MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

38
MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA PEMERINTAH DAERAH ATAS PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PEDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) Oleh : Arum Puspita Sari NIM: 232011234 FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Transcript of MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

Page 1: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA

PEMERINTAH DAERAH ATAS PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

SEKTOR PEDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2)

Oleh :

Arum Puspita Sari

NIM: 232011234

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan – persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

ii

Page 3: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

iii

Page 4: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

iv

Page 5: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

v

Page 6: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT karena atas berkat,

bimbingan, kekuatan dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan kertas kerja yang

berjudul “Mental Accounting Pada Pendapatan Ekstra Pemerintah Daerah Atas Pajak

Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2)” dengan baik. Kertas

kerja ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai gelar

S-1 pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Dengan selesainya kertas kerja ini, tepatlah kiranya bila pada kesempatan kali

ini penulis mengucapkan terima kasih setulus – tulusnya kepada:

1. Orang tua tercinta yaitu Bapak dan Ibu yang telah memberi dukungan penuh

selama proses pembuatan dari awal hingga selesainya kertas kerja ini.

2. Ibu M.I. Mitha Dwi Restuti SE., M.Si., yang telah membimbing penulis dari

awal hingga selesainya kertas kerja ini.

3. Prof. Christantius Dwiatmadja, SE., ME., Ph.D, selaku dekan Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

4. Ibu DR. Theresia Woro Damayanti, SE., M.Si., Akt., CA., selaku kepala

program studi akuntansi.

5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama kegiatan

belajar mengajar di Universitas Kristen Satya Wacana.

6. Muhammad Faiz Ilham yang telah mendukung, memberi semangat dan

menemani setiap proses dari awal hingga selesainya kertas kerja ini.

7. Sahabat – sahabat dan teman – teman seperjuangan, Utik, Sendyvia, Nia, Mita,

Devi, dan Dian.

8. Teman – teman angkatan 2011 Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

9. Pihak – pihak lain yang telah memberikan bantuan serta dukungan dalam

penyusunan kertas kerja ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu.

Page 7: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

vii

MOTTO

Learn From Yesterday, Live From Today, And Hope For Tommorow

-Albert Einstein-

Page 8: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

viii

ABSTRACT

This research was conducted to find out the phenomenon of mental accounting

of changes in the post of local government revenue stemming from the diversion of

PBB-P2 from Central Government to local governments. This research is the

development of research ever carried out by Dewanto (2015). Based on the theory of

the mental accounting, researcher are examining whether there is a different treatment

towards the source of revenue from the transfer of the post of the PBB-P2. By using

multiple linear regression analysis, the researcher tested the secondary data LKPD in

2011 to 2014 as much as 65 local government data. Then the results obtained indicate

that the percentage of change in the PBB-P2 in a positive effect on the percentage

change in PAD expenditure, while DAU has no effect change significantly to

percentage change in PAD expenditure. PBB-P2 no longer as a component of the Fund

for the results that were used to finance capital expenditure, but has now been treated

as PAD used to finance operational expenditures of the Government. It becomes

evidence that mental accounting phenomenon occurs on the local government in

Indonesia.

Keywords: Mental Accounting, PBB-P2.

Page 9: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

ix

SARIPATI

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui fenomena mental accounting dari

perubahan pos pendapatan pemerintah daerah yang berasal dari pengalihan PBB-P2 dari

Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah. Penelitian ini merupakan pengembangan dari

penelitian yang pernah dilakukan oleh Dewanto (2015). Didasarkan pada teori mental

accounting, peneliti mengkaji apakah terdapat perlakuan yang berbeda terhadap sumber

pendapatan dari perpindahan pos pendapatan atas PBB-P2. Dengan menggunakan alat

analisis regresi linier berganda, peneliti menguji data sekunder yaitu LKPD tahun 2011

hingga 2014 sebanyak 65 data pemda. Kemudian hasil yang didapatkan menunjukkan

bahwa persentase perubahan PBB-P2 secara positif berpengaruh terhadap persentase

perubahan belanja PAD, sedangkan persentase perubahan DAU tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap persentase perubahan belanja PAD. PBB-P2 tidak lagi

sebagai komponen dana bagi hasil yang digunakan untuk membiayai belanja modal,

tetapi sekarang telah diperlakukan sebagai PAD yang digunakan untuk membiayai

belanja operasional pemerintah. Hal tersebut menjadi bukti bahwa terjadi fenomena

mental accounting pada pemda di Indonesia.

Kata Kunci: Mental Accounting, PBB-P2

Page 10: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

x

KATA PENGANTAR

Penyusunan kertas kerja ini diajukan untuk melengkapi persyaratan untuk

mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Kristen Satya Wacana. Kertas kerja ini merupakan hasil penelitian mengenai adanya

mental accounting pada perlakuan pendapatan ekstra atas pajak yaitu PBB-P2.

Penelitian ini didukung dengan data sekunder berupa Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah Tahun 2011 hingga 2014 dengan melihat perubahan pada PBB-P2, DAU dan

Belanja Operasional yang dibiayai PAD. Namun yang membuat penelitian ini menarik

untuk diulas adalah mengenai mental accounting pada instansi atau dalam penelitian ini

adalah Pemerintah Daerah yang masih jarang dilakukan karena mental accounting pada

umumnya hanya dikaitkan pada perilaku seseorang yang mengelompokkan pendapatan

tergantung dari mana penedapatan itu berasal.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan kertas

kerja ini, sehingga penulis mengharapkan adanya masukan kritik dan saran yang dapat

menjadikan kertas kerja ini menjadi lebih baik. Penulis juga mengharapkan dapat

memberikan manfaat bagi pembaca agar dapat memberikan pengetahuan dari hasil

penelitian ini.

Salatiga, 22 Agustus 2015

Penulis

Page 11: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................... i

Pernyataan Keaslian Skripsi ................................................................................. ii

Halaman Persetujun/Pengesahan .......................................................................... iii

Ucapan Terimakasih ............................................................................................. iv

Halaman Motto ..................................................................................................... v

Abstract ................................................................................................................. vi

Saripati .................................................................................................................. vii

Kata Pengantar ...................................................................................................... viii

Daftar Isi ............................................................................................................... ix

Daftar Tabel .......................................................................................................... x

PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

KERANGKA TEORI

Mental Accounting pada Sektor Publik ......................................................... 5

Pajak Bumi dan Bangunan menjadi Pajak Daerah ........................................ 7

Pendapatan Pemda Di Indonesia ................................................................... 8

METODE PENELITIAN ..................................................................................... 10

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif ......................................................................................... 14

Hasil Pengujian Asumsi Klasik ..................................................................... 15

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ........................................................ 17

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

Lampiran 1. Daftar Pemda ............................................................................. 23

Lampiran 2. Hasil Output SPSS 17.00 .......................................................... 25

