Memiliki Karakter Kristus

6
MEMILIKI KARAKTER KRISTUS Oleh: Zefanya MS I. PENDAHULUAN Menanggapi apa yang dituliskan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di kota Roma yang berbunyi: "Sebab aku tahu, bahwa di da/am aku, yaitu di da/am aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang balk. Sebab kehendak memang ada di da/am aku, tetapi bukan hat berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, me/ainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di da/am aku" (Rom 7: 18-20). Paulus membedakan antara dirinya dan "kekuatan yang tidak dapat dikendalikan" di dalam dirinya dengan berkata, "Bukan iagi aku yang melakukannya, tetapi dosa yang diam di dalam aku." Perkataan "aku" menunjuk kepada pribadi, jiwa, kehendak dan pikiran manusiawi Paulus, sedangkan "dosa" yang tinggal di dalam dirinya itu terjadi karena diakibatkan oleh kelemahan- kelemahan alami yang ia terima dari orang tuanya, seperti halnya dengan rnanusia lainnya pada umumnya. Secara konsepsi, kita mengakui bahwa kita semua mewarisi sebuah dasar tempera men genetik yang mengandung baik kekuatan-kekuatan maupun kelemahan-kelemahan kita. Temperamen ini dinamakan dengan berbagai istilah di dalam Alkitab seperti: "manusia alami, manusia daging, manusia lama, dan daging yang dapat di suap". Kecenderungan dasar hati dari pribadi setiap kitalah yang mencari kepuasan atas apa yang kita inginkan. Temperamen, karakter dan kepribadian Temperamen merupakan kombinasi dari sifat pembawaan kita sejak lahir yang secara tidak sadar mempengaruhi seluruh perilaku kita. Sifat-sifat ini yang diteruskan oleh pembawa- pembawa sifat di dalam kromosom kita didasarkan pad a faktor-faktor keturunan dan disusun pada saat konsepsi (=pembuahan). Setidaknya ada enam orang yang menyumbang melalui kelompok gen (=pembawa sifat) pad a saat pembentukan setiap bayi yaitu: kedua orang tuanya dan keempat eyangnya. (Beberapa ahli memberi kesan bahwa kita mendapatkan lebih banyak gen dari eyang kita dari pada kedua orang tua kita. Ini menyebabkan keserupaan yang lebih beset dari beberapa anak kepada eyang mereka dari pada kedua orang tua mereka). Temperamenlah yang bertanggung jawab sehingga seseorang bersifat ramah dan ekstrovert atau pemalu dan introvert. Sebagian suka seni dan yang lainnya olahraga .' Karakter merupakan diri kita yang sebenarnya. Alkitab menunjuknya sebagai "pribadi tersembunyi dari bet!' (I Pet 3:4). Karakter merupakan hasil dari ternperarnen alami kita yang uilrlouili~C:t:ji oit::il fJeiai.ir-.clll, perididikan, pt::nciiriall-penciirTall cia5ar, ;"t::yC:t;"imlll-;"t::ya~inan, dan motivasi-motivasi masa kanak-kanak. Sebagai hasil bersih dari seluruh pengaruh dan komitmen kita maka karakter mengkombinasikan temperamen, pe/atihan, nilai-nilai moral, keyakinan-keyakinan dan pola-pola dari kebiasaan kita. Sehingga kita adalah seperti apa adanya kita ketika tidak ada seorangpun di sekitar kita. Apa yang kita perbuat saat kita memiliki kebebasan untuk melakukan apa yang ingin kita lakukan, itu merupakan sebuah ekspresi dari diri kita sendiri. Itulah karakter yaitu siapa diri kita yang sebenarnya. Kepribadian merupakan ekspresi yang keluar dari pribadi seseorang, yang dapat sama atau tidak sama dengan karakter sesorang, tergantung kepada seberapa murni atau tulus keberadaan orang itu (=kita mengenal istilah integritas). Seringkali kepribadian merupakan bagian depan (=tampilan) yang menyenangkan untuk sebuah karakter yang tidak menyenangkan atau I

description

Pelajaran Lanjutan Sekolah Minggu Pelnap Ketapang ( setelah peta Zaman,Tarbenakel,dan Pelajaran dasar dan pelayanan )dalam buku ini mencakup tentang dasar dasar kehidupan kita dan dasar melayani Tuhan Yesus Kristus From PelNap GPDI KetapangSeminar tanggal 21 Maret 2015

