor induksi dapat digambarkan/ diwujutkan sebagai trafo ekuivalen

yang disambung ke resistan-variabel LR yang diberikan oleh persamaan (i). Daya dikirimkan ke

LR menggambarkan daya mekanik total yang dibangkitkan dalam rotor. Maka rangkaian

ekuivalen dari gambar 3.31-1 adalah transformator dengan nilai sekunder (yaitu rotor) yang

dapat ditransfer ke primer (yaitu stator) melalui penggunaan perbandingan transformasi K yang

tepat/ cocok. Ingat bahwa menggeser resistan/ reaktan dari sekunder ke primer, hal tersebut perlu

dibagi dengan 2K mengingat arus akan di kalikan dengan K. Rangkaian ekuivalen motor induksi

berkenaan dengan bagian primer diperlihatkan dalam gambar 3.31-2.

Gambar 3.31-2

Catatan bahwa elemen (yaitu 'LR ) yang dibatasi oleh segi empat bergaris putus-putus

adalah resistan elektrik ekuivalen berhubungan dengan beban mekanik pada motor. Berikut

adalah catatan dari rangkaian ekuivalen motor induksi :

(i) Pada tanpa-beban, slip secara praktis nol dan beban 'LR tak berhingga. Kondisi ini mirip pada

transformator yang belitan sekundernya terbuka (open-circuited).

(ii) Pada saat berhenti, slip adalah satu (unity) dan beban 'LR nol. Keadaan seperti ini mirip

dengan transformator yang belitan sekundernya hubung-singkat.

(iii) Ketika motor berputar dengan beban, nilai 'LR akan tergantung pada nilai slip s. Kondisi ini

mirip transformator yang sekundernya disuplai variabel dan semata-mata berbeban resistif.

(iv) Resistan elektrik ekuivalen 'LR berkurang dan arus rotor bertambah dan motor akan lebih

menghasilkan daya mekanik. Hal tersebut yang diharapkan karena slip motor bertambah

dengan bertambahnya beban pada batang poros motor.

3.32 Hubungan Daya Rangkaian ekuivalen transformator dari motor induksi sungguh berguna dalam

menganalisa hubungan variasi daya dalam motor. Gambar 3.32-1 memperlihatkan rangkaian

ekuivalen per-fase motor induksi yang seluruh nilainya berkenaan/ berhubungan terhadap bagian

primer (stator).

Page 37: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 37

Gambar 3.32-1

(i) Total beban elektrik = '

2R

1

1

s + '

2R = s

R '

2

Daya masukan stator = 3 1V 1I cos 1

Ada rugi-rugi inti stator dan rugi-rugi tembaga stator. Daya tetap akan ditransfer

daya menyeberangi celah-udara, yaitu input ke rotor.

(ii) Masukan rotor = s

RI '

2

2''

2 )(3

Rugi-rugi tembaga rotor = 3( ''2

I )2 '

2R

Daya mekanik total yang ditimbulkan oleh rotor adalah

mP = Rotor input – Rotor Cu loss

= s

RI '

2

2''

2 )(3- 3( ''

2I )

2 '

2R = 3( ''2

I )2 '

2R

1

1

s

Hal tersebut sangat jelas dari rangkaian ekuivalen yang terlihat pada gambar 3.32-1.

(iii) Jika gT adalah gross torsi yang dikembangkan oleh rotor, maka

mP = s

TN g2

Atau 3 2''2 )(I '

2R

1

1

s =

60

2 gTN

Atau 3 2''2 )(I '

2R

s

s1 =

60

2 gTN

Atau 3 2''2 )(I '

2R

s

s1 =

60

)1(2 gs TsN )1( sNN s

gT = 60

/)(3 '2

''2

2 sRI N-m

Atau gT = 9,55sN

sRI /)(3 '2

2'2 N-m

Page 38: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 38

Catatan bahwa torsi batang poros (shaft) tersebut sh

T akan lebih kecil daripada gT

dengan torsi yang dibutuhkan untuk menyesuaikan rugi-rugi belitan dan gesekan.

