merokok

72
Proposal KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK TERMINAL DI RSUD PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun Oleh : Nama : Suratmi S. Haji

description

good

Transcript of merokok

Page 1: merokok

Proposal

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KUALITAS HIDUP

PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK TERMINAL DI RSUD PKU

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana

kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

Nama : Suratmi S. Haji

NIM : 20060310150

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2010

Page 2: merokok

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang bersifat

progresif dan lambat, dan biasanya berlangsung selama beberapa tahun, ginjal

mempunyai kehilangan kemampuan untuk mempertahankan volume dan

komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal (price and

Wilson, 2005). Gagal Ginjal Kronik terminal atau end stage renal disease (ESRD)

(GGKT) merupakan masalah kesehatan dunia dengan terjadi peningkatan

insidensi, prevalensi serta tingkat morbiditas. Penyakit gagal ginjal kronik

terminal memerlukan perawatan dengan biaya perawatan yang mahal dan

"outcome" yang buruk karena penderita GGKT menjalani hemodialisis (Go et al.,

2004).

Insidensi gagal ginjal kronik di Indonesia diduga sebesar 100-150 tiap 1

juta penduduk per tahun. Jika dibandingkan dengan penyakit jantung koroner,

stroke, diabetes mellitus dan kanker, angka GGKT di Indonesia ini jauh lebih

kecil, akan tetapi menimbulkan masalah besar oleh karena biaya pengobatannya

mahal dan berjangka lama. Pada tahun 2000 terdapat sebanyak 2.617 pasien

dengan hemodialisis dengan beban biaya yang ditanggung oleh Askes sebesar Rp

32,4 milyar dan pada tahun 2004 menjadi 6.314 kasus dengan biaya Rp 67,2

milyar(Bakri, 2005).

1

1

Page 3: merokok

Penderita gagal ginjal kronik terminal (ESRD) membutuhkan 8-12x

hemodialisis per bulan dengan biaya rata-rata Rp 600.000/hemodialisis untuk

menggantikan fungsi ginjal yang sudah rusak permanen (Bakri, 2005). Setiap

hemodialisis penderita harus meluangkan waktu 3 jam untuk proses hemodialisis

dan sering diikuti dengan rasa sakit dan beban psikis karena tergantung pada

bantuan orang lain. Kurangnya dukungan keluarga dan lembaga pelayanan

kesehatan menjadi beban tersendiri bagi penderita GGKT. Penderita GGKT

biasanya memiliki kualitas hidup lebih rendah (Cohen et al., 2007; Scot et al.,

2007; Wu et al., 2004).

Kualitas hidup merupakan konsep mengenai karakter fisik maupun

psikologis dalam konteks sosial. Definisi kualitas hidup menurut WHO adalah

“the individual’s perception of their life status concerning the context of culture

and value system inwhich they live and their goals, expectations, standards,and

concerns” (Nelson & Lotfy, 1999). Untuk mengukur kualitas hidup telah

dikembangkan berbagai kuesioner diantaranya dengan menggunakan kuesioner

dari WHO. Pengukuran HRQOL bersifat multidimensi yang meliputi antara lain

fungsi fisik, sosial dan fungsi peran , mental health dan persepsi kesehatan secara

umum (Albert et al., 2004, Bayliss et al., 2005). Tingkat mortalitas dan morbiditas

penderita GGKT semakin meningkat dengan disertai penurunan kualitas hidup.

Tingkat morbiditas dan mortalitas serta penurunan kualitas hidup penderita

GGKT semakin besar dengan adanya faktor-faktor pemberat baik berupa

komorbiditas (kardiovaskuler, DM maupun infeksi hepatitis), faktor keluarga dan

status sosial ekonomi, kualitas pelayanan dan gaya hidup (merokok).

2

Page 4: merokok

Merokok adalah kegiatan menghisap atau mengulum (nginang, Jawa)

tembakau atau bahan berbasis tembakau. Kebiasaan merokok tidak saja menjadi

faktor risiko terjadinya GGKT tetapi juga merupakan faktor pemberat dan

pemperjelek prognosis serta menurunkan kualitas hidup penderita (Baggio et al.,

2002; Orth et al., 2000; Ejerblad et al., 2004). Tetapi sampai sejauh ini belum

dilakukan penelitian tentang hubungan perilaku merokok dengan kualitas hidup

penderita gagal ginjal kronik terminal di RSUD PKU Muhammadiyah

Yogyakarta, sehingga penelitian ini sangat penting untuk dikerjakan.

Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah salah satu

rumah sakit rujukan di Yogjakarta untuk perawatan penderita gagal ginjal dan

membuka pelayanan hemodialisis. Penelitian tentang hubungan perilaku merokok

dengan kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik terminal yang dirawat di

RSUD PKU Muhammadiyah Yogyakarta belum pernah dilakukan.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penelitian tentang hubungan

perilaku merokok dengan kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik terminal

yang melakukan program hemodialisis di unit hemodialisis RSUD PKU

Muhammadiyah Yogyakarta perlu untuk dilakukan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan:

Bagaimana hubungan perilaku merokok dengan kualitas hidup penderita

gagal ginjal kronik terminal di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

3

Page 5: merokok

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan

penelitian ini adalah:

Mengetahui hubungan perilaku merokok dengan kualitas hidup penderita

gagal ginjal kronik terminal di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini akan memberikan kemanfaatan antara lain:

1. Secara saintifik hasil penelitian ini akan menambah informasi dan ilmu

pengetahuan tentang hubungan perilaku merokok denga kualitas hidup

penderita gagal ginjal kronik di daerah Yogyakarta yang sampai saat ini

masih kurang.

2. Secara praktis hasil penelitian ini akan memberikan informasi untuk para

klinisi yang melaksanakan pelayanan perawatan penderita gagal ginjal di

RSUD PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan para pimpinan atau

pengambil kebijakan tentang upaya peningkatan kualitas hidup penderita

gagal ginjal kronik dan pengelolaan penderita gagal ginjal kronik.

E.KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian tentang gagal ginjal kronik sebelumnya sudah pernah dilakukan,

tetapi mempunyai variabel yang berbeda yaitu seperti penelitian yang dilakukan

oleh (Peterson,1995) meneliti tentang metode perawatan yang umum untuk

penderita gagal ginjal yaitu dengan cara hemodialisis. Pada tahun 1995, pearce

melaporkan tentang penderita yang didiagnosa mengalami gagal ginjal terminal

4

Page 6: merokok

yang tidak menjalani transplantasi ginjal maka seumur hidupnya dia akan

tergantung pada dialisa untuk menggantikan fungsi ginjalnya.

Pada tahun 2007, Cohen et al melaporkan tentang penderita gagal ginjal

kronik terminal biasanya memiliki kualitas hidup lebih rendah karena kurangnya

dukungan keluarga dan lembaga pelayanan kesehatan sehingga menjadi beban

tersendiri bagi penderita GGKT. Dari sepengetahuan penulis, penelitian tentang

hubungan perilaku merokok dengan kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik

terminal yang menjalani program hemodialisis di RSU PKU Muhammadiyah

Yogyakarta belum pernah dilakukan. Bahkan penelitian serupa di rumah-sakit

yang lain di Yogyakarta juga belum pernah dilakukan.

Pada tahun 2008, Tarkhem meneliti tentang The Effeectiveness of

Intradialytic Exercise Prescription on Quality of Life in Patients Whith Crhronic

Kidney Disease, yang menggunakan metode kriteria inklusi spesifik menyatakan

fungsi ginjal yang mana akan membantu pasien untuk menjalankan hidupnya,

tetapi pelayanan yang baik juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien gagal ginjal kronik. Pada tahun 2007, Cohen et al meneliti tentang Pain,

Sleep Disturbance, and Quality of Life in Patients with Crhonic Kidney Disease,

menyatakan bahwa prevalensi nyeri, gangguan tidur, dan status psikologis yang

abnormal pada pasien dengan gagal ginjal kronik kemungkinan sama dengan

pasien yang menderita penyakit kronik lainnya.

5

Page 7: merokok

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Definisi Gagal Ginjal kronik terminal (end stage renal disease).

