Menjelaskan epidemiologi Tuberkulosis

3
Menjelaskan epidemiologi Tuberkulosis Sumber infeksi yang paling sering adalah manusia yang emngeksresikan, terutama dari traktus respiratorius, basil tuberkel dalam jumlah banyak. Kontaj erat (misalnya, dalam sbuah keluarga ) dan pajanan masuf (misalnya, pada petugas kesehatan) membuat transmisi melalui droplet paling mungkin terjadi. Kerentanan terhadap tuberculosis adalah fungsi risiko infeksi yang didapat dan risiko penyakit klinis setelah infeksi muncul. Untuk orang yang hasil tuberkulinnya negative, risiko terkena basil tuberkel tergantung pada pajanan sumber-sumber basil infeksius- terutama pasien dengan sputum yang positif. Risiko ini sebanding dengan laju infeksi aktif dalam populasi, komunitas, kerugian sosioekonomi, dan perawatan medis yang tidak adekuat. Perkembangan penyakit klinis setelah infeksi dapat mempunyai komponen genetic (telah terbukti pada binatang dan diduga oada manusia dengan adanya insiden penyakit yang lebih tinggi pada manusia yang mempunyai antigen histokompabilitas HLA-Bw 15). Komponen genetic ini dipegaruhi oleh umur (resiko tinggi pada bayi dan usia lanjut), status kurang gizi, dan status imunologik, penyakit yang ada (mislanua, silicosis, diabetes), serta factor resistensi masing-masing penjamu lainnya. Infeksi terjadi pada usia lebih muda di daerah perkotaan daripada di daerah pedesaan. Penyakit hanya muncul pada sebagian kecil individu yang terinfeksi. Di amerika serikat saat ini, penyakit aktif mempunyai beberapa pola epidemiologic tempat individu berada pada resiko tinggi; kaum minoritas, terutama afrika-amerika dan hispanik; pasien yang terinfeksi HIV; tuna wisma; dan orang usia sangat muda dan sangat tua. Insiden tuberculosis terutama tinggi pada kaum minoritas yang terinfeksi HIV. Infeksi primer dapat muncul pada setiap orang yang terpajan dengan suatu sumber infeksi. Pasien yang pernah terinfeksi dengan tuberculosis dapat terinfeksi kembali secara eksogen. Reaktivasi endogen tuberculosis muncul paling sering diantara orang dengan AIDS dan orang usia yang malnutrisi atau pria alkoholik yang miskin. Jawetze, etalll, 2008. Mikrobiologi kedokteran. Edisi23. EGC : jakarta EPIDEMIOLOGI GLOBAL Pada bulan Maret 1993, WHO mendeklarasikan tuberkulosis (TB) sebagai global health emergency. TB dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena + 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1998, ada 3.617.047 kasus TB yang tercatat di seluruh dunia. Alasan utama munculnya atau meningkatnya beban TB global ini antara lain disebabkan oleh: Kemiskinan pada berbagai penduduk Adanya perubahan demografik dengan meningkatnya penduduk dunia dan perubahan dari struktur usia manusia yang hidup

