Menulis di Koran

download Menulis di Koran

If you can't read please download the document

Transcript of Menulis di Koran

1. Perihal Menulis di Koran Oleh AG.Irawan Wartawan dan Praktisi media, Litbang pada Forum Bahasa Media Massa DIY, Staf Pengajar Lembaga Pelatihan Jurnalistik Bernas (LPJB) Harian Pagi BERNAS JOGJA, Pemimpin Redaksi Tabloid BIAS Yogyakarta. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- - Membuat sebuah tulisan (apa pun bentuknya fakta, opini maupun fisksi) adalah tugas utama (calon) penulis, terutama wartawan yang organik di media publik. Tulisan adalah segala sesuatu yang menarik. Dan tulisan (berita) yang menarik adalah berita yang enak dibaca/ dilihat/ didengar sebanyak-banyaknya orang. Demikian juga bagi seorang arsiparis. Menulis tak hanya sebagai aktivitas sesaat namun menjadi kekuatan untuk mendokumentasikan peristiwa. Banyak orang beranggapan menulis di media massa (surat kabar/koran, majalah, tabloid,dll) itu sulit. Sebaliknya, tidak sedikit yang berpendapat menulis di media massa itu gampang. Tidak mudah untuk menilai mana yang benar, mana yang salah. Sangat boleh jadi keduanya benar. Atau, mungkin yang benar rumusannya: gampang-gampang sulit atau sulit-sulit gampang. Maksudnya, menulis di media massa itu tidak mudah, namun bukan berarti sulit melulu sehingga mustahil untuk dilakukan bagi seorang awam (baca: pemula). Lalu, orang bagaimanakah yang pantas menjadi penulis dan menyatakan pendapatnya melalui tulisan di media? Atas pertanyaan ini kira-kira bisa dijawab begini: dia harus mencintai bahasa dan mampu mengungkapkan ide/gagasan secara tertulis dan komunikatif. Memiliki rasa ingin tahu, memiliki disiplin pribadi, memilikiki sikap menggugat, dapat memusatkan perhatian terhadap suatu masalah, senang membaca dan menulis. Untuk yang terakhir ini, kiranya Anda sependapat bahwa kunci pertama untuk memiliki ketrampilan menulis (di media massa) sebenarnya amat sederhana, dan mungkin dianggap sepele, yakni menulis. Ya menulis itu sendiri. Menggali Memunculkan Ide: MANFAATKAN INDERA Asal tidak cacat total setiap orang memiliki kekuatan untuk mengasah ide dan gagasan kreatifnya. Dengan memanfaatkan indera yang dimiliki ide atau gagasan akan muncul dan menjadi pematik untuk menelusuri sebuah permasalahan/ fenomena (yang sudah terjadi/ sedang terjadi/ akan terjadi). 1. Memanfaatkan penglihatan (mata) Karunia mata yang kita miliki dapat dimanfaatkan untuk memulai mengamati sesuatu. Lihatlah, dan beranikan menatap setiap perubahan/ peristiwa/ kejadian yang terjadi. Lalu, mampukan disadap oleh mata. Dari pola penglihatan yang jeli segala peristiwa bisa dirunut. Misalnya kesemrawutan jalan yang biasa dilalui, jika ditelaah lebih dalam, bukan tak mungkin akan menyisakan sejumlah masalah yang pantas diangkat sebagai tulisan (berita). Mulai dari polusi 1 2. udara hingga egoisme pengendara dan rente bisnis yang tak berkesudahan (bisnis kendaraan hingga layanan asuransi kecelakaan hingga kematian wow) 2. Mulailah mendengarkan (manfaatkan telinga) Indera pendengaran seseorang merupakan kekuatan untuk mempertajam informasi. Kebiasaan mendengarkan setiap informasi mengajak dan mengasah kepedulian seseorang. Selanjutnya coba memperjelas informasi dengan mencari tambahan pada pihak yang memiliki kompetensi. 3. Senantiasa mengasah indera perasa Sentuhan perasaan seseorang bersifat relatif. Perlu membiasakan diri melatih dan mencoba berhadapan dengan sebuah peristiwa. Jika ada informasi tentang kebakaran, misalnya, cobalah datang ke lokasi (TKP). Rasakan sengatan kobaran api di sekitar lokasi, kepanikan korban, hingga rintihan pilu orang-orang yang kehilangan harta benda. Juga untuk peristiwa yang lain. (Riuhnya pesta wisuda, pernikahan, atau duka korban bencana alam, dsj). 