MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI KERJA...

16
REPUBLIK INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA SADAN SAR NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN TRANSPORTASI REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK MENGENAI KERJA SAMA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM Sadan SAR Nasional Republik Indonesia dan Kementerian Transportasi Republik Rakyat Tiongkok (selanjutnya masing-masing disebut sebagai "Pihak" dan secara bersama-sama disebut sebagai "Para Pihak"); MENCATAT ketentuan-kententuan Konvensi lnternasional tentang Keselamatan di Laut Tahun 1974 sebagaimana diubah, dan Konvensi lnternasional tentang Pencarian dan Pertolongan Maritim tahun 1979 sebagaimana diubah; MENCATAT JUGA kerja sama yang bermanfaat dan efektif antara kedua negara di bidang kerja sama pencarian dan pertolongan maritim; BERKEINGINAN untuk memperkuat hubungan kerja sama di bidang pencarian dan pertolongan maritim; SESUAI dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di masing-masing negara;

Transcript of MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI KERJA...

REPUBLIK INDONESIA

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN

ANT ARA

SADAN SAR NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA

DAN

KEMENTERIAN TRANSPORT ASI

REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK

MENGENAI KERJA SAMA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM

Sadan SAR Nasional Republik Indonesia dan Kementerian Transportasi

Republik Rakyat Tiongkok (selanjutnya masing-masing disebut sebagai "Pihak"

dan secara bersama-sama disebut sebagai "Para Pihak");

MENCATAT ketentuan-kententuan Konvensi lnternasional tentang

Keselamatan di Laut Tahun 1974 sebagaimana diubah, dan Konvensi

lnternasional tentang Pencarian dan Pertolongan Maritim tahun 1979

sebagaimana diubah;

MENCATAT JUGA kerja sama yang bermanfaat dan efektif antara kedua

negara di bidang kerja sama pencarian dan pertolongan maritim;

BERKEINGINAN untuk memperkuat hubungan kerja sama di bidang pencarian

dan pertolongan maritim;

SESUAI dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

masing-masing negara;

TELAH MENYETUJUI KETENTUAN-KETENTUAN SEBAGAI BERIKUT:

PASAL1

TUJUAN

Tujuan dari Memorandum Saling Pengertian ini adalah untuk menetapkan

kerangka kerja untuk peningkatan kerja sama di bidang pencarian dan

pertolongan maritim di antara Para Pihak.

PASAL II

BIDANG KERJASAMA

Para Pihak akan memajukan kerja sama dalam bidang-bidang sebagai berikut:

1. Mengambil langkah-langkah yang tepat untuk masuknya unit pencarian dan

pertolongan ke wilayah pencarian dan pertolongan maritim satu sama

lainnya untuk penggunaan fasilitas pencarian dan pertolongan maritim

sementara terlibat dalam misi pencarian dan pertolongan maritim;

2. Saling tukar-menukar informasi dalam musibah pencarian dan pertolongan

maritim, pengalaman terbaik dan pengembangan;

3. Pelatihan bersama, pendidikan dan latihan dalam pencarian dan

pertolongan maritim untuk meningkatkan pengembangan kapasitas;

4. Saling melakukan kunjungan antar personil dan aset pencarian dan

pertolongan maritim untuk berbagi keahlian;

5. Berbagi keahlian teknis dalam bidang pencarian and pertolongan maritim

melalui seminar, lokakarya, konferensi dan kegiatan lainnya;

PASAL Ill

PENGATURANPELAKSANAAN

Pelaksanaan kerja sama yang tercantum pada Pasal II dari Memorandum

Saling Pengertian ini akan dilakukan dengan pengaturan pelaksanaan yang

akan disepakati oleh Para Pihak.

PASAL IV

PENGATURAN KEUANGAN

Para Pihak menyadari bahwa kerja sama yang tercantum pada Pasal II

ditentukan berdasarkan dengan kemampuan keuangan dan kewajiban masing-

masing. Para Pihak akan saling menyetujui mengenai pengaturan keuangan

yang timbul untuk kasus-per-kasus dengan tunduk pada ketersediaan dana.