Transcript of Memiliki Karakter Kristus

MEMILIKI KARAKTER KRISTUSOleh: Zefanya MS

I. PENDAHULUAN

Menanggapi apa yang dituliskan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di kotaRoma yang berbunyi: "Sebab aku tahu, bahwa di da/am aku, yaitu di da/am aku sebagai manusia,tidak ada sesuatu yang balk. Sebab kehendak memang ada di da/am aku, tetapi bukan hat berbuatapa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat,me/ainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuatapa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diamdi da/am aku" (Rom 7: 18-20). Paulus membedakan antara dirinya dan "kekuatan yang tidak dapatdikendalikan" di dalam dirinya dengan berkata, "Bukan iagi aku yang melakukannya, tetapi dosayang diam di dalam aku."

Perkataan "aku" menunjuk kepada pribadi, jiwa, kehendak dan pikiran manusiawi Paulus,sedangkan "dosa" yang tinggal di dalam dirinya itu terjadi karena diakibatkan oleh kelemahan-kelemahan alami yang ia terima dari orang tuanya, seperti halnya dengan rnanusia lainnya padaumumnya.

Secara konsepsi, kita mengakui bahwa kita semua mewarisi sebuah dasar tempera mengenetik yang mengandung baik kekuatan-kekuatan maupun kelemahan-kelemahan kita.Temperamen ini dinamakan dengan berbagai istilah di dalam Alkitab seperti: "manusia alami,manusia daging, manusia lama, dan daging yang dapat di suap". Kecenderungan dasar hati daripribadi setiap kitalah yang mencari kepuasan atas apa yang kita inginkan.

Temperamen, karakter dan kepribadian

Temperamen merupakan kombinasi dari sifat pembawaan kita sejak lahir yang secaratidak sadar mempengaruhi seluruh perilaku kita. Sifat-sifat ini yang diteruskan oleh pembawa-pembawa sifat di dalam kromosom kita didasarkan pada faktor-faktor keturunan dan disusun padasaat konsepsi (=pembuahan). Setidaknya ada enam orang yang menyumbang melalui kelompokgen (=pembawa sifat) pad a saat pembentukan setiap bayi yaitu: kedua orang tuanya dan keempateyangnya. (Beberapa ahli memberi kesan bahwa kita mendapatkan lebih banyak gen dari eyang kita daripada kedua orang tua kita. Ini menyebabkan keserupaan yang lebih beset dari beberapa anak kepada eyangmereka dari pada kedua orang tua mereka). Temperamenlah yang bertanggung jawab sehinggaseseorang bersifat ramah dan ekstrovert atau pemalu dan introvert. Sebagian suka seni dan yanglainnya olahraga

.'

Karakter merupakan diri kita yang sebenarnya. Alkitab menunjuknya sebagai "pribaditersembunyi dari bet!' (I Pet 3:4). Karakter merupakan hasil dari ternperarnen alami kita yanguilrlouili~C:t:ji oit::il fJeiai.ir-.clll, perididikan, pt::nciiriall-penciirTall cia5ar, ;"t::yC:t;"imlll-;"t::ya~inan,dan motivasi-motivasi masa kanak-kanak. Sebagai hasil bersih dari seluruh pengaruh dankomitmen kita maka karakter mengkombinasikan temperamen, pe/atihan, nilai-nilai moral,keyakinan-keyakinan dan pola-pola dari kebiasaan kita. Sehingga kita adalah seperti apaadanya kita ketika tidak ada seorangpun di sekitar kita. Apa yang kita perbuat saat kitamemiliki kebebasan untuk melakukan apa yang ingin kita lakukan, itu merupakan sebuah ekspresidari diri kita sendiri. Itulah karakter yaitu siapa diri kita yang sebenarnya.

