Menata Layanan Civil Pada Basis Depan Pemerintahan

download Menata Layanan Civil Pada Basis Depan Pemerintahan

of 3

Transcript of Menata Layanan Civil Pada Basis Depan Pemerintahan

MENATA LAYANAN CIVIL PADA BASIS DEPAN PEMERINTAHANOleh : Rooy John SalamonyFungsi utama pemerintahan, tulis Ndraha (2007:68) adalah pelayanan (services) dan pemberdayaan (empowerment). Dalam pelayanan, pemerintah menduduki tempat sebagai produsen yang menghasilkan layanan civil dan jasa public.

Layanan civil meliputi jaminan akan keamanan dan ketertiban, jaminan atas kebebasan berkumpul dan berbicara, pengakuan atas pekerjaan, pengakuan atas hak sebagai warga negara dan sebagainya. Produk layanan civil antara lain kartu tanda penduduk (KTP) sebagai pengakuan hak kewarganegaraan, surat ijin usaha sebagai jaminan bagi mereka yang berusaha, surat keterangan pencari kerja sebagai jaminan mereka yang mencari pekerjaan, kartu keluarga (KK) sebagai pengakuan unsur dasar kemasyarakatan, dan sebagainya.Sementara jasa publik meliputi pembangunan jalan, jembatan, penyediaan sarana transportasi umum, penerangan jalan, saluran irigasi dan sebagainya. Intinya, dalam jasa public, pemerintah menyediakan semua kebutuhan masyarakat yang tidak sepenuhnya dapat disediakan pihak swasta partikulir akibat keuntungan yang didapat dari penyediaan kebutuhan itu rendah. Tetapi perbedaan antara jasa public dan layanan civil terletak pada satu hal: pembayaran. Jasa public meminta pembayaran untuk kelanjutan produksi dan pemeliharaan. Masyarakat membayar tiket angkutan, karcis tol, tiket pesawat, tagihan telepon, lampu penerangan jalan dan sebagainya semata-mata karena melalui pembayaran itu pemerintah dapat memproduksi jasa yang sama untuk kelompok masyarakat lainnya.

Lain halnya dengan layanan civil yang harus diberikan secara gratis kepada seluruh masyarakat karena melalui layanan civil pemerintah menunjukkan eksistensinya sebagai pihak yang melindungi dan mengayomi. Layanan civil diberikan sesuai dengan kondisi pihak yang membutuhkan layanan, bukan sesuai dengan kemampuan pemerintah. Pengenalan terhadap kondisi pihak yang dilayani memerlukan seni tersendiri. Karena itu, para pelaku pemerintahan adalah artis dan actor yang memahami seni pelayanan.Masih tersisa satu fungsi lain yaitu pemberdayaan. Pemberdayaan dibutuhkan oleh kondisi yang disebut Bryant and White sebagaimana dikutip Ndraha (2007:62) sebagai incapacity atau powerlessness. Dalam pemberdayaan, pemerintah menetapkan kebijakan-kebijakan yang memungkinkan mereka yang terpinggirkan dan yang tidak beruntung memperoleh hak mereka secara baik. Kesiapan MelayaniSemua yang secara teoritis indah di atas hanya bermakna selama diterjemahkan dalam laku pemerintahan. Desa dan kelurahan sebagai basis terdepan pemerintah adalah toko dimana semua produk layanan pemerintah dapat diakses dan dinikmati masyarakat. Terutama dalam hal layanan civil pemerintahan desa dan pemerintah kelurahan diwajibkan menyediakannya secara gratis. Pungutan ataupun biaya administrasi tidak dikenakan pada semua layanan civil termasuk layanan kartu tanda penduduk dan kartu keluarga. Demikian halnya dengan surat keterangan belum menikah, surat keterangan belum memiliki pekerjaan, surat keterangan kelahiran, dan surat keterangan kematian. Sebagai ganti dari ditiadakannya biaya layanan ini, pemerintah disyaratkan memberikan kompensasi dana penyelenggara layanan kepada desa dan kelurahan.

Masalah seriusnya adalah aturan yang mengatur tentang hal ini tidak selalu jelas. Dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik disebutkan bahwa salah satu dari komponen dasar pelayanan adalah tarif. Itu artinya, semua bentuk layanan pemerintah dapat dikenakan tarif. Tetapi dalam ketentuan lainnya tentang layanan, semisal Pasal 10 Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Keluarga Berencana disebutkan bahwa penyediaan layanan perkembangan kependudukan dan keluarga berenana bagi mereka yang miskin bersifat cuma-cuma. Ketentuan lainnya tentang layanan yang tidak membebankan biaya adalah layanan perjanjian kerja. Dalam Pasal 53 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa pengusaha diwajibkan menanggung biaya pembuatan perjanjian kerja.Melimpahkan dan Menyerahkan sebagian Urusan

Pembebanan biaya layanan di tingkat kelurahan dan desa sama sekali tidak signifikan dengan ide penggalian sumber-sumber pendapatan asli atau upaya memperoleh dukungan dana penyelenggaraan pemerintahan. Jumlah uang yang dikumpulkan dari biaya layanan civil khususnya tidak pernah mampu menjadikan desa atau kelurahan mandiri secara financial. Sebaliknya, akibat pembebanan biaya layanan, unit terdepan pemerintahan memperoleh stigma melakukan praktek korupsi, pungli, dan serba uang.

Jalan keluar mengatasi masalah ini adalah apa yang diusulkan di atas. Pemerintah kabupaten/kota dapat menyerahkan sebagian urusan kepada desa dan melimpahkan sebagian urusan kepada kelurahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2007. Dalam penyerahan maupun pelimpahan sebagian urusan pemerintah kabupaten/kota pada desa dan kelurahan, pemerintah membuat peraturan daerah berisi urusan-urusan yang dapat dikerjakan. Prinsip dasar dari urusan itu adalah bahwa ia dapat dikerjakan desa dan kelurahan, selain bahwa urusan itu bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat. Desa dan kelurahan akan memilih urusan yang dapat dikerjakan. Dari sana, pemerintah daerah akan mengalihkan dana pelaksanaan urusan dimakud yang menempel pada satuan kerja perangkat daerah kepada desa dan kelurahan. Dengan demikian, desa dan kelurahan tidak lagi perlu memungut biaya layanan civil karena biaya pelaksanaan urusan telah diberikan. Urusan semisal lampu penerangan jalan, pembersihan aliran sungai, pengadaan gerobak sampah, pengawasan pelaksanaan IMB untuk bangunan skala kecil sudah saatnya dikerjakan desa dan kelurahan.