Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media …

14
51 Ida Nurhaida, dkk. Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media Belajar Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005 1. Pendahuluan Penggunaan gambar untuk memperjelas isi pelajaran dipelopori John Amos Comenius sebagaimana dimuat dalam bukunya, The Visible of World di tahun 1653, yang pada awalnya digunakan untuk pendidikan anak-anak. Kemudian penggunaan ini berkembang menjadi media hiburan seperti komik, kartun, fotonovela, dan buku cerita bergambar. Sebagaimana halnya komik, buku cerita bergambar merupakan suatu bacaan yang dilengkapi dengan gambar atau ilustrasi untuk memperjelas isinya. Pada perkembangan awal me- dia ini lebih banyak digunakan untuk keperluan hiburan yang bertemakan dongeng, fabel, kisah- kisah, satir, dan karikatur. Karena formatnya yang Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media Belajar untuk Alat Bantu Komunikasi ABSTRACT For the sake of reinforcing the local knowledge (that seems to be abandoned by local community of West Lampung themselves) and to make corrections against agroforestry malpractices as well as of accommodating to the poor performance of extension programs on recharge area of West Lampung (including of media lacking of extension), we have developed the entertainment media of pictorial story books of coffee agroforestry. The media were designed especially for the low literate community (Nurhaida et al ., 2004) to affirm the tao of knowledge of the four tribes dwell in the recharge area: Lampungese, Semendonese, Sundanese and Sundanese of villages of Way Mengaku, Sukananti, Sidomakmur and Gunung Terang respectively (see Nurhaida et al ., (2005). There are four languages edition in accordance with the locally mother tongues of the four tribes plus Indonesian to accommodate the other tribes exist in West Lampung. Desk activities were conducted at the Laboratory of Multimedia, Department of Communication Science, The University of Lampung Indonesia. Media pretesting were conducted twice in August-September 2005 to measure the variables of attraction, self involvement, acceptability and comprehension of the media in accordance with Bertrand’s suggestion (1978). Between the two and the second of the media pretesting, there had been conducted the media improvements. The research showed that the entertainment media have been used up to be a learning media for the propose of extension program in the recharge area successfully. This claim is supported by the high effectiveness of the five editions: (Lampungese, Semendonese, Javanese, Sundanese and Indonesian of 85, 89, 88, 89, and 86% repectively) that brookthrough aggaints the severely heavied barrier of low litteracy : 27, 44, 39, 77, dan 88 words per second respectively. It is strongly recommended that: (1) reproduce the media and disseminate into community dwell on the recharge of West Lampung to reinforce the tao of knowledge, and (2) conduct the similar research on other recharge areas. Kata kunci: buku cerita bergambar, media pembelajaran Ida Nurhaida, Sugeng P. Hariyanto, Akmal Junaidi, dan Pairul Syah

Transcript of Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media …

Page 1: Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media …

51Ida Nurhaida, dkk. Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media Belajar

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

1. PendahuluanPenggunaan gambar untuk memperjelas isi

pelajaran dipelopori John Amos Comeniussebagaimana dimuat dalam bukunya, The Visibleof World di tahun 1653, yang pada awalnyadigunakan untuk pendidikan anak-anak. Kemudianpenggunaan ini berkembang menjadi media hiburan

seperti komik, kartun, fotonovela, dan buku ceritabergambar. Sebagaimana halnya komik, buku ceritabergambar merupakan suatu bacaan yangdilengkapi dengan gambar atau ilustrasi untukmemperjelas isinya. Pada perkembangan awal me-dia ini lebih banyak digunakan untuk keperluanhiburan yang bertemakan dongeng, fabel, kisah-kisah, satir, dan karikatur. Karena formatnya yang

Merancang Media Hiburan Buku CergamMenjadi Media Belajar untuk Alat Bantu Komunikasi

ABSTRACT

For the sake of reinforcing the local knowledge (that seems to be abandoned by local communityof West Lampung themselves) and to make corrections against agroforestry malpractices

as well as of accommodating to the poor performance of extension programs on recharge areaof West Lampung (including of media lacking of extension), we have developed the entertainment

media of pictorial story books of coffee agroforestry. The media were designed especiallyfor the low literate community (Nurhaida et al., 2004) to affirm the tao of knowledge of the four

tribes dwell in the recharge area: Lampungese, Semendonese, Sundanese and Sundaneseof villages of Way Mengaku, Sukananti, Sidomakmur and Gunung Terang respectively (see

Nurhaida et al., (2005). There are four languages edition in accordance with the locally mothertongues of the four tribes plus Indonesian to accommodate the other tribes exist in West

Lampung. Desk activities were conducted at the Laboratory of Multimedia, Departmentof Communication Science, The University of Lampung Indonesia. Media pretesting

were conducted twice in August-September 2005 to measure the variables of attraction, selfinvolvement, acceptability and comprehension of the media in accordance with Bertrand’ssuggestion (1978). Between the two and the second of the media pretesting, there had been

conducted the media improvements. The research showed that the entertainment mediahave been used up to be a learning media for the propose of extension program in the recharge

area successfully. This claim is supported by the high effectiveness of the five editions:(Lampungese, Semendonese, Javanese, Sundanese and Indonesian of 85, 89, 88, 89, and 86%repectively) that brookthrough aggaints the severely heavied barrier of low litteracy : 27, 44,39, 77, dan 88 words per second respectively. It is strongly recommended that: (1) reproducethe media and disseminate into community dwell on the recharge of West Lampung to reinforce

the tao of knowledge, and (2) conduct the similar research on other recharge areas.

Kata kunci: buku cerita bergambar, media pembelajaran

Ida Nurhaida, Sugeng P. Hariyanto,Akmal Junaidi, dan Pairul Syah

Page 2: Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media …

MEDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 200752

fleksibel untuk mengemas berbagai tema, dalamtiga dekade terakhir ini media tersebut mulaidigunakan untuk mengemas pesan-pesanpembangunan.

Studi yang dilakukan oleh Parlato, Parlato, danCane (1980) di negara-negara Asia Selatan, AmerikaLatin, dan Afrika, ternyata dengan media iniumumnya dapat digunakan dengan hasil yangsangat mengesankan untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan mengenai nutrisi, kesehatan,keluarga berancana, dan demografi padamasyarakat yang rendah tingkat literasinya. Bukucerita bergambar atau cergam, pada dasarnya,adalah suatu media grafis berupa bacaan yangberisi pesan-pesan berbentuk literal yangdilengkapi dengan gambar atau ilustrasi untukmemperjelas isi pesan-pesannya.

