Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

26

Click here to load reader

Transcript of Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

Page 1: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING SECARA BERKELOMPOK PADA SISWA

KELAS VIII2 SMP NEGERI 1 LALAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN

Abdus Syakur *)

Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan pendekatan problem posing secara berkelompok, serta mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui pendekatan problem posing pada mata pelajaran matematika. Penelitian dilaksanakan di Kelas VIII2 SMP Negeri 1 Lalan Kabupaten Musi Banyuasin. Jumlah populasi 36 orang, seluruhnya dijadikan sampel. Data diperoleh melalui teknik melalui kegiatan observasi, membuat catatan lapangan dan tes akhir siklus. Data dianalisis menggunakan rumus persentase Depdiknas (2000:23) dengan cara membagi Skor dari jawaban yang benar dengan skor maksimal.

Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar matematika melalui pendekatan problem posing pada siswa setelah dilakukan selama tiga siklus. Dari hasil tes siklus I diketahui ketuntasan belajar 55,56%, pada siklus II 63,89%, dan pada siklus III mencapai 86,11%.Aktivitas belajar siswa melalui pendekatan problem posing juga mengalami peningkatan. Pada siklus I aktivitas belajar siswa sebesar 67,46%, siklus II 80,95%, dan siklus III sebesar 85,91%.

kata kunci : hasil belajar, pendekatan problem posing

1. PENDAHULUAN Banyak guru mengeluhkan

rendahnya kemampuan siswa dalam

menerapkan konsep matematika. Hal ini

terlihat dari banyaknya kesalahan siswa

dalam menerapkan konsep matematika

yang mengakibatkan kesalahan dalam

pengerjaan soal sehingga berakibat

rendahnya hasil belajar baik dalam

ulangan harian, semester, maupun akhir

sekolah. Padahal dalam pelaksanaan

proses pembelajaran di kelas biasanya

guru memberikan tugas (pemantapan)

*) Penulis adalah guru matematika SMPN 1 Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Page 2: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

secara kontinyu berupa latihan soal.

Kondisi riil dalam pelaksanaannya

latihan yang diberikan tidak sepenuhnya

dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam menerapkan konsep matematika.

Fenomena ini juga dialami siswa SMPN

1 Kecamatan Lalan Kabupaten Musi

Banyuasin terutama kelas VIII. Kelas

VIII.2 rata-rata ulangan hariannya selalu

lebih rendah dibanding kelas lainnya.

Berdasarkan pengamatan dan data

selama semester ganjil tahun pelajaran

2008/2009, diperoleh gambaran sebagai

berikut :

1. Dalam kegiatan belajar mengajar,

siswa kurang menunjukkan aktivitas

yang baik dan masih banyak

memiliki kendala yaitu masih kurang

mampu menerapkan konsep

matematika, terutama dalam

mengerjakan soal-soal buatan guru

atau soal-soal buku yang sedikit

berbeda dengan contoh guru.

2. Dalam melaksanakan proses

pembelajaran, metode yang sering

digunakan adalah ceramah, tanya

jawab dan pemberian tugas, sehingga

kegiatan proses pembelajaran kurang

menarik, yang berdampak kurangnya

aktivitas dan motivasi siswa.

Untuk mengatasi fenomena ini,

perlu dicarikan suatu cara yang tertuju

pada proses pembelajaran yang banyak

melibatkan siswa. Salah satu alternatif

pendekatan yang digunakan adalah

problem posing. Pendekatan ini

digunakan karena bisa membantu dalam

mengatasi permasalahan belajar dan

sekaligus dapat menumbuhkan aktivitas

dan motivasi belajar anak. Selain itu,

hasil penelitian terdahulu (Setiawan,

2004:13) merujuk bahwa pendekatan

problem posing pada pembelajaran

matematika dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan

dengan peningkatan prestasi belajar.

Oleh karena itu, pada penelitian

ini penulis ingin mencoba menerapkan

penelitian tersebut pada siswa kelas

VIII2. Penelitian ini merumuskan dua

permasalahan

2

Page 3: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

1) Apakah melalui pendekatan problem

posing secara berkelompok hasil

belajar matematika siswa kelas VIII2

SMP Negeri 1 Lalan Kabupaten Musi

Banyuasin meningkat?

