Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

30
Mengucapkan Selamat dan Merayakan Natal Bersama: “Apa Pendapat Ulama?” A. Pendahuluan Tidak dapat dipungkiri bahwa pluralitas keberagamaan adalah sebuah kenyatanan dan keniscayaan. Islam pun sejak semula telah menyadari akan makna pluralitas dan kerukunan antarumat beragama. Secara faktual kita bisa membuktikan kedamaian yang dirasakan berbagai pemeluk agama di bawah pemerintahan Islam, karena Islam telah memberikan jaminan keselamatan kepada mereka. Dari sinilah kita bisa memahami bahwa Islam sangat toleran dan menghargai adanya pluralitas keberagamaan. Akhir-akhir ini semakin hangat diperdebatkan bahwa salah satu cara membina kerukunan umat beragama adalah dengan saling memberikan “ucapan selamat” bagi pemeluk agama yang berbeda-beda. Terlebih khusus ucapan selamat kepada umat kristiani yang merupakan agama terbesar kedua di negeri ini. Pertanyaannya adalah: “bolehkah kita mengucapkan selamat natal kepada umat Kristiani?” Ada beberapa tokoh yang kemudian berijtihad dan membolehkan – secara mutlak -- ucapan selamat natal ini. Mudah-mudahan ini adalah semata-mata hasil ijtihad mereka yang murni, bukan karena dorongan eksternal atau bagian dari “ijtihad politik” yang bersifat pragmatis, karena kepentingan-kepentingan tertentu. Hebohnya pernah ada 138 tokoh Islam yang menendatangani surat terbuka ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru kepada para pendeta Kristen, termasuk Paus Benedict XVI. Di dalam surat tersebut para tokoh muslim mengucapkan selamat natal dan tahun baru dalam rangka untuk melakukan dialog antarkeyakinan umat beragama. Surat tersebut juga berisi terima kasih kepada penguasa kristen atas respon positif mereka terhadap surat yang sebelumnya. Syaikh Yusuf al-Qaradhawi termasuk di antara tokoh yang membolehkan (Lihat: Fatâwâ Mu’âshirah). Di Indonesia ada Prof.Dr.M. Quraish Shihab, M.A. dan Jaringan Islam Liberal (JIL) yang turut membolehkan. Kabar mengejutkan adalah ketika ketua umum PP Muhammadiyah yang juga pengurus MUI Pusat, Prof.Dr.Din Syamsuddin tidak melarang mengucapkan dan menghadiri perayaan Natal (detik.com). 1

Transcript of Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

Page 1: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

Mengucapkan Selamat dan Merayakan Natal Bersama: “Apa Pendapat Ulama?”

A. Pendahuluan

Tidak dapat dipungkiri bahwa pluralitas keberagamaan adalah sebuah kenyatanan dan keniscayaan. Islam pun sejak semula telah menyadari akan makna pluralitas dan kerukunan antarumat beragama. Secara faktual kita bisa membuktikan kedamaian yang dirasakan berbagai pemeluk agama di bawah pemerintahan Islam, karena Islam telah memberikan jaminan keselamatan kepada mereka. Dari sinilah kita bisa memahami bahwa Islam sangat toleran dan menghargai adanya pluralitas keberagamaan.

Akhir-akhir ini semakin hangat diperdebatkan bahwa salah satu cara membina kerukunan umat beragama adalah dengan saling memberikan “ucapan selamat” bagi pemeluk agama yang berbeda-beda. Terlebih khusus ucapan selamat kepada umat kristiani yang merupakan agama terbesar kedua di negeri ini. Pertanyaannya adalah: “bolehkah kita mengucapkan selamat natal kepada umat Kristiani?” Ada beberapa tokoh yang kemudian berijtihad dan membolehkan – secara mutlak -- ucapan selamat natal ini. Mudah-mudahan ini adalah semata-mata hasil ijtihad mereka yang murni, bukan karena dorongan eksternal atau bagian dari “ijtihad politik” yang bersifat pragmatis, karena kepentingan-kepentingan tertentu.

Hebohnya pernah ada 138 tokoh Islam yang menendatangani surat terbuka ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru kepada para pendeta Kristen, termasuk Paus Benedict XVI. Di dalam surat tersebut para tokoh muslim mengucapkan selamat natal dan tahun baru dalam rangka untuk melakukan dialog antarkeyakinan umat beragama. Surat tersebut juga berisi terima kasih kepada penguasa kristen atas respon positif mereka terhadap surat yang sebelumnya. Syaikh Yusuf al-Qaradhawi termasuk di antara tokoh yang membolehkan (Lihat: Fatâwâ Mu’âshirah). Di Indonesia ada Prof.Dr.M. Quraish Shihab, M.A. dan Jaringan Islam Liberal (JIL) yang turut membolehkan. Kabar mengejutkan adalah ketika ketua umum PP Muhammadiyah yang juga pengurus MUI Pusat, Prof.Dr.Din Syamsuddin tidak melarang mengucapkan dan menghadiri perayaan Natal (detik.com).

1

Page 2: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

Dengan demikian legalitas ucapan selamat Natal seolah-olah semakin kuat di benak masyarakat kita setelah melihat beberapa tokoh yang membolehkan. Pertanyaan pentingnya: “Masih haramkah mengucapkan selamat natal? Apakah ini tidak berlebihan? Mengapa hanya sekadar turut menyampaikan rasa gembira sebagai wujud rasa cinta dan hormat kepada saudara-saudara kristen yang tengah bergembira saja dilarang? Kita ‘kan’ tidak enak sama tetangga, bukankah Isa juga Rasul samawi? Alangkah tidak adilnya! Ketika mereka mengucapkan selamat lebaran yang begitu tulus, kita masih diam saja menolak untuk membagi salam natal.”

Karena itu tidak mengherankan bila fatwa MUI digugat atau disalahpahami. Ada yang mengeritik habis-habisan dan secara terbuka, walaupun ada juga yang tidak setuju secara diam-diam. Bahkan Luthfi asy-Syaukani (JIL) dalam artikelnya “Sikap Negara Terhadap Aliran Sesat“ (Tempo: 22 Desember 2007) menulis: “ Majlis Ulama Indonesia berkali-kali meresahkan masyarakat dengan fatwa-fatwa mereka (fatwa menghadiri perayanaan natal, misalnya). Karena sengitnya perdebatan tentang hukum mengucapkan dan menghadirinya maka menurut hemat penulis permasalahan ini cukup menarik dan aktual untuk dibahas.

B. Metodologi Pembahasan

Untuk menjawab syubhat-syubhat yang ada, kita perlu melakukan pengkajian yang mendalam, serius dan pandangan yang komprehensif dengan melihat berbagai dalil yang digunakan dan realitas keberanekaragaman dalam beragama. Di sini penulis akan menggunakan metode Mashlahah Mursalah atau Istishlâh dan mengomparasikan dalil-dalil dari dua kubu yang bersilang pendapat.

