Menjadi Mama Penulis -...

3
| Menjadi Mama Penulis Copyright Murtiyarini . [email protected] http://murtiyarini.staff.ipb.ac.id/2011/11/04/menjadi-mama-penulis/ Menjadi Mama Penulis Menulis menjadi passion saya sejak mempunyai anak tahun 2005. Dari menulis akhirnya berkembang komunitas saya. Dan inilah wujud apresiasi saya pada sesama Mama-mama penulis, dimuat di Parenting April 2010. page 1 / 3

Transcript of Menjadi Mama Penulis -...

Page 1: Menjadi Mama Penulis - anitanet.staff.ipb.ac.idanitanet.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/-Menjadi Mama...Ajari aku dong..” dan pertanyaan-pertanyaan serupa setelah mereka

| Menjadi Mama PenulisCopyright Murtiyarini . [email protected]://murtiyarini.staff.ipb.ac.id/2011/11/04/menjadi-mama-penulis/

Menjadi Mama Penulis

Menulis menjadi passion saya sejak mempunyai anak tahun 2005.  Dari menulisakhirnya berkembang komunitas saya. Dan inilah wujud apresiasi saya padasesama Mama-mama penulis, dimuat di Parenting April 2010.

page 1 / 3

Page 2: Menjadi Mama Penulis - anitanet.staff.ipb.ac.idanitanet.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/-Menjadi Mama...Ajari aku dong..” dan pertanyaan-pertanyaan serupa setelah mereka

| Menjadi Mama PenulisCopyright Murtiyarini . [email protected]://murtiyarini.staff.ipb.ac.id/2011/11/04/menjadi-mama-penulis/

Menjadi Mama Penulis

Beberapa teman bertanya kepada saya, “Bagaimana sih caranya bisa menulis yangbagus dan mengalir ?”, “Sejak kapan suka menulis?”, “Belajar menulis dari siapa?Ajari aku dong..” dan pertanyaan-pertanyaan serupa setelah mereka membacabeberapa tulisan saya di note facebook dan blog pribadi. Momentum itu terjadiketika saya hamil. Saya mendapati perasaan bahagia yang berbeda darisebelumnya. Bahagia yang bertambah setiap harinya. Dan terus bertambah hinggasaat ini. Bukan sempurna, perjalanan saya sebagai mama pernah mengalamipasang surut . Namun bahagia adalah sebuah kata yang mewakili perasaan sayasecara keseluruhan. Saya merasa lebih kreatif. Kertas warna-warni bercampurdengan coretan bertuliskan Asa dan Cinta menghiasi sudut-sudut di rumah kami. Distyrofoam di dapur tak hanya tertempel resep masakan dan daftar menu, terdapatbeberapa foto senyum anak-anak saya, plus hiasan di pinggirnya. Di meja komputeryang berlapis kaca, tertempel lagi foto mereka. Setiap saya membuka pintu lemari,ada senyum anak-anak di baliknya. Wajah mereka juga dapat saya pandang setiapkali bercermin, ada foto mereka di sana. Agak berlebihankah? Hehehe..boleh dong.Petualangan baru menjadi mama membuat saya gemar menulis (padahal dulutidak). Saya menulis tidak lama dari setiap kejadian berlangsung. Tak heran, diagenda harian, netbook, blog pribadi, facebook,HP atau kertas memo banyakpenggalan-penggalan cerita saya. Dari tulisan yang hanya berisi beberapa kata,“Hari ini dapat surprise dari Cinta” atau “Kenapa Asa paling suka lihat wajah kakak?“ sampai tulisan yang berlembar-lembar yang saya tulis selama berhari-hari .Begitu banyaknya tulisan itu, sebagian besar bercerita tentang dua orangteristimewa, yaitu Cinta dan Asa, anak-anak saya. Bosan? Tentu saja tidak. Kianhari, ide terus mengalir tiada habisnya. Setiap hari berganti artinya akan ada halbaru yang terjadi (setidaknya hal yang baru saya ketahui). Setiap milestone pertumbuhan membawa satu episode cerita. Setiap anak adalah unik. Sayamembuktikan bahwa antara kakak-adik tidak selalu sama tahapan dan periodeperkembangannya, sifat mereka pun berbeda. Kelucuan, kenakalan, gaya ingintahu, pertemanan, persaudaraan, ide bermain dan banyak lagi yang bisadiceritakan. Dari sekedar jurnal pribadi, saya mulai tertarik mengirimkancerita-cerita singkat di majalah.Beberapa kali dimuat dan saya senang sekali.Apalagi cerita itu tentang buah hati saya. Kadang kala ada fotonya pula. Dari sinimuncul ide untuk mendokumentasikan tumbuh kembang anak dengan cara yanglebih menarik, yaitu mengirimkan cerita – cerita pendek tentang mereka ke media.Majalah tersebut saya simpan untuk arsip dan akan saya tunjukkan padaanak-anak kelak mereka sudah dewasa. Anak saya yang besar bahkan sudahmengerti akan hal ini dan itu membuatnya lebih percaya diri. Dunia saya punmeluas. Saya mulai mengikuti jejaring sosial, milis dan grup sesama orangtua. Yangmenarik, diluar sana ternyata banyak yang seperti saya, mereka adalahmama-mama yang suka menulis. Mama-mama penulis, tidak selalu berarti penulisbuku atau artikel di media. Mama-mama penulis, sahabat-sahabat online saya,adalah mereka yang suka menuangkan cerita tentang anak-anaknya dan berbagipengalaman di blog atau note. Membaca tulisan mereka bagaikan membacamajalah digital yang praktis, cukup dari layar blackberry saya. Saya berkenalan