Kepribadian merupakan ekspresi yang keluar dari pribadi seseorang, yang dapat samaatau tidak sama dengan karakter sesorang, tergantung kepada seberapa murni atau tuluskeberadaan orang itu (=kita mengenal istilah integritas). Seringkali kepribadian merupakan bagiandepan (=tampilan) yang menyenangkan untuk sebuah karakter yang tidak menyenangkan atau

I

sebuah karakter yang lemah. Banyak orang berperan satu bagian pada hari ini diatas dasartentang apa yang mereka pikirkan "bagaimana" mereka harus ada sebagai sebuah pribadi, lebihdari sekedar "apa yang sebenarnya" mereka harus ada. Hal itu mengakibatkan terjadinya ke-kacaubalau-an mental dan spiritual karena berusaha mengikuti rumusan manusia atas tingkah lakuyang dapat diterima. Alkitab menyatakan kepada kita, "Manusia melihat apa yang didepan mata,tetapi Tuhan melihat hati" (II Sam 16:7). Perubahan harus dimulai dari dalam bukan dari luar.

II. KARAKTER

Karakter dalam Perjanjian Baru diterjemahkan sebagai "gambar wujud". Menurut TheComplete Word Study Dictionary New Testament, kata ini pada awalnya menggambarkan seorangpemahat atau alat pahat. Kemudia kata itu berarti karya itu sendiri, biasanya sesuatu yang dipahat,diiris, atau dicap, sebuah karakter, huruf, tanda atau sirnbol. Karya ukir ini dan ciri-ciri khususnyadianggap sebagai perwakilan yang persis serupa dengan wujud yang ditirunya. Dalam Ibrani 1:3,Kristus ditunjuk sebagai "gambar wujud" Allah.

Berkenaan dengan Kristus adalah gambar wujud Allah maka kita perlu memahami betapapenting mempelajari karakter yang baik dalam hidup setiap orang yang percaya.

Pentingnya pelajaran karakter adalah:

1. Karakter mengarah kepada Tuhan Yesus Kristus, karena Dia adalah perwujudan penuhdari seluruh kualitas karakter yang baik.

2. Pemahaman karakter menjelaskan mengapa hal-hal terjadi pada kita, karena segala halbekerja bersama-sama untuk kebaikan sehingga kita menyesuaikan diri kita dengankarakter Kristus.

3. Pengetahuan akan kualitas karakter yang berharga memberikan kepada kita dasar untukmemuji karakter Allah dan orang lain.

Dengan berlandaskan pada pemahaman bahwa Kristus adalah perwujudan penuh dari seluruhkualitas karakter yang baik maka kita dapat mengatakan bahwa:

1. Karakter adalah motivasi batiniah untuk melakukan apa yang benar menurut standar-standar perilaku tertinggi di dalam setiap keadaan.

2. Karakter terdiri dari kualitas-kualitas yang stabil dan jelas yang dibangun di dalamkehidupan seseorang yang menentukan tanggapan-tanggapannya di dalam keadaanapapun.

3. Karakter adalah tanggapan yang bijaksana atas tekanan yang muncul dari keadaan yangsukar dan apa yang kita lakukan ketika kita mengira tidak ada orang yang melihat. Iniadalah prediktor perilaku yang baik.

Oil.." I"i"~ hl':'.\ •..",..."i i, ,i. , •. 'I_f.,.(, r'V'I ••.•••...",..,"""l...• ,I"",,, t_ "'""""""",,_t"'1""'\t""11 ,hr"''''...., ~O+; •..•"'" l,,"'I"'\.fI;(, ,...,; M~I..,t"V'I hi,...,. ,n ini_.,_ •••• ,, • II J-J-' _1.,_ ••• 111_' ':;:,_ •••._11 'J - I. ,_''' ' ':;j~_' II OJ - --"'-t' .,_, _. __0_0 •• I •• __ •••• I, II

dapat ditelusuri sebagai akibat dari pengabaian, pelanggaran atau penerapan yang salah dari satuatau lebih kualitas karakter. Sebagai contoh:

• Konflik yang dialami oleh seorang remaja dengan orang tuanya dapat ditelusuri sebagaiakibat kurangnya karakter rasa hormat, ketaatan atau pengampunan.

• Konflik yang dialami oleh seorang istri dalam situasinya dapat ditelusuri sebagai akibatperlunya karakter berpuas hati, tahu berterima kasih dan bersukacita.

• Seorang ayah yang keras terhadap keluarganya perlu mendalami kualitas karakter sabar,lemah lembut, bJjak, fleksibel, rendah hati, pengendalian diri, dan kasih yang mumi.