1. Mashlahah Mursalah atau Istishlâh

Berdasarkan istiqrâ’ (penelitian empiris) dan nash-nash al-Quran maupun hadis, diketahui bahwa hukum-hukum syariat Islam mencakup di antaranya pertimbangan kemaslahatan manusia. Allah SWT. berfirman:

ن مي ل عا ل ل ة م ح ر ل إ ك نا ل س ر أ ما و

2

Page 3: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

“Dan tiadalah kami mengutus engkau, melainkan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta”. (QS al-Anbiyâ/21: 107)

Dan firman Allah yang lain:

م بك ر من ة ظ ع مو كم ت جاء د ق س نا ال ها ي أ يا ن ني م ؤ م ل ل ة م ح ر و دى ه و ر دو ص ال في ما ل فاء ش و

“Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh penyakit-penyakit dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS Yûnus/10: 57)

Mashlahah Dharûriyyah (mashlahah yang bersifat hakiki dan sama sekali tidak bisa diabaikan), menurut para ulama meliputi lima jaminan dasar:

a. jaminan keselamatan agama (al-Muhâfazhah alâ al-Dîn atau Hifzh al-Dîn) yaitu dengan menghindarkan timbulnya fitnah dan mencari keselamatan dalam agama serta mengantisipasi dorongan hawa nafsu dan perbuatan yang mengarah kepada kerusakan.

b. jaminan keselamatan jiwa (al-Muhâfazhah alâ al-Nafs atau Hifzh al-Nafs) adalah merupakan jaminan keselamatan atas hak hidup yang terhormat dan mulia

c. jaminan keselamatan akal (al-Muhâfazhah alâ al-‘Aql atau Hifzh al-‘Aql) adalah merupakan terjaminnya akal pikiran dari kerusakan yang menyebabkan orang yang bersangkutan tidak berguna di tengah masyarakat, sumber kejahatan, bahkan menjadi sampah masyarakat.

d. jaminan keselamatan keluaarga dan keturunan (al-Muhâfazhah alâ al-Nasl atau Hifzh al-Nasl) adalah merupakan jaminan kelestarian populasi umat manusia agar tetap hidup dan berkembang.

e. jaminan keselamatan atas harta benda (al-Muhâfazhah al-Mâl atau Hifzh al-Mâl) yaitu dengan menjaga dan meningkatkan kekayaan secara proporsional melaui cara-cara yang halal bukan mendominasi kehidupan perekonomian secara lalim dan curang.

3

Page 4: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

Kelima jaminan tersebut dibuat untuk keselamatan manusia yang menjadi tujuan syar’i.

2. Pengomparasian Berbagai Dalil

Di sini akan diketengahkan dalil-dalil yang membolehkan ucapan selamat dan menghadiri natal, sekaligus sanggahan atau dalil-dalil yang digunakan untuk membantahnya. Begitu juga penafsiran ayat-ayat, komentar para sahabat dan para ulama tentang masalah itu. Kesemuanya itu akan dipadukan dengan realitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara saat ini.

C. Pembahasan

1. Islam dan Toleransi Beragama

Sejak kedatangannya Islam telah memberikan kebebasan untuk memilih dan memeluk agama. Islam juga memberikan toleransi beragama dan sangat menghormati hak-hak asasi manusia. Dengan demikian perbedaan pandangan, pemikiran tetap mendapat penghormatan dalam Islam.

Islam tidak pernah melarang untuk selalu berbuat baik kepada pemeluk agama lain selagi mereka cinta damai sebagaimana firmanNya dalam QS al-Mumtahanah/60: 8-9

دين ال في م ك لو ت قا ي م ل ن ذي ل ا ن ع ه ل ال م ك ها ن ي لطوا س ق ت و م ه رو ب ت ن أ م ك ر يا د ن م م ك جو ر خ ي م ل و

ن ( طي س ق م ل ا ب ح ي ه ل ال ن إ م ه ي ل ه) ٨إ ل ال م ك ها ن ي ما ن إ من م ك جو ر خ أ و ن دي ال في م ك لو ت قا ن ذي ل ا ن ع

4

Page 5: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

ن م و م ه و ل و ت ن أ م ك ج را خ إ لى ع روا ه ظا و م ك ر ديا ن ( مو ل ظا ال م ه ك ئ ل أو ف م ه ل و ت ٩ي )

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Dua ayat ini memberikan pengertian tentang dua golongan non-muslim. Pertama, adalah golongan yang cinta damai. Islam memerintahkan agar berbuat baik dan berlaku adil kepada mereka. Sedangkan kedua, adalah golongan yang memusuhi atau memerangi bahkan mengusir umat Islam dari negeri mereka tanpa adanya alasan yang benar. Terhadap golongan ini Islam membolehkan untuk memeranginya. Nabi Muhammad s.a.w. juga telah mencontohkan akhlak yang baik dengan tetap bergaul kepada orang-orang musyrik Quraisy ketika di Makkah, padahal sikap permusuhan selalu dilancarkan mereka terhadap nabi dan para sahabatnya. Bahkan Rasulullah s.a.w. masih menerima penitipan barang mereka yang dikhawatirkan hilang. Tatkala hijrah pun beliau meninggalkan Ali bin Abi Thalib dan memerintahkan kepadanya untuk mengembalikan barang-barang titipan itu kepada pemiliknya. Jadi cukup jelaslah sikap Islam terhadap penganut agama apa pun dan pandangan mereka yang berbeda-beda.

2. Pro-Kontra Ucapan Selamat Natal

Perkembangan jaman telah melahirkan beberapa ijtihad baru yang menarik dan terkadang cukup kontroversial. Di antara permasalahan kontroversial yang selalu mengundang debat adalah tentang hukum ucapan dan menghadiri perayaan natal umat kristiani. Beberapa tokoh membolehkan, tetapi banyak juga yang mengharamkan, sehingga masih aktual untuk diperbincangkan.

5

Page 6: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

Sangat menghebohkan ketika dalam rangka memromosikan dialog antarkeyakinan dan menghilangkan gap Islam-Kristen serta menghilangkan stigma Islam ekstrem, 138 tokoh Islam menandatangani surat terbuka ucapan selamat natal dan tahun baru kepada para pendeta Kristen termasuk Paus Benedict XVI. Mufti Mesir Syaikh Ali Jum’ah, Mufti Palestina Syaikh Ikrimah Shabri, turut membolehkan ucapan selamat natal. Begitu juga Dr. Yusuf al-Qaradhawi termasuk jajaran yang membolehkan.

Di Indonesia kelompok Jaringan Islam Liberal (JIL) turut membolehkan, bahkan salah satu tokohnya -- Luthfi asy-Syaukani -- menulis bahwa: “Majelis Ulama Indonesia berkali-kali meresahkan masyarakat dengan fatwa-fatwa mereka (fatwa menghadiri perayanaan natal, misalnya). Ada juga Prof.Dr.M. Quraish Shihab, M.A. yang seiring sejalan sebagaimana yang termaktub dalam bukunya “Membumikan Al-Quran“. Kita juga agak dikejutkan dengan pernyataan Prof.Dr. Din Syamsudin yang tidak melarang umat Islam untuk menghadiri perayaan dan mengucapkan selamat natal sebagaimana dalam dimuat dalam detik.com. Ini agak mengejutkan karena beliau adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah dan sekaligus Sekretaris Pimpinan Pusat MUI.

Counter-attack telah banyak dilakukan oleh berebarap ulama, dengan pandangan mereka yang berseberangan, bahkan menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah: “telah menjadi ijma’ tentang keharamannya”. Ibnu Taimiyah juga termasuk ulama yang mengharamkan. Buya HAMKA --sebagai Ketua MUI -- telah memelopori fatwa haramnya mengucapkan dan menghadiri misa natal pada tahun 1981. Bahkan telah terjadi perdebatan yang sangat panas dengan pemerintah, sehingga beliau lebih memilih mundur dari jabatannya daripada menghalalkan ucapan selamat natal. Buya HAMKA juga teguh mengharamkan acara doa bersama dan menghadiri perayaan-perayaan ritual agama lain bagi seorang muslim.

