Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan Dan Penagihan

18

Click here to load reader

description

siklus penjualan

Transcript of Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan Dan Penagihan

Page 1: Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan Dan Penagihan

MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN: PIUTANG USAHA

I. Metodologi Desain Pengujian Perincian Saldo

Metodologi desain pengujian perincian saldo yang menggunakan model resiko audit

digunakan para auditor dalam mendesain pengujian yang tepat untuk saldo piutang

dagang. Dalam metodologi tersebut berkaitan dengan kertas kerja perencanaan bukti yang

diperkenalkan dalam bab materialitas dan resiko.

Bukti yang memadai yang  akan dipakai dalam pengujian perincian saldo harus

diputuskan berbasis dengan tujuan dengan tujuan (objective-by-objective).Pengambilan

keputusan ini menjadi kompleks karena adanya beberapa interaksi yang mempengaruhi atas

bukti tersebut. Contohnya auditor harus mengevaluasi pelanggaran dan mempertimbangkan

risiko bawaan (inherest risk). Potensi dan resiko ini dapat bervariasi sesuai dengan

tujuannnya, seperti halnya hasil pengujian pengendalian identifikasi risiko, yang bervariasi

sesuai dengan tujuan.Auditor itu harus pula mempertimbangkan hasil pengujian subtantif dari

penjualan dan penerimaan kas.

Dalam mendesain  pengujian perincian saldo piutang dagang, auditor harus memenuhi

delapan tujuan perincian saldo. Delapan tujuan umum ini sama untuk seluruh akun, yang

disebut tujuan audit yang terkait dengan saldo piutang dagang. Kedelapan tujuan tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Piutang dagang dalam neraca saldo sesuai dengan jumla pada berkas utama, dan

jumlah totalnya secara tepat ditambahkan sesuai dengan buku besar (kecocokan

perincian).

2. Perincian piutang dagang yang terjadi (Keberadaan).

3. Seluruh piutang dagang sudah dihitung (Kelengkapan).

4. Jumlah piutang dagang yang tepat (Akurasi).

5. Piutang dagang diklasifikasikan dengan benar (Klasifikasi).

6. Pisah batas waktu piutang dagang yang tepat (pisah batas)

7. Piutang dagang dinyatakan dalam nilai yang dapat direalisasikan (Nilai Terealisasi)

8. Klien memiliki hak atas piutang dagang

Page 2: Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan Dan Penagihan

Kolom dalam kertas kerja perencanaan bukti termasuk tujuan audit terkait

saldo.auditor menggunakan faktor-faktor yang ada untuk membantu mengetahui resiko

deteksi piutang dagang yang terencana, sesuai tujuannya.

II. Mendesain Pengujian Perincian Saldo

Meskipun auditor menekankan akun-akun neraca dalm pengujian perincian saldo,

akun laporan laba-rugi tidak dilupakan karena akun laporan laba/rugi diuji sebagai produk

sampingan dari pengujian neraca. Sebagai contoh, jika auditor mengkonfirmasi saldo piutang

dagang dan menemukan lebih saji yang disebabkan karena kesalahan dalam penagihan ke

pelanggan, maka baik piutang dagang maupun penjualan menjadi lebih saji.

Konfirmasi atas piutang dagang merupakan pengujian terpentingterhadap perincian

piutang dagang. Kita akan mendiskusikan konfirmasi secara singkat sambil mempelajari

pengujian yang memadai untuk setiap tujuan audit-terkait saldo. Kita akan membahasnya

lebih terperinci dalam bab ini.

Dalam membahas pengujian perincian saldo piutang dagang, kita berfokus pada

tujuan audit terkait saldo. Kita akan mengasumsikan dua hal, yaitu:

1. Auditor telah melengkapi kertas kerja.

2. Auditor telah menetapkan risiko deteksi terencana untuk pengujian atas tujuan audit-

terkait saldo.

Piutang Dagang Ditambahkan secara Tepat dan Sesuai dengan Berkas Utama dan Buku Besar

Pada umumnya, pengujian atas piutang dagang dan cadangan kerugian piutang

dilakukan berdasarkan neraca saldo. Sebuah neraca saldo menyajikan saldo piutang dagang

pada tanggal neraca termasuk data saldo piutang untuk setiap pelanggan disertai perincian

saldo untuk kurun waktu antara tanggal penjualan dan tanggal neraca.