2

8erbagai keadaan yang bisa menyebabkan orang menjadi tawar hati dan pahit sehinggatidak mengindahkan kualitas-kualitas karakter, sebenarnya dirancang atau diijinkan Tuhan untukmembantu kita menyadari bahwa kita memerlukan Oia dan kuasa-Nya di da/am hidup kita. Hanyadengan kuasa Allah kita dapat mernperoleh kasih yang murni beserta seluruh kualitas karakteryang berkaitan dengannya.

Cuuaer: selldaknya oo» 49 karakter posisif versus 49 karakter negatif. Conioti. Kasih(=Love) vs Egois(=Selfishness), Taat (=Obedience) vs Keras Kepala (=Willfulness), Saleh (=Virtue) vs Lemah (=Weakness),dll. (Institute in Basic Life Principles - Oak Brook, Illinois)

Definisi yang tepat dan akurat dari kualitas karakter tertentu secara universal dikenal dandifahami karena didasarkan pada Hukum Allah, yang tertulis di dalam hati setiap orang. Sebabpada waktu Allah menciptakan kita menurut gambar-Nya, Dia menaruh di dalam kita kapasitasuntuk mengenali dan memerlukan karakter-Nya. Karena itu pada waktu seseorang berbohong,mencuri atau bertindak amoral, hati nuraninya menuduh dia, dan dia iahu bahwa dia telah berbuatsalah. Contoh: pada waktu Adam dan Hawa jatuh dalam dosa dan mata mereka terbuka sehinggamelihat ketelanjangan mereka, mereka tidak perlu orang lain untuk memberitahu mereka bahwamereka tidak sopan. Pengetahuan ini adalah sebuah respon naluriah saat berada di hadirat Allah.

Meskipun kebenaran dasar dari suatu karakter telah dipahami, perlu klarifikasi yang lebihlanjut tentang bagaimana meng-aplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari, seperti yangdigambarkan pada zaman Ezra bahwa "".maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di ha/amandi depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitabTaurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel. ...mengajarkan Taurat itukepada orang-orang itu, semen tara orang-orang itu berdiri di tempatnya. Bagian-bagian dari padakitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan,sehingga pembacaan dimengertt' (Neh 8:2, 8-9).

II. KETAATAN PAD A OTORITAS SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

Kisah menqenai bagaimana Yesus menyernbuhkan harnba seorang perwira di Kapernaumini (Mat 8:4-13) sangatlah menarik. Mengapa? Karena kisah ini berisi suatu pelajaran yang sanqatberharga bagi kita untuk diteladani. Sebagai perwira tentara Romawi tentunya ia adalah seorangyang tidak percaya kepada Allah (= bangsa kafir), tapi uniknya dia memiliki kadar IMAN yangmengherankan Tuhan Yesus bahkan kualitas iman seperti itu belum pernah la jumpai diantaraorang Israel (ay.1 0).

Baqairnanakah perwira ini dapat menunjukan kualitas iman yang begitu besar? Hal inidapat kita ketahui dari perkataan perwira tersebut yang menunjukkan bahwa ia mernaharni danmentaati rantai komando (=chain of command). Sikap dan perkataan perwira ini memperlihatkanketaatanl ketundukkannya kepada pemegang otoritas tertinggi, yaitu Tuhan Yesus.

"Bagaimana sikap kite terhadap pemimpin (=otoritas vena ada diatas kita) mencerminkansikap iman dan ketaatan (=ketundukan) kita kepada Allah".

A. Bentuk Otoritas

Allah melalui firman-Nya menetapkan otoritas diatas manusia sebagai sistem yang menjadiseperti suatu payung yang memberi perlindungan dan pengarahan bagi setiap orang yangbersedia bernaung dibawahnya. Berkat dan pencobaan turun melalui payung otoritas bagi setiaporang yang ada dibawahnya. Tetapi 5aat seseorang mencoba keluar dari payung otoritas (= tidaktaat / memberontak), ia membuka diri kepada pencobaan yang sebenarnya tidak perlu ia terima.Ketaatan membuat kita tetap berada dalam payung perlindungan Allah.