page 2 / 3

Page 3: Menjadi Mama Penulis - anitanet.staff.ipb.ac.idanitanet.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/-Menjadi Mama...Ajari aku dong..” dan pertanyaan-pertanyaan serupa setelah mereka

| Menjadi Mama PenulisCopyright Murtiyarini . [email protected]://murtiyarini.staff.ipb.ac.id/2011/11/04/menjadi-mama-penulis/

dengan mereka. Menyenangkan sekali pertemanan kami. Kami saling bertukar blogdan notes. Ada yang memang sudah menulis sejak lama, ada juga yang mendadakmenulis setelah mempunyai anak. Senioritas tersebut tidak berlaku di sini. Tulisan -tulisan mereka menarik untuk dibaca.Saling berbagi pengalaman membuatperbincangan kami terasa nyambung. Membaca pengalaman-pengalaman merekamenjadikan penguat di saat saya menghadapi masalah yang sama. Saat anakdemam atau sakit, curhat sesama mama adalah pilihan pertama sebelum kedokter. Saat saya membutuhkan referensi barang keperluan si adik, atau informasisekolah untuk si kakak, saya berkunjung ke blog mereka. Dan saya punmendapatkan informasi dan opini yang lebih banyak, serta menawarkan berbagaisolusi yang mungkin sesuai untuk saya. Saya menyadari betul bahwa setiaporangtua dan anak itu unik. Interaksi keduanya juga menghadirkan situasi yangunik. Karena itu, saya menjaga betul “tata krama” dalam pertemanan ini, yaitutidak saling menyalahkan, juga tidak merasa paling hebat dan paling benar. Kamijuga bisa bertukar ide, seperti ide menu bekal sekolah, cara menyembunyikansayur dalam makanan anak, atau ide bermain seru di rumah. Dari situ juga munculide-ide saya yang baru, cerita-cerita seru dan tentunya inspirasi baru untuk menulislagi. Menulis adalah potensi yang pada sebagian mama mungkin baru disadariseiring dengan hadirnya sang buah hati. Ya, bisa dibilang hampir semua mama bisamenulis. Disadari atau tidak, menuangkan pikiran dan menulisnya ke dalam sebuahcatatan pribadi akan sangat bermanfaat. Dari rasa kaget dan senang mengetahuikehamilan, memerangi rasa bosan selama hamil, semangat mempersiapkankelahiran buah hati dan menyaksikan perkembangan buah hati yang menakjubkandalah cerita hebat yang kelak dapat dibagi dengan si anak. Anak akan denganbangga membaca pengalaman luarbiasa yang mereka alami sejak dalamkandungan. Anak juga akan merasa sangat dicintai oleh mamanya. Profesi menulissaat ini bukan suatu hal asing. Menulis adalah pekerjaan yang sangat menjanjikandan prestise. Dari hobi, menulis bisa mendatangkan penghasilan tambahan. Tulisanbisa dikirim ke media atau diikutkan dalam lomba. Yang paling disukai para Mamadari profesi penulis adalah pemilihan waktu yang fleksible dan bisa dikerjakan darimanapun, termasuk dari rumah atau sambil mengantar anak sekolah. Sebenarnyasaya tidak terlalu paham teknik penulisan. Namun saya terus belajar dan mengasahkepekaan pada kejadian-kejadian di sekitar. Semakin terasah, semakin seringmenulis, maka semakin percaya diri meningkat. Dan dari menulis saya menemukancara eksis dan gaul ala mama yang menyenangkan. Kembali ke pertanyaanteman-teman di atas, biasanya saya akan menjawab “Kamu juga bisa kok, semuamama pasti bisa menulis. Mulailah dari diary dan menulislah dengan santai. Cobasaja..” (Didedikasikan untuk para Mama, sahabat online saya, dimuat di Parentingedisi April 2011)

 

 

page 3 / 3