Biasanya, auditor melakukan pengujian atas informasi yang didapatkan dari

kecocokan perincian (detail tie-in) dalam neraca saldo, sebelum melakukan pengujian

lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah populasi yang diuji sama dengan buku

besar dan piutang dagang pada berkas utama. Total kolom dan kolom yang berkaitan dengan

umur piutang harus diuji dan total pada neraca saldo dibandingkan dengan buku besar.

Sebagai tambahan, auditor harus menelusuri sampel untuk saldo masing-masing dokumen

pendukung, seperti duplikat bukti penjualan untuk mencocokkan nama pelanggan, saldo, dan

Page 3: Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan Dan Penagihan

penghitungan umur piutang yang tepat. Perluasan pengujian terhadap kecocokan perincian

bergantung pada jumlah rekening, tingkat pengujian atas berkas utama sebagai bagian dari uji

pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi, dan tingkat pengujian yang dilakukan

oleh auditor internal atau pihak independen lain sebelum auditor. Auditor sering kali

menggunakan peranti lunak audit untuk menjumlah ke bawah (foot) dan ke samping (cross-

foot) pada neraca saldo dan menghitung ulang taksiran umur piutang.

Piutang Dagang Dicatat Sesuai Keberadaannya

Konformasi atas saldo tagihan pelanggan merupakan pengujian paling penting untuk

menentukan keberadaan piutang dagang yang dicatat. Ketika pelanggan tidak menanggapi

konfirmasi, maka auditor perlu memeriksa dokumen pendukung untuk mengecek pengiriman

barang , juga menguji bukti penerimaan kas selama masa tenggat (subsequent) untuk

mengetahui apakah pembayaran sudah dilakukan. Biasanya, auditor tidak menguji dokumen

pengiriman atau bukti penerimaan kas dalam sampel yang dikonfirmasi, melainkan

memperluas penggunaan dokumen tersebut sebagai alternative bukti bagi konfirmasi yang

tidak ditanggapi.

Piutang Dagang Dicatat secara Lengkap

Bagi auditor, sulit untuk melakukan pengujian saldo rekening di luar neraca saldo,

kecuali bergantung pada pertimbangan data piutang dagang di berkas utama. Contohnya, jika

klien tanpa sengaja tidak memasukkan piutang dagang pada neraca saldo, kemungkinan hal

ini akan dapat dideteksi ketika auditor melakukan penjumlahan ke bawah terhadap piutang

dagang di neraca saldo, kemudian melakukan rekonsiliasi saldo melalui akun pengntrol di

buku besar.

Jika seluruh penjualan kepada pelanggan tidak dimasukkan dalam jurnal penjualan,

maka kurang saji pada piutang dagang tidak dapat diungkap melalui pengujian perincian

saldo. Sebagai contoh, auditor jarang mengirimkan konfirmasi piutang dagang kepada

pelanggan dengan saldo nol, sebagian karena hasil penelitian menyebutkan bahwa pelanggan

biasanya tidak merespons permintaan konfirmasi yang menunjukkan saldo mereka kurang.

Sebagai tambahan, penjualan yang tidak tercatat kepada pelanggan baru akan sulit

diidentifikasi dalam konfirmasi karena nama pelanggan tersebut tidak masuk dalam berkas

utama. Kurang saji atas penjualan dan piutang dagang lebih baik dideteksi dari prosedur

Page 4: Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan Dan Penagihan

analitis dan pengujian substantive atas transaksi pengiriman yang dilakukan, tetapi tidak

dicatat (tujuan kelengkapan atas pengujian transaksi penjualan).

Akurasi Piutang Dagang

Konfirmasi rekening yang diambil dari neraca saldo merupakan bentuk pengujian

perincian saldo yang paling umum dilakukan untuk mengetahui akurasi piutang dagang. Bila

pelanggan tidak merespons permintaan konfirmasi, auditor dapat melihat data pendukung

untuk memperoleh keyakinan atas keberadaan piutang tersebut. Auditor melakukan pengujian

debet dan kredit pada saldo pelanggan individu dengan memeriksa dokumen pendukung

untuk pengiriman dan penerimaan kas.