Muhammadiyah juga turut mendukung fatwa MUI, demi kehati-hatian (Tanya-Jawab Muhammadiyah 2: 209-210). Begitu juga para ulama Timur Tengah yang lain, termasuk yang tergabung dalam Lajnah Dâimah Li al-Buhûst al-‘Ilmiyyah wal Iftâ’.

3. Syubhat-syubhat dalam Ucapan Selamat Natal

a. Dalil-dalil yang dianggap membolehkan (Dalîl al-Naqli)

6

Page 7: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

1) Dr. Yusuf al-Qaradhawi berpendapat bahwa perbuatan ini termasuk dalam kategori al-Birr (perbuatan baik) sebagaimana firmanNya :

في م ك لو ت قا ي م ل ن ذي ل ا ن ع ه ل ال م ك ها ن ي لن أ م ك ر يا د ن م م ك جو ر خ ي م ل و ن دي ال

ب ح ي ه ل ال ن إ م يه ل إ طوا س ق ت و م ه رو ب ت طين س ق م ل ا

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang tiada memerangi kamu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS al-Mumtahanah/60: 8).

2) Kebolehannya semakin nyata apabila mereka (umat krisriani/pemeluk agama lain) juga memberikan tahniah (ucapan selamat) kepada kita di hari raya umat Islam. Hal ini didasarkan pada firmanNya:

أو ها ن م ن س ح أ ب يوا ح ف ة ي ح ت ب م ت يي ح ذا إ و با سي ح ء ي ش ل ك لى ع ن كا ه ل ال ن إ ها دو ر

”Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa.” (QS an-Nisâ’/4: 86 )

3) Rasulullah s.a.w. diutus untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana sabda beliau:

7

Page 8: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

ق ل خ ل ا م ر كا م م م ت ل ت ث ع ب ما ن إ“Sesungguhnya aku ini diutus hanyalah (dalam rangka) untuk menyempurnakan kemualian akhlak”. (HR al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubrâ, X/191, hadits nomor 21301). Termasuk berakhlak kepada non-muslim.

Bukankah Rasulullah s.a.w. juga pernah mengatakan:

قا ل خ م ه ن س ح أ نا ما إي ن ني م ؤ م ل ا ل م ك أ“Orang yang yang paling sempurna imannya di antara orang-orang yang beriman ialah (orang) yang paling baik akhlaknhya”. (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah, Sunan Abî Dâwud, IV/254, hadits nomor 4684)

4) Terdapat kisah natal dalam al-Quran, pada QS Maryam/19: 33,

ت مو أ م و ي و ت ولد م و ي ي ل ع م سل وال يا ح ث ع ب أ م و ي و

“Salam sejahtera semoga di limpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku dan ketika pada hari aku di hidupkan kembali”.

Dengan demikian al-Quran telah mengabadikan dan merestui ucapan selamat natal pertama dari, dan untuk nabi mulia itu, Isa a.s..

b. Dalil-dalil Argumentatif (Dalîl al-‘Naql)

Berikut adalah dalil-dalil argumentatif yang dipakai untuk membolehkan dan menghadiri perayaan natal:

1) Ucapan selamat natal penting untuk keberlangsungan kerukunan hidup antarumat beragama, Bahkan kalau perlu

8

Page 9: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

diadakan Perayaan Natal Bersama (PNB) secara besar-besaran. Umat Islam tidak boleh kaku terhadap penganut ajaran agama lain yang juga bersikap lunak kepadanya.

2) Ucapan selamat natal adalah sebagai wujud toleransi umat Islam terhadap agama lain. Bukankah Islam hadir untuk memberikan rahmat bagi alam semesta? Dan bukankah umat Kristiani dan juga pemeluk agama lain juga memberikan ucapan selamat kepada kita?

3) Untuk menepis stigma Islam ekstrem, fundamentalis, eksklusif, dan hal-hal negatif lainnya terhadap umat Islam, sehingga Islam mudah diterima oleh berbagai kalangan.

4) Kalau kita mengucapkan selamat natal atau menghadirinya, sebetulnya masih pada wilayah seremonial, bukan ritual (peribadatan), sehingga kita tetap berada dalam wilayah aqidah dan keyakinan masing-masing.

5) Ucapan selamat natal dan menghadiri perayaan natal bersama sesungguhnya tidak terdapat misi-misi tertentu dari umat Kristiani, sehingga tidaklah membahayakan.

6) Bukankah para Nabi juga bersaudara? Yang bahkan ajarannya pun sama, yaitu mengajak kepada tauhid. Lalu mengapa sekadar menghormati Nabi ‘Isa a.s. dengan mengucapkan selamat natal ‘kok’ terlarang?

7) Larangan ucapan dan menghadiri natal sebetulnya hanyalah hanya untuk menghindari kerancuan dalam aqidah. Dengan demikian kekhawatiran tidak perlu terjadi pada orang yang apabila (ketika) mengucapkannya tetap murni dan terjaga aqidahnya.

D. Penyelesaian Permasalahan

1. Bantahan terhadap dalil-dalil yang dianggap membolehkan:

a. QS al-Mumtahanah/60:8 dijadikan alasan agar umat Islam melakukan al-Birr selagi orang-orang kafir tidak memerangi dan

9

Page 10: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

mengusir umat Islam dari negerinya. Ini benar, akan tetapi lafazh al-Birr maknanya sangat luas, kita juga tidak mendapati para sahabat maupun tabiin yang menafsirkannya dengan kebolehan untuk mengucapkan selamat natal. Ayat tersebut hanyalah berbicara tentang toleransi umat beragama, yaitu sikap seorang muslim terhadap pemeluk agama lainnya yang cinta damai dan menghormati kebebasan agama. Sedangkan ayat selanjutnya mengatur bagaimana sikap seorang muslim terhadap non-muslim yang memusuhi dan memeranginya. Dengan demikian tidak ada penegasan sama sekali pada ayat tersebut tentang kebolehan untuk mengucapkan dan menghadiri perayaan natal. Ketika dasar pembolehannya dengan menggunakan ayat ini, maka penulis nilai “sangat dipaksakan”.

b. Sudah menjadi kewajiban seorang muslim untuk menghormati pemeluk agama lain, terlebih kepada Ahlul Kitab. Kita diperbolehkan makan bersama, sekaligus berbesanan dengan mereka dalam pengertian kita boleh makan sembelihan mereka dan menikah dengan wanitanya sebagaimana firmannya :

توا أو ن ذي ل ا م عا ط و ت با ي ط ال م ك ل ل ح أ م و ي ل ام ه ل ل ح م ك م عا ط و م ك ل ل ح ب تا ك ل ا

ن م ت نا ص ح م ل وا ت نا م ؤ م ل ا ن م ت نا ص ح م ل وا هن مو ت ي ت آ ذا إ م ك بل ق ن م ب تا ك ل ا توا أو ن ذي ل ا

ول ن حي ف سا م ر ي غ ن ني ص ح م ن ه ر جو أ ط ب ح د ق ف ن ما لي با ر ف ك ي ن م و ن دا خ أ ذي خ ت م

رين س خا ل ا ن م ة ر خ ال في و ه و ه ل م ع

10

Page 11: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Alkitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita yang menjaga kehormatan [Ada yang mengatakan wanita-wanita yang merdeka] di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Alkitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam), maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.“ (QS al-Mâidah/5: 5 )

Bisakah ayat di atas dijadikan alasan tentang kebolehan untuk mengucapkan dan menghadiri natal? Oleh karenanya kita perlu merujuk kepada pendapat para sahabat dan ulama salaf tentang tafsir ayat tersebut.