Buku cergam mempunyai kesamaan dengankomik, utamanya pada realitas gambar yangdigunakan. Cergam dan komik menggunakangambar-gambar dengan realitas sedang, yangberbeda dengan fotonovela yang menggunakangambar dengan realitas tinggi berupa foto-fotosesuai dengan keadaan aslinya (lihat Parlato dkk.,1980). Cergam berbeda dengan komik danfotonovela utamanya terletak pada sekuen gerakanyang tidak ada pada cergam. Adanya persamaandan perbedaan ini berimplikasi padapenggunaannya untuk kepentingan penuanganpesan garfis. Implikasi ini menjadi makin pentingmanakala ketiga media itu bukan hanya digunakansebagai media hiburan semata tetapi juga untukmedia belajar utamanya pada khalayak yang rendahtingkat literasinya (Lionberger dan Gwin, 1982).

Belajar, secara umum, dapat diartikan sebagaiproses dari tidak tahu menjadi tahu. Dalampandangan kaum behaviorist, setiap perilakumanusia merupakan hasil belajar, sehingga perilakumanusia berkembang dan termodifikasi dariperilaku masa lalu. Modifikasi itu akan kuat danpermanen manakala pengalaman masa lalu itumenyenangkan (gratifiying). Pengalaman yangmenyenangkan cenderung diulang, danpengalaman yang tidak menyenangkan cenderungdihindari. Dengan begitu, belajar akanmengukuhkan perilaku. Dengan menggunakan

framework dari kaum behaviorism ini, makakeberhasilan pemanfaatan media hiburan grafisyang menyenangkan (seperti dilaporkan Parlatodkk., 1980) itu antara lain dapat dijelaskan.

Setelah karya Parlato dkk. (1980) yang monu-mental tersebut, kemudian mulai banyak dijumpaipenggunakan media grafis ini untuk kepentingankomunikasi seperti untuk pengembangan kesehatanmisalnya, Michielutte dkk. (1992), Delp dan Jones(1996), Dowse dan Ehlers (2001), Simth dan Stutt(2003), Houts dkk. (2006), dan lain-lainnya. Untukkepentingan komunikasi instruksional, media grafisjuga banyak digunakan untuk bidang penalaran danbidang kuantitatif mahasiswa, seperti untuk ilmufisika (Gonick dan Huffman, 1991), untuk genetika(Gonick dan Mark, 1992), serta untuk statistika(Gonick dan Smith, 1993).

Di Indonesia, menurut Zeffry (2001), mediaini umumnya lebih banyak digunakan untukkeperluan hiburan termasuk dalam bentuk karikaturdalam surat-surat kabar. Walaupun begitu, padadua dekade terakhir ini, di Indonesia, beberapapeneliti melaporkan penggunaan berbagai mediagrafis ini juga efektif untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, seperti Satmoko (1995),Retowati (1995), Nugraha (1995), Nurhaida (1995,1999), Linda dkk., (1996), dan Nurhaida (1999),Nurhaida dkk. (2001, 2005b), serta Febrianto danRafdinal (2006). Bahkan, pada masyarakat yangsangat rendah tingkat literasinya (kemampuanmembaca sekitar 15-18 kata per menit) di dua desadi Majalengka Jawa Barat dengan media cergam,Nurhaida (1999) dan Nurhaida dkk. (2001)menunjukkan adanya peningkatan pengetahuanpetani secara nyata tentang pertanian konservasidi lahan kering. Namun, melalui penelusuranreferensi secara mendalam (termasuk denganinternet), tidak dijumpai penggunaan media iniuntuk komunikasi pembangunan wanatani(agroforestry). Padahal, media ini sangat potensialbila dimanfaatkan untuk pendifusian kultur tekniswanatani di wilayah resapan di seperti LampungBarat, terutama bila dikaitkan dengan permasalahanfisik wilayah, masalah sosial, ekonomi, budaya,serta literasi yang ada di wilayah ini.

Secara fisik, menurut Pusat Penelitian Tanah

Page 3: Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media …

53Ida Nurhaida, dkk. Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media Belajar

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

tanah (run off) dan laju erosi tanah melampauiambang batas, seperti dilaporkan oleh Afandi dkk.(2002b).

Untuk itu, pengukuhan (reinfocement) kepadaetnis asli dan pendifusian kepada etnis pendatangatas berbagai kearifan lokal dalam bidang wanataniini, yang telah mulai banyak ditinggalkan tersebut,mendesak untuk dilakukan melalui suatu programkomunikasi penyuluhan. Hendaknya program itujuga meliputi upaya-upaya untuk melakukankoreksi atas praktek-praktek wanatani kopi yangkeliru dan bertentangan (conflicting) terhadappengetahuan ilmiah yang juga banyak dilakukanoleh para petani setempat.

Sementara itu, secara konsepsional wanatanidapat diartikan sebagaimana yang dimaksudkanoleh Arsyad (2000), yaitu setiap sistempenggunaan lahan untuk menyediakan kayu, hasiltanaman pepohonan, dan semak yang merupakanpertanaman campuran, yang tersusun secaraspasial dengan ataupun tanpa hewan. Tanamantahunan berkayu tersebut ditanam untuk lebih darisatu tujuan, bersama-sama dengan tanamanberbentuk semak dan rerumputan, sehinggaterbentuk sistem penanaman dengan berbagaistrata ketinggian tajuk (multistrata). Ini dapatmemaksimumkan penangkapan sinar matahari,memaksimumkan perlindungan permukaan tanahterhadap tumbukan butir-butir air hujan secaralangsung, mencegah kehancuran struktur tanah,memaksimumkan peresapan air hujan ke dalamtanah, sekaligus meminimumkan aliran air dipermukaan, menekan laju erosi tanah,meminimumkan kehilangan unsur hara, yangberarti pula dapat meminimumkan masukan sepertipupuk dan sebagainya. Dengan demikian, hal inidapat mencegah kerusakan lingkungan, dapatmeningkatkan keanekargaman hayatinya sertadapat memberikan amenitas lingkungan.Sedangkan secara lebih praktikal, menurut Joshidkk. (2001), wanatani dapat diartikan sebagaimenanam tanam pertanian di antara tanamanpepohonan berkayu di wilayah hutan.