Page 12: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pemilihan Sampel Penelitian …………………...………………….. 11

Tabel 2 Statistik Deskriptif Indikator dalam Variabel ……………………… 14

Tabel 3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov …………………………………… 16

Tabel 4 Hasil Uji T …………………………………………………………. 17

Page 13: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

1

PENDAHULUAN

Dalam UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

(UU PDRD) yang diberlakukan mulai tanggal 1 Januari 2010, setiap pemerintah

daerah harus siap dengan tambahan tugas baru yaitu untuk mengelola pos – pos

pajak yang sebelumnya dikelola oleh pemerintah pusat. Hal tersebut sejalan

dengan perwujudan desentralisasi fiskal di Indonesia, yaitu dalam bentuk

pelimpahan kewenangan kepada tingkat pemerintah untuk melakukan belanja,

pemungutan pajak dan adanya bantuan dalam bentuk transfer dari pemerintah

pusat ke pemerintah daerah. Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan

Perkotaan (PBB-P2) diserahkan oleh pemerintah pusat untuk dikelola pemerintah

daerah paling lambat dilaksanakan pada 1 Januari 2014, sehingga yang semula

pemerintah daerah hanya menerima bagi hasil atas pemungutan PBB-P2 tersebut

sebesar 90% dan 10% untuk pemerintah pusat, sekarang ini seluruhnya akan

menjadi kekuasaan dan tanggung jawab pemerintah daerah untuk mengelolanya

(Rahmawan, 2012).

Sumber pendapatan pemerintah bergantung pada tiga aspek utama: pajak,

non-pajak, serta hutang dan PAD (Dewanto, 2015). Sumber – sumber pendapatan

pemerintah daerah telah dijelaskan dalam UU No. 33 Tahun 2004 yaitu terdiri

dari pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan (transfer) dan lain – lain

pendapatan yang sah. Sedangkan untuk klasifikasi pengeluaran yang digunakan

oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah terdiri dari: a) Belanja

operasional merupakan belanja untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan

pemerintah sehari-hari yang di dalamnya terdapat belanja pegawai, belanja barang

dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan, dan b) Belanja modal

merupakan belanja untuk pembangunan baik itu pembangunan fisik seperti jalan,

jembatan, gedung, maupun pembangunan non fisik seperti penataran dan training.

Pos – pos pendapatan daerah diperlakukan dengan sama yaitu akan

digunakan untuk membiayai belanja pemerintah. Namun, terdapat bukti empiris

secara internasional menunjukkan bahwa pemerintah daerah memperlakukan

sumber pendapatannya secara berbeda, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mello

Page 14: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

2

dan Barenstein dalam Dewanto (2015) menyebutkan bahwa ketergantungan pada

dana transfer (Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil) memiliki hubungan

negatif dengan hasil pendapatan pemerintah (PAD). Hal ini berarti pemerintah

lebih hemat atau berhati - hati dalam menggunakan dana yang berasal dari

masyarakat daripada dana transfer yang diterima dari pemerintah pusat. Hal

tersebut secara umum memperlihatkan bahwa perilaku fiskal (berkenaan dengan

urusan pajak) pemerintah daerah dalam merespon transfer dari pusat menjadi

perhatian utama dalam menunjang efektivitas transfer. Permasalahan yang terjadi

saat sebelum adanya pendaerahan PBB-P2, pemerintah daerah terlalu

menggantungkan alokasi DAU untuk membiayai belanja modal dan pembangunan

tanpa mengoptimalkan potensi yang dimiliki daerah. Disaat alokasi DAU yang

diperoleh besar, maka pemerintah daerah akan berusaha agar pada periode

berikutnya Dana Alokasi Umum diperoleh tetap porsi nominalnya (Afrizawati,

2012).

Adanya pendaerahan terhadap PBB-P2 membuat pos pendapatan atas

PBB-P2 yang sebelumnya adalah Dana Bagi Hasil berubah menjadi PAD.

Pemerintah daerah memperoleh pendapatan dari berbagai sumber yang berbeda,

seperti halnya pada individu dan rumah tangga. Di samping memperoleh

pendapatan dari berbagai sumber, pemerintah daerah pun memperlakukan sumber

pendapatannya secara berbeda. Mental accounting merupakan fenomena

keuangan berdasarkan perilaku (behavioral finance), dimana seseorang memiliki

kecenderungan untuk mengelompokkan dan memberlakukan uang secara berbeda

tergantung dari mana uang tersebut berasal (Damayanti dan Supramono, 2011).

Mental accounting memang dikembangkan untuk menjelaskan perilaku individu

dan rumah tangga dalam mengambil keputusan keuangan, namun dalam hal ini

ada kemungkinan dapat diterapkan pada pemerintah daerah.

Penelitian seperti ini pernah dilakukan oleh Bruno and Frank (1998)

dengan menggunakan objek Pemerintah Daerah Flemish dan juga oleh Dewanto

(2015), penelitian Dewanto (2015) menganalisis mengenai hubungan antara

perubahan PBB-P2 dan perubahan Belanja PAD, dengan menggunakan 95 pemda

yang melakukan pendaerahan PBB-P2 tahun 2011 hingga 2013. Berdasarkan

Page 15: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

3

penelitian tersebut disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara perubahan

PBB-P2 terhadap perubahan Belanja PAD. Sehingga, pendapatan yang diperoleh

dari PBB yang sebelumnya untuk mendanai belanja transfer, digunakan untuk

mendanai Belanja PAD karena adanya perubahan pos pendapatan. Penelitian ini

merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Dewanto (2015). Namun,

pada penelitian ini pengujian dilakukan dalam bentuk perubahan persentase untuk

pemda yang telah melaksanakan pendaerahan PBB-P2 dari tahun 2011 hingga

2013 sehingga fluktuasi perubahan secara nominal antara pemda dengan belanja

besar dan kecil dapat terakomodir.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji tanggapan atau respon

pemerintah daerah terhadap perpindahan PBB-P2 menjadi pajak daerah atau

menguji perilaku mental accounting pada alokasi anggaran di pemerintah daerah

berdasarkan sumbernya. Manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut: 1) Memberikan masukan baik bagi Pemerintah Daerah dalam hal

penyusunan kebijakan di masa yang akan datang mengenai perencanaan,

pengendalian, dan evaluasi dari APBD berkaitan dengan dana PBB-P2. 2)

Memberi kontribusi teori sebagai bahan referensi dan dokumentasi maupun data

tambahan bagi mahasiswa ataupun peneliti-peneliti lainnya yang tertarik pada

bidang kajian ini.

