Menuju Politeknik Hebat- Des 2014
description
Transcript of Menuju Politeknik Hebat- Des 2014
-
Politeknik Bermutu Untuk Indonesia Hebat Bambang Hendrawan [email protected]
Landasan Pemikiran Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar dan bonus demografi dimana persentase penduduk
dengan usia produktif pada tahun 2025 2030 cukup tinggi
Kebutuhan tenaga kerja terampil dan wirausaha berbasis keterampilan sangat tinggi dalam
mendukung peningkatan daya saing bangsa yang ditopang produktivitas dan kreativitas
Politeknik sebagai salah satu bentuk perguruan tinggi yang akan berperan besar dalam
menghasilkan lulusan yang terampil dan kompeten
Sejalan dengan semangat UU no 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi berkait dengan
kesetaraan, penguatan pendidikan vokasi; dan keutuhan jenjang pendidikan, serta keterjangkauan.
Strategi Pengembangan Politeknik
1. Jumlah Politeknik baik Politeknik Negeri maupun Swasta sebagai pencetak lulusan terampil dan
kompeten harus terus ditambah.
Untuk jumlah politeknik negeri, setidaknya dari sisi jumlah diharapkan mencapai 60% dari jumlah PTN.
Jika saat ini baru terdapat 38 Politeknik Negeri dari 104 PTN, atau 36,5%, maka dengan asumsi jumlah
PTN non-politeknik tidak bertambah, jumlah Politeknik setidaknya perlu didirikan mencapai 61
Politeknik Negeri. Sedangkan untuk Politeknik Swasta, mengingat jumlahnya masih sangat terbatas
dibandingkan bentuk perguruan tinggi lain dan membutuhkan biaya operasional yang cukup tinggi,
maka diharapkan terdapat dukungan riil dari pemerintah melalui pemberian insentif dalam bentuk
BOPS (bantuan Operasional Politeknik Swasta). Kebijakan ini diharapkan memancing pihak swasta
untuk turut berpartisipasi dalam mendirikan dan mengembangkan pendidikan Politeknik.
2. Harus terdapat minimal 1 Politeknik Negeri di setiap Provinsi berbasis potensi wilayah dan sejalan
dengan Masterplan Percepatan Peningkatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Dari sisi sebaran berdasarkan wilayah, diperlukan pemerataan berdasarkan wilayah karena saat ini
dapat dikatakan hampir setiap provinsi di wilayah Barat Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali)
sudah memiliki Politeknik bahkan di beberapa provinsi telah memiliki lebih dari satu Politeknik.
Sementara untuk provinsi di wilayah Timur (Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua) masih belum
signifikan. Oleh karena itu peningkatan jumlah Politeknik yang akan dibangun juga harus
mempertimbangkan sebaran wilayah serta arah pembangunan sesuai MP3EI. Selain mendirikan baru,
Pemerintah juga perlu meningkatkan Mutu Politeknik yang sudah ada baik dari sisi sumber daya
manusia maupun sarana prasarana
3. Pembangunan dan Modernisasi Sarana Prasarana Politeknik
Belajar dari pengalaman Singapura dalam mengembangkan proram pendidikan Politeknik, untuk
menunjukkan bahwa pendidikan Politeknik sangat strategis dan membangun persepsi kualitas bahwa
pendidikan di Politeknik tidak kalah dengan universitas, Pemerintah Singapura menyediakan
anggaran yang sangat besar untuk pembangunan sarana dan prasarana kampus dalam skala yang
sangat besar , lengkap dan modern. Kampus dibuat senyaman mungkin dimana semua infrastruktur
pendukung tersedia dengan konsep kampus terpadu dengan suasana yang nyaman, mulai dari
asrama mahasiswa, kantin, kafetaria, fasilitas olah raga, fasilitas kesenian, perpustakaan dll. Dengan
-
fasilitas yang sangat besar dan lengkap tersebut, rata-rata setiap tahun setiap Politeknik di Singapura
mampu menampung 15.000 mahasiwa baru. Keberhasilan ini tentunya perlu diikuti oleh Politeknik di
Indonesia. Pengembangan dan Modernisasi sarana prasarana kampus Politeknik yang sudah ada
maupun Pembangunan dan Penyediaan Infrastruktur Politeknik Baru ke depan harus berorientasi
Green Campus, nyaman, ramah lingkungan dimana penggunaan Peralatan dan Fasilitas Layanan
Pembelajaran dengan teknologi terkini.