Kalau kita cermati ayat itu hanyalah berbicara tentang kewajiban unutk menjawab salam yang diberikan orang lain terhadap kita. Tidak terkait sama sekali dengan ucapan selamat natal atau ‘lebaran’ yang sudah merupakan bagian dari keyakinan masing-masing umat beragama. Ibnu Abbas berkata: “barang siapa memberi salam kepadamu maka balaslah salamnya walaupun dia adalah seorang Majusi”. Ibnu Katsir, di dalam Tafsirnya – Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm -- juga menyatakan: “apabila ada seorang muslim memberi salam maka balaslah dengan ucapan salam yang lebih baik darinya atau semisal dengan apa yang di ucapkannya”. Tambahan dalam ucapan salam disunnahkan, sedangkan yang wajib adalah dengan yang semisalnya. Menurut Qatadah lafazh fahayyû bi ahsani minha (QS an-Nisâ’/4: 86) adalah ditujukan kepada orang-orang muslim dan lafazh au ruddûhâ (QS an-Nisâ’/4: 86) adalah ditujukan kepada Ahl al-Dzimmah. Begitulah komentar Ahl al-‘Ilmi tentang ayat tersebut sebagaimana termaktub dalam Tafsîr Ibnu Katsîr.

Di dalam hadits lain kita juga dilarang untuk memulai salam kepada orang kafir. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.,

11

Page 12: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

إذا ف م ل س بال رى صا ن ال ل و د هو ي ل ا ءوا د ب ت ل لى إ ه رو ط ض فا ق ري ط فى م ه د ح أ م ت قي ل

ه ق ي ض أ"Janganlah kalian mendahului orang-orang Yahudi dan Nasrani memberi salam. Apabila kalian berpapasan dengan salah seorang di antara mereka di jalan, maka desaklah dia ke jalan yang paling sempit." (HR Muslim dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, VII/5, hadits nomor 5789)

Kita juga mendapati hadits Nabi s.a.w. dari Anas bin Malik,

م ك ي ل ع و لوا قو ف ب تا ك ل ا ل ه أ م ك ي ل ع م ل س ذا إ“Apabila Ahlul Kitab memberikan salam kepada kalian maka ucapkanlah wa’alaikum.” (HR Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, VIII/71, hadits nomor 6258 dan HR Muslim, Shahîh Muslim, VII/3, hadits nomor 5780 ).

Dengan demikian, masihkah kita mau menjawab salam dengan yang lebih baik daripada mereka?

c. Rasulullah s.a.w. memang diutus untuk menyempurnakan akhlak termasuk berakhlak kepada non-muslim. Akhlak juga merupakan bagian keimanan seseorang, akan tetapi sikap tidak mau mengucapkan selamat natal tidaklah menghilangkan rasa toleransi, penghormatan ataupun akhlak terhadap pemeluk agama lain. Begitu juga kualitas keimanan seseorang tidak di ukur hanya dengan sekadar ucapan natal.

Islam memberikan toleransi kepada berbagai umat beragama tanpa harus dia adakan “campur sari“ aqidah maupun tatacara peribadatan. Sebagaimana Rasulullah s.a.w. yang pernah diajak kaum musyrikin agar diadakan ibadah bersama, tetapi beliau menolaknya dengan membacakan QS al-Kâfirûn sebagai

12

Page 13: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

pengakuan Islam terhadap pluralitas keberagamaan tanpa harus membenarkannya. Inilah yang sering disebut dengan “Teologi Ko Eksistensi” yang boleh dianut oleh setiap muslim yang berpaham Multikulturalisme (mengakui keberadaan agama orang lain, tanpa harus membenarkannya), bukan “Teologi Pro-Eksistensi” yang bisa menjebak kita (umat Islam) untuk berpaham Pluralisme (mengakui kebenaran semua agama dan – bahkan -- membenarkannya).

d. Di dalam kisah natal pada QS Maryam/19: 33 bukanlah merupakan bukti bahwa al-Quran telah mengabadikan dan merestui ucapan selamat natal sebagaimana yang di pahami Prof.Dr.M. Quraish Shihab., M.A.. Beliau mengartikan علي والسلم dengan “salam sejahtera semoga di limpahkan kepadaku“, sehingga memberikan kesan seolah-olah ini adalah ucapan selamat natal dalam al-Quran.

Lafaz السلم Adalah bentuk masdar dari fiil يسلم - سلم yang bermakna keselamatan atau keamanan,ketentraman (Kamus al-Munawir). Artinya mudah-mudahan keselamatan di limpahkan kepadaku. Ayat tersebut merupakan doa nabi Isa yang meminta keselamatan pada tiga waktu yaitu hari kelahiran, hari kematian dan hari kebangkitan bukan ucapan selamat natal.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa lafazh والسلم حيا أبعث ويوم أموت ويوم ولدت يوم علي merupakan penetapan

‘ubudiyah Nabi Isa a.s. terhadap Allah SWT. Beliau, seperti makhluk Allah yang lainnya hidup, mati dan akan dibangkitkan kembali. Beliau diberi keselamatan pada tiga keadaan ini. Begitu juga penafsiran semakna terdapat dalam Tafsir al-Marâghî dan Tafsir al-Munîr.

Jelaslah pada dalil-dalil yang dianggap membolehkan ucapan selamat natal telah terjadi bias penafsiran dan tidak pas di jadikan alat justifikasi terhadap legalitas ucapan selamat natal.

13

Page 14: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

2. Mendudukkan Syubhat-syubhat Dalil Argumentatif (Dalil al-‘Aql)

Sebagai prolog kami sertakan beberapa fatwa yang mengharamkan mengucapkan dan menghadiri perayaan natal.

Pertama, Fatwa MUI

FATWA Majelis Ulama IndonesiaTENTANG PERAYAAN NATAL BERSAMA

-------------------------------Memperhatikan :

1. Perayaan Natal Bersama pada akhir-akhir ini disalah-artikan oleh sebagian umat Islam dan disangka sama dengan umat Islam merayakan Maulid Nabi Besar Muhammad s.a.w..

2. Karena salah pengertian tersebut ada sebagian orang Islam yang ikut dalam perayaan Natal dan dudukdalam kepanitiaan Natal.

