MENIERE SYNDROME.docx

13
MENIERE SYNDROME PENDAHULUAN Keluhan yang sering diutarakan pasien salah satunya adalah pusing. Sebagai seorang dokter harus dapat membedakan keluhan tersebut apakah rasa itu seperti berputar, nyeri kepala, mual, at au hanya sekedar ketegangan otot. Bila pasien mengalami sensasi berputar, bisa terjadi perasaan tubuh  berputar terhadap lingkungan sekitarnya atau lingk ungan sekitar yang berputar terhadap tubuh. Bila salah satu gejala itu yang dikeluhkan maka itu yang dinamakan vertigo. Bila seseorang mengalami  vertigo ia tidak dapat mengendalikan sistem kes eimbangan tubuhnya sendiri sehingga ia dapat tiba- tiba jatuh dan merasakan mual dan kemudian muntah. Menurut penyebabnya vertigo dibagi menjadi 2 yaitu vertigo sentral dan perifer. Vertigo sentral bila jaringan yang mengalami gangguan ada di susunan saraf pusat, sedangkan vertigo perifer bila gangguannya berada di telinga bagian dalam, yaitu pada kanalis semisirkularis, sakulus, atau utrikulus. Salah satu penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pada bagian tersebut adalah penyakit Meniere Penyakit meniere merupakan salah satu masalah yang sulit dan merupakan tantangan yang besar bagi dokter umum maupun spesialis THT. Ini dikarenakan masih belum pastinya etiologi dari penyakit tersebut, sehingga pengobatan yang diberikan belum dapat maksimal. Hal-hal tersebut mengakibatkan banyaknya klinikus mengalami kebingungan dan hilangnya kasus pada saat pengobatan. I.2 TUJUAN Tujuan penulisan referat ini selain untuk melengkapi syarat dan memenuhi tugas dalam menempuh Program Studi Pendidikan Dokter Bagian Ilmu Penyakit THT-KL Universitas Tarumanagara yaitu untuk mempelajari lebih dalam panyakit Meniere, terutama untuk penulis sendiri. I.3 MANFAAT Penulisan referat ini diharapkan dapat membantu penulis dan pembaca sekal ian dalam mempelajari penyakit Meniere, sehingga dapat menjadi acuan dalam mendiagnosa dan memberikan terapi yang tepat pada pasien yang mempunyai gejala penyakit Meniere. BAB II TINJAUAN PUSTAKA   II.1 EMBRI OLOGI TELINGA Telinga luar dan tengah berasal dari alat brankial, sedangkan telinga dalam berasal dari plakoda otika.1 TELINGA LUAR Pinna (aurikula) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial pertama dan arkus brankialis pertama dan kedua. Liang telinga berasal dari brankial pertama ektoderm. Membrana ti mpani mewakili membran penutup celah tersebut. Selama satu stadium perkembangannya, liang telinga akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian terbuka kembali.1 TELINGA TENGAH

Transcript of MENIERE SYNDROME.docx

Page 1: MENIERE SYNDROME.docx

7/27/2019 MENIERE SYNDROME.docx

http://slidepdf.com/reader/full/meniere-syndromedocx 1/13

MENIERE SYNDROME

PENDAHULUAN

Keluhan yang sering diutarakan pasien salah satunya adalah pusing. Sebagai seorang dokter harus

dapat membedakan keluhan tersebut apakah rasa itu seperti berputar, nyeri kepala, mual, atau hanyasekedar ketegangan otot. Bila pasien mengalami sensasi berputar, bisa terjadi perasaan tubuh

 berputar terhadap lingkungan sekitarnya atau lingkungan sekitar yang berputar terhadap tubuh. Bila

salah satu gejala itu yang dikeluhkan maka itu yang dinamakan vertigo. Bila seseorang mengalami

 vertigo ia tidak dapat mengendalikan sistem keseimbangan tubuhnya sendiri sehingga ia dapat tiba-

tiba jatuh dan merasakan mual dan kemudian muntah. Menurut penyebabnya vertigo dibagi menjadi

2 yaitu vertigo sentral dan perifer. Vertigo sentral bila jaringan yang mengalami gangguan ada di

susunan saraf pusat, sedangkan vertigo perifer bila gangguannya berada di telinga bagian dalam, yaitu

pada kanalis semisirkularis, sakulus, atau utrikulus. Salah satu penyakit yang dapat menyebabkan

gangguan pada bagian tersebut adalah penyakit Meniere

Penyakit meniere merupakan salah satu masalah yang sulit dan merupakan tantangan yang besar bagi

dokter umum maupun spesialis THT. Ini dikarenakan masih belum pastinya etiologi dari penyakit

tersebut, sehingga pengobatan yang diberikan belum dapat maksimal. Hal-hal tersebut

mengakibatkan banyaknya klinikus mengalami kebingungan dan hilangnya kasus pada saat

pengobatan.