KERANGKA TEORI

Menurut Thaler (1999), “mental accounting is the set of cognitive

operation used by individuals and household to code, categorize and evaluate

financial activities”. Jadi, menurutnya, mental accounting merupakan suatu

rangkaian operasi kognitif yang dipergunakan oleh individu maupun rumah

tangga dalam mengkode, membuat kategori, dan mengevaluasi aktivitas

finansialnya.

Mental accounting juga dapat diartikan sebagai perilaku seseorang dalam

mengelompokkan dan mengkategorikan pendapatan sesuai dengan asal

pendapatan tersebut, misal pada individu, perlakuan terhadap gaji setiap bulan

Page 16: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

4

yang dibandingkan dengan perlakuan terhadap bonus. Seseorang cenderung

memperlakukan pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan berbeda dengan

pendapatan dari hadiah, bonus atau sejenisnya dengan nominal yang sama. Seperti

halnya yang terjadi pada seseorang yang baru saja mendapatkan bonus dari

perusahaan, karena tidak merasa bersusah payah dalam mendapatkannya ia akan

cenderung lebih boros atau lebih mudah dalam menggunakan pendapatan tersebut

karena dianggap sebagai uang mudah/rejeki (Damayanti dan Supramono, 2011).

Mental accounting ini tidak hanya dapat dialami oleh individu

perseorangan maupun rumah tangga. Di bawah ini merupakan contoh kasus

mental accounting yang terjadi pada Pemerintah Daerah Flemish dalam penelitian

yang telah dilakukan oleh Bruno dan Frank (1998).

Contoh kasus ini terjadi pada Pemerintah Daerah Flemish yang

memperoleh tambahan pendapatan dari tiga sumber yang berbeda yaitu

hibah, pajak dan hutang. Ketiganya dianggap sebagai grant oleh

Pemerintah Daerah Flemish, dalam penelitian Bruno dan Frank (1998)

jumlah pendapatan daerah mengalami kenaikan secara signifikan dan

menyebabkan pemerintah daerahnya menentukan titik referensi baru

dalam pengalokasian pendapatan dalam pos belanja daerah. Hal tersebut

juga terjadi di Indonesia, yang hampir serupa yaitu pendapatan yang

berasal dari PBB-P2. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Dewanto

(2015), pengalihan PBB-P2 dari pajak pusat mmenjadi daerah

menyebabkan pergeseran pos – pos PBB-P2 yang semula sebagai Dana

Bagi Hasil kemudian menjadi PAD. Namun, adanya pergeseran tersebut

tidak mempengaruhi jumlah pendapatan pemda secara signifikan.

Dengan melihat dan belajar dari fenomena yang terjadi, mental accounting

mampu untuk membantu dalam mempermudah pengambilan keputusan karena

transaksi dievaluasi secara terpisah dari transaksi yang lain. Seperti Karlsson

dalam Dewanto (2015) yang menegaskan bahwa mental accounting dapat

digunakan untuk mencegah pemanfaatan dana untuk kepentingan yang bersifat

konsumtif karena dana telah dikelompokkan ke dalam rekening tertentu seperti

Page 17: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

5

tabungan dan investasi sehingga dana tersebut tidak digunakan untuk kepentingan

lain.

Mental Accounting pada Sektor Publik

Bukan hanya individu dan rumah tangga saja yang memperoleh

pendapatan dari berbagai sumber, pemerintah pun bergantung pada beberapa

sumber pendapatan. Dari hal tersebut, dapat terjadi fenomena dimana pengeluaran

terhadap transfer lebih tinggi daripada pengeluaran terhadap PAD yang sering

disebut dengan flypaper effect. Pemerintah memperlakukan sumber

pendapatannya secara berbeda, dan mental accounting berperan dalam

menganalisa reaksi pemerintah atas perpindahan pos pendapatan tersebut yang

dijelaskan pada kurva anggaran berikut ini:

Gambar 1. Kurva Anggaran Pemerintah

Sumber: Bruno dan Frank, 1998.

Terdapat dua perubahan yang telah menggeser kurva di atas, yang pertama

adalah terjadi perubahan dalam transfer pada saat pemerintah mengubah cara

perhitungan terhadap transfer ataupun indikator lain yang digunakan sebagai dasar

perubahan transfer. Kedua, transfer setara dengan perubahan PAD dari

masyarakat dimana hal tersebut dapat dilihat dari perspektif asumsi pilihan

rasional (Dewanto, 2015). Pergeseran dari garis anggaran AB menuju CD dapat

diartikan sebagai peningkatan PAD atau pendapatan transfer menjadi lebih tinggi.

(Rekening Pribadi)

X’

X” X

Z

Y

E

X

D G

A

C

B

W

(Rekening Publik)

Page 18: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

6

Hal tersebut merupakan fenomena flypaper effect, dimulai dari titik x yang

menunjukkan pengeluaran pemerintah akan menuju titik Y apabila diakibatkan

oleh transfer. Sedangkan pada saat titik x mengarah ke titik Z, terjadi ketika

pengeluaran pemerintah mengikuti kenaikan pendapatan dari masyarakat. Untuk

pergerakan dari titik x menuju titik x’ menunjukkan adanya tambahan PAD pada

garis anggaran AB. Timbul adanya pergeseran mental yang digambarkan melalui

garis yang terhubung dari titik x menuju titik x” yang merupakan bias dari titik x

menuju titik x’. Dari pergeseran mental tersebut akan memunculkan adanya

keputusan tentang berapa banyak yang akan digunakan untuk belanja operasional

dan belanja modal.

Perbedaan titik x’ dan x” tidak relevan jika keuntungan dan kerugian

diperlakukan secara sama. Mulai dari titik x” masyarakat bergerak ke kiri pada

garis anggaran jika keuntungan dari melakukannya melebihi kerugian.

Keuntungan sesuai dengan utilitas tambahan pengeluaran pribadi, kerugian

dengan utilitas dari pengeluaran publik yang hilang. Pergeseran ke kiri berlanjut

hingga keuntungan marginal sama dengan kerugian marginal, hal itu terjadi ketika

tingkat substitusi marginal sama dengan kemiringan kurva anggaran. Pada kurva

di atas, belanja diasumsikan mengarah pada titik E atau titik optimum yang

merupakan hasil prediksi keseimbangan dalam analisis perilaku rasional. Dengan

mengikuti logika biaya – manfaat yang sama, akan memprediksi E sebagai hasil

ekuilibrium. Perlakuan simetris terhadap keuntungan dan kerugian mencerminkan

asumsi fungibilitas yang menjadi dasar dari pendekatan pilihan rasional

(Dewanto, 2015).

Loss aversion menjelaskan bahwa orang akan lebih peka terhadap

penurunan dibandingkan dengan peningkatan kesejahteraan mereka, dalam hal ini

loss aversion berpengaruh untuk menurunkan jumlah kerugian yang dapat

dialami. Selanjutnya dari titik x” dan dengan asumsi bahwa mengalami kerugian

yang sama tetapi mendapatkan keuntungan lebih cepat saat bergerak pada garis

anggaran CD daripada dalam analisis pilihan rasional. Oleh karena itu,

masyarakat akan lebih memilih titik Y atau loss aversion memperkenalkan bias

dalam trade off mendukung titik acuan (x’ atau x”).