Gagal ginjal adalah penyakit yang ditandai dengan adanya penurunan

fungsi ginjal. Penyakit gagal ginjal dibedakan menjadi gagal ginjal akut dan gagal

ginjal kronik. Penyakit gagal ginjal akut biasanya terjadi oleh karena adanya

hipoksia pra renal yang berakhir pada iskemia jaringan ginjal sehingga

menyebabkan kerusakan pada sel-sel tubulus ginjal dan menghambat atau

mengganggu fungsi penyaringan oleh glomerulus atau glomerulus filtration rate

(GFR) menurun yang bersifat sementara atau reversible (Levey et al., 2003).

Berbeda dengan gagal ginjal akut, pada gagal ginjal kronik kerusakan

struktur ginjal atau penurunan GFR bersifat irreversibel. Pengertian gagal ginjal

kronik adalah abnormalitas struktur dan fungsi ginjal selama lebih dari 3 bulan

dengan manifestasi sbb (1). Kerusakan ginjal dengan atau tanpa penurunan GFR

yang dapat diketahui dari adanya gambaran kelainan histopatologis atau adanya

marker kerusakan ginjal, termasuk didalamnya adalah adanya abnormalitas

susunan darah atau susunan urin pada test mikroskopis dan (2). GFR<60

ml/min/1.73 m2,dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Levey et al., 2003, Stevens

et al., 2006).

6

6

Page 8: merokok

2. Patogenesis dan manifestasi klinik gagal ginjal kronik terminal

Pada keadaan dimana terjadi gangguan fungsi filtrasi dari ginjal biasanya

diikuti dengan kenaikan kadar kreatinin dan ureum darah. Sehingga manifestasi

klinik gagal ginjal kronik biasanya adalah merupakan manifestasi dari adanya

kerusakan struktur ginjal atau gangguan fungsi filtrasi ginjal, antara lain adanya

keluhan penurunan jumlah kencing yang dikeluarkan, kencing berwarna lebih tua,

adanya darah pada kencing, peningkatan ureum atau kretinin serta anemia yang

kadang-kadang membutuhkan hemodialisis. Penyakit gagal ginjal kronik yang

membutuhkan tindakan hemodialisis rutin atau transplantasi organ ginjal disebut

dengan penyakit gagal ginjal terminal atau end stage renal disease (ESRD).

Kriteria diagnosis gagal ginjal terminal adalah penurunan fungsi filtrasi

glomerulus yang dinyatakan dengan kliren kreatinin <5 ml/menit dan kadar

kreatinin serum lebih dari atau sama dengan 10 mg/dL(Mitch et al., 1990).

Perjalanan alamiah penyakit gagal ginjal dan strategi penanganannya serta

komplikasinya tampak pada gambar 1.

Gambar 1. Perjalanan alamiah penyakit gagal ginjal dan strategi penanganannya

serta komplikasinya (Levey et al., 2003)

7

Page 9: merokok

Terjadinya gagal ginjal progresif adalah diakibatkan oleh 3 hal yaitu

glomerulosklerosis, fibrosis tubulointerstisial dan sklerosis vaskular. Semua

bentuk gagal ginjal kronik berhubungan dengan kerusakan tubulointerstisial yang

nyata. Penyakit tubulointerstisial dapat menyebabkan atropi tubulus dan atau

obstruksi, bahkan mengakibatkan kehilangan nefron (Remuzi & Bertani, 1998).

3. Epidemiologi gagal ginjal kronik terminal (End stage Renal Diseases)

Gagal ginjal kronik merupakan penyakit kronik yang menjadi salah satu

permasalahan utama kesehatan di masyarakat (Schoolwerth et al., 2006).

Penyakit gagal ginjal kronik telah mengalami epidemik, senantiasa terjadi

penambahan kasus baru yang semakin meningkat dari tahun ketahun sementara

kasus lama masih dalam perawatan dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang

besar. Gambaran kecenderungan peningkatan insidensi dan prevalensi gagal ginjal

kronik dan gagal ginjal terminal (ESRD) di Amerika tampak pada gambar 3.

Gambar 3. Kecenderungan peningkatan prevalensi dan insidensi gagal ginjal

kronik dan ESRD di Amerika (Gilberston et al., 2005).

8

Page 10: merokok

Di Amerika terjadi kenaikan tajam penderita gagal ginjal kronik dan gagal

ginjal terminal, kasus baru gagal ginjal terminal pada tahun 1978 kurang lebih

sebesar 14.500 sedangkan pada tahun 2002 naik menjadi 100.359 (Schoolwerth et

al., 2006). Kasus baru ESDR pada tahun 2004 di Amerika serikat sebesar

104.000, naik 1,5% dari tahun 2003 sedangkan penderita yang mendapatkan

dialisis sebanyak 336.000 atau naik sebesar 3-4 % dari tahun 2003. Pada tahun

2004 di Amerika serikat prevalensi penderita yang mendapatkan transplantasi

ginjal sebanyak lebih dari 136.000 atau naik 5-9 % dari tahun 2003. Pada tahun

2006 jumlah penderita gagal ginjal kronik di Amerika adalah sebanyak 19,2 juta

atau 11% dari populasi dewasa sedangkan yang mengalami gagal ginjal terminal

adalah sebesar 0,22% populasi (Schoolwerth et al., 2006).

Rata-rata umur insidensi penderita ESRD di Amerika adalah 64,6 tahun.

Pada warga kulit hitam angka kejadian ESRD oleh karena diabetika mulai

meningkat pada kelompok umur 30-39 tahun, sedangkan pada warga kulit putih

besarnya angka kejadian ESRD adalah sama pada semua kelompok umur. Di

Amerika angka kejadian ESRD pada kaum laki-laki lebih tinggi dibandingkan

pada wanita (Schoolwerth et al., 2006). Gambaran besarnya prevalensi pada

berbagai gangguan fungsi ginjal berdasarkan nilai GFR di Amerika tampak pada

tabel 1.

9

Page 11: merokok

Tabel 1. Tahap kerusakan ginjal dan hubungannya dengan GFR dan prevalensinya

di masyarakat Amerika (Levey et al,2003)

Tahap GambaranGFR (ml/min/1.73

m2)

Prevalensi*

N (1000s) %

1Kerusakan ginjal

dengan GFR³ 90 5,900 3.3

2Kerusakan ginjal

dengan sedikit ¯ GFR60-89 5,300 3.0

3 ¯ GFR moderat 30-59 7,600 4.3

4 ¯ GFR berat 15-29 400 0.2

5 Gagal ginjal < 15 atau Dialysis 300 0.1

Gagal ginjal kronik terminal dapat mengakibatkan prematuritas dalam

kesakitan dan kematian serta penurunan kualitas hidup serta mahal dalam

perawatannya. Angka kematian akibat gagal ginjal kronik terminal di Amerika

serikat mencapai 71.000 pada tahun 2000 dan diperkirakan akan meningkat

mencapai 352.000 pada tahun 2030 (Schoolwerth et al., 2006).

Insidensi gagal ginjal kronik terminal di Taiwan adalah tinggi. Telah

terjadi kenaikan tajam insidensi chronic kidney disease (CKD) di Taiwan dari

10

Page 12: merokok

1,99 % pada tahun 1996 menjadi 9,83 % pada tahun 2003. Angka insidensi CKD

di Taiwan tahun 2003 adalah sebesar 135 tiap 10.000 orang per tahun. Faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian CKD di Taiwan adalah umur

(OR=13,95 untuk di atas 75 tahun dibandingkan 20 tahun), diabetes melitus,

hipertensi, hiperlipidemi dan jenis kelamin wanita (Kuo et al., 2007).

Di Jepang telah terjadi kenaikan tiga kali lipat pengguna renal replacement

therapy (RRT) antara 1983-2000, sehingga jumlah pengguna RRT pada tahun

2000 mencapai lebih dari 31.000 orang (Wakai et al., 2004). Di Jepang kejadian

ESRD pada kelompok laki-laki lebih besar dibandingkan pada kelompok wanita.

Insidensi ESRD di Jepang tertinggi terjadi pada kelompok umur 80-84 tahun yaitu

sebesar 1432 tiap 1 juta penduduk untuk laki-laki dan 711 tiap 1 juta penduduk

untuk wanita (Wakai et al., 2004).