2) Bagaimana aktivitas siswa dalam

pembelajaran melalui pendekatan

problem posing pada mata pelajaran

matematika siswa kelas VIII2 SMP

Negeri 1 Lalan Kabupaten Musi

Banyuasin.

Penelitian bertujuan mengetahui

peningkatan hasil belajar matematika

siswa setelah diterapkan pendekatan

problem posing secara berkelompok,

serta mengetahui aktivitas siswa dalam

pembelajaran melalui pendekatan

problem posing pada mata pelajaran

matematika di kelas.

2. LANDASAN TEORI

2.1 Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar pada dasarnya adalah

suatu kemampuan yang berupa

keterampilan dan perilaku baru sebagai

akibat latihan atau pengalaman.

Menurut Hamalik (2004:28), “Hasil

belajar ialah perubahan pola tingkah

laku yang bulat.” Pengertian ini masih

bersifat umum. Sedangkan secara

khusus Tu’u (2004:75) mengemukakan

bahwa “hasil belajar yang dicapai siswa

pada saat mengikuti kegiatan

pembelajaran di sekolah.” Hasil belajar

siswa ini dinilai dari aspek kognitif yang

berhubungan dengan kemampuan

peserta didik dalam pengetahuan atau

ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi.

3

Page 4: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

Gagne dan Briggs (dalam

Nasution, 2006:2) menyatakan bahwa

hasil belajar adalah kemampuan yang

diperoleh seseorang sesudah mengikuti

proses belajar. Reigeluth (dalam

Nasution, 2006:2) mengemukakan

bahwa hasil belajar adalah prilaku yang

dapat diamati yang menunjukkan

kemampuan yang dimiliki seseorang.

Pendapat lain dikatakan oleh Surya

(2003:64) bahwa hasil belajar ialah

“berbentuk perubahan pada

pengetahuan, sikap, dan keterampilan.”

Berdasarkan pendapat di atas

penulis menyimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan yang

diperoleh seseorang sesudah mengikuti

proses belajar. Hasil belajar tersebut

biasanya dinyatakan dalam bentuk

kuantitatif berupa angka-angka atau

nilai.

2.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh

terhadap Hasil Belajar

Para ahli kebanyakan

mengelompokkan prestasi belajar

peserta didk dipengaruhi oleh dua

faktor, yaitu faktor internal dan

eksternal. Di antara pakar yang

mengungkapkan kedua faktor ini adalah

Ahmadi (2003:130). Lebih lanjut

dikemukakan oleh Ahmadi bahwa:

“Prestasi belajar yang dicapai seorang

individu merupakan hasil interaksi

antara berbagai faktor yang

mempengaruhinya baik dari dalam

diri (faktor internal) maupun dari luar

(eksternal) individu.”

Faktor penyebab yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa

juga diungkapkan oleh Gustian

(2002:31) yang antara lain berasal dari:

(1) faktor lingkungan sekolah; (2) faktor

guru; (3) keluarga dan lingkungan

rumah; (4) faktor dalam diri individu.

Yang termasuk dalam faktor lingkungan

sekolah, meliputi: cara pengajaran,

materi-materi yang diberikan, dan

ukuran-ukuran keberhasilan dan

kemampuan guru. Yang termasuk dalam

faktor guru, meliputi: kriteria penilaian

guru, pengelompokan kelas khusus, cara

mengajar, dan penampilannya. Yang

termasuk dalam faktor keluarga dan

lingkungan rumah, meliputi: perhatian,

dukungan, bimbingan, penghargaan,

kerharmonisan keluarga, bijaksana, ada

sarana belajar yang nyaman. Yang

4

Page 5: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

termasuk dalam faktor diri sendiri,

meliputi: persepsi diri, hasrat

berprestasi, lokus kontrol (internal dan

eksternal), dan pola belajar.