Apabila program pengukuhan dan redifusikultur teknis wanatani itu banyak diadopsi olehpara petani kopi di Lampung Barat, maka bisa

dan Agroklimat (1989), fisiografi Lampung Baratutamanya mempunyai bentang alam (landscape)perbukitan dan pegunungan (orografik) dengankemiringan lahan rata-rata yang cukup curam, curahhujan yang besar (2833-3058 mm per tahun),didominasi tanah yang peka erosi. MenurutDepartemen Kehutanan (2000), sekitar 30% wilayahLampung Barat status kepemilikan lahannyaditetapkan sebagai hutan milik negara untuk hutanproduksi terbatas dan hutan lindung yangberfungsi sebagai wilayah peresapan air, tetapirealitas penggunaan lahan yang ada, menurutAfandi dkk. (2002), berupa tanaman kopi yangumumnya ditanam secara monokultur. Artinya,sebagian besar telah dirambah. Padahal, di bagianTengah, telah banyak direncanakan dan dibangunberbagai fasilitas dengan investasi yang sangatmahal (seperti dam, bendungan, pembangkit tenagalistrik, dan jaringan irigasi), baik sejakpemerintahan kolonial maupun semasaPemerintahan RI, yang sangat penting untukmenopang keberlanjutan sistem ekologi manusiayang terkonsentrasi bagian Tengah dan di bagianTimur Propinsi Lampung.

Realitas sosial dan budayanya menurut,Nurhaida dkk. (2005), di wilayah resapan ini adaempat etnis yang dominan, yaitu Semendo,Lampung, Jawa, dan Sunda. Dua etnis pertamamerupakan etnis asli (yang mempunyai berbagaikearifan lokal dan berbudidaya kopi di wilayahhutan) dan dua etnis lainnya merupakan etnispendatang melalui program transmigrasi (BiroRekonstruksi Nasional pada masa PemerintahanSukarno tahun 1955), yang tidak mempunyai latarbelakang pertanian kopi, melainkan pertanianpalawija pada bentang lahan yang umumnya datarpula. Tetapi, ternyata, kearifan lokal itu semakinbanyak ditinggalkan (oleh etnis asli sekalipun),sehingga pertanian kopi secara monokultur mejadidominan di wilayah ini. Fenomena inimenyebabkan kemerosotan fungsi hidro-orologiswilayah resapan ini semakin berat, yaitu fluktuasidebit yang besar, (banjir berlumpur sedimen padamusim hujan dan kekeringan di musim kemarau).Di beberapa tempat, banyak ditemukan wilayahyang rawan longor akibat aliran air permuakaan

Page 4: Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media …

MEDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 200754

menjadi tumpuan harapan bagi pelestarian wilayahresapan ini. Tetapi, kinerja penyuluhan di wilayahini belum memperlihatkan hasil yang nyata akibatketerbatasan jumlah dan frekuensi penyuluhantermasuk juga penyediaan alat bantu komunikasiyang handal Nurhaida dkk (2005). Kecuali itu,Nurhaida dkk (2004) juga melaporkan persoalansangat mendasar bahwa kemampuan literasi (read-ability) dari keempat etnis ini juga tergolong sangatrendah, yaitu berkisar 22 sampai 88 kata per menit.Mengingat readability masyarakat perdesaandalam waktu yang relatif singkat tidak mudah untukditingkatkan, maka tantangan besar yang harusdihadapi oleh para ahli komunikasi pembangunanadalah untuk merancang media grafis yang dapatmenembus barrier literasi yang berat tersebut disamping untuk menembus hambatan sosial-kultural lainnya.

Berkaitan dengan permasalahan rendahnyatingkat literasi tersebut, selain masalah fisik,ekonomi, sosial, dan budaya yang ada di LampungBarat ini, dikaitkan pula dengan bukti-buktikeefektifan media grafis untuk berbagai programkomunikasi di masyarakat yang rendah tingkatliterasinya tersebut di atas, maka media bukucergam perlu dipromosikan fungsinya agar dapatdigunakan sebagai media belajar dan alat bantukomunikasi penyuluhan tentang kultur tekniswanatani kopi di wilayah resapan ini. Kecuali itu,pertimbangan lain yang juga menguatkan usulanpromosi itu, antara lain, formatnya yang sangatmudah untuk dimuati dengan berbagai pesanideologi lingkungan, citra dan popularitasnya yangmasih baik di kalangan warga perdesaaan sebagaimedia hiburan, durabilitasnya yang relatif panjang(dibandingkan radio dan televisi) sehingga mudahdiulang-ulang berkali-kali oleh sesama wargamasyarakat, relatif mudah direproduksi dan murahdalam penggandaannya (Nurhaida dkk, 2001).

Berdasarakan latar belakang dan masalah yangdiseneraikan di atas, maka perlu dilakukanpenelitian ini dengan tujuan untuk merancangmedia hiburan buku cergam menjadi mediabelajar yang sekaligus dapat dimanfaatkanuntuk alat bantu komunikasi penyuluhan yangandal, yang kompatibel dengan latar belakang:

secara fisik (wilayah resapan yang fragil danterpencil); ekonomi (mata pencaharian utamapertanian kopi di kawasan hutan); sosial danbudaya (ada empat etnis dominan lengkap besertaberbagai kearifan lokal selainketerbelakangannya, adat dan kebiasaansetempat); dan yang mampu untuk menembus bar-rier yang sangat berat berupa rendahnya tingkatliterasi masyarakat.

2. Metode PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian tahun ke-2

dari 3 tahap penelitian yang dibiayai oleh DirektoratPembinaan Penelitian dan Pengabdian kepadaMasyarakat (DP3M) Dirjen Dikti Tahun Anggaran2004-2006 yang dilaksanakan mulai bulan Aprilsampai Oktober 2005. Penelitian ini terdiri ataspenelitian lapang dan aktivitas laboratorium. Penilitianlapang dilakukan di empat desa/dusun yang sesuaidengan etnis dominan, yaitu Etnis Lampung (WayMengaku Kecamatan Balik Bukit), Etnis Semendo(Sukananti Kecamatan Way Tenong), Etnis Jawa(Sidomakmur Kecamatan Way Tenong) dan EtnisSunda (Gunung Terang Kecamatan Pajar Bulan) diKabupaten Lampung Barat. Aktivitas laboratoriumdilakukan di Laboratorium Multimedia Jurusan IlmuKomunikasi FISIP Universitas Lampung.

3. Pengembangan Media Cergam3.1 Substansi Isi Pesan

Substansi isi pesan diekstrak dari hasil-hasilpenelitian tahun pertama yang sangat esensial bagikampanye pelestarian wilayah resapan di LampungBarat (Nurhaida dkk, 2005a). Lebih lanjut, mengingatmedia komunikasi ini juga dimaksudkan untukmengukuhkan praktik-praktik wanatani kopi yangsudah benar atau sejalan dengan pengetahuan ilmiah(kearifan lokal) yang mulai banyak ditinggalkankhalayak aslinya pun dan untuk mencegah kekeliruanberikutnya yang mungkin dilakukan oleh petani, makaperancangan isi pesan perlu difokuskan pada keduaaspek tersebut.

