digilibadmin.unismuh.ac.id · 2020. 6. 27. · Support (BLS) Pegawai BASARNAS Makassar Dalam...
Transcript of digilibadmin.unismuh.ac.id · 2020. 6. 27. · Support (BLS) Pegawai BASARNAS Makassar Dalam...
DATA MAHASISWA:
Nama Lengkap : Sri Ayu Lestari Wulandari
Tanggal Lahir : Makassar, 1 Maret 1998
Tahun Masuk : 2016
Peminatan : Kedokteran Komunitas
Nama Pembimbing Akademik : dr. Rosdiana Sahabuddin, Sp. OG
Nama Pembimbing Skripsi : dr. Ami Febriza, M. Kes.
JUDUL PENELITIAN:
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Pengaplikasian Basic Life Support (BLS)
Pegawai BASARNAS Makassar Dalam Menangani Kasus Kegawatdaruratan”
Menyatakan bahwa yang bersangkutan telah melaksanakan tahap ujian usulan skripsi,
penelitian skripsi dan ujian akhir skripsi untuk memenuhi persyaratan akademik dan administrasi
untuk mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Makassar, 20 Februari 2020
Mengesahkan,
Koordinator Skripsi Unismuh
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama Lengkap : Sri Ayu Lestari Wulandari
Tanggal Lahir : Sungguminasa, 1 Maret 1998
Tahun Masuk : 2016
Peminatan : Kedokteran Komunitas
Nama Pembimbing Akademik : dr. Rosdiana Sahabuddin, Sp. OG.
Nama Pembimbing Skripsi : dr. Ami Febriza, M. Kes.
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya
yang berjudul :
Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Pengaplikasian Basic Life Support (BLS)
Pegawai BASARNAS Makassar Dalam Menangani Kasus Kegawatdaruratan
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan
menerima sansksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya.
Makassar, 20 Februari 2020
Sri Ayu Lestari Wulndari
NIM: 105421104316
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Sri Ayu Lestari Wulandari
Ayah : IPDA H. Muh. Ali Djaras, S.H., M.H.
Ibu : HJ. St. Hamsinah S., S.ST.
Tempat, Tanggal Lahir : Sungguminasa, 1 Maret 1998
Agama : Islam
Alamat : Jl. Poros Limbung, Kel. Mata Allo, Kec. Bajeng, Kab. Gowa
Nomor Telepon/HP : 082259114646
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD Inpres Jatia (2003-2009)
SMP Negeri 1 Bajeng (2009-2012)
SMA Negeri 1 Bajeng (2012-2015)
Universitas Muhammadiyah Makassar (2016-sekarang)
i
FACULTY OF MEDICAL
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Undergraduate Thesis, 20 February 2020
Sri Ayu Lestari Wulandari, dr. Ami Febriza, M.Kes. 1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan
2016/ email [email protected] 2Pembimbing
" CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND THE
APLICATION LEVEL OF BASIC LIFE SUPPORT (BLS) ON
BASARNAS OF MAKASSAR EMPLOYEES IN HANDLING
EMERGENCY CASE" ( x + 48 pages + 4 tables + 4 pictures + 5 attachments)
ABSTRACT
BACKGROUND : Geographically, Indonesia is a disaster-prone country. Based on
this phenomenon, voluntary groups are needed to handle and minimize disaster
victims in order to improve the quality of life of the community. One of the groups
that took part was BASARNAS. In addition, skills are needed in the form of Basic
Life Support (BLS).
OBJECTIVE: To determine the relationship between the level of knowledge of
Basic Life Support Makassar BASARNAS employees in handling emergency cases.
METHOD: The type of research design used was observational with a cross
sectional design. This research was conducted by means of a sample taken at random
with a total sample of 65 people. Sampling is done by simple random sampling
technique. Data processing using SPSS program with Chi-Square statistical test.
RESULTS : From 65 samples, there were 52 respondents with good knowledge and
behavior (80%) and 6 respondents with good knowledge and bad behavior (9.2%).
Respondents with bad knowledge and good behavior were 2 people (3.2%) and the
number of respondents with bad knowledge and behavior were 5 people (7.7%).
Statistical test results show that p value = 0.001.
CONCLUSION : There is a correlation between the level of knowledge and the
application of Basic Life Support Makassar BASARNAS employees in handling
emergency cases.
Keywords: BLS Knowledge, BLS Behavior.
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Skripsi, 20 Februari 2020
Sri Ayu Lestari Wulandari, dr. Ami Febriza, M.Kes. 1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan
2016/ email [email protected] 2Pembimbing
”HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP
PENGAPLIKASIAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS) PEGAWAI BASARNAS
MAKASSAR DALAM MENANGANI KASUS KEGAWATDARURATAN”
(x + 48 Halaman + 4 Tabel + 4 Gambar + 5 Lampiran)
ABSTRAK
LATAR BELAKANG : Secara geografis, Indonesia merupakan Negara yang rawan
bencana. Berdasarkan fenomena tersebut, dibutuhkan kelompok relawan untuk
menangani dan meminimalisir korban bencana guna untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Salah satu kelompok yang ikut andil yaitu BASARNAS. Selain itu,
dibutuhkan keterampilan berupa Basic Life Support (BLS).
TUJUAN : Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Basic Life Support
pegawai BASARNAS Makassar dalam menangani kasus gawat darurat.
METODE : Jenis desain penelitian yang digunakan berupa observasional dengan
rancangan cross sectional (potong lintang). Penelitian ini dilakukan dengan cara
sampel diambil secara acak dengan jumlah sampel 65 orang. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik simple random sampling. Pengolahan data menggunakan
program SPSS dengan uji statistik Chi-Square.
HASIL : Dari 65 sampel, terdapat jumlah responden dengan pengetahuan dan
perilaku baik sebanyak 52 orang (80%) dan jumlah responden dengan pengetahuan
baik dan perilaku buruk sebanyak 6 orang (9,2%). Responden dengan pengetahuan
buruk dan perilaku baik sebanyak 2 orang (3,2%) dan jumlah responden yang dengan
pengetahuan dan perilaku buruk sebanyak 5 orang (7,7%). Hasil uji statistic dengan
menggunakan Chi-Square Test menunjukkan p value = 0.001.
KESIMPULAN : Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap
pengaplikasian Basic Life Support pegawai BASARNAS Makassar dalam menangani
kasus kegawatdaruratan.
Kata Kunci : Pengetahuan BLS, Pengaplikasian BLS.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Pengaplikasian Basic Life
Support (BLS) Pegawai BASARNAS Makassar Dalam Menangani Kasus
Kegawatdaruratan” guna memenuhi sebagian persyaratan untuk melanjutkan proses
penelitian pada semester tujuh program studi Pendidikan Dokter pada Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam
menyelesaikan proposal ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Rasulullah SAW yang telah menunjukkan jalan kebenaran bagi umat
Islam dan sebagai Uswatun Hasanah.
2. Kepada kedua orang tua saya, ayah saya Ipda H. Muh. Ali Dajaras, S.H.,
M.H. dan Hj. Sitti Hamsinah S., S. St. yang telah memberikan doa,
dukungan, dan tenaganya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini
tepat waktu.
3. dr. Ami Febriza, M. Kes. Selaku Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan saran dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4. dr. Rosdiana Sahabuddin, Sp.OG. selaku dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Juliani Ibrahim, Ph.D selaku Koordinator Skripsi di FKIK Unismuh
yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.
6. dr. Shelli Faradiana, Sp. A., M. Kes. selaku Penguji yang telah
memberikan saran dan ilmunya terhadap kelanjutan skripsi ini.
7. Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag selaku Pembimbing sekaligus Penguji
dalam tahap akhir ujian skripsi ini yang juga memberikan masukan dan
saran terhadap kelanjutan skripsi ini.
8. Terima kasih kepada teman-teman Rauvolfia dan teman-teman yang kami
sebut 10 yang telah memberikan dukungan dan bantuan tanpa pamrih.
iv
9. Terima kasih kepada kakak-kakak senior yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan ilmunya dalam penyusunan skripsi ini.
10. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun susunannya. Semoga skripsi ini dapat menjadi bahan acuan demi kelanjutan
proses penelitian selanjutnya.