2.3 Pendekatan Problem Posing

secara Berkelompok

Menurut Brown dan Walter dalam

Kadir (2006:7) menyatakan bahwa pada

tahun 1989 untuk pertama kalinya

istilah problem posing diakui secara

resmi oleh National Council of Teacher

of Mathematics (NCTM) sebagai bagian

dari national program for redirection of

mathematics education (reformasi

pendidikan matematika). Selanjutnya

istilah ini dipopulerkan dalam berbagai

media seperti jurnal serta menjadi saran

yang konstruktif dan mutakhir dalam

pembelajaran matematika. Problem

posing berasal dari bahasa Inggris, yang

terdiri dari kata problem dan pose.

Problem posing dapat diartikan

membangun atau membentuk

permasalahan. Pemberian tugas dengan

problem posing secara berkelompok

adalah suatu kegiatan pemberian tugas

dimana siswa secara berkelompok

terlibat langsung dalam pembuatan soal

dan menyelesaikannya sesuai dengan

konsep atau materi yang telah dipelajari.

Pembentukan soal atau pembentukan

masalah mencakup dua macam kegiatan

yaitu: (1) Pembentukan soal baru atau

pembentukan soal dari situasi atau

pengalaman siswa, dan (2) pembentukan

soal dari soal lain yang sudah ada

(PPGM, 1999 : 5).

2.4. Langkah-Langkah Pelaksanaan

Pendekatan Problem Posing

Pembelajaran dengan pendekatan

problem posing bisanya diawali dengan

penyampaian teori atau konsep.

Penyampaian materi biasanya

menggunakan metode ekspositori.

Setelah itu, pemberian contoh soal dan

pembahasannya. Selanjutnya pemberian

contoh bagaimana membuat masalah

dari masalah yang ada dan menjawanya.

Kemudian siswa diminta belajar dengan

problem posing. Mereka diberi

kesempatan belajar induvidu atau

berkelompok. Setelah pemberian contoh

cara membuat masalah dari situasi yang

tersedia, siswa tidak perlu lagi diberikan

contoh. Penjelasan kembali contoh,

bagaimana cara mengajukan soal dan

5

Page 6: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

menjawabnya bisa dilakukan, jika

sangat diperlukan.

Penerapan dan penilaian yang

cukup sederhana dari pendekatan ini,

yaitu dengan cara siswa diminta

mengajukan soal yang sejenis atau

setara dari soal yang telah dibahas.

Dengan cara ini kita bisa melihat sejauh

mana daya serap siswa terhadap materi

yang baru saja di sampaikan. Cara yang

seperti ini sangat cocok digunakan

dalam pembelajaran untuk rumpun mata

pelajaran MIPA. Melalui tugas

membuat soal yang setara dengan soal

yang telah ada, kita bisa mencermati

bagaimana siswa mengganti variabel-

variabel yang dikatahui lalu mencari

variabel yang ditanyakan.

Pada pembelajaran matematika,

pembelajaran dengan pendekatan

problem posing akan melatih sikap kritis

dan cara berfikir divergen. Misalnya,

seorang guru cukup memberikan contoh

penyelesaian soal kemudian

memberikan foto kopian sebuah soal

kepada siswa. Berdasarkan soal itu,

siswa diminta membuat pertanyaan dan

jawabannya. Maka akan muncul ratusan

pertanyaan dan jawaban berdasarkan

permasalahan yang disampaikan siswa.

3. PROSEDUR PENELITIAN

3.1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa

kelas VIII2 SMPN 1 Lalan Kabupaten

Musi Banyuasin, berjumlah 36 orang.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif

dengan pendekatan tindakan kelas

(PTK). Penelitian ini direncanakan akan

dilakukan dalam 3 siklus. Prosedurnya

adalah: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan

tindakan, 3) refleksi.

3.3. Metode Penelitian

1. Teknik Observasi

Objek yang diobservasi adalah

tujuh aktivitas yang masing-masing

dijabarkan dalam dua deskriptor. Setiap

deskriptor yang muncul diberi skor 1,

yang tidak muncul diberi skor 0.

2. Teknik Tes

Dilakukan setiap akhir siklus,

berbentuk esay dengan jumlah 5 soal.

Jawaban benar diberi skor 1, kemudian

dijumlahkan untuk mengetahui rata-rata

hasil belajar siswa.