Page 19: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

7

Berkaitan dengan pajak, seperti dikatakan oleh Bruno dan Frank (1998)

bahwa transfer pajak hanya menginduksi pergeseran sepanjang garis anggaran

awal. Dalam kurva di atas, peningkatan penerimaan pajak yang berasal dari

transfer menyebabkan pergeseran darti titik x menuju titik di sebelah kanannya

sepanjang garis anggaran AB, atau dari rekening pribadi ke rekening publik.

Transfer pajak tersebut menginduksi pergeseran mental ke titik yang baru,

kemudian masyarakat akan memutuskan berapa banyak untuk belanja operasional

dan belanja modal. Dalam hal ini, loss aversion juga menyebabkan bias dengan

adanya perubahan alokasi “optimal” anggaran untuk belanja modal dan belanja

operasional meskipun kurva anggaran masyarakat tidak terpengaruh.

Pada saat dikeluarkannya UU yang mengatur tentang pengelolaan PBB-P2

menjadi kewenangan pemda, tidak membuat pendapatan total daerah naik secara

signifikan karena PBB-P2 yang semula berupa dana transfer atau dana bagi hasil

berubah menjadi PAD. Tetapi, hanya terdapat perpindahan pos pendapatan yang

tidak akan menyebabkan pergeseran budget line melainkan akan terjadi

pergeseran dari titik x ke titik W sepanjang garis anggaran AB.

Pajak Bumi dan Bangunan menjadi Pajak Daerah

Dasar hukum pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) diantaranya

adalah UU No.12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No.12 tahun

1994, dan Keputusan Menteri Keuangan No. 552/KMK.04/2002 tentang

Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan No. 82/KMK.04/2002 tentang

Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah (Susana, 2012). Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak

pemerintah pusat dan digolongkan sebagai pajak langsung serta dipungut setiap

tahun. Walaupun Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak pusat tetapi dalam

pengelolaannya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak melalui Kantor

Pelayanan Pajak Pratama dan hasilnya akan dibagi dua yaitu 10% untuk

pemerintah pusat dan 90% pemerintah daerah (Santika, 2013). Dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), penerimaan yang berasal dari PBB

dikelompokkan ke dalam bagi hasil pajak.

Page 20: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

8

Kemudian berdasar pada UU No. 22/1999 tentang pemerintahan daerah

dan UU No. 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

pemerintahan daerah, muncul adanya otonomi daerah yang mulai dilaksanakan

tahun 2001 (Asmara, 2010). Sejak diberlakukannya otonomi daerah, terjadi hal –

hal yang tidak diharapkan seperti perebutan kekuasaan antara pusat dan daerah,

perda dan keputusan kepala daerah yang tidak sesuai dengan kepentingan umum

dan peraturan perundangan, hingga menjadikan PBB sebagai Pajak Daerah.

Otonomi daerah dianggap sebagai jawaban dari masalah – masalah yang timbul

dari kecenderungan perencanaan dan pengelolaan sumber daya pembangunan

yang tidak mendorong berkembangnya SDM, sumber daya ekonomi setempat dan

partisipasi masyarakat. Salah satu persoalan yang selalu muncul adalah

ketergantungan pemda pada bantuan dari pemerintah pusat (Dewanto, 2015).

Menurut UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, pengalihan PBB-P2 menjadi pajak daerah paling lambat 1 Januari 2014.

Dari seluruhnya 492 pemda, 1 pemda telah mengelola PBB-P2 mulai tahun 2011,

17 pemda pada tahun 2012, dan 105 pemda pada tahun 2013.

Pendapatan Pemda di Indonesia

UU No. 33 Tahun 2004 menyebutkan bahwa sumber penerimaan

pemerintah daerah terdiri dari PAD, dana transfer dan lain – lain pendapatan yang

sah. Setiap sumber – sumber pendapatan tersebut telah memiliki pos – pos belanja

pemda tersendiri. Perilaku belanja daerah khususnya belanja modal sangat

dipengaruhi oleh dana transfer dari pemerintah pusat, seperti penelitian yang

dilakukan oleh Prakosa (2004) yang mengatakan bahwa jumlah belanja modal

dipengaruhi oleh dana alokasi umum yang diterima dari pemerintah pusat. Hal

tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan terhadap dana transfer dari

pemerintah pusat menjadi semakin tinggi (Susilo dan Adi dalam Dewanto, 2015).

Tujuan dari dana perimbangan (transfer) menurut UU No. 33 Tahun 2004 pasal 3

ayat (2) adalah mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah Pusat dan

Daerah dan antara Pemerintah Daerah.

Page 21: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

9

Dana perimbangan (transfer) menurut UU No. 33 Tahun 2004 dan PP No.

55 Tahun 2005 merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka

pelaksanaan Desentralisasi. Terdiri dari Dana Bahi Hasil (DBH), Dana Alokasi

Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). DBH bertujuan untuk

pemerataan kemampuan keuangan antar daerah, DAU dana transfer dari

Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah yang bertujuan untuk pemerataan

kemampuan keuangan antar daerah. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi

ketimpangan kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang

mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. Salah satu fungsi dana

alokasi umum (DAU) untuk menutup celah yang terjadi karena kebutuhan

daerah melebihi dari potensi penerimaan daerah yang ada, sehingga distribusi

dana alokasi umum (DAU) kepada daerah-daerah yang memiliki kemampuan

relatif besar akan lebih kecil dan sebaliknya daerah-daerah yang mempunyai

kemampuan keuangan relatif kecil akan memperoleh DAU yang relatif besar

(Afrizawati, 2012). Sedangkan DAK dimaksudkan untuk membiayai kebutuhan

sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar

tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan Daerah. Berdasarkan

tujuan yang telah amanatkan oleh UU, dapat diasumsikan bahwa dana transfer

dialokasikan untuk kepentingan pendanaan belanja modal dan pegawai (Dewanto,

2015).