4. Mengalami kejadian Menggali sebuah fakta juga dapat muncul secara tiba-tiba ketika mengalami langsung sebuah peristiwa. Dari pengalaman langsung inilah sebuah informasi dapat mulai diolah. Ditelisik akar dan penyebab persoalan yang tengah melingkupi. Misalnya merebaknya calo tiket perjalanan selama musim liburan dan kita menjadi korbannya. Atau kasus suap saat mengurus surat kendaraan. Karena emoh ribet kita ambil jalan pintas. Kiat Menulis di Media Massa Sebagaimana orang melakukan pemanasan dengan olahraga ringan untuk memulai rutinitas harian atau menghidupkan mesin sebelum benda bersangkutan dijalankan. Demikian pula dalam dunia tulis menulis. Ada kalanya memerlukan pemanasan sebelum benar-benar menulis. Ada beberapa cara pemanasan dalam memulai aktivitas kepenulisan : 1. Buatlah catatan harian kemudian manfaatkan. Tidak banyak orang yang gemar membuat catatan harian. Catatan harian ini beragam bentuknya. Boleh dalam kalimat pendek atau beberapa paragraf. Kata-kata yang penting dalam catatan harian, akan merangsang imajinasi seorang pengarang/penulis. Kadang-kadang satu kata pun dapat membangkitkan seluruh kenangan penulis atas suatu peristiwa. Kata-kata kunci ini perlu diperhatikan seorang pembuat catatan harian. 2. Tulis sesuatu yang baru (khas) Mungkin orang bertanya,Bagaimana saya bisa menulis kalau setiap kali menulis harus selalu baru? Bukankah buku seorang pengarang atau penulis yang satu hampir mirip dengan penulis lainnya? 2 3. Di sinilah kiat yang harus dimiliki seorang penulis. Masyarakat pembaca menuntut dari penulis sesuatu yang baru. Mereka tidak mau membeli bahan bacaan yang hampir sama dan mengulangi apa yang sudah dikatakan orang lain. Lantas? Bukankah keadaan seperti ini membuat penulis frustasi dan bingung? Kuncinya, daya kreativitas penulis yang memegang peranan penting. Ia harus memiliki sudut pandang yang khas, dengan bahasa yang segar dan menarik, dalam bentuk yang memiliki ciri-ciri tersendiri. 3. Mempelajari karya orang lain Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Tetapi belum tentu pembaca yang baik menjadi penulis yang baik. Yang jelas, penulis yang baik sangat akrab dengan karya orang lain. Penulis yang tidak professional justru akan menganggap remeh karya-karya orang lain. Perhatikan dengan baik apakah penulis yang bersangkutan mampu menyimpulkan dan memberi kesan/pesan kepada pembaca dengan baik. Apakah permulaan dan akhir serasi dan menarik? Apakah tulisan yang disajikan bermanfaat bagi pembaca? Bagaimana ia menyusun kalimat yang efektif, sederhana dan lancar? 4. Menulis dengan cara yang spesifik Bagaimana cara kita berbicara dan menulis, itulah kita. Dari pembicaraan maupun tulisan orang lain dapat menerka apakah orang yang bersangkutan sedang bingung karena tidak tahu apa yang sedang dituliskannya. Orang yang tertib berpikir akan tertib berbicara. Tulisan akan mengesankan bila seorang penulis dapat mengungkapkan buah pikirannya dalam bahasa dan kalimat yang spesifik. Kemampuan menuliskan hal-hal yang spesifik ini sangat ditentukan oleh kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Selama seorang penulis berbicara dan menulis secara umum saja, maka daya pikatnya akan berkurang. 5. Memberi pemahaman kritis pada pembaca Meski sifatnya uraian atas pendapat pribadi, tulisan di media massa sedapat mungkin memberikan pemahaman kristis yang jelas atas sebuah permasalahan yang sedang dibahas. Kristis yang dimaksud adalah memberikan paparan data, lengkap dengan angka-angka pendukung (jika ada), dan akurat, serta referensial. Penulis hendaknya memberikan penilaian atas data yang tersaji. Sehingga ada keberpihakan yang jelas atas sebuah persoalan yang sedang disajikan (ditulis/diulas). Mampu memberikan nilai (evaluasi), analisa atas data yang didapat. Selanjutnya memberikan solusi alternatif yang ditawarkan oleh penulis jika data atau peristiwa tersebut menyangkut persoalan yang memiliki urgensi tinggi. Misalnya: persoalan curi-mencuri budaya/pulau Indonesia oleh Malaysia, kesemrawutan jalan, bisingnya lingkungan sekolah, kebersihan pasar tradisional, marakanya mal/ hypermarket di permukiman penduduk miskin, patgulipat soal pajak, fenomena Gayus dan persoalan sosial lainnya. Selain wartawan organik pada sebuah media, tulisan (berita) juga bisa dibuat oleh masyarakat umum khususnya pribadi, organisasi atau lembaga yang permanen dan tidak permanen. 