BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/1301/2/MOCHAMMAD FAIZAL BAB I.pdf ·...

12
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia pasti mengalami fase fase perkembangan sejak manusia berada dalam kandungan sampai lanjut usia, menurut Desmita (2008) menjelaskan bahwa perkembangan bergerak secara berangsur angsur tapi pasti, melalui suatu bentuk atau tahap kebentuk atau tahap berikutnya yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian. Perubahan yang dialami pada sepanjang hidup tentunya mempengaruhi sikap, proses kognitif dan perilaku individu. Hal ini bahwa permasalahan yang harus diatasi juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu sepanjang rentang kehidupan. Perubahan ini sudah menjadi hukum qodrati yang dikenal dengan sebutan “menua”. Seperti yang diterangkan dalam Al Qur’an dalam Surat Ar- Rum ayat 54 : Artinya : “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat , kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah lemah itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa (QS. Ar-Ruum: 54).” Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGrepository.ump.ac.id/1301/2/MOCHAMMAD FAIZAL BAB I.pdf ·...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap manusia pasti mengalami fase – fase perkembangan sejak

manusia berada dalam kandungan sampai lanjut usia, menurut Desmita (2008)

menjelaskan bahwa perkembangan bergerak secara berangsur – angsur tapi

pasti, melalui suatu bentuk atau tahap kebentuk atau tahap berikutnya yang

kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir

dengan kematian. Perubahan yang dialami pada sepanjang hidup tentunya

mempengaruhi sikap, proses kognitif dan perilaku individu. Hal ini bahwa

permasalahan yang harus diatasi juga mengalami perubahan dari waktu ke

waktu sepanjang rentang kehidupan.

Perubahan ini sudah menjadi hukum qodrati yang dikenal dengan

sebutan “menua”. Seperti yang diterangkan dalam Al Qur’an dalam Surat Ar-

Rum ayat 54 :

Artinya : “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,

kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat ,

kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah lemah itu lemah (kembali) dan

beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendki-Nya dan Dialah yang Maha

mengetahui lagi Maha Kuasa (QS. Ar-Ruum: 54).”

Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

2

Ayat tersebut diterangkan oleh Shihab (2007), bahwa manusia

mengalami tiga fase dalam kehidupan, yakni keadaan lemah dari proses

pembuahan hingga memasuki masa remaja, kemudian menjadi kuat atau

memiliki kekuatan saat beranjak dewasa dan lemah kembali saat beruban

adalah tanda – tanda keadaan pada lanjut usia.

Penduduk di seluruh dunia dengan kelompok lansia yang berumur

60 tahun ke atas mengalami pertumbuhan dengan cepat dibandingkan

dengan kelompok usia lainnya. Menurut WHO, pada abad 21 jumlah

penduduk lansia di dunia akan semakin meningkat, di wilayah asia

diperkirakan jumlah kaum lanjut usia akan bertambah pesat dari 410 juta

tahun 2007, menjadi 733 juta pada tahun 2025, dan diperkirakan menjadi

1,3 miliar pada tahun 2050. Indonesia merupakan negara ke-4 dengan

jumlah penduduknya paling banyak di dunia dan sepuluh besar memiliki

penduduk paling tua di dunia. Tahun 2020 jumlah kaum lanjut usia akan

bertambah 28,8 juta (11 % dari total populasi) dan menjelang tahun 2050

diperkirakan 22 % warga Indonesia berusia 60 tahun ke atas, Arita (2011).

Lansia merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia. Pada

tahap ini, lanjut usia akan mengalami perubahan – perubahan pada kondisi

fisik maupun kondisi psikis. Perubahan tersebut antara lain perubahan

kesehatan, perubahan fisik, kemampuan motorik, minat, kemampuan

mental, lingkungan, status sosial, dan perubahan-perubahan lainnya

(Santoso dan Ismail, 2009). Disisi lain seringkali lanjut usia memandang

penurunan dan kelemahan kemampuan fisik sebagai suatu bencana, karena

Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

3

kematian itu sangat dekat dan siap untuk menjemput mereka setiap waktu,

Hurlock (1993). Semua orang pasti akan mengalami kematian, kematian

merupakan peristiwa dimana tidak ada seorangpun yang tau kapan akan

terjadi. Menurut Meiner (2006) berpendapat bahwa dalam menghadapi

kematian, setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aspek

psikologis, spiritual, sosial dan fisik, tingkat spiritualitas pada lanjut usia

dalam menghadapi akhir kehidupan sangat dibutuhkan, hal ini dikarenakan

praktik spiritual dapat memberikan support emosional yang positif bagi

lansia.