3

Ada 4 bentuk otoritas yang Allah tempatkan diatas kita, yaitu:

1. Keluarga (KoI3:20 ; 6:1-3)2. Pemerintah (I Pet 2:13-14; Rom 13:1-6)3. Gereja (I Tes 5:12-13; Ibr 13:17; I Tim 5:17-18)4. Majikan atau Atasan (Kol 3:22; I Pet 2:18; I Tim 6:1)

Orang percaya perlu belajar untuk tunduk kepada otoritas yang ada diatasnya. Mungkin kitatidak terfa/u suka kepada orangnya tapi kita harus tetap taat karena otoritasnya. Kita haruspisahkan antara PRIBADI dengan POSISI-nya. Tuhan menghormati jabatan/kedudukan yang telahDia tetapkan walaupun itu tidak berarti Dia menghormati pribadinya.

Contohnya: imam Eli (I Sam 1 :9-18). Sebagai pemimpin imam Eli telah mengalamikemunduran secara rohani, terbukti dia tidak peka terhadap situasi yang terjadi dihadapannya yaitusaat Hana berdoa dengan hati yang hancur didalam bait suci. Imam Eli dengan gampangnyamenghakimi perilaku Hana dan menganggapnya sedang mabuk (ay. 12-14). Namun demikianAllah tetap menghargai perkataan berkat yang diucapkan oleh imam Eli kepada Hana (ay. 17)karena jabatan keimaman yang dipegangnya. Dan perkataan itu menjadi kenyataan dalarr. diriHana pada saat Hana mengandung dan kemudian melahirkan Samuel (ay. 20). Hal ini terjadikarena Hana dengan rendah hati menghargai dan mempercayai perkataan imam Eli walaupunmungkin saja Hana telah mendengar dan mengetahui reputasi buruk dari pribadi imam Eli. Hanadiberkati karena tunduk kepada otoritas rohani di atasnya yaitu Imam Eli.

B. Tujuan Dasar Otoritas

3 tujuan dasar mengapa Allah menempatkan otoritas diatas kita :

1. Agar kita bertumbuh dida/am hikmat dan karakter sesuai Firman Allah.

Contoh : Sebagai Anak, Yesus belajar tunduk pada otoritas yang ada diatasnya (Ibr 5:8).Saat usia 12 th, Yesus dibawa oleh Yusuf dan Maria ke dalam Bait Allah (Luk 2:41-52).Ketika itu Yesus diperhadapkan dengan pilihan "mengikuti panggilan rohaniNya" atau "taatkepada kedua orang tuaNya" (ay. 49). Tuhan Yesus memberikan teladan yang baik kepadakita, Dia memilih untuk tunduk kepada Yusuf dan Maria yang Allah telah tempatkan sebagaiotoritas diatasNya (ay. 51). Dalam asuhan kedua orang tuaNya inilah Yesus makinbertambah besar dan bertambah hikmatNya. Saat kita tunduk pada otoritas diatas kita,maka kita akan bertumbuh didalam hikmat dan karakter kita. Dioutuhken iekanan danketesunen uutuk metutusken ba/ang sungai (= karakter). Lih. Ams 21 : 1

2. Agar kita ter/indung dari pencobaan destruktif yang tidak seharusnya terjadi pada kita.Saat kita tunduk/taat pad a otoritas diatas kit a berarti kita berada dalam payungoerlinduncan (= covering). bukan dominasi otoritas. Tarii ~::lrl::l C:::::l::ltkit::! tirl::!k b::!t Imemberontak kepada otoritas diatas kita, kita keluar dari payung perlindungan tersebut,yang artinya membuka diri kepada pencobaan yang tidak seharusnya yang terlalu kuatuntuk kita atasi. Allah menyatakan bahwa pemberontakan sama dengan dosa sihir / ten Ling(I Sam 15:23) karena prinsip kedua dosa ini ada/ah rnenyerotinen diri kita (secara sadar) keda/am wi/ayah dan kekuasaan iblis. Saat seorang anak memilih tidak taat pada nasehatorang tua, berarti anak ini membuka diri pad a serangan si iblis. Lihat: Efesus 4 : 26 - 27 "... jangan beri kesempatan kepada lblis."