Penelitian epidemiologi multi negara oleh The ESRD incidense Study

Group menunjukkan bahwa insiden ESRD di negara-negara Asia dan negara

berkembang lainnya adalah lebih tinggi dibandingkan negara di Eropa, meskipun

lebih rendah dibandingkan dengan insidensi ESRD di Australia dan New Zealand.

Gambaran Age-and sex standardized incidense rates (ASR) ESDR di Malaysia

pada berbagai kelompok yaitu kelompok umur 0 -14 tahun adalah 96 tiap 1 juta

penduduk, 15-29 tahun adalah 26 tiap 1 juta penduduk, 30-44 tahun adalah 77

tiap 1 juta penduduk dan 45-64 tahun adalah 306 tiap 1 juta penduduk (The ESRD

Incidense Study Group, 2006).

Sebagaimana di negara-negara berkembang lainnya, insidensi dan

prevalensi gagal ginjal kronik terminal di Indonesia juga belum diketahui dengan

11

Page 13: merokok

pasti. Besarnya insidensi gagal ginjal kronik terminal di Indonesia diperkirakan

sebesar 100-150 orang tiap 1 juta penduduk pertahun. Besarnya prevalensi gagal

ginjal kronik terminal di Indonesia diperkirkan sebesar 200 – 250 orang tiap 1 juta

penduduk pertahun (Bakri, 2005). Besarnya insidensi dan prevalensi gagal ginjal

kronik dan ESRD di Yogjakarta juga belum diketahui.

4. Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian gagal ginjal kronik. Dari

hasil penelitian, faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan kejadian dan

progresifitas penyakit gagal ginjal kronik antara lain umur, jenis kelamin, etnik,

berat lahir rendah, berat badan, status sosial ekonomi, merokok, tekanan darah,

kholesterol darah, alkohol dan obat terlarang lainnya, obat analgetika & NSAID,

dan diabetes (Agarwal et al., 2005; Kasiske & Klinger, 2000; Mc Clelan &

Flanders, 2003; Haroun et al., 2003; Schwartz et al., 1999; Sietsma et al., 2000).

Sedangkan yang menjadi penanda utama penyakit gagal ginjal adalah CRP, pro-

BNP , Hemoglobin, GFR dan albuminuria (Mcclelan & Flanders., 2003).

Berdasarkan sifat dapat atau tidaknya faktor-faktor tersebut untuk diubah,

faktor risiko gagal ginjal kronik dibagi menjadi tiga yaitu faktor risiko yang tidak

dapat diubah atau diobati, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang

dapat diobati. Diduga termasuk faktor risiko gagal ginjal kronik yang dapat

diubah melalui pendidikan antara lain merokok, berat bayi lahir rendah, minum

alkohol dan penggunaan obat-obatan terlarang lainnya, perilaku hidup tak sehat,

paparan zat-zat toksik dan penyalah gunaan obat-obatan analgetik (Fored, 2003).

12

Page 14: merokok

Termasuk dalam faktor risiko gagal ginjal kronik yang dapat diobati adalah

tekanan darah tinggi, kencing manis, dislipidemia dan proteinuria (Chen et al.,

2004; Retnakaran et al., 2006) sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah

dan diobati adalah jenis kelamin, ras atau etnik dan umur (Fored, 2003).

Akhir-akhir ini mulai terjadi kecenderungan baru penyakit gagal ginjal yaitu

banyak anak muda usia mulai dijangkiti gagal ginjal kronik. Penyakit gagal ginjal

yang dulunya banyak dialami oleh orang-orang yang lebih tua atau di atas 40

tahun saat ini banyak dialami oleh orang yang berumur kurang dari 40 tahun

bahkan anak-anak yang berumur belasan tahun. Sejak tahun 2005, kurang lebih 25

persen dari penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis di RS PKU

berusia kurang dari 40 tahun.

5. Merokok dan gagal ginjal.

Merokok pada akhir-akhir ini diketahui sebagai faktor risiko dari berbagai

penyakit antara lain kanker paru, gangguan kardiovaskuler dan gagal ginjal (Orth,

2002). Merokok adalah kegiatan menghisap atau mengulum (nginang, Jawa)

tembakau atau bahan berbasis tembakau. Menurut WHO yang disebut dengan

perokok sekarang adalah mereka yang merokok tiap hari selama 6 bulan selama

hidupnya dan masih merokok pada saat survey dilakukan. Prevalensi merokok di

Indonosia untuk penduduk usia di atas 15 tahun pada tahun 2001 adalah 31,5 %.

Pada tahun 2001 prevalensi merokok di daerah pedesaan Indonesia ternyata lebih

tinggi dibandingkan prevalensi merokok di daerah pedesaan (34% v.s. 28%)

(Depkes, 2004).

13

Page 15: merokok

Secara nasional, konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2002 adalah

berjumlah 182 milyar batang dan menepati urutan ke-5 terbesar pemakai rokok

dunia, yaitu dibawah Cina, Amerika serikat, Rusia dan Jepang. Selama tahun

1995-2001 telah terjadi peningkatan prevalensi merokok pada semua kelompok

umur, kecuali pada laki-laki usia lebih dari 65 tahun. Pada tahun 2001

peningkatan tertinggi prevalensi merokok terjadi pada kelompok umur 15-19

tahun dari 13,7 % pada tahun 1995 menjadi 24,2 % pada tahun 2001 atau naik 77

%. Pada tahun 2001 prevalensi merokok pada kelompok umur 25-29 tahun sampai

50-54 tahun adalah tertinggi yaitu sebesar 70 % (Depkes, 2004).

Penelitian pada hampir 8.000 orang, baik perokok ringan maupun berat,

didapatkan hasil bahwa para perokok cenderung lebih memiliki albuminuria

daripada yang tidak merokok. Albuminuria adalah suatu protein yang terdapat

dalam urin yang menunjukkan fungsi ginjal yang buruk atau ginjal mengalami

kerusakan, baik pada penderita diabetes maupun penderita non diabetik

(Retnakaran et al., 2006;Sietsma et al., 2000). Mereka yang merokok relatif

ringan yaitu satu pak rokok atau kurang per hari mempunyai peluang dua kali

lebih besar memiliki albuminuria jika dibandingkan dengan yang tidak merokok.

Sedangkan pada perokok berat dimana menghabiskan lebih dari satu pak rokok

sehari mempunyai peluang dua kali lebih besar untuk memiliki masalah tersebut

(Ejerblad et al., 2004). Di negara – negara maju merokok sudah teridentifikasi

sebagai salah satu penyebab kematian pada anak muda usia. Pada penderita DM,

tipe I atau tipe II, merokok merupakan faktor risiko independent terhadap

kejadian nefropati dan meningkatkan laju kerusakan ginjal (Baggio et al., 2002;

14

Page 16: merokok

Orth et al., 2000; Ejerblad et al., 2004). Tetapi penelitian di tempat yang berbeda

memberikan hasil yang berbeda dan gagal untuk menemukan adanya kaitan

antara kejadian gagal ginjal dengan kebiasaan merokok (Ejerblad et al., 2004).

Merokok meningkatkan risiko untuk mengalami albuminuria (RR=2,8) dan

meningkatkan progresifitas dari albuminuria menuju nefropati serta pada akhirnya

menyebabkan penurunan GFR. Pada penelitian cross sectional yang melibatkan

7476 sampel non diabetik menunjukkan bahwa rerata ekskresi albumin pada

kelompok perokok lebih tinggi dari pada yang bukan perokok, meningkatkan

risiko mengalami mikroalbuminuria dan penurunan GFR. Perokok dengan jumlah

lebih dari 20 batang/hari akan memiliki risiko gangguan fungsi ginjal yang lebih

tinggi dibandingkan yang jumlah rokoknya kurang dari 20 batang/hari (Sietsma,

2000). Merokok juga menurunkan kemampuan membersihkan kliren kreatinin

endogen baik pada pasien dengan DM, DM tipe I maupun DM tipe II, maupun

pasien tanpa DM (Baggio et al., 2002; Orth et al., 2000).