4. Pengelolaan Sistem pembelajaran di Politeknik menerapkan pendekatan Multi-entry, Multi-exit.
Dari sisi pengembangan ekosistem pendidikan vokasional yang terintegrasi terutama sebagai solusi
peningkatan produktivitas dan daya saing SDM bangsa, Politeknik sebagai penyelenggara program
diploma 3 ke atas, juga harus berperan menjamin interkoneksi dan interdependensi dengan
keberadaan Akademi Komunitas yang rencananya akan berperan sebagai penyangga pengembangan
pendidikan vokasional yang lebih masif di level D1 & D2. Kebijakan pendirian akademi komunitas
minimal 1 di setiap kabupaten/kota sesuai dengan potensi wilayah kota/kabupaten perlu didukung.
Fakta menunjukkan pada tahun 2014, terdapat 62 Akademik Komunitas yang sudah mendapatkan izin
atau baru sekitar 12,5% dari target jumlah Akademi Komunitas yang akan didirikan dan tersebar di
399 kabupaten dan 98 kota di Seluruh Indonesia. Dengan target sebanyak itu, maka Politeknik harus
dapat berperan melakukan pembinaan terhadap beberapa akademi komunitas baik berbasis
kedekatan kewilayahan, maupun kesamaan rumpun keterampilan. Walaupun arah lulusan akademi
komunitas untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dengan kualifikasi dengan level pendidikan D1
dan D2, namun harus tetap dibuka kesempatan bagi lulusan akademik komunitas meningkatkan
jenjang akademiknya secara bertahap dalam rangka peningkatan daya saing melalui Politeknik.
Melalui penerapan pendekatan system multi entry multi exit, arah dan jenis pengembangan Program
studi baru di Politeknik nantinya harus juga mampu mempertimbangkan karakteristik akademi
komunitas yang memiliki kesamaan wilayah atau rumpun ilmu sehingga mampu mewadahi
keberlanjutan dari lulusan akademi komunitas yang ingin meningkatkan kualifikasi pendidikannya.
5. Seluruh Politeknik harus didorong untuk menerapkan Sistem Penjaminan mutu dan akreditasi yang
menggunakan standar internasional
Secara regular Politeknik harus mulai terbuka untuk menerapkan system penjaminan mutu yang
berlaku dalam skala internasional, dievaluasi oleh badan atau lembaga penilai yang berasal dari
universitas atau politeknik terbaik di dunia.
6. Seluruh Politeknik harus didorong untuk membangun pusat-pusat unggulan teknologi terapan
sesuai dengan potensi dan koridor ekonominya
Politeknik sebagai institusi pendidikan vokasi didorong untuk mengembangkan produk-produk
unggulan hasil dari pengelolaan teknologi terapan yang dapat menghasilkan nilai tambah dalam
mendukung upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran dan lulusannya. Pendekatan
Production-based learning yang dikemas dalam format Teaching Factory di berbagai bidang sesuai
dengan kekuatan dan karakteristik di masing-masing Politeknik harus dikembangkan lebih luas.
Khusus untuk produk-produk teknologi dan system hasil kreasi dari civitas academica yang memiliki
nilai manfaat dan nilai komersial yang tinggi, maka setiap Politeknik didorong untuk memiliki sentra
HAKI yang dapat melindungi kekayaan intelektual dari produk-produk yang telah dihasilkan
-
7. Setiap Politeknik harus memiliki minimal satu lembaga sertifikasi profesi (LSP) sesuai standar BNSP
atau standar Internasional Politeknik sesuai dengan karakteristik dan rumpun keterampilan yang
dominan.
Selain memaksimalkan LSP yang sudah ada dari asosiasi profesi, mengingat jumlah dan cakupan
kompetensi yang perlu disertifikasi masih belum mampu mengcover semua sektor usaha, maka
setiap Politeknik didorong memiliki LSP sehingga secara keseluruhan dapat berperan penting dalam
meningkatkan kapasitas jumlah calon tenaga kerja atau lulusan yang dapat dilayani untuk proses
sertifikasi.
8. Orientasi Politeknik dalam menghasilkan lulusan tidak hanya siap kerja di perusahaan tetapi juga
harus siap membuka usaha.