3.33 Rangkaian Ekuivalen Pendekatan dari Motor Induksi Seperti pada kasus transformator, rangkaian ekuivalen pendekatan motor induksi

diperoleh dengan menggeser cabang shunt ( cR - mX ) ke terminal masukan pada gambar 3.33-1.

Langkah ini diambil pada asumsi bahwa drop tegangan pada 1R dan 1X kecil dan tegangan

terminal 1V tidak cukup besar bedanya dari tegangan induksi 1E . Gambar 3.33-1

memperlihatkan rangkaian ekuivalen pendekatan per fase dari sebuah motor induksi yang semua

nilainya berasal dari bagian primer (stator).

Gambar 3.33-1

Rangkaian pendekatan motor induksi diatas tidak dengan mudah/cepat memberi

kebenaran seperti pada transformator. Berikut ini adalah alasannya :

(i) Tidak seperti transformator daya, rangkaian magnetik motor induksi memiliki bagian yang

merupakan celah/ spasi udara (air gap). Maka arus eksitasi motor induksi (30 sampai 40%

arus beban-penuh) lebih tinggi daripada pada transformator daya. Sebagai akibatnya,

rangkaian ekuivalen eksak harus digunakan untuk hasil yang akurat.

(ii) Nilai relatif dari 1X dan 2X pada motor induksi lebih besar daripada suatu penyesuai yang

diperoleh dari transformator. Karena kenyataan ini, maka tidak dibenarkan menggunakan

rangkaian ekuivalen pendekatan.

(iii) Dalam transformator, belitan/ kumparan-nya terkonsentrasi sedangkan dalam motor induksi

belitannya terdistribusi. Hal tersebut mempengaruhi perbandingan transformasi.

Contoh Motor induksi terkoneksi-star, 3-fase, 4-pole, 400 V, 50 Hz mempunyai impedan per

fase 1Z = (0,07 + j 0,3) dan impedan rotor per fase diambil dari sisi stator '2

Z = (0,08 + j 0,3)

. Reaktan magnetisasi per fase adalah 10 dan resistan yang menunjukkan rugi-rugi inti 50

. Slip 4%. Dengan menggunakan rangkaian ekuivalen pendekatan, hitunglah (i)arus stator dan

faktor daya stator (ii)torsi yang dibangkitkan (iii)efisiensi gross.

Jawab :

1R = 0,07 ; 1X = 0,3 ; '2R = 0,08 ; '

2X = 0,3

Resistan elektrik ekuivalen berkenaan dengan stator adalah

Page 39: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 39

'LR = '

2R

1

1

s = 0,08

1

04,0

1 = 1,92

Gambar 3.33-2 memperlihatkan rangkaian ekuivalen pendekatan per fase dengan nilai

komponennya. Disini 1V = 400/ 3 Volt.

Gambar 3.33-2

(i) Mengacu pada gambar 3.33-2, kita memiliki,

''

2I = )()( '

21

''

21

1

XXjRRR

V

L =

)3,03,0()92,108,007,0(

0)3/400( 0

j

= )6,007,2(

0)3/400( 0

j

= 107 02,16 A

Arus tanpa-beban, 0

I = wI + mI = cR

V1 + mjX

V1

= 50

03/400( 0 +

10

03/400( 0

j

=

50

)3/400( - j

10

)3/400(

= (4,6 – j 23) A = 23,4 079 A

Arus stator, 1

I = ''2

I + 0

I = 107 02,16 + 23,4 079 = 119,7 03,26 A

Magnitute arus stator = 119,7 A

Faktor daya = cos (-26,30) = 0,89 lagging

(ii) Kecepatan sinkron, sN = 120f / P = 120 50/ 4 = 1500 r.p.m

Kecepatan rotor, N = sN (1 - s) = 1500 (1 – 0,04) = 1440 r.p.m

Gross rotor output, mP = 3 2''2 )(I '