Praktek-praktek kearifan lokal yang ditemukandalam empat etnis di Lampung Barat itu (lihat Nurhaidadkk., 2005a) dijadikan sebagai isi pokok pesan yaitu

Page 5: Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media …

55Ida Nurhaida, dkk. Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media Belajar

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

meliputi: (a) praktik pemilihan benih tanaman kopi,penentuan jarak tanam kopi, dan jarak tanamanpeneduh, dan sistem penanaman secara multistrataberbagai jenis tanaman dari keempat etnis tersebut;(b) praktik olah tanah minimum dan penghamparansisa-sisa tanaman pada permukaan lahan (praktikpemulsaan atau mulching) dari Etnis Lampung danSemendo yang juga perlu diperkenalkan pada EtnisJawa dan Sunda; (c) praktik penanaman kacang-kacangan (LCC: legume cover cropping) perludikukuhkan pada Etnis Jawa dan diperkenalankepada ketiga etnis lainnya; (d) praktik peremajaantanaman kopi dengan kapak kulai (Etnis Semendo)atau tuakh sarakh (Etnis Lampung) dan pungkakserta stek perlu dikukuhkan pada kedua etnistersebut dan diperkenalkan pada Etnis Jawa danEtnis Sunda; (e) praktik pemeliharaan hewan ternakseperti domba, itik, angsa dan ayam (Lampung,Jawa, Sunda), serta pemeliharaan ikan (Sunda)perlu dikukuhkan dan diperkenalkan kepada EtnisSemendo. Praktik-praktik yang keliru yang harusdicegah adalah: (a) praktik land clearing,menebang pohon-pohon hutan, dan membakarsisa-sisa tanaman dan sangat meluas pada emaptetnis yang ada, dan (b) praktek pengolahan tanahsecara intensif ataupun pembersihan sisa-sisatanaman (Jawa).

3.2 “Story Board” dan “Setting” CeritaSubstansi isi pesan yang telah diekstrak

tersebut dituangkan dalam suatu cerita yangdidahului dengan brainstorming di antara timpeneliti. Hasil brainstorming itu jugamenyimpulkan ada 20 topik yang perludiskenariokan dalam story board. Selain esensi isipesan, untuk memperoleh media komunikasi yangandal, maka latar belakang sosial, ekonomi, budaya,dan latar belakang fisik yang melingkupi wilayahresapan ini juga dimanfaatkan secara eksploratori.Untuk itu, setting cerita mengambil realitas fisik diwilayah resapan di Lampung Barat, denganmenggunakan empat desa/dusun yang didominasioleh masing-masing etnis Lampung, Semendo,Jawa, dan Sunda, yaitu Desa Way Mengaku,Sukananti, Sidomakmur, dan Gunung Terang.Empat tokoh juga digunakan untuk masing-masing

etnis tersebut yang diskenariokan dalam suatusituasi permasalahan kemerosotan hasil panen kopiyang terus berlanjut, ketidakmenentuan informasi,upaya-upaya pencarian jawaban, konfirmasi,atribusi, dan solusi tentang agroekosistempertanian kopi di wilayah resapan. Selain kearifanlokal, wanatani (agroforestry) kopi yang absahsecara saintifik merupakan pesan inovasi kunciyang dijadikan fokus dalam mengatasikemerosotan produktivitas lahan di wilayahresapan, yang sekaligus juga bertalian denganpencegahan kerusakan lingkungan di wilayah hilirsecara tersistem dan terintegrasi sebagai satukesatuan.

Empat bahasa daerah tersebut digunakanuntuk memudahkan pemahaman. MengingatLampng Barat juga merupakan melting pot bagisuku-suku lain, seperti Bali, Batak, dan Padang,maka juga dilengkapi edisi Bahasa Indonesia.Praktik-praktik adat setempat yang tidakbertentangan dengan pencegahan kerusakanlingkungan seperti syukuran panen agungngumbai dan penentuan saat tanam menurutanatomi bagian tanaman (dari Etnis Lampung), adatpewarisan harta kepada anak perempuan tertuaatau tunggu tubang dan penentuan saat tanammenurut kala revolusi rasi bintang (dari EtnisSemendo) juga dimanfaatkan dalam penuangankedalam cerita untuk meningkatkan keterlibatan diri(self involvement) dari khalayak.

Berbagai pertimbangan tersebut dimaksudkanagar dapat dihasilkan media hiburan buku cergamtersebut menjadi media belajar yang mempunyaikeempat unsur keefektifan media yang tinggi didalam kendala (contraint) hambatan literasi danhambatan fisik wilayah serta hambatan sosial-kultual yang ada lainnya.

4. Rancangan Fisik Cergam4.1 Desain Gambar Sampul

dan Halaman-halaman Isi CergamRancangan atau desain sampul memegang

peranan yang sangat strategis bagi keberhasilanproses komunikasi visual seperti cergam. Untukmedia hiburan seperti buku cergam, sampul

Page 6: Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media …

MEDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 200756

merupakan eye catcher, daya tarik (attraction) darisampul, bisa sangat menentukan apakah mediahiburan ini menarik untuk dibaca ataukahditinggalkan. Tidak ada rumusan umum untukmerancang format visual dari suatu sampulcergam, tetapi untuk meningkatkan kertelibatan diri(self involvement) bagi khalayak sasaran, makaidealya sampul cergam mampu mengekspresikanisinya secara keseluruhan. Karena itu, dalampenelitian ini, isi pesan sampul disarikan darikeduapuluh topik pesan yang dituangkan halaman-halaman cergam. Untuk itu, maka juga telahdilakukan brainstorming tentang rancangansampul di antara tim peneliti. Kegiatanbraistorming ini juga dilakukan untuk merancangsketsa dan skript gambar-gambar visual tiaphalaman cergam untuk meningkatkan daya tariknya(attraction) dan pemahamannya (comprehension)khalayak sasaran. Pada fase ini disepakati judulbuku cergam: Melestarikan Wilayah Resapandengan Menerapkan Wanatani Kopi.

Gambar sketsa dibuat secara manual dengancat air oleh Nurhaida. Selanjutnya, diserahkankepada pelukis profesional untuk dibuat draft akhirgambar-gambar keseluruhan, berupa cat air padakertas manila putih. Mengingat perannya yangsangat strategis itu, maka gambar sampul dibuatlima macam pilihan, untuk dipilih satu yang terbaikoleh khalayak petani di empat desa/dusunpenelitian ini untuk dijadikan gambar sampul final.Sedangkan gambar atau ilustrasi yang digunakanpada tiap halaman cergam dibuat satu sampai duagambar per halaman untuk memperjelas isi pesan.Semua draft gambar (hasil lukisan pelukisprofesional tersebut) direproduksi dengan kameradigital HP dengan kemampuan 2 megapixelkemudian diedit dalam Photo Editor 7.0 yangselanjutnya untuk disisipkan pada halaman-halaman cergam.