3. Perayaan Natal bagi orang-orang Kristen adalah merupakan ibadah.

Menimbang:

1. Umat Islam perlu mendapat petunjuk yang jelas tentang Perayaan Natal Bersama.

2. Umat Islam agar tidak mencampur-adukkan Aqidah dan ibadahnya dengan Aqidah dan ibadah agama lain.

3. Umat Islam harus berusaha untuk menambah Iman dan Taqwanya kepada Allah SWT.

4. Tanpa mengurangi usaha umat Islam dalam Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia.

Meneliti kembali Ajaran-ajaran Agama Islam, antara lain:

A. Bahwa umat Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan umat agama-agama lain dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan, berdasarkan atas:

14

Page 15: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

1. QS al-Hujurât/49: 13,

ثى أن و ر ك ذ من كم نا ق ل خ نا إ س نا ال ها ي أ يا م ك م ر ك أ ن إ فوا ر عا ت ل ل ئ با ق و با عو ش م ك نا ل ع ج و

ر بي خ م لي ع ه ل ال ن إ م ك قا ت أ ه ل ال د عن"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa (kepada Allah), sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal"

2. QS Luqmân/31: 15,

ه ب ك ل س ي ل ما بي ك ر ش ت ن أ لى ع ك دا ه جا ن إ و فا رو ع م يا ن د ال في ما ه ب ح صا و ما ه ع ط ت فل م ل ع

م عك ج ر م ي ل إ م ث ي ل إ ب نا أ ن م ل بي س ع ب ت وا ن لو م ع ت م ت ن ك ما ب م ك ئ ب ن أ ف

"Dan jika kedua orang tuamu memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan tentang ini, maka janganlah kamu mengikutinya, dan pergaulilah keduanya di dunia ini dengan baik. Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian kepada Ku-lah kembalimu, maka akan Ku-beritakan kepada-mu apa yang telah kamu kerjakan".

3. QS al-Mumtahanah/60: 8,

15

Page 16: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

دين ال في م ك لو ت يقا م ل ن ذي ل ا ن ع ه ل ال م ك ها ن ي لطوا س ق ت و م ه رو ب ت ن أ م ك ر يا د ن م م ك جو ر خ ي م ل و

ن طي س ق م ل ا ب ح ي ه ل ال ن إ م ه ي ل إ"Allah tidak melarang kamu (umat Islam) untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang (beragama lain) yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil".

B. Bahwa umat Islam tidak boleh mencampur-adukkan agamanya dengan aqidah dan peribadatan agama lain berdasarkan:

1. QS al-Kâfirûn/109: 1–6,

ن ( رو ف كا ل ا ها ي أ يا ل ن) (١ق دو ب ع ت ما د ب ع أ )٢ل ) د ب ع أ ما ن دو ب عا م ت أن ما) ٣ول د ب عا نا أ ول

) م ت بد (٤ع د) ب ع أ ما ن دو ب عا م ت أن م) ٥ول ك ل ن ( دي ي ل و م ك ن ٦دي )

"Katakanlah hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku".

2. QS al-Baqarah/2: 42,

16

Page 17: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

م ت أن و ق ح ل ا ا مو ت ك ت و ل ط با ل با ق ح ل ا ا سو ب ل ت ل و مون ل ع ت

"Janganlah kamu campur-adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedangkan kamu mengetahuinya".

C. Bahwa umat Islam harus mengakui ke-Nabian dan ke-Rasulan Isa al-Masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para Nabi dan Rasul yang lain, berdasarkan atas:

1. QS Maryam/19: 30-32,

) يا ب ن ني ل ع ج و ب تا ك ل ا ي ن تا آ ه ل ال د ب ع ني إ ل قا

ني) ٣٠ صا و أ و ت كن ما ن ي أ كا ر با م ني ل ع ج و يا ( ح ت م د ما ة كا ز وال ة صل تي) ٣١بال د ل وا ب را ب و

يا ( ق ش را با ج ني ل ع ج ي م ل ٣٢و )"Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberikan Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup (dan Dia memerintahkan aku) berbakti kepada ibuku (Maryam) dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka."

2. QS al-Baqarah/2: 285,

نون م ؤ م ل وا ه ب ر ن م ه ي ل إ ل ز ن أ ما ب ل سو ر ال ن م آين ب ق ر ف ن ل ه ل س ر و ه ب ت ك و ه ت ك ئ مل و ه ل بال ن م آ ل ك

17

Page 18: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

نا ب ر ك ن را ف غ نا ع ط أ و نا ع م س لوا قا و ه ل س ر ن م د ح أ ر صي م ل ا ك ي ل إ و

"Rasul (Muhammad) telah beriman kepada al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya (Mereka mengatakan): Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari Rasul-rasul-Nya dan mereka mengatakan: Kami mendengar dan kami taat. (Mereka berdoa) Ampunilah Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”

D. Bahwa barangsiapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih dari satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa al-Masih itu anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik, berdasarkan atas:

1. QS al-Mâidah/5: 72,

بن ا ح سي م ل ا و ه ه ل ال ن إ ا لو قا ن ذي ل ا ر ف ك د ق ل ه ل ال ا دو ب ع ا ل ئي را س إ ني ب يا ح سي م ل ا ل قا و م ي ر م ه ل ال م ر ح د ق ف ه ل بال ك ر ش ي من ه ن إ م ك ب ر و بي ر ر صا أن ن م ن مي ل ظا لل ما و ر نا ال ه وا أ م و ة ن ج ل ا ه لي ع

"Sesungguhnya telah kafir orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allahitu ialah Almasih putera Maryam. Pada hal Almasih sendiri berkata: HaiBani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orangyang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya sorga dan tempatnya ialah neraka, tidak adalahbagi orang zalim itu seorang penolong pun".

2. QS al-Mâidah/5: 73,

18

Page 19: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

ن م ما و ة ث ل ث ث ل ثا ه ل ال ن إ ا لو قا ن ذي ل ا ر ف ك د ق ل ن لو قو ي ما ع ا هو ت ين م ل إن و د ح وا ه ل إ ل إ ه ل إ

م لي أ ب ذا ع م ه ن م ا رو ف ك ن ذي ل ا ن س م ي ل"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Bahwa Allah itua dalah salah satu dari yang tiga (Tuhan itu ada tiga), pada halsekali-kali tidak ada Tuhan selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidakberhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang kafir itu akan disentuh siksaan yang pedih".

3. QS at Taubah/9: 30,

رى صا ن ال ت ل قا و ه ل ال ن ب ا ر ي ز ع د هو ي ل ا ت ل قا و م ه ه وا ف أ ب هم ل و ق ك ل ذ ه ل ال ن ب ا ح سي م ل ا

ه ل ال م ه ل ت قا ل ب ق من ا رو ف ك ن ذي ل ا ل و ق ن ؤو ه ضا ي ن كو ف ؤ ي نى أ

"Orang-orang Yahudi berkata" Uzair itu anak Allah, dan orang-orang Nasrani berkata al-Masih itu anak Allah. Demikian itulah ucapan dengan mulut mereka, mereka meniru ucapan/perkataan orang-orang kafir yang terdahulu, dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling".