Piutang Dagang Diklasifikasikan dengan Benar

Umumnya, auditor dapat mengevaluasi klasifikasi piutang dagang dengan mudah,

yaitu dengan menelaah neraca saldo untuk piutang yang jumlahnya material dari afiliasi,

karyawan, direktur, atau pihak terkait lainnya. Auditor perlu mengecek apakah piutang yang

sifatnya jangka panjang sudah dipisahkan dari piutang dagang biasa, dan saldo kredit pada

piutang dagang yang jumlahnya besar diklasifikasikan kembali menjadi utang dagang.

Terdapat hubungan erat antara tujuan audit-terkait klasifikasi saldo dengan klasifikasi

terkait, penyajian atas pemahamannya, dan tujuan pengungkapannya. Untuk mencapai tujuan

audit-terkait klasifikasi saldo, auditor harus menetapkan apakah klien telah

mengklasifikasikan piutang dagang secara benar. Sebagai contoh, auditor akan menetapkan

apakah piutang dari pihak terkait telah dipisahkan di neraca saldo. Untuk memenuhi

persyaratan penyajian dan pengungkapan, auditor harus memastikan bahwa klasifikasi

disajikan secara benar dengan menentukan apakah transaksi antara pihak-pihak yang terkait

dengan perusahaan telah dicatat secara tepat dalam laporan keuangan selama menyelesaikan

tahapan audit.

Penetapan Pisah Batas (Cutoff) Piutang Dagang secara Tepat

Salah saji akibat pisah batas (Cutoff Misstatement) terjadi ketika transaksi dalam

waktu berjalan dicatat selama jeda waktu antara pembuatan pelaporan dan waktu audit, atau

sebaliknya. Tujuan pengujian pisah batas, tanpa memperhatikan jenis transaksi, adalah untuk

melihat apakah transaksi yang terjadi di akhir periode akuntansi dicatat pada periode yang

tepat. Hal ini adalah salah satu tujuan terpenting dari siklus karena salah saji dalam pisah

Page 5: Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan Dan Penagihan

batas memengaruhi laba periode berjalan. Sebagai contoh, kesalahan yang disengaja maupun

tidak disengaja dalam menetapkan penjualan yang terjadi setelah tanggal neraca sebagai

penjualan periode berjalan, atau kesalahan tidak memasukkan pembelian barang dagangan

pada periode berjalan, akan menyebabkan lebih saji laba bersih secara material.

Salah saji akibat penetapan pisah batas terjadi pada penjualan, retur dan cadangan

barang dagangan, serta penerimaan kas. Untuk masing-masing hal tersebut, auditor perlu

melakukan tiga pendekatan dalam menetapkan kewajaran pisah batas, yaitu:

1. Menetapkan kriteria pisah batas yang tepat.

2. Mengevaluasi apakah klien telah melakukan prosedur yang memadai untuk

menentukan tingkat kewajaran pisah batas.

3. Menguji apakah pisah bats yang ditetapkan adalah tepat.

Pisah Batas Penjualan. Sebagian besar klien yang bergerak di bidang perdagangan dan

manufaktur mencatat penjualan berdasarkan kriteria pengiriman barang. Beberapa

perusahaan mencatat faktur pada saat perpindahan kepemilikan, yang dapat terjadi sebelum

pengiriman (seperti dalam kasus barang yang diproduksi khusus), pada saat memulai

pengiriman, atau selama pengiriman berlangsung. Agar pengukuran dilakukan secara tepat

pada periode berjalan, maka metode yang digunakan harus mengikuti Prinsip Akuntansi

Berterima Umum(Generally Accepted Accounting Principles/GAAP) dan diterapkan secara

konsisten.

Bagian terpenting pada evaluasi metode klien dalam menetapkan pisah batas adalah

saat menentukan prosedur apa yang digunakan. Jika klien menerbitkan dokumen pengiriman

secara urut nomor, maka auditor akan sangat mudah mengevaluasi dan menguji pisah

batasnya. Pemisahan tugas antara fungsi pengiriman dan penagihan juga menguatkan

kecenderungan untuk mencatat transaksi pada periode yang tepat. Bagaimana pun juga, jika

pengiriman dilakukan oleh armada perusahaan, jika pencatatan pengiriman tidak diberi

nomor, dan jika orang yang melakukan pengiriman dan penagihan tidak independen satu

sama lain, maka auditor akan sulit memastikan bahwa pisah batas yang ditetapkan adlah

akurat.