4.2 Tata LetakTata letak (lay out) mengadaptasi media

cergam yang telah dikembangkan Nurhaida (1999)dan Nurhaida dkk. (2001). Atas dasar pertimbangankemampuan literasi, realitas fisik wilayah dan sosialbudaya yang ada, maka ada 20 substansi pesan

yang perlu dituangkan ke dalam media cergamdengan satu topik pesan per halaman. Separohalaman bagian bawah digunakan untuk pesan lit-eral. Sisanya, bagian atas digunakan untuk pesanvisual untuk meningkatkan pemahaman dan dayatarik serta pelibatan khalayak pembacanya. Dibawah bidang gambar, dibuat subjudul yangmewakili satu topik pesan. Pesan literal dituangkankedalam narasi ataupun percakapan pendekdengan menggunakan 10 sampai 15 kalimat perhalaman. Untuk menghindari timbulnya kesanrumit, sekaligus untuk meningkatkan daya tarik (at-traction), maka dipilih huruf tanpa kait, yaitu Arialdengan ukuran 14 font.

4.3 “Draft” Buku CergamDraft sampul buku cergam dicetak dengan

printer Canon Pixma iP 3000, pada kertas tulipkrem, berukuran 21cm X 24 cm. Untuk halaman-halaman isi cergam, digunakan kertas crommo 80gram. Untuk keperluan ujicoba, setiap edisi bahasadicetak secara terbatas sebanyak 25 eksemplar.

5. Uji Coba Media

5.1.Uji Coba dan Perbaikan MediaUji coba media (media communication pre-

testing) dilakukan berdasarkan saran Bertrand(1978) seperti yang telah dilakukan oleh Nurhaida(1999) dan Nurhaida dkk (2001). Uji coba inidilakukan dua kali pada bulan Agustus-Septem-ber 2005 diantarai dengan kegiatan perbaikan me-dia (media improvement).

5.2 Uji Coba Efektivitas MediaDari tiap desa/dusun dipilih sekitar 20 orang

responden sampel. Sebanyak 10 orang “diberikan”(dipersilakan ambil) buku cergam edisi Bahasa In-donesia, dan sekitar 10 orang edisi bahasa daerahsetempat, untuk dibaca di tempat secarabersamaan. Kemudian diberikan dua macamkuesioner. Kuesioner pertama untuk mengujipemahaman (comprehension) terhadap substansiisi pesan. Kuesioner ke dua untuk mengukur 3variabel keefektifan media cergam lainnya yaitu

Page 7: Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media …

57Ida Nurhaida, dkk. Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media Belajar

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

daya tarik (attraction), keterlibatan (self involve-ment), dan penerimaan (acceptability). Padabagian akhir dari kuisener yang ke dua ini, jugadilengkapi kolom saran-saran perbaikan.

Untuk menguji pemahaman maka disajikan25 pertanyaan pilihan berganda dengankemungkinan jawaban benar/salah. Nilaipemahaman responden ditentukan denganpersentase jawaban yang bernilai benar. Ujiterhadap 3 variabel keefektian media yang lain,masing-masing disidik dengan menggunakan 4buah pertanyaan, yang mempunyai 3 pilihankemungkinan jawaban sebagai skala sikap. Untukpilihan jawaban a yaitu benar/sesuai denganharapan diberi skor 3, untuk pilihan jawaban b yaitusebagian benar/sebagian sesuai diberi skor 2,untuk pilihan jawaban c yaitu tidak benar/tidaksesuai diberi skor 1. Dengan demikian nilai harapanterbesar adalah 12 untuk tiap orang tiap variabel.

Misalkan, seorang sampel/partisipanmemberikan jawaban terhadap variabel daya tarik(attraction) pada pertanyaan pertama diamemberikan jawaban b, pertanyaan ke dua denganjawaban b, pertanyaan ke tiga dengan jawaban c,serta untuk petanyaan ke empat dengan jawabana. Maka bagi satu orang ini daya tarik media yangdia baca = {(2+2+1+3)/12} x 100% = 75%. Nilaivariabel daya tarik (attraction) media ini untuk 25orang sampel berarti rata-rata dari 25 orang.Demikan pula variabel keterlibatan (involvement),dan penerimaan acceptability), ditentukan dengancara seperti penentuan daya tarik (attraction) darimedia ini.

Keefektifan media bagi seorang partisipan/sampel merupakan rataan dari keempat variabeltersebut. Misalkan untuk keempat variabel(pemahaman, daya tarik, keterlibatan, danpenerimaan) masing-masing 80%, 80%, 85%, 75%,maka keefektifan media ini bagi seorang partisipan/sampel tersebut adalah 80%. Keefektifan mediasetiap edisi bahasa diperoleh dari rata-rata semuasampel tiap desa/dusun.

5.3 Ujicoba Desain SampulUjicoba draft desain sampul ini dimaksudkan

untuk memilih satu dari lima draft sampul yang

terbaik menurut pilihan khalayak. Tiap orangpartispan/sampel, diminta untuk memilih salah satudraft sampul yang terbaik dari lima draft yang telahdisiapkan. Uji ini dilakukan sesaat setelah ujicobakeefektifan media cergam dilakukan pada orang-orang yang sama pula. Rancangan draft sampulyang dipilih terbanyak, diputuskan untukdigunakan sebagai sampul final media cergam ini.

5.4 Perbaikan MediaPerbaikan utamanya dilakukan pada pesan-

pesan literal, khususnya untuk edisi yangmempunyai skor dibawah 70. Perbaikan pesan vi-sual dilakukan secara minor. Dasar utama bagiperbaikan ini adalah saran-saran dari respondenyang dijaring sesaat setelah ujicoba media. Setelahperbaikan media (media improvement) ini makadilakukan uji keefektifan media yang ke dua.