E. Bahwa Allah pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakah dia pada waktu di dunia menyuruh kaumnya agar mereka mengakui Isa dan Ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Isa menjawab: Tidak. Hal itu berdasarkan atas QS al-Mâidah/5: 116-118,

قلت ت أن أ م ي ر م ن ب ا سى عي يا ه ل ال ل قا ذ إ و ل قا ه ل ال ن دو من ن ي ه ل إ ي م أ و ني ذو خ ت ا س نا لل

19

Page 20: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

ق ح ب لي س ي ل ما ل قو أ ن أ لي ن كو ي ما ك ن حا ب س ل و سي ف ن في ما م ل ع ت ه ت م ل ع د ق ف ه ت ل ق ت كن إن

) ب يو غ ل ا م ل ع أنت ك ن إ ك س ف ن في ما م ل ع أ

ا) ١١٦ دو ب ع ا ن أ ه ب ني ت ر م أ ما ل إ م ه ل ت ل ق ما مت د ما دا هي ش م ه ي ل ع ت كن و م ك ب ر و بي ر ه ل الأنت و م ه ي ل ع ب قي الر ت أن ت كن ني ت ي ف و ت ما ل ف م ه في

) د هي ش ء ي ش ل ك لى م) ١١٧ع ه ن إ ف م ه ب ذ ع ت إن م ( كي ح ل ا ز زي ع ل ا ت أن ك ن إ ف م ه ل ر ف غ ت إن و ك د با ع١١٨)

"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia (kaummu): Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah? Isa menjawab: Maha Suci Engkau (Allah),tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya tentu Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku sedangkan aku tidak mengetahui apayang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya), yaitu: Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Tetapi setelah Engkat wafatkan aku. Engkau sendirilah yang menjadi pengawas mereka. Engkaulah pengawas dan saksi atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu dan jika Engkau mengampunkan mereka, maka sesungguhnya Engkau Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”

F. Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu hanya satu, berdasarkan atas QS al-Ikhlâsh:

20

Page 21: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

د ( ح أ ه ل ال و ه ل د) (١ق م ص ال ه ل م) ٢ال ل و د ل ي م ل د ( ل د) (٣يو ح أ وا ف ك ه ل كن ي م ل ٤و )

"Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak seorang pun/sesuatu pun yang setara dengan Dia”.

G. Islam mengajarkan umatnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Allah SWT serta untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan, berdasarkan atas:

1. Hadits Nabi s.a.w. dari an-Nu’man bin Basyir:

« ما ه ن ي ب و ن ي ب م را ح ل ا ن إ و ن ي ب ل ل ح ل ا ن إ قى ت ا ن م ف س نا ال ن م ر ثي ك ن ه م ل ع ي ل ت ها ب ت ش م

فى ع ق و ن م و ه ض ر ع و ه ن دي ل أ ر ب ت س ا ت ها ب ش الل و ح عى ر ي عى را كال م را ح ل ا فى ع ق و ت ها ب ش الك ل م ل ك ل ن إ و ل أ ه في ع ت ر ي ن أ ك ش يو مى ح ل افى ن إ و ل أ ه م ر حا م ه ل ال مى ح ن إ و ل أ مى ح

ذا إ و ه ل ك د س ج ل ا لح ص ت ح ل ص ذا إ ة غ ض م د س ج ل اب ل ق ل ا ى ه و ل أ ه ل ك د س ج ل ا د س ف ت د س ف ».

“Sesungguhnya apa-apa yang halal itu telah jelas dan apa-apa yang haram pun telah jelas, akan tetapi di antara keduanya itu banyak yang syubhat (sebagian halal, sebagian haram), kebanyakan orang tidak mengetahui yang syubhat itu. Barangsiapa yang memelihara diri dari yang syubhat itu, maka bersihlah

21

Page 22: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

agamanya dan kehormatannya, tetapi barangsiapa jatuh pada yang syubhat maka berarti ia telah jatuh kepada yang haram, misalnya semacam orang yang menggembalakan binatang di sekitar daerah larangan maka mungkin sekalin binatang makan di daerah larangan itu. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai larangan dan ketahuilah bahwa larangan Allah ialah apa-apa yang diharamkan-Nya (oleh karena itu yang haram jangan didekati). Ketahuilah, bahwa di dalam tubuh (manusia) terdapat mudghah (segumpal daging); jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR Muslim, Shahîh Muslim, V/50, hadits nomor 4178)

2. Kaedah Ushul Fiqih

ح ل صا م ل ا ب ل ج لى ع م د ق م د س فا م ل ا ء ر د“Menolak kerusakan-kerusakan itu didahulukan daripada menarik kemashlahatan-kemashlahatan (jika tidak demikian sangat mungkin mafasidnya yang diperoleh, sedangkan mashalihnya tidak dihasilkan)”.

Majelis Ulama Indonesia memfatwakan:

1. Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa as, akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.

2. Mengikuti upacara Natal bersama bagi umat Islam hukumnya haram.

3. Agar umat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan perayaan Natal.

Jakarta,1 Jumadil Awal 1401 H./7 Maret 1981 M.

KOMISI FATWAMAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua (KH Syukri Ghozali)Sekretaris (Drs.H. Mas’udi)

22

Page 23: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

Kedua, Fatwa Lajnah Dâimah li al-Buhûts al-‘Ilmiyyah wal-Iftâ’

في ل لن بأعيادهم النصارى تهنئة للمسلم يجوز الثموقد على تعاونا , : ذالك ول تعالى قال عنه نهينا

– المائدة سورة والعدوان الثم على : تعاونوا ٢٠ واشعارا لمحبتهم وطلبا اليهم توددا فيه أن كما

شعائرهم وعن عنهم يجوز بالرضى ل بل وهذا لنهم بغضهم وتبين لهم اظهارالعداوة الواجب

ا غيره يحادون معه ويشركون وعل جل ولدا و ساحبة له .ويجعلون

“Tidak boleh seorang muslim memberi ucapan selamat kepada orang Nasrani pada hari raya mereka karena sesungguhnya dalam perbuatan tersebut terdapat tolong-menolong dalam perbuatan dosa. Dan kita dilarang dari perbuatan tersebut, Allah SWT.berfirman: والعدوان الثم على تعاونوا ول . Di dalamnya juga mengandung rasa cinta kepada mereka dan menuntut untuk mencintai mereka serta sebagai syiar dengan meridhai mereka dan syiar-syiar mereka. Ini semua tidak boleh bahkan yang paling wajib adalah menampakkan permusuhan terhadap mereka dan menjelaskan permusuhan terhadap mereka. Karena mereka memusuhi Allah jalla wa ala dan membuat sekutu kepada selain Allah. Mereka juga menjadikan bagi Allah wanita pendamping dan seorang anak.” (Lajnah Dâimah li al-Buhûts al-‘Ilmiyyah wal-Iftâ’, II/435)

Ketiga, Tanya Jawab Muhammadiyah

Dengan mengutip fatwa MUI dan memberikan komentar: “Dari fatwa itu khususnya point b (mengikuti upacara natal bersama bagi umat Islam hukumnya haram) mengikuti perayaan natal haram hukumnya. Sedangkan mengucapkan selamat hari natal di golongkan pada fatwa point c (agar umat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT di anjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan perayaan natal) sesuatu yang di anjurkan untuk tidak di lakukan.

23

Page 24: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

Berikut adalah jawaban syubhat-syubhat yang telah tertulis di atas pada dalil argumentatif yang membolehkan dari point a sampai g:

a. Telah menjadi jargon yang kerap di kampanyekan para penghasung pluralisme agama adalah ucapan selamat natal penting untuk keberlangsungan umat beragama bahkan kalau perlu di adakan perayaan natal bersama. Mereka juga menuduh kepada yang tidak mau sebagai fundamentalis, tekstualis, revivalis, eksklusif dan segudang sebutan yang lainnya.

