MENJELANG AJAL

16
Rumah Sakit Permata Madina Jl. Merdeka No. 155 Panyabungan Kab. Mandailing Natal - SUMUT Telp. (0636) 20279 Fax. (0636) 20712 PENATALAKSANAAN PASIEN TERMINAL STANDARD V KEBIJAKAN & PROSEDUR PARAMETER – 1 Ditetapkan kebijakan Tentang PENATALAKSANAAN PASIEN TERMINAL

description

SPO

Transcript of MENJELANG AJAL

Page 1: MENJELANG AJAL

Rumah Sakit

Permata MadinaJl. Merdeka No. 155 Panyabungan Kab. Mandailing Natal - SUMUTTelp. (0636) 20279 Fax. (0636) 20712

PENATALAKSANAAN PASIEN TERMINAL

STANDARD V

KEBIJAKAN & PROSEDUR

PARAMETER – 1

Ditetapkan kebijakan Tentang PENATALAKSANAAN PASIEN

TERMINAL

Rumah Sakit

Permata MadinaJl. Merdeka No. 155 Panyabungan Kab. Mandailing Natal - SUMUT

Page 2: MENJELANG AJAL

Telp. (0636) 20279 Fax. (0636) 20712

KEBIJAKAN PENATALAKSANAAN PASIEN TERMINALRUMAH SAKIT PERMATA MADINA PANYABUNGAN

I. Definisi :1. Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak tidak

ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan. Kematian adalah suatu pengalaman tersendiri, dimana setiap individu akan mengalami/menghadapinya seorang diri, sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan merupakan suatu kehilangan.

II. Tujuan : Terlaksananya asuhan keperawatan yang bersifat kuratif paliatif, memperpanjang hidup, mempersiapkan dalam menghadapi kematian dengan tenang dan bantuan untuk menerima kehilangan/berduka cita sesuai dengan kebutuhan fisik, psiko-sosial, spiritual dan kultural bagi pasien/klien dengan sakit terminal beserta keluarganya.

III. Ruang Lingkup :

Tahap-tahap Menjelang Ajal

Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan/ membagi tahap-tahap menjelang ajal (dying) dalam 5 tahap, yaitu:

1. Menolak/DenialPada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak. Timbul pemikiran-pemikiran seperti:“Seharusnya tidak terjadi dengan diriku, tidak salahkah keadaan ini?”.Beberapa orang bereaksi pada fase ini dengan menunjukkan keceriaan yang palsu (biasanya orang akan sedih mengalami keadaan menjelang ajal).

2. Marah/AngerKemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya. Timbul pemikiran pada diri klien, seperti: “Mengapa hal ini terjadi dengan diriku?”Kemarahan-Kemarahan tersebut biasanya diekspresikan kepada obyek-obyek yang dekat dengan klien, seperti:keluarga, teman dan tenaga kesehatan yang merawatnya.

3. Menawar/bargainingPada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.Pada pasien yang sedang dying, keadaan demikian dapat terjadi, seringkali klien berkata: “Ya Tuhan, jangan dulu saya mati dengan segera, sebelum anak saya lulus jadi sarjana”.

Page 3: MENJELANG AJAL

4. Kemurungan/DepresiSelama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.

5. Menerima/Pasrah/AcceptancePada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian.Fase ini sangat membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat, dsbg.

Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian

1. Kehilangan Tonus Otot, ditandai:

a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan.c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut

kembung, obstipasi, dsbg.d. Penurunan control spinkter urinari dan rectale. Gerakan tubuh yang terbatas.

2. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:a. Kemunduran dalam sensasi.b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung.

3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vitala. Nadi lambat dan lemah.b. Tekanan darah turun.c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.

4. Gangguan Sensoria. Penglihatan kabur.b. Gangguan penciuman dan perabaanc. Variasi-variasi tingkat kesadaran dapat dilihat sebelum kematian, kadang-kadang

klien tetap sadar sampai meninggal. Pendengaran merupakan sensori terakhir yang berfungsi sebelum meninggal.

Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal

1. Pupil mata melebar.2. Tidak mampu untuk bergerak.3. Kehilangan reflek.4. Nadi cepat dan kecil.5. Pernafasan chyene-stoke dan ngorok.

Page 4: MENJELANG AJAL

6. Tekanan darah sangat rendah7. Mata dapat tertutup atau agak terbuka.

Tanda-tanda Meninggal Secara KlinisSecara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu:1. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.2. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.3. Tidak ada reflek.4. Gambaran mendatar pada EKG.

1 Pengkajian1) Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang

b. Riwayat kesehatan dahulu

Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama

c. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota  keluarga  pernah menderita penyakit yang sama dengan klien

2) Head To Toe

Perubahan fisik saat kematian mendekat:

1. Pasien kurang rensponsif.

2. Fungsi tubuh melambat.

3. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja.

4. Rahang cendrung jatuh.

5. Pernafasan tidak teratur dan dangkal.

6. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah.

7. Kulit pucat.

8. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya.

2 Diagnosa Keperawatan

a) Ansietas/ ketakutan  (individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.