I.2 TUJUAN

Tujuan penulisan referat ini selain untuk melengkapi syarat dan memenuhi tugas dalam menempuh

Program Studi Pendidikan Dokter Bagian Ilmu Penyakit THT-KL Universitas Tarumanagara yaitu

untuk mempelajari lebih dalam panyakit Meniere, terutama untuk penulis sendiri.

I.3 MANFAAT

Penulisan referat ini diharapkan dapat membantu penulis dan pembaca sekalian dalam mempelajari

penyakit Meniere, sehingga dapat menjadi acuan dalam mendiagnosa dan memberikan terapi yang

tepat pada pasien yang mempunyai gejala penyakit Meniere.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA  

 II.1 EMBRIOLOGI TELINGA

Telinga luar dan tengah berasal dari alat brankial, sedangkan telinga dalam berasal dari plakoda

otika.1

TELINGA LUAR 

Pinna (aurikula) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial pertama dan arkus brankialis pertama

dan kedua. Liang telinga berasal dari brankial pertama ektoderm. Membrana timpani mewakili

membran penutup celah tersebut. Selama satu stadium perkembangannya, liang telinga akhirnya

tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian terbuka kembali.1

TELINGA TENGAH

Page 2: MENIERE SYNDROME.docx

7/27/2019 MENIERE SYNDROME.docx

http://slidepdf.com/reader/full/meniere-syndromedocx 2/13

Rongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama endoderm. Rongga berisi udara ini meluas

ke dalam resesus tubotimpanikus yang selanjutnya meluas di sekitar tulang-tulang dan saraf dari

telinga tengah dan meluas kurang lebih ke daerah mastoid. Osikula berasal dari rawan arkus

 brankialis. Otot-otot telinga tengah berasal dari otot-otot arkus brankialis. Otot tensor timpani yang

melekat pada maleus, berasal dari arkus pertama dan dipersarafi oleh saraf trigeminus cabangmandibularis. Otot stapedius berasal dari arkus kedua dipersarafi oleh suatu cabang nervus fasialis.1

TELINGA DALAM

Plakoda otika ektoderm terletak pada permukaan lateral dari kepala embrio. Plakoda ini kemudian

tenggelam dan membentuk suatu lekukan otika dan akhirnya terkubur di bawah permukaan sebagai

 vesikel otika. Vesikel auditorius membentuk suatu divertikulum yang terletak dekat terhadap tabung

saraf yang sedang berkembang dan kelak akan menjadi duktus endolimfatikus. Vesikel otika

kemudian berkerut membentuk suatu utrikulus superior dan sakulus inferior. Dari utrikulus

kemudian timbul tiga benjolan mirip gelang yang akan menjadi kanalis semisirkularis. Sakulus

kemudian membentuk duktus koklearis berbentuk spiral. Secara filogenetik, organ-organ akhir

khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam kanalis semisirkularis

untuk membentuk krista, dalam utrikulus dan sakulus membentuk makula, dan dalam koklea untuk 

membentuk organ korti. Organ-organ akhir ini kemudian berhubungan dengan neuron-neuron

ganglion akustikofasialis. 1

II.2 ANATOMI TELINGA  

Telinga dibagi menjadi telinga luar, telinga tengah , dan telinga dalam.

TELINGA LUAR 

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiridari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan

pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.

Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak 

kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh

kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit ditemukan kelenjar serumen. Kulit

pada bagian ini sangat erat melekat ke tulang dengan lapisan subkutan yang padat membentuk 

perios.2,3

TELINGA TENGAH

Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas :

- Luar : membran timpani

- Depan : tuba eustachius

- Bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)

- Belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

- Atas : tegmen timpani (meningen/otak)

- Dalam :berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap

lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.2

Membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik 

terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell), sedangkan

Page 3: MENIERE SYNDROME.docx

7/27/2019 MENIERE SYNDROME.docx

http://slidepdf.com/reader/full/meniere-syndromedocx 3/13

 bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah

lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel

mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari

serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler di bagian

dalam. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesuslongus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-

depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-belakang. Tulang pendengaran di dalam telinga

tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat

pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes melekat pada tingkap lonjong yang berhubungan

dengan koklea. Hubungan antar tulang merupakan persendian. Pada pars flaksida terdapat daerah

 yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga

tengah dan antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan

daerah nasofaring dengan telinga tengah.2

TELINGA DALAM

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler

 yang terdiri dari 3 buah kanalis semi sirkularis.

Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan

skala media (duktus koklearis) di antaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa,

sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan

endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (membran Reissner) sedangkan

dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak membran corti. Pada skala

media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran

 basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yangmembentuk organ corti. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa

skala timpani dengan skala vestibuli.

Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus, dan kanalis semisirkularis.

Utrikulus berhubungan dengan sakulus melalui suatu duktus sempit yang juga merupakan saluran

menuju sakus endolimfatikus. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel

rambut. Menutupi sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus silia, yang disebut

kupula, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang berat jenisnya lebih berat daripada endolimfe.