Mengutip pernyataan Adian Husaini dalam www.Hidayatullah.com yaitu Prof. HAMKA menyebut tradisi Perayaan Hari Besar Agama Bersama semacam itu bukan menyuburkan kerukunan umat beragama atau membangun toleransi, tetapi menyuburkan kemunafikan. Di akhir tahun 1960-an, HAMKA menulis tentang usulan perlunya diadakan perayaan Natal dan Idul Fithri bersama, karena waktunya berdekatan:

“Si orang Islam diharuskan dengan penuh khusyu’ bahwa Tuhan Allah beranak, dan Yesus Kristus ialah Allah. Sebagaimana tadi orang-orang Kristen disuruh mendengar tentang Nabi Muhammad s.a.w. dengan tenang, padahal mereka diajarkan oleh pendetanya bahwa Nabi Muhammad bukanlah nabi, melainkan penjahat. Dan Al-Quran bukanlah kitab suci melainkan buku karangan Muhammad saja. Kedua belah pihak, baik orang Kristen yang disuruh tafakur mendengarkan Al-Quran, atau orang Islam yang disuruh mendengarkan bahwa Tuhan Allah itu ialah satu ditambah dua sama dengan satu, semuanya disuruh mendengarkan hal-hal yang tidak mereka percayai dan tidak dapat mereka terima… Pada hakekatnya mereka itu tidak ada yang toleransi. Mereka kedua belah pihak hanya menekan perasaan, mendengarkan ucapan-ucapan yang dimuntahkan oleh telinga mereka. Jiwa, raga, hati, sanubari, dan otak, tidak bisa menerima. Kalau keterangan orang Islam bahwa Nabi Muhammad s.a.w. adalah Nabi akhir zaman, penutup sekalian Rasul. Jiwa raga orang Kristen akan mengatakan bahwa keterangan orang Islam ini harus ditolak, sebab kalau diterima kita tidak Kristen lagi. Dalam hal kepercayaan tidak ada toleransi. Sementara sang pastor dan pendeta menerangkan bahwa dosa waris Nabi Adam, ditebus

24

Page 25: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

oleh Yesus Kristus di atas kayu palang, dan manusia ini dilahirkan dalam dosa, dan jalan selamat hanya percaya dan cinta dalam Yesus.”

Demikian kutipan tulisan Prof. HAMKA yang ia beri judul: “Toleransi, Sekulerisme, atau Sinkretisme.” (Lihat, buku HAMKA, Dari Hati ke Hati, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002) Sekarang tepatkah kalau dikatakan perayaan natal bersma merupakan sebuah upaya membina kerukunan umat beragama padahal yang di hasilkan adalah munculnya sifat-sifat kemunafikan pada setiap umat beragama. Selain itu juga masih terbentang luas upaya-upaya lain dalam rangka membina kerukunan antar umat beragama.

b. Perayaaan natal bersama atau ucapan selamat natal bukan sebagai wujud toleransi beragama ketika pada kenyataannya ternyata hanya melahirkan sifat-sifat kemunafikan. Kalau dikatakan orang yang tidak mau mengucapkan sebagai orang yang tidak toleran dan anti kerukunan maka kita patut mempertanyakan apakah makna toleransi beragama menurut mereka. Apakah campursari aqidah? ataukah kawin silang tata cara beribadah?

Toleransi tidak harus dengan mengucapkan atau menghadiri misa natal. Justru tidak toleran orang yang mempersoalkan ketidakhadiran penganut agama lain dalam perayaan natal. Menurut Abu Deedat ketua FAKTA (Forum Gerakan Anti Pemurtadan) toleransi bukan berarti partisipasi bukan pula campur aduk. Mereka melakukan kebaktian tidak diganggu, itu sudah merupakan toleransi. Misa natal itu satu paket ritual bukan seremonial, jadi tidak boleh dihadiri. Kehawatiran itu menjadi berlebihan bila tanpa ucapan natal bisa menimbulkan perpecahan. Persatuan anak bangsa bukan dengan menciptakan ‘koor’ yang sama dalam ucapan selamat, justru yang paling penting adalah saling pengertian antar umat beragama.

c. Untuk menepis stigma ekstrim, fundamentalis, eksklusif, atau hal-hal negatif lainnya tidaklah harus mengucapkan atau menghadiri natal tetapi dengan menumbuhkan saling pengertian dan hormat menghormati antar umat beragama. Dalam Islam diharamkan merusak

25

Page 26: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

tempat-tempat ibadah agama lain sekalipun dalam kondisi perang. Ini semua menunjukan bahwa Islam adalah agama cinta damai.

Dakwah Islam mudah diterima berbagai kalangan bukan karena pedang dan bom tapi karena kesejukan yang membawa kedamaian. Dakwah kepada tauhid cukup menarik bagi orang-orang yang merindukan kebenaran sejati. Islam juga masuk ke Indonesia melalui jalur dakwah dan perdagangan tanpa ada pertumpahan darah. Kitapun mendapatkan kenyataan tentang banyaknya pastur atau pendeta dan ilmuan yang mendapatkan kebenaran dalam Islam. Begitulah jika pertolongan Allah telah datang, orang akan berbondong-bondong masuk Islam tanpa ada paksaan.

d. Orang sering mengatakan bahwa tradisi ucapan atau menghadiri perayaan natal masih dalam wilayah seremonial bukan bagian ritual ibadah. Din syamsuddin juga mengatakan “saya pribadi berpendapat bahwa MUI sejak zaman Buya adalah larangan menghadiri upacara natal yang berdimensi ibadah dan keyakinan karena itu adalah wilayah keyakinan masing-masing,tetapi yang berbentuk seremoni tidak seharusnya dihindari’.

Benarkah demikian? padahal dalam natal pasti diadakan penegasan keyakinan umat Kristen terhadap Yesus, bahwa Yesus adalah anak Allah, juru selamat umat manusia yang wafat dikayu salib untuk menebus dosa umat manusia. Dalam agama Kristen juga tidak memiliki kriteria ritual atau non ritual yang jelas. Ini adalah suatu subhat. Menurut MUI, perayaan natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan merayakan nabi Isa akan tetapi natal tidak bisa dipisahkan dari hal-hal yang bersifat ritual.

Islam memiliki tata cara ibadah yang jelas karena permasalahan ritual selalu ada contohnya dari nabi Muhammad SAW. Tata cara, shalat, puasa, zakat, sholat idul fitri, idul adha adalah merupakan wilayah ritual. Kitapun memahami bahwa bersilaturrahmi kerumah-rumah setelah shalat id adalah tradisi non ritual.

26

Page 27: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

Selamat natal pada hakikatnya merupakan ucapan kepada umat Nasrani yang tengah merayakan kelahiran Yesus. Islam dan Kristen memiliki pemaknaan yang berbeda tentang nabi Isa. Islam menolak trinitas sebagai bentuk pengakuan Isa adalah anak tuhan. Dengan ucapan selamat dan menghadiri natal bisa menyebabkan seorang muslim menepis ajaran islam yang menyakini Isa hanyalah seorang nabi. Ini adalah tal bisul haq wal batil karena firman Allah. : “sesungguhnya telah kafir orang yang berkata sesungguhnya Allah itu ialah almasih Isa putra Maryam” (QS al-Mâidah/5: 72) jadi alasan paling mendasar tentang haramnya ucapan selamat natal adalah karena Yesus kristus mereka pandang sebagai putra tuhan.