Makassar, 20 Februari 2020
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI
PERNYATAAN PENGESAHAN
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
RIWAYAT HIDUP
ABSTRACT ................................................................................................... ……i
ABSTRAK ..................................................................................................... …...ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... …..iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ….. v
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..x
DAFTAR ISI…………………………………..…………………………….........i
BAB 1.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
1. Tujuan Umum.........................................................................................4
2. Tujuan Khusus........................................................................................5
D. Manfaat Peneltian.........................................................................................5
vi
1. Bagi Peneliti…………………………………………………………...5
2. Bagi Institusi Pendidikan………………………………………………5
3. Bagi Instansi Terkait…………………………………………………...5
4. Bagi Masyarakat……………………………………………………….5
5. Bagi Pengembangan Penelitian………………………………………..6
BAB II......................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................7
A. BASIC LIFE SUPPORT (BLS)……………………………………………7
1. Defenisi Basic Life Support (BLS).........................................................7
2. Tujuan Basic Life Support (BLS)……………………………………...7
3. Langkah-Langkah Bantuan Hidup Dasar ……………………………..8
a. Pada saat tiba di lokasi kejadian…………………………...……….8
b. Penilaian awal pada korban tidak sadarkan diri…………………..10
c. Hasil pemeriksaan awal………………………………………….12
1. Henti Napas…………………………………………………........12
2. Henti Jantung……………………………………………………..12
B. Badan Search And Rescue Nasional (BASARNAS)……………………..15
1. Defenisi Basan Search And Rescue Nasiona (BASARNAS)………...15
2. Visi Misi BASARNAS……………………………………………….16
3. Tugas dan Fungsi BASARNAS………………………………………16
a. Tugas Pokok……………………………………………………...16
b. Fungsi BASARNAS…………………………………….……..…17
4. Jenis-jenis Musibah SAR……………………………………..……....17
C. Kerangka Teori...........................................................................................20
BAB III..................................................................................................................21
KERANGKA KONSEP.........................................................................................21
A. Kerangka Konsep Penelitian.......................................................................21
B. Definisi Operasional dan Kriteria objektif..................................................21
vii
C. Hipotesis.....................................................................................................23
BAB IV..................................................................................................................24
METODE PENELITIAN………………………………………………………...24
A. Desain Penelitian........................................................................................24
B. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................24
C. Populasi dan Sampel ..................................................................................24
D. Metode Pengambilan Data…......................................................................26
E. Teknik Pengambilan Sampel……..............................................................26
F. Teknik Pengumpulan Data………….........................................................26
G. Alur Penelitian……….………………………………………..………….28
H. Pengelolahan dan Penyajian Data……………………………...…………29
I. Etika Penelitian…………………………………………………...………29
BAB V HASIL ............................................................................................... ….30
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... ….30
B. Gambaran Umum Populasi/Sampel ..................................................... ….30
C. Hasil Analisis Univariat ....................................................................... ….31
1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Karakteristik
Demografi ............................................................................... ….31
2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Variabel Yang Diteliti
.................................................................................................. ….32
3. Distribusi Tingkat Perilaku Berdasarkan Variabel Yang
Diteliti……………………………………………………………32
D. Hasil Analisis Bivariat……………………………………………….......33
BAB VI PEMBAHASAN .............................................................................. ….35
A. Tingkat Pengetahuan Basic Life Support (BLS) Pegawai BASARNAS
Makassar…………………………………………………………………35
viii
B. Tingkat Perilaku Pegawai BASARNAS Makassar Dalam Menangani Kasus
Kegawatdaruratan………………………………………………………..36
C. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Pengetahuan Basic Life Support (BLS)
Pegawai BASARNAS Makassar Dalam Menangani Kasus
Kegawatdaruratan………………………………………………………..37
D. Tinjauan Keislaman………………………………………………………40
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... ….47
A. Kesimpulan ......................................................................................... ….47
B. Saran .................................................................................................... ….47
C. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... ….48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel V.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik
responden…………. ........................................................................................ ….31
Tabel V.2. Distribusi frekuensi dan persentase variable pengetahuan……………32
Tabel V.3. Distribusi frekuensi dan persentase variable perilaku………………..32
Tabel V.4. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Pengetahuan Basic Life
Support (BLS) Dalam Menangani Kasus
Kegawatdaruratan………………………………………………………………..33
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kerangka Teori……………………………………………………..20
Gambar IV.1 Alur Penelitian…………………………………………………….28
Gambar VI.1……………………………………………………………………...46
Gambar VI.2……………………………………………………………………...46
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan letak geografis, Indonesia merupakan salah satu negara yang
rawan bencana seperti tanah longsor, gempa bumi, tsunami, gunung berapi, banjir,
angin putting beliung, dan bencana yang disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri.1
Berdasarkan fenomena tersebut, dibutuhkan kelompok relawan untuk
menangani dan meminimalisir korban bencana guna untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Salah satu kelompok yang ikut andil yaitu BASARNAS. Tim SAR
(search and rescue) adalah usaha dan kegiatan mencari, menolong, dan
menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau
menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran dan/atau penerbangan atau bencana
dan/atau musibah lainnya.2
Dalam meminimalisir korban bencana alam dibutuhkan keterampilan Basic
Life Support (BLS) untuk meningkatkan kualitas hidup. Bantuan hidup dasar atau t
Basic Life Support (BLS) merupakan pelayanan pra Rumah Sakit yang termasuk
primary survey atau penanganan pertama kegawatdaruratan yang dilakukan secara
cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan seseorang
sebelum dirujuk ke Rumah Sakit.3
Gawat Darurat adalah keadaan klinis yang
2
membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan
kecacatan.15
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di SAR Daerah Istimewa
Yogyakarta ada 3 aspek yang dinilai pada pegawai SAR yaitu tingkat tahu, tingkat
memahami, dan tingkat aplikasi. Pada tingkat tahu sebanyak 38 (100%) responden
berada pada kategori baik. Hasil tersebut memberikan gambaran tingkat tahu
responden tentang Basic Life Support Tim Search and Rescue (SAR) DIY terhadap
korban bencana sudah baik. Sama halnya pada tingkat memahami juga memberikan
hasil yang baik, sebanyak 35 responden (92,1%) berada pada kategori cukup dan 3
responden (7,9%) termasuk pada kategori baik. Pada tingkat aplikasi juga
memberikan hasil yang baik dimana sebanyak 22 responden (57,9%) pada kategori
baik dan 16 responden (42,1%) termasuk pada kategori cukup.4
Sebagai Muslim/Muslimah, kita diajarkan untuk saling tolong menolong
sesama manusia dalam kebaikan. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang tolong-
menolong yaitu Q.S. Al-Maidah : 25
هس ٱلحس ول ٱلش ئس ٱلل أيهب ٱلريي ءاهىا ل تحلىا شع يي ٱلبيت ٱلحسام يبتغىى فضلا ي ئد ول ءاه
ول ٱلقل ام ول ٱلهد
ول يجسهكن شي ب وإذا حللتن فٱصطبدوا ا بهن وزضى ي ز وكن عي ٱلوسجد ٱلحسام أى تعت ه اى قىم أى صد
دوا
إى ى وٱتقىا ٱلل ثن وٱلعدو ول تعبوىا عل ٱل شديد ٱلعقبة وتعبوىا عل ٱلبس وٱلتقىي ٱلل
Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ lā tuḥillụ sya'ā`irallāhi wa lasy-syahral-ḥarāma
wa lal-hadya wa lal-qalā`ida wa lā āmmīnal-baital-ḥarāma yabtagụna faḍlam mir
rabbihim wa riḍwānā, wa iżā ḥalaltum faṣṭādụ, wa lā yajrimannakum syana`ānu
3
qaumin an ṣaddụkum 'anil-masjidil-ḥarāmi an ta'tadụ, wa ta'āwanụ 'alal-birri wat-
taqwā wa lā ta'āwanụ 'alal-iṡmi wal-'udwāni wattaqullāh, innallāha syadīdul-'iqāb
Terjemah Arti: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-
syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka
mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Asbabun Nuzul Al-Maidah : 2
Asbabun nuzul atau sebab turunnya ayat surah Al maidah ayat
2 adalah diriwayatkan ketika ada seorang kabilah yang datang kepada Rasulullah
kemadinah menawarkan dagangannya dan kemudian masuk islam kemudian ketika
orang ini pergi dari madinah ia kembali keluar dari islam, maka para sahabat yang
mendengar hal ini maka mereka ingin menyerang kafilahnya, kemudian turun
ayat “janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah” untuk mencegah perbuatan
4
mereka. Kemudian ketika Rasulullah dan para sahabat dihalang-halangi orang
musryik pergi ke baitullah, para sahabat melihat ada orang-orang musyirk yang akan
berangkat ke baitullah juga dan berniat menghalang-halangi orang-orang itu
sebagaimana mereka dihalang-halangi, maka kemudian turun ayat “….Dan janganlah
sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi
kamu dari Masjidilharam,.…”14
Dari Abdullah bin Umar radiyallahu’anhuma berkata Rasulullah saw.
bersabda: “ Barang siapa meringankan dari seorang mukmin salah satu kesusahan
hidupnya di dunia niscaya Allah akan meringankan salahsatu kesusahan hidupnya
pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan
niscaya Allah akan memberi kemudahan baginya di dunia dan akhirat. Barang siapa
menutupi aib seorang muslim niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan
akhirat. Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut
menolong saudaranya.” (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)6
Berdasarkan gagasan diatas maka rancangan gagasan penelitian yang akan
saya lakukan yaitu “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Pengaplikasian Basic Life
Support Tim SAR Dalam Menangani Kasus Kegawatdaruratan”
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan pengaplikasian Basic
Life Support pegawai BASARNAS Makassar dalam menangani kasus gawat darurat.
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
terhadap pengaplikasian Basic Life Support pegawai BASARNAS Makassar dalam
menangani kasus gawat darurat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jumlah pegawai BASARNAS Makassar
b. Mengetahui tingkat pengetahuan Basic Life Support pegawai
BASARNAS Makassar dalam menangani kasus kegawatdaruratan.
c. Mengetahui tingkat pengaplikasian Basic Life Support pegawai
BASARNAS Makassar dalam menangani kasus kegawatdaruratan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, memperluas wawasan, dan mendapatkan
pengalaman langsung dalam pelaksanaan penelitian tentang Basic Life Support
pegawai BASARNAS Makassar dalam menangani kasus gawat darurat. Sebagai
informasi tambahan untuk mengkaji ilmu kedokteran dari aspek Al-Qur’an dan hadits
tentang gawat darurat dan saling tolong menolong sehingga akan meningkatkan
ketaqwaan kepada Allah SWT.