description

respirasi

Transcript of Menjelaskan epidemiologi Tuberkulosis

Page 1: Menjelaskan epidemiologi Tuberkulosis

Menjelaskan epidemiologi Tuberkulosis

Sumber infeksi yang paling sering adalah manusia yang emngeksresikan, terutama dari traktus respiratorius, basil tuberkel dalam jumlah banyak. Kontaj erat (misalnya, dalam sbuah keluarga ) dan pajanan masuf (misalnya, pada petugas kesehatan) membuat transmisi melalui droplet paling mungkin terjadi.Kerentanan terhadap tuberculosis adalah fungsi risiko infeksi yang didapat dan risiko penyakit klinis setelah infeksi muncul. Untuk orang yang hasil tuberkulinnya negative, risiko terkena basil tuberkel tergantung pada pajanan sumber-sumber basil infeksius-terutama pasien dengan sputum yang positif. Risiko ini sebanding dengan laju infeksi aktif dalam populasi, komunitas, kerugian sosioekonomi, dan perawatan medis yang tidak adekuat.Perkembangan penyakit klinis setelah infeksi dapat mempunyai komponen genetic (telah terbukti pada binatang dan diduga oada manusia dengan adanya insiden penyakit yang lebih tinggi pada manusia yang mempunyai antigen histokompabilitas HLA-Bw 15). Komponen genetic ini dipegaruhi oleh umur (resiko tinggi pada bayi dan usia lanjut), status kurang gizi, dan status imunologik, penyakit yang ada (mislanua, silicosis, diabetes), serta factor resistensi masing-masing penjamu lainnya.Infeksi terjadi pada usia lebih muda di daerah perkotaan daripada di daerah pedesaan. Penyakit hanya muncul pada sebagian kecil individu yang terinfeksi. Di amerika serikat saat ini, penyakit aktif mempunyai beberapa pola epidemiologic tempat individu berada pada resiko tinggi; kaum minoritas, terutama afrika-amerika dan hispanik; pasien yang terinfeksi HIV; tuna wisma; dan orang usia sangat muda dan sangat tua. Insiden tuberculosis terutama tinggi pada kaum minoritas yang terinfeksi HIV. Infeksi primer dapat muncul pada setiap orang yang terpajan dengan suatu sumber infeksi. Pasien yang pernah terinfeksi dengan tuberculosis dapat terinfeksi kembali secara eksogen. Reaktivasi endogen tuberculosis muncul paling sering diantara orang dengan AIDS dan orang usia yang malnutrisi atau pria alkoholik yang miskin.Jawetze, etalll, 2008. Mikrobiologi kedokteran. Edisi23. EGC : jakarta

EPIDEMIOLOGI GLOBALPada bulan Maret 1993, WHO mendeklarasikan tuberkulosis (TB) sebagai global health emergency. TB dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena + 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1998, ada 3.617.047 kasus TB yang tercatat di seluruh dunia. Alasan utama munculnya atau meningkatnya beban TB global ini antara lain disebabkan oleh:

Kemiskinan pada berbagai penduduk Adanya perubahan demografik dengan meningkatnya penduduk dunia dan perubahan dari struktur

usia manusia yang hidup Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi pada penduduk di kelompok yang rentan, terutama

di negri-negri miskin. Tidak memadainya pendidikan mengenai TB di antara para dokter Terlantar dan kurangnya biaya untuk obat, sarana diagnostik, dan pengawasan kasus TB di mana

terjadi deteksi dan tata laksana kasus yang tidak adekuat Adanya epidemik HIV, terutama di Afrika dan Asia

EPIDEMIOLOGI DI INDONESIAIndonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India. Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positif di Indonesia adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga 1985 dan survey kesehatan nasional 2001, TB menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Prevalensi nasional terakhir TB paru diperkirakan 0,24%.

Prevalensi TB di antara tahun 1979-1982 di 15 propinsi di Indonesia

Tahun Survei ProvinsiJumlah Penduduk thn 1982 (jt)

Prevalensi Positif Hapusan BTA Sputum (%)

1979 Jawa Tengah 26.2 0.13

Page 2: Menjelaskan epidemiologi Tuberkulosis

1980

1980

1980

1980

1980

1980

1980

1980

1980

1980

1981

1981

1981

1982

Bali

DKI Jaya

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Sumatera Utara

Sulawesi Selatan

Sumatera Selatan

Jawa Barat

Kalimantan Barat

Sumatera Barat

Aceh

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Nusa Tenggara Timur

2.5

7.0

2.8

30.0

8.8

6.2

4.9

28.9

2.6

3.5

2.7

1.3

2.2

2.8

0.08

0.16

0.31

0.34

0.53

0.45

0.42

0.31

0.14

0.38

0.15

0.52

0.30

0.74

Modifikasi dari Aditima: Rata-rata prevalensi TB pada 15 propinsi: 0.29%, prevalensi tertinggi ada di NTT 0.74%, yang terendah di Bali 0.08%. Pada tahun 1990, prevalensi di Jakarta 0.16%