3. Agar kita mendapatkan bimbingan yang je/as da/am mengambil keputusan. Keputusanyang benar harus di/andasi o/eh iman yaitu membayangkan apa yang dimaksudkan o/ehAllah bagi kita, karena segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman adalah dosa (Rom

4

14:23). Aspek paling mendasar dari iman adalah : Allah membimbing kita melalui orang-orang yang Allah tempatkan diatas kita. Perwira Romawi dalam Matius 8:8-10 menyadaribahwa seperti halnya kehidupan ini tersusun berdasarkan mata rantai komando (=tanggungjawab) ia percaya (=iman) demikian pulalah halnya dengan kerajaan Allah.

Dalam kehidupan setiap kita Allah mempunyai rancangan yang begitu indah dan mulia.Namun terkadang kita merusaknya dengan ketidaktaatan (= pemberontakan) kita pada otoritasyang Allah sudah tempatkan diatas kita. Pencobaan datang silih berganti dan kehidupan rohanikita mengalami jatuh bangun. Marilah kita kembali merenungkan betapa Allah begitu baik dan :mengasihi kita dengan menempatkan otoritas diatas kita, agar perlindungan dan bimbingan Allahmenyertai kita. Iman kita bertambah saat melihat bagaimana Allah berbicara kepada kita melaluiotoritas. Kita pun akan didapati menjadi anak-anakNya yang bertumbuh dalam hikmat dan karakterIllahi.

C. Sikap terhadap Otoritas

Bagaimanakah sikap kita dalam tunduk kepada otoritas di atas kita? Ada 4 sikap yangharus kita miliki ketika kita ada di bawah otoritas, agar rencana dan kehendak Allah berlaku dalamhidup kita. Hidup kita senantiasa ada dalam kehendak Allah, dilindungi dan diberkati.

1. Roh yang penuti dengan rasa honnat kepada otoritas (=reverent spirit) yang Tuhan percayakanada cJiataskit».

Seperti Yesus yang telah belajar taat dari apa yang dideritaNya (Ibr 5:8) dan Dia menaruhhormat kepada kedua orang tuanya di dalam dunia dengan cara tetap hidup di bawah asuhanorang tuanya (Luk 2:51). Kunci untuk hormat kepada otoritas adalah dengan cara memisahkanpribadi dengan posisi. Vvalaupun kita tidak suka dengan pribadi dari otoritas yang di atas kitanamun kita harus tetap menaruh rasa hormat kepadanya karena posisinya itu. Contoh : II Sam12:13 Walaupun Daud adalah seorang raja yang memiliki kedudukan tertinggi dalamkerajaannya, namun dia menaruh hormat kepada teguran dari nabi Tuhan.

2. Roh yang tahu berterimakasih (=grateful spirit).

Adalah suatu sikap yang menyadari bahwa keberadaan kita tidak berlayak dihadapan Tuhan.Matius 5:3 "". poor in the spirit"." suatu roh yang tahu bahwa apa yang kita punya adalahkarena kemurahan Tuhan. Contoh : Matius 15:21-28 Seorang wanita yang menyadari bahwakeberadaannya memang tidak berlayak dihadapan Tuhan (diumpamakan seperti seekoranjing). Ketika kita merasa tidak berlayak dan mempunyai hati yang berterima kasih makaberkat-berkat Allah akan di curahkan atas kita.

3. Roh seorang hamba (=servant spirit) Mar 10:44.

Menyadari bahwa inilah cara Allah untuk kita menjadi yang terbesar yaitu menjadi pelayan.SCil~C:--, : :~cja~iail :;C:~~-~~ 'r'u:;ur LiLia" Illtllal ui I ueudarn kepaca saucara-saucaranya yangtelah berbuat jahat kepadanya. Yusuf percaya apa yang direncanakan manusia terhadapdirinya jahat, namun Allah telah menjadikan itu baik untuknya. Tidak menuntut balas adalah cirihati seorang hamba.

4. Memiliki roh yang tenang (=quiet spirit) Maz 62:5-9.

Memiliki keyakinan bahwa Allah akan bekerja walaupun tidak demikian pada awalnya. Kitaharus memiliki kepercayaan penuh kepada Allah, karena Allah sangat peduli pad a kita. Allahtakkan pernah salah dalam segala tindakanNya. Contoh : II Raja 6:14-17. Walaupun dalamkeadaan terkepung oleh tentara Aram yang banyak, namun Elisa memiliki ketenangan karenadengan mata iman dia dapat melihat penyertaan dan perlindungan Allah yang begitu dahsyat.