6

Page 7: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

3. Catatan Lapangan

Digunakan untuk mencatat setiap

aktivitas dan kejadian yang terjadi pada

setiap siklus penelitian, selanjutnya,

hasil catatan lapangan dideskripsikan

dalam bentuk kalimat.

3.4. Teknik Analisa Data

Data dianalisis dengan mencari

perbedaan hasil tes siklus. Untuk

menganalisis data digunakan rumus

yaitu (Depdiknas, 2003:23) :

NA =

keterangan:

NA = Nilai akhirB = Skor dari jawaban yang benarS = Skor maksimal

Indikator keberhasilan penelitian

ini dilihat dari hasil tes, dengan taraf

keberhasilan secara individual minimal

60% dan secara klasikal 85% mendapat

nilai ≥ 60.

4. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan penelitian pada siklus

pertama pada tanggal 7 April 2009.

Kelas yang digunakan adalah kelas

VIII2. Hasil pelaksanaan penelitian

dapat peneliti deskripsikan sebagai

berikut. Penelitian siklus pertama

dilakukan dalam dua kali tatap muka

dan kegiatan yang dilakukan sesuai

dengan kegiatan yang terdapat dalam

RPP terlampir.

Materi yang diajarkan pada

pertemuan pertama adalah bagian-

bagian dan besaran-besaran pada kubus.

Prosedur penelitian siklus pertama

dimulai dari tahap perencanaan,

implementasi tindakan, observasi, dan

diakhiri dengan refleksi.

Besaran deskriptor dari indikator

masing-masing aktivitas yang dilakukan

siswa dalam memahami wacana tulis

adalah sebagai berikut:

1) Aktivitas pertama (visual activities),

deskriptor (a) memperhatikan gambar

bangun sebesar 100,00%, sedangkan

deskriptor (b) memperhatikan

pekerjaan orang lain sebesar 86,11%.

Nilai rata-rata aktivitas 93,06%.

7

Page 8: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

2) Aktivitas kedua (oral activities),

deskriptor (a) bertanya sebesar

22,22%, sedangkan deskriptor (b)

memberi saran mengeluarkan

pendapat sebesar 19,44%. Nilai rata-

rata aktivitas 20,83%.

3) Aktivitas ketiga (listening activities),

deskriptor (a) mendengarkan

penjelasan kelompok / guru sebesar

83,33%, sedangkan deskriptor (b)

mendengarkan pendapat kelompok

sebesar 83,33%. Nilai rata-rata

aktivitas 83,33%.

4) Aktivitas keempat (writing activities)

deskriptor (a) dapat menulis laporan

sebesar 91,67%, sedangkan

deskriptor (b) menyalin tugas dalam

buku catatan sebesar 100,00%. Nilai

rata-rata aktivitas 95,83%.

5) Aktivitas kelima (drawing activities),

deskriptor (a) dapat menggambar

kerangka bangun sebesar 94,44% dan

deskriptor (b) menggambar bangun

sebesar 94,44%. Nilai rata-rata

aktivitas 94,44%.

6) Aktivitas keenam (menthal

activities), deskriptor (a) dapat

memecahkan soal menganalisis

sebesar 47,22% dan deskriptor (b)

mampu mengambil keputusan /

menyimpulkan sebesar 38,89%. Nilai

rata-rata aktivitas 43,06%.

7) Aktivitas ketujuh (emotional

activities), deskriptor (a) penuh

perhatian terhadap pelajaran sebesar

61,11% dan deskriptor (b) berani

mengemukakan pendapat sebesar

22,22%. Nilai rata-rata aktivitas

41,67%.

Hasil tes yang dilakukan pada

siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3Distribusi Hasil Belajar Siswa Siklus I

Nilai Frekuensi Persentase

≥ 85 10 27,78%

70 – 84 7 19,44%

60 – 69 3 8,33%

50 – 59 4 11,11%

40 – 49 8 22,22%

30 – 39 2 5,56%

< 30 2 5,56%

Jumlah 36 100,00%

Berdasarkan hasil observasi pada

Siklus I menggambarkan bahwa

tindakan yang diberikan oleh peneliti

masih memiliki kendala-kendala, yaitu:

1) Siswa masih kurang aktif dalam

8

Page 9: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

aktivitas lisan (oral activities),

dimana masing-masing deskriptor

diketahui sebesar 22,22% dan

19,44% atau rata-rata 20,83%.