Ketika pengendalian internal klien dianggap memadai, maka auditor biasanya dapat

melakukan verifikasi pisah batas dengan memeriksa nomor dokumen pengiriman pada saat

Page 6: Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan Dan Penagihan

pengiriman terakhir di akhir periode, lalu membandingkan nomor ini dengan pencatatan

penjualan selama periode berjalan dan periode jeda (subsequent). Sebagai ilustrasi,

diasumsikan nomor dokumen pengiriman untuk pengriman terakhir periode berjalan adalah

1489. Seluruh penjualan yang dicatat sebelum akhir periode harus diawali dengan dokumen

nomor 1490 dan tidak ada penjualan dicatat dan dikirimkan selama periode jeda yang

bernomor 1489 atau lebih kecil. Seorang auditor dapat menguji hal ini dengan

membandingkan catatan penjualan dan dokumen pengiriman terkait untuk beberapa hari

terakhir pada periode berjalan, dan beberapa hari di awal periode jeda.

Pisah Batas Retur dan Cadangan Penjualan.

GAAP mensyaratkan retur penjualan harus dibandingkan dengan penjualan terkait

jika jumlahnya material. Sebagai contoh, jika pengiriman pada periode berjalan dikembalikan

pada periode jeda (subsequent period), maka retur penjualan seharusnya dianggap sebagai

persediaan periode berjalan). Di kebanyakan perusahaan, retur penjualan dicatat pada periode

akuntansi di mana transaksi ini terjadi, dengan asumsi yang hamper sama, yaitu adanya

saling-hapus (offsetting) jumlah pada awal dan akhir periode akuntansi. Pendekatan ini dapat

diterima selama jumlahnya tidak material. Beberapa perusahaan menyediakan cadangan,

mirip dengan cadangan piutang tak tertagih, untuk jumlah retur yang diperkirakan terjadi

selama periode jeda.

Jika auditor yakin bahwa klien mencatat seluruh retur penjualan tepat pada waktunya,

maka pengujian pisah batas bias dilakukan dengan mudah dan langsung. Auditor dapat

menguji dokumen pendukung sebagai sampel untuk retur dan cadangan penjualan yang

dicatat selama periode jeda sampai tanggal penutupan untuk menentukan tanggal penjualan.

Jika auditor melihat bahwa jumlah yang dicatat selama periode jeda secara signifikan berbeda

dari retur dan cadangan penjualan di awal periode audit, maka mereka perlu melakukan

penyesuaian. Sebagai contoh, suatu perusahaan bisa mengalami kenaikan retur penjualan saat

melakukan penjualan melalui internet. Hal ini disebabkan karena pembeli tidak bisa

memeriksa produk sebelum dibeli. Sebagai tambahan, jika evaluasi pengendalian internal atas

pencatatan retur dan cadangan penjualan hasilnya tidak efektif, maka lebih banyak sampel

dibutuhkan untuk melakukan verifikasi terhadap pisah batas.

Pisah Batas Penerimaan Kas.

Page 7: Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan Dan Penagihan

Dalam audit, biasanya penentuan pisah batas penerimaan kas dianggap tidak terlalu

penting dibandingkan pisah batas untuk penjualan, retur, dan cadangan penjualan. Hal ini

disebabkan karena penentuan pisah batas penerimaan kas yang kurang tepat hanya akan

memengaruhi saldo kas dan piutang dagang, bukan laba. Jika salah saji tersebut material,

maka hal tersebut dapat memengaruhi penyajian wajar atas akun-akun ini, terutama ketika

jumlah kas kecil atau bersaldo negative.

Pengujian untuk salah saji pisah batas penerimaan kas (biasanya disebut holding the

cash receipts book open) cukup mudah dilakukan, yaitu dengan menelusuri pencatatan

penerimaan kas ke setoran bank pada periode jasa yang terdapat di laporan bank. Jika

beberapa hari tertunda, maka terdapat indikasi salah saji dalam penentuan pisah batas.Pada

tingkat tertentu, auditor dapat mengandalkan konfirmasi atas piutang dagang untuk

menemukan salah saji pada pisah batas penjualan, retur, dan cadangan penjualan, dan

penerimaan kas. Sulit membedakan salah saji pisah batas dari suatu beda waktu (timing