5

Elisa membuka mata iman Gehazi bujangnya, agar dapat melihat bahwa tentara Allah yangmenyertai mereka lebih banyak daripada tentara Aram yang mengepung mereka.

Mari kita sadari sepenuhnya bahwa Ailah turut bekerja dalam segala sesuatu atas kitauntuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi Dia (Rom 8:28). Denganbersikap tunduk/taat pada otoritas diatas kita, maka perlindungan dan penyertaan Allah kiranyaselalu ada dalam hidup kita.

D. Konsekuensi Ketidaktaatan

Setelah alami karya penebusan, Tuhan ingin memakai kita menjadi alat kemuliaan-Nya.Untuk itu Tuhan harus mempersiapkan kita terlebih dahulu. Seperti palu dan pahat dipakai untukmembentuk sebuah bongkahan batu permata menjadi batu permata yang indah, demikianlahTuhan memakai otoritas diatas kita untuk membentuk karakter kita, agar menjadi serupa dengankarakter Kristus.

Bila kita terus menerus menolak teguran atau arahan dari otoritas diatas kita, Allahmemperingatkan bahwa potensi kehidupan kita dapat mengalami kerusakan yang tidak dapatdiperbaiki atau diperbaharui lagi (Ams 29:1). Waspadalah!

Dari kehidupan raja Saul kita bisa melihat ada 3 konsekuensi yang harus diterima bila kitaterus menerus menolak teguran/nasehat dari otoritas yang Tuhan sudah tetapkan yaitu :

1. Anak-anaknya kehilangan warisan (I Sam 13:5-14)

Saul tidak bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya karena Saul gagal mempelajariwawasan rohani dan karakter Ilahi yang Allah kehendaki. Dalam keadaan terdesak seka\ipunkita harus belajar untuk tetap percaya kepada Tuhan dan jangan mengandalkan pengertian kitadalam mencari jalan keluar Tetaplah pegang janji Tuhan dan turuti perintahNya.

2. Pelayanannya sendiri akan menjadi rusak (I Sam 15: 1-9)

Karena ketidaktaatannya, Allah menolak Saul menjadi raja Israel (ay. 26) dan Roh Allahundur darinya. Hikmat dan karakter kita tidak akan berkembang saat kita menolak otoritasdiatas kita, dan itu akan sangat merusak potensi kita untuk melayani. Sayangnya, walau sudahberdosa Saul lebih mementingkan reputasinya sendiri daripada reputasi Allah (ay. 30). Saullebih peduli pendapat manusia daripada pendapat Aflah.

3. Kehidupannya dipersingkat (I Sam 28:3-7)

Saul mengeraskan hati menolak perintah Allah, maka Allah meninggalkan dia. Kira-kira 40tahun lamanya semasa pemerintahannya, Allah memberi kesempatan kepada Saul untukbertobat (Kisah 13:21) tapi Saul terus menerus menolak perintah Allah. Akhirnya hukumandatang juga saat Saul melakukan apa yang pernah dia larang yaitu mendatangi pemanggilo;-•.•.Ci:Odi ~ii-8ul. rci-I-ltJci'ui-lld~dl-lIlyd fJC::H:lapelililah Aiiah harus cioayar oien Saui ciengankematiaannya yang begitu tragis (I Taw 10:13-14). Kita harus ingat bahwa Allah panjang sabartapi kesabaran-Nya tetap ada batasnya.

Dengan mempelajari ketiga konsekuensi yang didapat Saul saat dia menolak perintah atauteguran otoritas yang ada diatasnya, baiklah kita belajar untuk taat dan tunduk pada otoritas yangada diatas kita. Terlalu mahal harga sebuah ketidaktaatan. Karena itu hiduplah seturut FirmanTuhan dan tunduklah dibawah otoritas yang Tuhan taruh diatas kita. Karena ketaatan kepada Allahmembuahkan urnur panjang dan kesehatan bagi hidup kita (Ams 3:7-8). Amin.

Jakarta, 21 Maret 2015

6