Menurut Gallo (2006) dalam Sari (2015), mengatakan bahwa

penilaian spiritualitas dapat menjadi kunci untuk mempelajari dan

memahami kesejahteraan pada lanjut usia. Penilaian mengenai spiritualitas

adalah jendela pembuka untuk lebih memahami nilai-nilai, makna, dan

tujuan hidup pada lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Adelina (2007) yang

menyatakan bahwa lansia yang memiliki kecerdasan ruhaniah yang tinggi

tidak akan merasakan kecemasan dan lebih siap saat menghadapi kematian.

Penelitian yang dilakukan oleh Williams (2006) dalam Sari (2015), juga

menjelaskan bahwa lansia yang memiliki tingkat spiritualitas tinggi maka

dalam menjalani akhir kehidupan, hidup dalam ketenangan hingga ajal

menjemputnya.

Kehilangan kehidupan atau kematian merupakan hal yang pasti

akan dialami oleh lansia sebagai tahap dari fase akhir kehidupannya.

Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mengalami kematian seperti

Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

4

yang tercantum dalam Al-Quran Surat Al-Ankabut 57 yang artinya: “Tiap-

tiap yang berjiwa akan merasakan mati, kemudian hanyalah kepada

Kami kamu dikembalikan”. Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan

yang merupakan proses menuju akhir. Meskipun unik bagi setiap individu,

kejadian – kejadian tersebut bersifat normal dan merupakan proses hidup

yang diperlukan (Stanley & Beare, 2012).

Menurut Indriana (2012), menjelaskan bahwa kesiapan dalam

menghadapi kematian terdiri dari 2 aspek, yaitu kesiapan dalam

menghadapi kematian secara psikis dan secara spiritual. Secara psikis,

kesiapan dalam menghadapi kematian dapat dilihat dari lansia yang yakin

akan datangnya kematian, lebih memahami makna hidup dan kematian,

dapat mengatasi rasa takut akan datangnya kematian, serta sering

mengingat dan membicarakan kematian. Sedangkan kesiapan menghadapi

kematian secara spiritual, lanjut usia lebih berfokus pada kehidupan batin

seperti perenungan, sehingga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

Penelitian yang dilakukan oleh Avita (2010) tentang pengaruh

kecerdasan spiritual kecemasan menghadapi kematian pada lansia di UPT

pelayanan sosial lanjut usia Pasuruan, penelitian ini mengemukakan bahwa

kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap kecemasan lansia dalam

menghadapi kematian. Lansia dengan tingkat spiritual yang tinggi tidak

merasa cemas menghadapi kematian. Hasil dari penelitian ini juga

menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kecemasan ini adalah

kurangnya dukungan sosial dari keluarga atau teman sekitar lansia.

Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

5

Menurut Santrock (2007), berpendapat bahwa diperkirakan frekuensi

terjadinya depresi diantara orang-orang dewasa lanjut bervariasi, yakni

sebanyak 80% dari orang – orang dewasa lanjut yang mengalami gejala

depresi dan tidak mendapatkan perawatan. Tentunya hal- hal seperti ini dapat

mengakibatkan resiko buruk pada lansia, Santrock (2007) juga menjelaskan, di

Amerika hampar 25% individu yang melakukan bunuh diri adalah orang yang

berusia 65 tahun yang dikarenakan hidup sendiri. Hal ini juga terjadi di

Indonesia terkait dengan masalah lansia yang mengalami depresi dan

mengakhiri hidupnya, dalam KOMPAS 17 November 2013 : Tugiati (82),

warga desa penanggulang, warga desa pegandon, Kendal nekat mengakhiri

hidup karena depresi akibat ditinggal keluarganya. Korban membakar diri

hingga tewas dikebun jati belakang rumahnya, Minggu (17- 11 – 2013) siang.

Dari kasus tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pada akhir

kehidupan lansia, lansia sangat membutuhkan dukungan baik fisik maupun

non fisik, keberadaan keluarga tentunya menjadi peran utama pada lansia yang

dihadapkan pada kematian.

