Mengajar Dengan Hati

download Mengajar Dengan Hati

of 15

Transcript of Mengajar Dengan Hati

Mendidik dan Mengajar dengan HatiMengajar itu panggilan jiwa, pengabdian tanpa pamrih. Pekerjaan yang sangat mulia, dimana salah satu cara untuk mencerdaskan generasi muda. Sehingga bangsa ini bebas dari kebodohan dan kemiskinan. Mengajar yang efektif, tidak hanya sekedar transfer ilmu saja. Tetapi perlu memberikan pemahaman dan pendalaman. Tidak hanya teori yang didapat tetapi mendapatkan hal yang lain juga yaitu ILMU DAN HATI. Mendidik dan Mengajar adalah tugas pokok dan tuntutan atas profesi yang disandang oleh seseorang yang dikenal dengan istilah Guru. Siapapun orangnya ketika memutuskan memilih sekolah keguruan sebagai tempat untuk menempa ilmu sudah pasti tahu bahwa konsekuensi pekerjaan yang akan digelutinya adalah mengajar meskipun banyak juga lulusan-lulusan sekolah keguruan yang berprofesi di luar pakem yang seharusnya. Banyak guru yang memaknai bahwa Profesi guru adalah panggilan hidup sehingga memaknai tiap ucapan dan tindakan sebagai bagian perjalanan panjang untuk melayani anak manusia dalam peradaban (Pendidkan Manusia Indonesia). Oleh karena itu dalam menjalankan pekerjaannya membutuhkan kesabaran, ketulusan dan dedikasinya dalam membimbing para siswanya untuk menjadi manusia yang cerdas, berkualitas baik pengetahuan dan ketrampilan serta berakhlakul karimah. Sebagaimana yang tertulis dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Menurut Parker Palmer dalam bukunya The Courage to Teach (2003), mengatakan menjadi guru bukan sekadar melakukan pekerjaan biasa, tetapi juga memenuhi panggilan hati dan melakukan perjalanan spiritual.

Dalam menjalankan profesinya seorang guru juga harus dituntut professional artinya harus memiliki sikap kecintaan dan semangat yang terus menerus pada bidang pendidikan. Dengan kata lain selalu ada keinginan untuk membuat siswa belajar dengan senang dan mencapai keberhasilan sehingga para guru harus mampu mengembangkan kualitas akademik dan kompetensinya secara berkelanjutan. Merunut pada pengertian Parker Palmer bahwa menjadi guru juga merupakan perjalanan spiritual, dalam konteks agama Islam kita mengenal Ihsan. Pemahaman iman dalam etos kerja (mengajar) seorang guru yang professional adalah bagaimana ihsan dalam bekerja. Ihsan mengandung makna berkualitas baik dan indah. H.S. Habib Adnan seorang pengajar spiritual quotient berpendapat bahwa bekerja bukan hanya untuk duniawi saja namun juga ukhrowi, lantaran Islam menganggap keduanya sebagai satu kesatuan dan system kerja yang terintegrasi. Lebih lanjut Habib Adnan menjelaskan bahwa ada tiga tahapan ketika seorang muslim bekerja. 1. Tahap Pertama, dasar fundamental seseorang bekerja adalah dengan memantapkan diriya dengan iman atau hanya mengabdi kepada Allah semata. 2. Tahap Kedua, melaksanakan pekerjaan dengan model Arkanul Islam, yakni: merasa bersama Allah dalam bekerja;

Merasa bahwa dirinya tidak sendirian dalam bekerja, tetapi bersama dan bersatu dengan masyarakat manusia yang juga harus dihormati dengan duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi, sehingga hasil kerja yang diperoleh merupakan kesejahteraan bersama;

Segala produk dari allah baik materi maupun non materi dimanfaatkan untuk meningkatkan diri masyarakat terutama di bidang ilmu dan akhlak; Jiwanya seantiasa diatur dan terjaga dengan baik, agar dalam bekerja tidak minder hingga mampu menghadapi pekerjaan dengan penuh kesungguhan dan kemampuan; Semua pekerjaan dikerjakan demi kemanusiaan.