2) Aktivitas berpikir (menthal activities)

masih kurang aktif. Pada masing-

masing deskriptor, aktivitas ini hanya

dilakukan sebesar 47,22% dan

38,89% (rata-rata sebesar 43,06%).

3) Siswa masih mengalami kesulitan

menyelesaikan soal-soal pemecahan

masalah.

Dari data kelemahan dan kendala

di atas peneliti merefleksi pelaksanaan

tindakan pada Siklus II sebagai berikut :

1) Siswa harus diberi penekanan

tentang aktivitas diskusi dalam

kelompok.

2) Peneliti memberikan motivasi siswa

yang kurang aktif dalam bertanya dan

menanggapi pendapat teman.

3) Peneliti perlu melakukan bimbingan

kembali terhadap aktivitas diskusi

dalam kelompok, misalnya dengan

memberi arahan dan penjelesan.

4) Pada kegiatan proses belajar

mengajar ada kelompok siswa yang

kurang aktif, maka pada siklus kedua

diambil tindakan dengan

memindahkan siswa yang aktif ke

dalam kelompok yang kurang aktif.

5) Memberikan penjelasan

penyelesaian soal-soal pemecahan

masalah.

4.1.2 Hasil Pelaksanaan Siklus II

Siklus dilakukan pada tanggal 15

April 2009. Materi yang diajarkan pada

pelaksanaan siklus kedua yaitu bagian-

bagian dan besaran-besaran pada balok.

Siklus ini dilakukan sebanyak dua kali

tatap muka. Prosedur penelitian siklus

kedua dimulai dari tahap perencanaan,

implementasi tindakan, observasi, dan

diakhiri dengan refleksi.

Pada Siklus II peneliti menyusun

kembali perencanaan tindakan dengan

berbagai penyempurnaan, yaitu :

membagi waktu lebih efektif,

memberikan motivasi pada siswa yang

kurang aktif bertanya, dan

memindahkan siswa yang aktif ke dalam

kelompok yang kurang aktif.

Besaran deskriptor dari indikator

masing-masing aktivitas yang dilakukan

siswa dalam memahami wacana tulis

adalah sebagai berikut:

1) Aktivitas pertama (visual activities),

9

Page 10: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

deskriptor (a) memperhatikan gambar

bangun sebesar 100,00%, sedangkan

deskriptor (b) memperhatikan

pekerjaan orang lain sebesar 94,44%.

Nilai rata-rata aktivitas adalah

97,22%.

2) Aktivitas kedua (oral activities),

deskriptor (a) bertanya sebesar

61,11%, sedangkan deskriptor (b)

memberi saran mengeluarkan

pendapat sebesar 61,11%. Nilai rata-

rata aktivitas 61,11%.

3) Aktivitas ketiga (listening

activities), deskriptor (a)

mendengarkan penjelasan kelompok /

guru sebesar 91,67%, sedangkan

deskriptor (b) mendengarkan

pendapat kelompok sebesar 88,89%.

Nilai rata-rata aktivitas 90,28%.

4) Aktivitas keempat (writing

activities), deskriptor (a) dapat

menulis laporan sebesar 94,44%,

sedangkan deskriptor (b) menyalin

tugas dalam buku catatan sebesar

100,00%. Nilai rata-rata aktivitas

97,22%.

5) Aktivitas kelima (drawing

activities), deskriptor (a) dapat

menggambar kerangka bangun

sebesar 100,00% dan deskriptor (b)

menggambar bangun sebesar

100,00%. Nilai rata-rata aktivitas

100,00%.

6) Aktivitas keenam (menthal

activities), deskriptor (a) dapat

memecahkan soal menganalisis

sebesar 55,56% dan deskriptor (b)

mampu mengambil keputusan /

menyimpulkan sebesar 58,33%. Nilai

rata-rata aktivitas 56,94%.

7) Aktivitas ketujuh (emotional

activities), deskriptor (a) penuh

perhatian terhadap pelajaran sebesar

100,00% dan deskriptor (b) berani

mengemukakan pendapat 27,78%.