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak 

lengkap. Masing-masing kanalis mempunyai suatu ujung yang melebar membentuk ampula dan

mengandung sel-sel rambut krista.2,3

I1.3 FISIOLOGI PENDENGARAN 

Getaran suara pertama kali ditangkap oleh daun telinga dan dihantarkan melalui liang telinga dan

diteruskan ke membrana timpani dan diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang-tulang

pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan

perkalian perbandingan luas membrana timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah

diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfa

pada pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong

endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membrane basilaris dan membrane

tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia

Page 4: MENIERE SYNDROME.docx

7/27/2019 MENIERE SYNDROME.docx

http://slidepdf.com/reader/full/meniere-syndromedocx 4/13

sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan

sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter

ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius.

Serabut-serabut saraf koklearis berjalan menuju inti koklearis dorsalis dan ventralis. Sebagian besar

serabut dari inti melintasi garis tengah dan berjalan naik menuju kolikulus inferior kontralateral,namun sebagian serabut tetap berjalan ipsilateral. Penyilangan selanjutnya terjadi pada inti

lemniskus lateralis dan kolikulus inferior. Dari kolikulus inferior , jaras pendengaran berlanjut ke

korpus genikulatum dan kemudian ke korteks pendengaran pada lobus temporalis (area 39-40).2,3

II.4 FISIOLOGI KESEIMBANGAN 

Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya tergantung pada

input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan propioseptif. Gabungan informasi

ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh

pada saat itu.

Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan pelebaran labirin

membrane yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap pelebarannya terdapat makula

utrikulus yang di dalamnya terdapat sel-sel reseptor keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga

kanalis semisirkularis dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan

utrikulus, disebut ampula. Di dalamnya terdapat Krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor

keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula.

Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfa di

labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia akan menyebabkan

permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke dalam sel yang

menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang penglepasan neurotransmittereksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat

keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi

hiperpolarisasi.

Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibat rangsangan

otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi energi biolistrik, sehingga dapat

memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan sudut.

Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang berlangsung.

Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainannya dapat

menimbulkan gejala pada system tubuh bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo, rasa

mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin.2

II.5 DEFINISI 

Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis bernama Prospere Meniere

dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun 1861. Definisi penyakit Meniere adalah suatu

penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini

ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan pendengaran yang berkurang ssecara

progresif, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan

dari endolimfe pada telinga dalam.5

II.6 EPIDEMIOLOGI 

Page 5: MENIERE SYNDROME.docx

7/27/2019 MENIERE SYNDROME.docx

http://slidepdf.com/reader/full/meniere-syndromedocx 5/13

Dari penelitian yang dilakukan didapat data sekitar 200 kasus dari 100.000 orang di dunia menderita

penyakit Meniere. Kebanyakan penderita adalah yang berumur 40 tahun keatas dan tidak ada

perbedaan yang berarti antara antara jumlah penderita pria dan wanita. Prevalensi penyakit Meniere

di beberapa negara berbeda-beda, di Amerika terdapat 218 penderita dari 100.000 penduduk, di

Jepang terdapat 36 penderita dari 100.000 penduduk, dan 8 penderita dari 100.000 penduduk terdapat di Italia.6

II.7 ETIOLOGI 

Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui secara pasti, banyak ahli

mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini dianggap penyebab dari penyakit ini disebabkan

karena adanya gangguan dalam fisiologi sistem endolimfe yang dikenal dengan hidrops endolimfe,

 yaitu suatu keadaan dimana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat sehingga mengakibakan

dilatasi dari skala media, sakulus, dan utrikulus. Tetapi, penyebab hidrops endolimfe sampai saat ini

 belum dapat dipastikan.2 Ada beberapa anggapan mengenai penyebab terjadinya hidrops, antara lain

:

1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri 2

2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler2

3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler2

4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan endolimfa2

5. Infeksi telinga tengah7

6. Infeksi traktus respiratorius bagian atas7

7. Trauma kepala7

8. Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi7

9. Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan710. Infeksi virus golongan herpesviridae7

11. Herediter7

Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat mencetuskan penyakit Meniere

· Virus Herpes (HSV).

Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan bahwa 12 dari 16 pasien

Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks pada sakus endolimfatikusnya. Selain itu pernah

dilaporkan juga pada pasien Meniere yang diberi terapi antivirus terdapat perbaikan. Tetapi anggapan

ini belum dapat dibuktikan seluruhnya karena masih perlu penelitian yang lebih lanjut.8

· Herediter.

Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang menderita penyakit

Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap mempunyai hubungan dengan kelainan anatomis

saluran endolimfatikus atau kelainan dalam sistem imunnya.8

· Alergi.

Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi terhadap makanan.

Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah sebagai berikut :8

1. Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari mediator yang dilepaskan pada saat tubuh

mengadakan reaksi terhadap makanan tertentu.

2. Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan filtrasi dari sakus

endolimfatikus

3. Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari sakus

Page 6: MENIERE SYNDROME.docx

7/27/2019 MENIERE SYNDROME.docx

http://slidepdf.com/reader/full/meniere-syndromedocx 6/13

endolimfatikus.

· Trauma kepala.

Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu aliran hidrodinamik 

dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan adanya pasien Meniere yang mempunyai riwayat

fraktur tulang temporal.8· Autoimun.

 Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan merupakan penyebab

dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch pada tahun 2001

 bahwa pada penelitian otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari orang yang tidak menderita

penyakit Meniere. Penelitian yang banyak dilakukan sekarang difokuskan pada fungsi imunologik 

pada sakus endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat penyakit Meniere diakibatkan oleh gangguan

autoimun. Brenner yang melakukan penelitian pada tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25

% penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit autoimun terhadap tiroid. Selain itu

Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar 40 % pasien penderita penyakit

Meniere didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan autoimun darah seperti Rheumatoid factor,

 Antibodi antiphospholipid dan Anti Sjoegren.9

II.8 PATOFISIOLOGI

Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan pelebaran dan perubahan pada

morfologi pada membran Meissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di daerah

apeks koklea, helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada

awalnya pelebaran skala media dimulai dari apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian

tengah dan basal koklea2Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh pembengkakan pada kompartemen endolimfatik,

 bila proses ini berlanjut dapat terjadi ruptur membran Reissner sehingga endolimfe bercampur

dengan perilimfe. Hal ini meyebabkan gangguan pendengaran sementara yang kembali pulih setelah

membrana kembali menutup dan cairan endolimfe dan perilimfe kembali normal. Hal ini yang

menyebabkan terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila tidak terjadinya serangan1

Terjadinya Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang reversibel disebabkan oleh distorsi yang

 besar pada daerah yang luas dari membrana basiler pada saat duktus koklear membesar ke arah skala

 vestibuli dan skala timpani.10

Mekanisme terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo kemungkinan disebabkan terjadinya

penonjolan-penonjolan keluar dari labirin membranasea pada kanal ampula. Penonjolan kanal

ampula secara mekanis akan memberikan gangguan terhadap krista.10

Tinitus dan perasaan penuh di dalam telinga pada saat serangan mungkin disebabkan tingginya

tekanan endolimfatikus.2

II.9 GEJALA KLINIS 

Sifat yang khas pada penyakit Meniere adalah terdapatnya periode aktif/serangan yang bervariasi

lamanya yang diselingi dengan periode remisi yang lebih panjang dan juga bervariasi lamanya. Pola

serangan dan remisi pada individu tidak dapat diramalkan, walaupun gejala berkurang setelah

 beberapa tahun.3 Pada saat serangan biasanya terdapat trias Meniere yaitu vertigo, tinitus, dan

gangguan pendengaran2

Page 7: MENIERE SYNDROME.docx

7/27/2019 MENIERE SYNDROME.docx

http://slidepdf.com/reader/full/meniere-syndromedocx 7/13

Biasanya terdapat adanya suatu periode rasa penuh atau tertekan pada telinga yang dirasakan

penderita selama berjam-jam, berhari-hari, atau berminggu-minggu. Namun sensasi ini terlupakan

karena adanya serangan vertigo yang hebat yang timbul tiba-tiba disertai mual dan muntah. Terdapat

adanya kurang pendengaran yang hampir tidak dirasakan pada telinga yang bersangkutan karena

genuruh tinitus yang timbul bersamaan dengan vertigo. Episode awal biasanya berlangsung selama 2-4 jam, setelah itu vertigo mereda, meskipun pusing (dizziness) pada gerakan kepala menetap selama

 beberapa jam. Pendengaran membaik dan titnitus berkurang, tetapi tidak menghilang dengan

redanya vertigo.

Kemudian ada periode bebas vertigo. Selama periode ini penderita mungkin hanya merasakan tinitus

 yang bergemuruh. Gejala-gejala ini kemudian diselingi oleh episode vertigo spontan lain yang mirip

dengan yang pertama dengan derajat yang lebih ringan. Frekuensi serangan ini bervariasi, tetapi

 biasanya timbul sebanyak satu atau dua kali dalam seminggu, atau sekurang-kurangnya satu kali

dalam satu bulan. Pada kasus-kasus berat dapat timbul serangan setiap hari.

Biasanya setelah periode tersebut, yang dapat berlangsung beberapa minggu, terjadi remisi spontan

atau akibat pengobatan, yang pada waktu itu gejala hilang sama sekali, kecuali gangguan pada

pendengaran pada telinga yang bersangkutan. Namun fase remisi tersebut ternyata tidak permanen,

dapat terjadi pengulangan fase akut seperti sebelumnya yang timbul dalam beberapa bulan.

Sementara pola aktif dan remisi berjalan, gejala pada periode akut melemah oleh karena hilangnya

secra bertahap kemampuan organ akhir dalam memberikan respon akibat degenerasi elemen-elemen

sensorik.