3. Tahap ketiga, melaksanakan tugas sebaik-baiknya, sempurna kualitas hasil dan juga motifnya lantaran merasa diawasi dan selalu bersama Allah. Guru harus memaknai pekerjaan yang dilakukannya itu sebagai ibadah dimana kompensasi yang diperoleh bukan materi semata melainkan juga pahala dari Allah. Bermakna ibadah artinya ketika mengajar harus diniati karena Allah, merasa diawasi oleh Allah dan berharap output yang dihasilkan bermanfaat bagi kemaslahatan anak didik sehingga menjalaninya dengan penuh kesungguhan. Bukanlah suatu alasan guru harus meninggalkan tugas pokoknya mengajar hanya untuk ngobyek guna memenuhi tuntutan ekonomi meskipun kita sadar bahwa penghasilan yang diperoleh belum bisa sepenuhnya memenuhi tuntutan hidup yang semakin tinggi. Namun bukankah sesungguhnya mendidik dan mengajar itu merupakan proses menjalankan amanah. Amanah dari Allah bahwa kita diberi kelebihan atas ilmu yang harus disampaikan kepada orang lain/anak didik kita sesuai dengan hadits nabi sampaikanlah ilmumu walau hanya satu ayat. Amanah dari negara dimana guru merupakan garda terdepan dalam usaha mencapai tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Bahkan UU Guru dan Dosen merupakan bentuk pengakuan pemerintah terhadap profesi guru dengan memberikan penghargaan berupa tunjangan profesi meskipun belum seluruh guru mendapatkannya. Amanah dari orang tua yang telah menitipkan anak-anaknya pada sekolah/guru untuk dididik menjadi manusia-manusia yang berilmu dan berakhlaqul karimah. Dalam kaitannya tugas guru mendidik dan mengajar maka pendekatan hati sangatlah penting. Artinya hati (qalb) menempati titik sentral dalam proses interaksi guru dan siswa sehingga membawa perubahan dan kebaikan dalam kehidupan peserta didik. Hati/qalb dilihat dari bahasanya berarti bolak-balik (labil). Sesuatu yang labil membutuhkan suatu panduan yang dapat mengarahkannya pada kebaikan. Rasulullah menyebutkan dalam suatu haditsnya bahwa jika segumpal daging (hati) jelek maka jeleklah perilakunya, sebaliknya bila ia baik maka baiklah seluruh perilakunya. Di samping itu, Alquran juga memaknia hati dengan akal (QS Al hajat:46) yang mampu memahami realitas kehidupan untuk kepentingan kedekatan diri dengan Allah dan kedekatan diri dengan manusia. Mendidik dan mengajar dengan hati berarti guru memberikan contoh yang baik bagi anak didik kita. Proses keteladanan atau memberi contoh melalui sikap dan tingkah laku yang baik merupakan strategi yang ampuh dari sekadar mengajar di depan kelas. Semua itu berpulang pada bagaimana kita mampu mengefektifkan dan mengarahkan hati kita menjadi bersih dan suci. Karena

dari hati bersih dan suci itulah akan terpancar perilaku yang bersih dan suci pula. Apa bila ini bisa diterapkan di setiap jenjang satuan pendidikan maka bullying/kekerasan di dunia pendidikan tidak akan terjadi. Dengan demikian tanggung jawab guru tidak hanya pada tataran administrasi dan kelembagaan/kedinasan bagaimana siswanya bisa lulus dari suatu jenjang pendidikan atau memperoleh nilai-nilai yang mengacu pada kompeten dan belum kompeten melainkan juga tanggung jawab moral yang pertanggung jawabannya didepan Allah. Bukankah ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang selalu mendoakan orangtuanya adalah pahala yang terus mengalir meskipun kita sudah mati. Pada titik inilah mudah-mudahan apa yang dicita-citakan dari pendidikan bisa terwujud. Artinya, hatinya penuh dengan ketulusan dan kesungguhan. Pekerjaan apa pun yang tidak menyertakan hati akan terasa hambar. Hati ini di sini memiliki konotasi positif, hati yang bening sesuai dengan kodratnya. Bagi seorang guru, ketika datang ke sekolah setidaknya mesti memiliki tiga bekal primer. Pertama, mesti siap dengan materi yang akan diajarkan. Tanpa kesiapan dan penguasaan materi, apa yang hendak disampaikan kepada siswa? Ini juga berlaku bagi seorang dosen. Dalam sebuah penelitian psikologi pembelajaran disebutkan, jika suasana belajar menyenangkan, daya serap anak akan meningkat, bahkan berlipat. Coba saja perhatikan, belajar bahasa sambil menyanyi hasilnya akan lebih baik ketimbang model hafalan yang menjemukan. Ini berlaku terutama bagi anak-anak.Anak-anak biasanya lebih cepat pintar diajar guru privat profesional ketimbang diajar orang tua sendiri yang mudah marah-marah tidak sabaran. Dalam suasana bosan dan tegang, otak akan menciut,daya serapnya sedikit. Berdasarkan prinsip di atas, maka terkenal konsep joyful learning. Sebuah pembelajaran yang menyenangkan, tetapi bukan berarti santai, tidak serius.Yang ditekankan adalah metodenya menyenangkan agar materi yang telah disiapkan terserap secara optimal. Sejalan dengan konsep ini, ruang kelas pun hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga terasa indah dan nyaman. Ruang kelas yang semrawut dan warna cat temboknya kusam akan memengaruhi pikiran dan hati siswa juga ikut semrawut. Bekal ketiga, di samping penguasaan materi dan metode, adalah kesiapan mental berupa cinta kepada anak-anak. Seorang guru yang baik ketika masuk ruang kelas