Efek merokok pada fase akut yaitu meningkatkan pacuan simpatis yang

akan berakibat pada peningkatan tekanan darah, takikardia dan penumpukan

katekolamin dalam sirkulasi. Pada fase akut beberapa pembuluh darah juga sering

mengalami vasokontriksi misalnya pada pembuluh darah koroner, sehingga pada

perokok akut sering diikuti dengan peningkatan tahanan pembuluh darah ginjal

sehingga terjadi penurunan laju filtasi glomerulus dan fraksi filtrasi (Grassi et al.,

1994; Orth et al., 2000). Pada perokok kronik terjadi penurunan aliran darah

ginjal, tetapi tidak menurunkan GFR, karena terjadi peningkatan kadar endotelin

plasma. Pada perokok kronik akan terjadi peningkatan metabolisme prostaglandin,

15

Page 17: merokok

sehingga terjadi peningkatan tromboksan dan isoprostan, peningkatan kadar NO,

peningkatan agregasi trombosit, peningkatan PMN dan monosit juga mengalami

albuminuria. Pada perokok kronik terjadi toleransi terhadap nikotin sehingga

kadar NO tetap tinggi dan effective renal plasma flow (ERPF) tetap normal (Orth

et al., 2000). Para dokter tidak henti-hentinya melakukan penelitian tentang

ketidakbaikan rokok bagi kesehatan, meski tidak dihiraukan oleh pecandu rokok.

Salah satunya adalah publikasi jurnal kedokteran belanda yang mengumumkan

hasil penelitian tentang bahaya rokok bagi ginjal. Departemen of Healt and

Human Services, USA (1989) menyatakan bahwa setiap batang rokok terdapat

kurang lebih 4000 unsur kimia, diantaranya tar, nikotin, gas CO, N2, amonia dan

asetaldehida serta unsur-unsur karsinogen. Nikotin, penyebab ketagihan merokok

akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian tubuh lainnya bekerja tidak

normal. Nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan

tekanan darah, denyut nadi, dan tekanan kontraksi otot jantung. Selain itu,

meningkatkan kebutuhan oksigen jantung dan dapat menyababkan gangguan

irama jantung (aritmia) serta berbagai kerusakan lainnya (Wijayakusuma, 2003).

 Hasil penelitian yang dipublikasikan Annalise of internal medicine itu

menunjukkan merokok menjadi penyebab bahaya potensi gagal fungsi ginjal pada

orang sehat. Para peneliti dari belanda tersebut meneliti urin dan contoh darah

lebih dari 7000 orang dengan usia antara 28-75 tahun. Partisipan dipisah dalam 3

grup: bukan perokok, pecandu rokok, dan mantan perokok (diartikan sudah tidak

merokok paling tidak setahun).

Para pecandu rokok dan mantan perokok ternyata memiliki respon tubuh

16

Page 18: merokok

lebih lambat dalam proses pembuangan zat tidak berguna dari tubuh seperti

creatinine. Kadar albumin yang tinggi dalam urine dan kelambatan pembuangan

creatinine dari tubuh adalah indikasi awal dari ketidaknormalan fungsi ginjal, tapi

banyak orang tidak mengetahui bahwa mereka mengalami problem ginjal karena

sampai tahap ini belum menimbulkan indikasi yang nyata. Hasil penelitian

sekarang ini yang ditonjolkan adalah merokok berakibat buruk pada ginjal bahkan

jika anda dalam kondisi sehat sekalipun. Para peneliti menyimpulkan racun dalam

asap rokok menjadi penyebab. Penelitian yang dipimpin Sara-joan Pinto

Sietsman, MD ternyata mendapat dukungan dari koleganya di University hospital

Groningen dan Groningen University Institute for drug exploration di Groningen,

belanda. Para peneliti mengkonsentrasikan perhatian bahwa ketika mereka

menemukan hubungan antara merokok dengan perubahan fungsi ginjal, hasil

penelitian sementara partisipan tidak langsung mengidap penyakit ginjal. Masih

memerlukan waktu lama lagi untuk menyimpulkan periode waktu bagi perokok

untuk sampai pada tahap gagal ginjal.

Anggota national kidney foundation’s komite edukasi publik seperti

dikutip webmd menyatakan Butuh waktu setahun bagi seorang pecandu yang

telah berhenti merokok sampai kadar albuminnya turun ke kondisi normal. Karena

jika kadar albumin tetap tinggi, situasi serius yang disebut mikroalbuminuria akan

timbul sampai pada prediksi bahwa pada akhirnya akan merusak ginjal secara

total.

6. Quality Of Life atau Kualitas Hidup

17

Page 19: merokok

Kualitas hidup pasien seharusnya menjadi perhatian penting bagi para

professional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu

tindakan/intervensi atau terapi. Disamping itu, data tentang kualitas hidup juga

dapat merupakan data awal untuk pertimbangan merumuskan intervensi/tindakan

yang tepat bagi pasien.

Kualitas hidup adalah persepsi seseorang tentang posisinya dalam hidup

dalam kaitannya dengan budaya dan sistem tata nilai di mana ia tinggal dalam

hungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan hal-hal menarik lainnya. WHO

mendefinisikan kualitas hidup sebagai “the individual’s perception of their life

status concerning the context of culture and value system inwhich they live and

their goals, expectations, standards,and concerns”. (Nelson & Lotfy, 1999).

Penderita GGKT yang menjalani hemodialisis sering diikuti dengan penurunan

kualitas hidup (Scot et al., 2007). Dari penelitian sebelumnya beberapa faktor

yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien antara lain adanya rasa nyeri dan

ketidaknyamanan yang diakibatkan dari sakit yang diderita atau tindakan atau

prosedur pengobatan terkait sakit yang diderita, gangguan tidur, kualitas

pelayanan dan perawatan, penyakit penyerta, status sosial ekonomi dan dukungan

keluarga (Cohen et al., 2007, Joan et al., 2004. Scot et al., 2007).

Saat ini “health-related quality of life (HRQOL)” atau kualitas hidup yang

berhubungan dengan kesehatan telah menjadi salah satu ukuran dari keberhasilan

pelayanan kesehatan. Pengukuran HRQOL bersifat multidimensi yang meliputi

antara lain fungsi fisik, sosial dan fungsi peran , mental health dan persepsi

kesehatan secara umum (Albert et al., 2004, Bayliss et al., 2005). Pengukuran

18

Page 20: merokok

kualitas hidup dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner kualitas hidup

dari WHO.

Perawatan atau konseling paliatif adalah bentuk perawatan yang bertujuan

untuk berusaha meningkatkan kualitas hidup pasien saat menghadapi penyakitnya.

Perawatan paliatif berfokus untuk meredakan gejala-gejala seperti rasa sakit dan

kondisi seperti kesepian, yang dapat menyebabkan depresi dan mengganggu

pasien untuk dapat menjalani hidup. Pengobatan ini juga berusaha memastikan

bahwa keluarga dapat tetap berfungsi normal dan utuh serta memberikan

dukungan kepada pasien. Adapun bentuk-bentuk perawatan paliatif yang dapat

diterapkan kepada pasien antara lain sebagai berikut:

1. Mengurangi rasa sakit dan gejala tidak nyaman lainnya. Hal ini

dilakukan dengan berkonsultasi dengan dokter terkait.

2. Memberikan psikoedukasi mengenai arti kehidupan dan memandang

kematian sebagai suatu proses yang normal.

3. Melakukan terapi kelompok dengan sesama penderita gagal ginjal.

Tujuannya antara lain agar peserta terapi, termasuk pasien, dapat saling

memberi dukungan, berbagi pengalaman, dan mendapat informasi

seputar penyakit gagal ginjal dari sesama anggota kelompok

4. Meningkatkan kualitas hidup dan memberikan pengaruh positif selama

sakit, antara lain dengan mendorong pasien agar tetap aktif dalam

berkegiatan (seperti olahraga dan bekerja) dan membuat perencanaan

terperinci mengenai rencana masa depan, termasuk bidang pekerjaan

yang akan didalami

19

Page 21: merokok

5. Memberikan psikoedukasi kepada keluarga pasien mengenai

pentingnya dukungan keluarga bagi pasien dalam menghadapi

penyakitnya.

B. Landasan Teori

Gagal Ginjal Kronik dalah keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal

secara progresif, terdiri dari gagal ginjal kronik ringan,sedang, berat sampai gagal

ginjal tahap akhir atau gagal ginjal terminal. Berbeda dengan gagal ginjal akut,

pada gagal ginjal kronik kerusakan struktur ginjal atau penurunan GFR bersifat

irreversibel. Sebagian pasien membutuhkan 12-15 jam hemodialisia yang terbagi

dalam dua atau tiga sesi dimana setiap sesi berlangsung antara 3-6 jam (Tierney,

1993). Kegiatan ini akan berlangsung selama hidupnya.