LR = 3 (107)2 1,92 = 65946 W

Jika gT adalah torsi gross dalam N-m, maka

gT = 9,55 N

Pm = 9,55 1440

65946 = 437,35 N-m

(iii) Masukan ke stator, iP = 3 1V 1I cos 1 = 3 3

400 119,7 0,89 = 73808 W

Page 40: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 40

Efisiensi gross = iP

Pm 100 = 73808

65946 100 = 89,4 %

3.34 Pengasutan Motor Induksi 3-fase Motor induksi pada dasarnya adalah transformator dengan bagian statornya adalah primer

dan bagian rotornya merupakan bagian sekunder yang dihubung-singkat. Pada saat asutan,

tegangan menginduksi rotor motor secara maksimum (. s = 1). Maka impedansi rotornya

menjadi mrendah, arus rotor banyaknya berkelebihan. Arus rotor yang besar membalik ke stator

karena aksi transformasi. Sebagai akibatnya pada asutan dengan arus besar (4 sampai 10 kali)

arus beban penuh) dalam stator dengan faktor daya rendah *) mengakibatkan nilai torsi asutannya

rendah. Karena durasi/ lamanya hubung-singkat pendek, maka nilai arus besar tidak merusak

motor jika motor berputar secara normal. Meskipun demikian, arus asutan yang besar tersebut

akan membuat saluran tegangan/ jala-jala menjadi drop. Hal tersebut berefek merugikan operasi

peralatan elektrik lain yang berada pada jala-jala yang sama. Oleh karena itu, diharapkan dan

diperlukan untuk mengurangi magnitude arus stator saat asutan dan beberapa metode yang cocok

dapat digunakan untuk keadaan ini.

*)Saat asutan (s = 1), reaktan rotor tinggi dibanding resistannya mengakibatkan p.f asutan

rendah..

3.35 Metoda Pengasutan Motor Induksi 3-fase Metode yang duterapkan dalam pengasutan motor induksi tergantung pada ukuran motor

dan jenis motor. Metode berikut digunakan untuk mengasut motor induksi :

(i) Direct-on-line starting (iv) Star-delta starting

(ii) Stator resistance starting (v) Rotor resistance starting

(iii) Autotransformer starting

Metode (i) sampai (iv) digunakan untuk kedua jenis motor squirrel-cage dan slip-ring.

Walaupun metode ke (v) penggunaannya hanya untuk motor slip-ring, tetapi dalam prakteknya

salah satu dari empat metode digunakan untuk mengasut motor sangkar-tupai (squirrel-cage),

tergantung pada ukuran motor. Tetapi motor slip-ring selalu diasut dengan rotor resistance

starting.

3.36 Metoda Pengasutan Motor Sangkar-Tupai Kecuali direct-on-line starting, semua metode yang lain dalam pengasutan motor

sangkar-tupai menerapkan pengurangan tegangan melalui terminal motor pada saat asutan.

(i) Direct-on-line starting. Metode pengasutan ini hanya menyatakan secara tidak langsung – motor di asut dengan

menyambung langsung ke suplai 3-fase. Impedan motor saat berhenti relatif rendah dan ketika

disambung secara langsung ke sistem suplai, arus asutannya akan menjadi tinggi (4 sampai 10

kali arus beban-penuh) dan faktor dayanya rendah. Sebagai akibatnya, metode pengasutan ini

cocok untuk mesin yang relatif kecil (sampai 7,5 kW).

Hubungan antara pengasutan dan torsi beban-penuh (F.L).

Rotor input = 2 sN T = k T . . . sN dalam r.p.s (lihat bagian 3.27)

Tetapi Rotor Cu loss = s Rotor input

Page 41: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 41

3 ( '2I )

2

2R = s k T

Atau T ( '2I )

2/ s . . . untuk R2 yang sma

Atau T 21I / s ( '

2I 1I )

Jika stI adalah arus asutan, maka torsi asutan stT adalah

stT 2stI ( saat asutan s = 1)

Jika f

I adalah arus beban-penuh dan f

s adalah slip beban-penuh, maka

f

T 2fI /

fs

f

st

T

T=

2

f

st

I

I

fs

Ketika motor diasut secara direct-on-line, arus asutannya adalah arus short-circuit

(blocked-rotor) scI .

f

st

T

T =

2

f

sc

I

I

fs

Marilah kita ilistrasikan hubungan diatas dengan contoh numerik. Andaikata scI = 5f

I

dan slip beban-penuh f

s = 0,04, maka

f

st

T

T =

2

f

sc

I

I

fs =

25

f

f

I

I 0,04 = (5)

2 0,04 = 1

stT = f

T

Catatan bahwa arus asutan besarnya lima kali arus beban penuh tetapi torsi asutannya

hanya sebesar torsi beban penuh saja.