 Variasi dalam simtomatologi telah di uraikan dan kadang-kadang dapat ditemukan. Sindrom

Lermoyes merupakan satu contoh dimana gangguan pendengaran terjadi berbulan-bulan atau

 bertahun-tahun sebelum timbulnya serangan vertigo pertama.3

PEMERIKSAAN PENYAKIT MENIERETidak ada tes definitive untuk memeriksa penyakit meniere. Ada beberapa penyakit dan kondisi yang

memiliki gejala yang sama dengan penyakit meniere. Penyakit meniere tidak dapat didiagnosa hanya

dari gejala yang ada. Berbagai kemungkinan harus dapat dibedakan dengan penyakit lain. Ketika

dokter mengeliminasi penyakit lain dari gejala yang ada, maka dari situ baru penyakit meniere

ditegakkan. 2)

Tes yang mendukung untuk pemeriksaan penyakit meniere yaitu : 4)

1. Tes pendengaran ( tes penala )

Pada tes penala didapatkan kesan tuli sensorineural pada penyakit meniere

2. Tes gliserin

Pasien diberikan minum gliserin 1,2 ml/kgBB setelah diperiksa tes kalori dan audiogram. Setelah 2

 jam diperiksa kembali dan dibandingkan. Perbedaan bermakna menunjukkan adanya hydrops

endolimfe.

3. Audiogram

Hasil audiogram pada penyakit meniere didapatkan tuli sensorineural, terutama nada rendah dan

selanjutnya dapat ditemukan rekrutmen.

4. Tes kalori

Page 8: MENIERE SYNDROME.docx

7/27/2019 MENIERE SYNDROME.docx

http://slidepdf.com/reader/full/meniere-syndromedocx 8/13

Tes ini dilakukan untuk menilai fungsi keseimbangan, Setiap telinga dites secara terpisah, Pada

telinga masing – masing disemprotkan secara bergantian air dingin dan air hangat. Setelah beberapa

saat akan timbul nistagmus yang arahnya berlawanan dengan arah semprotan. 6)

Tes ini cukup berarti dengan kepekaan 60% (black-1980). Tes ini berguna untuk menentukan labirin

 yang hipoaktif dengan gambaran grafik adanya parese dari kanal. 7)

5. Electronystamography 

Tes ini untuk menilai fungsi keseimbangan

6. Pemeriksaan radiologi

Secara rutin harus dilakukan pemeriksaan tulang temporal dan kalau bisa dengan poli tomografi.

Pada pemeriksaan ini bisa dijumpai meatus akustikus yang menyempit, tetapi kadang – kadang

melebar dan dijumpai otosklerotis dari optic kapsul. 8)

DASAR DIAGNOSIS PENYAKIT MENIERE 

Diagnosis penyakit meniere ditegakkan berdasarkan kombinasi dari gejala yang ada, tes pendengaran

dimana terdapat gangguan pendengaran setelah serangan yang berangsur-angsur membaik lagi, serta

setelah pengeliminasian dari penyakit lain. 3)

Diagnosis dipermudah dengan dibakukan kriteria diagnosis yaitu :

1. Vertigo hilang timbul

2. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf 

3. Menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sentral

Bila gejala khas dari penyakit meniere pada anamnesis ditemukan maka diagnosis penyakit menieredapat ditegakkan. 1)

Pemeriksaan fisik hanya diperlukan untuk menguatkan diagnosis penyakit ini. Bila dalam anamnesis

terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada pemeriksaan terdapat tuli saraf, maka kita

sudah dapat mendiagnosa penyakit meniere. Sebab tidak ada penyakit lain yang bisa menyebabkan

perbaikan dalam tuli saraf, kecuali pada penyakit meniere. Dalam hal yang meragukan kita dapat

membuktikan adanya hydrops dengan tes gliserin. Selain itu tes gliserin ini berguna untuk 

menentukan prognosis tindakan operatif pada pembuatan “ shunt “. Bila terdapat hydrops, maka

operasi diduga akan berhasil dengan baik. 1)

DIAGNOSIS BANDING

1. Tumor nervus akustikus

 Vertigo sebagai gejala dini dari meningioma, schwannoma dan lain – lain. Schwannoma atau

neurinoma akustikus mula timbul dengan tuli perspektif unilateral yang progresif. Pada tahap dini

terdapat vertigo. Kalau tumor itu menjalar dan merusak meatus akustikus interna, maka

hemihipestesia fasialis dengan reflek kornea yang menurun atau lenyap dapat detemukan bersama

adanya hemiparesis fasialis ringan akibat terlibatnya nervus trigeminus / ganglkion gasseri dan

nervus facialis. Pemeriksaan kalorik dan audiogram sudah dapat memperlihatkan kerusakan

disusunan vestibularis dan auditorik sesisi. Perjalanan penyakitnya sangat lambat. 9)

2. Labirintitis

Page 9: MENIERE SYNDROME.docx

7/27/2019 MENIERE SYNDROME.docx

http://slidepdf.com/reader/full/meniere-syndromedocx 9/13

Labirintitis disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Labirintitis bakteri merupakan komplikasi dari

mastoiditis, otitis media atau meningitis. Sedangkan pada labirinitis virus berkembang dalam

perjalanan penyakit parotis epidemika dan rubeola. Pada labirinitis virus daya pendengaran normal

atau sedikit terganggu. Sedangkan pada labirintitis bakteri dijumpai adanya tuli berat. Demam, sakit

kepala dan nyeri di dalam telinga tidak selamanya ada. 9)

3. Neuritis vestibularis

Penyakit ini timbul secara mendadak dengan serangan vertigo berat diiringi mual dan muntah.