Salah satu fungsi dana alokasi umum (DAU) untuk menutup celah yang

terjadi karena kebutuhan daerah melebihi dari potensi penerimaan daerah yang

ada, sehingga distribusi dana alokasi umum (DAU) kepada daerah – daerah yang

memiliki kemampuan relatif besar akan lebih kecil dan sebaliknya daerah –

daerah yang mempunyai kemampuan keuangan relatif kecil akan memperoleh

DAU yang relatif besar. Demikian pula dengan pendapatan asli daerah yang

mempunyai inti tujuan untuk menekan ketergantungan daerah akan transfer dana

alokasi umum, sehingga secara berlahan – lahan pengalokasian dana alokasi

umum dapat dikurangi seiring kemampuan fiskal daerah dan pada akhirnya

terjadinya flypaper effect dapat terhindari. Pendapatan Asli Daerah adalah salah

Page 22: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

10

satu sumber pembiayaan pemda yang peranannya sangat tergantung pada

kemampuan dan keinginan daerah dalam menggali potensi daerahnya. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Kuncoro dalam Dewanto (2015) menunjukkan

bahwa proporsi PAD hanya mampu membiayai belanja pemda paling besar

sebanyak 20 persen. Dan pada penelitian Faisal dalam Dewanto (2015)

menyatakan idealnya semua pengeluaran pemda terutama pengeluaran rutin dapat

dicukupi atau setara dengan jumlah pendapatan yang diukur melalui PAD. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa pada saat ini PAD baru dapat mengakomodir

pengeluaran operasional pemda diluar belanja pegawai.

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana akan menguji

perilaku mental accounting pada pemerintah daerah yang telah melaksanakan

pemungutan PBB-P2. Peneliti ingin mengetahui apakah peralihan pos pendapatan

yang berasal dari PBB-P2 dapat menyebabkan sumber pendapatan tersebut

diperlakukan secara berbeda, sehingga untuk dapat memahami kejadian tersebut

membutuhkan pengkajian yang lebih mendalam.

Populasi dan Sumber Data

Hingga tahun 2014 tercatat sebanyak 492 daerah yang berhak memungut

PBB-P2, yaitu pada tahun 2011 terdapat 1 pemda yang telah memungut PBB-P2,

kemudian 17 pemda menyusul di tahun 2012, tahun 2013 terdapat 105 pemda lain

yang resmi memungut PBB-P2 dan sisanya telah melakukan pemungutan PBB-P2

di tahun 2014. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pemda yang

melaksanakan pendaerahan PBB-P2 hingga tahun 2013 dengan membandingkan

data LKPD sejak satu tahun diberlakukannya pendaerahan PBB-P2. Data yang

digunakan berjumlah 65 pemda karena terdapat beberapa pemda belum mencatat

pendapatan yang berasal dari pemungutan PBB-P2 pada Laporan Keuangannya.

Page 23: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

11

Tabel 1

Pemilihan Sampel Penelitian

Jumlah Pemda

Melakukan pendaerahan tahun 2011 - 2013 123

(-) Laporan Keuangan yang belum di audit 12

(-) Belum mencatat pendapatan atas PBB-P2 di

Laporan Keuangan 46

Total Akhir Sampel Penelitian 65

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan alat analisis

yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Penelitian ini akan

menganalisis pengaruh dari persentase perubahan PBB-P2 dan persentase

perubahan DAU terhadap alokasi belanja daerah yang diukur melalui persentase

perubahan belanja operasional yang dibiayai PAD. Analisis tersebut dapat

digunakan untuk melihat pengaruh dari persentase perubahan PBB-P2 dan

persentase perubahan DAU terhadap persentase perubahan belanja operasional

yang dibiayai oleh PAD.

Apabila terdapat pengaruh yang signifikan pada presentase perubahan

PBB-P2 terhadap belanja operasional yang dibiayai oleh PAD, hal ini

menunjukkan bahwa pendapatan ekstra pemerintah daerah yang berasal dari PBB

dimanfaatkan untuk membiayai beberapa pengeluaran yang bersumber dari PAD

dan dapat membuktikan terjadi atau tidaknya mental accounting. Seperti dalam

konsep mental accounting, dari mana sumber pendapatan tersebut berasal akan

mempengaruhi penggunaan dari pendapatan tersebut yang digolongkan menjadi

beberapa transaksi.

Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam analisis regresi linier

akan dijelaskan di bawah ini:

Page 24: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

12

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dimaksudkan untuk memudahkan penulis dalam

menjelaskan hasil penelitian dengan cara data dikumpulkan lalu diringkas

dan biasanya disajikan dalam bentuk tabulasi data. Statistik deskriptif

memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata – rata (mean),

standar deviasi, dan juga nilai maksimum serta minimum (Ghozali, 2011).

Variabel yang digunakan dalam pengujian ini adalah Persentase Perubahan

Pos PBB-P2 dan Persentase Perubahan Belanja PAD pada Pemda di

Indonesia tahun 2011 hingga 2013.

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dilakukan untuk memastikan apakah penelitian ini

telah memenuhi syarat asumsi klasik yang kemudian barulah dapat

menggunakan pengujian regresi linier sederhana. Syarat yang harus

dipenuhi adalah data harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung

multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik yang dilakukan

terdiri dari Uji Normalitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Multikolinearitas

dan Uji Autokorelasi (Ghozali, 2011). Berikut ini adalah Uji Asumsi

Klasik yang diperlukan dalam penelitian ini:

a. Uji Normalitas

Dilakukan untuk mengetahui apakah variabel residual berdistribusi

normal, seperti yang ada pada asumsi uji t dimana nilai residual

mengikuti distribusi normal. Apabila asumsi tersebut tidak dihiraukan

maka uji statistik menjadi tidak valid pada sampel kecil. Uji statistik

non – parametrik KolmogrovSmirnov (K-S) merupakan uji statistik

yang dapat digunakan dalam menguji normalitas residual. Jika hasil

yang didapat pada uji tersebut nilai signifikannya lebih dari 0,05 maka

data residual berdistribusi normal. Sedangkan apabila nilai

signifikannya kurang dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi tidak

normal (Ghozali, 2011).

Page 25: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

13

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan untuk menguji apakah varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain terjadi ketidaksamaan (Ghozali,

2011). Pengujian ini menggunakan Uji Glejser, yaitu dengan cara

meregresikan nilai absolut residual dengan variabel independen. Jika

nilai signifikan antara variabel independen dengan absolute residual

lebih dari 0.05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Ghozali

dalam Dewanto, 2015)

3. Uji Regresi Linear Berganda

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

dari sifat sumber pendapatan terhadap belanja tertentu, terutama pengaruh

pendaerahan PBB-P2 terhadap total belanja daerah yang didanai dari PAD.