Page 5: MENJELANG AJAL

b) Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.

c) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres  ( tempat perawatan ).

d) Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.

KRITERIA HASIL

a) Klien atau keluarga akan :

1. Mengungkapkan ketakutan yang berhubungan dengan gangguan.

2. Menceritakan pikiran tentang efek gangguan pada fungsi  normal , tanggung jawab peran dan gaya hidup.

b) Klien akan :

1. Mengungkapkan kehilangan dan perubahan.

2. Mengungkapkan perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan.

3. Menyatakan kematian akan terjadi.

Anggota keluarga akan melakukan hal berikut :

Mempertahankan  hubungan  erat yang efektif, yang dibuktikan dengan cara berikut:

1. Menghabiskan waktu bersama klien.

2. Memperthankan kasih sayang , komunikasi terbuka dengan klien.

3. Berpartisipasi dalam perawatan.

Anggota keluarga atau kerabat terdekat akan:

1. Megungkapkan akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien.

2. Mengungkapkan kekawtirannnya mengenai lingkungan tempat perawatan.

3. Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selama perawatan klien.

4. Klien akan mempertahankan praktik spritualnya yang akan mempengaruhi  penerimaan terhadap ancaman kematian.

3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa I

Page 6: MENJELANG AJAL

Ansietas / ketakutan ( individu , keluarga ) yang berhubungan dengan situasi yang tak dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negative pada gaya hidup.

Criteria Hasil

Klien atau keluarga akan :

1. Mengungkapkan ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan.

2. Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggung jawab, peran dan gaya hidup.

No Intervensi Rasional

1 Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya :

a. Berikan  kepastian dan kenyamanan

b. Tunjukkan perasaan tentang pemahman dan empti, jangan menghindari pertanyaan

c. Dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan pengobatannya

d.   Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif

Klien yang cemas mempunyai penyempitan  lapang persepsi dengan penurunan kemampuan untuk belajar. Ansietas cendrung untuk memperburuk masalah. Menjebak klien pada lingkaran peningkatan ansietas tegang, emosional dan nyeri fisik.

2 Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan penyuluhan bila tingkatnya rendah atau sedang.

Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang tidak akurat dan dapat dihilangkan dengan memberikan informasi akurat. Klien dengan ansietas berat atau parah tidak menyerap pelajaran.

3 Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka.

Pengungkapan memungkinkan untuk saling berbagi dan memberiakan kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak benar.

4 Berikan klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif.

Menghargai klien untuk koping efektif dapat menguatkan renson koping positif yang akan datang.

Diagnosa II

Berduka yang berhubungan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi penurunan fungsi, perubahan konsep diri dan menark diri dari orang lain

Page 7: MENJELANG AJAL

Klien akan :

1. Mengungkapakan kehilangan dan perubahan.

2. Mengungkapakan perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan.

3. Menyatakan kematian akan terjadi.

Anggota keluarga akan melakukan hal berikut  : mempertahankan hubungan erat yang efektif , yang dibuktikan dengan cara sbb:

a. Menghabiskan waktu bersama klien.

b. Mempertahankan kasih sayang , komunikasi terbuka dengan klien.

c. Berpartisipasi dalam perawatan.

No Intervensi Rasional

1 Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, didiskusikan kehilangan secara terbuka , dan gali makna pribadi dari kehilangan.Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat.

Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menanti dapat menyebabkan menimbulkan perasaan ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan respon berduka yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan anggota keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon mereka terhadap situasi tersebut.

2 Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang memberikan keberhasilan pada masa lalu.

Stategi koping fositif membantu penerimaan dan pemecahan masalah.

3 Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri yang positif.

Memfokuskan pada atribut yang positif meningkatkan penerimaan diri dan penerimaan kematian yang terjadi.

4 Bantu klien  mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur.

Proses berduka, proses berkabung adaptif tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan terjadi di terima.

5 Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan  ketidak nyamanan dan dukungan.

Penelitian menunjukkan bahwa klien sakit terminal paling menghargai tindakan keperawatan berikut :

a.  Membantu berdandan.

Page 8: MENJELANG AJAL

b.  Mendukung fungsi kemandirian.

c.  Memberikan obat nyeri saat    diperlukan dan

d.  Meningkatkan kenyamanan fisik               ( Skoruka dan Bonet 1982 ).

Diagnosa III

Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan takut akan hasil ( kematian ) dan lingkungannya penuh stres ( tempat perawatan ).

Anggota kelurga atau kerabat terdekat akan :

1.   Mengungkapkan akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien.

2.   Mengungkapkan kekhawatirannnya mengenai lingkungan tempat perawatan

3.   melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selama perawatan klien.

No Intervensi Rasional

1 Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang empati.

Kontak yang sering dan mengkmuikasikan sikap perhatian dan peduli  dapat membantu  mengurangi kecemasan dan meningkatkan pembelajaran.

2 Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekawatiran.

Saling berbagi memungkinkan perawat untuk mengintifikasi ketakutan dan kekhawatiran kemudian merencanakan intervensi untuk mengatasinya.