Nistagmus spontan menyertai serangan vertigo ini. Komponen cepat mengarah ke sisi yang normal.

Pada tes kalorik ditemukan paresis vestibular unilateral. Tetapi yang membedakan dengan penyakit

meniere yaitu pada penyakit ini pendengaran tidak terganggu. Dan dengan atau tanpa pengobatan

serangan vertigo dapat hilang sama sekali dalam beberapa minggu atau dengan gejala sisa berupa

 vertigo posisional yang berlangsung sejenak dan bangkit sekali – sekali saja. 9)

4. Vertigo posisionil benigna

 Vertigo benigna dikenal juga sebagai vertigo barany. Sindrome vestibuler ini paling umum, dan

dijuluki posisional karena vertigonya timbul kalau kepala berputar kekanan atau ke kiri. Hal ini

terjadi jika kepala menoleh ke kanan atau ke kiri dan jika merebahkan badan untuk berbaring atau

 berbalik ke samping waktu berbaring. 9)

PENGOBATAN PENYAKIT MENIERE

Selama masa serangan, pasien dianjurkan untuk berbaring pada tempat datar. Menggerakkan

anggota badan sesedikit mungkin, dengan mata terbuka dan melihat suatu fokus tempat secara tetap.

Hal ini dapat membantu untuk mengurangi perasaan berputar. Tetaplah pada posisi ini sampaiserangan vertigo hilang, kemudian bangun secara perlahan – lahan. Setelah serangan pasien merasa

sangat kelelahan dan buth tidur untuk beberapa jam. 3)

Jika perasaan mual dan berputar tetap muncul dalam jangka waktu lebih dari 24 jam, maka yang

dilakukan pertama adalah pemberian obat – obat simtomatik, seperti sedative, dan bila terdapat mual

dapat diberikan anti muntah. Setelah diagnosis telah ditemukan, baru diobati penyebabnya. 1)

Untuk mengurangi tekanan hydrops endolimfa, maka diberikan obat – obatan vasodilator. Tekanan

endolimfa juga dapat dikurangi dengan cara disalurkan ketempat lain dengan jalan operasi, yaitu

dengan membuat shunt. 1)

Untuk memperkuat saraf pada penyakit meniere, dapat diberikan obat- obatan neurotonik dan obat – 

obatan anti iskemik. 1)

Rehabilitasi penting diberikan, sebab dengan melatih system vestibuler, terapi ini sangat menolong.

Kadang – kadang vertigo dapat diatasi dengan latihan teratur dan baik. Orang – oramng yang kerena

profesinya menderita vertigo servikal dapat diatasi dengan latihan yang intensif, sehingga gejala yang

timbul tidak lagi menggangu pekerjaan sehari – harinya. Misalnya pada pilot, pemain sirkus, dan

olahragawan. 1)

Obat – obat yang sering digunakan selama serangan berlangsung :

1. Diuretik 

· Triamterine

Harus diberikan secara kombinasi dengan asam folat pada wanita hamil, karena triamterine bersifat

sebagai antagonis folat. Pemakaian dalam jangka panjang dapat menyebakan batu ginjal. 3)

Page 10: MENIERE SYNDROME.docx

7/27/2019 MENIERE SYNDROME.docx

http://slidepdf.com/reader/full/meniere-syndromedocx 10/13

· Amiloride

· Acetazolamide

· Furosemide

Furosemide dapat diberikan bila terdapat alergi pada pemakaian obat – obat di atas. Dosis yang

digunakan dalam pemakaian obat ini harus kecil, karena obat ini sedikit bersifat ototoksik. 3)

2. Obat supresi vestibular

· Klonazepam, diberikan 0,5 mg 2 kali sehari / sebanyak yang dibutuhkan

· Lorazepam, diberikan 0,5 mg 2 kali sehari / sebanyak yang dibutuhkan

· Diazepam, diberikam 2 mg 2 kali sehari / sebanyak yang dibutuhkan

· Meclizine, diberikan 12,5 -25 mg 3-4 kali sehari

3. Kalsium chanel bloker

· Verapamil, berikan 120 -240 mg sehari

· Nimodipine

· Flunarizine

4. Steroid

· Dexamethasone

· Prednisone

· methylprednisolon

5. imunosupresan

· methotrexate· Steroid

· Enbrel

MANAJEMEN OPERASI PADA PENYAKIT MENIERE

Meskipun etiologi dari penyakit meniere belum diketahui secara pasti, penemuan histopatologi

 berupa hydrops pada saluran endilomfe ditemukan secara konsisten. Hydrops diduga berasal dari

proses rusaknya fungsi resorpsi dari sacus endolimfatikus. 4)

Pada beberapa pasien, penyakit meniere tidak dapat diobati hanya dengan medikantosa, dan

pembedahan harus dipertimbangkan. 4)

Beberapa kriteria pasti untuk pembedahan harus dibuat. Pendengaran harus baik pada telinga yang

 berlawanan dan tidak ditemukan ataksia. Harus ada data – data objektif dari penyakit telinga dalam

unilateral, meliputi hilang pendengaran sensorineural, biasanya lebih berat pada frekuensi rendah.