PASAL V

IMPLEMENTASI

1. Para Pihak akan bertanggung jawab untuk persetujuan, administrasi dan

pengawasan proyek dan kegiatan yang dilakukan dibawah Memorandum

Saling Pengertian ini.

2. Para Pihak akan membentuk Kelompok Kerja Teknis atau Komite

Sementara untuk mengidentifikasi, menginisiasi dan menerapkan program

dan kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan Memorandum Saling

Pengertian.

3. Kelompok Kerja Teknis atau Komite Sementara akan mencakup

kementerian atau instansi terkait dengan masing-masing Pihak untuk tujuan

keberhasilan pelaksanaan Memorandum Saling Pengertian.

4. Kelompok Kerja Teknis atau Komite Sementara akan melakukan

pertemuan secara bergantian di Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok

bila dianggap perlu pada tanggal yang disepakati oleh Para Pihak.

5. Kelompok Kerja Teknis atau Komite Sementara akan merekomendasikan

penugasan orang yang dapat dihubungi, koordinator proyek, dan personil

lain yang akan mengkoordinasikan, merencanakan dan melaksanakan

program dan kegiatan tersebut, dan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab

khusus.

PASAL VI

PROSEDUR OPERAS! STANDAR

Para Pihak akan menetapkan Prosedur Operasi Standar untuk operasi

pencarian dan pertolongan maritim yang sesuai dengan hukum internasional,

peraturan dan pedoman (panduan) yang terkait di bidang pencarian dan

pertolongan maritim.

PASAL VII

FASILITAS MASUK

1. Pihak yang meminta izin untuk masuk ke wilayah Pihak lainnya untuk tujuan

pencarian dan pertolongan maritim termasuk untuk pengisian bahan bakar,

harus mengirimkan permintaan melalui badan pencarian dan pertolongan

maritim dan/atau pusat koordinasi penyelamatan kepada otoritas yang

kompeten pada Pihak lainnya.

2. Pihak yang menerima permintaan tersebut harus mengkonfirmasi

penerimaan tersebut sesegera mungkin. Pihak yang menerima, melalui

badan pencarian dan pertolongan maritimnya dan/atau pusat koordinasi

penyelamatan, wajib sesegera mungkin memberitahu mengenai izin yang

dikeluarkan dan syarat-syarat untuk masuk ke wilayahnya, jika ada, di

tempat misi dapat dilakukan.

3. Pihak yang menerima permintaan tersebut, wajib menerapkan, berdasarkan

hukum, peraturan, regulasi, prosedur dan kebijakan nasional yang berlaku

dari waktu ke waktu, yang mengatur mengenai hal tersebut di masing-

masing negara, prosedur lintas batas paling cepat yang mungkin dilakukan.

PASAL VIII

AMAN DE MEN

Memorandum Saling Pengertian ini dapat diubah sewaktu-waktu dengan

persetujuan tertulis dari Para Pihak yang diberikan melalui saluran diplomatik.

Perubahan tersebut harus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Memorandum Saling Pengertian ini dan akan mulai berlaku pada tanggal yang

akan ditentukan oleh Para Pihak.

PASAL IX

PENYELESAIAN SENGKETA

Setiap perbedaan atau perselisihan yang mungkin timbul di antara Para Pihak

yang berkaitan dengan Memorandum Saling Pengertian ini akan diselesaikan

secara damai melalui konsultasi dan negosiasi di antara Para Pihak.

PASALX

MULAI BERLAKU, MASA BERLAKU DAN PENGAKHIRAN

1. Memorandum Saling Pengertian ini mulai berlaku pada tanggal

penandatanganan dan akan tetap berlaku untuk jangka waktu 5 (lima)

tahun. Memorandum Saling Pengertian ini dapat diperpanjang dengan

persetujuan bersama secara tertulis melalui saluran diplomatik, 6 (enam)

bulan sebelum tanggal berakhir.