2. Bagi Institusi Pendidikan
6
Dapat dijadikan sebagai referensi serta tambahan informasi mengenai tingkat
pengetahuan Basic Life Support pegawai BASARNAS Makassar dalam menangani
kasus gawat darurat.
3. Bagi Pegawai BASARNAS
Memberikan informasi terkini kepada pegawai BASARNAS Makassar
tentang pentingnya Basic Life Support.
4. Bagi Pengembangan Penelitian
Sebagai referensi tentang tingkat pengetahuan Basic Life Support pegawai
BASARNAS Makassar dalam menangani kasus gawat darurat bagi para peneliti
selanjutnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Basic Life Support (BLS)
1. Defenisi Basic Life Support (BLS)
Istilah dukungan kehidupan dasar (BLS) mengacu pada
mempertahankan jalan napas dan mendukung pernapasan dan sirkulasi. Ini
terdiri dari elemen-elemen berikut: penilaian awal, pemeliharaan jalan napas,
udara kedaluwarsa ventilasi (penyelamatan pernapasan; mulut-ke-mulut
ventilasi) dan kompresi dada.7 Aspek dasar dari BHD meliputi pengenalan
langsung terhadap henti jantung mendadak dan aktivasi system tanggap
darurat, cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru
(RJP) dini, dan defibrilasi cepat dengan defibrillator eksternal otomatis/
automated external defibrillator (AED). Pengenalan dini dan respon terhadap
serangan jantung dan stroke juga dianggap sebagai bagian dari BHD.
Resusitasi jantung paru (RJP) sendiri adalah suatu tindakan darurat, sebagai
usaha untuk mengembalikan keadaan henti napas dan atau henti jantung (yang
dikenal dengan kematian klinis) ke fungsi optimal, guna mencegah kematian
biologis.8
2. Tujuan Basic Life Support (BLS)
Tujuan BLS adalah untuk mempertahankan kecukupan ventilasi dan
sirkulasi sampai suatu sarana bisa diperoleh untuk membalikkan penyebab
8
yang mendasari menangkap. Oleh karena itu, ini adalah "operasi holding"
pada kesempatan tertentu, terutama ketika primer patologi adalah gagal napas,
itu sendiri mungkin terbalik penyebabnya dan memungkinkan pemulihan
penuh.7 Selain itu, ini merupakan usaha pemberian bantuan sirkulasi sistemik,
beserta ventilasi dan oksigenasi tubuh secara efektif dan optimal sampai
didapatkan kembali sirkulasi sistemik spontan atau telah tiba bantuan dengan
peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan tindakan bantuan hidup
jantung lanjutan.9
3. Langkah-Langkah Bantuan Hidup Dasar
a. Pada saat tiba di lokasi kejadian
Tahap ini merupakan tahapan umum pada saat tiba di suatu lokasi
kejadian, baik pada kasus trauma ataupun kasus medis.10
Pada saat tiba di
tempat kejadian, kenali dan pelajari segala situasi dan potensi bahaya yang
ada. Sebelum melakukan pertolongan, pastikan keadaan aman bagi si
penolong.10
1. Amankan keadaan
Perhatikan dahulu segala yang berpotensi menimbulkan bahaya
sebelum menolong pasien, seperti lalu lintas kendaraan, jalur listrik, asap,
cuaca ekstrim, atau emosi dari orang di sekitar lokasi kejadian. Lalu
menggunakan alat perlindungan diri (APD) yang sesuai.10,11
2. Evaluasi ancaman bahaya
9
Bila tidak ada ancaman bahaya jangan memindahkan korban, misalnya
api atau gas beracun. Jika penolong harus memindahkan korban, maka harus
dilakukan secepat mungkin dan seaman mungkin dengan sumber daya yang
tersedia.10,11
3. Evaluasi penyebab cedera atau mekanisme cedera
Evaluasi petunjuk yang mungkin menjadi pertanda penyebab
terjadinya kegawatan dan bagaimana korban mendapatkan cederanya,
misalnya terjatuh dari tangga, tabrakan antar kendaraan, atau adanya
tumpahan obat dari botolnya. Gali informasi melalui saksi mata apa yang
terjadi dan menggunakan informasi tersebut untuk menilai apa yang terjadi.
Penolong juga harus memikirkan kemungkinan korban telah dipindahkan dari
tempat kejadian, baik oleh orang di sekitar lokasi atau oleh si korban
sendiri.10,11
4. Jumlah korban
Evaluasi pula keadaan sekitar bilamana terdapat korban lain. Jangan
sekali-kali berpikir hanya ada satu korban, oleh sebab itu sangat penting untuk
segera mengamati keadaan sekitar kejadian.10
5. Meminta pertolongan
Minta bantuan ke orang sekitar tempat kejadian. Hal ini sangat penting
karena akan sangat sulit menolong pasien seorang diri, apabila ada lebih dari
10
satu penolong maka akan lebih efektif menangani korban, seperti pengaktivan
EMS dan mengamankan lokasi.10
6. Evaluasi kesan awal Anda
Evaluasi gejala dan tanda yang mengindikasikan kedaruratan yang
mengancam nyawa korban, seperti adanya sumbatan jalan nafas, perdarahan
dan sebagainya.10
b. Penilaian awal pada korban tidak sadarkan diri
1. Level of Conciousness (Tingkat kesadaran)10
Pedoman berikut digunakan secara bertahap untuk menilai tingkat
kesadaran si korban:
A - Alert/Awas: Kondisi dimana korban sadar, meskipun mungkin
masih dalam keadaan bingung terhadap apa yang terjadi.
V - Verbal/Suara: Kondisi dimana korban merespon terhadap
rangsang suara yang diberikan. Oleh karena itu, si penolong harus
memberikan rangsang suara yang nyaring ketika melakukan penilaian pada
tahap ini.
P - Pain/Nyeri: Kondisi dimana korban merespon terhadap rangsang
nyeri yang diberikan oleh penolong. Rangsang nyeri dapat diberikan melalui
penekanan dengan keras di pangkal kuku atau penekanan dengan
menggunakan sendi jari tangan yang dikepalkan pada tulang sternum/tulang
11
dada. Namun, pastikan bahwa tidak ada tanda cidera di daerah tersebut
sebelum melakukannya.
U - Unresponsive/tidak respon: Kondisi dimana korban tidak
merespon semua tahapan yang ada di atas.
2. Airway – Breathing – Circulations (Jalan napas - Pernapasan -
Sirkulasi)10,11
Apabila korban dalam keadaan tidak respon, segera evaluasi keadaan
jalan napas korban. Pastikan bahwa korban dalam posisi telentang. Jika
korban tertelungkup, penolong harus menelentangkannya dengan hati-hati dan
jangan sampai membuat atau memperparah cidera korban. Pada korban yang
tidak sadarkan diri dengan mulut yang menutup terdapat metode untuk
membuka jalan napas, yaitu Head-tilt/chin-lift technique (Teknik tekan
dahi/angkat dagu) dengan menekan dahi sambil menarik dagu hingga
melewati posisi netral tetapi jangan sampai menyebabkan hiperekstensi leher
dan Jaw-thrust maneuver (manuver dorongan rahang) yang dilakukan bila
dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau tulang belakang pada korban.
Lalu membuka mulut korban. Metode ini yang biasa dikenal dengan Triple
Airway Manuever.
Cara melakukannya dengan berlutut di atas kepala pasien, lalu
menumpukan siku pada lantai, meletakkan tangan pada tiap sisi kepala,
meletakkan jari-jari di sekitar sudut tulang rahang dengan ibu jari berada di
sekitar mulut, lalu angkat rahang ke atas dengan jari-jari dan ibu jari
12
membuka mulut dengan mendorong dagu ke arah depan sambil mengangkat
rahang. Pastikan tidak menggerakkan kepala atau leher korban ketika
melakukannya.
Evaluasi napas dan nadi karotis (nadi leher) korban secara
bersamaan/simultan kurang lebih selama 5 detik atau tidak lebih dari 10 detik.
Lakukan pengecekan napas dengan melihat naik-turunnya dada korban,
dengarkan dan rasakan dengan pipi udara yang dihembuskan oleh korban.
Lakukan pengecekan nadi dengan meraba arteri karotis yang ada di leher
dengan meletakkan 2 jari di bawah sudut rahang yang ada di sisi penolong.
c. Hasil pemeriksaan awal
Dari penilaian awal ini, dapat diperoleh informasi tentang korban
apakah si korban hanya mengalami pingsan, henti napas atau bahkan henti
jantung.
1. Henti napas
Jika korban tidak bernapas tetapi didapati nadi yang adekuat, maka
pasien dapat dikatakan mengalami henti napas. Maka langkah awal yang
harus dilakukan adalah mengaktifkan sistem tanggapan darurat, kemudian
penolong dapat memberikan bantuan napas. Pastikan jalan napas bersih dari
sumbatan, berikan 1 kali bantuan napas setiap 5-6 detik, dengan durasi sekitar
1 detik untuk tiap pemberian napas. Terdapat 3 cara memberikan ventilasi
yaitu dengan mouth-to- mouth ventilation, pocket mask ventilation dan bag
valve mask resuscitation.
13
Pastikan dada korban mengembang pada setiap pemberian napas.