Pada pemeriksaan ENG menunjukkan penurunan respon vestibularis di telinga yang bergejala pada

50 % kasus, dan kadang – kadang terdapat peningkatan potensial akhir pada elektrocochleograf.

Harus ada fungsi keseimbangan yang baik dan tidak ada gejala penyakit menyertai yang berat, seperti

disabilitas. Pembedahan dikontraindikasikan pada penyakit meniere dengan telinga pendengaran

satu – satunya, dan pada penyakit meniere yang menyerang telinga bilateral. 5)

Penting untuk diketahui, bahwa pembedahan yang ideal sebisa mungkin harus seminimal mungkin

untuk melakukan teknik – teknik infasif. Membutuhkan tidak lebih dari anastesi lokal, diyakini bisa

menyebabkan penurunan respon vestibular yang menyeluruh, dan memelihara pendengaran dengan

Page 11: MENIERE SYNDROME.docx

7/27/2019 MENIERE SYNDROME.docx

http://slidepdf.com/reader/full/meniere-syndromedocx 11/13

meminimalkan angka kesakitan pasien. 5)

Teknik – teknik pembedahan pada penyakit meniere :

1. Perfusi telinga dalam dengan gentamicin

Prosedur pengobatan bedah ini adalah yang paling tidak invasive pada pengobatan penyakit meniere.

Tujuan prosedur operasi adalah untuk mengobati telinga yang bergejala dengan obat vestibulotoksik untuk menghasilkan deficit vestibular menyeluruh selama meminimalisasi hilang pendengaran.

Keuntungan dari pemberian obat secara langsung pada telinga dalam adalah :

· Penyakit telinga diobati secara langsung tanpa mempengaruhi fungsi sistemik tubuh

· Mencegah efek samping sistemik 

· Konsentrasi tinggi obat pada pengobatan telinga dalam dapat diperoleh

Hal – hal yang diperlukan pada prosedur meliputi anastesi telinga dengan suntikan, yang setelahnya

dilanjutkan dengan myringotomy vertical lewat membran timpani. Telinga tengah diamati dengan

endoskopi untuk menentukan apakah ada obstruksi membrane diatas kokhlea. Jika terdapat

membrane maka harus diambil terlebih dahulu. Tabung ventilasi dimasukkan kedalam

tympanostomy, dan obat dimasukkan lewat tabung ventilasi kedalam kokhlea sampai terdapat

tahanan. 5)

Tujuan pengobatan ini adalah untuk memperoleh penurunan 100% dari respon vestibuler terhadap

tes kalori ENG tes tanpa menyebabkan hilangnya pendengaran. Lama pengobatan biasanya 2 – 3

minggu. Selama masa pengobatan, jika fungsi pendengaran menurun, sedangkan fungsi

keseimbangan masih ada, pengobatan dihentikan selama 1 minggu dan steroid direkomendasikan

untuk menyelamatkan pendengaran. Kemudian pasien dievaluasi ulang satu minggu kemudian, dan

terapi diteruskan bila terdapat peningkatan pendengaran. Jika penurunan fungsi vestibularis

terhadap tes kalori telah mencapai 100%, maka pengobatan dapat dihentikan. 5)

2. Vestibular Neurectomy 

Jika keluhan vertigo tetap muncul pada penyakit meniere unilateral, walaupun telah dijalankan satu

atau lebih tindakan dengan perfusi gentamicin pada telinga dalam, maka dapat dipilih alternative

proses pembedahan yang lain. Untuk pendengaran yang lebih dari 80 dB dan memiliki lebih dari 20%

dalam proses pengenalan kata – kata, pilihan prosedur operasi adalah mikrosurgeri neurektomi

 vestibularis fosa posterior. Yang secara umum memungkinkan untuk memelihara pendengaran. 5)

Pertama kali digambarkan dengan metode retrolabirin pada tahun 1979, kombinasi retrolabirin

dengan retrosigmoid vestibular neurektomi adalah suatu evolusi teknik dan metode yang disukai.