6. Hasil dan Pembahasan

6.1 Pilihan Desain SampulLima draft sampul yang telah dikembangkan

disajikan pada Gambar 1. Beberapa halamancergam yang digunakan dalam penelitian inidisajikan pada Gambar 2. Hasil ujicoba draft desainsampul disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.Jumlah Vote dan Ranking Hasil Ujicoba DesainDraft Sampul Buku Cergam di 4 Desa/Dusun

Penelitian

No. Desa/Dusun DesainI II III IV V

1 Way Mengaku 1 1 11 5 32 Sukananti 3 2 6 6 23 Sidomakmur 2 1 11 5 14 Gunung Terang 2 2 9 3 3

Jumlah Vote: 8 6 37 19 9

Rangking: 4 5 1 2 3

Sumber: Hasil Penelitian (2005)

Page 8: Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media …

MEDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 200758

Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1tersebut, desain III merupakan rancangan sampulyang paling disukai khalayak. Desains III padasemua desa/dusun tempat penelitian mendapatkansuara terbesar kecuali di Desa Sukananti, desainini dipilih dengan suara yang sama banyak denganrancangan II. Tampaknya, desains III ini, lebihmenarik, lebih representatif dan lebihmenyenangkan bagi khalayak setempat. Dalamdesains III ini unsur bentuk atau obyek rumah adatsetempat merupakan satu-satunya obyek yangtidak terdapat pada empat desain yang lain. Objekini, tampaknya, menjadi pembeda terhadap desainlainnya, yang mampu membangkitkan rasaketerlibatan khalayak. Walaupun begitu,sebagaimana terhadap material hasil seniumumnya, apresiasi terhadap realitas itu tidak bisadiklaim sebagai penilaian yang pasti. Perlu kajianyang lebih mendalam terutama dikaitkan denganmanfaat untuk meningkatkan daya tarik (attrac-tion) bagi produk desain visual komunikasi cetakbagi khalayak atau masyarakat perdesaan.

6.2 Keefektifitan Media sebagaiMedia BelajarEfektivitas media buku cergam sebagai media

belajar ataupun alat bantu komunikasi penyuluhandalam penelitian ini diekspresikan denganmenggunakan empat varibael (Bertrand, 1978),yaitu daya tarik (attraction), keterlibatan diri (selfinvolvement), penerimaan (acceptability), danpemaham (comprehesion). Efektivitas mediamerupakan rataan dari keempat variabel ini. Secararingkas, hasil akhir keefektifan cergam sebagai me-dia belajar, ataupun sebagai alat bantu komunikasipenyuluhan, untuk keempat desa penelitian inidisajikan pada Tabel 2. Untuk memudahkanapresiasi terhadap hasil pengukuran keefektifanmedia tersebut, maka dilengkapi dengan dataliterasi khalayak (Nurhaida dkk., 2004) sepertidisajikan dalam kolom 3 Tabel 2.

Seperti dapat dilihat pada Tabel 2, ujicobamedia pertama (hasilnya dinyatakan sebagaiangka-angka dalam tanda kurung) bahwa variabel

Gambar 1. Lima Pilihan Rancangan Sampul Cergam

Page 9: Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media …

59Ida Nurhaida, dkk. Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media Belajar

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

daya tarik, keterlibatan, dan penerimaan mediaumumnya sudah tergolog tinggi. Namun, variablepemahaman (comprehension), yang merupakanvariabel sangat penting bagi kriteria keefektifan

No. Edisi Keterbacaan* Daya Tarik Pelibatan Penerimaan Pemahaman Keefektifan**Kata/menit (%)

1. Bahasa Indonesia*** 88 93 (84) 87 (88) 88 (86) 76 (71) 86 (82)2.. Bahasa Lampung 27 97 (76) 98 (76) 70 (64) 75 (60) 85 (69)3. Bahasa Semendo 77 97 (80) 88 (80) 95 (92) 81(70) 89 (83)4. Bahasa Jawa 44 94 (80) 97 (90) 88 (88) 76 (68) 89 (82)5. Bahasa Sunda 39 87 (86) 95 (90) 93 (90) 77 (66) 88 (83)

media, secara rata-rata masih kurangmenggembirakan, yaitu berkisar antara 60 sampai71%. Oleh karena itu, walaupun keefektifan mediapada ujicoba yang pertama itu rata-rata tergolong

Tabel 2. Hasil Ujicoba Pertama dan Ke dua (dalam tanda kurung) Efektivitas Buku Cergam tentang Wanatani Kopi sebagai Media Belajar pada 4 Desa/Dusun Penelitian di Lampung Barat

Sumber : Hasil Penelitian (2005).Keterangan: * Nurhaida dkk. (2004).

** Rataan dari hasil uji pada empat desa/dusun *** Rataan dari daya tarik, keterlibatan, penerimaan dan pemahaman. ( ) Hasil ujicoba media yang pertama, yaitu sebelum dilakukan perbaikan.

Gambar 2. Beberapa Contoh Halaman Buku Cergam Wanatani Kopi

Page 10: Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media …

MEDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 200760

sedang sampai tinggi (berkisar 69 sampai 83%),maka belum bisa dinilai layak sebagai media belajaryang efektif berhubung dengan masih rendahnyavariabel pemahaman tersebut.

Pada ujicoba media yang pertama itu, jugadiketahui bahwa edisi Bahasa Lampungmempunyai keefektifan media yang paling rendahyaitu 69%. Ini terutama disebabkan oleh rendahnyapenerimaan (acceptability) dan rendahpemahaman (comprehension) media ini.Sebagaimana dapat diindentifikasi dari saran-sa-ran responden pada hasil ujicoba media yangpertama itu, realitas ini terjadi karena kesalahandalam memilih rumpun Bahasa Lampung yangdigunakan. Lampung Barat, utamanya, didiami olehetnis Lampung dengan penutur berdialek Ouy,sementara itu yang digunakan adalah dialek Api.Informasi ini tidak diperoleh sebelum dilakukanujicoba media yang pertama itu. Karena kesalahanitu, maka hal itu menyebabkan variabel penerimaan(acceptability) mereka menjadi rendah dan yangmenjadi barrier bagi pemahaman (comprehen-sion)-nya.

Setelah dilakukan perbaikan media, makavariabel pemahaman pada edisi Bahasa Lampungmeningkat secara rata-rata menjadi 75% padaujicoba media yang ke dua, seperti dapat dilihatpada Tabel 2 pada angka-angka yang ditulis tanpatanda kurung. Artinya, bahwa sekitar 75% pesan-pesan dalam media cergam tersebut dapat difahamioleh khalayak partisipan dalam penelitian ini. Angkasebesar 75%, dalam dunia pendidikan secara umum(rule of thumb), dipandang sebagai ukurankelulusan dengan katagori baik sampai sangat baik.

Pencapai pemahaman sampai katagori sangatbaik itu bukan hanya untuk edisi Bahasa Lampung,tetapi juga untuk empat edisi bahasa lainnya. Atasdasar capaian ini maka dapat dikatakan bahwaperancangan pesan tentang kultur teknis wanatanikopi ini kedalam media buku hiburan cergammenjadi media belajar dapat dikatakan berhasil.Klaim keberhasilan ini dapat dikonfrontir terhadaprendahnya tingkat literasi khalayak, yang menurutNurhaida dkk (2004), berturut-turut untuk BahasaIndonesia, Lampung, Semendo, Jawa, dan Sundasebesar 88, 27, 77, 44, dan 39 kata per menit, seperti

dapat di lihat pada Tabel 2 kolom ketiga di atas.Sebagai bahan perbandingan, kemampuan literasitingkat sarjana biasanya berkisar 300-400 kata permenit. Artinya rancangan buku cergam tersebutberhasil menembus (breakthrough) hambatanliterasi yang sangat berat itu untuk mencapaipemahaman terhadap isi pesan tentang wanatanikopi di wilayah resapan yang juga sangat rumitdan sarat dengan permasalahan.