difference) normal yang terjadi karena pengiriman dan pembayaran dalam perjalanan pada

akhir periode. Sebagai contoh, jika pembeli mengirimkan dan mencatat pembayaran cek

kepada klien untuk rekening yang belum dibayar tanggal 30 Desember sedangkan klien

menerima dan mencatatnya tanggal 2 Januari, maka pencatatan oleh pembeli dan klien akan

berbeda pada tanggal 31 Desember. Hal ini bukan salah saji, melainkan terdapat beda waktu

sehubungan dengan waktu pengiriman. Sulit bagi auditor untuk menentukan apakah situasi

seperti ini disebut salah saji atau beda waktu, jika jawaban konfirmasi dijadikan sumber

informasi. Situasi tersebut membutuhkan penyelidikan lebih lanjut, misalnya dengan

pemeriksaan dokumen pendukung.

Piutang Dagang Dinyatakan dalam Nilai Terealisasi

GAAP mensyaratkan perusahaan mencatat piutang dagang dalam jumlah tertinggi

yang dapat ditagih. Nilai terealisasi piutang dagang sama dengan jumlah total piutang dagang

dikurangi dengan cadangan piutang tak tertagih. Untuk menghitung cadangan, klien

mengestimasi jumlah total piutang dagang yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Prediksi ini

tentunya tidak dapat dilakukan secara tepat, tetapi auditor perlu mengevaluasi apakah klien

sudah menetapkan cadangannya secara masuk kal dengan mempertimbangkan semua fakta.

Untuk melakukan evaluasi ini, auditor sering kali menyiapkan skedul audit yang

menganalisis cadangan piutang tak tertagih.

Page 8: Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan Dan Penagihan

Untuk memulai evaluasi cadangan atas piutang tak tertagih, auditor menganalisis hasil

pengujian pengendalian mengenai kebijakan kredit klien. Jika kebijakan ini tidak berubah dan

hasil pengujian kebijakan kredit dan persetujuan kredit konsisten dengan tahun sebelumnya,

maka perubahan saldo cadangan piutang tak tertagih seharusnya hanya merefleksikan

perubahan kondisi ekonomi dan volume penjualan. Jika kebijakan kredit klien berubah secara

signifikan, maka auditor harus berhati-hati dalam mempertimbangkan dampak dari perubahan

ini.

Auditor sering kali mengevaluasi kecukupan cadangan dengan memeriksa akun-akun

jangka panjang pada neraca saldo secara hati-hati untuk menentukan mana yang belum

dibayar setelah tanggal neraca. Besaran saldo dan umur piutang yang belum dibayar dapat

dibandingkan dengan informasi serupa tahun-tahun sebelumnya untuk mengevaluasi apakah

jumlah piutang jangka panjang meningkat atau menurun selama kurun waktu tersebut.

Auditor dapat juga menilai kolektibilitas piutang dagang dengan memeriksa berkas-berkas

kredit, mendiskusikan dengan manajer kredit dan menganalisis berkas korespondensi klien.

Prosedur ini sangat penting jika terdapat hanya sedikit rekening bersaldo tingi yang tidak

tterbayarkan dengan basis regular.

Auditor menghadapi dua kesalahan yang biasa terjadi dalam mengevaluasi cadangan

dengan memeriksa saldo jangka panjang secara individu pada neraca saldo. Pertama, mereka

mengabaikan tingkat kecukupan cadangan untuk akun jangka pendek, meskipun beberapa

akun ini jelas-jelas tak tertagih. Kedua, sulit untuk membandingkan hasil tahun berjalan

dengan tahun-tahun sebelumnya dalam basis yang tidak terstruktur. Jika akun-akun ini secara

progresif tidak tertagih selama beberapa tahun, maka akun ini telah diabaikan. Untuk

menghindari dua kesalahan tersebut, klien dapat menyusun sejarah penghapusan piutang tak

tertagih (bad debt write-offs) selama kurun waktu tertentu sebagai referensi dalam

mengevaluasi cadangan tahun berjalan. Sebagai contoh, klien dapat menetapkan 2% dari

akun berjalan, 10% dari akun berumur 30-90 hari, dan 35% dari semua saldo yang berumur

lebih dari 90 hari dianggap tidak tertagih. Auditor dapat memberlakukan persentase ini ke

neraca saldo dan membandingkan hasilnya dengan saldo pada akun cadangan. Auditor

tentunya harus memverifikasi kewajaran dari persentase yang digunakan dan berhati-hati

dalam memperhitungkan perubahan kondisi.