Pada prosedur ini, setelah insisi kulit post auricula dibuat, dilakukan sedikit mastoidektomi, dan sinus

 venosus lateralis dikerangkakan dalam jalannya menuju mastoid. Fosa posterior di tembus lewat

insisi dural yang dibuat di belakang sinus venosus lateralis. Setelah cairan spinal dilepaskan dan

arachnoid terbuka, maka nervus vestibulocochlearis dapat terlihat lewat sudut cerebellopontine. Pada

nervus ini, terdapat celah diantara nervus cochlearis dan nervus vestibularis. Ahli bedah harus

menggunakan alat pembesar dengan resolusi tinggi untuk melihat pembagian antara kedua nervus

itu. Nervus vestibularis biasanya terdapat pada fosa posterior. Kadang – kadang pembagian tidak 

dapat diidentifikasi, dan bibir posterior dari kanalis auditorius internus harus dibor untuk lebih

melihat celah antara nervus vestibularis dan nervus cochlearis. 5)

Penting untuk diketahui, bahwa kebanyakan pasien dengan vestibular neurectomy mempunyai

kehilangan pendengaran yang signifikan sebelum proses pembedahan. Dan sangat sedikit komplain

 yang didapatkan untuk kasus kehilangan pendengaran yang muncul paska operasi. Secara umum

Page 12: MENIERE SYNDROME.docx

7/27/2019 MENIERE SYNDROME.docx

http://slidepdf.com/reader/full/meniere-syndromedocx 12/13

pasien merasa senang terbebas dari gejala vertigo. Tinitus dan tekanan yang terus menerus tidak 

menjadi masalah utama, dan kebanyakan pasien dapat menjalani hidup dengan normal.

Secara umum, fossa posterior vestibular neurectomy relatif aman dan mempunyai prosedur yang

efektif baik. Secara pengalaman pembedahan didapatkan tingkat keberhasilan yang tinggi (93%)

dalam mengobati serangan vertigo. 5)

3. Labyrinthectomy 

Ketika pendengaran kurang dari 80 dB atau kurang dari 20% skore pengenalan kata, labyrinthectomy 

dengan atau tanpa transcochlear cochleovestibular neurectomy di rekomendasikan. Prosedur ini

dilakukan lewat kanalis auricularis dan ngorbankan fungsi pendengaran. Setelah flap timpanomeatal

diangkat melalui kanalis auricularis, labyrinthectomy yang meliputi pengeboran promontorium dan

pembukaan menbran basalis dari kokhlea. Kemudian neuroepitelium dari labyrinth diangkat dengan

sudut yang tepat. Berhubungan kadang – kadang pengontrolan vertigo gagal dengan labirinthectomy 

sendirian, maka transcochlear cochleovestibulari neurectomy ditambahkan pada prosedur operasi

untuk meningkatkan keberhasilan. Teknik ini cepat dan merupakan standar emas pembedahan

penyakit meniere. Memiliki tingkat penyembuhan sebanyak 88% dari seluruh kasus. Hampir pada

70% pasien, prosedur ini mampu mengurangi tinitus, tekanan, dan rasa penuh ditelinga. Teknik ini

terbukti aman, dengan insiden komplikasi yang rendah, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya kasus

paralisis fasialis setelah pembedahan. 5)

DAFTAR PUSTAKA 

1. Boies LR, Adams GL, higler PA. Buku Ajar penyakit THT (BOIES Fundamentals of Otolaryngology).

Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC.1997.

2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga HidungTenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2007

3. BALLENGER 

4. Hearing System [online]. 2006 October 8 ; available

fromhttp://jaapa.com/issues/j20060501/screen/menieres0506algo.gif  

5. Anonim. Meniere’s Disease [online]. 2007 December 21 ; available

fromhttp://en.wikipedia.org/wiki/M%C3%A9ni%C3%A8re's_disease 

6. Hain TC. Epidemilogy of Meniere’s disease [online]. 2008 January 9 ; available

from http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/menieres/men_epi.html 

7. Gibson CM. Meniere’s Disease [online]. 2008 July 17 ; available

from http://www.wikidoc.org/index.php/Meniere's_Disease 

8. Hain TC. Etiology (causes) of Meniere’s Sindrome [online]. 2008 April 26 ; available from

: http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/menieres/men_eti.html 

9. Hain TC. Meniere’s Disease [online]. 2008 December 6 ; available from http://www.dizziness-and-

 balance.com/disorders/menieres/menieres.html 

10. Booth JB. Scott-Brown’s Otolaryngology. Fifth Edition. London: Butterworth. 1987. 

11. Soepardi EA, Iskandar N. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi

ke lima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2002

12. www. Meniereinfo.com

13.  www.dizziness-and-balance.com 

14. Knox G. Surgical Manajement of Meniere’s Syndrome. Bayor College of medicine. Houston, Texas,

Page 13: MENIERE SYNDROME.docx

7/27/2019 MENIERE SYNDROME.docx

http://slidepdf.com/reader/full/meniere-syndromedocx 13/13

1994

15. Jackson LE. Meniere’s Disease :Diagnosis, Natural History, and Current Management. 2002 

16. How’s Meniere Disease is Diagnosed. Available from : Http ://www.menieres – helps.com

17. Mahyudin A. Penyakit Meniere. Bagian THT FK UNDIP. RS Dr. Kariadi Semarang.1984

18. Black M. A Review of Vestibular Test Result in Meniere’s Disease : Simposium on Meniere’sDisease. The Otolaryngologic Clinic of North America 13 : 631 – 642, 1980

Sidharta P : Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian Rakyat. Jakarta, 1999

20. Symptoms and Incidence of Meniere’s Disease. Available from : Http ://oto2.wustl.edu