(ii) Stator resistance starting.

Dalam metoda ini, resistan eksternal disambung secara seri dengan setiap fase belitan

stator selama pengasutan. Hal tersebut menyebabkan drop tegangan melalui resistan, sehingga

tegangan yang menuju terminal tereduksi dan selanjutnya arus asutnya juga. Resistan asut secara

gradual/ bertahap dikurangi (cut out in steps) dengan cara menutup MC (Magnetik Contactor)

penghubung-singkat resistan tersebut dari rangkaian stator setelah motor memperoleh putaranya.

Ketika motor mencapai kecepatan rated-nya, semua resistan cut-out dan secara penuh motor

menggunakan tegangan jala-jala.

Page 42: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 42

Gambar 3.36-1

Metoda ini memiliki dua kekurangan :

1. Pengurangan tegangan kerja ke motor selama periode pengasutan *) mengurangi torsi asut dan

menambah waktu akselerasi.

*) Seperti terlihat pada bagian 3.13, sT 2V dimana V adalah tegangan suplai.

2. Banyak daya terbuang dalam resistan asut.

Hubungan antara pengasutan dan torsi beban-penuh (F.L).

Apabila V sebagai tegangan rated/ fase. Jika tegangan terreduksi oleh fraksi x dengan cara

menyisipkan resistan pada jala-jala, maka tegangan terpasang pada motor per fase akan menjadi

x V.

stI = x scI

Sekarang f

st

T

T =

2

f

st

I

I

fs

Atau f

st

T

T = 2x

2

f

sc

I

I

fs

Maka meskipun arus asutan berkurang oleh fraksi x dari rated-voltage arus asut ( scI ),

torsi asut tereduksi oleh fraksi 2x dari yang diperoleh dengan penyaklaran langsung (direct

switching). Pengurangan tegangan terpakai ke motor selama periode asutan menurunkan arus

asutan tetapi kadang-kadang menambah waktu akselerasi karena nilai pereduksi dari torsi asutan

tersebut. Oleh karena itu, metoda ini hanya digunakan untuk pengasutan motor kecil saja.

(iii) Autotransformer starting.

Metoda ini juga dimaksudkan untuk mereduksi suplai pada sambungan (terminal) motor

induksi pada saat asutan dan kemudian menghubungkannya secara langsung ke jala-jala setelah

motor cukup memperoleh kecepatannya. Gambar 3.36-2 memperlihatkan penataan rangkaian

untuk pengasutan dengan transformator. Tap penyadap (tapping) pada autotransformer diatur

Page 43: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 43

sedemikian sehingga rangkaian berada pada 65% sampai 80% tegangan jala-jala yang digunakan

pada motor.

Gambar 3.36-2

Permulaan pengasutan, saklar tukar (change-over switch) diatur pada posisi “start”. Hal tersebut

untuk meletakkan autotransformer pada rangkaian dan akan mereduksi tegangan kerja pada

rangkaian. Sebagai akibatnya, arus asutan dibatasi pada nilai yang aman. Ketika motor kira-kira

mencapai 80% kecepatan normal, saklar tukar dipindah ke posisi “run”. Hal tersebut untuk

melepaskan (takes-out) autotransformer dari rangkaian dan motor secara penuh mengambil

tegangan jala-jala. Pengasutan autotransformer memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

1. rugi-rugi daya kecil

2. arus asutan rendah

3. radiasi panas rendah

Untuk mesin besar (diatas 25 H.P), metoda pengasutan ini sering digunakan. Metoda ini

juga bisa digunakan untuk motor terhubung star dan delta.