Periksa nadi setiap 2 menit. Pemberian napas harus dilanjutkan hingga korban
mulai bernapas dengan spontan, penolong terlatih tiba, nadi korban
menghilang dimana pada kasus ini penolong harus memulai RJP dan
pasangkan AED bila tersedia serta apabila keadaan lingkungan menjadi tidak
aman.10,11
2. Henti Jantung
Jika korban tidak bernapas, nadi tidak ada dan tidak ada respon, maka
pasien dapat dikatakan mengalami henti jantung. Pada keadaan ini, langkah-
langkah yang harus dilakukan adalah mengaktifkan sistem tanggapan darurat
dan menghubungi pusat layanan kesehatan darurat terdekat. Kemudian segera
melakukan RJP yang benar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Letakkan korban pada permukaan datar dan keras untuk memastikan
bahwa korban mendapat penekanan yang adekuat.
- Pastikan bagian dada korban terbuka untuk meyakinkan penempatan
tangan yang benar dan untuk melihat rekoil dada.
- Letakkan tangan di tengah dada korban, tupukan salah satu pangkal
tangan pada daerah separuh bawah tulang dada dan tangan yang lain di atas
tangan yang bertumpu tersebut.
- Lengan harus lurus 90 derajat terhadap dada korban, dengan bahu
penolong sebagai tumpuan atas.
14
- Tekan dada dengan kecepatan 100-120 kali per menit, dengan
kedalaman minimal 5 cm tetapi tidak boleh lebih dari 6 cm.
- Selama melakukan penekanan, pastikan bahwa dinding dada
diberikan kesempatan untuk mengembang kembali ke bentuknya semula
(rekoil penuh).
- Berikan 2 kali bantuan napas setiap selesai melakukan 30 kali
penekanan dada, dengan durasi selama 1 detik untuk tiap pemberian napas.
Pastikan dada mengembang untuk tiap pemberian bantuan napas.
- Untuk penolong yang tidak terlatih dalam melakukan RJP,
disarankan untuk melakukan penekanan dada saja secara terus-menerus.
Apabila perangkat automated external defibrilator (AED) telah
tersedia, maka segera dipasangkan. AED adalah alat elektronik portabel yang
secara otomatis dapat menganalisis ritme jantung pasien dan dapat melakukan
defibrilasi. AED dapat mengindikasikan pemberikan defibrilasi pada dua
keadaan disritmia jantung, yaitu ventricular fibrilasi (VF) dan ventricular
tachycardi (VT). Cara menggunakan AED dijelaskan sebagai berikut.
- Nyalakan alat AED.
- Pastikan dada pasien terbuka dan kering.
- Letakkan pad pada dada korban. Gunakan pad dewasa untuk korban
dewasa dan anak dengan usia di atas 8 tahun atau dengan berat di atas 55
pound (di atas 25 kg). Tempatkan satu pad di dada kanan atas di bawah tulang
15
selangka kanan, dan tempatkan pad yang lain di dada kiri pada garis tengah
ketiak, beberapa inci di bawah ketiak kiri.
- Hubungkan konektor, dan tekan tombol analyze.
- Beritahukan pada semua orang dengan menyebutkan "clear" sebagai
tanda untuk tidak menyentuh korban selama AED menganalisis. Hal ini
dilakukan agar analisis yang didapatkan akurat.
- Ketika "clear" disebutkan, penolong yang bertugas untuk melakukan
RJP harus menghentikan penekanan dada dan mengangkat tangannya
beberapa inci di atas dada, tapi masih berada pada posisi untuk bersiap
melanjutkan penekanan dada segera setelah kejut listrik diberikan atau AED
menyarankan bahwa kejut listrik tidak diindikasikan.
- Amati analisis AED dan siapkan untuk pemberian kejut listrik bila
diperlukan. Pastikan tidak ada seorangpun yang kontak dengan pasien.
Siapkan penolang pada posisi untuk siap melanjutkan penekanan dada segera
setelah kejut listrik diberikan.
- Berikan kejut listrik dengan menekan tombol "shock" bila ada
indikasi.
- Setelah kejut listrik diberikan, segera lanjutkan penekanan dada dan
lakukan selama 2 menit (sekitar 5 siklus) hingga AED menyarankan untuk
melakukan analisis ulang, adanya tanda kembalinya sirkulasi spontan, atau
Anda diperintahkan oleh ketua tim atau anggota terlatih untuk berhenti.10,11
B. Badan Search And Rescue Nasional (BASARNAS)
16
1. Defenisi Badan Search And Rescue Nasional (BASARNAS)
Badan SAR Nasional adalah lembaga pemerintah yang bergerak di bidang
pencarian dan pertolongan (Search And Rescue) yang awalnya berada dibawah
naungan Departemen Perhubungan, dalam melaksanakan tugas pokoknya
memerlukan dukungan dan partisipasi dari semua pihak dalam memanfaatkan
berbagai fasilitas sarana, prasarana, personil, dan meterial yang dimiliki oleh
berbagai instansi Pemerintah, Swasta, Organisasi, dan Masyarakat. Mulai bulan
November 2006, Badan SAR Nasional (Basarnas) tidak lagi berada di bawah
Departemen Perhubungan (Dephub). Sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No.
36/2006, badan ini langsung di bawah presiden. Menurut Hatta Rajasa
(24/11/2006) selaku menteri perhubungan, Basarnas berbeda dengan Komisi
Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) dan Dewan Keselamatan. KNKT
bertugas mengecek dan menyelidiki penyebab suatu kecelakaan transportasi agar
kecelakaan serupa tidak terulang. Dewan Keselamatan memberi masukan sebagai
penguatan aspek keselamatan sebelum kecelakaan terjadi. Sedangkan Basarnas
bertugas mencari korban, baik dalam kecelakaan transportasi maupun bencana
alam.12
2. Visi Misi BASARNAS
a. Visi : Berhasilnya pelaksanaan operasi SAR pada setiap waktu dan
tempat dengan cepat, handal, dan aman.13
b. Misi : Menyelenggarakan kegiatan operasi SAR yang efektif dan
efisien melalui upaya tindak awal yang maksimal serta pengerahan potensi SAR
17
yang didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, fasilitas SAR yang
memadai, dan prosedur kerja yang mantap dalam rangka mewujudkan Visi
Badan SAR Nasional.13
3. Tugas dan Fungsi BASARNAS
a. Tugas Pokok
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.43Tahun 2005
Tentang Organisasi dan tata kerja Departemen Perhubungan, Badan SAR
Nasional mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian
dan pengendalian potensi Search and Rescue (SAR) dalam kegiatan SAR
terhadap orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan hilang, atau
menghadapi bahaya dalam pelayaran dan atau penerbangan, serta memberikan
bantuan SAR dalam penanggulangan bencana dan musibah lainnya sesuai
dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional.13
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Badan SAR
Nasional menyelenggarakan fungsi :13
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pembinaan potensi SAR dan
pembinaan operasi SAR
2. Pelaksanaan program pembinaan potensi SAR dan operasi SAR
3. Pelaksanaan tindak awal
4. Pemberian bantuan SAR dalam bencana dan musibah lainnya
18
5. Koordinasi dan pengendalian operasi SAR alas potensi SAR yang
dimiliki oleh instansi dan organisasi lain
6. Pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR balk di dalam
maupun luar negeri
7. Evaluasi pelaksanaan pembinaan potensi SAR dan operasi SAR
8. Pelaksanaan administrasi di lingkungan Badan SAR Nasional
4. Jenis-jenis Musibah SAR
Wilayah negara Republik Indonesia terdiri dari wilayah perairan dan
kepulauan dimana sebagai penghubung antar pulau dalam rangka menunjang
pembangunan perekonomian adalah segi transportasi. Kondisi seperti ini
berdampak lalulintas transportasi menjadi sangat ramai. Disisi lain kesadaran
masyarakat tentang keselamatan belum menjadi prioritas, sehingga apabila
terjadi musibah, masih banyak para pengguna jasa transportasi laut/udara
menyulitkan tim SAR dalam melakukan pencarian dan pertolongan (SAR),
seperti :
1. Life vest yang kurang atau penempatannya tidak sesuai.
2. Tidak adanya radio komunikasi,
3. Tidak adanya signal distress (ELT/ EPIRB)
Jenis musibah yang sering terjadi di Indonesia, telah diketahui dan
selama ini ditangani oleh Basarnas adalah :
a. Pelayaran :
1. Kebocoran
19
2. Kandas
3. Man overboat
4. Kerusakan mesin
5. Medivak
6. Kebakaran Kapal
7. Perompakan terhadap kapal-kapal adalah penerusan berita ke
Bakorkamla maupun instansi terkait (AL, Polri)13
b. Penerbangan :
1. Lost contact
2. Crash landing
3. Engine failure
c. Bencana alam
Dalam hal kejadian bencana alam, koordinator penanganan berada
pada BAKORNAS PBP, disini Basarnas menjadi salah satu unsur dari
Bakornas PBP. Peranan SAR adalah yang paling mengemuka karena harus
bertindak paling awal pada setiap bencana alam yang terjadi, sehingga SAR
menjadi titik pandang bagi masyarakat yang tertimpa musibah.13
d. Bencana lainnya
Dalam penanganan terhadap bencana lain ini dipertegas dalam
Keputusan Menteri Perhubungan No KM 43 tahun 2003, dimana dinyatakan
"Basarnas mempunyai tugas membina, mengkoordinasikan dan
mengendalikan potensi SAR dalam kegiatan SAR terhadap orang atau
20
material yang hilang atau dikawatirkan hilang, atau menghadapi bahaya dalam
pelayaran dan atau penerbangan, serta memberikan bantuan SAR dalam
bencana dan musibah lainnya sesuai dengan peraturan SAR nasional dan
intemasional".