Piutang Tak Tertagih Setelah auditor puas dengan akun cadangan, mudah baginya

untuk memeriksa piutang tak tertagih. Diasumsikan bahwa:

Page 9: Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan Dan Penagihan

Saldo awal akun cadangan diverifikasi sebagai bagian dari audit sebelumnya.

Jumlah tak tertagih yang dihapus diverifikasi sebagai bagian dari pengujian

substantive atas transaksi.

·         Saldo akhir akun cadangan diverifikasi untuk berbagai tujuan.Piutang tak tertagih

merupakan saldo sisa yang diverifikasi dari perhitungan kembali.

Klien Berhak atas Piutang Dagang

Hak klien atas piutang dagang biasanya tidak menyebabkan masalah audit karena

piutang umumnya memang milik klien. Dalam beberapa kasus, ada bagian dari piutang

dagang yang dijadikan jaminan, ditujukan untuk pihak lain, atau dijual dengan nilai lebih

rendah. Umumnya, pelanggan tidak tahu-menahu tentang hal tersebut, sehingga konfirmasi

piutang pun tidak dapat memberikan kejelasan. Untuk mendapatkan informasi mengenai

keterbatasan hak klien atas piutangnya, auditor perlu mendiskusikan dengan klien, melakukan

konfirmasi ke bank, atau memeriksa kontrak utang sebagai bukti bahwa piutang dagang

dipakai sebagai jaminan, dan memeriksa berkas korespondensi.

Penyajian dan Pengungkapan Piutang dagang

Pengujian dari keempat tujuan audit-terkait penyajian dan pengungkapan dilakukan

sebagai bagian dari penyelesaian tahapan audit. Beberapa pengujian atas penuajian dan

pengungkapan dilakukan untuk memenuhi tujuan audit-terkait saldo. Contohnya, ketika

pengujian penjualan dan piutang dagang dilakukan, auditor harus memahami dan

mengevaluasi kewajaran kebijakan klien atas pengakuan pendapatan untuk mengetahui

pengungkapannya secara wajar dalam laporan keuangan. Auditor juga perlu memutuskan

apakah klien secara wajar telah menghitung saldo dan menyajikan informasi dari pihak-pihak

terkait. Untuk mengevaluasi kecukupan penyajian dan pengungkapan tersebut, auditor perlu

memiliki pemahm SAK dan persyaratan penyajian dan pengungkapan secara menyeluruh.

Bagian penting dari evaluasi meliputi keputusan apakah klien telah memisahkan hal-

hal material yang memerlukan pengungkapan terpisah dalam laporan keuangan. Contohnya,

piutang dari pegawai atau perusahaan afiliasi harus dipisahkan dari piutang dengan pelanggan

lainnya, jika jumlahnya material. Dengan cara yang serupa, SEC mensyaratkan juga bahwa

perusahaan harus memisahkan pengungkapan penjualan dan asset dari segmen bisnis yang

berbeda. Buku besar gabungan dalam laporan keuangan juga perlu memisahkan saldo akun-

akun yang tidak relevan dengan pengguna eksternal laporan. Jika seluruh akun gabungan

Page 10: Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan Dan Penagihan

yang dimasukkan dalam buku besar diungkapkan secara terpisah dalam laporan, maka hal ini

akan membingungkan pengguna laporan.

III. Konfirmasi Piutang Dagang

Persyaratan Standard Auditing

Standard audit mensyaratkan konfirmasi piutang dagang dalam kondisi normal. PSA

07 (SSA 330) menyebutkan tiga pengecualian terhadap persyaratan konfirmasi tersebut, yaitu

:

1. Piutang dagang jumlahnya tidak material. Hal ini biasa terjadi pada perusahaan

tertentu, misalnya totko diskon dengan penjualan tunai dan kartu kredit.

2. Auditor mempertimbangkan bahwa konfirmasi merupakan bukti yang tidak efektif

karena tingkat respon yang rendah atau tidak dapat diandalkan. Dalam industry

tertentu, seperti rumah sakit, tingkat respon untuk konfirmasi itu sangat rendah.