Penelitian yang dilakukan oleh Harapan (2014), menyebutkan bahwa

saat menghadapi kematian setiap lansia memiliki persepsi yang berbeda,

persepsi tersebut dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, dukungan sosial

keluarga, dan spiritualitas. Gottlieb (1983, dalam Mundiharno,2010)

menyatakan bahwa dukungan keluarga dapat merupakan informasi verbal

maupun nonverbal, saran, bantuan, atau tingkah laku yang diberikan oleh

orang-orang terdekat berupa kehadiran serta hal-hal yang dapat memberi

Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

6

keuntungan emosional kepada penerimanya. Selain penyakit degeneratif,

masalah psikologis merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi

kehidupan lansia, diantaranya adalah : kesepian, keterasingan dari lingkungan,

ketidak berdayaan, ketergantungan, kurang percaya diri, keterlantaran

terutama bagi lansia yang miskin serta kurangnya dukungan dari anggota

keluarga.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Suardiman (2011) yang

menyatakan bahwa keluarga merupakan tempat dimana orang dapat menjadi

diri sendiri, merasa bebas, aman dan nyaman, oleh karena itu keluarga

merupakan suatu kondisi nyata yang mempunyai arti istimewa bagi setiap

orang, salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan usia lanjut

dalam menjalani sisa kehidupannya adalah sikap orang di sekitarnya.

Berdasarkan studi pendahuluan yang sudah dilakukan di Posyandu

Lansia Desa Darma Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga pada

tanggal 10 November 2015, dari hasil wawancara yang dilakukan dengan

pendekatan personal terhadap 4 lansia, didapatkan sebagian besar lansia

menyatakan sebagai berikut “saya takut apabila mengingat mati mas, karena

saya sering berbuat dosa dan di alam kubur akan mendapat siksaan yang

berat”. Namun ada 1 lansia yang memberikan pernyataan yang berbeda. “mau

bagaimana lagi mas, hidup ini sudah ada yang ngatur, dan semua orang pasti

akan mengalami kematian, jadi kita harus menerima”. Dari pernyataan

tersebut dapat disimpulkan bahwa 3 dari 4 lansia yang diwawancarai merasa

takut dalam menghadapi kematian.

Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

7

Kemudian ketiga lansia tersebut diwawancarai lagi tentang herapan

terhadap keluarganya, apa yang diinginkan oleh lansia saat sudah mendekati

kematian terhadap keluarganya, kemudian ketiga lansia menyatakan

pernyataan sebagai berikut, lansia yang pertama menyatakan bahwa beliau

takut dengan kematian karena terkadang merasa apa yang dilakukan didunia

belum benar dan keluarga terkadang tidak mengingatkan. Lansia yang kedua

menyatakan bahwa beliau menginginkan saat sudah menjelang kematian

keluarganya ada didekatnya karena beliau ingin keluarganya tau saat

meninggal nanti, kemudian hasil wawancara terhadap lansia yang ketiga,

mengatakan bahwa beliau ingin mati dalam keadaan khusnul khatimah tetapi

terkadang keluarganya jarang memberikan nasehat, dan beliau juga

mengatakan saat sudah di akherat nanti keluarganya agar bisa selalu

mendoakan. Dari pernyataan – pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

lansia di kelompok posyandu lansia Desa Darma, mereka sangat bergantung

kepada keluarganya pada masa akhir kehidupannya yang sudah mendekati

kematian

Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap

lansia yang dihadapkan pada peristiwa yang pasti akan terjadi, yaitu kematian,

karena kesiapan menghadapi kematian merupakan salah satu masalah bagi

lansia yang ada di kelompok posyandu lansia Desa Darma Kecamatan

Kertanegara Kabupaten Purbalingga.

Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

8

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat ditentukan rumusan

masalahnya sebagai berikut “Adakah Hubungan Antara Spiritualitas Dan

Dukungan Keluarga Dengan Kesiapan Menghadapi Kematian Pada Lansia”.

Dengan demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui

Hubungan Antara Spiritualitas Dan Dukungan Keluarga Dengan Kesiapan

Menghadapi Kematian Pada Lansia di Desa Darma Kecamatan Kertanegara

Kabupaten Purbalingga.

C. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Peneliti ingin mengetahui “Bagaimana Hubungan Antara Spiritualitas

Dan Dukungan Keluarga Dengan Kesiapan Menghadapi Kematian

Pada Lansia di Desa Darma Kecamatan Kertanegara Kabupaten

Purbalingga.

b. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi spiritualitas pada lansia dalam menghadapi

kematian pada lansia di Desa Darma Kecamatan Kertanegara

Kabupaten Purbalingga.