Nilai rata-rata aktivitas 63,89

Berdasarkan data yang terkumpul

maka nilai rata-rata pelaksanaan siklus

kedua dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4Distribusi Hasil Belajar Siswa Siklus II

Nilai Frekuensi Persentase

≥ 85 10 27,78%

70 – 84 12 33,33%

60 – 69 1 2,78%

50 – 59 3 8,33%

40 – 49 8 22,22%

30 – 39 2 5,56%

< 30 - 0,00%

Jumlah 36 100,00%

10

Page 11: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

Dari data kelemahan dan kendala

di atas peneliti merefleksi pelaksanaan

tindakan siklus 2 sebagai berikut.

1) Siswa harus diberi penekanan pada

aktivitas menjawab pertanyaan dan

mengajukan pertanyaan.

2) Peneliti memberikan motivasi kepada

siswa yang kurang aktif dalam

bertanya dan menanggapi pendapat

teman.

3) Peneliti perlu melakukan bimbingan

kembali terhadap aktivitas lisan dan

mental.

Dari kendala di atas tindakan yang

akan direncanakan pada siklus III yaitu

memanggil nomor siswa siswa secara

acak dengan menyebutkan nomor ganjil

kemudian nomor genap secara

bergantian.

4.1.3 Hasil Pelaksanaan Siklus III

Siklus III dilakukan pada tanggal 21

April 2009. Materi yang diajarkan pada

pelaksanaan siklus ketiga yaitu bagian-

bagian dan besaran-besaran pada prisma

tegak. Siklus ini dilakukan sebanyak

dua kali tatap muka. Hasil pelaksanaan

penelitian pada siklus ketiga dapat

dijelaskan berikut ini. Sebagaimana

siklus pertama dan kedua, prosedur

penelitian siklus ketiga juga dimulai dari

tahap perencanaan, implementasi

tindakan, observasi, dan diakhiri dengan

refleksi.

Pada pertemuan siklus ketiga ini

peneliti menyusun kembali perencanaan

tindakan dengan penyempurnaan selain

memotivasi pada siswa yang kurang

aktif bertanya dan memindahkan siswa

yang aktif ke dalam kelompok yang

kurang aktif, juga melakukan variasi

dengan memanggil siswa bernomor

ganjil dan genap secara acak dari

kelompok tertentu untuk menjawab

pertanyaan sesuai dari hasil diskusi

kelompoknya.

Pada bagian awal, peneliti

melakukan appersepsi dengan

memotivasi untuk mencermati biografi

tokoh dari guru. Peneliti menyampaikan

garis besar tujuan pembelajaran yang

harus dikuasai oleh siswa. Peneliti

menyampaikan indikator pembelajaran

(tujuan pembelajaran yang akan dicapai

oleh siswa).

11

Page 12: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

Besaran deskriptor dari indikator

masing-masing aktivitas yang dilakukan

siswa dalam memahami wacana tulis

adalah sebagai berikut:

1) Aktivitas pertama (visual activities),

deskriptor (a) memperhatikan gambar

bangun sebesar 100,00%, sedangkan

deskriptor (b) memperhatikan

pekerjaan orang lain sebesar 94,44%.

Nilai rata-rata aktivitas 97,22%.

2) Aktivitas kedua (oral activities),

deskriptor (a) bertanya sebesar

63,89%, sedangkan deskriptor (b)

memberi saran mengeluarkan

pendapat sebesar 61,11%. Nilai rata-

rata aktivitas 62,50%.

3) Aktivitas ketiga (listening

activities), deskriptor (a)

mendengarkan penjelasan kelompok /

guru sebesar 97,22%, sedangkan

deskriptor (b) mendengarkan

pendapat kelompok sebesar 94,44%.

Nilai rata-rata aktivitas 95,83%.

4) Aktivitas keempat (writing

activities), deskriptor (a) dapat

menulis laporan sebesar 100,00%,

sedangkan deskriptor (b) menyalin

tugas dalam buku catatan sebesar

100,00%. Nilai rata-rata aktivitas

100,00%.