3 4. Sedangkan wartawan adalah orang yang bekerja di sebuah lembaga pers, yang tugasnya mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyajikan informasi kepada publik melalui medianya. Mungkin masih ada lagi media komunitas, media korporat, dan sejenisnya. Siapakah penulis (pemula)? Setiap orang (termasuk jurnalis/ penulis) tentu saja pernah menjadi pemula. Dalam kewartawanan memang ada istilah wartawan pemula, wartawan madya, wartawan senior dan sebagainya. Tapi yang penting adalah, apakah penulis/ jurnalis tetap mau belajar dan berbagi untuk sesama. 1. Strategi Pertama : (calon) penulis harus membiasakan diri membaca koran harian, mendengarkan radio, melihat televisi, internet atau informasi yang lain. Tujuannya untuk memperoleh ide dasar bagi bahan penulisan. Ide atau gagasan berita itu penting (wajib) dimiliki seorang penulis. Selanjutnya, penulis melakukan koordinasi dengan dirinya sendiri, orang lain artau komunitas. Lalu, fokus akan hal-hal yang harus dicari dan dikembangkan untuk ditulis. 2. Strategi Kedua : Untuk membuat sebuah tulisan, penulis harus mau terjun ke lapangan. Hampir semua isian tulisan (terutama media cetak) adalah hasil reportase. Reportase di sini adalah kerja lapangan atau kerja melaporkan dalam bentuk tulisan fakta (ada berita langsung, berita kisah, dan laporan). Di lapangan, kemampuan berjurnalistik dan sensitivitas inderawi penulis diuji. Sejauh mana dia mampu mengakses fakta dan data yang memadai untuk dijadikan tulisan di media. Selain mengamati lapangan, penulis juga dituntut mampu melakukan wawancara untuk konfirmasi atas sebuah fakta tertentu atau minta tanggapan atas sebuah peristiwa. 3. Strategi Ketiga : Penulis senantiasa melihat ada momentum atau news peg (cantelan berita) apa yang dapat dimanfaatkan untuk membuat tulisan pada hari itu. Misalnya, hari ini ada peristiwa teragenda apa yang dapat ditulis. Atau ada news peg apa, contohnya menyongsong hari-hari tertentu, seperti Hari Buruh Internasional (1 Mei), Hari Pendidikan Nasional (2 Mei), Hari Ibu (22 Desember), dan lainnya. Tentu saja, terkait dengan news peg, penulis mencari dan mengolah informasi itu tidak tepat pada waktunya. Beberapa hari sebelumnya sudah mempersiapkan fakta dan datanya, dan tulisannya dimuat pada hari H momentum itu. 4. Strategi Keempat : Banyak peristiwa yang terjadi di luar kota, luar daerah atau bahkan luar negeri yang dapat dilokalkan di tempat penulis berada. 4 5. Misalnya kasus flu babi (H1N1) yang awalnya dari luar negeri (Meksiko). Karena menjadi kasus global dan sudah memakan korban di dalam negeri kita, maka kasus itu bisa dikembangkan di sini. Dilakukan pengamatan di lapangan dan wawancara dengan narasumber berkompeten di sini. Jika perlu lakukan riset pustaka. Dalam jurnalisme, pengembangan tulisan (berita) yang dianggap menarik dan penting diketahui masyarakat banyak adalah follow up news. 5. Strategi Kelima : Dalam jurnalisme dikenal istilah (tulisan) talking news, yakni tulisan (berita) yang merupakan hasil wawancara khusus dengan narasumber tentang topik tertentu. Penulis bisa memulai menulis dengan ide dasar dari hasil wawancara yang telah dilakukan. 6. Strategi Keenam : Ada kegiatan atau peristiwa yang patut atau perlu diberitakan sebelumnya, namanya preview news. Artinya, tulisan (berita) ini menginformasikan akan dilaksanakan suatu kegiatan tertentu oleh lembaga tertentu. Tujuan pemberitaan jenis ini agar publik mengetahui kegiatan tersebut dan diharapakan dapat menghadiri atau berpartisipasi. 7. Strategi Ketujuh : Ada kegiatan yang patut diberitakan sesudah peristiwa dimaksud terjadi. Jenis tulisan ini adalah review news. Peran citizen journalism sangat menentukan. 8. Strategi Kedelapan : Organisasi permanen atau tidak permanen pada dasarnya dapat mengirimkan berita ke media massa dengan syarat dan ketentuan berlaku. Berita ini sifatnya layanan publik dari media. Artinya tidak perlu membayar. Namun pemuatannya harus memenuhi persyaratan kelayakan berita dan tersedia space ini di media bersangkutan. 9. Strategi Kesembilan : Berita harus faktual atau obyektif, bermakna serta mempertimbangkan dampak sosial dan dampak manusiawi (human interest). 10.Berita dan nilai Berita Nilai berita : Konflik, kemajuan dan bencana, konsekuensi, kemasyuran dan terkemuka, saat yang tepat dan kedekatan, keganjilan, sentuhan manusiawi, seks, dan aneka nilai yang berlaku di tengah publik. Sumber berita : Sumber primer (fakta/data/angka-angka di lapangan dan wawancara), sumber skunder (riset pustaka), dan riset foto. Prinsip dasar penulisan : Perencanaan (rapat redaksi), penugasan, pengumpulan, evaluasi, penulisan dan penyuntingan. 