Hubungan antara pengasutan dan torsi beban-penuh (F.L).

Anggaplah motor induksi sangkar tupai terhubung-star. Jika V adalah tegangan jala-jala,

maka tegangan melalui fase motor pada sambungan langsung adalah V / 3 dan arus asutan

adalah stI = scI . Dalam kasus autotransformer, jika perbandingan tap sadap transformator K

(sebuah fraksi) digunakan, maka tegangan fase melalui motor adalah KV / 3 dan stI = K scI

Sekarang f

st

T

T =

2

f

st

I

I

fs =

2

f

sc

I

IK

fs = 2K

2

f

sc

I

I

fs

f

st

T

T = 2K

2

f

sc

I

I

fs

Page 44: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 44

Gambar 3.36-3

Arus yang diambil dari suplai atau dengan autotransformer adalah 1I = K 2I = 2K scI .

Catatan bahwa arus motor adalah K kali, arus jala-jala suplai adalah 2K kali dan torsi asut juga 2K kali nilai yang akan terjadi pada direct-on-line starting.

(iv) Pengasutan Star-Delta

Belitan stator dari motor dirancang untuk operasi delta dan dihubungkan star selama

periode pengasutan. Ketika mesin mencapi kecepatannya, sambungannya diganti menjadi delta.

Susunan rangkaian pengasutan star-delta diperlihatkan dalam gambar 3.36-4.

Gambar 3.36-4

Enam ujung sambungan (leads) belitan stator disambungkan ke saklar tukar (change-over

switch) seperti diperlihatkan gambar. Pada saat asutan, saklar tukar diatur pada posisi “start”

yang membuat belitan stator membentuk hubungan star. Maka, setiap fase stator akan

memperoleh V / 3 Volt dari tegangan jala-jala. Keadaan ini dapat mengurangi besarnya arus

asutan. Ketika motor menghasilkan kecepatan, saklar-tukar diganti ke posisi “Run” yang

Page 45: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 45

membuat belitan stator terhubung delta. Sekarang setiap fase stator memperoleh tegangan jala-

jala secara penuh, yaitu V. Kerugian metoda ini adalah :

a. Dengan sambungan-star selama asutan, tegangan fase stator menjadi I / 3 kali tegangan jala-

jala. Sebagai akibatnya, torsi asutan adalah (1/ 3 )2 atau 1/3 kali nilai ketika membentuk

hubungan delta. Hal tersebut mereduksi cukup besar torsi asutan.

b. Pengurangan tegangan adalah tetap.

Metoda pengasutan ini digunakan untuk mesin ukuran menengah (sampai sekitar 25 H.P).

Hubungan antara pengasutan dan torsi beban-penuh (F.L).

Arus asutan / fase, scI = V / scZ dimana V adalah tegangan jala-jala

Arus jala-jala asutan = 3 scI

Pada pengasutan star, diperoleh :

Arus asutan/ fase, stI = scZ

V 3/ =

3

1scI

Sekarang f

st

T

T =

2

f

st

I

I

fs =

2

3

f

sc

I

I

fs

Atau f

st

T

T =

3

12

f

sc

I

I

fs

Dimana scI = arus fase asutan (delta)

f

I = arus fase F.L (delta)

Gambar 8.40

Catatan bahwa pengasutan star-delta, arus jala-jala asutan berkurang sampai *) sepertiga

dibandingkan pengasutan secara delta. Lebih jauh, torsi asutan tereduksi sampai sepertiganya

perolehan torsi ketika menggunakan pengasutan secara delta secara langsung. Metoda ini murah,

Page 46: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 46

tetapi terbatas penggunaannya, yaitu digunakan untuk keadaan yang tidak membutuhkan torsi

asutan tinggi seperti piranti mesin (machine tool), pompa dan sebagainya.

*)

deltapadajalajalaarus

starpadajalajalaarus

=

3

scI 3 scI =

3

scI

scI3

1 =

3

1

Contoh Motor induksi sangkar-tupai 3-fase membutuhkan arus pengasutan 6 kali arus beban-

penuh. Carilah torsi asutan sebagai prosentase torsi beban-penuh jika motor diasut (i) direct-on-

line (ii) menggunakan starter star-delta. Slip beban-penuh motor adalah 0,04.