Keberhasilan itu tidak terlepas darikeberhasilan dalam membuat konstruksi mediahiburan buku cergam menjadi media belajar, yangdicerminkan oleh ketiga variabel lainnya, yaitudaya tarik (attraction), keterlibatan diri (self in-volvement), dan penerimaan (acceptability),Variabel daya tarik, tampaknya, punya peran yangsentral yang pertama dari media hiburan, termasukbuku cergam. Ini dapat ditunjukkan oleh hasil akhiruji coba media yang telah dilakukan, bahkan mulaiuji coba media yang pertama bahwa rata-ratasekitar 76% sampai 86% menyatakan bahwa me-dia ini menarik mereka (setidaknya untuk khalayakpetani partisipan/sampel). Bahkan variabel dayatarik ini mencapai 87% sampai 97% dalam ujicobamedia yang kedua, seperti disajikan dalam Tabel2. Peran daya tarik yang besar ini, tampaknya,juga didukung oleh desain sampul hasil pilihankhalayak partisipan. Begitu pula denganpenyertaan gambar pada setiap halaman.

Fenomena itu bersesuaian dengan temuanHouts dkk (2006) tentang penggunaan gambaryang sangat mengefektifkan komunikasi dalambidang kesehatan, bahwa gambar berkaitan secarakuat dengan teks tertulis ataupun terucap, yangbila dibandingkan dengan teks secara tersendiri,gambar dapat secara nyata meningkatkan perhatianatau daya tarik (attraction), dan pengingatanterhadap informasi pendidikan kesehatan. Gambarjuga dapat meningkatkan pemahaman (comprehen-sion) manakala gambar memperlihatkanketerhubungan dari ide-idenya ataupun bilamemperlihatkan hubungan spasial. Gambar bisamengefektifkan himbauan ataupun instruksikesehatan, namun respon yang menyangkutperasaan terhadap gambar memengaruhi, bisameningkatkan ataupun menurunkan terhadap tar-

Page 11: Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media …

61Ida Nurhaida, dkk. Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media Belajar

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

get perilaku. Semua pasien atau komunikan dapatmemperoleh manfaat dalam penyertaan gambar,apalagi bagi yang tingkat literasinya rendah,gambar akan sangat membantu pemahaman.

Demikian pula dengan para peneliti lain, jugamenemukan kesimpulan yang sama, sepertiSatmoko (1995), Retowati (1995), Nugraha (1995),Nurhaida (1995; 1999), Linda dkk (1996), danNurhaida (1999), Nurhaida dkk., (2001; 2005b),serta Febrianto dan Rafdinal (2006). Merekamenyingkapkan peranan gambar dalampeningkatan daya tarik dalam komunikasi cetak.

Daya tarik yang tinggi itu, tampaknya menjadiaset awal yang sangat penting bagi partisipan(yang menghadapi hamabatan literasi yang sangatberat itu) untuk mencermati setiap isi pesan yangdituangkan dan setiap halaman media cergam.Dengan begitu, timbul gratifikasi di benak merekakarena isinya menyangkut wanatani kopi yangmerupakan perikehidupan mereka sehari-hari.Selanjutnya, gratifikasi ini dapat membangkitkanketerlibatan diri (self involvement), yang manadalam ujicoba pertama pun sudah sangat tinggi,yaitu 76% sampai 90%, dan uji coba yang kedualebih tinggi lagi yang mencapai 87% sampai 95%.

Sebagai tambahan, penggunaan setting desa-desa setempat atau latar belakang fisik, sosial,ekonomi, dan budaya setempat, tampaknya jugamampu meningkatkan keterlibatan dan daya tarik ataugratifikasi terhadap media cergam tersebut. Adanyagratifikasi ini dapat meningkatan peran variabel dayatarik kembali berikutnya, mampu mengalahan bar-rier yang berat berupa rendahnya tingkat literasitersebut. Seterusnya, meningkatkan penerimaan akanisinya (yang mencapai rata-rata sekitar 70% sampai95% pada ujicoba media yang kedua).

Dengan pencapaian pemahaman yang cukuptinggi (sekitar 75-81%, seperti hasil ujicoba mediayang kedua dalam Tabel 2 itu), maka kelima edisiini dapat dikatakan layak sebagai media belajar ataualat bantu komunikasi penyuluhan di wilayahresapan. Penilaian ini didukung oleh tingginyakeefektian kelima edisi tersebut, yaitu berturut-turut untuk edisi Bahasa Indonesia, Lampung,Semendo, Jawa, dan Sunda sebesar 86%, 85%, 89%,89% dan 80%.

7. Simpulan dan SaranBuku cergam sangat efektif dijadikan sebagai

media belajar petani kopi di wilayah resapan, yaitukeefektifan masing-masing 85%, 89%, 88%, 89%,dan 86% untuk Edisi Bahasa Lampung, BahasaJawa, Bahasa Sunda, Bahasa Semendo, dan BahasaIndonesia. Klaim tingginya keefektifan ini atas dasartolok ukur tingkat literasi pembacanya yang sangatrendah berturut 27, 44, 39, 77, dan 88 kata per menituntuk urutan edisi bahasa tersebut.

Saran: (1) lima edisi buku cergam ini perludiperbanyak selanjutnya disebarluaskan kemasyarakat sekitar hutan di Lampung Barat untukmengukuhkan kearifan lokal dan melakukan koreksipraktek-praktek wanatani kopi yang keliru di wilayahresapan, dan (2) perlu melakukan penelitian serupadi wilayah resapan yang lain.

Daftar PustakaAffandi, T. K. Manik, B. Rosadi, M. Utomo, M. Senge,

dan T. Adachi. 2002a. “Soil erosion under cof-fee tree managements in humid tropical hilly areaof Lampung Region, Indonesia.” Journal ofJapanese Society of Soil Physics. Vol. 91:3-14.

Afandi, D. Wiharso, S. Bakri, dan Fahri. 2002b.Evaluation of Profitable and EnvironmentallyBenign Agroforestry Conservation Measuresunder Coffe Monoculture and MultistartaSystem. Research Final Report. CooperationBetween Faculty of Agriculture, The Univer-sity of Lampung and International Centre forResearch in Agroforesty (ICRAF) SoutheastAsian Regional Research Programme.