5 6. 11. Prinsip tulisan berita : Usahakan agar kalimat rata-rata pendek, pilih yang sederhana daripada yang kompleks, pilih kata-kata yang lazim, hindari kata-kata yang tidak perlu, beri kekuatan pada kata kerja, tulislah sebagaimana Anda berbicara, gunakan istilah yang bisa digambarkan oleh pembaca, gunakan sepenuhnya variasi menulis, menulislah untuk menyatakan bukan untuk mempengaruhi. 12. Penulis (jurnalis) harus memiliki sikap : way of life, tujuan mulia, tidak arogan, akurat, kecepatan, kecermatan, jujur terhadap kebenaran. Bekal kerja penulis/ jurnalis : Memiliki naluri berita, mau observasi, punya keingintahuan, mengenal berita, menangani berita, ungkapan yang jelas, kepribadian yang luwes, pendekatan yang sesuai, kecepatan, kecerdikan, teguh pada janji, daya ingat yang tajam, buku catatan, referensi, kamus, surat kabar/majalah/internet/tv/radio. Dan senatiasa melakukan perbaikan demi kemajuan. Syarat kerja penulis (jurnalis) : Tahu yang menarik, selalu ingin tahu, mampu observasi. Kemampuan Berbahasa Jurnalistik Tulisan yang sudah jadi tentu akan kita kirim ke media massa agar dimuat. Untuk itu kemampuan berbahasa jurnalistik mutlak dimiliki. Bahasa jurnalistik atau language of mass communication adalah bahasa yang digunakan untuk menulis naskah atau berita di media massa oleh wartawan. Bahasa jurnalistik adalah gaya bahasa yang komunikatif dan spesifik. Komunikatif artinya langsung menjamah materi atau ke pokok persoalan, tidak berbunga-bunga dan tanpa basa- basi (straight to the point). Spesifik artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri, sebuah gaya bahasa yang sederhana, kalimatnya pendek dengan kata-kata yang jelas dan mudah dimengerti oleh masyarakat umum/pembaca. Jangan sampai sidang pembaca malah dibuat bingung oleh tulisan yang kita buat. Formulasi (tulisan) berita yang baik Berita atau tulisan di media massa yang baik: isinya lengkap, disajikan dengan gaya bahasa sederhana (mudah dimengerti oleh siap saja, termasuk awam sekalipun) dan ditulis dalam format yang pendek. Pendek bukan berarti disingkat-singkat cara penulisannya. Tapi segeralah masuk pada pokok persoalan yang akan disampaikan. Karena pembaca tak memiliki banyak waktu untuk membaca. Pembaca (biasanya) ingin cepat dengan informasi yang didapat lengkap. Rumus Penulisan di media (massa) publik: 5 W ( what, who, where, when, why )+ 1 H (how) -- out door + NV (news value) + I (impact) + S (security) + FTP (fit to print/ publish) -- desk editor 6 7. Sedang informasi / karya tulis (termasuk opini pembaca) yang masuk kreteria laik berita adalah mengandung unsur-unsur: Penting (significance): menyangkut kehidupan orang banyak atau mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca. (misal flu burung, flu babi, dst) Besar (magnitude): menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak. (korupsi, dana aspirasi, kenaikan TDL/BBM, dst) Aktual (timeliness): menyangkut hal-hal yang baru terjadi atau diketemukan. Dekat (proximity): kejadian dekat dengan sidang pembaca, geografis dan atau emosional. Tenar (prominence) : menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca. (misal kunjungan Obama yang bohong-bohongan, SBY Presiden yang Peragu, dst) Manusiawi (human interest) :memberi sentuhan perasaan bagi pembaca. (misal mengangkat topik tentang BLT, ironi penggunaan gas 3 kg yang yang berakhir dengan arisan nyawa rakyat kecil, mobil mewah pejabat di tengah kemiskinan dan utang negara, dsb.) Eksklusif (exlusive): menyangkut sesuatu yang istimewa/ khas. (misal: tentang fenomena geng motor, jual beli plat nomor TNI/Polri, sekaten (DIY) di tengah modernitas, festival adat di tengah kota, dst) Unsur-unsur lain : sex, kriminal, eksotisme, hiburan, dll. Jadi tunggu apa lagi, mulailah menulis!!! Menulis itu bagaikan berenang. Betapa pun seringnya seseorang mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang renang, ia tetap tidak akan bisa berenang selama ia tidak berani menceburkan diri ke kolam renang Selamat berkarya 7