mesti dengan hati. Dengan energi dan vibrasi cinta kepada anak-anak. Mengajar tanpa hati akan terasa hambar. Anak-anak pun tidak akan mendengarkan dengan hati. Kita semua pasti punya pengalaman, guru-guru yang mengajar dengan hati pasti kesannya akan lebih mendalam sekalipun telah berlalu puluhan tahun. Oleh karena itu, pandai-pandailah mengatur dan menjaga hati. Ketika dari rumah atau di jalanan muncul rasa kesal, misalnya, maka ketika kaki menginjak halaman sekolah mesti mampu menata hati agar rasa kesal itu tidak terbawa masuk ruangan kelas. Mengajar dengan hati kesal pengaruhnya akan dirasakan langsung oleh anak-anak. Akan dirasakan oleh teman-teman sejawat. Pengaruhnya akan terlihat pada air mukanya, pada tutur katanya, dan pada perilakunya yang ujungnya proses dan suasana pembelajaran tidak efektif. Oleh karena itu, penting sekali seorang guru memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dan psikologi komunikasi. Bahwa dalam komunikasi yang berlangsung tidak sekadar tukar-menukar kata dan ide, tetapi faktor emosi juga akan sangat memengaruhi. Ciri-ciri guru yang mengajar dengan hati adalah 1. Selalu mau tahu dan belajar segala hal yang baru soal pendidikan, bisa it, bisa metode dan semua ia lakukan tanpa mesti ada hubungannya dengan penggajian. Mau gajinya naik apa tidak dengan dia belajar IT dia tidak peduli, sukur-syukur jika ada pengaruhnya. 2. Tidak mudah patah semangat oleh konflik. Yang dimaksud konflik adalah konflik dengan orang tua, sesama guru bahkan dengan yayasan atau kepala sekolah. walaupun ia dalam posisi di zalimi ia tidak akan kurang mutu mengajarnya karena ia mengajar demi siswa. 3. Punya kehidupan lain setelah mengajar. Ini penting, guru yang hidupnya monoton cenderung ia cuma menunggu gajian. 4. Sabar soal kesejahteraan, tapi jika ia menuntut ia akan bicara dengan bijak atau tidak sama sekali. Guru yang baik peduli akan kesejahteraannya karena ia merasa gaji juga sumber semangat ia dalam mengajar, tapi juga tidak melulu mengartikan segalanya soal uang.