Seperti yang telah dijelaskan dalam penelitian Dewanto (2015), persamaan

regresi yang digunakan dalam pengujian ini adalah:

∆𝑩𝑷𝑨𝑫i,t = 𝜶 + 𝜷1∆𝑷𝑩𝑩–𝑷𝟐i,t + 𝜷2∆𝑫𝑨𝑼i,t + 𝖊

∆𝐵𝑃𝐴𝐷i,t merupakan perubahan pengeluaran operasional pada

tahun tertentu (di luar belanja pegawai) yang dinyatakan dalam rupiah,

sedangkan 𝛽1∆𝑃𝐵𝐵–𝑃2i,t merupakan persentase perubahan pungutan

PBB-P2 yang dipungut pemda pada tahun tertentu dan 𝛽2∆𝐷𝐴𝑈i,t

merupakan persentase perubahan DAU pada tahun tertentu. Kemudian 𝔢

adalah istilah error dan t adalah tahun tertentu dimana pemda melakukan

pemungutan PBB-P2.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia

yang telah melakukan pemungutan PBB-P2 antara tahun 2011 – 2014 sebagai

objek penelitian, yaitu dengan mengambil sampel data sebanyak 65 pemda. Data

Page 26: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

14

tersebut diperoleh dari LKPD tahun 2011 hingga tahun 2014 yang telah

disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Daerah dan

kemudian disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

(BPK-RI). Laporan keuangan tersebut mencantumkan data mengenai seluruh

sumber pendapatan, pembiayaan dan belanja daerah yang telah diaudit.

Statistik Deskriptif

Dari data mengenai PBB-P2 dan Belanja PAD untuk Pemda di Indonesia

pada tahun 2011 – 2014 telah diketahui statistik deskriptif berikut ini:

Tabel 2

Statistik Deskriptif

Periode N Minimum Maximum Mean

Belanja

Operasi

2011 1 -0.01 -0.01 -0.01

2012 10 -0.05 0.48 0.22

2013 54 -0.20 0.73 0.27

PBB

2011 1 0.15 0.15 0.15

2012 10 -0.15 0.37 0.11

2013 54 -0.05 0.61 0.28

DAU

2011 1 0.36 0.36 0.36

2012 10 0.10 0.15 0.13

2013 54 -0.09 0.14 0.03

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015.

Hasil pengujian pada tabel 2, diketahui bahwa 65 pemda telah menerapkan

pemungutan PBB-P2 dan datanya telah di audit. Pada tahun 2011 terdapat satu

pemda yang telah siap memungut PBB-P2 yaitu Kota Surabaya dengan jumlah

pendapatan daerah yang meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan tahun –

tahun sebelumnya. Sepuluh pemda lainnya yang mulai melakukan pemungutan

PBB-P2 pada tahun 2012, jumlah pendapatan daerahnya ada yang mengalami

penurunan minimal sebesar 15% dan mengaalami kenaikan maksimal sebesar

37% dengan rata – rata kenaikan yang dialami adalah sebesar 11%. Sedangkan

yang mulai melakukan pemungutan pada tahun 2013 yaitu berjumlah 54 pemda,

Page 27: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

15

ada yang mengalami penurunan minimal sebesar 5% dan mengalami kenaikan

maksimal sebesar 61% dengan rata – rata kenaikannya adalah 28%.

Pada pemda yang telah melaksanakan pemungutan tahun 2011, yaitu Kota

Surabaya, Belanja Operasional yang didanai dari PAD mengalami penurunan

sebesar 1%. Untuk pemda yang memungut PBB-P2 tahun 2012, ada yang

mengalami penurunan sebesar 5% dan mengalami kenaikan sebesar 48% dengan

rata – rata kenaikan yang dialami sebesar 22%. Pemda yang memungut PBB-P2

pada tahun 2013, ada yang mengalami penurunan sebesar 20% dan mengalami

kenaikan sebesar 73% dengan rata – rata kenaikan sebesar 27%.

Untuk Dana Alokasi Umum pada pemda yang melaksanakan pemungutan

PBB pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 36%. Pemda yang memungut

PBB-P2 tahun 2012, ada yang mengalami kenaikan DAU minimal sebesar 10%

dan mengalami kenaikan sebesar 15% dengan rata – rata kenaikan yang dialami

sebesar 13%. Pemda yang memungut PBB-P2 pada tahun 2013, ada yang

mengalami penurunan sebesar 9% dan mengalami kenaikan sebesar 14% dengan

rata – rata kenaikan sebesar 3%.

Hasil Uji Asumsi Klasik

Setelah mengetahui statistik deskriptif dari data tersebut, pengujian yang

dilakukan berikutnya adalah uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas

dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dan uji heterokedastisitas.

Berikut ini penjabaran dari uji asumsi klasik yang telah dilakukan.

1. Hasil Uji Normalitas

Pengujian ini menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov, dikatakan

lolos uji normalitas apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05

(Ghozali, 2011).

Page 28: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

16

Tabel 3

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

P_BPAD P_PBB_P2 P_DAU

N 65 65 65

Kolmogorov-Smirnov Z 0.720 1.085 1.221

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.678 0.190 0.101

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015.

Nilai Kolmogorov-Smirnov pada variabel Belanja Operasi adalah

0.720 dengan probabilitas signifikansi 0.678 yang telah memperlihatkan

bahwa nilai tersebut ≥ 0,05 dan berarti data tersebut terdistribusi secara

normal. Dan untuk nilai Kolmogorov-Smirnov pada variabel PBB-P2

adalah 1.085 dengan probabilitas signifikansi 0.190 yang menunjukkan

bahwa data tersebut berdistribusi normal karena nilai tersebut ≥ 0,05.

Untuk nilai Kolmogorov-Smirnov pada variabel DAU adalah 1.221 dengan

probabilitas signifikansi 0.101 yang menunjukkan bahwa data tersebut

berdistribusi normal karena nilai tersebut ≥ 0,05.

2. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Pada pengujian ini apabila diketahui varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas

dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik

adalah homoskedastisitas atau yang tidak terjadi heteroskedastisitas karena

kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas

dimana data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil,

sedang, dan besar) (Ghozali, 2011).

Pengujian yang dilakukan berdasarkan uji Glejser dengan

menggunakan SPSS, menunjukkan nilai signifikansi variabel P_PBB_P2

dan P_DAU terhadap absolute residual sebesar 0.052 dimana nilai tersebut

lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi

tidak mengandung heteroskedastisitas.

Page 29: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

17

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

1. Koefisien Determinasi

Besarnya perubahan belanja PAD yang dipengaruhi oleh variabel

independen dilihat dari nilai R-Square pengujian regresi tersebut.

Koefisien determinasi yang ditunjukkan dari nilai R-Square pada data

tersebut adalah sebesar 0.136, sehingga menunjukkan bahwa 13.6% varian

Belanja PAD dapat dijelaskan oleh variabel PBB-P2 dan variabel DAU

atau variabel independen dan untuk sisanya dijelaskan oleh sebab yang

lain.

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pada pengujian ini, akan melihat secara keseluruhan apakah

variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama – sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Dari

hasil yang diperoleh, yaitu 4.876 untuk uji F dan signifikansi 0.011,

menunjukkan bahwa secara simultan seluruh variabel independen PBB-P2

berpengaruh signifikan terhadap variabel Belanja PAD.