C. Kerangka Teori
Gambar II.1
Komponen Pendukung Penyelenggaraan Operasi Sar
Organisasi Fasilitas Komunikasi Penanganan
Medis
Pertolongan Pertama
Triage Primary Survey
BCLS
BLS
ATLS
Airway
Breathing
Circulation
Disability
Exposure
Secondary Survey
Dokumentasi
21
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Penelitian
Tingkat pengetahuan dan pengaplikasian Basic Life Support pada
pegawai BASARNAS Makassar sangat penting untuk mengaplikasikan
keterampilan Basic Life Support. Dalam pengaplikasian Basic Life Support
tidak hanya membutuhkan tingkat pengetahuan yang baik tetapi juga
membutuhkan tingkat keterampilan yang baik pula. Salah satu komponen
pendukung penyelengaraan operasi BASARNAS yaitu pengananan medis
yang mencakup pertolongan pertama terhadap korban. Salah satu pertolongan
pertama dalam penanganan medis yaitu Basic Life Support yang terdiri atas
Circulation, Airway, dan Breathing.
Variable Independen Variabel Dependen
B. Defenisi Operasional Dan Kriteria Obyektif
1. Tingkat pengetahuan merupakan pernyataan responden tentang
pengetahuan Basic Life Support.
Penilaian terhadap tingkat pengetahuan Basic Life Support menggunakan
skala Gutman, dengan kriteria sebagai berikut:
Tingkat
Pengetahuan
BLS
Tingkat
Pengaplikasian
BLS
22
Parameter :
Defenisi basic life support
Tujuan basic life support
Langkah basic life support
Kriteria Objektif :
Baik : jika skor dari pertanyaan yang dijawab “Benar” > 10
Cukup :jika skor dari pertanyaan yang dijawab “Benar” ≤ 10
Skala ukur : Ordinal
Alat ukur : Kuesioner
2. Tingkat pengaplikasian merupakan tindakan yang dilakukan pegawai
BASARNAS Makassar dalam menangani kasus kegawatdaruratan.
Penilaian terhadap terhadap tingkat pengaplikasian yaitu menggunakan
skala Likert, dengan kriteria sebagai berikut :
Parameter :
Selalu dilakukan oleh pegawai BASARNAS
Kadang-kadang dilakukan oleh pegawai BASARNAS
Tidak pernah dilakukan oleh pegawai BASARNAS
Kriteria objektif :
Baik : jika skor dari pertanyaan yang dijawab “Selalu” > 23
Cukup: jika skor dari pertanyaan yang dijawab “Selalu” ≤ 23
Skala ukur : Ordinal
23
Alat ukur : Kuesioner
C. Hipotesis Penelitian
1. H0 (Hipotesis Null) : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan
terhadap pengaplikasian Basic Life Support pegawai BASARNAS
Makassar dalam menangani kasus kegawatdaruratan
2. Ha (Hipotesis Alternatif) : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan
terhadap pengaplikasian Basic Life Support pegawai BASARNAS
Makassar dalam menangani kasus kegawatdaruratan.
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis desain penelitian yang digunakan berupa observasional dengan
rancangan cross sectional (potong lintang). Studi cross sectional mempelajari
korelasi antara variable bebas terhadap efeknya dengan cara observasi atau
pengumpulan data sekaligus dalam satu waktu. Studi cross sectional peneliti
hanya melakukan observasi dan pengukuran terhadap variable bebas (Tingkat
pengetahuan BLS) dan variable terkait (Tingkat pengaplikasian BLS) pada subjek
penelitian sebanyak satu kali pengukuran dan dalam waktu yang sama.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Kantor BASARNAS Makassar
2. Waktu Penelitian
Agustus 2019- Februari 2020
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai BASARNAS Makassar
2. Sampel
a. Kriteria inklusi
25
1) Pegawai BASARNAS Makassar yang bersedia menjadi responden
2) Berusia 25-45 tahun
b. Kriteria eksklusi
1) Pegawai BASARNAS Makassar yang tidak hadir saat penelitian
berlangsung
3. Besar sampel
(
)
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Tingkat kesalahan 5% = 0,05
Maka,
- (
)
- (
)
- (
)
- (
)
= 55,17 = 55 sampel
26
D. Metode Pengambilan Data
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional yang
dilakukan dengan pendekatan cross-sectional. Untuk mengetahui tingkat
pengetahuan Basic Life Support (BLS) pegawai BASARNAS Makassar dalam
menangani kasus kegawatdaruratan.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan teknik
simple random sampling, dimana sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi
dan ekslusi atau pertimbangan. Data tersebut didapatkan dari pembagian
kuesioner yang di berikan kepada pegawai BASARNAS Makassar.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh melalui pembagian kuesioner yang diberikan kepada pegawai
BASARNAS Makassar.
2. Sumber data
Sumber data primer adalah materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan
sendiri oleh peneliti saat penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini
sumber daya yang diambil berasal dari pegawai BASARNAS Makassar
sebanyak 55 orang yang bersedia menjadi responden.
27
3. Instrumen pengumpulan data
Kuesioner tentang Tingkat Pengetahuan Basic Life Support (BLS)
Pegawai BASARNAS Makassar Dalam Menangani Kasus
Kegawatdaruratan.
4. Prosedur pengumpulan data
Penelitian ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner penelitian
kepada responden yang telah dipilih, kemudian setelah di jawab akan
dilakukan pengumpulan langsung kuesioner yang telah diberikan kepada
pegawai BASARNAS Makassar yang mencakup kuesioner Tingkat
Pengetahuan dan Pengaplikasian Basic Life Support (BLS) Pegawai
BASARNAS Makassar Dalam Menangani Kasus Kegawatdaruratan.
28
G. Alur Penelitian
Gambar IV.1
Pegambilan data
(Cross Sectional)
Pegawai BASARNAS
Makassar
Penjelasan penelitian
kepada responden
Setuju Tidak setuju
Membagi kuesioner
Penjelasan kuesioner
Pengumpulan
kuesioner
Analisi data
29
H. Pengolahan Dan Penyajian Data
Data yang terkumpul dicatat dan diolah dengan menggunakan
computer program SPSS. Data univariat dianalisa secara deskriptif dan data
bivariat dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square yang kemudian
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diagram batang.
I. Etika Penelitian
1. Menyerahkan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak BASARNAS
Makassar sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.
2. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Jika responden
bersedia untuk diteliti, maka mereka akan mengisi kuisioner. Jika
responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati hak-haknya.
3. Responden tidak dikenakan biaya apapun.
4. Kerahasiaan informasi dijamin peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja
yang akan disajikan dan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
30
BAB V
HASIL
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Bandara Baru Internasional Sultan Hasanuddin
Makassar, Baji Mangngai, Kec. Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan 90552.
Telepon: (0411) 550024. Provinsi: Sulawesi Selatan. Sesuai Peraturan Presiden
Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, Badan
Nasional Pencarian dan Pertolongan memiliki tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan .
B. Gambaran Umum Populasi dan Sampel.
Telah dilakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Basic Life
Support (BLS) Pegawai BASARNAS Makassar Dalam Menangani Kasus
Kegawatdaruratan. Responden yang dipilih menjadi sampel adalah semua
pegawai di Kantor BASARNAS Makassar. Pengumpulan data yang dilakukan
menggunakan kuesioner.
Setelah data terkumpul, selanjutnya data tersebut disusun dalam tabel induk
(Master Table) dengan menggunakan program computer yaitu Microsoft Excel.
Dari tabel induk tersebutlah kemudian data dipindahkan dan siolah menggunakan
SPSS dan kemuadian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi maupun tabel silang
(cross table).
31
C. Hasil Analisis Univariat
1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Karakteristik
Demografi
Tabel V.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik
responden.
No. Variabel Subgrup Jumlah
n Persentase (%)
1. Umur 25-30
31-35
36-40
>40
30
22
8
5
46,2
33,8
12,3
7,7
2. Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
60
5
92,3
7,7
Sumber : Data Primer 2020
Usia yang menjadi responden pada penelitian ini yaitu 25-30 tahun
(46,2%), 31-35 tahun (33,8%), 36-40 tahun (12,3%) dan >40 tahun (7,7%).
Berdasarkan jenis kelamin, responden yang berjenis kelamin laki-laki yang
didapat yaitu sebanyak 60 (92,3%) responden, sedangkan responden yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 5 (7,7%) responden.
2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Variabel Yang di Teliti
Tabel V.2. Distribusi frekuensi dan persentase variable pengetahuan.
Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 58 89,2
Cukup 7 10,8
Sumber : Data Primer 2020
Data mengenai gambaran distribusi frekuensi variabel pengetahuan dapat
dilihat pada tabel V.2 yang menunjukkan bahwa sebagian besar dari
32
responden yang diteliti memiliki tingkat pengetahuan baik 58 orang (89,2%)
dan pengetahuan cukup 7 orang (10,8%).
3. Distribusi Tingkat Pengaplikasian Berdasarkan Variabel Yang Diteliti
Tabel V.3. Distribusi frekuensi dan persentase variable pengaplikasian.