Kualitas hidup merupakan konsep mengenai karakter fisik maupun

psikologis dalam konteks sosial. Kesakitan, gangguan tidur, dapat mempengaruhi

kualitas hidup bagi pasien gagal ginjal kronik. Sekitar 69% yang menderita gagal

ginjal kronik mempunyai pengalaman kesakitan dan 55,2% mengalami gangguan

tidur (Scott D. Cohen, 2007)

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

20

Faktor Penyakit Cormobid Hepatitis

Kualitas hidup Gagal Ginjal Kronik Terminal

Perilaku Merokok

GAGAL GINJAL KRONIK TERMINAL

Faktor MerokokPenyakit

Faktor Obat-obatan

Faktor Makanan

Faktor Penyakit Cormobid DM, Hepatiti, PJK

Page 22: merokok

Gambar 5. Kerangka konsep penelitian tentang hubungan perilaku merokok

dengan kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik terminal di RSUD

PKUMuhammadiyah Yogyakarta.

D. Hipotesis

Terdapat hubungan perilaku merokok dengan kualitas hidup penderita

gagal ginjal kronik terminal di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

21

Page 23: merokok

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

rancangan cross sectional.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. RSU

PKU Muhammadiyah merupakan salah satu dari 4 rumah sakit di DIY yang

mempunyai pusat hemodialisis. Rencana kegiatan penelitian tampak pada table 2

Tahapan Kegiatan Rencana waktu

(bulan ke)

1 2 3

Persiapan 1. Pengurusan ijin, penetapan

protokoler & prosedur kerja

2. Pengadaan bahan dan alat

3. Pengumpulan data sekunder

Pelaksanaa

n

1. Pengumpulan data primer di

rumah sakit dengan wawancara

2. Pengumpulan data

observasional

22

Page 24: merokok

Akhir 1. Penulisan laporan

2. Seminar hasil

3. Penyerahan laporan

4. Publikasi

Tabel 2. Jadwal kegiatan penelitian hubungan perilaku merokok dengan kualitas

hidup penderita gagal ginjal kronik terminal di RSUD PKU Muhammadiyah

Yogyakarta.

B. Populasi, Sampel, dan Besar sampel

1. Batasan populasi

Populasi adalah pasien yang terdiagnosis gagal ginjal kronis

terminal, dengan kriteria diagnosis yaitu kliren kreatinin <5ml/menit atau

kadar kreatinin serum darah lebih besar atau sama dengan 10 mg/dl yang

dapat diketahui dari rekam medis dan memerlukan hemodialisa secara

kontinyu.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis gagal

ginjal kronis terminal yang sedang menjalani hemodialisis di RSUD PKU

Muhammaduah Yogyakarta.

3. Besar sampel

23

Page 25: merokok

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus penentuan

besar sampel untuk pengujian hipotesis menurut Lemeshow at al (1997)

sebagai berikut :

NZ1-/2 ².p.q

d2

P = 0,02, proporsi penderita gagal ginjal kronik terminal di

Indonesia (Bakri, 2005).

Q = 0,98

Dengan : tingkat kemaknaan 95%; Z1-/2 = 1,96.

d (tingkat presisi)= 0,03 atau kesalahan maksimum yang diperbolehkan

Maka didapatkan nilai N = 83,66, dibulatkan = 84

Antisipasi terhadap kesalahan dan kegagalan dalam proses penelitian, jumlah

sampel ditambah dengan 10% dari sampel minimal yaitu 8,4 atau dibulatkan

menjadi 9, sehingga jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 93 orang.

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria inklusi subyek penelitian :

a. Orang Indonesia (Jawa, Sunda, Melayu)

b. Usia 15-75 tahun

c. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian dengan mengisi dan

menandatangani lembar pernyataan persetujuan serta kooperatif.

Kriteria eksklusi subyek penelitian

24

Page 26: merokok

Subyek penelitian yang telah terpilih melalui kriteria inklusi akan dikeluarkan

dari subyek penelitian apabila :

a. Memiliki penyakit ginjal bawaan

b. Riwayat transplantasi ginjal

c. Penyakit jiwa

E. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

I. Variabel penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel terpengaruh : Kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik

terminal.

2. Variabel pengaruh : Perilaku merokok

II. Definisi operasional

1. Gagal ginjal kronik terminal adalah gangguan fungsi ginjal menetap

(lebih dari 3 bulan) dan memerlukan transplantasi ginjal atau tindakan

dialisis rutin untuk menggantikan fungsi ginjal, kelainan ginjal diukur

dengan penurunan kliren kreatinin yaitu kliren kreatinin<5 ml/menit atau

kadar kreatinin serum lebih dari atau sama dengan 10 mg/dL (Mitch et al.,

1990). YA apabila responden memenuhi kriteria laboratorium atau

memerlukan transplantasi ginjal atau menjalani hemodialisa. TIDAK

apabila responden tidak memenuhi kriteria laboratorium atau memerlukan

transplantasi ginjal atau menjalani hemodialisa.

25

Page 27: merokok

2. Perilaku merokok adalah merokok yaitu menghisap atau mengulum

tembakau dan produk olahan dari tembakau lainnya yang dilakukan setiap

hari selama 6 bulan. YA apabila responden merokok yaitu menghisap atau

mengulum tembakau dan produk olahan dari tembakau lainnya yang

dilakukan setiap hari selama 6 bulan. TIDAK apabila responden tidak

memenuhi kriteria di atas.

F. Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini meliputi perlengkapan

pengambilan data primer (kueseoner) dan form pengambilan data sekunder,

kuesioner, dipergunakan untuk mendapatkan data primer dari responden tentang

perilaku merokok dan kualitas hidup responden. Sedangkan form pengambilan

data, dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang diambil yang

diambil dari buku medical record atau status pasien yang meliputi nam, umur,

jenis kelamin, data diagnosis sakit dan medikarsi terdahulu, data-data

laboratorium serta manifestasi klinis penderita.

G. Jalannya penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

1. Tahap persiapan:

a. mengurus izin penelitian

26

Page 28: merokok

b. mengumpulkan data sekunder meliputi gambaran umum RSU PKU

Muhammadiyah, angka kunjungan, jenis penyakit prioritas, angka

kejadian gagal ginjal dan gagal ginjal kronik di RSU PKU Yogyakarta

dari rekam medik dan sumber-sumber lain, uji coba instrumen

kuesioner.

c. membuat protokoler cara pengisian kuesioner kepada anggota

numerator dan pelatihan cara pengisiannya.

d. menetapkan pelaksanaan dan menyiapkan alat dan atau bahan

penelitian seperti alat tulis-menulis, kuisioner, form pengambilan data.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan di lapangan meliputi :

a. Pengambilan data primer pada sampel dengan wawancara

dengan menggunakan kuesioner meliputi identitas responden, sosial

ekonomi, tentang perilaku merokok,dan kualitas hidup responden.serta

data lain yang terkait dengan variabel penelitian.

b. Tahap akhir.

Pengolahan data, analisis data, presentasi hasil serta pembuatan

laporan dan publikasi laporan.

H. Analisis data

Mencari hubungan antara perilaku merokok dengan kualitas hidup

penderita gagal ginjal kronik terminal di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Data yang diperoleh diolah menggunakan tabel 2x2 dan dianalisis dengan uji kai

27

Page 29: merokok

kuadrat untuk mengetahui relative risk dan menilai adanya hubungan antara

faktor-faktor yang diteliti dengan kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik.

Setelah diketahui nilai relative risk masing-masing faktor kemudian dilanjutkan

dengan analisis multivariate dengan menggunakan regresi logistik. Sebelum

dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan tes reabilitas dan validitas, Setelah

itu dilakukan uji statistic. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah

perbedaan/hubungan yang terlihat pada sampel benar-benar ada atau kebetulan

ada akibat pengambilan sampel saja. Hasil dari uji statistik berupa: “probabilitas

peneliti memperoleh hasil seperti pada sampel atau lebih ekstrim jika hipotesis nol

benar”.