3 Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU Informasi ini dapat membantu

mengurangi ansietas yang berkaitan

dengan ketidaktakutan.

4 Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan berikan informasi  spesifik tentang kemajuan klien.

5 Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan perawatan.

Kunjungan dan partisipasi yang sering dapat meningakatkan interaksi

Page 9: MENJELANG AJAL

keluarga berkelanjutan.

6 Konsul dengan atau berikan rujukan kesumber komunitas dan sumber lainnya.

Keluarga dengan masalah-masalah seperti kebutuhan financial , koping yang tidak berhasil atau konflik yang tidak selesai memerlukan sumber-sumber tambahan untuk membantu mempertahankankan fungsi keluarga.

Diagnosa IV

Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari sistem pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian

Klien akan mempertahankan praktik spritualnuya yang akan mempengaruhi penerimaan terhadap ancaman kematian.

No Intervensi Rasional

1 Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual keagamaan atau spiritual yang diinginkan bila yang memberi kesempatan pada klien untuk melakukannya.

Bagi klien yang mendapatkan nilai tinggi pada doa atau praktek spiritual lainnya, praktek ini dapat memberikan arti dan tujuan dan dapat menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan.

2 Ekspesikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan praktik religius atau spiritual klien.

Menunjukkan sikap tak menilai dapat membantu mengurangi kesulitan klien dalam mengekspresikan keyakinan dan prakteknya.

3 Berikan prifasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien dapat dilaksanakan.

Privasi dan ketenangan memberikan lingkungan yang memudahkan refresi dan  perenungan.

4 Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdoa bersama klien lainnya atau membaca buku keagamaan.

Perawat meskipun yang tidak menganut agama atau keyakinan yang sama dengan klien dapat membantu klien memenuhi kebutuhan spritualnya.

5 Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan. Jelaskan ketidak setiaan pelayanan (  kapel dan injil RS ).

Tindakan ini dapat membantu klien mempertahankan ikatan spiritual dan mempraktikkan ritual yang penting ( Carson 1989 ).

4. Implementasi

Page 10: MENJELANG AJAL

Diagnosa I

1.   Membantu klien untuk mengurangi ansientasnya :

a) Memberikan kepastian dan kenyamanan.

b)  Menunjukan perasan tentang pemahaman dan empati, jangan menghindari pertanyaan.

c) Mendorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan pengobotannya.

d) Menditifikasi dan mendorong mekanisme koping efektif.

2. Mengkaji tingkat ansientas klien. Merencanakan penyuluhan bila tingkatnya rendah atau sedang.

3. Mendorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan atau pikiran mereka.

4. Memberikan klien dan keluarga dengan kepastian dan penguatan prilaku koping positif.

5. Memberikan dorongan pada klien untuk menggunakan teknik relaksasi seperti paduan imajines dan pernafasan relaksasi.

Diagnosa II

1. Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, diskusikan kehilangan secara terbuka dan gali makna pribadi dari kehilangan. Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat.

2. Memberikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti memberikan keberhasilan pada masa lalu.

3. Memberikan dorongan pada klien  untuk mengekpresikan atribut dari yang positif.

4. Membantu klien menyatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur.

5. Meningkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan ketidaknyamanan dan dukungan.

Diagnosa III

1. Meluangkan waktu bersama keluarga/orang terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang empati.

2. Mengizinkan keluarga klien/orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekhawatiran.

3. Menjelaskan akan lingkungan dan peralatan itu.

Page 11: MENJELANG AJAL

4. Menjelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan memberikan informasi spesifik tentang kemajuan klien.

5. Menganjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan keperawatan.

6. Mengkonsul atau memberikan rujukan ke sumber komunitas dan sumber lainnya.

Diagnosa IV

1. Menggali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktik atau ritual keagamaan atau spiritual yang diizinkan bila ia memberikan kesempatan pada klien untuk melakukannya.

2. Mengekpresikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan praktik religius atau spiritual klien.

3. Memberikan privasi dan ketenangan untuk ritual, spiritual sesuai kebutuhan klien dan dapat dilaksanakan.

4. Menawarkan untuk menghubungi religius atau rohaniwan rumah sakit untuk mengatur kunjungan menjelaskan ketersediaan pelayanan misalnya : alqur’an dan ulama bagi yang beragama islam

5 Evaluasi

a). Klien

1. Klien merasa nyaman (bebas dari rasa sakit) dan mengekpresikan perasaannya pada perawat.

2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.

3. Klien selalu ingat kepada Allah dan selalu bertawakkal dan klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Allah SWT akan kembali kepadanya.

b). Keluarga Klien:

1. Keluarga dapat mengekspresikan perasaan-parasaan, seperti : sedih, marah,

2. kehilangan, dll.

3. Dapat mengutarakan pengalaman-pengalaman emosionalnya.

4. Dapat melakukan kegiatan yang biasa dilakukannya.

5. Dapat membentuk hubungan baru dengan orang lain.

Panyabungan, ..........................

RS. Permata Madina Panyabungan,

Page 12: MENJELANG AJAL