Pengaplikasian Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 54 83,1
Cukup 11 16,9
Sumber : Data Primer 2020
Data mengenai gambaran distribusi frekuensi variable pengaplikasian dapat
dilihat pada tabel V.3 yang menunjukkan bahwa sebagian besar dari
responden yang diteliti memiliki tingkat pengaplikasian baik 54 orang
(83,1%) dan pengaplikasian cukup 11 orang (16,9%).
D. Hasil Analisis Bivariat
Tabel V.4. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Terhadap
Pengaplikasian Basic Life Support (BLS) Pegawai BASARNAS Makassar
Dalam Menangani Kasus Kegawatdaruratan
Pengetahuan
Pengaplikasian
Total P Value
Baik Cukup
Baik
52
(80,0%)
6
(9,2%)
58
(89,2%)
0,001
Cukup
2
(3,1%)
5
(7,7%)
7
(10,8%)
Total 54
(83,1%)
11
(16,9%)
65
(100%)
33
Sumber : Data Primer 2020
Hasil yang diperoleh dari tabel V.4., dapat dilihat bahwa responden terbanyak
adalah responden dengan pengetahuan baik dan pengaplikasian baik sebanyak 52
(80,0%) responden dan responden dengan pengetahuan baik dan pengaplikasian
cukup yaitu 6 (9,2%) responden selanjutanya pengetahuan cukup dan
pengaplikasian cukup sebanyak 5 (7,7%) selanjutnya disusul dengan responden
dengan pengetahuan cukup dan pengaplikasian baik sebanyak 2 (3,1%)
responden.
Hasil analisa menggunakan uji Chi-Square Test didapatkan nilai p = 0,001
yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap
pengaplikasian Basic Life Support (BLS) pegawai BASARNAS Makassar dalam
menangani kasus kegawatdaruratan.
34
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Tingkat Pengetahuan Basic Life Support (BLS) Pegawai BASARNAS
Makassar
Berdasarkan Pasal 25 PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL
NOMOR : PK. 05 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN
PENYELENGGARAAN OPERASI SAR salah satu komponen pendukung dalam
penyelenggaraan operasi SAR yaitu penanganan medis. Pengetahuan dinilai
berdasarkan jumlah pertanyaan dalam kuisioner dan dibandingkan dengan jumlah
nilai pengaplikasian yang terdapat pada kuisioner pada pegawai BASARNAS
Makassar.12
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Basic Life Support pegawai
BASARNAS dilihat dari total nilai pertanyaan yang dijawab dengan variasi
pertanyaan dikotomi (jawaban Benar atau Salah), yang mana responden disediakan
beberapa pertanyaan dalam bentuk multiple choice dan dipilih sesuai dengan apa
yang diketahui oleh responden.
Pada pegawai BASARNAS Makassar didapatkan hasil dengan jumlah
responden 65 responden. Sebanyak 59 (90,8%) responden yang memiliki tingkat
pengetahuan baik dan sebanyak 6 (9,2%) responden yang memiliki tingkat
pengetahuan cukup. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata tingkat
pengetahuan Basic Life Support pegawai BASARNAS Makassar baik.
35
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa ada sebanyak 6 orang yang
memiliki pengetahuan cukup tentang Basic Life Support. Hal tersebut diakibatkan
karena kurangnya update pengetahuan tentang Basic Life Support pada pegawai
yang tidak langsung terjun ke lapangan. Selian itu, karena tidak diadakan
pergantian divisi setiap pegawai BASARNAS sehingga pengetahuan yang dimiliki
hanya pada saat dilakukan pelatihan sebelum menjadi pegawai BASARNAS
sehingga kurangnya pengetahuan tentang ilmu terbaru.
B. Tingkat Pengaplikasian Pegawai BASARNAS Makassar Dalam Menangani
Kasus Kegawatdaruratan
Berdasarkan American Red Cross Basic Life Support for Healthcare Providers
Handbook tahun 2015, langkah-langkah Basic Life Support secara garis besar terdiri
dari penilaian pada saat tiba dilokasi, penilaian awal padakorban tidak sadarkan diri,
dan hasil pemeriksaan awal.
Untuk mengetahui tingkat pengaplikasian pegawai BASARNAS Makassar
dalam menangani kasus kegawatdaruratan dinilai dari total nilai pertanyaan yang
terdapat dikuisioner dengan variasi dikotomi (jawaban Sering atau Jarang) yang mana
responden disediakan beberapa pertanyaan dalam bentuk pilihan sering, kadang-
kadang, dan jarang dan dipilih sesuai dengan pengaplikasian pegawai BASARNAS
Makassar ketika mendapatkan kasus kegawatdaruratan.
Pada pegawai BASARNAS Makassar didapatkan hasil dengan jumlah
responden 65 responden. Sebanyak 57 (87,7%) responden yang memiliki tingkat
pengetahuan baik dan sebanyak 8 (12,3%) responden yang memiliki tingkat
36
pengetahuan cukup. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata tingkat
pengaplikasian Basic Life Support pegawai BASARNAS Makassar baik.
Dari hasil tersebut dapat diketahui ada sebanyak 8 orang yang kurang
memiliki keterampilan dalam melakukan Basic Life Support. Hal tersebut diakibatkan
karena kurangnya update pelatihan tentang keterampilan melakukan Basic Life
Support pada pegawai yang hanya tidak langsung terjun ke lapangan. Selian itu, yang
mendapatkan ilmu keterampilan terbaru tentang Basic Life Support hanya pegawai
yang terjun langsung dilapangan sehingga ada beberapa pegawai yang tidak
mengetahui keterampilan terbaru walaupun mereka memperoleh pelatihan sebelum
menjadi pegawai BASARNAS.
C. Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Pengaplikasian Basic Life Support
(BLS) Pegawai BASARNAS Makassar Dalam Menangani Kasus
Kegawatdaruratan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat hubungan tingkat
pengetahuan terhadap pengaplikasian Basic Life Support (BLS) pegawai
BASARNAS dalam menangani kasus kegawatdaruratan dinyatakan terdapatnya
hubungan diantara kedua variable tersebut. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil uji
statistik dalam penelitian dengan menggunakan uji Chi-Square, dimana didapatkan
nilai p-value = 0.000 (p < 0.05 ). Hal ini menyatakan bahwa hipotesis null (Ho)
ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima, yaitu terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan terhadap pengaplikasian Basic Life Support (BLS) pegawai
BASARNAS dalam menangani kasus kegawatdaruratan.
37
Hasil penelitian ini sesuai dengan Pasal 25 PERATURAN KEPALA BADAN
SAR NASIONAL NOMOR : PK. 05 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN
PENYELENGGARAAN OPERASI SAR salah satu komponen pendukung dalam
penyelenggaraan operasi SAR yaitu penanganan medis. Dimana salah satu
penanganan medis yang dapat diberikan salah satunya yaitu pertolongan pertama
(primary survey) yang terdiri dari Airway-Breathing-Circulation-Disability-
Exposure atau Circulation-Airway-Breathing-Disability-Exposure.12
Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pegawai BASARNAS Makassar
yang memiliki pengetahuan dan pengaplikasian Basic Life Support (BLS) lebih
banyak yaitu 84,6% dibandingkan yang memiliki tingkat pengetahuan dan
pengaplikasian yang cukup. Dari hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa
hasilnya sangat signifikan sehingga diharapkan tingkat pengetahuan dan
pengaplikasian Basic Life Support (BLS) pegawai BASARNAS dapat
dipertahankan dan terus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di BASARNAS DIY tentang
Gambaran Tingkat Pengetahuan Tim Search And Rescue Tentang Basic Life
Support menunjukkan bahwa gambaran tingkat pengetahuan Tim Search and
Rescue berada pada kategori baik berdasarkan tingkat pengetahuan dan
pengaplikasian16
. Menurut Bloom dalam Potter & Perry (2005), paham atau
memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan suatu materi secara benar.
38
Orang yang sudah memahami harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menguraikan, dan menyimpulkan17
. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat
pengetahuan responden terhadap BLS mengenai defenisi, tujuan, dan langkah-
langkah BLS.
Selain itu, Bloom dalam Potter & Perry (2005) juga menyatakan bahwa
aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi yang sebenarnya17
. Dalam hal ini mengenai
pengaplikasian responden dalam menangani kasus kegawatdaruratan dalam
mengaplikasikan BLS.
Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pengetahuan memiliki
hubungan yang erat dengan pengaplikasian, sebab pengaplikasian merupakan
suatu bentuk aksi yang dilakukan setelah mendapatkan suatu materi atau
berdasarkan materi yang telah dipelajari dalam hal ini Basic Life Support (BLS).
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, diperoleh pegawai dengan
pengetahuan dan pengaplikasian baik sebanyak 52 orang, pengetahuan baik tapi
pengaplikasian cukup 6 orang, pengetahuan cukup tapi pengaplikasian baik
sebanyak 2 orang, dan pengetahuan dan pengaplikasian cukup sebanyak 5 orang.
Dari hasil tersebut menunjukkan adanya pegawai yang memliki pengetahuan
baik tapi pengaplikasian cukup hal tersebut bias diakibatkan karena jarangnya
pengaplikasian lapangan pada pegawai tersebut karena bukan pegawai yang
langsung terjun ke lapangan. Dalam hal ini, mereka hanya memperoleh pelatihan
sebelum menjadi pegawai BASARNAS. Sebaiknya dilakukan perputaran atau
39
pergantian divisi sehingga setiap pegawai bias mengaplikasikan ilmu yang mereka
dapatkan.