I. Kesulitan Penelitian

Kesulitan yang dapat digunakan kemungkinan adalah sulitnya

berkomunikasi dan bekerja sama dengan pasien, atau sikap enggan pasien dalam

mengungkapkan pendapatnya pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit

sehingga itu dapat menghambat pengumpulan data yang diperlukan.

J. Etika Penelitian

Karena melibatkan responden manusia maka akan dilakukan penjelasan

kepada seluruh calon responden tentang maksud dan tujuan penelitian, manfaat

dan kegunaan yang diharapkan dan konsekuensi-konsekuensi sebagai responden

(informed consent).

28

Page 30: merokok

DAFTAR PUSTAKA

Albert, W., Nancy, E., Jane, V.R., Marsh, M., Klemens, B.M., Frederic, O.F., Michelle, M.C., NEIL, R.P., 2004. Changes in Quality of Life during hemodialysis and Peritoneal Dialysis Treatment: Generic and Disease Specific Measures. J Am Soc Nephrol 15: 743–753,

Baggio, B., Budakovic, A., Dalla, M., Saller, A., Bruseghin, M., Fioretto, P. 2002. Effects of cigarrete smoking on glomerular srtuctur and function in type 2 diabetic patients

Bakri, S., 2005. Deteksi dini dan upaya-upaya pencegahan progresifitas penyaki gagal ginjal kronik, Jurnal Medika Nusantara, 26(3):36-39

Burdick, RA., Gresham, JL., Woods, JD., Hedderwick, SA., Kurokawa, K., Combe, C., Saito, A., BrecQue, JL., Port, FK., Young, EW., 2003. Patterns of hepatitis B prevalence and seroconversion in hemodilysis units from three continents: The DOPPS, Kidney international J, vol. 63, pp. 2222-2229.

Chen, J., Muntner, P., Hamm, L., Jones, D.W., Batuman, V., 2004. The metabolic syndrome and chronic kidney disease in U.S. adults, Ann Intern Med, 140:167-174.

Cohen, SD., Patel, SS., Khetpal, P. Peterson, RA., Kimmel, PL., 2007. Pain, sleep disturbance, and quality of life in patients with chronic kidney disease, Clin J Am Soc nephrol 2: 919-925

Dalrymple, LS., Go, AS., 2008. Epidemiology of acute infections among patients with chronic kidney disease,J. American society of nephrology

Davison, S.N., 2005. Chronic Pain in End-Stage Renal Disease, Advances in Chronic Kidney Disease, 12,3, 326-334

Depkes RI, 2004. Fakta Tembakau Indonesia Data Empiris untuk Strategi Nasonal Penanggulangan Masalah Tembakau, Jakarta

Ejerblad, E., Fored, C.M., Linblad, P., Fryzek, J., Dickman, P.W. 2004. Association between smoking and chronic renal failure in a nationwide population-based case control study; J Am Soc Nephrol;15:2178-85

29

Page 31: merokok

Fabrizi F, Messa P, Martin P., 2009. Health-related quality of life in dialysis patients with HCV infection, Int J Artif Organs. 21;32(8):473-481.

Fabrizi F, Takkouche B, Lunghi G, Dixit V, Messa P, Martin P, 2007. The impact of hepatitis C virus infection on survival in dialysis patients: meta-analysis of observational studies, J Viral Hepat. 14(10):697-703

Fored, M. 2003. Risk factors for the development of chronic renal failure, Stockholm, Karolinska University Press

Fukuhara S, Lopes AA, Bragg-Gresham JL, Kurokawa K, Mapes DL, Akizawa T, Bommer J, Canaud BJ, Port FK, Held PJ; Worldwide Dialysis Outcomes and Practice Patterns Study.2003, Health-related quality of life among dialysis patients on three continents: the Dialysis Outcomes and Practice Patterns Study, Kidney Int. 64(5):1903-10.

Go, A.S., Chertow, G.M., Fan, D., Hsu, C.Y., 2004. Chronic kidney disease and the risk of death, cardiovascular events and hospitalization, NEJM, 351:1296-305

Grassi, G., Seravalle, G., Calhoun, D.A., Bolla, G.B., Giannattasio, C.G., Marabini, M., Del Bo, A., Mansia, G. 1994. Mechanisms responsible for sympathetic activation by cigarret smoking in humans; Circulation;90:248-53

Griebsch I, Coast J, Brown J. 2005. Quality-adjusted life-years lack quality in pediatric care: a critical review of published cost-utility studies in child health, Pediatrics.;115(5):e600-14.

Hattori, S., K. Yosioka, et al. (2002). ’’The 1998 report of Japanes National Registry data on pediatric end-stage renal disease patients. Pediatr Nephrol 17(6): 456-61.

Hallan, S.I., Coresh, J., Astor, B.C., Åsberg, A., Powe, N.R., Romundstad, S., Hallan, H.A., Holme, J., 2006. International Comparison of the Relationship of Chronic Kidney Disease Prevalence and ESRD Risk, J Am Soc Nephrol 17: 2275-2284

Hwang, S., Lin, M., Chen, H., Hwang, S.C., Yang, W.Y., Hsu, C., Chiu, H., Mau, L., 2008. Increased risk of mortality in the elderly population with late-stage chronic kidney disease: a cohort study in Taiwan, Nephrology Dialysis Transplantation,23(10):3192-3198

Kasiske, B.L.& Klinger, D. 2000. Cigarette smoking in renal transplant recipients; J.Am Soc Nephrol;11:753-9

Kher, V., 2002. End stage renal disease in developing countries, J. Kidney International, 62:350-362

30

Page 32: merokok

Kimmel, P.L. 2000. Psychosocial factors in adult end-stage renal disease patients treated with hemodialysis: Correlates and outcomes, American Journal of Kidney Diseases, 35, 4, Supplement 1,S132-S140

Kuo, H.W., Tsai, S.S., Tiao, M.M., Yang, C.Y., 2007. Epidemiological features of CKD in Taiwan, Am J Kidney Dis, 49:46-55

Lemeshow, S., Hosmer, Jr. D.W., Klar, J., Iwanga, S.K., 1997. Besar sampel dalam penelitian kesehatan. Terjemahan.Cetakan pertama. Jogjakarta:Gadjah Mada University Press

Levey, A.S., Coresh, J., Balk, E., Kaustz, A.T., Levin, A., 2003. National Kidney Foundation practice guidelines for chronic kidney disease: evaluasi, klasifikasi and stratification; Ann Intern Med; 139:137 – 147

Mcclellan, W.M.& Flanders, W.D. 2003. Risk Factor for progressive chronic kidney disease; J Ant Soc Nephrol;14:s65-s70

Mitch, W.E., Bender, W.L., Walker, W.G., 1990. Management of progressive and end –stage renal disease dalam The principles and practice of medicine, Maryland

Merkus, M.P., Jager,K.J., Dekker, F.W., Boeschoten, E.W., Stevens, P., Krediet, R.T., 1997. Quality of life in patients on chronic dialysis: Self-assessment 3 months after the start of treatment, American Journal of Kidney Diseases, 29, 4, 584-592

Moist, L.M., Gresham, J.L.B., Pisoni, R.L., Saran, R., Akiba, T., Jacobson, S.H., Fukuhara, S., Mapes, D.L., Rayner, H.C., Saito, A., Port, F.K., 2008. Travel Time to Dialysis as a Predictor of Health-Related Quality of Life, Adherence, and Mortality: The Dialysis Outcomes and Practice Patterns Study (DOPPS), American Journal of Kidney Diseases, 51, 4, 641-650

Murtagh, F.E.M., Hall,J.A.H., Higginson, I.J., 2007. The Prevalence of Symptoms in End-Stage Renal Disease: A Systematic Review, Advances in Chronic Kidney Disease, 14,1, 82-99

Nelson, C.B., & Lotfy, M. (1999). The World Health Organization’s WHOQoL-BREFquality of life assessment: psychometric properties and results of the internationalfield trial. WHO (MNH/MHP/99.7). Retrieved November 28th,2002, http://www.who.int/msa/qol/documents/WHOQOL_BREF

Nord E, Enge AU, Gundersen V, 2009. QALYs: is the value of treatment proportional to the size of the health gain?, Health Econ. 20. [Epub ahead of print]

31

Page 33: merokok

Orth, S.R., 2002. Smoking and kidney, J.Am Soc Nephrol,13:1663-1672

Orth and Halen, 2007. Combining GFR and albuminuria to classify CKD improves prediction of ESRD. J.Am Soc Nephrol,13:1663-1672

Orth, S.R., Ogata,H., Ritz, E. 2000. Smoking and kidney; Nephrol Dial Transplant;15:1509 - 11

Peterson, J.C. (1995). Chronic Renal Failure. Dalam C.C. Tisher & C.S. Wilcox (Eds.), Nephrology: House Officee Series (3tded.) Maryland: Williams and Wilkins.