3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji t digunakan dalam menentukan pengaruh dari masing – masing

variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian analisis

regresi menunjukkan nilai t hitung adalah sebagai berikut:

Tabel 4

Uji T

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .026 .050 .528 .599

P_PBB_P2 .410 .135 .359 3.031 .004

P_DAU .398 .399 .118 .998 .322

a. Dependent Variable: P_BPAD

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015.

Page 30: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

18

Hasil pengujian menunjukkan variabel PBB-P2 yang dimasukkan

dalam model, secara signifikan mempengaruhi variabel Belanja PAD.

Dilihat dari tingkat signifikansi variabel PBB-P2 yang diperoleh yaitu

sebesar 0.004 lebih kecil dari 0.05. Sedangkan untuk variabel DAU tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Belanja PAD, dengan

tingkat signifikansi variabel DAU sebesar 0.322 lebih besar dari 0.05.

Dengan mengambil data berupa data sekunder dari LKPD yang

telah diaudit oleh BPK Perwakilan Daerah, penelitian ini membahas

mengenai mental accounting yang dilihat dari perilaku pemda dalam

mengalokasikan pos – pos pendapatannya ke dalam pos – pos

pengeluarannya yang tersermin dari angka – angka dalam LKPD.

Pemahaman mengenai mental accounting membantu pelaku ekonomi

memahami pilihan karena ketidak sepadanan yang terjadi dalam perilaku

mental accounting dan proses mengkategorikan atau memberi label

merupakan bagian dari mental accounting. Dalam penelitian ini, mental

accounting menjadi penentu dalam membelanjakan masing – masing

sumber pendapatan pemda yang dialokasikan untuk belanja operasional

dan belanja modal.

Sebagai gambaran, hasil uji statistik deskriptif menunjukkan rata –

rata perubahan Belanja Operasional yang dibiayai PAD meningkat dari

tahun 2012 ke 2013 yaitu sebesar 22% menjadi 27%, hal itu menunjukkan

bahwa terdapat peningkatan kebutuhan akan Belanja Operasional untuk

tahun 2013. Untuk rata – rata perubahan pendapatan daerah atas PBB-P2

dari tahun 2012 ke 2013 juga mengalami peningkatan yaitu dari 11%

menjadi 28%. Sedangkan rata – rata perubahan Dana Alokasi Umum dari

tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan yaitu dari 13% menjadi 3%.

Berdasarkan hasil regresi linear berganda yang tampak pada Tabel

4 menunjukan besarnya nilai koefisien dari PBB-P2 yang mempunyai

pengaruh signifikan terhadap Belanja Operasi yang dibiayai PAD dengan

tingkat kepercayaan 95% (α=5%). Didapat nilai koefisien PBB-P2

terhadap Belanja Operasi yang dibiayai PAD sebesar 0.410. Sehingga

Page 31: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

19

setiap perubahan PBB-P2 sebesar 1% akan menaikkan perubahan Belanja

PAD sebesar 41%. Hasil tersebut memberikan bukti bahwa setelah adanya

pengalihan atau pendaerahan PBB-P2 dari Dana Bagi Hasil menjadi PAD,

PBB-P2 diperlakukan sebagaimana perlakuan terhadap PAD pada Pemda

di Indonesia.

Sama seperti Bruno dan Frank (1998), mental accounting

menimbulkan bias terhadap titik referensi, meskipun demikian mental

accounting tidak mempengaruhi garis anggaran karena pajak hanya

menginduksi pergeseran sepanjang garis anggaran awal. Pengalokasian

anggaran pada belanja modal dan belanja operasional mengalami

perubahan seiring dengan perubahan pos penerimaan pajak. Keputusan

pemerintah daerah dalam mengalokasikan banyaknya dana yang

digunakan untuk belanja modal dan belanja operasional juga mengalami

perubahan terutama pada belanja operasional yang dibiayai PAD. Dan

untuk perlakuan terhadap PBB-P2 yang telah menjadi pendapatan daerah,

tidak lagi diberi label sebagai komponen dana bagi hasil yang digunakan

untuk mendanai belanja modal dan belanja pegawai, tetap diperlakukan

sebagai pendapatan asli daerah dan digunakan untuk mendanai belanja

operasional. Penjelasan tersebut menjadi dasar atas terjadinya mental

accounting pada Pemda di Indonesia.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat

fenomena mental accounting pada Pemda di Indonesia, dimana PBB-P2

berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja PAD. PBB-P2 setelah adanya

pendaerahan memiliki kecenderungan ada perlakuan yang berbeda dengan PBB-

P2 yang masih menjadi dana transfer. Dilihat dari alokasi PBB-P2 yang semula

merupakan dana bagi hasil yang digunakan untuk mendanai belanja transfer,

namun karena mengalami perubahan pos pendapatan menjadi PAD, PBB-P2

Page 32: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

20

digunakan untuk mendanai belanja PAD. Sebanyak 65 sampel data LKPD tahun

anggaran 2011 – 2014 yang telah diaudit oleh BPK-RI Perwakilan tiap daerah

menjadi objek penelitian.

Dalam penelitian ini, masih terdapat keterbatasan yaitu tidak

mengelompokkan pemda dalam porsi yang sama baik itu pemda dengan PBB-P2

dan belanja operasional yang besar maupun kecil dan juga data yang digunakan

belum mencakup seluruh pemda atau sampai yang melaksanakan pemungutan

PBB-P2 hingga tahun 2014.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya dapat menambah periode penelitian dan juga

menggunakan jangka waktu yang lebih lama agar menghasilkan data yang

lebih komprehensif dan akurat tidak hanya perubahan dalam satu tahun saja.

Penelitian selanjutnya juga dapat mengelompokkan pemda dengan kriteria yang

sama untuk dilakukan pengujian pada masing – masing kelompok.

Page 33: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

21

DAFTAR PUSTAKA

Afrizawati. 2012. Analisis Flypaper Effect Pada Belanja Daerah Kabupaten/Kota

di Sumatera Selatan. Jurna Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS).

Vol.2, No. 1.

Asmara, Jhon Andra. 2010. Analisis Perubahan Alokasi Belanja Dalam Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Naggroe Aceh

Darussalam. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi. Vol. 3, No. 2, Hal. 155-

172.

Bruno, H. and Frank, V.D,. 1998. Mental Accounting in Local Public Sector

Budgeting: An Empirical Analysis For The Flemish Municipalities.

Eastern Economic Journal. Vol. 24, No. 4, page 381-394.

Damayanti, T.D. & Supramono. 2011. Realitas Mental Accounting: Studi Pada

Perlakuan Pendapatan Ekstra. Jurnal Manajemen Usahawan Indonesia.

Vol. 40, No.2.