Selain itu, terdapat pula pegawai dengan pengetahuan cukup tapi
pengaplikasian baik. Hal tersebut bias terjadi karena kurang pahamnya responden
terhadap pertanyaan yang ada pada kuisioner peneliti tentang pengetahuan.
Contohnya, ada beberapa orang yang tidak tau apa itu BLS dan juga tidak tau apa
itu abdominal trust serta keraguan mereka akan kedalaman kompresi dada pada
resusitasi jantung paru.
D. TINJAUAN KEISLAMAN
Berikut beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits yang berkaitan dengan penelitian
:
1. Qur’an Surah Muhammad : 7
yā ayyuhallażīna āmanū yanṣurkum wa yuṡabbit aqdāmakum in tanṣurullāha
Terjemahan : “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama)
Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”18
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa kita sebagai manusia memiliki
kewajiban untuk saling tolong menolong sesame umat manusia seperti yang telah
40
Allah firmankan dalam ayat tersebut. Karena ketika kita menolong sesame manusia
maka Allah juga akan menolong kita.
2. Qur’an Surah Al-Maidah : 2
wa ta'āwanụ 'alal-birri wat-taqwā wa lā ta'āwanụ 'alal-iṡmi wal-'udwāni
wattaqullāh, innallāha syadīdul-'iqāb
Terjemahan : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.”18
Dari ayat tersebut telah dijelaskan bahwa kita sebagai umat Muslim
diperintahkan untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan. Contohnya ketika
kita membantu saudara kita untuk meringankan bebannya ketika mendapatkan
musibah berupa bencana alam.
3. Qur’an Surah Al-Imran : 160
41
iy yanṣurkumullāhu fa lā gāliba lakum, wa iy yakhżulkum fa man żallażī yanṣurukum
mim ba'dih, wa 'alallāhi falyatawakkalil-mu`minụn
Terjemahan : “Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat
mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan),
maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah
saja orang-orang mukmin bertawakal.”18
Dari ketiga surah di atas dapat dikatakan bahwa kita sebagai umat Muslim
diperintahkan untuk saling tolong menolong sesama manusia dalam kebaikan
terutama dalam keadaan susah. Salah satu contohnya yaitu membantu meringakankan
beban saudara-saudara kita yang terkena bencana. Sama seperti yang dilakukan oleh
pegawai BASARNAS yaitu salah satu instansi yang bergerak dibidang
kegawatdaruratan. Salah satu tugas mereka yaitu membantu mengevakuasi saudara-
saudara kita yang sedang terkena bencana.
4. HR. Bukhari
Abdullah bin Umar r.a. mengabarkan, bahwa Rasulullah saw. bersabda: ” Muslim
yang satu adalah saudara muslim yang lain; oleh karena itu ia tidak boleh
42
menganiaya dan mendiamkannya. Barang siapa memperhatikan kepentingan
saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kepentingannya. Barang siapa
membantu kesulitan seorang muslim, maka Allah akan membantu kesulitannya dari
beberapa kesulitannya nanti pada hari kiamat. Dan barang siapa menutupi (aib)
seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aib)nya pada hari kiamat ” . (HR.
Bukhari )19
Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kita agar saling tolong-menolong.
Tolong menolong atau ta’awun merupakan kebutuhan hidup manusia yang tidak
dapat dipungkiri. Kenyataan telah membuktikan, bahwa suatu pekerjaan atau apa saja
yang membutuhkan pihak lain, pasti tidak akan dapat dilakukan secara sendirian
meskipun dia seorang yang memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang hal itu.
Sama halnya ketika terjadi bencana alam maka dibutuhkan keahlian khusus atau
tenaga untuk membantu saudara-saudara kita yang terkena musibah. Salah satu
instansi yang berperan yaitu BASARNAS.
5. HR Bukhari dan Muslim
“Barangsiapa melapangkan seorang mukmin dari salah satu kesusahan dunia, maka
Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan di hari kiamat. Dan
43
barangsiapa meringankan penderitan orang lain, maka Allah akan meringankan
penderitaannya di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa menutupi (cacat)
seorang Muslim, maka Allah akan menutupi (cacatnya) di dunia dan akhirat. Dan
Allah akan selalu memberi pertolongan kepada seseorang selama orang tersebut
suka membantu kawannya.” (Hr. Bukhari dan Muslim)19
Allah SWT memperlakukan orang Mukmin sebagaimana seorang Mukmin
memperlakukan kawannya. Jika ia berlaku lemah lembut, maka Allah
memperlakukannya dengan lemah lembut pula. Jika tidak, maka Allah tidak akan
memperlakukan dia dengan lemah lembut.
Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW menerangkan, bahwa orang yang
membantu kawannya dalam mengatasi kesulitan hidupnya, maka Allah akan
meringankan beban penderitaannya kelak di hari kiamat. Siapa yang mengikhlaskan
hutang kawannya, baik dengan cara dihibahkan, disedekahkan, atau ditangguhkan
sampai dia bisa membayar, maka Allah akan memudahkan urusannya di dunia ini
dengan diberinya kekayaan sehingga dia sendiri tidak berhutang, atau dengan
diringankan penderitaannya.
Siapa yang mengetahui cacat saudaranya, baik kehormatan dirinya atau
hartanya, lalu ia rahasiakan, maka Allah akan menutupi cacatnya itu di dunia dan
akhirat. Selama seorang mukmin siap membantu kawannya, maka Allah akan
memberinya pertolongan untuk mengatasi kebutuhannya dan mewujudkan keinginan
hatinya.
44
6. HR Bukhari dan Muslim
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik ra, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Tidak
sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya
segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan ” (HR Bukhari dan
Muslim).20
Hadits ini menegaskan salah satu ciri orang beriman adalah ketika kita saling
mencintai saudara kita sebagaimana kita mencintai diri sendiri. Hal ini membuktikan
bahwa kita diperintahkan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan sebagai bukti
cinta terhadap sesama mukmin.
Kita diperintahkan untuk saling tolong menolong terutama dalam keadaan
susah seperti ketika terjadi musibah berupa bencana alam, maka kita sebagai Muslim
seharusnya menolong sesama manusia. Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu
instansi yang berperan dalam bidang tersebut yaitu BASARNAS.
45
Gambar VI.1
46
Gambar VI.2
47
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan
tingkat pengetahuan terhadap pengaplikasian Basic Life Support (BLS)
pegawai BASARNAS Makassar dalam menangani kasus kegawatdaruratan
dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Adanya hubungan tingkat pengetahuan terhadap pengaplikasian Basic
Life Support (BLS) pegawai BASARNAS Makassar dalam menangani
kasus kegawatdaruratan.
2. Dari 65 responden terdapat 60 (92,3%) responden berjenis kelamin laki-
laki dan 5 (7,7%) responden berjenis kelamin perempuan.
3. Dari hasil penelitian, responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik
sebanyak 58 (89,2%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan cukup
sebanyak 7 (10,8%).
4. Dari hasil penelitian, responden dengan perilaku baik sebanyak 54
(83,1%) dan responden dengan perilaku cukup sebanyak 11 (16,9%).
B. SARAN
48
1. Disarankan untuk hasil penelitian ini dijadikan bahan identifikasi dan
bahan acuan pegawai BASARNAS Makassar dalam meningkatkan mutu
pelayanan terhadap korban bencana. Selain itu, bisa dilakukan update
skill tentang Basic Life Support kepada semua pegawai bukan hanya
pegawai yang terjun langsung ke lapangan.
2. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya variabel untuk penelitian selanjutnya
bisa dibandingkan dengan latar belakang pendidikan dan lama bekerja
sebagai pegawai BASARNAS Makassar.
C. KETERBATASAN PENELITIAN
Peneliti menyadari bahwa adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian
ini. Keterbatasan penelitian tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan jumlah sampel karena jumlah pegawai BASARNAS
Makassar yang sedikit.
2. Pada penelitian yang dilakukan, kuisioner diberikan pada seluruh pegawai
baik yang turun ke lapangan maupun yang staf dikantor sehingga hasilnya
didapatkan ada yang mempunyai pengetahuan cukup maupun
pengaplikasian cukup.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2005 tentang
Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat. Jakarta: Depkes RI;2007 Hal.
3
2. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 04
TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN
SEARCH AND RESCUE (SAR)
3. Ratih K, Bintari. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN
POLISI LALU LINTAS TENTANG BASIC LIFE SUPPORT (BLS) DI
KABUPATEN PONOROGO. Jurnal Ilmu Keperawatan. 2017 ; 5 (1): Hal.26
4. Laviyandi, Aditya. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TIM
SEARCH AND RESCUE TENTANG BASIC LIFE SUPPORT. Yogyakarta:
2015 : Hal. 4-6
5. 2019. Available from : https://tafsirweb.com/1886-surat-al-maidah-ayat-
2.html access at July 30th
6. 2005. available from : https://www.arrahmah.com/keutamaan-membantu-
korban-bencana/ access at July 30th
7. Handley, A.J. Basic Life Support. British Journal of Anaesthesia,1997 ; 79:
151-158
8. Aaberg, A.M., Larsen,C.E., Rasmussen, B.S., at all. Basic Life Support
knowledge, self reported skills and fears in Danish High School students and
effect of a single 45-min training session run by junior doctors ; a prospective
cohort study. Resuscitation and Emergency Medicine, 2014 ; Hal. 22-24
9. Pro Emergency. Basic Trauma Life Support. Cibinong:Pro Emergency.2011.
10. American Red Cross. Basic Life Support for Healthcare Providers
Handbook.2015.