Paavilainen, E., Kristiina Lehti, K., Kurki, A., Tarkka, M., 2005. Family functioning assessed by family members in Finnish families of heart patients, European Journal of Cardiovascular Nursing 5, 54 – 59

Rohaendi. (2008,Februari). Evidence Base Of Clinical Diagnosis. Jurnal Keperawatan Indonesia,artikel 2. Diakses 21 Februari 2008, dari http://rapidshare.de/files/18612212/Evidence Base Of Clinical Diagnosis.pdf.html

Remuzzi, G., Bertani, T. 1998. Pathophysiology of Progressive Nephropathies. NEJM; 59:1448-1456.

Retnakaran, R., Cull, C.A., Thorn, K.I., Adler, A.I., Holman, R.R. 2006. Risk factors for renal dysfunction in type type 2 Diabetes; Diabetes;55:1832-9

Rounds, K.A., Israel, B.A., 1985. Social networks and social support: living with chronic renal disease, Patient Education and Counseling, Volume 7, Issue 3, 227-247

Schoolwerth, A.C., Engelgau, M.M., Hostetter, T.H., Rufo, K.H., McClelan, W.M., 2006. Chronic kidney disease a publik health problem that needs a public health action plan, Prevention Chronic Disease, 3(2):1-5

Scott D. Cohen, Samir S. Patel, Prashant Khetpal, Rolf A. Peterson, and Paul L. Kimmel, 2007. Pain, Sleep Disturbance, and Quality of Life in patients with Chronic Kidney Disease, Clin J Am Soc Nephrol 2: 919-925,

Shidler, N.R., Peterson, R.A., Kimmel,P.L., 1998. Quality of life and psychosocial relationships in patients with chronic renal insufficiency, American Journal of Kidney Diseases, Volume 32, Issue 4, 557-566

32

Page 34: merokok

Siestma, S.J.P., Mulder, J., Janssen, W.M.T., Hillege, H.L., 2000. Smoking is related to abnormal renal function in nondiabetic persons, Ann Intern Med;133:585-91

Stevens, L.A., Coresh, J., Greene, T., Levey, A.S., 2006. Assesing kidney function-measured and estimated glomerular filtration rate, NEJM, 354:2473-83

Stuyver, L., Claeys, H., Wyseur, A., Arnhem, VA., Beenhouwer, HD., Uytendaele, S.,Beckers, J., Matthijs, D., Roels, GL., Maertens, G., Paepe, MD., 1996. Hepatitis C virus in hemodialysis unit : Moleculer evidence for nosocomial transmission, Kidney international, vol 49, pp. 889-895.

Suzanne Bergman, Neil Accortt, Alan Turner, Jeffery Glaze, 2005. Hepatitis C infection is acquired pre-ESRD, American Journal of Kidney Diseases, Volume 45, Issue 4, 684-689

Teerawattananon Y, Mugford M, Tangcharoensathien V, 2007. Economic evaluation of palliative management versus peritoneal dialysis and hemodialysis for end-stage renal disease: evidence for coverage decisions in Thailand, Value Health. ;10(1):61-72.

The ESRD Incidence Study Group, 2006. Geographic, etnic, age-related and temporal variation in the incidence of end-stage renal disease in Europ, Canada and the asia-Pacific region, 1998-2002, NDT, 21:2178-2183

Tonelli, M., Wiebe, N., Culleton, B., House, A., Rabbat, C., Fok, M., McAlister, Garg, A.X., 2006. Chronic Kidney Disease and Mortality Risk: A Systematic Review, J Am Soc Nephrol 17: 2034-2047

Wakai, K., Nakai, S., Kikuchi, K., Iseki, K., Miwa, N., Masakane, I., Wada, A., Shinzato, T., Nagura, Y., Akiba, T., 2004. Trends in incidence of end-stage renal disease in japan, 1983 – 2000, age-adjusted and age-speciphic rates by gender and cause, Nephrology Dialysis Transplantation, 19:2044 – 2052

Wesołowski, T,, Szyber, P., 2004. Usage of the WHOQOL-100 as a trial of objective estimation of quality of life in end-stage renal disease patients treated with renal transplantation, Pol Merkur Lekarski. ;17(99):260-6

Wu, AW., Fink, NE., Jane, Manzi, M., Meyer, KB., Finkelstein, FO., Chapman, MM., Powe, NR., 2003, Changes in quality of life during hemodilysis and peritoneal dialysis treatment: generic and disease specific measures, Journal of the American society of nephrology.

33

Page 35: merokok

Wu AW, Fink NE, Marsh-Manzi JV, Meyer KB, Finkelstein FO, Chapman MM, Powe NR., 2004. Changes in quality of life during hemodialysis and peritoneal dialysis treatment: generic and disease specific measures., J Am Soc Nephrol. 15(3):743-53

Yang, S., Kuo, P., Wang, J., Lin, M., Su, S., 2005. Quality of Life and Its Determinants of Hemodialysis Patients in Taiwan Measured With WHOQOL-BREF(TW), American Journal of Kidney Diseases, Volume 46,4,635-641

34

Page 36: merokok

Lampiran 1. Informed consent

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Bersedia ikut menjadi responden untuk penelitian yang berjudul “Bagaimana

hubungan perilaku merokok dengan kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik

terminal di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta”. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh perilaku merokok terhadap kualitas hidup penderita

gagal ginjal kronik terminal.

Dengan alasan apapun apabila saya menghendaki maka saya berhak

membatalkan surat persetujuan ini. Demikian surat persetujuan ini saya buat

dengan sebenarnya, tanpa ada unsur paksaa

Yogyakarta,

Mengetahui,

Yang membuat pernyataan

-----------------------------------

35

Page 37: merokok

Kuesioner penilaian kualitas hidup responden

WHOQOL-BREF

Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas hidup,

kesehatan dan hal-hal lain dalam hidup anda. Saya akan membacakan setiap

pertanyaan kepada anda, bersamaan dengan pilihan jawaban. Pilihlah jawaban

yang menurut anda paling sesuai. Jika anda tidak yakin tentang jawaban yang

akan anda berikan terhadap pertanyaan yang diberikan, pikiran pertama yang

muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban yang terbaik.

Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan, kesenangan

dan perhatian anda. Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan tentang

kehidupan anda pada empat minggu terakhir.

36

Page 38: merokok

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal

berikut ini dalam empat minggu terakhir.

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut

ini dalam 4 minggu terakhir?

37

Page 39: merokok

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami

hal-hal berikut dalam empat minggu terakhir.

38

Page 40: merokok

[Tabel berikut ini harus dilengkapi setelah wawancara selesai]

39

Page 41: merokok

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK TERHADAP KUALITAS

HIDUP PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK TERMINAL DI RSUD

PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

1. Nama responden :

2. Jenis kelamin : ( 1. Laki-laki 2. Perempuan)

3. Tgl lahir/umur :

4. Alamat : Desa……………………..…………..

Kec…………………………………..

Kab………………………………….

5. Pendidikan :

1. Tidak sekolah 5. Dipl./Akademi

2. Tamat SD 6. S1/S2/S3

3. Tamat SLTP 7. Lain-lain

4. Tamat SLTA  

40

Page 42: merokok

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KUALITAS HIDUP

PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK TERMINAL

Nama responden kasus :

Hari/ Tanggal wawancara :

Nama pewawancara :

Waktu wawancara : s/d

A. IDENTITAS RESPONDEN ISIAN Kode

1. Nama responden :

2. Jenis kelamin : ( 1. Laki-laki 2. Perempuan)

3. Tgl lahir/umur :

4. Alamat : Desa……………………..…………..

Kec…………………………………..