Jawab :

scI = 6 f

I atau scI /f

I = 6 ; f

s = 0,04

(i) Direct-on-line starting :

f

st

T

T =

2

f

sc

I

I

fs = (6)

2 0,04 = 1,44 = 144 %

Maka, torsi asutannya adalah 144 % dari torsi beban-penuh.

(ii) Star-delta starting :

f

st

T

T =

3

12

f

sc

I

I

fs =

3

1(6)

2 0,04 = 0,48 = 48 %

Maka, torsi asutannya adalah 48 % dari torsi beban-penuh.

Contoh Tentukan secara pendekatan torsi asutan motor induksi dalam keadaan beban-penuh

ketika diasut dengan menggunakan (i) star-delta switch (ii) autotransformer dengan sadapan

(tapping) 50 %. Arus hubung-singkat motor pada tegangan normal lima kali arus beban penuh

dan slip beban-penuh adalah 5 %. Abaikan arus magnetisasinya.

Jawab :

scI = 5 f

I atau scI /f

I = 5 ; f

s = 0,05

(i) star-delta starting :

f

st

T

T =

3

12

f

sc

I

I

fs =

3

1(5)

2 0,05 = 0,42 = 42 %

Maka, torsi asutan 42 % dari torsi beban-penuh

(ii) Autotransformer starting :

f

st

T

T = K

2

2

f

sc

I

I

fs = (0,5)

2 (5)

2 0,05 = 0,31 = 31 %

Maka, torsi asutan 31 % dari torsi beban-penuh

Page 47: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 47

3.37 Pengasutan Motor Slip-Ring Motor slip-ring selalu diasut menggunakan rotor resistance starting. Pada metoda ini,

sebuah rheostat terhubung-variable star dihubungkan pada rangkaian rotor melalui slip-ring dan

tegangan penuh disambungkan pada belitan stator seperti terlihat pada gambar 3.37-1

Gambar 3.37-1

(i) Saat asutan, pemutar (handle) rheostat diatur pada posisi OFF sehingga resistan maksimum

berada pada setiap fase rangkaian stator. Hal tersebut untuk mereduksi arus asutan dan pada

saat yang sama torsi asut bertambah.

(ii) Setelah motor mendapatkan kecepatannya, pemutar rheostat secara berangsur-angsur diputar

searah jarum jam dan keluar dari resistan eksternal untuk setiap fase rangkaian rotor. Ketika

motor mencapai kecepatan normal. Change-over switch berada pada posisi ON dan seluruh

resistan eksternal keluar dari rangkaian rotor.

3.38 Motor Slip-Ring versus Motor Sangkar-Tupai Motor induksi slip-ring mempunyai kelebihan dibanding motor sangkar-tupai antara lain

sebagaiberikut :

(i) Torsi asut tinggi dengan arus asut rendah.

(ii) Percepatan yang mulus (smooth) pada kondisi beban ringan.

(iii) Tanpa panas abnormal selama asutan.

(iv) Karakteristik putaran bagus setelah keluar dari resistan rotor eksternal.

(v) Kecepatan dapat diatur.

Sedangkan kekurangan motor slip-ring adalah :

(i) Biaya inisial dan perawatan lebih tinggi daripada motor sangkar-tupai.

(ii) Regulasi kecepatannya jelek ketika berputar dengan resistan pada rangkaian rotor.

3.39 Rating Motor Induksi Papan nama (nameplate) dari motor induksi 3-fase menyediakan informasi sebagai berikut :

(i) Horsepower (ii) Line voltage (iii) Line current

(iv) Speed (v) Frequency (vi) Temperature rise

Page 48: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 48

Horsepower rating adalah output mekanik dari motor ketika dioperasikan pada rated

lines voltage (tegangan jala-jala tertulis pada nameplate), rated freqency dan rated speed. Dalam

kondisi tersebut, arus jala-jala sesuai ketentuan pada nameplate dan temperature rise tidak keluar

dari spesifikasinya.