Haramnya ucapan selamat natal juga karena disitu terdapat persetujuan terhadap syiar-syiar kekufuran yang mereka lakukan dan meridhoi hal itu dilakukan. Seorang muslim haram meridhoi syiar-syiar kekufuran atau mengucapkan selamat kepada orang lain terhadap sesuatu yang Allah tidak ridha kepadanya. Allah SWT berfirman :

ضى ر ي ول م ك ن ع ي ن غ ه ل ال ن إ ف روا ف ك ت ن إ ر ز ت ول م ك ل ه ض ر ي روا ك ش ت ن إ و ر ف ك ل ا ه د با ع ل

م ك ئ ب ن ي ف م ك ع ج ر م م ك ب ر لى إ م ث رى خ أ ر ز و ة ر ز وا ر دو ص ال ت ذا ب م لي ع ه ن إ ن لو م ع ت م ت ن ك ما ب

“Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu [Maksudnya: manusia beriman atau tidak hal itu tidak merugikan Tuhan sedikitpun] dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain [Maksudnya: masing-masing memikul dosanya sendiri- sendiri]. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu.” (QS az-Zumar/39: 7)

27

Page 28: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

Rasulullah juga bersabda :

م » ه ن م و ه ف م و ق ب ه ب ش ت ن م »“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR Abu Daud dari Abdullah bin Umar, Sunan Abî Dâwud, IV/78, hadits nomor 4033)

e. Ucapan selamat dan menghadiri perayaan natalsesungguhnya memiliki misi-misi tertentu karena ini adalah bagian dari syiar mereka. Apa lagi dengan diadakannya perayan natal bersama, ini adalah media yang cukup baik untuk menyebarkan misi kristen agar umat lain mengenal doktrin kristen bahwa tuhan Yesus adalah juru selamat, doktrin trinitas, dan kepercayaan-kepercayaan lainnya. Kita pun tahu bahwa kita menurut mereka adalah domba-domba tersesat yang perlu di selamatkan.

Pengaruhnya terhadap masyarakat awam bisa meluas dan akhirnya mampu menodai aqidah. Apa lagi di sajikan dengan cukup menarik dan memikat, bukan mustahil perayaan natal bersama bisa menyebabkan orang awam murtad. Telah banyak yang muratad dengan anggapan bahwa semua agama benar apalagi kemudian di iming-imingi dengan sejumlah uang, makanan dan pekerjaan. Iman yang lemah akan mudah tergiur dan dalam sekejap akan berubah arah.

Umat kristen menyampaikan dakwahnya adalah hal yang wajar, dan perayaan natal pasti mengandung misi suci mereka untuk menyelamatkan manusia dan memaklumkan injil kepada uat manusia. Sebagai seorang muslim kita menghormati misi tersebut karena itu termasuk bagian keyakinan mereka walaupun juga menyesalkan adanya misi terselubung dalam perayaan natal bersama.

f. Para nabi memang bersaudara dan memiliki ajaran yang sama, tapi kita juga harus paham untuk apakah Muhammad Rasulullah di jadikan sebagai khatamul anbiya’. Bukankah syareat para nabi terdahulu telah di mansukh? Bukankah Islam datang menjadi penyempurna terhadap

28

Page 29: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

terhadap agama-agama terdahulu? Bukankah tidak ada nabi lagi setelah nabi Muhammad?

Para nabi telah datang dengan membawa kitab dan ajarannya tapi sayang tidak ada satu kitab samawipun yang masih terjaga orisinalitas dan keabsahannya selain alquran yang memang telah di jamin oleh Allah tentang kemurniannya. Oleh karena itu campursari aqidah tidaklah di benarkan karena agama yang di ridhai di sisi Allah hanyalah Islam dan barang siapa mencari-cari agama lain selain Islam tidak akan di terima bahkan di akhirat termasuk orang-orang yang merugi (QS Ali-Imran/3: 85)

Menghormati nabi Isa bukan dengan ucapan selamat natal, karena beliau tidak butuh itu, yang terpenting adalah menempatkan nabi Isa secara proporsional menurut alquran. Memahami beliau hanyalah seorang Rasul utusan sekaligus manusia biasa yang tidak lepas dari kekurangan.

g. Larangan mengucapkan dan menghadiri perayaan natal bukan sekadar untuk menghindari kerancuan dalam aqidah, sehingga bila aqidah seseorang telah kuat di perbolehkan mengucapkannya. Tapi dalam ucapan itu juga mengandung ta’zim dan penghormatan kepada syiar paganis kristiani. Tuluskah hati kita daklam mengucapkan selamat natal? Di satu sisi kita mengakui bahwa Isa hanyalah seorang nabi bukan Tuhan (QS an-Nisâ’/4: 171; QS Maryam/19: 30; dan QS az-Zukhruf/43 : 59), kita juga dilarang menyembahnya ( QS al-Mâidah/5: 116 ), Isa juga tidak mati di salib ( QS an-Nisâ’/4: 157 ), dan bahwa ternyata kafirlah orang yang mengatakan bahwa Isa adalah Tuhan (QS al-Mâidah/5: 73). Itulah mengapa sebabnya Buya HAMKA mengatakan bahwa ucapan selamat dan menghadiri natal hanya akan melahirkan kemunafikan.

Ucapan tersebut juga merupakan syubhat yang harus di tinggalkan karena dampaknya terhadap masyarakat Islam secara luas dan lebih banyak mudharatnya dari pada menfaatnya. Dalam kaidah ushul fiqh di katakan المصالح جلب على مقدم المفاسد درء (menolak kerusakan lebih di dahulukan dari pada mendatangkan kebaikan). Hal ini juga sesuai

29

Page 30: Mengucapkan selamat dan merayakan natal bersama, apa pendapat ulama

dengan kaidah Mashlahah mursalah dalam rangka menjaga maqâshid asy-Syarî’ah (tujuan-tujuan agama). Sebaliknya mengesampingkan mashlahat umat berarti mengesampingkan Maqâshid asy-Syarî’ah. Betapa banyak mudharat yang datang bial tidak di haramkan, dan amat sedikit manfaat yang bisa di rasakan. Pengharaman ini sekaligus menjadi Sadd adz-Dzarî’ah agar umat Islam tidak terjerumus dalam perbuatan syubhat dan haram. Wasilah-wasilah menuju sesuatu yang haram harus di hilangkan dalam rangka menjaga Maqâshid asy-Syarî’ah.

E. Kesimpulan

Setelah melihat, mencermati dan menimbang dari berbagai sisi, maka kami simpulkan bahwa hukum mengucapkan dan menghadiri perayaan natal adalah ‘haram hukumnya’, atau lebih tepatnya: “harâm li saddidz dzrî’ah”, karena tidak adanya dalil yang memmerintahkan (membolehkannya) atau melarangnya, dan lemahnya hujjah atau argumentasi orang-orang yang membolehkannya.

Wujud toleransi beragama – menurut pandangan penulis -- tidak harus diwujudkan dengan mengucapkan dan menghadiri natal; tetapi bisa deilakukan – misalnya -- dengan menumbuhkan sikap saling menghormati dan mempersilakan setiap penganut agama untuk menjalankan ibadah dan keyakinannya serta aman hidup secara berdampingan tanpa harus mengurbankan aqidah.

Umat non-muslim juga harus menghormati fatwa lembaga Islam (MUI, misalnya) yang mengharamkan perayaan natal bersama karena fatwa itu hanya di tujukan kepada internal umat Islam untuk menjaga kemurnian aqidah dan ibadah mereka. Faktanya adalah umat Islam yang mayoritas di negeri ini tidak pernah berbuat zalim, bahkan selalu berupaya membina kerukunan hidup antarumat beragama dengan prinsip toleransi yang proporsional.

Wallâhu A’lam bi ash-Shawâb.(Dikutip dan diselaraskan dari tulisan yang diposkan oleh Muh. Akbar Ilyas di http://www.makalahkuliah.com/2012/07/keharaman-mengucapkan-selamat-dan.html)

30