Dewanto, R.T.S. 2015. Realitas Mental Accounting: Studi Pada Perlakuan

Pendapatan Ekstra Pemerintah Daerah atas PBB-P2. Tesis. Tidak

dipublikasikan.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi

kelima. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

Prakosa, Kesit Bambang. 2004. Analisa Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)

dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap prediksi Belanja Daerah

(Studi Empirik di Propinsi Jawa Tengah dan DIY). JAAI. Vol. 8, No. 2,

Hal. 101-118.

Rahmawan, Eddy. 2012. Optimalisasi Pemungutan Pajak Bumi Dan Bangunan

(PBB) Dalam Peningkatan Pendapatan Daerah (Studi Pemungutan Pajak

Bumi Dan Bangunan (PBB) Di Kecamatan Limpasu Kabupaten Hulu

Sungai Tengah). Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal. Vol. 1

Edisi 2.

Page 34: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

22

Santika, Fitria. 2013. Proses Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan dari

Pemerintah Pusat ke Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang. Skripsi:

Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Susana, Susi. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Kuantan

Tengah Kabupaten Kuantan Singingi. Skripsi: Fakultas Ekonomi Dan

Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004, tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan

Daerah.

Page 35: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

23

Lampiran 1

Daftar Pemerintah Daerah

No Pemda Tahun

Pendaerahan

Persentase Perubahan

Belanja PAD (2011-2014)

Persentase Perubahan

PBB-P2 (2011-2014)

Persentase Perubahan DAU

(2011-2014)

1 Kota Surabaya 2011 -1% 15% 36%

2 Kota Depok 2012 30% 12% 15%

3 Kab. Bogor 2012 48% 37% 13%

4 Kota Bandar Lampung 2012 39% 17% 13%

5 Kota Gorontalo 2012 40% 17% 14%

6 Kota Medan 2012 -5% -15% 10%

7 Kab. Deli Serdang 2012 27% 18% 15%

8 Kota Balikpapan 2012 5% -2% 11%

9 Kota Samarinda 2012 4% 22% 12%

10 Kab. Sidoarjo 2012 17% 32% 13%

11 Kota Semarang 2012 21% 15% 13%

12 Kab. Lampung Tengah 2013 -7% 3% 8%

13 Kab. Way Kanan 2013 17% 14% 11%

14 Kab. Mukomuko 2013 20% 11% 13%

15 Kab. Muaro Jambi 2013 5% 37% 4%

16 Kab. Batang Hari 2013 -16% -5% 4%

17 Kab. Merangin 2013 16% 5% 12%

18 Kab. Belitung Timur 2013 21% 12% 10%

19 Kab. Musi Banyuasin 2013 28% 61% -9%

20 Kota Pangkalpinang 2013 10% 3% 8%

21 Kab. Serdang Bedagai 2013 19% 9% 11%

22 Kab. Asahan 2013 22% 17% 8%

23 Kab. Batubara 2013 4% 50% 14%

24 Kota Pematangsiantar 2013 14% 3% 6%

25 Kota Batam 2013 10% 9% 6%

26 Kab. Kuantan Singingi 2013 29% 10% 9%

27 Kab. Rokan Hulu 2013 -8% -3% 8%

28 Kota Dumai 2013 -5% 8% 4%

29 Kab. Pelalawan 2013 -17% 27% 9%

30 Kab. Siak 2013 15% 8% 1%

31 Kab. Pandeglang 2013 2% 4% 9%

32 Kota Bandung 2013 25% 33% 7%

33 Kota Tasikmalaya 2013 10% 9% 11%

Page 36: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

24

34 Kab. Bandung Barat 2013 15% 6% 9%

35 Kab. Sukabumi 2013 24% 12% 10%

36 Kab. Bekasi 2013 18% 19% 10%

37 Kota Bogor 2013 -20% 10% 7%

38 Kab. Majalengka 2013 8% 29% 10%

39 Kab. Sleman 2013 12% 17% 7%

40 Kab. Demak 2013 -19% 19% 8%

41 Kab. Batang 2013 18% 23% 6%

42 Kab. Semarang 2013 22% 33% 9%

43 Kota Tegal 2013 -15% 3% 5%

44 Kab. Tegal 2013 6% 13% 9%

45 Kota Pekalongan 2013 19% 36% 7%

46 Kab. Pekalongan 2013 11% 7% 8%

47 Kab. Temanggung 2013 18% 7% 9%

48 Kota Surakarta 2013 3% 6% 8%

49 Kab. Magelang 2013 24% 15% 7%

50 Kab. Mojokerto 2013 19% 61% 8%

51 Kab. Bojonegoro 2013 5% 29% 5%

52 Kab. Ponorogo 2013 73% 21% 9%

53 Kota Kediri 2013 17% 18% 13%

54 Kota Malang 2013 11% 13% 8%

55 Kab. Pasuruan 2013 13% 19% 8%

56 Kota Pasuruan 2013 18% 20% 11%

57 Kab. Kediri 2013 0% 14% 8%

58 Kota Batu 2013 44% 34% 10%

59 Kab. Banyuwangi 2013 37% 38% 9%

60 Kota Denpasar 2013 16% 6% 6%

61 Kota Mataram 2013 26% 34% 13%

62 Kab. Kubu Raya 2013 -8% 21% 11%

63 Kota Bontang 2013 -4% 8% 9%

64 Kab. Gowa 2013 13% 41% 11%

65 Kota Makassar 2013 13% 9% 8%

Page 37: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

25

Lampiran 2

Hasil Output SPSS 17.00

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

P_BPAD P_PBB_P2 P_DAU

N 65 65 65

Normal Parametersa,,b

Mean .1348 .1745 .0931

Std. Deviation .16678 .14601 .04956

Most Extreme Differences Absolute .089 .135 .152

Positive .089 .135 .151

Negative -.079 -.100 -.152

Kolmogorov-Smirnov Z .720 1.085 1.221

Asymp. Sig. (2-tailed) .678 .190 .101

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Uji Heteroskedastisitas

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .036 2 .018 1.716 .188a

Residual .644 62 .010

Total .680 64

a. Predictors: (Constant), P_DAU, P_PBB_P2

b. Dependent Variable: ABS_RES

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .369a .136 .108 .15752

a. Predictors: (Constant), P_DAU, P_PBB_P2

b. Dependent Variable: P_BPAD

Page 38: MENTAL ACCOUNTING PADA PENDAPATAN EKSTRA …

26

Uji signifikansi simultan (uji statistik F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .242 2 .121 4.876 .011a

Residual 1.538 62 .025

Total 1.780 64

a. Predictors: (Constant), P_DAU, P_PBB_P2

b. Dependent Variable: P_BPAD

Uji T

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .026 .050 .528 .599

P_PBB_P2 .410 .135 .359 3.031 .004

P_DAU .398 .399 .118 .998 .322

a. Dependent Variable: P_BPAD