Kecepatan yang diberikan pada nameplate adalah kecepatan aktual dari motor induksi

bisa mencapai 1710 r.p.m. Hal tersebut adalah rated kecepatan beban-penuh.

3.40 Motor Sangkar-Tupai Ganda (Double Squirrel-Cage Motor) Salah satu keuntungan motor slip-ring adalah resistan dapat disisipkan dalam rangkaian

rotor untuk mendapatkan torsi asut yang tinggi (pada arus asutan yang rendah) dan kemudian

mematikan rangkaian asut (cut out) untuk memperoleh keadaan putaran yang optimum.

Meskipun demikian, keadaan semacam itu tidak dapat diadopsikan pada motor sangkar tupai

karena sangkarnya terhubung singkat secara permanan. Dalam hal untuk memperoleh torsi asut

yang tinggi pada arus asut rendah, konstruksi double squirrel cage diterapkan.

(i) (ii)

Gambar 3.40-1

Konstruksi. Sesuai namanya, rotor dari motor mempunyai dua belitan sangkar-tupai yang

masing-masing diletakkan di bagian atas seperti terlihat pada gambar 3.40-1.

(i) Belitan luar (outer winding), terdiri dari batang-batang melintang dengan penampang lebih

kecil ukurannya dan terhubung-singkat oleh end-ring. Sehingga resistan pada belitan

tersebut tinggi, maka belitan luar memiliki slot yang relatif terbuka dan lintasan fluksnya

yang lebih sedikit (kecil) berada disekeliling batang. Lihat gambar 3.40 (ii), bagian ini

memiliki induktan yang rendah. Resistan belitan sangkar-tupai bagian luar adalah tinggi

dan induktansinya rendah.

(ii) Belitan dalam (inner winding), terdiri dari batang-batang melintang dengan penampang

lebih besar yang terhubung singkat oleh end-ring, sehingga resistan belitan ini rendah.

Karena batang-batang pada belitan bagian dalam sepenuhnya terpendam dalam besi, maka

memiliki induktan yang tinggi (lihat gambar 3.40 (ii). Sehingga resistan belitan dalam

sangkar-tupai rendah dan induktansinya tinggi.

Cara kerja. Ketika medan putar magnetik menyapu melintasi dua belitan, masing-masing

terinduksi e.m.f yang sama.

(i) Saat asutan, frekuensi rotor sama dengan jala-jala (yaitu 50Hz), membuat reaktan pada

belitan bagian bawah jauh lebih tinggi daripada yang terdapat pada belitan atas. Karena

pada belitan bawah reaktannya tinggi, maka hampir semua arus rotor mengalir dalam

resistan tinggi belitan sangkar bagian luar. Hal ini memberikan karakteristik asutan yang

Page 49: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 49

baik dari resistan-tinggi belitan sangkar. Maka belitan luar memberikan torsi asut yang

tinggi dengan arus asut rendah.

(ii) Ketika motor makin cepat, frekuensi rotor berkurang, dengan demikian akan menurunkan

reaktan belitan bagian dalam, membuat aliran arus rotor total dalam proporsi yang lebih

besar. Pada kecepatan operasi normal motor, frekuensi rotor sangat lambat (2 sampai 3 Hz)

yang hampir semua arus rotor mengalir dalam resistan rendah belitan sangkar bagian

dalam. Hal ini mengakibatkan efisiensi operasi dan regulasi kecepatan menjadi baik.

Gambar 3.40-2 memperlihatkan karakteristik operasi motor double squirell-cage. Torsi

asut motor ini berkisar antara 200 sampai 250 persen torsi beban penuh dengan arus asut 4

sampai 6 kali nilai beban-penuh. Hal tersebut diklasifikasikan sebagai motor torsi-tinggi dengan

arus asut rendah (high-torque, low starting current motor).