5. Mengartikan semua hal sebagai kesempatan belajar, Ia tidak hitung2an sat diminta bekerja lebih, sepanjang ia akan dapat pengalaman baru, kesempatan itu akan ia terima. 6. hormat pada senior, dan mau berbagi dengan yunior. Ilmu baginya akan bertambah jika dibagi E. Menjadi Pendidik DinamisSudah seharusnya setiap orang mengakui bahwa dirinya adalah merupakan seorang guru/pendidik .bagaimana tidak,setiap sisi kehidupan rasanya kita tidak pernah lepas dari sebuah ungkapan Take and Give.pada prosesnya hal ini menempatkan kita bagi seorang guru atau pendidik, bila anda seorang pengawas ,kepala bagian ,anggota staf direksi , orang tua dalam rumah tangga, kakak , paman dll sebagainya maka anda melakukan pekerjaan guru itu.pendek kata setiap saat anda membantu orang lain untuk melakukan lengkah maju dalam belajar atau melakukan sesuatu , maka anda adalah seorang guru. Ada guru yang dinamis ada juga yang melempem , ada yang berjiwa kreatif , mendorong semangat anak anak didiknya untuk selalu memanfaatkan segala tenaga yang ada untuk maju,tetapi tidak banyak juga guru yang acuh tak acuh saja dengan kewajiban serta tidak terlalu memperhatikan akan apa yang akan dilakukannya.sebernya tugas seorang pengajar dengan misinya adalah : seluruh jiwa guru itu harus diabdikan kepada usaha mendorong muridnya untuk giat dan maju , tidak heran jika kemudian ia harus melupakan tugas seorang pribadi yang ulung, yang berkompentensi bersama rekan rekannya dalam menunaikan tugasnya. Pendek kata setiap saat anda membantu orang lain untuk melakukan langkah maju dalam belajar atau melakukan sesuatu, maka anda adalah seorang guru. Sebenarnya menjadi pendidik yang dinamis dan kompeten tidak langsung dating begitu saja , memang ada sebagian yang langsung mampu menjadi pendidik yang dinamis, namun banyak juga yang harus melakukan berbagai latihan untuk bisa menjadi pendidik yang dinamis .ada banyak jalan yang bisa untuk dilakukan agar mampu menjadi seorang pendidik yang dinamis dan kompeten , berikut ada beberapa langkah menjadi pendidik yang dinamis.: 1. Pengabdian Bersikap sungguh sungguh dan curahkan minat anda sepenuhnya dalam apa yang anda akan ajarkan tentu akan sangat membantu anda dalam membantu pembelajaran. Bangkitkan semangat sesama para pendidik yang bertugas sebagai pengajar.dorong mereka berusaha sekuat mereka bisa.

2. Kepribadian Dekatilah anak-anak didik anda dengan kepribadian anda, dan bukan hanya sekedar berdasarkan kewibawaan anda sebagai pengajar , gunakanlah setiap segi pribadi anda menjadi dinamis untuk membangkitkan minat , rasa keterlibatan , dan kasih sayang terhadap mereka, lakukanlah itu sebanyak mugkin. 3. Perkenalkan sesuatu yang baru Rangsanglah mereka dengan mengajarkan sesuatu yang baru atau berbeda dengan apa yang mereka ketahui .pakailah pribadi anda yang baru , teknik dan metode yang baru , alat yang baru. Anda dapat mengajarkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang baru. 4. Adaptasi Pakailah alat yang termasyur saat ini , sesuikan metode anda dengan kebutuhan dan lingkungan social orang-orang di sekitar anda ( masyarakat dan anak didik) yang anda ajari , alih pindahkan gagasan bagus kepada mereka , yang dapat anda timba dari pengetahuan dan pengalaman anda. 5. Modifikasi Mengubah dan mengganti dengan cara lain , tinjau kembali kemungkinan itu , bertindaklah cekatan dalam menyesuaikan keadaan sebab tidak ada sesuatu hal pun yang tetap sama keadaanya , termasuk juga rencana pelajaran , play out , ruang kelas dll. 6. Dorongan kecerdasan Doronglah anak didik anda untuk merasa senang dalam menggunakan pikiran mereka secara aktif dan kreatif , lalu bantulah mereka untuk memecahkan masalah secara memuaskan sebagai akibat dari tindakan melaksanakan jalan pikiran mereka. 7. Penuh daya cinta Mengajar yang dinamis membutuhkan daya eksperimen serba giat dan kemampuan menyesuaikan diri dengan teori keilmuan dan metode yang berkembang,seorang pengajar di tuntut untuk selalu kreatif dan mencoba untuk mencari terobosan baru agar siswa tidak merasa bosan dengan apa yang ada dihadapannya.