2. Memorandum Saling Pengertian ini dapat diakhiri pada setiap waktu oleh

salah satu Pihak dengan memberikan pemberitahuan tertulis kepada Pihak

lainnya 6 (enam) bulan sebelumnya melalui saluran diplomatik;

3. Pengakhiran Memorandum Saling Pengertian ini tidak akan mempengaruhi

keabsahan dan masa berlaku kegiatan lainnya yang dibuat di bawah

Memorandum Saling Pengertian ini sampai kegiatan tersebut selesai.

SEBAGAI BUKTI, yang bertanda tangan di bawah ini, telah diberi

wewenang oleh Pemerintah masing-masing, telah menandatangani

Memorandum Saling Pengertian ini.

Dibuat di Beijing, pada tanggal 26 Maret 2015, dibuat rangkap dalam Bahasa

Indonesia, Mandarin, dan lnggris, semua naskah memiliki nilai otentik yang

sama. Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran, maka naskah bahasa lnggris

yang berlaku.

UNTUK BADAN SAR NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA

F. HENRY BAM BANG SOELISTYO

Kepala Badan SAR Nasional

Republik Indonesia

UNTUK KEMENTERIAN

TRANSPORT ASI REPUBLIK

RAKYAT TIONGKOK

YANG CHUANTANG

Menteri Transportasi

Republik Rakyat Tiongkok

セ@セ@

REPUBLIK INDONESIA

Gil セjヲZhヲヲゥ@ SIE セセjiセ@ IE セQQ@ fx'.fiU *19=' ita A セセJQ@ ieセIャュセD@

#fJJ: 11 fx:itf'P セmMQM セji\@

セセョセセセセセュセセセセamセセセクセセェヲヲゥHセセッッセM

1.i" "§';; ' J.J..1.i" ) ;