2. Mengidentifikasi Dukungan Keluarga pada lansia dalam menghadapi

kematian Pada Lansia di Desa Darma Kecamatan Kertanegara

Kabupaten Purbalingga.

Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

9

3. Mengidentifikasi kesiapan kematian pada lansia di Desa Darma

Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga.

4. Mengidentifikasi hubungan spiritualitas dan dukungan keluarga pada

lansia dalam menghadapi kematian Pada Lansia di Desa Darma

Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga.

D. MANFAAT PENELITIAN

a. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan nyata tentang lanjut usia dan

bagaimana kesiapan lanjut usia dalam menghadapi kematian dipandang

dari spiritualitas dan dukungan keluarga.

b. Bagi Instansi Terkait

Memberikan pelayanan keperawatan profesional dengan menekankan

asuhan keperawatan yang tepat kepada lansia terutama dalam perawatan

menghadapi kematian.

c. Bagi Akademik

Sebagai literatur untuk pengetahuan kurikulum dalam pembahasan tentang

lansia terutama Hubungan Antara Spiritualitas Dan Dukungan Keluarga

Dengan Kesiapan Menghadapi Kematian Pada Lansia.

Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

10

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan literatur dan

memberikan informasi serta dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan

bagi peneliti selanjutnya.

E. PENELITIAN TERKAIT

1. Dengan Judul “Hubungan Sholat Terhadap Kesiapan Menghadapi

Kematian Pada Lansia Di Wilayah Kelurahan Gondrong Kecamatan

Cipondoh Kota Tangerang”, penelitian ini dilakukan oleh Sri

Wahyuningsih, mahasiswa Program Keperawatan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain

correlation study dengan pendekatan cross-sectional. Kemudian hasil

penelitian, pada penelitian ini tidak ada hubungan, artinya tidak ada

hubungan yang bermakna antara shalat dengan kesiapan menghadapi

kematian pada lansia di wilayah kelurahan Gondrong Kecamatan

Cipondoh Kota Tangerang. Persamaan dan perbedaan penelitian ;

Persamaan: Meneliti tentang kesiapan lansia dalam menghadapi

kematian. Perbedaan : Perbedaan tempat waktu, metode dan variabel

independent, pada penelitian ini adalah Sholat.

Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

11

2. Dengan “Hubungan Antara Tingkat Spiritualitas Dengan Kesiapan Lanjut

Usia Dalam Menghadapi Kematian Di Desa Pucangan Kecamatan

Kartasura”. Penelitian ini dilakukan oleh Eka Dino Gusvita Sari,

Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Deskriptive korelatif dengan rancangan cross sectional. Kemudian

hasil penelitian, Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara tingkat spiritualitas dengan kesiapan lansia dalam

menghadapi kematian. Semakin tinggi tingkat spiritualitas lansia,

maka akan semakin siap dalam menghadapi kematian. Persamaan dan

perbedaan ; Persamaan: Meneliti pengaruh tingkat spiritualitas dengan

kesiapan menghadapi kematian pada lansia Perbedaan : Perbedaan waktu,

tempat, metode dan variabel independent, pada penelitian ini hanya satu

variabel yaitu tingkat spiritual.

3. Dengan “Perbedaan Efektifitas Terapi musik Religi Dan Murottal Al

Qur’an Terhadap Kecemasan Karena Kematian Pada Lansia, penelitian

ini dilakukan oleh Jahdan Hanifullah, Mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Purwokerto. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan

desain pre experimrntal with pre and posttestngroup design. Kemudian

hasil penelitian, ada perbedaan penurunan kecemasan pada lansia setelah

diberikan terapi musik religi,. Ada perbedaan penurunan kecemasan pada

lansia setelah diberikan terapi murottal al qur’an. Terapi murottal Al

Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

12

Qur’an lebih efektif dari pada terapi musik religi. Persamaan dan

perbedaan ; Persamaan: Meneliti Kesiapan Kematian Pada lansia

Perbedaan : Perbedaan tempat, waktu, metode dan variabel, pada

peneletiian ini membuktikan Efektifitas Terapi musik Religi Dan

Murottal Al Qur’an Terhadap Kecemasan Karena Kematian Pada Lansia.

Hubungan Antara Spiritualitas..., MOCHAMMAD FAIZAL, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016