Merefleksikan profesionalisme guru

3

Click here to load reader

Transcript of Merefleksikan profesionalisme guru

Page 1: Merefleksikan profesionalisme guru

MEREFLEKSIKAN PROFESIONALISME GURU

(Anton Sunarto)

Baru-baru ini banyak dilansir berita berbagai kejahatan dan kekerasan yang dilakukan

oleh pendidik di rumah pendidikan. Di Sulawesi Selatan ada anak kelas III SD ditampar oleh

kepala sekolahnya sampai tidak berani lagi masuk sekolah. Masih di Indonesia Timur, siswi

sebuah SMK pertanian (di Kupang) diperkosa diruang sarana prasarana sekolah oleh

gurunya dengan ancaman tidak akan diluluskan UN. Masih banyak contoh kasus kekerasan di

rumah pendidikan yang justru dilakukan oleh guru.

Contoh kejadian tersebut menggiring banyak pertanyaan tentang guru. Kenapa hal itu

terjadi? Kenapa justru di lingkungan sekolah yang seharusnya steril dari kekerasan? Bahkan

guru sendiri menjadi pelakunya? Apa yang terjadi dengan guru? Bagaimana kompetensi guru

sebetulnya? Inti pertanyaan, kemampuan dan profesionalisme guru dipertanyakan.

Guru professional itu seperti apa? Apakah dengan lulus sertifikasi seorang guru dijamin

sudah menjadi guru professional? Atau, Seorang guru yang tidak lulus uji sertifikasi, pasti

bukan guru professional? Sertifikasi guru tidak memberi jaminan keberadaan guru

profesional.

Pekerjaan guru itu memang profesi, pekerjaan profesi itu berarti panggilan. Bukan

karena situasi terpaksa, maka seseorang menjadi guru. Untuk menjadi profesional, guru

sendiri harus mengetahui dan yakin akan apa yang ia kerjakan itu pekerjaaan profesional.

Mengapa? Karena banyak orang, termasuk guru sendiri tidak yakin bahwa pekerjaannya itu

adalah pekerjaan profesional. Pekerjaan yang perlu belajar khusus dan kemampuan khusus.

Guru professional itu guru yang mengenal siapa dirinya. Dimana dirinya terpanggil

untuk mendampingi para murid dalam proses pembelajaran. Guru profesional akan terus-

Page 2: Merefleksikan profesionalisme guru

menerus mencari tahu bagaimana seharusnya peserta didik belajar. Bila ada peserta didik

gagal, guru terpanggil mencari penyebab kegagalan, serta mencari jalan keluar bersama

dengan peserta didik. Dikatakan oleh Paulo Freire, proses belajar itu proses pencarian

bersama dan proses menjadi. Guru dan murid terlibat belajar bersama. Guru bukan satu-

satunya sumber pengetahuan bagi murid. Dalam pandangan Paulo Freire, guru dan murid

secara bersama telah memiliki dasar-dasar pengetahuan. Maka dua-duanya disebut sebagai

subyek pembelajaran.

Profesional itu lawannya amatir. Melakukan sesuatu dengan cara amatiran, berarti untuk

melakukan tindakan itu tidak dituntut keahlian khusus dengan pendidikan khusus pula.

Profesional itu berkaitan dengan profesi bidang pekerjaan. Menunjuk pada bidang pekerjaan

khusus. Mensyaratkan studi khusus. Serta penguasaan pengetahuan mendalam. Dalam

konteks guru professional, seorang guru itu perlu memiliki kemampuan khusus yang tidak

mungkin dimiliki oleh orang yang bukan guru. “A teacher is person changed with the

responsibility of helping others to learn and to behave in new different ways”• (James M.

Cooper, 1990).

Guru profesional akan kelihatan pada pelaksanaan pengabdian tugas-tugas keguruannya.

Guru memahami, menghayati dan melakukan apa yang menjadi tugas profesionalnya. Dari

tuntutan administrasi sampai pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Kemampuan dan

keahliannya dalam meramu materi dan memilih metode pengajaran. Dalam melakukan

pekerjaan profesional itu, guru membutuhkan kemampuan khusus sebagai hasil dari proses

pendidikan yang dilaksanakanoleh lembaga pendidikan keguruan.

Ada empat syarat yang harus dipenuhi oleh guru untuk menyandang hak profesional.

Yakni: pertama, kompetensi pedagogi – yakni kemampuan mengelola pembelajaran; kedua

kompetensi personal – yakni kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan

berwibawa, ketiga , kemampuan profesional – sebagai kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam sehingga memungkinkan peserta didik memenuhi

kompetensi yang disyaratkan. Syarat kompetensi terakhir yakni kompetensi sosial –

kemampuan guru sebagai bagian masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif

dengan para murid.

Dari butir-butir refleksi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa “Kompetensi

profesional guru sangat diperlukan guna mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga

pendidikan, dalam hal ini guru. Guru merupakan faktor penentu mutu pendidikan dan

Page 3: Merefleksikan profesionalisme guru

keberhasilan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu tingkat kompetensikemampuan dan

profesional guru di suatu sekolah dapat dijadikan barometer bagi mutu dan keberhasilan

pendidikan di sekolah dimana guru berada.

***