F. Guru kreatif yang reaktif.Guru kreatif biasanya selalu merasa tidak pernah puas dengan apa yang ada pada dirinya,dia terus saja belajar dan belajar sampai ajal menjemputnya.berbagai jalan akan ia lakukan untuk menemukan dan mengabdikan kehidupannya untuk menjadi seorang yang mampu memberikan terbaik yang bagi lain.kecintaan akan dunia pendidikan akan menjadi spirit yang dahsyat dalam berkreasi dalam proses pembelajaran bersama anak-anak dan pengembangan profesionalisme guru. Cinta merupakan dasar yang sangat esensial untuk menjadi guru. Tanpa cinta apalah jadinya dunia pendidikan .cinta akan mengantarkan sosok guru pada sebuah situasi dimana menjadi guru bukan hanya sebagai rutinitas transfer ilmu belaka pada anak didik tetapi lebih dari itu sebagai dedikasi mendidik anak bangsa dengan kesadaran , ketulusan , dan pembelajaran yang kontekstual. Kreatifitas dan cinta benar-benar seperti bunga yang harus dipelihara sehingga tumbuh subur dan berbunga bagi kesegaran dan kebugaran dunia pendidikan. ketika pendidikan ditempatkan layaknya tamasya atau rekreasi maka antusiasme dan kebahagiaan menjalaninya akan tergambar dalam kehidupan guru dan juga anak didik.sebuah semangat kreatif dan reaktif dalam pendidikan benar-benar menjadi sebuah cirri khas akan sebuah pendidikan yang berorientasi proses sebagai pembelajaran bersama. Learning by doing , menjadi sebuah model pembelajaran bersama antara guru dan anak-anak dalam bergelut dengan berbagai informasi , material , aktifitas , dan tujuan yang ada. Anak-anak memiliki kesempatan untuk melakukan sebuah kegiatan dalam proses pembelajaran sehingga mereka mampu menerapkan ilmu itu dalam tatanan praktis , uji coba ,desain aplikasi , roleplay,debat , penelitian adalah bentuk bentuk pembelajaran dengan melakukan sesuatu , bukan lagi mereka terjebak pada proses mendengarkan ,menghafal , lalu menghadapi soal-soal tes saja tetapi mereka memiliki peluang untuk mengekpresikan apa yang dipikirkan dan pa yang di imajinasikan , Learning by teaching menjadi sebuah model pemelajaran bersama antara guru dan anak didik,guru bukanlah satu-satunya sumber pembelajaran tetapi siapapun bisa menjadi sumber pembelajaran yang baik dan menarik ,pembelajaran dalam kelompok kecil atau besar akan menjadi sebuah model pembelajaran yang menarik untuk saling berbagi pengalaman ilmu.perbedaan dalam

kelompok adalah sebuah keragaman untuk saling melengkapi sehingga perbedaan bukan sebuah alasan untuk dipertentangkan. Model jigsaw dalam membedah sebuah buku di sebuah kelompok akan membuat mekanisme pembelajaran itu efisien dan efektif . lima topic dalam buku dibagi untuk lima orang anggota kelompok dan masing-masing bertanggung jawab atas bagianya, lalu pada kesempatan berikutnya masing-masing orang akan menyampaikan apa yang dipahaminya untuk semua anggota kelompok,dengan demikian dalam waktu yang bersamaan lima topic dapat dipahami secara bersama-sama dengan saling men-sharekan bagianya,beda halnya jika lima topic itu harus dibaca dan dipahami oleh setiap anak atau harus dipahami dari penjelasan guru, begitu mengerikan dan berat sekali pembelajaran itu.

Learning by assessing, mejadi sebuah kekuatan tersendiri dalam sebuah pembelajaran untuk saling mengembangkan satu sama lain. Inti dari assessment bukanlah untuk sebuah penghakiman dengan mencari titik lemahnya namun justru untuk proses pengembangan dengan melihat kekurangan dan kelebihannya. Assessment yang baik dari guru juga akan menentukan arah pembelajaran itu. Bagaimana guuru memberikan feedback adalah sebuah bentuk dari bagaimana guru itu benar-benar peduli akan proses pembelajaran anak didik. Feedback (baik lisan maupun tertulis) untuk setiap aktivitas anak didik sangat penting untuk mendampingi anak didik mencapai tujua pembelajaran. Bahkan dalam assessment antar anak didik pun menjadi sebuah dinamika yang menarik dimana mereka bisa saling memberikan masukan atas hasil kerja atas pembelajaran tertentu. Menilai orang lain secara objektif kadang sangat sulit. Begitu pula dengan anak didik sehingga mereka pun perlu diberi kesempatan untuk saling menilai satu sama lain. Lerning by reflecting, adalah sebuah pembelajaran yang mengerucutkan semua pengalaman itu pada sebuah pemaknaan atas semua hal yang sudah dialami. Banyak acara darma wisata yang dilakukan sekolah-sekolah hanya menjadi sebuah rutinitas tahunan belaka. Sebuah proses untuk memaknai semua itu terabaikan sehingga selesai darma wisata berarti selesai sudah semuanya. Ketika refleksi dihadirkan dalam kegiatan darma wisata itu, maka ada sebuah peluang bagi anak-anak unttuk bercerita dan mencurahkan pengalaman dan perasaannya. Bahkan lebih dari itu, anak-anak bersama guru memaknai darma wisata itu sebagai bagian pengalaman hidup yang berharga untuk pribadi, kelompok kelas, dan sekolah. Begitu mengharukan sekali bila itu terjadi.