3. Kombinasi dari tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian adalah rendah dan

bukti substantive lain dapat diakumulasikan sebagai bukti yang cukup. Jika klien

memiliki pengendalian internal efektif dan risiko bawaan yang cukup rendah terhadap

siklus penjualan dan penagihannya, maka auditor perlu memenuhi persyaratan dengan

melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantive atas transaksi, dan

prosedur analitis.

IV. Jenis-jenis Konfirmasi

1.      Konfirmasi positif

Konfirmasi positif adalah konfirmasi yang ditujukan kepada debitur untk meminta

konfirmasi secara langsung apakah saldo yang disebutkan dalam konfirmasi tersebut benar

Page 11: Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan Dan Penagihan

atau salah.Formulir konfirmasi kosong adalah jenis konfirmasi positif yang tidak

menyebutkan jumlah yang dikonfirmasi, tetapi mensyaratkan penerima untuk mengisi

jumlahnya atau memasukkan informasi lain. Formulir kosong ini jarang digunakan dalam

praktik karena biasanya tingkat responnya lebih rendah.

Konfirmasi tagihan adalah bentuk lain dari konfirmasi positif yang merupakan

konfirmasi individual, bukan saldo keseluruhan piutang pelanggan. Banyak pelanggan

menggunakan system voucher sehingga mereka bisa mengkonfirmasi tagihan  individual,

tetapi bukna informasi saldo keseluruhan. Akibatnya, penggunaan konfirmasi tagihan ini

menaikkan tingkat respon.

2.      Konfirmasi negative

Konfirmasi negative juga ditujukan kepada debitur, tetapi hanya meminta respon jika

debitur tidak menyetujui jumlah yang dinyatakan dalam konfirmasi.Konfirmasi positif

merupakan bukti yang lebih dapat diandalkan karena auditor dapat melakukan prosedur lain

jika respon tidak diperoleh dari debitur. Dengan konfirmasi negative, pelanggan bisa saja

tidak merespon dan dianggap menyetujui jumlah yang dikonfirmasi, meskipun mungkin

sebenarnya pelanggan mengabaikan permintaan konfirmasi.

Auditor berhak menentukan jenis konfirmasi yang akan digunakan, dan hal ini

sebaiknya berdasarkan fakta dalam audit. PSA 07 menyatakan bahwa konfirmasi negative

dapat dilakukan hanya jika tiga kondisi berikut dipenuhi.

1. Piutang dagang terdiri dari sejumlah besar akun bersaldo kecil.

2. Kombinasi antara risiko pengendalian dan risiko bawaan adalah rendah. Kombinasi

risiko tidak dapat dikatakan rendah jika pengendalian internal tidak efektif atau

terdapat kemungkinan salah saji. Jika audit tahun sebelumnya mengindikasikan

bahwa piutang dagang sering tidak akurat, maka konfirmasi negative tidak tepat untuk

dilakukan.

3. Jika diyakini bahwa penerima konfirmasi tidak mengabaikan konfirmasi yang

diminta. Misalnya, jika tingkat respon konfirmasi positif tahun-tahun sebelumnya

sangat tinggi atau jika terdapat tingkat respon yang tinggi pada klien yang sama.

Page 12: Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan Dan Penagihan

Biasanya, jika konfirmasi negative dilakukan, maka auditor akan memberikan

penekanan pada efektifitas pengendalian internal, pengujian substantive dan prosedur analitis

sebagai bukti kewajaran piutang dagang, dan mengasumsikan bahwa mayoritas penerima

konfirmasi akan membaca dengan seksama dan merespon permintaan konfirmasi.

Konfirmasi negative biasanya digunakan untuk audit rumah sakit, toko ritel, bank, dan

industry lain yang piutang dagangnya berhubungan dengan masyarakat umum. Kombinasi

konfirmasi negative dan konfirmasi positif juga biasa dilakukan dengan mengirimkan

konfirmasi positif kepada debitur dengan saldo besar dan menggunakan konfirmasi negative

kepada debitur bersaldo kecil.

Pilihan konfirmasi oleh auditor dipengaruhi oleh materialitas dari total piutang

dagang, jumlah dan ukuran setiap akun, risiko pengendalian, risiko yang tak terhindarkan,

efektifitas dari konfirmasi sebagai bukti audit, dan ketersediaan bukti audit lain.