Sistem Pendidikan Politeknik harus berani menetapkan minimal 1 dari 5 lulusannya mampu secara
mandiri mendirikan usaha yang dapat menciptakan lapangan kerja baru dan multiplier-effect positif
lainnya bagi pertumbuhan ekonomi bangsa. Oleh karena itu pendidikan karakter yang mengarah
kepada penguatan karakter wirausaha harus ditanamkan dalam kurikulum dan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran yang dilakukan di setiap program studi. Keberadaan
mata kuliah kewirausahaan di setiap program studi, program wirausaha mahasiswa dan penyaluran
modal kerja usaha, serta penyediaan layanan inkubator bisnis di setiap Politeknik merupakan suatu
rangkaian kegiatan penguatan karakter kewirausahaan bagi mahasiswa atau calon lulusan yang
mandiri dan tangguh
9. Seluruh Politeknik juga harus didorong untuk memperkuat kerja sama dengan industry dalam
bentuk forum/komunitas kemitraan dengan industry yang lebih berkesinambungan
Sebagai perguruan tinggi vokasi yang berupaya menghasilkan lulusan siap pakai dan relevan dengan
kebutuhan pasar kerja, Politeknik harus mampu menjalin komunikasi yang intens dan kerja sama yang
erat dengan industry. Evaluasi baik dari sisi proses maupun output dari proses pembelajaran yang
dilakukan oleh advisory board yang berasal dari industry merupakan suatu nilai tambah yang dapat
membantu peningkatan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan, termasuk update kurikulum
yang mengantisipasi kebutuhan kualifikasi lulusan di masa mendatang . Hubungan dengan industry
yang cukup kuat juga mendukung upaya transfer teknologi, sehingga Politeknik dapat benar-benar
memahami kemampuan seperti apa yang dibutuhkan Industri. Hubungan yang sinergi dengan
industry dapat mendatangkan keuntungan bagi Politeknik terutama pada akhirnya industry dapat
berperan dalam sharing penyediaan perangkat dan infrastruktur pembelajaran
Profil dan Kebutuhan Dosen Profil Dosen Politeknik
- Berpendidikan minimal S2
- Setiap Dosen merupakan asesor kompetensi di bidangnya
- Setiap Dosen memiliki pengalaman berinteraksi dengan INdustri
Agar terjamin mutu proses pembelajaran vokasi maka rasio jumlah dosen terhadap jumlah mahasiswa
maksimal 1: 10. Untuk memenuhi kebutuhan dosen Politeknik perlu dilakukan upaya rekrutmen dan
perancangan skema insentif yang kompetitif , sebagai contoh antara lain :
- Program beasiswa Dosen vokasi dalam dan luar negeri ke jenjang S2/S2 Terapan
- Program dosen magang kerja di Industri dalam dan luar negeri
- Skema Insentif khusus bagi dosen vokasi sehingga minat menjadi dosen vokasi menjadi lebih tinggi
-
Anggaran Untuk dapat merealisasikan pola pengembangan Politeknik tesebut, perlu dukungan politik anggaran
terkait pengalokasian anggaran pengembangan dan pendirian Politeknik dalam skala besar. Untuk
mengembangkan kualitas Politeknik yang saat ini sudah ada baik dari sisi sarpras, system pembelajaran
maupun SDM, dengan standar seperti Politeknik di Singapura, diperkirakan dibutuhkan anggaran sekitar
300-500 Milyar per Politeknik dalam jangka waktu 5 tahun ke depan. Sedangkan untuk mendirikan
Politeknik yang sama sekali baru, dibutuhkan anggaran sekitar 500 -800 Milyar per Politeknik.
Kelembagaan Keberhasilan Pengembangan Sistem Pendidikan Vokasi juga tidak terlepas dari tata kelola lembaga yang
memiliki peran strategis dalam membuat kebijakan pengembangan perguruan tinggi dalam hal ini
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan asumsi Pengelolaan Kebijakan Pendidikan Tinggi
berada di tingkat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan upaya restrukturisasi organisasi yang minim,
maka agar urgensi pengembangan system pendidikan vokasional dalam terlaksana secara komprehensif
dan kondusif, diperlukan satu direktorat teknis yang berada di bawah koordinasi Ditjen Dikti yang fokus
dalam pengembangan ranah pendidikan vokasional. Selain itu penguatan kerja sama dengan industry
asosiasi profesi, asosiasi pengusaha di berbagai tingkat juga perlu diperkuat, sehingga perlu ada
subdirektorat khusus yang berada di bawah direktorat kelembagaan dan kerja sama yang menangani kerja
sama dengan industry.
Rancangan Struktur Organisasi
Direktur Jenderal Pendidikan tinggi
Direktur Pembelajaran
Vokasi
Direktur Pembelajaran
Akademik
Direktur
LitabmasDirektur Diktendik Direktur Lemkerma
Kelembagaan
Kerja Sama Industri
Kerja Sama lembaga
Sekretaris Ditjen Dikti