Kab………………………………….

5. Pendidikan :

1. Tidak

sekolah

5.

Dipl./Akademi

2. Tamat SD 6. S1/S2/S3

3. Tamat SLTP 7. Lain-lain

4. Tamat SLTA  

A.1

A.2

A.3

A.4

A.5

41

Page 43: merokok

B.a. PENGGUNAAN TEMBAKAU SAAT INI Isian Kode

B.a.1. Apakah saat ini anda mengisap rokok;cerutu;atau produk

tembakau lainnya?

(1. YA 2. TIDAK)

Bila menjawab TIDAK, dilanjutkan ke pertanyaan B.b.

B.a.2. Bila ya, apakah anda merokok/pengguna tembakau tiap hari?

(1. YA 2. TIDAK)

Bila jawaban TIDAK, dilanjutkan ke pertanyaan B.a.7.

B.a.3. Bila Ya, Berapa Umur Anda Pada Saat Anda Mulai

Merokok/Pt Setiap

Hari ? Tulis : ..................................tahun

B.a.4. Sejak Kapan Anda Mulai Merokok/Pt Setiap Hari ?

1. TAHUN :

2. BULAN :

B.a.5.

B.a.6. Rata-rata berapa batang banyaknya rokok yang anda hisap

setiap hari ?

1. Rokok buatan pabrik : ..............................batang

2. rokok lintingan : ..............................batang

3. lain-lain : ..............................batang

B.a.1.

B.a.2.

B.a.3.

B.a.4.

B.a.5.

B.a.6

B.a.7

42

Page 44: merokok

Langsung ke pertanyaan B. a.11

B.a.7. Bila merokok tidak rutin, berapa umur anda pada saat anda

mulai merokok tsb ?

Tulis : .....................................tahun

B.a.8. Sejak kapan anda mulai merokok tidak rutin tsb?

1. Tahun :

2. Bulan :

B.a.9. Rata-rata berapa batang banyaknya rokok yang anda hisap ?

1. Dalam seminggu : .........................batang

2. Dalam sebulan : .........................batang

B.a.10. Jenis rokok yang anda`hisap /meski tidak rutin (Lingkari,

dapat lebih dari satu)

1. Rokok buatan pabrik

2. Rokok lintingan

3. Lainnya :………………….

B.a.11. Apakah saat ini Anda menggunakan tembakau yang tidak

dibakar? (nginang, dll) 1. YA 2. TIDAK

Bila jawabannya TIDAK, langsung ke pertanyaan B.A.14.

B.a.12. Bila ya, apakah Anda menggunakan tembakau yang tidak

dibakar itu setiap hari ? 1. YA 2.

TIDAK

B.a.13. Rata-rata berapa banyak susur/bahan menginang yang

B.a.8

B.a.9

B.a.10

B.a.11

B.a.12

B.a.13

B.a.14

B.a.15

B.a.16

43

Page 45: merokok

Anda pakai setiap hari?

B.a.14

B.a.15. Apakah ada perokok rutin dalam rumah setiap hari selain

anda ?

1. YA : Apakah merokoknya didalam rumah 1. Ya 2.

Tidak

2. Tidak

B.a.16. Berapa banyak di dalam keluarga anda terdapat perokok

rutin setiap hari selain anda?

1. 1 orang 2. 2 orang 3. 3 orang 4. 4 orang 5. lebih dari 5

orang

B.a.17. Apakah ada perokok rutin dalam tempat kerja setiap hari

selain anda ?

1. YA : Apakah merokoknya didalam kantor 1. Ya 2.

Tidak

2. Tidak

B.a.17

B.b. RIWAYAT PENGGUNAAN TEMBAKAU Isian KodeB.b.1. APAKAH DULU ANDA PERNAH MENGISAP ROKOK;CERUTU;ATAU PRODUK TEMBAKAU LAINNYA? (1. YA 2. TIDAK)Bila menjawab TIDAK, dilanjutkan ke pertanyaan B. b. 15 B.b.2. Bila ya, apakah saat itu anda merokok tiap hari ? (1. YA 2. TIDAK)Bila jawaban TIDAK, dilanjutkan ke pertanyaan B.b.8, jika jawaban YA lanjutkan B.b.3B.b.3. Berapa umur anda pada saat anda mulai merokok setiap hari ? Tulis : ..................................tahun B.b.4. Dari Mana Anda Mengenal Rokok?1. teman 2. Keluarga 3. Media elektronik 4. lainnya

B.b.1

B.b.2

B.b.3

B.b.4.

Bb.5

44

Page 46: merokok

B.b.5. Rata-Rata Berapa Batang Banyaknya Rokok Yang Anda Hisap Setiap Hari Saat Itu?

1. Rokok buatan pabrik : ..............................batang2. rokok lintingan : ..............................batang3. lain-lain :. .............................batang

B.b.6. Sejak Umur Berapa Anda Berhenti Merokok Tiap Hari ? (tahun)B.b.7. Sejak Kapan Anda Berhenti Merokok Setiap Hari (tahun, bulan, minggu)Langsung Ke Pertanyaan No B.b.14.B.b.8. Apabila Dahulu Merokok Tidak Rutin, Berapa Umur Anda Pada Saat Anda Mulai Merokok ? Tulis : .....................................tahunB.b.9. Sejak kapan (dahulu) anda mulai merokok tidak rutin tsb?

1. TAHUN :2. BULAN :

B.b.10. Rata-rata berapa batang banyaknya rokok yang anda hisap saat itu? 1. Dalam seminggu : .........................batang 2. Dalam sebulan : .........................batangB.b.11. Jenis Rokok Apa Saja Yang Anda Hisap Saat Itu ? (Lingkari, dapat lebih dari satu)

1. Rokok buatan pabrik 2. Rokok lintingan 3. Lainnya :………………….

B.b.12. Sejak umur berapa anda berhenti merokok tidak rutin saat itu? (tahun)B.b.13. Sejak kapan anda berhenti merokok tidak rutin saat itu? (tahun, bulan, minggu)B.b.B.b.15. Apakah dahulu Anda menggunakan tembakau yang tidak dibakar? (nginang, dll) 1. YA 2. TIDAKBila jawaban TIDAK, langsung ke pertanyaan B.b.18.B.b.16. Bila ya, apakah Anda dulu menggunakan tembakau yang tidak dibakar itu setiap hari ?B.b.17. Rata-rata berapa banyak susur/bahan menginang yang dulu Anda pakai?B.b.18. Apakah terdapat perokok rutin setiap hari dalam rumah selain anda saat itu? 1. YA : Apakah merokoknya didalam rumah 1. Ya 2. Tidak 2. TidakB.b.19. Berapa banyak di dalam keluarga anda terdapat perokok rutin setiap hari selain anda saat itu? 1. 1 orang 2. 2 orang 3. 3 orang 4. 4 orang 5. lebih dari 5 orang

Bb.6Bb.7

Bb.8

Bb.9

Bb.10

Bb.11

Bb.12

Bb.13Bb.14Bb.15

Bb.16

Bb.17Bb.18

Bb.19

Bb.20

45

Page 47: merokok

B.b.20. apakah ada perokok rutin dalam tempat kerja setiap hari selain anda saat itu ? 1. YA : Apakah merokoknya didalam kantor 1. Ya 2. Tidak 2. Tidak

46

Page 48: merokok

KUESIONER PERILAKU MEROKOKNo Pernyataan Sangat

tidak setuju

Tidak setuju

Ragu-ragu

Setuju Sangat setuju

1 Merokok dapat membahayakan kesehatan saya

2 Saat pemeriksaan,dokter perlu menanyakan kebiasaan merokok pasien

3 Dokter perlu menyarankan pada pasien untuk berhenti merokok

4 Dokter perlu memberikan dukungan pada pasien untuk berhenti merokok

5 Pada saat saya merasa stress, frekuensi merokok saya lebih banyak dari pada hari biasanya

6 Setelah selesai merokok, saya merasa lebih nyaman

7 Setiap selesai makan, saya selalu merokok

8 Saya merokok jika saya merasa bosan

9 Pada saat ini saya ingin berhenti merokok

10 Suatu saat nanti saya ingin berhenti merokok

47

Page 49: merokok

48