5) Aktivitas kelima (drawing

activities), deskriptor (a) dapat

menggambar kerangka bangun

sebesar 100,00% dan deskriptor (b)

menggambar bangun sebesar

100,00%. Nilai rata-rata aktivitas

100,00%.

6) Aktivitas keenam (menthal

activities), deskriptor (a) dapat

memecahkan soal menganalisis

sebesar 55,56% dan deskriptor (b)

mampu mengambil keputusan /

menyimpulkan sebesar 75,00%. Nilai

rata-rata aktivitas 65,28%.

7) Aktivitas ketujuh (emotional

activities), deskriptor (a) penuh

perhatian terhadap pelajaran sebesar

100,00% dan deskriptor (b) berani

mengemukakan pendapat 61,11%.

Nilai rata-rata aktivitas 80,56.

Selanjutnya, berdasarkan data

yang terkumpul maka nilai rata-rata

12

Page 13: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

pelaksanaan siklus ketiga dapat dilihat

dalam tabel berikut.

Tabel 5Distribusi Hasil Belajar Siswa Siklus III

Nilai Frekuensi Persentase

≥ 85 8 22,22%

70 – 84 14 38,89%

60 – 69 9 25,00%

50 – 59 3 8,33%

40 – 49 2 5,56%

30 – 39 - 0,00%

< 30 - 0,00%

Jumlah 36 100,00%

Berdasarkan hasil observasi pada

Siklus ketiga menggambarkan bahwa

tindakan yang diberikan oleh peneliti

masih memiliki kendala-kendala, yaitu:

1) Siswa masih kurang aktif dalam

aktivitas lisan, hasil yang diperoleh

tidak mengalami peningkatan.

Beberapa aktivitas lisan ada yang

mengalami peningkatan, tetapi rata-

rata keseluruhan belum menunjukkan

kenaikan.

2) Secara total, aktivitas mental

mengalami peningkatan dari siklus II

yaitu 65,28%, tetapi masih terdapat

ketimpangan pada masing-masing

deskriptor yakni sebesar 100,00%

dan 61,00 pada deskriptor kedua.

Dari data kelemahan dan kendala

di atas peneliti merefleksi pelaksanaan

tindakan pada siklus pertama sebagai

berikut.

1) Siswa harus diberi penekanan tentang

aktivitas lisan dan mental

2) Peneliti memberikan motivasi kepada

siswa yang kurang aktif dalam

bertanya dan menanggapi pendapat

teman.

3) Peneliti perlu melakukan bimbingan

kembali terhadap aktivitas lisan dan

mental.

Gambaran peningkatan aktivitas

siswa selama 3 siklus adalah sebagai

berikut. Pada siklus I aktivitas visual

diketahui dilakukan siswa sebesar

93,06%, aktivitas lisan sebesar 20,83%,

aktivitas mendengarkan sebesar 83,33%,

aktivitas menulis sebesar 95,83%,

aktivitas menggambar sebesar 94,44%,

aktivitas berpikir sebesar 43,06%, dan

aktivitas emosi sebesar 41,67%.

Pada siklus II aktivitas visual

diketahui dilakukan siswa sebesar

97,22%, aktivitas lisan sebesar 61,11%,

aktivitas mendengarkan sebesar 90,28%,

aktivitas menulis sebesar 97,22%,

aktivitas menggambar sebesar 100,00%,

aktivitas berpikir sebesar 56,94%, dan

aktivitas emosi sebesar 63,89%.

13

Page 14: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

Pada siklus III aktivitas visual

diketahui dilakukan siswa sebesar

97,22%, aktivitas lisan sebesar 62,50%,

aktivitas mendengarkan sebesar 95,83%,

aktivitas menulis sebesar 100,00%,

aktivitas menggambar sebesar 100,00%,

aktivitas berpikir sebesar 65,28%, dan

aktivitas emosi sebesar 80,56%.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pencapaian Hasil Belajar Siswa

Semua aktivitas siswa rata-rata

mengalami kenaikan. Gambaran

ketuntasan belajar pada ketiga siklus

disimpulkan dalam beberapa tabel

berikut. Tabel 6 menggambarkan

distribusi ketuntasan belajar siswa pada

siklus I, Tabel 7 untuk distribusi

ketuntasan siklus II, dan Tabel 8 untuk

distribusi ketuntasan siklus III.