セセセMセセセエエlュセセhセWセセセセセセセ[@

セセセセセセlュセMセセセセセ [@

JaセィセlュセセM ᄋ JQᄆセQNゥセlュセセMセセヲヲャセセ[@

RNクセlュセセM MセセセセMセセセセセセ [@

1

セッ@

3. WヲNjゥIbェNNNエエヲCゥェJセセゥjil@ セセセセIZ}@ , ZwセヲュゥNjセゥYZjャ\sェl [@

TNWヲNャゥNNNエエエaセセセセセセ N セMセセセュセエエョ [@

U N JセセSSmN@ セエエセN@ セセセᄋセセセ N セセNNNエエエCエエJッ@

]セ@ ApNイイセュ@

JセmᄋDセᄋ ] ᄋセセャャゥセJセセM N セセmセョセᄋセセMセMセセM

MセJ@ MᄋセエQセ@

セョュオセセ N JセmDセ]セセキセセセセヲゥNセエエFセmセヲゥセ@

セmセョョセWヲNャゥッセョュュュセュセセュュNJセMMセセセDセセセセセ@

セセッ@

Nョセ@ セエャゥ@

QNセョセセセュJN@ セセセセエエJセmDセ セ WヲNャゥセセᄃアセセッ@

RNセョセセヲエエエCiセュセmセセセ N セセオN@ セVセセエエJセm@

DセセWヲ@ jゥセャェャA@ § アセヲ^ij ッ@

3 . NNNエセエエJiセセmセセセュセセセョFセ。JDョセュセ N セᄋセ@

mセJゥMYMmDセ ッ@

TNセセセ@ . NNNエセエエCiセヲゥャセmセMセセセセセエエセMセセセセセセセセ@

セaセセセセセWヲセセ N セセセセセィセセセセッ@

U N セセセJ i セヲヲゥセmセセセセセュUヲヲDuセaNセᄃセMaセxセセ@

セセセセN@ MセセセュJセᄃアセヲ^ijセaセ N Cセセ・ᄃセセセッ@

M7'* N セャヲエaMヲャ]wMB@

セョセュセlエエᄋセセュセセセDMN@ DヲヲゥmnH。セセヲヲャINセ@

tiQセjャエᄋセセヲヲッ@

mセJセMsセaJsセMセMセセセ@

1. M QNjセQjエエエヲゥlエエヲヲᄃゥャUj\ャANaZxGヲQNj@ , M_jセセセQcセイT@ , $JMM•

Ltt•tJl.¥4 ヲヲゥャセエエエQjNセ@ i:p 'L'fOJ :X\f JJ セセDヲャAᆪ@ :±l ii 5J<o

RNᆴlセゥゥUj\セMQNjDセmUセセセセセセuNCDjmmJョセlエエ@

ュヲGTセQエエエQjNセゥZーセNセセFセセセMセセセMSANaJセMMNセセセヲゥセᆳ

ヲヲᄃセセセセセDMセNセMCFセセjjP@

SNᆴlセゥゥUj\セ M ZjjュュセJセセセセセセMセセセMrセDMN@ $ •.

ᄋᄋᄋセヲヲセセJセセJヲヲャᄋセセセセセセヲヲッ@

jf!I \ * •U セjjqjセヲヲMwbMAQセAᆪャャエイセY^]NQGM .F.J jimYセセセュセゥュセセ@ Mセ@ NセJQ_Mmセ@

DセjAヲゥitッitセセセMDセQャJセmDセセMDセNCセセjjセセセウ@

セセセセッ@

•.n• ᄋ ゥsH Mセ@

セjjセJセmsセセセMrュセセセセセセFNュjmmエQjNセセセセ@

セmセッ@

epNャャセゥゥセセセュュゥエm。ャゥ@ セセNaNFセセュセセD@

rea rea

セ@ セキエ@. セ@ Jセ@イャゥエm。ャゥャゥセ@ セMセMDDゥヲZ@

REPUBLIK INDONESIA

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

BETWEEN

THE NATIONAL SEARCH AND RESCUE AGENCY OF

THE REPUBLIC OF INDONESIA

AND

THE MINISTRY OF TRANSPORT OF

THE PEOPLE'S REPUBLIC OF CHINA

ON MARITIME SEARCH AND RESCUE COOPERATION

The National Search and Rescue Agency of the Republic of Indonesia and the

Ministry of Transport of the People's Republic of China (hereinafter referred to

singularly as "Party" and collectively as "the Parties");

NOTING relevant provisions of the International Convention for the Safety of

Life at Sea, 1974 as amended, and the International Convention on Maritime

Search and Rescue, 1979 as amended;

NOTING ALSO the fruitful and effective cooperation between the two countries

in the field of maritime search and rescue;

DESIRING to strengthen their cooperative relationship in the field of maritime

search and rescue;

PURSUANT to the prevailing laws and regulations of the respective countries;

1

HAVE AGREED AS FOLLOWS:

ARTICLE I

OBJECTIVE

The objective of this Memorandum of Understanding is to set up a framework

for the enhancement of cooperation in the field of maritime search and rescue

between the Parties.

ARTICLE II

AREAS OF COOPERATION

The Parties will promote cooperation in the following areas:

1. Take appropriate measures for the entry of search and rescue units into

each other's maritime search and rescue regions for the use of the facilities

in each others' maritime search and rescue regions whilst engaged in

maritime search and rescue mission;

2. Mutual exchange of information on maritime search and rescue incidents,

best practices and development;

3. Joint trainings, education and exercises on maritime search and rescue to

enhance capacity building;

4. Conduct of mutual visits of maritime search and rescue personnel and

assets to share expertise;

5. Sharing of technical expertise on maritime search and rescue, through

seminars, workshops, conferences, and others activities.

2

ARTICLE Ill

IMPLEMENTING ARRANGEMENT

The cooperation set forth in Article II of this Memorandum of Understanding will

be carried out through implementing arrangements to be agreed upon by the

Parties.