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air.Bogor: IPB Press.

Bertrand, J. T. 1978. Communications Pretest-ing. Communication Laboratory, Communityand Family Study Center, The University ofChicago.

Delp C., J. Jones. 1996. “Communicating informa-tion to patients: the use of cartoon illustra-tions to improve comprehension of instruc-tions.” Acad Emerg Med 1996;3:264–70.

Page 12: Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media …

MEDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 200762

Depatemen Kehutanan. 2001. Peta Kawasan Hutandan Perairan Skala 1:500.000. PropinsiLampung.

Dowse R., M. S. Ehlers. 2001. “The evaluation ofpharmaceutical pictograms in a low-literateSouth African population.” Patient EducCouns 2001;45:87–99.

Febrianto, F. dan Rafdinal. 2006. “Peningkatankomunikasi informasi akuntansi menggunakangambar kartun.” Jurnal Akuntansi danKeuangan Indonesia 3(1): 128-141.

Houts, P.S., C. C. Doak, L. G. Doak, and M. J.Loscalzo. 2006. The role of picture in improv-ing health communication: A review of re-search on attention, comprehension, recalland adhenrence. Patient Education andCounseling, 61:173-190.

Joshi, L., S. Suyanto, D.C. Catacutan, dan M. vanNoordwijk. 2001. Recognising Local Knowl-edge and Giving Farmers A Voice in thePolicy Development Debate. InternationalCentre for Research in Agroforestry, South-east Asian Regional Research Programme.Bogor.

Lionberger, H. F. and P. H. Gwin. 1982. Communi-cation Strateges: A Guide for AgriculturalChange Agents. The Interstate and Publ. Inc.Danville, Illinois.

Michielutte R, Bahnson J, Digman MB, SchroederE. 1992. The use of illustrations and narrativetext style to improve readability of a healtheducation brochure. J Cancer Educ1992;7:251–60.

Michielutte R., J. Bahnson, M. B. Digman, E.Schroeder. 1992. “The use of illustrations andnarrative text style to improve readability of ahealth education brochure.” J Cancer Educ1992;7:251–60.

Nugraha, B.S. 1995. “Pengaruh Tokoh Utama danTeknik Penyajian Pesan Grafis dalam Film Slidepada Pengetahuan dan Sikap Para Wanita TunaSusila tentang Penyakit AIDS di Panti Sosial KaryaWanita “Silih Asih” di Palimanan, Cirebon.” The-

sis Magister Program Studi KomunikasiPembangunan Pertanian dan Pedesaan, PPS IPB.Bogor.

Nurhaida, I. 1995. “Pengaruh Bentuk Pesan dan BentukKesimpulan dalam Buku Cerita Bergambar tentangKonservasi Tanah di Desa Sagara, KecamatanArgapura, Kabupaten Majalengka.” Thesis Mag-ister. Program Studi Komunikasi PembangunanPertanian dan Pedesaan, PPS IPB. Bogor.

Nurhaida, I. 1999. “Pengemasan Desai Pesan PertanianKonservasi dalam Buku Cerita Bergambar untukMedia Belajar Petani Lahan Kering.” Komunitas,Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Budaya 5(9-10):20-30.

Nurhaida, I., A. Jahi., Ig. Kismono, dan M. S.Padmanegara. 2001. “Pengaruh Pesan yangMenyenangkan dan Pesan yang Menakutkandalam Buku Cerita Bergambar terhadapPeningkatan Pengetahuan Petani tentangPertanian Konservasi.” Jurnal Lingkungan danPembangunan Vol. 21. No. 4:282-296. PusatPenelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan,Universitas Indonesia.

Nurhaida, I., S. P. Hariyanto, S. Bakri, A. Junaidi, dan P.Syah. 2004. “Membangun sistem basis datapengetahuan lokal wanatani kopi sebagai landasanutama program komunikasi penyuluhan denganpendekatan secara bottom up di wilayah resapanLampung Barat.” Laporan Penelitian HibahBersaing Perguruan Tinggi. Lembaga PenelitianUnila (Tidak Diplukasikan).

Nurhaida, I., S. P. Hariyanto, S. Bakri, A. Junaidi, dan P.Syah. 2005a. “Inventarisasi Kearifan Lokal dalamPraktek Wanatani Kopi sebagai Upaya PemberianHak Bicara pada Petani dalam Debat KelestarianFungsi Hidro-orologi Wilayah Resapan diLampung Barat.” Jurnal PembangunanPedesaan, Vol. 5, No. 2:91-105.

Nyhus, P. J., Sumianto, and R. Tilson. 2003. “Wild-life Knowledge Among Migrant in WayKambas Southern Sumatera Indonesia: Im-plication for Conservation.” Environmen-tal Conservation. Vol 30 : 192-199.

Page 13: Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media …

63Ida Nurhaida, dkk. Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media Belajar

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Parlato, R. M. B. Parlato, dan B. J. Cain. 1980.Fotonovela and Comic Books. The Use ofPopular Graphic Media Development. Of-fice of the Education and Human Resource,Development Support Bereau Agency for In-ternational Development, Washington DC.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1989. PetaSatuan Tanah dan Lahan Lembar 1010-1011.Land Resource Evaluation and PlanningProject I. Badan penelitian dan PengembanganPertanian Departemen Pertanian.

Retowati, D. 1995. “Pengaruh Bingkai dan GambarKontras Komik pada Peningkatan PengetahuanAnggota Kelompok Wanita Tani tetangAgribisnis Baby Corn di Kecamatan BanguntapanKabupaten Bantul, Yoyakarta.” Thesis MagisterProgram Studi Komunikasi PembangunanPertanian dan Pedesaan, PPS IPB. Bogor.

Satmoko, S. 1995. “Pengaruh Tokoh Cerita danGambar Kontras Komik pada PeningkatanPengetahuan Peternak tentang TatalaksanaBeternak Domba di Desa Kulur, KecamatanMaja Kabupaten Majalengka.” Thesis Mag-ister Program Studi KomunikasiPembangunan Pertanian dan Pedesaan, PPSIPB. Bogor.

Smith, K.H. and M.A. Stutts. 2003. “Effects ofshort-term cosmetic versus long-term healthfears appeal in Fotonovela on the smokingbehavior adolescents.” Journal of ConsumerBehaviour, 3(2):157-177.

Zeffry. 2001. “Komik Indonesia Tahun 1990-an:Deskripsi Keragaman dan Temat ik.”Makara: Jurnal Penelitian Universitas In-donesia, Vol. 5:30-35.

Page 14: Merancang Media Hiburan Buku Cergam Menjadi Media …

MEDIATOR, Vol. 8 No.1 Juni 200764