Tabel 6Distribusi Ketuntasan Belajar Siklus I

No NilaiJumlah

Frekuensi Persentase (%)

1. ≥ 60 20 55,56

2. < 60 16 44,44

Jumlah 36 100,00

Tabel 7Distribusi Ketuntasan Belajar Siklus II

No NilaiJumlah

Frekuensi Persentase (%)

1. ≥ 60 23 63,89

2. < 60 13 36,11

Jumlah 36 100,00

Tabel 8Distribusi Ketuntasan Belajar Siklus III

No NilaiJumlah

Frekuensi Persentase (%)

1. ≥ 60 31 86,11

2. < 60 5 13,89

Jumlah 36 100,00

Terlihat peningkatan ketuntasan

belajar siswa. Pada siklus I hanya

55,56%, siklus II naik menjadi 63,89%,

dan siklus III naik menjadi 86,11%.

Gambaran peningkatan hasil belajar

siswa setiap siklus dideskripsikan pada

grafik berikut.

Grafik 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa4.2.2 Aktivitas dalam Pembelajaran

Peningkatan pada hasil belajar

diikuti juga oleh meningkatnya aktivitas

siswa siswa. Pendekatan problem posing

terbukti dapat meningkatkan aktivitas

siswa. Gambaran peningkatan aktivitas

siswa dapat dilihat pada grafik berikut.

14

55,5663,89

86,11

0

20

40

60

80

100

Siklus I Siklus II Siklus III

Page 15: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

Grafik 2. Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. Peningkatan hasil belajar

matematika melalui pendekatan

problem posing pada siswa kelas

VIII2 SMP Negeri 1 Lalan

Kabupaten Musi Banyuasin telah

dilakukan selama tiga siklus. Hasil

belajar siswa dapat dilihat melalui

hasil tes pada setiap siklus. Data hasil

tes siklus I diketahui ketuntasan

belajar 55,56%, pada siklus II

63,89%, dan pada siklus III

ketuntasan belajar mencapai 86,11%.

Berarti terjadi peningkatan hasil

belajar siswa melalui pendekatan

problem posing.

2. Aktivitas belajar siswa melalui

pendekatan problem posing juga

mengalami peningkatan. Pada siklus

I aktivitas belajar siswa sebesar

67,46%, siklus II 80,95%, dan siklus

III sebesar 85,91%. Berarti ada

peningkatan aktivitas siswa setelah

diadakan pendekatan problem

posing.

5.2. Saran

Dari simpulan di atas penulis

memberikan saran sebagai berikut :

1. Kepada guru matematika kiranya

dapat menerapkan pendekatan

problem posing sebagai salah satu

alternatif yang dapat dipilih dalam

proses pembelajaran matematika.

2. Bagi guru, jika ingin

menerapkan problem posing perlu

diperhatikan tentang aktivitas siswa

dalam bertanya maupun dalam

menjawab pertanyaan.

3. Hendaknya hasil penelitian ini

bisa digunakan oleh para guru/para

peneliti lain sebagai variasi dan

inovasi pembelajaran matematika.

15

Page 16: Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan Problem Posing Secara Berkelompok

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Cet. ke-3. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.

Nasution, Wahyudin Nur. 2006. Efektivitas Strategi Pembelajaran Koperatif dan Ekspositori terhadap Hasil Belajar Sains Ditinjau dari Cara Berpikir. Makalah dimuat dalam Jurnal Penelitian Edisi 5 Tahun 2006.

Surya, Hendra. 2003. Kiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi. Jakarta: Gramedia.

Ahmadi, H. Abu. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Gustian, Edy. 2002. Anak Cerdas dengan Prestasi Belajar Rendah. Jakarta: Puspa Swara

Kadir S., Abd. 2006. Bimbingan dan Konseling (Praktis). Edisi Pertama. Palembang.

PPGM. 1999. Penelitian Tindakan (Action Research). Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. 2003. Pedoman Pembuatan Laporan Hasil Belajar Siswa SMP. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

16