ARTICLE IV

FINANCIAL ARRANGEMENT

The Parties shall realize that the cooperation set forth in Article II is specified

within their own liabilities and financial capabilities. The Parties shall mutually

agree upon any financial arrangement arising therein on case-by-case basis

subject to the availabilities of funds.

ARTICLE V

IMPLEMENTATION

1. The Parties will be responsible for the approval, administration and

monitoring of projects and activities to be undertaken under this

Memorandum of Understanding.

2. The Parties will establish a Technical Working Group or Ad-hoc Committee

to identify, initiate and implement the programs and activities intended to be

undertaken pursuant to this Memorandum of Understanding.

3. The Technical Working Group or Ad-hoc Committee shall include relevant

ministries or agencies concerned of the respective Parties for the purpose

of the successful implementation of this Memorandum of Understanding.

3

4. The Technical Working Group or Ad-hoc Committee will meet alternately in

the Republic of Indonesia and the People's Republic of China when

deemed necessary at dates agreed upon by the Parties.

5. The Technical Working Group or Ad-hoc Committee will recommend the

assignment of contact persons, project coordinators, and other personnel

who will coordinate, plan and implement such programs and activities, and

specific tasking, duties, and responsibilities.

ARTICLE VI

STANDARD OPERATING PROCEDURES

The Parties shall establish the Standard Operating Procedures for maritime

search and rescue operations according to related international laws,

regulations and guidelines (manuals) in the field of maritime search and rescue.

ARTICLE VII

FACILITATION TO ENTRY

1. The Party requesting permission to enter the territory of the other Party for

maritime search and rescue mission purposes, including for refuelling, shall

send its request through a maritime search and rescue agency and/or

rescue coordination centre (RCC) to the competent authorities of the other

Party.

2. The Party receiving such a request shall confirm such receipt with minimum

delay. The receiving Party, through its maritime search and rescue agency

and/or RCC, shall advise as soon as possible as to whether entry into its

territory has been permitted and the conditions, if any, under which the

mission may be undertaken.

3. The Party receiving such a request, shall apply, in accordance with the

laws, rules, regulations, procedures and national policies from time to time

4

in force, governing the subject matter in their respective countries, the most

expeditious border crossing procedure possible.

ARTICLE VIII

AMENDMENT

This Memorandum of Understanding may be amended at any time by mutual

written consent of the Parties through diplomatic channels. Such amendment

shall form an integral part of this Memorandum of Understanding and shall

enter into force at such dates as may be determined by the Parties.

ARTICLE IX

SETTLEMENT OF DISPUTES

Any disputes that may arise between the Parties relating to any matters under

this Memorandum of Understanding will be settled amicably through

consultations and negotiations between the Parties.

ARTICLE X

ENTRY INTO FORCE, DURATION AND TERMINATION

1. This Memorandum of Understanding shall take effect on the date of

signature and remain in force for 5 (five) years. It may be renewed by

mutual consent in writing through diplomatic channels, 6 (six) months prior

to the expiration date.

2. This Memorandum of Understanding may be terminated at any time by

either Party by giving written notifications 6 (six) months in advance

through diplomatic channels to the other Party.

5

3. The termination of this Memorandum of Understanding shall not affect the

validity and duration of any activities carried out under this Memorandum of

Understanding until the completion of such activities.

IN WITNESS WHEREOF, the undersigned, being duly authorized thereof by

their respective Governments, have signed this Memorandum of

Understanding.

DONE in Beijing, on the 261h of March in the year of 2015, in duplicate, in

Indonesian, Chinese and English languages, all texts being equally authentic.

In case of any divergences in interpretation, the English text shall prevail.

FOR THE NATIONAL SEARCH AND

RESCUE AGENCY OF

THE REPUBLIC OF INDONESIA

F. HENRY BAMBANG SOELISTYO

Head of National Search and

Rescue Agency of the Republic of

Indonesia

6

FOR THE MINISTRY OF

TRANSPORT OF

THE PEOPLE'S REPUBLIC OF

CHINA

YANG CHU ANT ANG

Minister for Transport

of the People's Republic of China