Sama halnya dengan proses pembelajaran, ketika tidak ada ruang dan waktu bagi anakanak untuk memaknai semua pengalaman dalam pembelajaran maka hanya akan menjadi tumpukan pengalaman belaka di gudang kehidupan setiap anak. Refleksi dalam bentuk sharing kelompok kecil maupun besar, tulisan atau simbol dalam gambar adalah sebuah aspek penting untuk menjadikan pembelajaran itu benar-benar menjadi pembelajaran sepanjang hayat melalui nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya. Akhirnya, guru kreatif yang reaktif mampu mengimajinasikan pembelajaran sebagai sebuah tamasya ke pantai bersama anak-anak. Kegembiraan dan kebahagiaan mengawali perjalanan tamasya itu dan akhirnya pun diakhiri dengan sebuah kegembiraan dan kebahagiaan kembali dalam sebuah pemaknaan akan hidup ini yang merupakan sebuah pembelajaran yang tidak ada hentinya. G. Empat jurus belajar Langkah-langkah belajar efektif adalah dengan cara mengetahui diri sendiri, sejauh mana kemampuan untuk belajar dan proses yang berhasil individu gunakan. Selain itu juga dibutuhkan minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran yang individu inginkan.

Empat langkah untuk belajar. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini lalu rencanakan strategi yang akan dipakai dari jawaban-jawaban tersebut, dan dengan Pedoman Belajar yang lain. Mulai dengan masa lalu Apakah pengalaman Anda tentang cara belajar? Apakah anda Senang membaca? Memecahkan masalah? Menghafalkan? Bercerita? Menerjemahkan? Berpidato? Mengetahui cara meringkas? Tanya dirimu sendiri tentang apa yang kamu pelajari? Meninjau kembali?

Punya akses ke informasi dari banyak sumber? Menyukai ketenangan atau kelompok belajar? Membutuhkan beberapa waktu belajar singkat atau satu yang panjang? Apa kebiasaan belajar Anda? Bagaimana tersusunnya? Yang mana terbaik? Terburuk? Bagaimana Anda berkomunikasi dengan apa yang Anda ketahui belajar paling baik? Melalui ujian tertulis, naskah, atau wawancara?

Teruskan ke masa sekarang

Berminatkah Anda? Berapa banyak waktu saya ingin gunakan untuk belajar? Apa yang bersaing dengan perhatian saya? Apakah keadaannya benar untuk meraih sukses? Apa yang bisa saya kontrol, dan apa yang diluar kontrol saya? Bisakah saya mengubah kondisi ini menjadi sukses? Apa yang mempengaruhi pembaktian Anda terhadap pelajaran ini? Apakah saya punya rencana? Apakah rencanaku mempertimbangkan pengalaman dan gaya belajar Anda?

Pertimbangkan proses, persoalan Apa judulnya? utama Apa kunci kata yang menyolok? Apakah saya mengerti? Apakah yang telah saya ketahui? Apakah saya mengetahui pelajaran sejenis lainnya?

Sumber-sumber dan informasi yang mana bisa membantu saya? Apakah saya mengandalkan satu sumber saja (contoh, buku)? Apakah saya perlu mencari sumber-sumber yang lain? Sewaktu saya belajar, apakah saya tanya diri sendiri jika saya mengerti? Sebaiknya saya mempercepat atau memperlambat? Jika saya tidak mengerti, apakah saya tanya kenapa? Apakah saya berhenti dan meringkas? Apakah saya berhenti dan bertanya jika ini logis? Apakah saya berhenti dan mengevaluasi (setuju/tidak setuju)? Apakah saya membutuhkan waktu untuk berpikir dan kembali lagi? Apakah saya perlu berdiskusi dengan pelajarpelajar lain untuk proses informasi lebih lanjut? Apakah saya perlu mencari para ahli, guruku atau pustakawan atau ahliawan?