11. American Heart Association. AHA Guideline Update for CPR and
ECC.Circulation Vol. 132.2015.
12. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 05
TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN OPERASI
SAR, Pasal 25 dan Pasal 45
13. Markas Komando dan Pelatihan Tim SAR Pantai Parangtritis : Hal. 9-17
14. 2019. Available from : https://brainly.co.id/tugas/20999472
15. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 47 TAHUN 2018 TENTANG PELAYANAN
KEGAWATDARURATAN : Hal. 3
16. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TIM SEARCH AND RESCUE
TENTANG BASIC LIFE SUPPORT, 2015 : Hal. 7
17. Potter, A.P., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses & Praktek, Vol. 1. Edisi 4. Ahli bahas, Yasmin asih.. (et al).
Jakarta: EGC.
18. 2020. Avaible from : https://litequran.net/al-maidah
19. 2020. Available from : https://brainly.co.id/tugas/19965743
20. 2020. Available from : https://pegadaiansyariah.co.id/berbagai-hadits-tentang-
tolong-menolong-dalam-kebaikan-detail-20156
Lampiran
Frequencies
Statistics
umur jk
N Valid 65 65
Missing 0 0
umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 25 thn 3 4.6 4.6 4.6
26 thn 5 7.7 7.7 12.3
27 thn 7 10.8 10.8 23.1
28 thn 3 4.6 4.6 27.7
29 thn 6 9.2 9.2 36.9
30 thn 6 9.2 9.2 46.2
31 thn 8 12.3 12.3 58.5
32 thn 4 6.2 6.2 64.6
33 thn 3 4.6 4.6 69.2
34 thn 2 3.1 3.1 72.3
35 thn 5 7.7 7.7 80.0
36 thn 2 3.1 3.1 83.1
37 thn 2 3.1 3.1 86.2
38 thn 2 3.1 3.1 89.2
39 thn 1 1.5 1.5 90.8
40 thn 1 1.5 1.5 92.3
41 thn 2 3.1 3.1 95.4
42 thn 1 1.5 1.5 96.9
43 thn 1 1.5 1.5 98.5
44 thn 1 1.5 1.5 100.0
Total 65 100.0 100.0
jk
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid L 60 92.3 92.3 92.3
P 5 7.7 7.7 100.0
Total 65 100.0 100.0
ket_p
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 58 89.2 89.2 89.2
Buruk 7 10.8 10.8 100.0
Total 65 100.0 100.0
ket_pr
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 54 83.1 83.1 83.1
Buruk 11 16.9 16.9 100.0
Total 65 100.0 100.0
Uji validasi kuisioner tentang pengetahuan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 65 100.0
Excludeda 0 .0
Total 65 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.916 10
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
p1 15.8769 7.485 .880 .900
p2 16.0769 7.760 .429 .925
p3 15.9077 7.304 .883 .898
p4 16.0154 7.297 .683 .908
p5 16.3231 7.910 .329 .934
p6 15.9231 7.322 .829 .900
p7 15.9692 7.093 .853 .898
p8 15.8923 7.379 .888 .898
p9 15.9077 7.273 .902 .897
p10 16.0308 7.468 .588 .914
Uji validasi kuisioner tentang perilaku
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 65 100.0
Excludeda 0 .0
Total 65 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.975 15
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
pr1 35.0462 86.888 .957 .972
pr2 35.0154 87.203 .969 .972
pr3 35.7231 93.610 .554 .978
pr4 35.1538 87.070 .882 .973
pr5 35.2769 89.016 .734 .975
pr6 35.0615 87.496 .883 .973
pr7 35.0000 88.437 .906 .973
pr8 34.9846 88.828 .880 .973
pr9 35.0000 87.781 .928 .972
pr10 35.1692 87.393 .817 .974
pr11 35.5692 91.405 .507 .980
pr12 35.1077 87.441 .858 .973
pr13 35.0308 86.718 .973 .971
pr14 35.0769 87.228 .900 .973
pr15 35.0462 86.888 .957 .972
Uji Chi-Square
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
ket_p *
ket_pr 65 100.0% 0 0.0% 65 100.0%
ket_p * ket_pr Crosstabulation
ket_pr
Total Baik Buruk
ket_p Baik Count 52 6 58
% within
ket_p 89.7% 10.3% 100.0%
% within
ket_pr 96.3% 54.5% 89.2%
% of Total 80.0% 9.2% 89.2%
Buruk Count 2 5 7
% within
ket_p 28.6% 71.4% 100.0%
% within
ket_pr 3.7% 45.5% 10.8%
% of Total 3.1% 7.7% 10.8%
Total Count 54 11 65
% within
ket_p 83.1% 16.9% 100.0%
% within
ket_pr 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 83.1% 16.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 16.577a 1 .000
Continuity
Correctionb
12.517 1 .000
Likelihood Ratio 12.150 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
N of Valid Cases 65
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
1.18.
b. Computed only for a 2x2 table
Kuisioner Penelitian
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pilihlah jawaban dibawah ini dengan memberi tanda silang (x) pada jawaban yang
benar !
1. Apakah kepanjangan dari BLS ?
a. Bantuan Langsung Siaga
b. Basic Life Support
c. Bantuan Langsung Segera
2. Bagaimana cara menilai tingkat kesadaran jika dinilai dari kuantitasnya?
a. GCS
b. Melihat mata korban
c. AVPU
3. Pemasyarakatan dengan resusitasi di BLS .....
a. Kompresi, jalan napas, pernapasan
b. Jalan napas, pernapasan, kompresi
c. Pernapasan, jalan napas, kompresi
4. Apakah arteri yang diraba pada pasien dewasa?
a. Karotid arteri
b. Femoral arteri
c. Brachial artery
5. Apakah Anda tahu obat darurat dan rute pemberiannya? Sebutkan
a. Ya
b. Tidak
6. Berapa kedalaman pada saat dilakukan kompresi dada atau Resusitasi Jantung
Paru pada korban dewasa?
a. 5-6cm
b. 4-5cm
c. 6-7cm
7. Berapa rasio koreksi jika dilakukan kompresi dada atau Resusitasi Jantung
Paru pada korban dewasa dengan 1 penolong?
a. 30: 2
b. 15: 2
c. 30: 1
8. Tindakan yang disarankan pada orang yang tersedak responsif.
a. Mulai CPR
b. Mencoba abdominal trust
c. Lakukan blind sweep soft mouth
9. Apa kepanjangan dari AVPU ?
a. Akut, ventilasi, pernapasan, unresponsive
b. Aspirasi, ventilasi, pernapasan, unresponsive
c. Alert, verbal, pain, unresponsive
10. Manakah langkah-langkah yang benar dibawah ini jika korban ditemukan
dalam keadaaan tidak sadarkan diri akibat tenggelam dipantai ?
a. Breathing, airway, circulation
b. Airway, breathing, circulation
c. Circulation, breathing, airway
Kuisioner Penelitian
Isilah tabel berikut ini dengan jawaban yang benar, sesuai dengan pengetahuan Anda.
Berilah tanda ceklis ( ) pada kolom :
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
No.
Pertanyaan
Selalu Kadang-
kadang
Tidak
pernah
1. Jika Anda berada dilokasi bencana,
hal yang pertama kali Anda
lakukan yaitu memperhatikan
terlebih dahulu segala sesuatu yang
dapat menimbulkan bencana.
2. Apakah Anda selalu menggunakan
APD (alat perlindungan diri) saat
berada dilokasi bencana?
3. Apakah Anda memindahkan
korban jika tidak ada ancaman
bahaya dilokasi bencana?
4. Apakah Anda mengevaluasi
penyebab kecelakaan atau cedera
pada korban?
5. Apakah Anda menolong korban
seorang diri atau meminta bantuan
orang lain?
6. Apakah Anda mengevaluasi tanda
dan gejala awal yang dapat
mengancam nyawa korban?
(contoh : sumbatan jalan napas,
perdarahan, dll)
7. Apakah Anda melakukan penilaian
awal pada pasien yang tidak
sadarkan diri?
8. Apakah Anda selalu mengecek
tingkat kesadaran korban terlebih
dahulu jika pasien dalam keadaan
tidak sadar?
9. Apakah Anda melakukan penilaian
Alert, Verbal, Pain, dan
Unresponsive pada pasien yang
tidak sadar diri?
10. Apakah Anda melakukan AVPU
secara beurutan atau acak?
11. Apakah Anda memberikan
rangsangan nyeri (Pain) jika korban
dalam keadaan sadar?
12. Apakah Anda menilai ABC
(airway, breathing, dan circulation)
setelah menilai AVPU?
13. Apakah Anda melakukan Head-
tilt/chin-lift technique (Teknik
tekan dahi/angkat dagu) untuk
membebaskan jalan napas korban?
14. Apakah Anda melakukan Jaw-
thrust maneuver (manuver
dorongan rahang) yang dilakukan
bila dicurigai terjadi cedera pada
kepala?
15. Apakah Anda melakukan evaluasi
napas dan nadi karotis (nadi leher)
korban secara bersamaan/simultan
setelah menilai ABC (airway,
breathing, dan circulation)?