Gambar 3.40-2

3.41 Rangkaian Ekuivalen Double Squirrel-Cage Motor Gambar 3.41-1 memperlihatkan bagian dari motor sangkar-tupai ganda. Disini oR dan iR

adalah resistan belitan per fase sangkar luar dan belitan sangkar dalam dimana oX dan iX

berhubungan dengan reaktan per fase saat berhenti. Untuk sangkar luar, resistan sengaja dibuat

tinggi, untuk memperoleh torsi asut tinggi. Untuk belitan sangkar dalam, resistannya rendah dan

reaktan bocornya tinggi, memberikan torsi asut rendah tetapi efisiensi tinggi pada beban.

Catatan, bahwa dalam motor sangkar-tupai ganda, belitan luar menghasilkan asutan tinggi dan

torsi percepatan sedangkan belitan bagian dalam menghasilkan torsi putar dengan efisiensi yang

baik.

Gambar 3.41-2 (i) memperlihatkan rangkaian ekuivalen untuk motor sangkar ganda satu

fase berkenaan dengan stator. Impedansi kedua sangkar secara efektif paralel. Resistan dan

reaktan luar dan dalam rotor berkenaan dengan/ dipandang dari sisi stator. Rangkaian eksitasi

(exciting) dihitung sebagai motor sangkar tunggal. Jika arus magnetisasi ( oI ) diabaikan, maka

rangkaian menjadi sederhana seperti diperlihatkan dalam gambar 3.41-2 (ii).

Page 50: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 50

Gambar 3.41-1

Dari rangkaian ekuivalen, performansi motor dapat diprediksikan.

Impedansi total berkenaan dengan/ mengacu stator adalah :

o1Z = 1R + 1Xj + '

o

'i ZZ /1/1

1

= 1R + 1Xj + '

o

'i

'o

'i

ZZ

ZZ

Contoh Pada saat diam, impedan/ fase ekuivalen dari sangkar dalam dan sangkar luar suatu rotor

sangkar-ganda (double-cage rotor) mengacu stator berturut-turut adalah (0,4 + j 2) .

Hitunglah perbandingan torsi yang dihasilkan oleh kedua sangkar (i) saat diam (ii) pada slip 5 %.

Jawab :

(i) Pada saat diam (s =1)

Impedan sangkar dalam, '

iZ = 22 )2()4,0( = 2,04

Impedan sangkar luar, oZ = 22 )4,0()2( = 2,04

Daya masukan ke sangkar luar, oP = 2

oI '

oR = 2 2

oI

Daya masukan ke sangkar dalam, iP = 2

iI '

iR = 0,4 2

iI

)(dalamsangkarTorsi

)(luarsangkarTorsi

i

o

T

T =

i

o

P

P =

2

2

4,0

2

i

o

I

I = 5

2

i

o

I

I

= 5

2

'

'

o

i

Z

Z= 5

2

04,2

04,2

= 5

i

o

T

T = 5

Catatan,

bahwa pada saat asutan, torsi sangkar luar adalah 5 kali yang terjadi pada sangkar dalam.

Page 51: MESIN ASINKRON 1 a.pdf (2853Kb)

Bahan kuliah Mesin Elektrik 2 (Asinkron) (diterjemahkan oleh: Kunto. W -2006) 51

(i) (ii)

Gambar 3.41-3

(ii) Ketika slip s = 0,05

'

oZ = 22 )4,0()05,0/2( = 40

'

iZ = 22 )2()05,0/4,0( = 8,25

i

o

I

I =

40

25,8 = 0,206

oP = s

RI oo'2

= 05,0

22 oI = 40 2

oI ;

iP =s

RI ii'2

= 05,0

4,02 iI = 8 2

iI

i

o

T

T =

i

o

P

P =

2

2

8

40

i

o

I

I = 5

2

i

o

I

I= 5 (0,206)

2 = 0,21

Catatan, bahwa selama keadaan berputar, sangkar bagian dalam menghasilkan torsi yang

lebih besar. Gambar 3.41-3 (ii) memperlihatkan karakteristik torsi-kecepatan dari sangkar

individual dan gabungan karakteristik torsi-kecepatan.

Terjemahan dari buku:

V.K. Mehta, Rohit Mehta “Principles of Electrical machines”, 2002.