Buat review

Apakah kerjaan saya benar? Apakah bisa saya kerjakan lebih baik? Apakah rencana saya serupa dengan diri sendiri? Apakah saya memilih kondisi yang benar? Apakah saya meneruskannya, apakah saya disiplin pada diri sendiri? Apakah Anda sukses? Apakah Anda merayakan kesuksesan Anda?

1. Memunculkan Kesan

Otak manusia akan senantiasa menciptakan citra dalam benaknya. Hal ini terjadi oleh karena adanya masukan baik indra penglihatan maupun pendengaran atau antara keduanya. Oleh karena itu, jika anda telah mendengarkan sesuatu, pasti anda akan mengeluarkan citra tentang apa yang pernah anda dengar. Citra atau kesan ini memulai efek domino, yang pada akhirnya akan menimbulkan banyak asosiasi. Seringnya asosiasi yang tercipta justru malah berlawanan arah, atau setidaknya tidak sesuai dengan konsep awal yang terjadi dalam komunikasi yang didengar. Hanya dalam konteks, kita akan dapat memilih makna konsep yang tepat. 2. Arahkan agar lebih focus Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan konsep yang pertama. Prinsip arahkan lebih focus juga memanfaatkan kemampuan otah yang dapat memilih dari banyaknya input yang bersifat indrawi, dan tentunya juga memusatkan perhatian otak. Bagaimana prinsip ini akan membantu anda untuk mengajar lebih efektif ? coba gunakan prinsip arahkan focus saat memberikan petunjuk bagi siswa anda. Tanyalah pada diri sendiri, dimana saya ingin siswa memusatkan perhatian mereka ? lalu pilihkan kata-kata yang bisa mengarahkan mereka untuk focus pada titik tertentu. Banyak sekali sesuatu yang bisa Anda gunakan untuk mengajak siswa agar tetap focus pada satu persoalan. Contoh lain misalnya Anda sedang mengajarkan pelajaran hari ini dan ingin siswa mengingat informasi dari pelajaran yang kemarin. Jika demikian coba berikan aba-aba kognitif dengan mengarahkan focus pada hal-hal yang penting dalam pelajaran kemarin. 3. Inklusif ( bersifat mengajak ) Sebagai seorang Quantum teaching tentu Anda berkeinginan menciptakan sebuah kerja sama, kerja tim, dan keterlibatan, terutama mengingat adanya asosiasi negative yang dimiliki oleh beberapa siswa mengenai dinamika siswa/guru. Memilih kata secara sadar dan sengaja dapat memperkuat dapat memperkuat rasa kebersamaan dan menimbulkan asosiasi yang positif. Untuk mendukung niat Anda maka Anda harus menciptakan lingkungan belajar yang penuh dengan kerja sama, gunakanlah bahasa yang mengajak kesan keterpaduan dan kesatuan. Boleh dibilang perkataan seperti ini berarti kita berjuang secara bersama-sama. 4. Spesifik ( bersifat tepat Sasaran )

Misalkan Anda ingin para siswa bersiap-siap beristirahat. Jadi anda bisa berkata Anak-anak, bersiap-siaplah untuk istirahat. Para siswa kemudian memasukkan barangnya kedalam bangku atau tas, melempar kertas dan buku ke lemari terdekat dan membuang sampah ke bawah kursi atau sudut ruangan. Apakah mereka akan mengikuti instruksi yang Anda berikan? Yah, memang mereka bersiap-siap untuk istirahat, tetapi tidak seperti yang Anda maksud. Mereka salah mengartikan maksud Anda karena Anda berbicara tidak spesifik. Dengan diungkapkan sesuatu menggunakan hal yang spesifik, maka Anda akan menemukan kecocokkan antara keinginan Anda dan hasil dari perkataan Anda sendiri. Kespesifikan membawa kejelasan dan kejelasan akan mendorong lahirnya tindakan.

DAFTAR PUSTAKA http://harysmk3.wordpress.com/2007/12/02/mendidik-dan-mengajar-dengan-hati/ http://www.uinjkt.ac.id/index.php/category-table/1575-mengajar-dengan-hati.html http://gurukreatif.wordpress.com/2011/09/28/apakah-anda-termasuk-guru-yang-mengajar-denganhati/ http://dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2180%3Amengajarlahdengan-ilmu-dan-hati&catid=159%3Aartikel-kontributor&Itemid=160